BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan dalam budidaya tanaman sangat di pengaruhi oleh populasi hama dan penyakit yang menyerang. Populasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya dapat ditekan oleh hidupnya organisme - organisme yang termasuk dalam kelas serangga yang berperan sebagai musuh alami diantaranya terkelompok sebagai parasitoid, pathogen dan predator. Ada beberapa serangga yang menguntungkan, laba-laba dan pathogen yang menyerang serangga hama. Spesies-spesies yang menguntungkan tersebut sering mengontrol serangan hama, khususnya pada tempat-tempat yang bebas atau terhindar dari pengaruh penggunaan pestisida. Tanpa adanya spesies-spesies yang menguntungkan ini serangga hama akan perbanyakan dengan cepat yang secara lengkap akan menghabiskan tanaman budidaya di lahan. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terdiri dari hama, penyakit dan gulma, merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman. Organisme pengganggu tanaman ini pada suatu lahan pertanian sangat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan, ini dikarenakan antara tanaman yang dibudidayakan dengan OPT ini bersaing untuk mendapatkan makanan, serat dan tempat perlindungan, maka dari itu untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan upaya pengendalian yang terpadu demi menjaga kualitas tanaman tersebut. Permasalahan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala utama dalam peningkatan dan pemantapan produksi tanaman pangan. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi pengendalian OPT, maka upaya penerapan pengendalian secara terpadu diharapkan semakin baik, meluas dan memasyarakat. Teknologi tersebut selanjutnya berkembang menjadi teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Teknologi ini harus dapat disebarluaskan melalui komunikasi pembangunan karena teknologi pengendalian hama terpadu yang merupakan salah satu teknologi yang dapat menjamin produktivitas, nilai ekonomi usahatani dan dapat mempertahankan kelestarian ekosistem.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan dalam budidaya tanaman sangat di pengaruhi oleh populasi hama dan penyakit yang
menyerang. Populasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya dapat ditekan oleh hidupnya
organisme - organisme yang termasuk dalam kelas serangga yang berperan sebagai musuh alami diantaranya
terkelompok sebagai parasitoid, pathogen dan predator. Ada beberapa serangga yang menguntungkan, laba-laba
dan pathogen yang menyerang serangga hama. Spesies-spesies yang menguntungkan tersebut sering mengontrol
serangan hama, khususnya pada tempat-tempat yang bebas atau terhindar dari pengaruh penggunaan pestisida.
Tanpa adanya spesies-spesies yang menguntungkan ini serangga hama akan perbanyakan dengan cepat yang
secara lengkap akan menghabiskan tanaman budidaya di lahan.
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terdiri dari hama, penyakit dan gulma, merupakan
kendala utama dalam budidaya tanaman. Organisme pengganggu tanaman ini pada suatu lahan pertanian sangat
mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan, ini dikarenakan antara tanaman yang
dibudidayakan dengan OPT ini bersaing untuk mendapatkan makanan, serat dan tempat perlindungan, maka dari
itu untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan upaya pengendalian yang terpadu demi menjaga kualitas
tanaman tersebut.
Permasalahan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala utama dalam peningkatan
dan pemantapan produksi tanaman pangan. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi
pengendalian OPT, maka upaya penerapan pengendalian secara terpadu diharapkan semakin baik, meluas dan
memasyarakat. Teknologi tersebut selanjutnya berkembang menjadi teknologi Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). Teknologi ini harus dapat disebarluaskan melalui komunikasi pembangunan karena teknologi
pengendalian hama terpadu yang merupakan salah satu teknologi yang dapat menjamin produktivitas, nilai
ekonomi usahatani dan dapat mempertahankan kelestarian ekosistem.
Keberadaan hama dan penyakit sendiri dapat di tekan dengan sistem pertanaman polikultur atau
tumpang sari. Sistem ini lebih dapat menekan populasi hama dan penyakit dibandingkan dengan sistem
monokultur (menanam hanya dengan satu jenis tanaman). Selanjutnya akan di bahas lebih lanjut mengenai
semua aspek dalam budidaya berdasarkan hasil observasi di lahan pertanian.
Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah kesehatan, Pembangunan
penyakit tumbuhan secara hayati merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang
sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak
organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya
memanfaatkan mikroorganisme hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel
dengan peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian pestisida dan lain-lain.
Perkembangan hasil penelitian tentang berbagai agensia hayati yang bermanfaat untuk mengendalikan
patogen pada tanaman, sebenarnya sudah cukup menggembirakan, walaupun masih relatif sedikit yang dapat
digunakan secara efektif di lapangan. Komponen ini jelas berperan dalam peningkatan peranan Fitopatologi
Indonesia dalam pengamanan produksi dan pelestarian lingkungan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui Jenis tanaman apa saja yang terdapat di lahan.
1.2.2 Mengetahui cara pengolahan tanah yang diterapkan pada lahan.
1.2.3 Mengetahui jenis pupuk dan pestisida yang digunakan pada lahan.
1.2.4 Mengetahui penggunaan mulsa pada lahan.
1.2.5 Mengetahui pola tanam yang diterapkan pada lahan.
1.2.6 Mengetahui OPT, Musuh Alami, dan Organisme Tanah yang terdapat di lahan.
1.2.7 Mengetahui cara pengendalian OPT pada lahan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Kita dapat mengetahui tanaman apa saja yang terdapat di lahan.
1.3.2 Kita mengetahui cara pengolahan tanah yang diterapkan di lahan.
1.3.3 Kita mengetahui penggunaan pupuk dan pestisida yang digunakan pada lahan.
1.3.4 Kita mengetahui penggunaan mulsa pada lahan.
1.3.5 Kita mengetahui pola tanam yang diterapkan pada lahan.
1.3.6 Kita mengetahui OPT, Musuh Alami, dan Organisme Tanah yang terdapat di Lahan.
1.3.7 Kita mengetahui cara pengendalian OPT di lahan
BAB II
METODOLOGI
2.1 Tempat dan waktu
Fieldtrip ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 11 Mei 2013, yang bertempat di Dusun Sumberbrantas Desa
Jurang RT 02 RW 06, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Malang.
2.2 Alat dan Bahan + fungsi
a) Alat
1. Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan dan hasil survey dengan petani
2. Kamera : untuk mendokumentasikan hasil yang didapat
3. Kuisioner : untuk tempat mencatat hasil wawancara dengan petani
b) Bahan
Lahan pertanian (tegal) : Sebagai objek pengamatan
2.3 Pengamatan
2.3.1 Pengamatan Hama
Metode yang dilakukan untuk mengamati hama yang terdapat pada lahan yang diamati adalah dengan
melihat dan mengamati keberadaan hama secara langsung. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut.
Analisis Kerja
Dalam pengamatan organisme hama, kita perlu mempersiapkan alat serta bahan yang akan digunakan
untuk pengamatan yang terdiri dari alata tulis, kamera, dan kertas kuisioner. Langkah pertama yang harus kita
lakukan yaitu mengamati beberapa sampel tanaman budidaya kentang yang ada di lahan. Selanjutnya,
mengamati tanaman tersebut secara dekat untuk mengetahui organisme hama apa saja yang terdapat pada
tanaman tersebut. Lalu, mengidentifikasi setiap hama yang ada. Setelah itu, mendokumentasikan setiap
organisme hama tersebut dengan menggunakan kamera.
2.3.2 Pengamatan Penyakit
Metode yang dilakukan untuk mengamati penyakit pada tanaman yang terdapat pada lahan yang
diamati adalah dengan melihat dan mengamati keberadaan penyakit dilihat dari tanda dan gejalanya secara
langsung. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut.
Analisis Kerja
Dalam pengamatan penyakit, kita perlu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
pengamatan. Alat dan bahan tersebut adalah alat tulis, kamera, dan kertas kuisioner. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu melihat tanaman secara dekat untuk melihat apakah ada tanda dan gejala penyakit yang
ditimbulkan pada tanaman tersebut. Lalu, setelah menemukan tanda dan gejala penyakit yang ada melakukan
identifikasi tanda dan gejala yang ditemukan tersebut. Dokumentasikan hasil yang telah diidentifikasi dengan
menggunakan kamera.
2.3.3 Pengamatan Musuh Alami
Metode yang dilakukan untuk mengamati musuh alami yang terdapat pada lahan yang diamati adalah
dengan melihat dan mengamati keberadaan musuh alami secara langsung. Untuk alur kerjanya adalah sebagai
berikut;
Analisis Kerja
Musuh alami adalah organisme menguntungkan yang dapat membasmi, mengurangi maupun menekan
populasi hama pada suatu lahan. Sebelum pengamatan lahan dilaksanakan, kami terlebih dahulu melakukan
wawancara kepada bapak Noto Utomo yang sebagai nara sumber fieldtrip kami. Kemudian melakukan
pengamatan populasi musuh alami dengan cara pengamatan langsung. Setelah menemukan musuh alami yang
ada, spesimen didokumentasikan. Berdasarkan hasil pengamatan kami, ditemukan beberapa musuh alami yang
menguntungkan, yakni kumbang kubah spot M dan tomcat.
2.3.4 Pengamatan Faktor Edafik (Pengolahan Tanah)
Metode yang dilakukan untuk mengamati faktor edafik pada lahan yang diamati adalah dengan
wawancara secara langsung kepada narasumber. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut
Analisis Kerja
Dalam pengamatan kali ini, langkah pertama untuk melakukan pengamatan faktor edafik adalah
menyiapkan alat dan bahan, lalu mewawancarai narasumber dan mencatat hasil wawancara.
2.3.5 Pengamatan Penggunaan Pestisida
Metode yang dilakukan untuk mengamati penggunaan pestisida pada lahan yang diamati adalah dengan
wawancara secara langsung kepada narasumber. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut
Analisis Kerja
Dalam pengamatan kali ini, langkah pertama untuk mengamati pola penggunaan pestisida adalah
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Selanjutnya mewawancarai narasumber untuk mengetahui pola
penggunaan pestisida.
2.3.6 Pengamatan Penggunaan Varietas Tahan
Metode yang dilakukan untuk mengamati penggunaan varietas tahan pada lahan yang diamati adalah
dengan wawancara secara langsung kepada narasumber. Untuk alur kerjanya adalah sebagai berikut
Analisis Kerja
Hal yang dilakukan pertama kali untuk praktikum ini yaitu menyiapkan alat tulis dan kuisioner.
Kemudian mulai mengadakan kegiatan wawancara kepada narasumber yaitu Bapak Noto Utomo
untuk mendapatkan informasi mengenai ada atau tidaknya penggunaan varietas tahan pada sistem budidaya
tanaman kentang bapak Noto Utomo.
BAB III
Kondisi Wilayah Umum
3.1 Lokasi Fieldtrip
Lokasi fieldtrip yang kelompok kami lakukan pada hari Sabtu, 11 Mei 2013, adalah pada desa
Sumberbrantas tepatnya pada Dusun Jurang RT 02 RW 06, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Malang. Lokasi
pengamatan di daerah Sumberbrantas ini adalah berupa lahan pertanian milik kelompok tani seluas 200 hektar,
dengan ketinggian lahan pertanian tersebut terletak pada ketinggian 1691m diatas permukaan laut.
3.2 Latar Belakang Petani
Desa Sumber Brantas Dusun Jurangwali Kecamatan Bumiaji Kabupaten Malang terkenal dengan
bermacam – macam komoditas yang dibudidayakan. Seperti wortel, kentang, kubis, paprika dan lain-lain.
Tepatnya hari sabtu kami melakukan wawancara dengan salah satu petani yang ada di desa Sumber Brantas
yang bernama Bapak Noto Utomo. Salah satu petani yang menanam komoditas kentang, kubis, wortel dan
paprika. Dari menanam komoditas tersebut, hasil produksi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
sehari – hari.
Desa Sumber Brantas mempunyai Kelompok Tani yang sifatnya berbagi pengalaman antara satu petani
dengan petani lainnya dalam pengelolahan usaha tani. Dalam kelompok tani Anjasmoro 01 Pak Noto utomo
mempunyai kepercayaan dalam melakukan aktivitas pertanian menjadi bendahara.
3.3 Sejarah Penggunaan Lahan
Gambaran sejarah lahan yang digunakan oleh Bapak Noto Utomo adalah merupakan lahan tegalan
milik kelompoktani Anjasmoro seluas 200 hektare, sedangkan Bapak Noto Utomo hanya mengelola lahan tegal
tersebut seluas 1 hektare saja Dimana pada saat pengelolaan yang dilakukan oleh Bapak Noto Utomo ini
dimanfaatkan untuk penanaman tanaman dataran tinggi yang berupa tanaman hortikultura yang mengacu pada
jenis sayuran seperti kubis, kentang, dan paprika, tetapi paprika yang ia tanam dibudidayakan pada green house
bukan pada lahan tegalan. Sebelumnya pak Notoutomo menanaminya dengan tanaman wortel. Pergantian jenis
tanaman tersebut diharapkan dapat mengurangi jenis hama yang menyerang sebelumnya. Namun, hama dan
tanaman budidaya tidak dapat dipisahkan walaupun diadakan pergantian jenis tanaman yang baru tetap saja
hama tersebut menyerang tanaman yag ada sekarang. Hama-hama tersebut adalah thrips sp, plurella, dan ulat
grayak yang sangat merugikan petani. Dengan jenis tanah yang ada adalah berupa tanah andosol dengan tekstur
debu dan strukturnya remah, solum yang tebal. Dalam pengelolaan lahannya ia menerapkan sistem rotasi pada
kentang dan kubis. Dimana, setelah dua kali menanam kentang dan panen lalu ia menanam kubis lalu
menggantinya lagi dengan wortel. Pergiliran tanaman atau rotasi tanaman ini dimaksudkan untuk
memperlambat tingginya tingkat erosi, meningkatkan produksi tanaman, memanfaatkan tanah-tanah yang
kosong, memperkaya variasi menu petani, dan yang paling utama adalah memperkecil resiko kegagalan panen
yang terjadi.
3.4 Penggunaan Lahan
3.4.1 Jenis Penggunaan Lahan
Tegal dengan luas 1 hektar yang digunakan oleh Bapak Noto Utomo untuk bercocok
tanam tersebut merupakan lahan dari pembagian Kelompok tani Anjasmoro I. Sebelum lahan tersebut ditanami
dengan tanaman kentang Pak Noto menanaminya dengan tanaman wortel. Selain itu Bapak Noto menanaminya
dengan varietas tahan, yaitu kubis, dan paprika. Namun, paprika tersebut ditanam didalam green house.Tujuan
budidaya Bapak Noto sendiri dengan tujuan seperti halnya petani pada umumnya, yaitu untuk dijual dan
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Akan tetapi ada juga yang dibudidayakan untuk dikonsumsi
sendiri.
3.4.2 Sistem Budidaya
Sistem budidaya yang digunakan oleh Bapak Noto adalah sistem monokultur, yaitu menanam satu jenis
tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur. Cara pengolahannya
sangat sederhana yaitu dengan hanya menggunakan cangkul untuk olah tanah. Begitu juga dengan pemberian
pupuk, tanah hanya diolah dengan cangkul. Dalam pemberian pupuk tanaman monokultur ini setiap 90 hari
sekali tiap panen. Pada lahan tersebut terdapat rotasi tanaman apabila setelah panen kentang, ganti menanam
kubis, ganti wortel, dan lain-lain. Petani selain menggunakan pupuk juga menggunakan pestisida yang diberikan
penyemprotan pada pagi hari. Pak Noto juga menggunakan mulsa organik atau jerami dan mulsa sintetis atau
mulsa hitam perak apabila kemarau perak diletakkan diatas dan hitam diletakkan dibawah. Apabila musim hujan
hitam dibawah dan perak diatas. Dalam budidaya tanaman dan pengolahan lahan tentunya tidak lupa dengan
penggunaan pupuk sebagai bahan yang dapat membantu penyuburan tanah maupun tanaman. Dalam budidaya
tanaman monokultur ini petani menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, baik berupa
padatan (feces) yang bercampur sisa makanan, ataupun air kencing (urine) dan pestisida kimia contohnya ZA,
SP36, Urea, NPK dan ponska yang didapat dari subsidi pemerintah.
3.4.3 Tanaman Budidaya
Tanaman yang dibudidayakan pada lahan tegal yang dikelola oleh Bapak Notoutomo adalah jenis
tanaman dataran tinggi yaitu tanaman hortikultura tetapi cenderung mengarah kepada jenis tanaman sayur-
sayuran, dengan macamnya yaitu: kentang, kubis, paprika,wortel dll. Menurut beliau pemilihan jenis tanaman
sayuran tersebut didasarkan pada lokasi atau tempat yang sesuai untuk dibudidayakannya oleh karena, desa
Sumberberantas merupakan daerah dataran tinggi sehingga cocok sekali untuk ditanami taaman sejenis sayur-
sayuran, selain itu tingginya permintaan sayur-sayuran dipasar sangat lah tinggi dan harga yang ada dipasaran
pun juga sangatlah tinggi, sehingga dapat memberikan keuntungan bagi beliau, hal itulah yang mendorong
bapak Notokusumo untuk memilih jenis sayur-sayuran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hama yang ditemukan
Hama yang ditemukan Ciri-ciri Gejala dan tanda
Aphids sp
(Matnawy, 1989)
Tubuh pipih
Ukuran sangat kecil
Tipe mulut penghisap
Antena panjang
Memilki 3 pasang tungkai
Daun
menggulung atau
melekuk
Daun berwarna
kekuningan
Thrips
(Matnawy, 1989)
Thrips dewasa berwarna
kekuningan, coklat merah
ataupun coklat kehitam-
hitaman dengan
panjang 1,0 mm – 1,2 mm
Memiliki
dua pasang sayap,
sayap berumbai-rumbai
dengan rambut,
sayap depan lebih panjang
dari pada sayap belakang
Bersifat polyfag,
serangga yang
memakan banyak
jenis (spesies)
tanaman dari
berbagai famili
tanaman.
Ulat grayak
(Matnawy, 1989)
Pada umumnya terdapat
bintik hitam arah lateral
pada setiap ruas abdomen.
daun menjadi
transparan
dan dari jauh
tampak berwarna
keputih-putihan,
sedang tulang-
tulang daun dan
efidermis bagian
atas
tidak dimakan
Perbandingan dengan literature
Menurut literature “Hama dan Penyakit pada Tanaman Kentang”, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sulawesi Selatan. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas kentang adalah serangan hama dan penyakit
utama. beberapa hama tanaman kentang yang Kutu Daun (Myzus persicae, Aphids spp), Ulat Penggerek Daun
(Phthorimaea operculella Zell).
Kutu daun merupakan vektor penting yang dapat menularkan penyakit virus menggulung daun kentang
(Potato Leaf Roll Virus/PLRV) dan virus Y (Potato Virus Y/PVY). Gejala serangan penyakit virus tersebut
adalah daun-daun kentang menggulung ke atas (PLRV) atau kekuning-kuningan (gejala mosaik) karena
serangan PVY.
Pada ulat Penggerek daun/umbi (Phthorimaea operculella Zell), daun yang terserang terlihat berwarna
merah tua dan nampak adanya jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu. Kadang-
kadang daun kentang menggulung yang disebabkan oleh ulat yang merusak permukaan daun sebelah atas,
bersembunyi dalam gulungan daun tersebut. Gejala serangan pada umbi dapat dilihat dengan adanya kotoran
yang berwarna coklat tua pada kulit umbi. Apabila umbi tersebut dibelah akan kelihatan alur-alur yang dibuat
oleh ulat sewaktu memakan umbi. Larva berwarna putih sampai kuning, tetapi dapat pula berwarna kehijau-
hijauan. Larva memakan daun dengan cara membuat alur-alur pada daun atau membuat lubang dan lorong pada
umbi. Kerusakan berat pada pertanaman kentang sering terjadi pada musim kemarau. Di dalam gudang
penyimpanan, hama tersebut merusak bibit kentang yang disimpan selama 3 – 5 bulan sebelum tanam. Selain
kentang tanaman inang hama ini adalah tanaman tomat, kecubung, bit gula, terung dan tembakau.
Sedangkan pada penelitian yang kami lakukan pada desa Sumber brantas dan dari keterangan Bapak
Notou tomo, salah satu pemilik lahan kentang, hama yang paling banyak adalah mesos, mesos menyerang pada
daun – daunnya. Selain itu juga terdapat ulat grayak dan penggerek, dan thrips. Semua hama tersebut
merugikan produktivitas tanaman kentang.
4.1.2 Penyakit yang ditemukan
Penyakit yang ditemukan Gejala dan tanda
Phytoptera infenstan
(Matnawy, 1989)
Gejala pada tingkat awal
timbul bercak nekrotik pada
bagian tepi dan ujung daun
Gejala pada tingkat lanjut
muncul bercak-bercak
nekrotik yang berkembang
ke seluruh daun tanaman
dan menyebabkan kematian
Perbandingan dengan literature
Berdasarkan literature yang kami dapat yang berjudul “Searching for a Balance: Environmental
Concerns and Potential Benefits of Trangenic Crops in Centers of Origin and Diversity” karya Iva Virgin and
Robert Frederick. Menyatakan bahwa Sifat tahan jamur, perlawanan terhadap blight late (phytopterainfestans)
menerima mos diskusi. Peserta setuju bahwa tanaman transgenik kentang tahan terhadap blight late akan higly
bermanfaat untuk Amerika latin, meningkatkan produktivitas dan mengurangi kebutuhan untuk fungisida. Petani
skala kecil maupun besar akan menguntungkan. Sudah ada spesies di kolam gen liar Solanum bahwa tahan
terhadap blight late, jadi transfer gen perlawanan tidak akan secara dramatis mempengaruhi populasi liar.
4.1.3 Pengaruh Hama dan Penyakit Terhadap Produksi Komoditas
Luka dan kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu spesies merupakan dua hal yang berhubungan dengan
status spesies itu untuk menjadi hama atau penyakit. Luka atau injury sering didefinisiskan sebagai dampak
sebuah spesies terhadap komoditas atau tanaman, sedangkan kerusakan merupakan efek dari luka berdasarkan
evaluasi manusia. Luka bersifat biologis, sedangkan kerusakan ekonomis. Oleh sebab itu, hama dan penyakit
menyebabkan kerusakan pada komoditas dan berpengaruh pada tingkat produksi sehingga cenderung dapat
merugikan secara kuantitas maupun kwalitas.
Serangan hama dan penyakit merupakan penyebab utama kerusakan kehilangan hasil rambutan, sejak
masih di kebun sampai siap konsumsi. Pengenalan jenis hama dan penyakit, gejala serangan, dan cara
pengendalian merupakan strategi untuk menyelamatkan hasil dari resiko kerugian yang fatal.
4.1.3 Musuh Alami yang ditemukan
Musuh Alami yang ditemukan Ciri-ciri Peran
Tomcat (Paederus fuscipes)
(Matnawy, 1989)
Berukuran panjang antara
7-10 mm dan lebar antara
0,5 sampai 1 mm.
Tubuh berbentuk
memanjang, terbagi
menjadi tiga bagian
kepala, toraks, dan 3 ruas
abdomen. Badan berwarna
dasar coklat muda.
Kakinya terdiri atas 3
pasang dan tidak berkuku.
Bersayap tidak sempurna
dan berwarna gelap,
terdiri dari dua pasang,
tetapi tidak menutupi
seluruh abdomen.
Bila terancam akan
menaikkan bagian perut
sehingga nampak seperti
kalajengking.
Berkaki panjang, tipe
serangga pejalan cepat.
Berperan sebagai predator
serangga hama
Kumbang ini sesungguhnya
tergolong serangga berguna
karena berperan sebagai
predator aktif pada beberapa
serangga pengganggu
tanaman kentang.
Kumbang kubah spot M
(Menochillus sexmaculatus)
(Matnawy, 1989)
memiliki panjang tubuh
5-6 mm
warna merah dengan
bercak-bercak hitam putih
dan kuning
predator dari tungau dan
kutu daun
4.2 Pengendalian yang dilakukan oleh petani
4.2.1 Pengendalian terhadap Populasi hama dan penyakit
Pada fieldtrip yang telah dilakukan kepada petani holtikultura, khususnya petani dengan komoditas
pertaniaannya berupa kentang ditemukan beberapa hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi
komoditas tersebut. Tanaman kentang memang tergolong tanaman yang sangat rentan terhadap serangan hama
dan penyakit baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Penanaman kentang pada musim hujan sangat
rentan terhadap serangan busuk Phytophthora dan layu Fusarium. Sebaliknya, jika penanaman dilakukan pada
musim kemarau, tanaman kentang rentan terhadap serangan hama thrips, ulat, dan lalat penggorok daun. Hal ini
dapat mengakibatkan nilai kualitas dan kuantitas produksi menurun. Sehingga petani disini perlumelakukan
pengendalian tehhadap populasi hama dan penyakit tersebut. Untuk menanggulangi serangan hama dan
penyakit, petani biasanya menggunakan beberapa metode. Metodenya pengendaliannya adalah secara biologi,
mekanis, fisik dan kimia.
4.2.1.1 Pengendalian secara Biologi
Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup
untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini
diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator,
parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus), pengertian
organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan
bahan genetik.
Menurut Rosichon, pengendalian biologi memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan. Kunci dari
pengendalian hama secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek biologi dari serangga itu sendiri.
Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi
tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk pengendalian hama.
Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit
(inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang
relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Pengendalian hama yang
hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi
ekologi. Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan
pestisida hendaknya dilakukan secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu. Hanya saja, kata
Rosichon, kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani.Pengendalian biologi yang
membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti.
Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara tergantung kapadatan
populasi, sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Musuh alami hama bisa
berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen.
A. Predator (pemangsa)
Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan
mangsa.Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari mangsanya.Jenis pemangsa, antara
lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil lainnya.
B. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya
serangga juga).Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit
karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis. Kebanyakan serangga
parasitoid hanya menyerang jenis /hama secara spesifik.Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan
atau bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan
membunuhnya. Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.
Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah,
tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya).Meskipun tidak banyak, parasitoid
juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera.Sebagian besar serangga parasitoid yang
bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.
C. Patogen
Cara pengendalian biologis lainya adalah menggunakan musuh alami patogen, yaitu makhluk hidup yang
menjangkitkan penyakit pada inang.Dalam kondisi tertentu, seperti kelembapan yang tinggi secara alami, suatu
organisme rawan terhadap serangan patogen. Patogen dapat dimanfaatkan untuk dijadikan musuh alami dari
hama pertanian. Contoh patogen di antaranya, bakteri, virus, dan jamur.
Di lahan tegal milik bapak Noto Utomo yang berprofesi sebagai seorang petani kentang, dalam
pengendalian secara biologi beliau menggunakan beberapa makroorganisme seperti capung dan kumbang kubah
spot M dalam proses usahataninya. Capung berperan sebagai predator rayap dan trips. Bagian-bagian tubuhnya: