1 PERANAN DAN TEKNIK PENYUSUNAN ANALISIS STANDAR BELANJA DALAM PENYUSUNAN APBD Oleh: Disampaikan Pada : PENDAHULUAN Pada masa sekarang ini, tuntutan transparan dan akuntabel atas pengelolaan keuangan daerah semakin meningkat. Untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut, terutama atas tuntutan akuntabel dapat dilakukan dengan cara pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, dan efektif. Salah satu cara yang dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan secara ekonomis, efisien, dan efektif dengan menyusun standar biaya atau dalam bahasa resmi dalam Permendagri 13/2006 yaitu Analisis Standar Belanja (ASB). Pentingnya dilakukan penyusunan ASB ini karena adanya ketidakadilan dan ketidakwajaran anggaran belanja antar kegiatan sejenis antar program dan antar SKPD, yang disebabkan oleh : 1. Tidak jelasnya definisi suatu kegiatan 2. Perbedaan output kegiatan 3. Perbedaan lama waktu pelaksanaan 4. Perbedaan kebutuhan sumberdaya 5. Beragamnya perlakuan objek atau rincian objek belanja Bimbingan Teknis Penyusunan Standar Biaya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
PERANAN DAN TEKNIK PENYUSUNAN ANALISIS STANDAR BELANJA
DALAM PENYUSUNAN APBD
Oleh:
Disampaikan Pada :
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini, tuntutan transparan dan akuntabel atas pengelolaan
keuangan daerah semakin meningkat. Untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut,
terutama atas tuntutan akuntabel dapat dilakukan dengan cara pengelolaan keuangan
daerah secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Salah satu cara yang dapat diambil oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan
keuangan secara ekonomis, efisien, dan efektif dengan menyusun standar biaya atau
dalam bahasa resmi dalam Permendagri 13/2006 yaitu Analisis Standar Belanja (ASB).
Pentingnya dilakukan penyusunan ASB ini karena adanya ketidakadilan dan
ketidakwajaran anggaran belanja antar kegiatan sejenis antar program dan antar
SKPD, yang disebabkan oleh :
1. Tidak jelasnya definisi suatu kegiatan
2. Perbedaan output kegiatan
3. Perbedaan lama waktu pelaksanaan
4. Perbedaan kebutuhan sumberdaya
5. Beragamnya perlakuan objek atau rincian objek belanja
Bimbingan Teknis Penyusunan Standar Biaya
2
Disamping ke lima penyebab tersebut diatas, sering juga terjadi pada anggaran
pemerintah daerah pemborosan anggaran.
LANDASAN LEGAL FORMAL ASB
Bagi pemerintah daerah yang menyusun ASB, landasan hukum yang dapat
digunakan adalah :
1. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah pasal 167 ayat 3 : Belanja
daerah mempertimbangkan beberapa instrument pendudkung, berupa : analisis
standar belanja, standar harga satuan, tolak ukur kinerja, dan standar pelayanan
minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. PP Nomor 58/2005 Pasal 39 ayat 2 : Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi
kerja dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indicator kinerja, analisis standar
belanja, standar harga satuan, dan standar pelayanan minimal.
3. Permendagri No 13 Tahun 2006 pasal 93 ayat 1 disebutkan bahwa penyusunan
RKA SKPD berdasarkan prestasi kerja, indikator kinerja, capaian atau target kinerja,
analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal.
Oleh karena itu dipandang perlu pemerintah daerah menyusun buku panduan
analisis standar belanja (ASB) sebagai panduan bagi SKPD dalam menyusun RKA
SKPD yang bersangkutan serta sebagai alat evaluasi kewajaran RKA bagi pemerintah
daerah.
3
DEFINISI
Berikut ini dijelaskan beberapa definisi yang digunakan dalam penulisan makalah
ini :
Analisis Standar Belanja adalah :
Penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang dialokasikan untuk
melaksanakan suatu kegiatan.
Kegiatan adalah :
Bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD
sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri
dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya yang berupa personil, barang
modal, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua objek sumber daya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam
bentuk barang atau jasa.
PRINSIP DASAR PENYUSUNAN ASB
Dalam penyusunan ASB, ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan
pemerintah daerah yaitu :
1. Penyederhanaan (modeling)
Penyusunan ASB bertujuan membuat model belanja untuk objek-objek kegiatan
yang menghasilkan output yang sama.
2. Mudah diaplikasikan
Model yang dibuat mudah diaplikasikan, atau tidak membuat susah yang
menggunakan model tersebut.
4
3. Mudah diup-date
Model yang dibuat mudah untuk diperbaharui, dalam arti jika ditambahkan data-data
baru tidak merubah formula model tersebut secara keseluruhan.
4. Fleksibel, dalam hal ini model yang dibuat menggunakan konsep belanja rata-rata
dan memiliki batas minimum belanja dan batas maksimum belanja.
PERANAN ASB DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN
Sesuai dengan isi Permendagri 13/2006 pasal 93 ayat 1, menyatakan bahwa
penyusunan RKA SKPD berdasarkan pada ASB (salah satu dasar), dan pada ayat 4
menyatakan bahwa ASB merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya
yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan, serta memperhatikan prinsip-
prinsip dasar penyusunan ASB. Maka dapat dikatakan peranan ASB dalam
penyusunan anggaran pada pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
1. Menjamin kewajaran beban kerja dan biaya yang digunakan antar SKPD dalam
melakukan kegiatan sejenis.
2. Mendorong terciptanya anggaran daerah yang semakin efisien dan efektif
3. Memudahkan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) melakukan verifikasi total
belanja yang diajukan dalam RKA SKPD untuk setiap kegiatan.
4. Memudahkan SKPD dan TAPD dalam menghitung besarnya anggaran total belanja
untuk setiap jenis kegiatan berdasarkan target output yang ditetapkan dalam RKA
SKPD.
5
PENDEKATAN PENYUSUNAN ASB
Penyusunan Analisis Standar Belanja menggunakan tiga pendekatan utama,
yaitu: pendekatan Activity Based Costing (ABC), pendekatan Ordinary Least Square
(regresi sederhana) dan pendekatan metode diskusi (focused group discussion).
Pendekatan ABC
Pendekatan ABC merupakan suatu teknik untuk mengukur secara kuantitatif
biaya dan kinerja dari satu kegiatan (the cost and performance of activities) serta teknik
mengalokasikan penggunaan sumber daya dan biaya kepada masing-masing objek
biaya (operasional maupun administrasi) dalam satu kegiatan.
Pendekatan ABC bertujuan untuk meningkatkan akurasi biaya penyediaan
barang dan jasa yang dihasilkan dengan menghitung biaya tetap (fixed cost) dan biaya
variabel (variable cost), sehingga total biaya dengan pendekatan ABC adalah :
Disamping itu, proses evaluasi dan penilaian kewajaran biaya dengan
pendekatan ABC dilakukan atas dasar biaya-biaya per kegiatan dan bukan atas dasar
alokasi bruto (gross allocations) pada suatu organisasi atau SKPD.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menggunakan pendekatan ABC
adalah :
1. Mengelompokkan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan output yang sama dalam
satu kelompok.
Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
6
2. Menentukan aktivitas-aktivitas apa saja yang akan menyebabkan timbulnya biaya
dalam satu kegiatan.
3. Menentukan cost driver . yang merupakan faktor-faktor yang mempunyai efek
terhadap perubahan level biaya total dalam satu kegiatan, atau cost driver
merupakan variabel-variabel yang menjadi penyebab munculnya perbedaan biaya
dalam melaksanakan suatu kegiatan tertentu.
Pendekatan Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana adalah suatu teknik yang digunakan untuk
membangun suatu persamaan yang menghubungkan antara variabel tidak bebas (Y)
dengan variabel bebas (X) sekaligus untuk menentukan nilai ramalan atau dugaannya.
Dalam regresi sederhana ini, variabel tidak bebas merupakan total biaya dari suatu
kegiatan, sedangkan variabel bebas merupakan cost driver dari kegiatan tersebut.
Penggunaan regresi sederhana dalam menyusun ASB berguna untuk membuat
model (persamaan) regresi untuk peramalan belanja dari suatu kegiatan. Peramalan
belanja dengan model regresi ini dengan cara menghitung belanja rata-rata,
menghitung batas minimum belanja, dan batas maksimum belanja, serta menghitung
prosentase alokasi kepada masing-masing objek belanja.
Persamaan garis regresi sederhana adalah sebagai berikut :
bXaY Di mana X dan Y adalah nilai-nilai yang diperoleh dari pengamatan. Yang perlu ditaksir
adalah koefisien a dan b.
7
Taksiran terbaik untuk koefisien a dan b adalah dengan menggunakan metode kuadrat
terkecil , yaitu :
di mana :
n
X
X ;
n
Y
Y ;
n = jumlah data
XbYa
Dimana koefisien a merupakan biaya tetap, dan koefisien b merupakan koefisien
untuk belanja variabel. Untuk melihat reliabilitas dari persamaan garis yang ditaksir,
maka dapat digunakan apa yang disebut sebagai kekeliruan baku taksiran (standar
deviasi). Rumus yang digunakan adalah :
2
)ˆ( 2
n
YY
se
Bentuk 2)ˆ( YY disebut pula sebagai jumlah kuadrat kekeliruan.
22 XnX
YXnXYb
8
Jika prediksi terhadap Y berdasarkan sebuah nilai X yang ditetapkan telah
dibuat, maka kita dapat menentukan interval taksiran untuk Y ini dengan menggunakan
kekeliruan baku taksiran yang dikemukakan di atas.
Dengan demikian batas bawah (minimum) untuk taksiran Y dapat dihitung
dengan :
ep stY .ˆ
Sedangkan batas atas (maksimum) taksiran Y adalah :
ep stY .ˆ
di mana t diperoleh dari tabel t dengan derajat bebas n – 2
Pendekatan Metode Diskusi (focused group discussion)
Pendekatan metode diskusi dalam penyusunan ASB digunakan untuk
memperoleh masuk-masukan dari SKPD tentang aktivitas dan output dari suatu
kegiatan, dan juga masukan-masukan tentang cost driver dari suatu kegiatan. Hasil
yang diharapkan dari pendekatan metode diskusi ini adalah kesepahaman tentang
aktivitas, output dan cost driver dari suatu kegiatan antara penyusun dan SKPD dalam
penyusunan ASB.
Langkah-Langkah Penyusunan ASB
Berikut ini adalah langkah-langkah sistematis yang digunakan untuk penyusunan
ASB dengan menggunakan ketiga pendekatan-pendekatan diatas :
9
1. Mengumpulkan data sekunder berupa kegiatan eksisting pemerintah daerah pada
tahun berjalan (dapat berupa RKA atau DPA) dan juga data sekunder berupa
standar harga satuan.
2. Memeriksa kesesuai harga satuan yang ada pada RKA/DPA dengan peraturan
gubernur/bupati/walikota tentang standar harga satuan.
3. Mengidentifikasi setiap jenis kegiatan tentang output dan cost drivernya.
4. Menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang perlu dan akan dibuatkan ASBnya.
5. Melakukan pengelompokan awal setiap kegiatan yang memiliki kesamaan output
dan cost drivernya menjadi satu kelompok ASB, lalu memberi nama kelompok ASB
tersebut.
6. Melakukan diskusi atas pengelompokan awal yang telah dibuat tentang aktivitas,
output dan cost driver dari suatu kegiatan. Lalu menyepakati penyempurnaan atas
kelompok-kelompok ASB tersebut.
7. Membuat model regresi sederhana masing-masing kelompok ASB yang telah
disepakati.
8. Menghitung nilai minimum dan maksimum belanja dari model regresi sederhana dari
masing-masing kelompok ASB.
9. Menghitung prosentase alokasi belanja kepada masing-masing objek belanja
(aktivitas) pada satu kelompok ASB, baik alokasi belanja rata-rata, alokasi belanja
minimum, dan alokasi belanja maksimum.
10. Menyusun buku panduan ASB secara keseluruhan.
10
CONTOH PENYUSUNAN ASB
Bintek dan Pelatihan
Langkah 1 s.d 6 : Misalnya data sekunder dari masing-masing RKA SKPD pada tahun anggaran 2010 (dalam
ribuan rupiah) yang dapat dikelompokan dalam satu kelompok ASB Bintek dan Pelatihan, sebagai berikut :
NO
Kegiatan Anggaran Objek Belanja berdasarkan aktivitas
Hon PNS Hon Non PNS
Foto copy Bhn Hbs Pakai
Mamin Perjalanan Dinas
Sewa
1 Pel Aparat dlm Perencanaan Tata Ruang 75.500 7.500 30.000 1.500 4.500 9.500 12.500 10.000
2 Pel kompetensi tenaga pendidik 162.500 12.000 75.000 2.000 13.500 20.000 25.000 15.000