Top Banner
92 PERKEMBANGAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir Email: [email protected] Abstract Religious value development means the ability development in understanding, believing, and upholding the truths from the Creator, and it tries to make what is believed as a guide in speaking, behaving and acting in various situations. Religious teaching values in life in early childhood will have positive influences on children character, since childhood until adult period. Why there are many negative symptoms, for example: children and adolescence live in indiscipline manner; attitude of opposing parents causes difficulties in school and any others. Experts argue that the main source is because parents or educators have neglected spiritual education in children life, and in their childhood, they were not given education to know God. The religious development for children is also greatly determined by education and experience. Thus, religious teaching values in life during early childhood or before going to school, before being teenagers will give positive influences in children characteristics until they reach their adult time. Keywords: Development, Religion, early Childhood
22

Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

Nov 20, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

92

PERKEMBANGAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI

Cittra Juniarni

STIT – Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir

Email: [email protected]

Abstract Religious value development means the ability development in

understanding, believing, and upholding the truths from the Creator, and it tries to

make what is believed as a guide in speaking, behaving and acting in various

situations. Religious teaching values in life in early childhood will have positive

influences on children character, since childhood until adult period. Why there are

many negative symptoms, for example: children and adolescence live in

indiscipline manner; attitude of opposing parents causes difficulties in school and

any others. Experts argue that the main source is because parents or educators have

neglected spiritual education in children life, and in their childhood, they were not

given education to know God. The religious development for children is also

greatly determined by education and experience. Thus, religious teaching values in

life during early childhood or before going to school, before being teenagers will

give positive influences in children characteristics until they reach their adult time.

Keywords: Development, Religion, early Childhood

Page 2: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

93

Abstrak

Perkembangan nilai-nilai agama artinya perkembangan dalam kemampuan

memahami, mempercayai, dan menjunjung tinggi kebenaran-kebenaran yang

berasal dari Sang Pencipta, dan berusaha menjadikan apa yang dipercayai sebagai

pedoman dalam bertutur kata, bersikap dan bertingkah laku dalam berbagai situasi.

Nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan pada anak usia dini akan memberikan

pengaruh yang positif dalam tabiat anak tersebut, pada masa kecil sampai ia

menjadi dewasa. Mengapa terjadi banyak gejala negatif, misalnya dalam kehidupan

anak dan orang muda tidak berdisiplin, sikap menentang orang tua menimbulkan

berbagai kesulitan di sekolah dan sebagainya.Para ahli berpendapat bahwa yang

menjadi sumber utama ialah karena orang tua atau pendidik telah melalaikan

pendidikan rohani bagi kehidupan anak, dan pada masa kecil mereka tidak diberi

pendidikan supaya mengenal Tuhan. Perkembangan agama pada anak juga sangat

ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman. Dengan demikian nilai-nilai ajaran

agama dalam kehidupan pada masa anak usia dini atau seorang anak sebelum

bersekolah, sebelum mereka remaja akan memberikan pengaruh yang positif dalam

tabiat anak itu sampai ia menjadi dewasa.

Keywords: Perkembangan, Agama, Anak Usia Dini

Page 3: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

94

A. Pendahuluan

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang dilakukan sejak lahir

hingga usia 6 tahun dengan tujuan untuk memberikan rangsangan-rangsangan

perkembangan dalam mengembangkan potensi-potensi anak. Anak usia dini

merupakan individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat, bahkan dapat dikatakan sebagai lompatan

perkembangan. Perkembangan adalah bertambahnya fungsi psikis dan fisik anak

meliputi sensorik (mendengar, melihat, meraba, merasa, dan menghirup), motorik

(gerakan motorik kasar dan halus), kognitif (pengetahuan, kecerdasan), komunikasi

(berbicara dan bahasa), serta sikap religius, sosial-emosional dan kreativitas.

Masa anak-anak merupakan periode yang dinamis secara psikologis

maupun religius.Anak-anak memiliki kemampuan yang luar biasa dalam meniru

perilaku orang dewasa. Tetapi pada umumnya anak memasukkan ke dalam pikiran,

perasaan, dan kehendaknya apa yang didengar dan dilihatnya sesuai dengan

kemampuannya. Menerima agama masa anak dan memberi keleluasaan kepada

mereka untuk bebas ikut serta dalam kegiatan umat yang diikuti oleh semua

anggota dari segala umur, dapat menjadi cara untuk menyiapkan mereka dalam

peziarahan menuju kedewasaan religius.1

Perkembangan setiap anak tidak sama dengan pertumbuhannya namun

saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Pertumbuhan menjelaskan

perubahan dalam ukuran, sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam

kompleksitas dan fungsinya.2Begitu juga pada masa golden age yang dimiliki anak

usia dini memiliki perkembangan yang begitu pesat. Maka membutuhkan

rangsangan-rangsangan yang tepat pula dalam setiap aspek perkembangannya.

Pemerintah telah membuat peraturan dalam meningkatkan mutu pendidikan anak

usia dini sebagai bentuk dari tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat

dengan tujuan meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas sejak dini.

1Robbert W. Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, (Yogyakarta: Kanisius,

1994), hal. 22. 2 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekoah, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya,

2008), hal. 20.

Page 4: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

95

PAUD diselenggarakan berdasarkan kelompok usia dan jenis layanannya,

yang meliputi:3

a. Layanan PAUD untuk usia sejak lahir sampai dengan 6 (enam) tahun terdiri atas

Taman Penitipan Anak dan Satuan PAUD Sejenis (SPS), dan yang sederajat.

b. Layanan PAUD untuk usia 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) tahun terdiri atas

Kelompok Bermain (KB) dan yang sejenisnya.

c. Layanan PAUD untuk usia 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) tahun terdiri atas

Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA)/Bustanul Athfal (BA), dan

yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah jenjang pendidikan formal

yang harus dilalui anak untuk membantu anak dalam meningkatkan potensi dari

setiap perkembangannya.Perkembangan yang dimiliki setiap anak usia dini

meliputi:4

a. Perkembangan nilai moral, agama yaitu anak mampu menerapkan tata cara

beribadah atau berdoa sesuai agamanya, dan membiasakan mereka untuk hidup

sesuai agamanya.

b. Perkembangan sosial emosional anak, yaitu kemampuan bersosialisasi dengan

orang lain, menahan emosinya.

Sudah jelas bahwa setiap anak pada hakikatnya membutuhkan peran agama

dalam setiap aspek kehidupan karena sudah menjadi fitrahnya setiap orang

memiliki kesiapan dalam mengenal dan meyakini adanya Tuhan.Untuk

menciptakan generasi penerus yang berkualitas, beriman dan bertakwa dalam angka

menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era global,

pengembangkan potensi keagamaan (religiusitas) pada anak usia dini sangat

penting. Maka menjadi tugas penting sebagai seorang pendidik dan orang tua untuk

membantu, mendidik dan memberikan rangsangan-rangsangan pembelajaran agama

kepada anaknya sebagai modal awal kehidupan umat manusia yang beragama

dalam pemenuhan kebutuhan rohaninya.

3 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, BukuPanduan Kurikulum 2013, (Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014), hal. 3. 4 Luluk Asmawati, Perencanaan Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2014 ), hal. 32.

Page 5: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

96

B. Pembahasan

1. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam

Menurut Mansur, Anak usia dini merupakan sekelompok anak yang berada

dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik dalam arti

memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan(koordinasi motorik halus dan

kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan

spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan

komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan

anak.5

Menurut NAEYC (National Association for the Education of Young

Children), “PAUD adalah pendidikan anak usia dini yang dimulai saat kelahiran

hingga anak berusia delapan tahun.Batita dan balita mengalami kehidupan secara

menyeluruh di rentang usia ini dibanding periode berikutnya”.6

Menurut UU Sisdiknas pasal 1 butir 14 yang menyatakan bahwa pendidikan

anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.7

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah upaya

pembinaan dan pengajaran kepada sekelompok anak yang berusia 0-6 tahun yang

berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, yang merupakan masa

penting bagi anak untuk mengembangkan sikap, minat serta potensi yang ada pada

diri anak. Masa ini merupakan masa yang sangat berharga untuk menanamkan

nilai-nilai agama, moral, etika dan sosial yang berguna untuk kehidupan

selanjutnya.

5 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

hal. vii. 6 Danar Santi, Pendidikan Usia Dini Antara Teori dan Praktik, (Indonesia: PT INDEKS,

2009), hal. vii. 7 UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2008), hal. 11

Page 6: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

97

Dalam mendukung perkembangan anak pada usia-usia selanjutnya,

termasuk pada usia dini, yang menjadi kewajiban orang tua adalah memberikan

didikan positif terhadap anak-anaknya, sehingga anak-anaknya tersebut tidak

menjadi/mengikut ajaran Yahudi, Nasrani atau Majusi, melainkan menjadi muslim

yang sejati. Mendidik anak dalam pandangan Islam, merupakan pekerjaan mulia

yang harus dilaksanakan oleh setiap orang tua, hal ini sejalan dengan sabda Rasul:

ثىا قتيبت حدثىا يحيى به يعلى عه واصح عه سماك به حرب عه جابر به سمرة قال قال حد

جل ولدي خير مه أن يتصدق بصاع ب الر وسلم لن يؤد علي صلى الل رسول الل

Artinya: Seseorang yang mendidik anaknya adalah lebih baik daripada ia

bersedekah dengan satu sha' (R. Tirmidzi).

Sungguh Allah Subhanahu Wata‟ala telah memberikan berbagai macam

amanah dan tanggung jawab kepada manusia. Diantara amanah dan tanggung

jawab terbesar yang Allah Ta‟ala berikan kepada manusia, dalam hal ini orang tua,

guru, pengajar ataupun pengasuh adalah memberikan pendidikan yang benar

terhadap anak. Yang demikian ini merupakan penerapan dari firman Allah dalam

Al Qur‟an Surah At-Tahrim ayat 6:

س نا ل ا ا ه ود وق را ا ن م ك ي ل ه وأ م ك س ف ن أ وا ق وا ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ا يم ره م أ ا م له ل ا ون ص ع ي ل د ا د ش ظ ل غ ة ك ئ ل م ا ه ي ل ع رة ا ج ح ل وا

رون ؤم ي ا م ون ل ع ف وي

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari

api neraka…”.(QS. At-Tahrim:6).8

Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu „anhu menafsirkan ayat diatas dengan

mengatakan: “Didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan”

(Tafsir Ath-Thobari, Al-Maktabah As-Syamilah).

8 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, Yayasan PenyelenggaraPenterjemah/

Penafsir Al Qur‟an, (Jakarta: SYGMA, 2007), hal. 560

Page 7: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

98

Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan

pendidikan kepada anak usia dini, justifikasi itu memberikan arti bahwa

penyelenggaraan pendidikan pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan

perintah yang didalamnya memiliki makna ibadah yang Agung. Inilah

kesempurnaan sebuah ajaran, dimana Islam mengajarkan tentang pentingnya proses

pembentukan generasi muslim dari sejak sedini mungkin untuk membangun

pribadi-pribadi muslim yang kaffah (sempurna).

2. Karakteristik Keagamaan Anak Usia Dini

Potensi beragama anak berjalan sesuai dengan perkembangan psikologi

anak.9Anak mengenal kata tuhan lewat dari bahasa yang dikeluarkan oleh

lingkungan sekitarnya yang awalnya acuh dengan tersebut.Anak mengenal kata

tuhan yang asing baginya dan tidak mengerti arti dari kata tersebut. Adapun faktor

yang mempengaruhi seorang anak dalam beragama yakni: kebutuhan, pengaruh-

pengaruh sosial, berbagai pengalaman, proses pemikiran.

1. Teori timbulnya keagamaan anak, yakni:

Ada tiga teori besar yang terkait dengan perkembangan agama setiap anak,

yangmeliputi :

a. Teori rasa ketergantungan

Teori ini dikemukakan oleh Thomas. Thomas berpendapat bahwa manusia

memiliki empat kebutuhan pokok sehingga teori ini juga dikenal dengan four

wishes. 4 kebutuhan itu adalah:10

1) Keinginan untuk perlindungan (security wish ).

2) Keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru (new experience wish).

3) Keinginan untuk mendapatkan tanggapan (respons wish).

4) Keinginan untuk dikenal (recognation wish).

Dari keempat kebutuhan tersebut maka timbullah ketergantungan antara

manusia terhadap manusia dan manusia terhadap tuhannya. Pada awalnya anak

menganggap bahwa orang tuanya dapat memenuhi segala kebutuhannya, namun

9 Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012), hal. 175.

10 Masganti Sit, Perkembangan Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2011 ), hal. 51.

Page 8: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

99

pada akhirnya anak akan sadar bahwa orang tuanya memiliki kebatasan dalam

memenuhi kebutuhannya dan memerlukan zat yang lebih kuat dari orang tuanya

dan bahkan lebih hebat daripada manusia yaitu Tuhan. Berdasarkan proses

sosialisasi inilah menurut Thomas muncul rasa keagaman pada anak.

b. Teori instink keagamaan

Bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink di antaranya instink

keagamaan.Belum terlihat tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi

kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum

sempurna.Misalnya instink sosial pada anak yang merupakan potensi bawaannya

sebagai makhluk homo socius, baru berfungsi setelah anak dapat bergaul dan

berkembang untuk berkomunikasi.Jadi instink sosial itu tergantung dari

kematangan fungsi lainnya.Demikian pula dengan instink keagamaan.

c. Teori fitrah

Islam mengatakan bahwa potensi beraga sudah dibawa oleh anak sejak ia

lahir. Potensi tersebut dikenal dengan sebutan fitrah.Fitrah adalah kemampuan yang

dimiliki manusia untuk mengakui adanya Allah sebagai pencipta manusia dan

seluruh alam. Manusia mengakui Allah sebagai tuhan sejak ia berada dalam

kandungan ibunya. Seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-A‟raf ayat 172 yaitu :

ى ل ع م ه د ه ش وأ م ه ت ري ذ م وره ه ظ ن م م د آ ي ن ب ن م ربك ذ خ أ ذ وإوم ي وا ول ق ت ن أ ا ن د ه ش ى ل ب وا ل ا ق م ربك ب ت س ل أ م ه س ف ن أ

ن ي ل ف ا غ ا ذ ه ن ع نا ك نا إ ة م ا ي ق ل ا

Artinya: “ Dan ingatlah ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam

dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka

(seraya berfirman): “ bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “

Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang

demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : “ Sesungguhnya

kami (Kami Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini

(keesaan Tuhan).” (QS. Al-A‟raf: 172).11

Fitrah manusia dibagi dua pada dasarnya di bagi pada dua jenis :

11

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya., Op Cit., hal. 173

Page 9: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

100

1) Fitrah akal (aqliah) yang merupakan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

manusia tanpa dipelajari (badihiyât awwaliyah).

2) Fitrah iman, kecenderungan dan keinginan untuk beribadah dan menyembah

Tuhan.

Adapun ciri-ciri fitrah adalah :

1) Fitrah merupakan pemberian Allah dan format penciptaan.

2) Fitrah bersifat universal yakni terdapat pada setiap wujud manusia.

3) Fitrah tidak dapat dilenyapkan (meskipun sering disembunyikan) dan akan

senantiasa ada selama manusia hidup.

4) Fitrah tidak diperoleh dari proses belajar, meskipun untuk memperkuat dan

mengarahkannya proses pendidikan sangat diperlukan.

Dengan demikian, fitrah mengenal Tuhan dan beragama telah terdapat dalam

diri manusia secara langsung yang menjadi model sekaligus modal khusus bagi

dirinya, bukan hasil rekayasa budaya dan ilmu. Fitrah tersebut merupakan model

penciptaan yang tak bisa diubah dan dihilangkan, walaupun ia dapat ditekan dan

disembunyikan. Cahaya keimanan terus membara dalam kalbu umat manusia,

karena sumber cahaya yang membara ini adalah fitrah manusia.Terdapat ruang di

dalam hati manusia untuk mengenal Tuhan secara sadar dan mempunyai potensi

untuk dikembangkan dengan menggunakan dalil-dalil akal yang argumentatif.

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik lemah fisik maupun

lemah akal.12

Namun manusia juga membawa fitrah dan potensi pada dirinya sejak

ia dilahirkan. Potensi bawaan ini memerlukan bimbingan dan pemeliharan terlebih

untuk anak usia dini.

2. Perkembangan agama pada anak-anak

Menurut Harm dalam Masganti mengatakan perkembangan agama pada

anak-anak mengalami tiga tingkatan yaitu tingkat dongeng, tingkat kepercayaan

dan tingkat individu.13

Ketiga tingkatan tersebut berupa :

12

Syafaruddin, dkk.,Pendidikan Prasekolah: Prespektif Pendidikan Islam dan Umum,

(Medan: Perdana Publishing, 2011), hal. 76. 13

Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing,

2015), hal. 126

Page 10: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

101

a. Tingkat Dongeng (The Fairly Tale Stage)

Pada tahap ini anak yang berumur 3-6 tahun konsep mengenal Tuhan banyak

dipengaruhi oleh fantasi dan emosi sehingga dalam menanggapi agama, anak masih

menggunakan konsep fantastik, yang diliputi oleh dongeng-dongeng.Kemampuan

berfikir tentang konsep agama pada anak sangat sedikit, kalau tidak dikatakan tidak

ada artinya dan itu hanyalah permainan bebas dari fantasi dan emosinya.Hal ini

menjadi wajar, karena konsep agama biasanya cukup rumit dan mengatasi daya

tangkap intelektual anak, sehingga terjadi penerimaan atau penolakan itu

merupakan hal yang wajar. Dan itu terjadi tentunya bukan pemahaman secara

intelektual melainkan pada alasan lain. Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju

pada pemuka agama daripada isi ajarannya, dan cerita akan lebih menarik jika

berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa kanak-kanaknya.

b. Tingkat Kepercayaan (The Realistic Stage)

Pada fase ini ide-ide tentang Tuhan muncul dan telah tercermin dalam konsep

yang realistik, dan biasanya muncul dari lembaga agama atau pengajaran orang

dewasa.Ide keagamaan muncul dari anak didasarkan atas emosional, sehingga

melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Tahap ini dimulai sejak usia masuk

sekolah 7 tahun. Yang perlu dicatat pada tahap ini adalah bahwa pada tahap usia

tujuh tahun dipandang sebagai permulaan perturnbuhan logis, sehingga wajar

ketika Rosulullah mernerintahkan untuk menyuruh anak-anak umatnya untuk

melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun dan memberi sanksi berupa pukulan

apabila melanggarnya.

c. Tingkat Individu (The Individual Stage)

Pada tingkat ini, anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan

dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualistik ini

terbagi menjadi tiga golongan:14

1) Konsep ketuhanan yang konvensioal adan

konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. 2) Konsep ketuhanan yang

lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal. 3) Konsep

ketuhanan yang humanistik yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri

mereka dalam menghayati ajaran agama.

14

Ibid.,hal. 128.

Page 11: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

102

Dari tahapan perkembangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkatan-

tingkatan beragama menghasilkan sifat-sifat beragama pada anak berupa :

1) Unreflective (tidak mendalam). Pemahaman anak hanya sebatas mengenal kata

Tuhan yang mengungkapkan Tuhan seperti makhluk lainnya, misalnya punya

mata, punya telinga, dan lainnya.

2) Egosentris (Egocentric Orientation). Anak mengharapkan adanya imbalan bagi

semua aktivitas yang dilakukannya. Pada sisi lain anak cenderung tidak mau

disalahkan, tetapi senang mendapat pujian.

3) Eksperimentasi (Experimentation). Anak mengharapkan pembuktian akan

keyakinan yang ada dibenaknya.

4) Inisiatif (Initiative), misalnya ditandai dengan pikiran bahwa ia mudah keluar

dari kepungan api neraka, karena pengalamannya setiap berbuat kesalahan tidak

mendapatkan azab yang sering ditakut-takutan.

5) Spontanitas (Spontaneity). Misalnya, tampak pada pertanyaan atau jawaban yang

dilontarkan anak dengan polosnya. Dia mengemukakan persis seperti apa yang

diberitahukan guru atau orang tuanya.

6) Verbalis dan Ritualis, yang diindikasikan dengan hafalan-hafalan yang tanpa

makna.

7) Imitatif, tampak pada peniruan yang nyata dilakukan anak, seperti berdoa dan

salat. Pembiasaan keluarga sangat berpengaruh pada anak, seperti berdoa mau

makan, tidur, senang ke mesjid beramai-ramai.

8) Rasa Heran dan Kagum, yaitu ditandai dengan keinginan kuat anak menjadi

sakti dan mendapat limpahan kekuatan Tuhan. Mempertanyakan kehebatan dan

kebesaran Tuhan yang menjadi pencipta manusia.

Pelaksanaan perkembangan agama pada anak usia dini harus menarik dan

berkesan namun tetap merangsang perkembangan anak dan pembiasaan dalam

kehidupan sehari-hari. Perkembangan agama sendiri di dalam pembelajaran dapat

menggunakan model pembelajaran area, model sentra maupun model pembelajaran

sudut.

Page 12: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

103

3. Penanaman Keagamaan pada Anak Usia Dini dalam Islam

Ada yang perlu ditekankan dalam mengenalkan nilai-nilai agama kepada

anak usia dini diantaranya: anak mulai ada minat atau ketertarikan, semua perilaku

anak membentuk suatu pola perilaku, mengasah potensi yang positif di dalam diri,

makhluk sosial dan hamba Allah. Supaya minat anak tumbuh subur dan terus

berkembang, maka anak harus dilatih dengan cara yang menyenangkan agar tidak

merasa terpaksa dalam melakukan kegiatan.

Perkembangan agama pada anak usia dini usia 3-6 tahun termasuk the fairly

tale stage (tingkat dongeng), pada tingkatan ini anak menghayati konsep

keTuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Menurut Sugeng

Haryadi dalam Mansur (2005: 49) kehidupan pada masa ini masih banyak

dipengaruhi kehidupan fantasi hingga dalam menghadapi agama pun anak masih

menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng yang kurang masuk akal.15

Menurut tahapan perkembangan Piaget dalam Tholkhah Hasan (2009: 78)

anak usia 2-6 tahun termasuk dalam periode praoperasional, proses berpikir anak

berpusat pada penguasaan simbol-simbol yang mampu mengungkapkan

pengalaman masa lalu, mungkin menurut pandangan orang dewasa cara berpikir

dan tingkah laku anak tersebut tidak logis, anak mulai suka meniru, suka bergaya,

anak mulai dapat belajar dengan menggunakan pikirannya, anak mulai mampu

mengingat kembali dan membayangkan benda yang tidak nampak secara fisik,

mulai mencoba membuat gambar, terutama gambar orang dengan membuat gambar

lingkaran untuk melukis kepala dan ditambah bulatanbulatan kecil sebagai mata,

hidung dan telinga. Kemudian ditarik garis-garis vertikal dengan maksud

menggambar badan, kaki maupun tangan.Anak-anak pada tahapan ini juga mulai

belajar atau meniru dan bercerita imaginer (khayalan).16

Penanaman nilai agama pada anak haruslah disesuaikan pada usia

perkembangannya terlebih anak itu berada di usia emas (golden age). Hal ini

didukung oleh pemerintah dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan

15

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),

hal. 49. 16

Tholkhah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga, (Jakarta: Mitra Abadi

Press, 2009), hal, 78

Page 13: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

104

Nasional No. 58 Tahun 2009 yang berisi tentang Standar Pendidikan Anak Usia

Dini. Berdasarkan lingkup perkembangan anak yang lebih mengembangkan aspek

nilai-nilai agama dan moral, didalam Permendiknas No. 58 Tahun 2009 maka

Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak meliputi:17

Tabel 1: Lingkup Perkembangan Nilai-Nilai Agama dan Moral

No. Usia Tingkat Pencapaian Perkembangan

1 < 3Bulan *)

2 3 - <6 Bulan *)

3 6 - <9 Bulan *)

4 9 - <12 Bulan *)

5 12 - <18 Bulan *)

6 18 - <24 Bulan *)

7 2 - <3 Bulan a. Mulai meniru gerakan berdo‟a/sembahyang

sesuai dengan agamanya. b. Mulai meniru doa

pendek sesuai dengan agamanya. c. Mulai

memahami kapan mengucapkan salam, terima

kasih, maaf, dsb.

8 3 - <4 Bulan a. Mulai memahami pengertian perilaku yang

berlawanan meskipun belum selalu dilakukan

seperti pemahaman perilaku baik-buruk, benar-

salah, sopan-tidak sopan. b. Mulai memahami arti

kasihan dan sayang kepada ciptaan Tuhan

9 4 - <5 Bulan a. Mengenal Tuhan melalui agama yang dianutnya.

b. Meniru gerakan beribadah. c. Mengucapkan

do‟a sebelum dan/atau sesudah melakukan

sesuatu. d. Mengenal perilaku baik/sopan dan

buruk. e. Membiasakan diri berperilaku baik. f.

Mengucapkan salam dan membalas salam

10 5 - <6 Bulan a. Mengenal agama yang dianut. b. Membiasakan

diri beribadah. c. Memahami perilaku mulia (jujur,

penolong, sopan, hormat dsb). d. Membedakan

perilaku baik dan buruk. e. Mengenal ritual dan

hari besar. f. Menghormati agama orang lain

*) Nilai-nilai agama dan moral pada usia tersebut tidak diatur secara spesifik,

sehingga pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing lembaga.

17

Kemendiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang

Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional

Page 14: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

105

Menurut Nasikh Ulwan, ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam

penanaman nilai-nilai keagamaan pada anak yaitu:18

a) Metode Keteladanan

Menurut Nasikh Ulwan, keteladanan adalah metode yang influentif dan

metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan

membentuk anak dalam moral, spiritual dan sosial. Hal ini disebabkan karena

keteladanan merupakan contoh konkrit yang terbaik dalam pandangan anak yang

akan ditiru dalam tindak tanduknya dan tata santunnya disadari atau tidak bahkan

akan tercetak dalam jiwa dan perasaannya suatu gambar pendidikan tersebut baik

ucapan maupun perbuatan, materi maupun spiritualnya, diketahui maupun tidak

diketahui.19

Sedangkan menurut K.H. Abdurrahman Wahid, keteladanan merupakan

katakunci dari kerja mengembangkan keagamaan dalam diri anak. Keimanan anak

merupakan sesuatu yang tumbuh nyata, walaupun dalam bentuk dan cakupan yang

sederhana dari apa yang diajarkan.20

Sebagaimana dalam firman Allah surah Al

Ahzab ayat 21:

ن ا ن ك م ل ة ن س ح وة س أ له ل ا ول رس ي ف م ك ل ن ا د ك ق وم ل ي ل وا له ل ا و رج ير ي ث له ك ل ا ر وذك ر خ ل اا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al Ahzab: 21)21

b) Metode Adat Kebiasaan

Selain Keteladanan, pembiasaan adalah metodeyang paling memungkinkan

dilakukan di lingkungan keluargadibanding di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Kebiasaan terbentuk dengan menegakkannya atau membuatnya

18

Abdullah Nasikh Ulwan, Pedoman Mendidik Anak dalam Islam, (Semarang: Asyifa,

1991), hal. 197. 19

EB Hurlock, Psikologi Perkembangan Anak, terjemah oleh Met Meita Sari, (Jakarta:

Erlangga, 1995), hal. 320 20

YBU Mangun Wijaya, Menumbuhkan Sikap Religius Pada Anak, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1991), hal. xi 21

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya., Op Cit., hal. 420

Page 15: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

106

permanen.Kebiasaan terjadi karena pengulangan-pengulangan tindakan secara

konsisten, ketaatan beragama yang berujung kepada kematangan beragama anak

tidak dapat diwujudkan tanpa pembiasaan.Ibadah, sholat, tadarus Al Qur‟an, infaq

dan shodaqah serta pengalamankeagamaan lainnya perlu dikokohkan dengan

pembiasaa.Sayyid Sabiq dalam Masganti mengungkapkan bahwa ilmu diperoleh

dengan belajar, sedangkan sifat sopan santun dan akhlak utama diperoleh dari

latihan berlaku sopan serta pembiasaan-pembiasaan.22

Metode ini merupakan metode yang digunakan pendidik dalam menanamkan

nilai-nilai keagamaan pada anak untuk melakukan pembiasaan Islami dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam Ihya Ulumuddin, al-Ghazali berpendapat bahwa,

pembiasaan anak dengan sifat baik atau buruk serta kaitannya dengan fitrah

(kesucian) sebagai berikut: “Bayi itu merupakan amanat disisi kedua orang tuanya,

hati dan jiwanya suci,jika ia dibiasakan dengan kejahatan atau dibiarkan seperti

hewan liar, maka ia akan celaka. Memeliharanya ialah dengan jalan mendidiknya

dan mengajarkannya adanya akhlak yang baik.23

Dalam hal ini, Ibnu Sina juga

berpesan: “Carikanlah tempat belajar anak yang berperilaku cakap dan sopan,serta

mempunyai kesamaan akan lebih mudah meniru dan mengambil contoh.24

Berdasarkan hal di atas, maka hendaknya setiap pendidik menyadari bahwa

dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan dan latihan yang

cocok dengan perkembangan jiwanya. Karena dengan demikian akan membentuk

sikap tertentu pada anak yang lambat laun sikap itu akan nampak jelas dan kuat

menjadi sebagian dari kepribadiannya.

c) Metode Nasehat

Metode nasihat merupakan metode yang efektif dalam menanamkan nilai-

nilai keagamaan pada anak tentang konsep Tuhan, membimbingnya untuk

melakukan ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana tersirat di dalam Al Qur‟an

surah Al Ashr ayat 3:

22

Masganti Sit, Psikologi Agama, (Medan: PerdanaPublishing, 2014), hal. 61 23

Abdullah Nasikh Ulwan, Op.Cit., hal.53. 24

Ibid., hal. 49.

Page 16: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

107

ر ب ص ل ا ب وا ص وا وت ق ح ل ا ب وا ص وا وت ت ا ح ل ا ص ل ا وا ل م وع وا ن م آ ن ي لذ ا ل إ

Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan

nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati

supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al Ashr: 3)25

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwamanusia harus saling

mengingatkan satu sama lain melalui nasehat agar selalu berada di jalan kebenaran

sesuai dengan ajaran syari‟at Islam. Selanjutnya Ulwan dalam Masganti

mengungkapkan bahwa dalam menyajikan nasehat dan pengajaran Al Qur‟an

memiliki tiga cirri utama, yaitu: a) seruan yang menyenangkan serta diikuti dengan

kelembutan atau upaya penolakan, b) metode bercerita disertai perumpamaan yang

mengandung nasehat dan pelajara, c) metode wasiat dan nasehat.26

Dengan

demikian pendidik hendaklah lebih memahami hakekat dan metode al-Qur‟an

dalam upaya memberi nasehat, petunjuk dalam menanamkan nilai-nilai agama pada

anak-anak sehingga mereka menjadi anak-anak yang baik, berakidah, berakhlak,

berpikir dan berwawasan matang.

d) Metode Pengawasan

Pengawasan anak dilakukan dengan cara memperhatikan terus menerus

perkembangan mereka mengenai aspek-aspek pengetahuan dan sikap (tindak

tanduk dan perbuatan). Menurut Nasikh Ulwan maksud pendidikan yang disertai

pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah, moral

danmengawasinya secara psikis dan sosialnya serta menanyakan secara terus

menerus tentang keadaannya baik dalam hal jasmani maupun dalam hal

belajarnya.27

Faktor lingkungan atau situasi lingkungan akan mempengaruhi proses hasil

pendidikan. Beberapa ahli pendidikan membagi mileu (lingkungan) menjadi 3

bagian, yaitu:28

1) Lingkungan keluarga

25

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya., Op Cit., hal. 601 26

Masganti Sit, Psikologi Agama, Op Cit., hal. 62 27

Abdullah Nasikh Ulwan, Op.Cit., hal.126. 28

Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 10

Page 17: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

108

Keluarga merupakan bentuk sakral dari lingkungan, jika keluarga

memberikan nilai positif maka anak akan menjadi baik dan mengikuti keluarga,

sebaliknya jika keluarga negatif, maka hasilnya juga sama.

2) Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan wujud dari kehidupan anak selain pada keluarga, jika di

sekolahan diterapkan pendidikan keagamaan maka anak menjadi agamis dan

toleransi.

3) Lingkungan masyarakat

Masyarakat akan menjadi pendukung dalam lingkungan dan dalam

pembelajaran anak, karena masyarakat yang baik akan membawa kebaikan dan

masyarakat yang jelek akan menjadikan siswa menjadi psimis dalam setiap

kehidupannya.

Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan teknis dan

lingkungan sosiokultural.29

Oleh karena itu dalam proses menanamkan nilai-nilai

keagamaan pada anak dibutuhkan lingkungan fisik yang sehat, dinamis dan suasana

ceria sehingga anak selalu mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar. Selain

itu, agar minat anak tumbuh subur dan terus berkembang, maka anak harus dilatih

dengan cara yang menyenangkan agar tidak merasa terpaksa dalam melakukan

kegiatan.

4. Kurikulum Perkembangan Agama pada Anak Usia Dini

Pada kurikulum 2013 yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 146 Tahun

2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia dini memiliki program

pelaksanaan perkembangan agama pada anak usia dini yang tertuang pada

kompetensi inti-1 (KI-1) yang merupakan kompetensi inti sikap spiritual berupa

menerima ajaran yang dianutnya.30

Kompetensi inti-1 kembali dijabarkan melalui

kompetensi dasar yang terdiri dari: a. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-

29

Sutari Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Islam dan Metode, (Yogyakarta: Andi Offset,

1998), hal. 118 30

Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia

Dini.

Page 18: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

109

Nya (KD 1.1). b. Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari (KD 2.1). c. Melakukan

kegiatan beribadah sehari-hari dengan tuntunan orang dewasa (KD 3.1).

Setiap kompetensi dasar memiliki indikator pencapaian perkembangan anak,

dimana penjabarannya sebagai berikut :

Kompetensi Dasar

(KD)

Indikator Pencapaian

Perkembangan Anak

Usia 4-5 Tahun

Indikator Pencapaian

Perkembangan Anak Usia

5-6 Tahun

1.1 Mempercayai

adanya Tuhan

melalui Ciptaan-

Nya.

Indikator pencapaian

perkembangan anak untuk

KD pada KI Sikap

Spiritual dan KD pada KI

Sikap Sosial tidak

dirumuskan secara

tersendiri. Pembelajaran

untuk mencapai KD-KD

ini dilakukan secara tidak

langsung, tetapi melalui

pembelajaran untuk

mencapai KD-KD pada KI

Pengetahuan dan KI

Keterampilan, serta

melalui pembiasaan dan

keteladanan. Dengan kata

lain, sikap positif anak

akan terbentuk ketika dia

memiliki pengetahuan dan

mewujudkan pengetahuan

itu dalam bentuk hasil

karya dan/atau unjuk kerja.

Contoh sikap positif itu

adalah perilaku hidup

sehat, jujur, tanggung

jawab, peduli, kreatif,

kritis, percaya diri,

disiplin, mandiri, mampu

bekerja sama, mampu

menyesuaikan diri, dan

santun.

Indikator pencapaian

perkembangan anak untuk

KD pada KI Sikap Spiritual

dan KD pada KI Sikap

Sosial tidak dirumuskan

secara tersendiri.

Pembelajaran untuk

mencapai KD-KD ini

dilakukan secara tidak

langsung, tetapi melalui

pembelajaran untuk

mencapai KD-KD pada KI

Pengetahuan dan KI

Keterampilan, serta melalui

pembiasaan dan

keteladanan. Dengan kata

lain, sikap positif anak akan

terbentuk ketika dia

memiliki pengetahuan dan

mewujudkan pengetahuan

itu dalam bentuk hasil karya

dan/atau unjuk kerja.

Contoh sikap positif itu

adalah perilaku hidup sehat,

jujur, tanggung jawab,

peduli, kreatif, kritis,

percaya diri, disiplin,

mandiri, mampu bekerja

sama, mampu

menyesuaikan diri, dan

santun.

2.1 Mengenal

kegiatan beribadah

sehari-hari.

Mulai mengucap- kan doa-

doa pendek dan

melakukan ibadah sesuai

dengan agama yang

dianutnya.

Mengucapkan doa-doa

pendek, melakukan ibadah

sesuai dengan agama nya

(misal: doa sebelum

memulai dan selesai

kegiatan, sholat, infaq,

Page 19: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

110

membaca Al-quran dan lain-

lain).

Berperilaku sesuai dengan

ajaran agama yang

dianutnya (misal: tidak

bohong, tidak berkelahi,

menghormati orang tua, dan

lain-lain)

3.1 Melakukan

kegiatan beribadah

sehari-hari dengan

tuntunan orang

dewasa.

Mulai mengucap- kan doa-

doa pendek dan

melakukan ibadah sesuai

dengan agama yang

dianutnya.

Menyebutkan hari-hari

besar agama. Menyebutkan

tempat ibadah agama lain.

Menceritakan kembali

tokoh-tokoh keagamaan

(misal: cerita tauladan para

nabi-nabi).

Dari indikator pencapaian perkembangan anak 5-6 tahun jelas disebutkan

bahwa setiap anak harus mampu mengenal dan mengetahui aturan dalam

agamanya, mampu melaksanakan setiap kegiatan beribadah sehari-hari dengan

tuntunan orang dewasa seperti sholat, membaca doa sebelum dan sesudah kegiatan,

membaca Al-Qur‟an, menghafal surah-surah pendek, mengenal dan mempraktikan

kegiatan beribadah sehari-hari dan lain-lain.

C. Kesimpulan

Pendidikan nilai-nilaikeagamaan pada program PAUD merupakan pondasi

yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta

terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal

yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya.

Konsep anak tentang agama sangat realistik karena anak menterjemahkan apa yang

didengar dan dilihat sesuai dengan apa yang sudah diketahuinya.Rasa keagamaan

yang terdapat dalam diri anak adalah bersifat instinktif (fitri), sebagaimana dalam

aspek-aspek psikis yang lainnya.

Berdasarkan tahapan dan karakteristik keagamaan yang dimiliki,

maka pengembangan nilai agama sudah seharusnya disetarakan dengan

perkembangan tersebut. Lima metode yang dapat dikembangkan untuk

mempersiapkan anak agar anak mencapai kematangan dalam nilai agama

Page 20: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

111

(spiritualitas) dan moral, yaitu sebagai berikut: metode kteladanan, metode

pembiasaan, metode nasehat, dan metode pengawasan.

Dalam kenyataannya, rasa keagamaan tersebut akan tergambarkan dalam

diri anak sesuai dengan sifat kekanak-kanakannya yang kemudian berkembang

sesuai dengan perkembangan psikisnya. Mungkin saja pada awalnya dijabarkan

dengan adanya rasa takut terhadap sesuatu di luar dari apa yang pernah dilihat oleh

anak secara panca inderawi, atau kemudian berkembang lagi setelah anak itu

berada dalam perkembangan pengamatan yang terbesar dengan menganggap

sesuatu yang menakjubkan dikaitkan dengan orang-orang atau tokoh-tokoh yang

selama ini banyak dikenal dalam memberikan perlindungan dan pertolongan.

Page 21: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

112

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nasikh Ulwan. 1991. Pedoman Mendidik Anak dalam Islam. Semarang.

Asyifa.

Danar Santi. 2009. Pendidikan Usia Dini Antara Teori dan Praktik. Indonesia. PT

INDEKS.

Departemen Agama RI. 2007. Al Qur’an dan Terjemahnya.Yayasan

PenyelenggaraPenterjemah/ Penafsir Al Qur‟an. Jakarta. SYGMA.

EB Hurlock. 1995. Psikologi Perkembangan Anak. terjemah oleh Met Meita Sari.

Jakarta. Erlangga.

Fuad Ihsan. 1997. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2014. BukuPanduan Kurikulum 2013.

Jakarta. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,..

Kemendiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009

tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Kementerian

Pendidikan Nasional

Luluk Asmawati. 2014. Perencanaan Pembelajaran PAUD. Bandung. PT Remaja

Rosdakarya.

Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta. Pustaka

Pelajar.

Mangun Wijaya. 1991. Menumbuhkan Sikap Religius Pada Anak. Jakarta.

Gramedia Pustaka Utama.

Masganti Sit. 2014. Psikologi Agama. Medan. PerdanaPublishing.

________ 2012.Perkembangan Peserta Didik. Medan. Perdana Publishing.

________ 2011.Perkembangan Agama. Medan. Perdana Publishing.

________ 2015.Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Medan. Perdana

Publishing.

Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak

Usia Dini.

Robbert W. Crapps.1994. Perkembangan Kepribadian dan

Keagamaan.Yogyakarta.Kanisius.

Page 22: Cittra Juniarni STIT Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya ...

113

Soemiarti Patmonodewo.2008. Pendidikan Anak Pra Sekoah. Jakarta.PT Asdi

Mahasatya.

Sutari Imam Barnadib.1998. Filsafat Pendidikan Islam dan Metode.Yogyakarta.

Andi Offset.

Syafaruddin.dkk., 2011. Pendidikan Prasekolah: Prespektif Pendidikan Islam dan

Umum. Medan. Perdana Publishing.

Tholkhah Hasan. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Keluarga. Jakarta.

Mitra Abadi Press.

UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas.Bandung. Nuansa Aulia. 2008.