BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan juga di perdesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai(Glycin sp) dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya, yaitu suatu kondisi dimana telah terbentuknya gumpalan (padatan) protein yang sempurna pada suhu 50 o C, dan cairan telah terpisah dari padatan protein tanpa atau dengan penambahan zat lain yang diizinkan antara lain, bahan pengawet dan bahan pewarna (Hartati, 1994). Limbah industri tahu terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat diperoleh dari hasil sortir kedelai dan pengepresan pada pengambilan susu kedelai sebelum pemanasan. Limbah padat umumnya dapat dijual untuk makanan ternak atau dibuat tempe gembus. Limbah cair pada prsoes pembuatan tahu berasal dari air cucian kedelai, air rendaman, air penyaringan, air penggumpalan, dan air sisa pencetakan. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri tahu merupakan industri kecil yang banyak tersebar di kota-kota besar dan
juga di perdesaan. Tahu adalah makanan padat yang dicetak dari sari kedelai(Glycin sp)
dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektriknya, yaitu suatu kondisi dimana
telah terbentuknya gumpalan (padatan) protein yang sempurna pada suhu 50o C, dan
cairan telah terpisah dari padatan protein tanpa atau dengan penambahan zat lain yang
diizinkan antara lain, bahan pengawet dan bahan pewarna (Hartati, 1994).
Limbah industri tahu terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat
diperoleh dari hasil sortir kedelai dan pengepresan pada pengambilan susu kedelai
sebelum pemanasan. Limbah padat umumnya dapat dijual untuk makanan ternak atau
dibuat tempe gembus. Limbah cair pada prsoes pembuatan tahu berasal dari air cucian
kedelai, air rendaman, air penyaringan, air penggumpalan, dan air sisa pencetakan. Proses
penggumpalan tahu dilakukan secara manual dan menghasilkan limbah cair cukup besar
dan terbawa bersama air buangan. Limbah cair dari hasil penggumpalan inilah yang dapat
mencemari lingkungan.
Limbah cair industri tahu yang langsung di alirkan keselokan atau sungai tanpa
diolah dahulu dapat menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung
polutan organik yang cukup tinggi. Beberapa hasil penelitian, konsentrasi COD (Chemical
Oxygen Demand) di dalam air limbah industri tahu cukup tinggi yakni berkisar antara
7.000 - 10.000 mg/L, Serta mempunyai keasaman yang rendah yakni pH 4-5. Menurut
Nuraida (1985), untuk setiap 1 kg bahan baku kedelai di butuhkan rata-rata 45 liter air dan
1
akan di hasilkan limbah cair berupa whey (dadih) mengandung bahan-bahan organik
berupa protein 40% -60% , karbohidrat 25%-50% , dan lemak 10% (Nurhasana dan
Pramudiyanto, 1987 ) dan dapat segera terurai dalam lingkungan berair menjadi senyawa-
senyawa organik turunan yang dapat mencemari lingkungan (EMDI – Bapedal,1994 ).
Oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian parameter limbah cair tahu untuk mengetahui
baku mutu standar yang diperbolehkan sesuai peraturan yang berlaku. Salah satu sifat
yang dapat diuji untuk menentukan tingkat pencemaran limbah cair tahu dengan
mengukur parameter fisik suhu, pH, Daya Hantar Listrik (DHL), oksigen terlarut(DO),
BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemycal Oxygen Demand). Parameter-
paremeter oksigen terlarut(DO), BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemycal
Oxygen Demand) dalam analisis limbah cair tahu menggunakan metode standar SNI
yakni dengan titrasi.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
A. Tujuan Umum :
Secara umum tujuan PKL adalah untuk mengembangkan potensi pribadi mahasiswa
secara optimal. Memperoleh pengalaman penerapan konsep dan keterampilan manajerial
pada dunia kerja nyata dalam rangka memperkaya pengetahuan, serta melatih kemampuan
bekerja sama dengan orang lain dalam satu tim sehingga memperoleh manfaat bersama
baik peserta PKL maupun instansi tempat PKL.
B. Tujuan Khusus :
Tujuan dari analisa BOD dan COD ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui nilai BOD,COD dan DHL yang terkandung pada limbah cair tahu
di UPT Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Pronvisi Bengkulu.
2
2. Untuk mengetahui apakah nilai BOD dan COD tersebut telah melebihi ambang batas
yang telah ditentukan oleh keputusan mentri lingkungan hidup nomor :
KEP-51/MENLH/01/1995.
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
A. Bagi Mahasiswa
1. Mendapat pengalaman dan keterampilan sebelum memasuki dunia kerja nyata
2. Terpapar dengan kondisi dan pengalaman di lapangan
3. Mendapatkan pengalaman menggunakan metode analisis masalah yang tepat terhadap
permasalahan yang ditemukan di tempat PKL.
4. Memperkaya kajian serta menerapkan pengetahuan akademik yang telah di peroleh di
kampus pada dunia kerja nyata.
5. Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat pemecahan masalah
Kimia.
6. Memperoleh gambaran peluang kerja bagi Sarjana MIPA biologi.
7. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi/ karya ilmiah.
B. Bagi Tempat PKL
1. Tempat PKL dapat manfaat tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian tugas-tugas
yang ada sesuai kebutuhan di unit masing-masing
2. Tempat PKL mendapatkan alternatif calon pegawai/ karyawan yang telah dikenal
kualitas dan kredibilitasnya.
3. Turut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan perguruan tinggi dalam
menciptakan lulusan yang berkualitas, terampil, dan memiliki pengalaman kerja.
C. Bagi Fakultas
3
1. Laporan PKL dapat menjadi salah satu audit internal kualitas pengajaran
2. Memperkenalkan program kepada industri lain
3. Mendapatkan masukan bagi pengembangan program
4. Terbinanya jaringan kerja sama dengan tempat PKL dalam upaya meningkatkan
keterkaitan dan kesepadaan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan
keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pengembangan Ilmu biologi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertial Limbah Cair
Limbah cair atau air buangan merupakan air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi serta
dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap manusia dan lingkungan. Keberadaan
limbah cair tidak diharapkan di lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi.
Pengolahan yang tepat bagi limbah cair sangat diutamakan agar tidak mencemari
lingkungan (Mardana, 2002).
B. Pengertian DHL, BOD dan COD.
a. DHL(Daya Hantar Listrik)
Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik, yang
tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat pengukuran.
Konduktifitas limbah cair dalam mengalirkan arus listrik bergantung pada mobilitas ion
dan kadar yang terlarut didalam air limbah tersebut (senyawa anorganik> konduktor
senyawa organik). Daya hantar listrik didefinisikan sebagai kemampuan dari air
menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini bergantung pada kosentrasi yang terion
dalam air. Adanya CO2 dari udara yang terabsorpsi oleh air menyebabkan bertambahnya
harga DHL (Saeni,1989).
DHL dapat dikatakan sebagai penetapan pendahuluan pemeriksaan kualitas air.
Dengan mengetahui besarnya DHL, secara garis besar jumlah mineral yang ada didalam
air dapat diketahui. Jika DHL nya tinggi, maka kadar mineralnya tinggi sebaliknya jika
DHL nya rendah, maka kadar dalam air rendah pula. DHL / konduktivitas diukur dengan
5
alat conductivity-meter digital, dimana satuan yang digunakan adalah micro mohs per
centimeter0C. satuan yang lebih umum digunakan adalah micrisiemens (ms). Untuk
mengantarkan arus listrik, ion-ion bergerak dalam larutan memindahkan muatan listriknya
yang bergantung pada ukuran interaksi antara ion dalam larutan (Saeni, 1989)
Nilai daya hantar listrik untuk berbagai jenis air, meliputi :
1. Air destilasi (akuades) 0,5 5,0 ms.
2. Air hujan 5,0 30 ms.
3. Air tanah segar 30 200 ms.
4. Air laut 1500 5500 ms.
5. Air garam > 100.000 ms (Hanief, 2008).
Nilai konduktivitas merupakan fungsi antara temperatur jenis, ion-ionterlarut dan konsentrasi
ion terlarut. Peningkatan ion-ion yang terlarutmenyebabkan nilai konduktivitas air
juga meningkat. Sehingga dapatdikatakan nilai konduktivitas yang terukur
merefleksikan konsentrasi ionterlarut dalam air. Berdasarkan daya hantar listrik,
larutan terbagi menjadi 2golongan :
1. Larutan elektrolita.
a. Dapat menghantarkan daya listrik
b. Terjadinya proses ionisasi
2. Larutan no-elektrolit
a. Tidak dapat mengantarkan listrik
b. Tidak terjadi ionisasi
c. Lampu menyala redup (Hanief,2008)
6
b. BOD dan COD
Kehidupan mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari
kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan mahluk
hidup lainnya yang ada di darat yang juga memerlukan oksigen dari udara agar tetap dapat
bertahan hidup, karena air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat memberikan
kehidupan bagi mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya.
Untuk memenuhi kehidupannya, manusia tidak hanya tergantung pada makanan yang
berasal dari daratan saja (beras, gandum, sayuran, buah dan daging), akan tetapi juga
tergantung pada makanan yang berasal dari air (ikan, kerang, cumi-cumi dan rumput laut).
Tanaman yang ada di dalam air, dengan bantuan sinar matahari melakukan fotosintesis
yang menghasilkan oksigen dimana oksigen yang dihasilkan akan larut di dalam air.
Selain itu, oksigen yang ada di udara dapat masuk pula ke dalam air melalui proses difusi
yang secara lambat menembus permukaan air. Konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam
air tergantung pada tingkat kejenuhan air itu sendiri, kejenuhan air dapat disebabkan oleh
koloidal yang melayang di dalam air oleh jumlah larutan limbah yang terlarut di dalam
air, selain itu suhu air dan tekanan udara juga dapat mempengaruhi konsentrasi oksigen
yang terlarut di dalam air dikarenakan tekanan udara mempengaruhi kecepatan difusi
oksigen dari udara ke dalam air (Rezki. 2010).
Kemajuan industri dan teknologi seringkali berdampak pula terhadap keadaan air
lingkungan, baik air sungai, air laut, air danau maupun air tanah. Dampak ini disebabkan
oleh adanya pencemaran air yang disebabkan oleh berbagai faktor. Pada umumnya air
lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat rendah, hal dikarenakan
oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk memecah/
7
mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang mudah menguap
(yang ditandai dengan bau busuk).
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat
rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut di dalam air diserap oleh mikroorganisme
untuk memecah/mendegradasi bahan buangan organik sehingga menjadi bahan yang
mudah menguap (yang ditandai dengan bau busuk). Selain dari itu, bahan buangan
organik juga dapat bereaksi dengan oksigen yang terlarut di dalam air organik yang ada di
dalam air, makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut di dalamnya. Bahan
buangan organik biasanya berasal dari industri kertas, industri penyamakan kulit, industri
pengolahan bahan makanan (seperti industri pemotongan daging, industri pengalengan
ikan, industri pembekuan udang, industri roti, industri susu, industri keju dan mentega),
bahan buangan limbah rumah tangga, bahan buangan limbah pertanian, kotoran hewan
dan kotoran manusia dan lain sebagainya (Habib. 2011).
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
darifotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan
sangatberperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air.
Oksigenterlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhanoksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisiskualitas air (Ficca, 2009).
Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat ditentukan
seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi. Dapat diketahui dengan
menggunakan uji COD dan BOD.
8
BOD singkatan dari Biochemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologi
untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah oleh mikroorganisme.
Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh mikroorganisme didalam air limbah,
proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen
yang cukup.
Sedangkan COD (Chemical Oxygen Demand) atau oksigen kimia untuk reaksi oksidasi
terhadap bahan buangan didalam air, dalam hal ini bahan buangan organik akan
dioksidasi oleh bahan kimia yang digunakan sebagai sumber oksigen oxidizing agent
(Habib. 2011).
C. Sumber Limbah Industri Tahu
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi dua bentuk limbah, yaitu limbah
padat dan limbah cair. Limbah padat industri pengolahan tahu berupa kotoran hasil
pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada
kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Ampas tahu
yang terbentuk besarannya berkisar antara 25%-35% dari produk tahu yang dihasilkan.
Ampas tahu masih mengandung kadar protein cukup tinggi sehingga masih dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan ikan, misalnya ikan bandeng. Salah satu
sifat dari ampas tahu ini adalah mempunyai sifat yang cepat tengik (basi dan tidak tahan
lama) serta menimbulkan bau busuk kalau tidak cepat dikelola.
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu sebagian besar adalah cairan
kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih (whey). Cairan ini
mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai.
9
D. Parameter Limbah Industri Tahu
Limbah cair industri tahu merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan.
Beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan serius terutama untuk
perairan di sekitar industri tahu. Mengingat asal air buangan berasal dari proses yang
berbeda-beda, maka karakteristiknya berbeda-beda pula. Untuk air buangan yang berasal
dari pencucian dan perendaman nilai cemarnya tidak begitu tinggi sehingga masih dapat
dibuang ke perairan. Sedangkan untuk air buangan yang berasal dari proses pemasakan
nilai cemarnya cukup tinggi, dengan demikian harus diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang ke perairan. Pada umumnya limbah cair pabrik tahu ini langsung dibuang ke
sungai melalui saluran-saluran. Bila air sungai cukup deras dan lancar serta pengenceran
cukup (daya dukung lingkungan masih baik) maka air buangan tersebut tidak
menimbulkan masalah. Tetapi bila daya dukung lingkungan sudah terlampaui, maka air
buangan yang banyak mengandung bahan-bahan organik akan mengalami proses
peruraian oleh jasad renik dapat mencemari lingkungan. Parameter air limbah tahu yang
biasanya diukur antara lain temperatur, pH, padatan-padatan tersuspensi (TSS) dan
kebutuhan oksigen (BO dan COD).
Parameter Kualitas Air
Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah suatu analisis empiris yang mencoba
mendekati secara global proses biologis yang terjadi didalam air. Angka BOD adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi) hampir
semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air.
Penentuan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk atau industri (Gunawan,2006). Dasar uji BOD adalah kemampuan metabolik
10
mikroorganisme yang ditambahkan sebagai agen pendegradasi. Semakin tinggi BOD,
maka semakin banyak bahan organic yang terkandung dalam air. Chemical Oxygen
Demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa
organik secara kimiawi (Milasari,2010). COD merupakan uji yang dilakukan untuk
menentukan kandungan senyawa organic biodegradable (mudah terurai) dan non-
biodegradable (tidak mudah terurai) (Kuamar,2010). Tes COD digunakan untuk
menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi secara kimia dengan
menggunakan dikromat dalam media asam ((Metcalf and Eddy, 2003).).
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat (pasir, lumpur,
dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa
komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun
komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikelpartikel anorganik (Edwar,2003)
Total Dissolved Solid atau padatan terlarut adalah padatanpadatan yang mempunyai
ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. Bahan-bahan terlarut pada perairan alami
tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang
selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari dan mempengaaruhi proses
fotosintesis diperairan (Azwir,2006). Derajat keasaman (pH) merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. pH
merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan
mikroorganisme dalam air (Sutrisno,2007).
11
E. Karakteristik Limbah Industri Tahu
Limbah cair baik domestik maupun non domestic mempunyai beberapa karakteristik
sesuai dengan sumbernya, dimana karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada
karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut (Metcalf and Eddy, 2003) :
a. Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid, bau, temperatur,
densitas, warna, konduktivitas dan turbidity (Metcalf and Eddy, 2003).
1. Total solid
Total solid adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada suhu
103oC- 105oC. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik, industri, erosi
tanah, dan infiltrasi/inflow ini dapat menyebabkan bangunan pengolahan penuh dengan
sludge dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses pengolahan.
2. Bau
Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi bahan
organic dari air limbah atau karena penambahan suatu substrat ke air limbah.
3. Temperatur
Temperatur air mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Semakin
tinggi temperatur air kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.
4. Density
Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang dinyatakan sebagai
slug/ft3 (kg/m3).
12
5. Warna
Air limbah yang berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga dalam
waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau. Pada kenyataannya
pencemaran oleh zat warna juga dapat menyebabkan gangguan estetika lingkungan.
6. Kekeruhan (Turbidity)
Turbidity atau dikenal sebagai kekeruhan ini diukur dengan perbandingan antara
intensitas cahaya yang dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya yang
dipendarkan oleh suspense standar pada konsentrasi yang sama.
b. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada tiga karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi yaitu, bahan
organik, anorganik, dan gas (Metcalf and Eddy, 2003).
1) Bahan organik
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan, tumbuhan, dan aktivitas
manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N dan walaupun banyak sekali
jenis bahan organik, yang menjadi karakteristik kimia adalah protein, karbohidrat, lemak
dan minyak, surfaktan, Volatile Organic Compound (VOC), pestisida dan fenol, dimana
sumbernya adalah limbah domestik, komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber
dari pertanian dan fenol dari industri.
2) Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air limbah. Pada
umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat, senyawa-senyawa
anorganik yang bersifat asam kuat dan basa kuat, senyawa fosfat, senyawa-senyawa
13
nitrogen (amonia, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang (sulfat dan
hidrogen sulfida).
3) Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah nitrogen
(N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfide (H2S), amonia (NH3), dan karbon
dioksida (CO2).
c. Karakteristik Biologi
Pada air limbah, karaktreristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol timbulnya
penyakit yang dikarenakan organisme patogen. Karakteristik biologi tersebut seperti
bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilisasi
senyawa organic (Metcalf and Eddy, 2003).
Limbah cair industri tahu merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan.
Karakteristik air buangan yang dihasilkan berbeda karena berasal dari proses yang
berbeda. Karakteristik buangan industry tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika
dan kimia. Karakteristik fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna,
dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan anorganik dan gas. Suhu air
Nurhasanah. 2009. Penentuan kadar cod pada limbah pabrik kelapa sawit, pabrk karet
dan domestik. Meda : universitas sumatera utara.
Setyawan, P. 2009. Ikan sebagai Indikator Pencemaran Air . Yogyakarta : Fakultas
Perikanan Yogyakarta.
W. P. Lestari. “Perbedaan EM-4 dan Starbio dalam Menurunkan Kadar TSS dan TDS Limbah Cair Batik Brotojoyo di Desa Karangpilang, Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen”. Universitas Muhammadiyah Surakarta., Surakarta (2008).
W. Jana, N. K. Mardani, Suyasa dan I. W. Budiarsa, “Analisis Karakteristik Sampah Dan Limbah Cair Pasar Badung Dalam Upaya Pemilihan Sistem Pengelolaannya”. ISSN 1907-5626. ECOTROPHIC. VOLUME 1 (2) hal 2 (2006).
E. T. Marlina, Y. A. Hidayati, E. Harlia, “Pengaruh Penambahan Berbagai Starter Pada Proses Pengomposan Limbah Pasar Tradisional Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Total dan Koliform”. Universitas Padjajaran., Bandung, (2011).
N. P. Cheremisinoff, “Biotechnology For Waste And Wastewater Treatment”. USA: Noyes Publications 66 (1996).
A. Husin, “Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Biofiltrasi Anaerob dalam Reaktor Fixed-Bed”. Universitas Sumatera Utara., Medan (2008).
Y. Gunawan, “Peluang Penerapan Produksi Bersih Pada Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Waste Water Treatment Plant #48, Studi Kasus di PT Badak NGL Bontang”. Universitas Diponegoro., Semarang (2006).
N. I. Milasari. “Pengolahan Limbah Cair Kadar Cod Dan Fenol Tinggi Dengan Proses Anaerob Dan Pengaruh Mikronutrient Cu : Kasus Limbah Industri Jamu Tradisional”. Available:http://eprints.undip.ac.id/11892/1/Bab_1-5_skripsi_nurita-sukma.pdf.(2010).
A. Kumar, P. Dhall and K. Rita, “Redefining BOD:COD Ratio Of Pulp Mill Industrial Wastewaters in BOD Analysis by Formulating a Spesific Microbial Seed”. International Biodeterioration and Biodegradation 64 : 197-202 1(2010).
MetCalf and Eddy, “Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and Reuse”, 4th edition. New York : McGraw Hill Book Co 93, 563-566 (2003).
M. S. Tarigan, Edward, “Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) di Perairan Raha”. LIPI. Sulawesi Tenggara. Makara, Sains, Vol. 7 (3) 1 (2003).
Azwir, “Analisis Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri oleh Limbah Industri Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo di Kabupaten Kampar”. Universitas Diponegoro., Semarang (2006).
Sutrisno, C. T dan E. suciastuti, “Teknologi Penyediaan Air Bersih”. Rineka Cipta: Jakarta 32, 73 (2002).
Ardeniswan, Y. Mulyati, Tontowi dan A. Rahman, ”Evaluasi KembaliMetode Analisis Untuk Penetapan Nilai BOD Di Indonesia”, Buletin IPT. Vol III (2) 3-4 (1997).
APHA AWWA, WEF, “Standart of Methods For The Examination of Water And Waste Water”. 20 th Edition (1998).A. Yani. “Pengaruh Penerapan Prosedur Pengujian Pada Temperatur Ruang Terhadap Nilai Kebutuhan Oksigen Biokimia (KOB)”. Universitas Sumatera Utara., Medan (2009).