-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah
yang
gembur maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup
banyak.
Pohon ini banyak ditanam sebagi pohon buah-buahan. Namun, sering
tumbuh
liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1200 m di atas
permukaan laut.
Jambu bji berbunga sepanjang tahun. Sekarang tanaman ini sudah
menyebar
luas ke seluruh dunia, terutama di daerah tropis. Diperkirakan
terdapat sekitar
150 spesies Psidium yang menyebar ke daerah tropis dan berhawa
sejuk
(Hapsoh dan Hasanah, 2011).
2.1.1. Nama daerah
Sumatera: glima breueh (Aceh), galiman (Batak Karo),
masiambu
(Nias), biawas, jambu krutuk, jambu krikil, jambu biji, jambu
klutuk (Melayu).
Jawa: jambu klutuk (Sunda), hambu bhender (Madura). Sotong
(Bali), guawa
(Flores), goihawas (Sika). Sulawesi: gayawas (Manado), dambu
(Gorontalo),
jambu paratugala (Makasar). Maluku: luhu hatu (Ambon), gayawa
(Ternate,
Halmahera) (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
2.1.2. Morfologi tumbuhan jambu biji
Tumbuhan jambu biji termasuk jenis perdu atau pohon kecil,
tinggi 2-
10 m, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang
licin,
mengelupas, berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai
pendek,
letak berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas daun
tua licin.
Universitas Sumatera Utara
-
Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul,
pangkal
membulat, tepi rata agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip,
panjang 6-14
cm, lebar 3-6 cm, berwarna hijau. Buah tunggal, bertangkai,
keluar dari ketiak
daun, berkumpul 1-3 bunga, berwarna putih. Buahnya berbentuk
bulat sampai
bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah
tebal, buah
yang masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau
merah jambu.
Biji banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil, keras, berwarna
kuning
kecokelatan (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
2.1.3. Kandungan kimia daun jambu biji
Daun mengandung tannin, minyak atsiri (eugenol), minyak
lemak,
dammar, zat samak, triterpenoid, asam malat (Dalimartha,
2004).
Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagaisenyawa polipenol
yang
mempunyai berat molekultinggi dan mempunyai gugus hidroksil
dan
guguslainnya (seperti karboksil) sehingga dapatmembentuk
kompleks dengan
protein (Danarto, dkk., 2011).
Menurut teori warna, struktur tanin dengan ikatan rangkap dua
yang
terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban warna)
dan adanya
gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan
warna
coklat (Wijaya, dkk., 2011). Tanin merupakan senyawa yang dapat
larut
dalamair, gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidaklarut
dalam petroleum
eter, benzene dan eter(Sax dan Lewis, 1989). Struktur dan kelas
tanin dapat
dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
-
Base Unit:
Gallic acid
Flavone
Phloroglucinol
Class: Hydrolyzable tannins Non-Hydrolyzable or condensed
tannins
Phlorotannins
2.1.4. Kegunaan tumbuhan jambu biji
Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare,
antiradang,
penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah
berkhasiat
antioksidan karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang
tinggi
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Hapsoh dan
Hasanah, 2011).
2.1.5. Zat warna daun jambu biji
Hasil ekstraksi dan karakterisasi zat warna alami dari daun
jambu biji
(Psidium Guajava L.) menunjukkan bahwa daunnya mengandung
antosianin
seperti cyanidin-3-sophoroside dan cyanidin-3-glucoside serta
mengandung
flavan-3,4-diols yang tergolong senyawa tanin berupa pigmen
kuning
sampai coklat. Senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan
daun
jambu biji (Dewi, dkk., 2013). Flavan-3,4-diol mempunyai
struktur kimia
sebagai barikut:
Gambar 2.1. Struktur dan kelas tanin (Haslam, 1989).
Universitas Sumatera Utara
-
Gambar 2.2. Struktur kimia flavan-3,4-diol
2.2 Uraian Bahan
2.2.1. Pirogalol
Pirogalol mempunyai struktur kimia seperti terlihat pada Gambar
2.3
berikut:
Gambar 2.3. Pirogalol (Sweetman,2009).
Pemerian : Padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna
dengan berat
molekul 126, 1
Suhu lebur : 133oC (Ditjen POM, 1995).
Pirogalol bersifat sebagai reduktor (mudah teroksidasi). Dalam
bentuk
larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika
pemakaiannya
dicampur dengan zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
pirogalol
berfungsi sebagai zat pembangkit warna dan dikombinasikan dengan
pewarna
logam lain. Ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan agar zat
warna dapat
menempel lebih kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat
sebelum
Universitas Sumatera Utara
-
dicampur. Pirogalol diizinkan digunakan sebagai zat pembangkit
warna dengan
batas kadar 5% (Ditjen POM, 1985).
2.2.2. Tembaga (II) sulfat
Tembaga (II) sulfat merupakan senyawa logam yang dapat
digunakan
sebagai pewarna pada rambut.
Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru,
transparan
dengan berat molekul 249,68 (Ditjen POM, 1995).
Kelarutan : 1 g larut dalam 3 ml air; dalam 0,5 ml air panas; 1
g dalam 500
ml alkohol; 1 g dalam 3 ml gliserol (Sweetman, 2009).
Tembaga (II) sulfat digunakan dalam cat rambut yang
memberikan
warna coklat dan hitam. Warna tersebut terjadi karena tembaga
sulfat berubah
menjadi tembaga oksida (Bariqina dan Ideawati, 2001). Tembaga
(II) sulfat
termasuk ke dalam zat warna senyawa logam. Daya lekat zat warna
senyawa
logam umumnya tidak sekuat zat warna nabati, karena itu jika
digunakan
langsung harus dilakukan tiap hari hingga terbangkit corak warna
yang
dikehendaki (Ditjen POM, 1985).
2.2.3. Xanthan gum
Xanthan gum adalah gom hasil fermentasi karbohidrat oleh
Xanthomonas campestris yang dimurnikan. Merupakan garam natrium,
kalium,
atau kalsium dari suatu polisakarida dengan bobot molekul besar
yang
mengandung D-glukosa, manosa, dan asam glukoronat. Berupa serbuk
putih
atau putih kekuningan, larut dalam air dan memberikan viskositas
yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
-
dalam larutan. Xanthan gum juga mengandung tidak kurang dari
1,5% asam
piruvat (Sweetman, 2009).
Xanthan gum banyak digunakan dalam formulasi sediaan oral
dan
topikal, kosmetik, dan makanan sebagai bahan pensuspensi serta
bahan
pengemulsi. Gom ini tidak toksik, dapat tercampurkan dengan
banyak bahan
farmaseutikal, dan memiliki stabilitas serta viskositas yang
baik pada rentang
pH dan temperatur yang luas (Rowe, dkk., 2009).
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang
dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan
pelarut cair.
Hasil ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang
diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut
diuapkan. Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan
ekstrak adalah
bahan alamiah yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan
kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen
POM, 2000).
A. Perkolasi
Perkolasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan
dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Alat
yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Serbuk
simplisia yang akan
diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke dalam bejana
perkolator, tetapi
dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari.
Setelah
maserasi, massa dimasukkan ke dalam perkolator. Pemindahan
dilakukan
Universitas Sumatera Utara
-
sedikit demi sedikit sambil tiap kali ditekan, kemudian cairan
penyari
dituangkan perlahan-lahan hingga di atas permukaan massa masih
terdapat
selapis cairan penyari. Setelah massa didiamkan selama 24 jam
dalam
perkolator, keran dibuka dan diatur kecepatan menetes 1 ml tiap
menit. Untuk
menentukan akhir perkolasi dapat dilakukan dengan cara
organoleptis seperti
rasa, bau, dan warna (Ditjen POM, 1986).
2.4 Rambut
Rambut merupakan tambahan pada kulit kepala yang memberikan
kehangatan, perlindungan dan keindahan. Rambut juga terdapat di
seluruh
tubuh, kecuali telapak tangan, telapak kaki dan bibir
(Rostamailis, dkk., 2008).
2.4.1. Anatomi rambut
Rambut berupa batang-batang tanduk yang tertanam secara miring
di
dalam kantung (folikel) rambut. Rambut dapat dibedakan menjadi
bagian-
bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut
(Bariqina dan
Ideawati, 2001):
a. Ujung rambut
Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum/tidak
pernah
dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.
b. Batang rambut
Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas
permukaan kulit
berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau
keratin.
Batang rambut dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yang tersusun
teratur
seperti di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
-
1) Selaput rambut (Kutikula)
Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang
terdiri atas sel-
sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik
ikan. Bagian
bawah menutupi bagian di atasnya. Kutikula berfungsi untuk
membuat
rambut dapat ditarik memanjang dan bila dilepaskan akan kembali
pada
posisi semula; melindungi bagian dalam dari batang rambut;
rambut
dapat dikeriting dan dicat karena cairan obat keriting/cat
rambut dapat
meresap dalam korteks rambut.
2) Kulit rambut (Korteks)
Kulit rambut terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk
kumparan,
tersusun secara memanjang, dan mengandung melanin.
Granul-granul
pigmen yang terdapat pada korteks ini akan memberikan warna
pada
rambut. Selsel tanduk terdiri atas serabut-serabut keratin yang
tersusun
memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul-molekul
keratin
seperti tali dalam bentuk spiral.
3) Sumsum rambut (Medula)
Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut
yang
dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan
membentuk
semacam jala/anyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang
berisi
udara.
c. Akar Rambut
Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit.
Bagian-
bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
-
1) Kantong rambut (folikel)
Folikel merupakansuatu saluran yang menyerupai tabung dan
berfungsi
untuk melindung akar rambut, mulaidari permukaan kulit sampai
di
bagian terbawah umbi rambut. Jika bentuk folikel lurus maka
rambut
juga lurus. Jika bentuk folikel agak melengkung maka rambut
agak
berombak, sedangkan jika bentuk folikel sangat melengkung
maka
rambut akan keriting.
2) Papil rambut
Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung,
terletak
di bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke
dalam
umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi
bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut.
Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein yang membentuk
keratin, zat
makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin.
3) Umbi rambut (matriks)
Umbi rambut adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar.
Struktur
bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar
rambut
diatasnya. Sel-sel akar rambut bewarna keputih-putihan dan
masih
lembek. Pertumbuhan rambut terjadi karena sel-sel umbi
rambut
bertambah banyak secara mitosis. Pada umbi rambut melekat
otot
penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada
suatu
rangsangan dari luar tubuh.
Universitas Sumatera Utara
-
2.4.2. Pertumbuhan rambut
Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini
disebabkan
karena sel-sel daerah matrix/umbi rambut secara terus menerus
membelah.
Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan
bertambah
panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru.
Inilah yang
dinamakan siklus pertumbuhan rambut (Rostamailis, dkk.,
2008).
Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase
(Tranggono
dan Latifah, 2007), yaitu:
1. Fase anagen (fase pertumbuhan)
Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut
terus
membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagenberlangsung 2-5
tahun.
2. Fase katagen (fase istirahat)
Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase
istirahat, rambut
berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari
papil
rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum
rontok.
3. Fase telogen (fase kerontokan)
Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru
sudah cukup
panjang dan akan keluar dari kulit, rambut lama akan terdesak
dan rontok.
Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen
secara spontan.
2.4.3. Jenis rambut
Jenis rambut berhubungan dengan derajat keaktifan kelenjar
lemak
yang terdapat di samping akar rambut. Beberapa jenis rambut
dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
-
a. Rambut normal
Kelenjar palit/lemak bekerja dengan normal, akan
menghasilkan
sebum/minyak yang melumasi rambut dan kulit kepala dengan
normal.
Rambut akan kelihatan bagus dan segar, tidak lengket dan kusam,
serta
tumbuhnya sehat sehingga memudahkan penataan dan
perawatannya.
b. Rambut kering
Rambut kering terjadi karena keadaan kelenjar palit atau lemak
bekerja
kurang aktif sehingga hasil palit atau minyak kurang dari
keadaan normal
yang mengakibatkan kulit kepala dan rambut menjadi kering.
Rambut
kering kelihatan kusam, pudar, agak kemerahan, dan
kadang-kadang
pertumbuhannya tipis serta ujungnya berbelah. Bila diraba dengan
jari,
terasa gemerisik, rapuh, mudah putus, dan susuh diatur.
c. Rambut berminyak
Pada rambut berminyak, kelenjar palit atau lemak bekerja terlalu
giat dan
aktif sehingga menghasilkan minyak atau sebum yang
berlebihan.
Akibatnya rambut menjadi basah/lembab. Rambut berminyak
kelihatan
mengkilat, tebal, dan lengket. Biasanya, rambut berminyak tumbuh
subur
dan lebat serta bila diraba terasa basah dan lekas kotor
(Bariqina dan
Ideawati, 2001).
2.5 Pewarnaan Rambut
Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang
digunakan
dalam tatarias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk
mengembalikan
warna rambut asalnya atau warna lain (Ditjen POM, 1985).
Universitas Sumatera Utara
-
2.5.1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna
2.5.1.1. Pewarna rambut temporer
Pewarna rambut temporer bertahan pada rambut untuk waktu
yang
singkat, hanya sampai pada pencucian berikutnya. Pewarna ini
melapisi
kutikula rambut tetapi tidak berpenetrasi ke dalam korteks
rambut karena
molekul-molekulnya terlalu besar (Dalton, 1985).
Jenis sediaan pewarna rambut yang digunakan untuk pewarnaan
rambut
temporer meliputi bilasan warna, sampo warna termasuk juga
kombinasinya
dengan bilasan warna, krayon rambut, dan semprot pewarnaan
rambut (Ditjen
POM, 1985). Bahan pewarna jenis ini adalah pewarna yang
mempunyai
molekul besar sehingga tidak mampu masuk ke dalam batang rambut
dan
mudah terlepas, misalnya asam pirogalat dan asam tartrat serta
beberapa zat
warna azoic, azinic, indigoid, triphenilmetan dan derivat
antrakinon.
2.5.1.2. Pewarna rambut semipermanen
Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang
memiliki
daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4-6
minggu, ada juga 6-8
minggu. Bahan pewarna ini dapat berasal dari alami (indigo) atau
zat warna
sintetik golongan nitro (senyawa amino dan nitro aromatik).
Pewarnaan rambut
ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang
dikeramas, zat
warnanya akan luntur juga (Ditjen POM, 1985).
Tujuan pemberian pewarna semipermanen selain untuk
menyegarkan
warna rambut yang kusam, dapat pula digunakan saat pewarnaan
permanen
untuk mempertahankan kemilau rambut. Oleh sebab itu, rambut
putih yang
Universitas Sumatera Utara
-
dicat hitam dengan jenis zat yang bersifat semipermanen ini
secara perlahan-
lahan, setelah 4-6 minggu, akan menguning kecoklatan dan
akhirnya rambut
akan kembali menjadi putih atau putih kekuningan (Bariqina dan
Ideawati,
2001).
2.5.1.3. Pewarna rambut permanen
Pewarna rambut permanen berpenetrasi ke dalam kutikula dan
terdeposit pada korteks rambut (Dalton, 1985). Pewarna rambut
jenis ini
memiliki daya lekat yang jauh lebih lama sehingga tidak luntur
karena keramas
dengan sampo dan dapat bertahan 3-4 bulan (Ditjen POM,
1985).
Pewarna rambut permanen terdapat dalam berbagai bentuk dan
macam,
seperti krim, jelli, dan cairan. Bahan pewarna ini meliputi
campuran zat warna
nabati dengan zat warna senyawa logam, zat warna derivat fenol
seperti
pirogalol, dan zat warna amino seperti orto atau para
diaminobenzen,
aminohidroksibenzen, dan meta disubstitusi fenilendiamin.
Pewarna ini
berguna untuk menutupi warna rambut putih, rambut beruban, serta
rambut
dengan warna asli untuk mendapatkan warna-warna yang mendekati
warna asli
menurut selera atau zaman (Bariqina dan Ideawati, 2001).
Susunan rambut atau berbagai macam tebal rambut akan
mempengaruhi
daya penyerapan cat. Pada umumnya, rambut halus lebih cepat dan
lebih
mudah menyerap cat dibanding rambut kasar dan tebal. Keadaan
rambut yang
kurang sehat, misalnya kutikula terbuka, akan cepat menyerap cat
warna dalam
jumlah yang lebih besar sehingga mengakibatkan warna tidak
merata. Jenis
rambut dengan kutikula yang sangat padat atau rapat dapat
menolak peresapan
Universitas Sumatera Utara
-
pewarna secara cepat sehingga memerlukan waktu olah yang lebih
lama
(Bariqina dan Ideawati, 2001).
Di dalam proses pewarnaan rambut, yang perlu diperhatikan
adalah
jangan langsung mengeramasi rambut yang baru saja diberi warna
karena dapat
mengakibatkan berkurangnya kemilau rambut dan bahkan dapat
menghilangkan warna rambut tersebut. Penggunaan sampo dan
coditioner jenis
tertentu sangat baik untuk rambut yang telah diwarnai (Bariqina
dan Ideawati,
2001).
2.5.2. Berdasarkan proses sistem pewarnaan
Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2
golongan:
2.5.2.1. Pewarna rambut langsung
Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna,
sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa
terlebih
dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna
rambut
langsung terdiri dari:
1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam
2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik
Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari
komponen
warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan
pola warna
komponen warna bahan nabati.
Universitas Sumatera Utara
-
2.5.2.2. Pewarna rambut tidak langsung
Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen
yaitu
masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit
warna.
Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari:
1. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa
logam
2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.
Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis
senyawa
logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang
digunakan
misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya
pirogalol (Ditjen
POM, 1985).
2.6 Uji Iritasi
Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut
merupakan
iritan kulit, reaksi iritasi ini dapat terjadi secara spontan
atau tidak spontan
tergantung dari jenis zat dan kadar yang dilekatkan. Banyak
produk kosmetik
yang dapat menyebabkan gangguan kulit yang bersifat iritasi
ataupun alergi.
Uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua aspek,
yakni uji
keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk kosmetika
sebelum
diedarkan. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan pada panel
manusia
untuk menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan efek
toksik atau
tidak (Ditjen POM, 1985).
Zat yang pertama kali digunakan sebagai bahan untuk produksi
kosmetika harus dikaji dan diuji efektivitas dan keamanannya.
Prosedur dan
tata cara pengkajian dan pengujiannya dilakukan sama seperti
halnya pada obat
Universitas Sumatera Utara
-
dan makanan. Adanya analogi dalam prosedur dan tata cara yang
harus
dilakukan dalam uji keamanan, maka zat yang sudah digunakan
dalam obat dan
makanan, dapat dianggap telah dilakukan uji keamanan sehingga
dapat
digunakan dalam produksi kosmetika (Ditjen POM, 1985).
Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk
pewarna
rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji
iritasi ini dapat
dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan
bawah
bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama
24 jam untuk
kemudian diamati apakah terjadi reaksi iritasi (Scott, dkk.,
1976).
Universitas Sumatera Utara