7/18/2019 Case Ulkus Kornea & Hipopion http://slidepdf.com/reader/full/case-ulkus-kornea-hipopion 1/30 1 STATUS PASIEN I. IDENTITAS Nama : Ny. S Umur : 61 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Petani Alamat : Poko Sidorejo Ponjong II. ANAMNESIS Dilakukan Autoanamnesis dan alloanamnesis Keluhan Utama : Mata kanan terasa kabur sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit Keluhan tambahan: Mata terasa merah, pegel, berair dan bagian tengah mata menjadi putih Riwayat Penyakit Sekarang: 3 minggu SMRS, os mengeluh pandangan pada mata kanannya terasa kabur. Kabur yang dirasakan terjadi secara mendadak setelah terkena gabah padi ketika os bekerja. Sewaktu terkena gabah padi, mata os terasa sakit sekali sehingga tidak dapat membuka mata. Selain itu, air mata keluar terus menerus terutama pada mata kanan. Setelah kejadian, os segera dibawa ke bidan yang praktek di daerah tempat tinggal os. Os diberi obat tetes mata dari bidan, os tidak tahu obat tetes mata apa yang diberikan ketika ditanya. Beberapa hari SMRS, pandangan mata kanan os masih kabur dan os mengeluh bagian tengah matanya menjadi putih. Menurut os, pada awalnya bagian putih yang terdapat pada bagian matanya hanya keliatan kecil tetapi semakin hari semakin bertambah besar. Selain itu, mata os masih merah dan air mata masih sering keluar dari mata kanan os. Os sekali lagi berobat ke tempat praktek dokter. Os diberi obat tetes mata dan obat pil, os tidak tahu obat apa yang diberi ketika ditanya dan os diberi surat pengantar dari dokter yang praktek untuk dirujuk ke RS Mata Yap.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Bentuk Sulit dinilai BulatUkuran Sulit dinilai 3 mmRefleks CahayaLangsung
Sulit dinilai Positif
Refleks Cahaya Tak Langsung
Sulit dinilai Positif
13. LENSAKejernihan Sulit dinilai JernihLetak Di tengah Di tengahShadow Test Sulit dinilai Negatif
14. BADAN KACAKejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
15. FUNDUS OKULIBatas Tidak dilakukan Tidak dilakukanWarna Tidak dilakukan Tidak dilakukanEkskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukanRasio Arteri : Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan
C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukanMakula Lutea Tidak dilakukan Tidak dilakukanRetina Tidak dilakukan Tidak dilakukanEksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukanPerdarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukanSikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukanAblasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Wanita, 61 tahun datang ke RS Mata Yap dengan keluhan mata kanan kabur sejak 3 minggu yang lalu. Selain itu, mata os terasa pegel, sering keluar air mata, merah danterdapat bagian mata yang menjadi putih. Sebelum ini, os suda berobat dua kali ke dokter dan telah mendapat pengobatan. Os tidak tahu obat yang diberikan ketika ditanya.Terdapat riwayat trauma dan kemasukan benda asing pada mata kanan os yaitu terkenagabah padi. Pada pemerikasaan visus didapat pada mata kanan 1/60 dan visus mata kiri6/24. Konjungtiva bulbi kanan terdapat sekret jernih mengalir keluar dengan injeksi
konjungtiva dan perikorneal. Kornea keruh dan terdapat ulkus sebesar kira-kira 3mmdengan terdapat infiltrat dan edem kornea.COA terdapat hipopion memenuhi bilik matadepan dan tidak jernih. Pada palpasi okuli sinistra didapatkan nyeri tekan.
VI. DIAGNOSIS KERJAa. Okuli Dextra (OD):
Ulkus kornea bakterialis cum hipopion
b. Okuli Sinistra (OS):Astigmat hipermetrop simpleks
VII. DIAGNOSIS BANDINGUlkus kornea virusUlkus kornea fungi
VIII. PENATALAKSANAAN
Medika mentosa
1. Analsik 2x1 tab peroral
2. Glaucon 3x1/2 tab peroral
3. Ciprofloxaxin 2x500mg tab peroral
4. Aspar K 1x1 tab peroral
5. Pemberian sikloplegik : SA 1% 4 kali per hari.
6. LFX tetes 6x per hari OD
7. Sodium diclofenac tetes 2x1 OD
Non medika mentosa
1. Rawat inap
2. Irigasi dengan betadin
3. Operasi TMA
IX. PROGNOSISOKULO DEXTRA (OD) OKULO SINISTRA (OS)
Ad Vitam : Bonam BonamAd Fungsionam : Dubia ad bonam BonamAd Sanationam : Bonam Bonam
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel
sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk
mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan.Ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit
mata. Dimana mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila tidak
dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh penyakit atau
kelainan mata dan trauma mata.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namunhanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Sehingga
penatalaksanaan yang tepat akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan. 1,2
ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea merupakan dinding depan bola mata, berupa jaringan transparan dan
avaskular.Bentuk kornea agak elips dengan diameter horizontal 12,6mm dan diameter vertikal
11,7 mm. Jari-jari kelengkungan depan 7,84 mm dan jari-jari kelengkungan belakang 7 mm tebalkornea pusat 0,6 mm dan tebal bagian tepi 1 mm. Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-
beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman,
stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sklera dan kornea disebut limbus
kornea.
Kornea memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara
dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Kornea juga merupakan
sumber astigmatisme pada sistem optik.Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa
dari aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata.Sebagai tambahan,
kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus.Kornea adalah salah satu organ tubuh yang
memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan.Sensasi dingin oleh Bulbus Krause ditemukan pada
daerah limbus. 1,2,5
FISIOLOGI KORNEA
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya
menuju retina.Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan
deturgesensi.Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh
“pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam
mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau
fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel
endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada
epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel
epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkanhipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam
menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan
dehidrasi. 2,3,7
Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat bifasik.Substansi larut-lemak dapat melalui epitel
utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui
kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus. 2,3,7 . Epitel adalah sawar yang efisien
terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stromayang avaskular dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme,
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel
sampai stroma.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea.Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat uuntuk
mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi,
endoftalmitis. 5
ETIOLOGI
Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam
penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan.Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea.Ulkus biasanya terbentuk akibat infeksi oleh
bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus (misalnya herpes)
atau protozoa akantamuba.Selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi
dan penyakit kolagen vaskuler.Kekurangan vitamin A atau protein, mata kering (karena kelopak
mata tidak menutup secara sempurna dan melembabkan kornea).Faktor resiko terbentuknya
antara lain adalah cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak. 1,5
PATOFISIOLOGI
Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan,
resiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada
kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu keseimbangan
permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak. 2,4
Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan enzim
dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses inflamasi.
Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit bakteri. Lapisan
kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut
meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi perforasi
menyebabkan endoftalmitis.Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang
menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak menjadi penyebab
infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas aeruginosa paling banyak ditemukan
pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak. 5
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase
yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea, yaitu
sentral dan marginal/perifer.Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan
virus. Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan
infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok aureus, H.
influenza, dan M. lacunata.
KLASIFIKASI
Ulkus Kornea Sentral
Ulkus kornea sentral dapat disebabkan oleh pseudomonas, streptococcus, pneumonia,virus, jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus kornea secara umum adalah dengan pemberian
antibiotika yang sesuai dan sikloplegik. Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah
penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia.Kebanyakan gangguan
penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini
dan diobati secara memadai.Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S
pneumonia.Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat sistemik dan
lokal (sekurang-kurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi, dan virus opurtunistik
cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea daripada S pneumonia. 1-5
Ulkus Kornea Perifer
Ulkus Dan Infiltrat Marginal
Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit.Ulkus ini timbul
akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya blefarokonjungtivitis
stafilokokus.Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, antibodi dari pembuluh
limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea.Infiltrat dan ulkus
marginal mulai berupa infiltrat linier atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan
hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri
umumnya setelah 7 sampai 10 hari. Terapi terhadap blefaritis umumnya dapat mengatasi
masalah ini, untuk beberapa kasus diperlukan kortikosteroid topikal untuk mempersingkat
perjalanan penyakit dan mengurangi gejala.Sebelum mamekai kortikosteroid perlu dibedakan
keadaan ini yang dulunya dikenal sebagai ulserasi kornea catarrhal dari keratitis marginal.
Klasifikasi Berdasarkan Organisme Penyebabnya
Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus kornea yang khas biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja di bidang
konstruksi, industri, atau pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata.Terjadinya ulkus
biasanya karena benda asing yang masuk ke mata, atau karena erosi epitel kornea.Dengan
adanya defek epitel, dapat terjadi ulkus kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen
yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea
bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Ini terutama berlaku
untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya Streptococcus alfa-hemolyticus,Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia, dan M fortuitum-chelonei), yang
menimbulkan ulkus indolen yang cenderung menyebar perlahan dan superficial.
Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri
khas.Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya terdapat
hipopion yang berukuran sedang.Kerokan memperlihatkan kokus gram (+) dalam bentuk
rantai.Obat-obat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin, Penisillin G, Vancomysin
dan Ceftazidime.Ulkus kornea sentral yang disebabkan Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolyticus kini lebih sering dijumpai daripada sebelumnya,
banyak diantaranya pada kornea yang telah terbiasa terkena kortikosteroid topikal. Ulkusnya
sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada kornea sekitar. Ulkus ini
sering superficial, dan dasar ulkus teraba padat saat dilakukan kerokan.Kerokan mengandung
kokus gram (+) satu-satu, berpasangan, atau dalam bentuk rantai.Keratopati kristalina infeksiosa
telah ditemukan pada pasien yang menggunakan kortikosteroid topikal jangka panjang, penyebab
umumnya adalah Streptococcus alfa-hemolyticus.
Ulkus Kornea Fungi
Ulkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin
banyak diantara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan
mata.Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul bila stroma kornea kemasukan
VZV mengenai stroma dan uvea anterior pada awalnya.Lesi epitelnya keruh dan amorf kecuali
kadang-kadang ada pseudodendritlinier yang sedikit mirip dendrit pada keratitis HSV.Kekeruhan
stroma disebabkan oleh edema dan sedikit infiltrat sel yang awalnya hanya subepitel.Kehilangan
sensasi kornea selalu merupakan ciri mencolok dan sering berlangsung berbulan-bulan setelah
lesi kornea tampak sembuh.Acyclovir intravena dan oral telah dipakai dengan hasil baik untuk
mengobati herpes zoster oftalmik.Kortikosteroidtopikal mungkin diperlukan untuk mengobati
untuk mengobati keratitis berat, uveitis dan glaukoma sekunder. 2,4
Ulkus Mooren
Penyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun.Ulkus ini termasuk
ulkus marginal.Pada 60-80 kasus unilateral dan ditandai ekstravasi limbus dan kornea perifer
yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan mata. Ulkus mooren paling seringterdapat pada usia tua namun agaknya tidak berhubungan dengan penyakit sistemik yang sering
diderita orang tua. Ulkus ini tidak responsif terhadap antibiotik maupun
kortikosteroid.Belakangan ini telah dilakukan eksisi konjungtiva limbus melalui bedah dalam
usaha untuk menghilangkan substansi perangsang.Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai
dengan hasil baik pada kasus tertentu.Terapi imunosupresif sistemik ada manfaatnya untuk
penyakit yang telah lanjut.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting
pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi,
adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes
simplek yang sering kambuh.Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh
pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virusterutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik
seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus. 1
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
gambaran lapisan putih. Hipopion yang berwarna kehijauan biasanya disebabkan oleh infeksi
Pseudomonas. Sedangkan hipopion yang berwarna kekuningan bisanya disebabkan oleh jamur.
Karena pus bersifat lebih berat dari cairan aqueous, maka pus akan mengendap di bagian bawah
bilik mata depan. Kuantitas dari hipopion biasanya berhubungan dengan virulensi dari organisme
penyebab dan daya tahan dari jaringan yang terinfeksi. Beberapa organisme menghasilkan pus
lebih banyak dan lebih cepat. Diantaranya Pneumokokus, Pseudomonas, Streptokokus pyogenes
dan Gonokokus.Hipopion pada ulkus fungal biasanya dapat terinfeksi karena jamur dapat
menembus membran Descemet. Bakteri memproduksi hipopion lebih cepat dari jamur
sedangkan infeksi virus tidak menyebabkan hipopion. Apabila ditemukan hipopion pada infeksivirus, biasanya disebabkan adanya infeksi sekunder oleh bakteri. 4
ETIOLOGI
Hipopion merupakan reaksi inflamasi di bilik mata depan. Karena itu semua penyakit yang
berhubungan dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya hipopion.Hipopion dapat
timbul setelah operasi atau trauma disebabkan karena adalanya infeksi. Misalnya pada keratitis
dan ulkus kornea. Bakteria, jamur, amoba maupun herpes simplex dapat menyebabkan terjadinya
hipopion. Bakteri patogen yang umumnya ditemukan adalah Streptococcus dan Staphylococcus.
Hipopion karena infeksi jamur jarang ditemukan.
Penyebab-penyebab hipopion terjadi :
Ulkus Kornea. Apabila terjadi peradangan hebat tapi belum terjadi perforasi dari ulkus, maka
toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar, dengan melalui membran
Descemet, endotel kornea ke cairan bilik mata depan. Dengan demikian iris dan badan siliar
Apabila hipopion yang terjadi masif dan berat dapat diberi terapi pencegahan glaucoma
sekunder : asetazolamid 250 mg, 3x/hari. Selanjutnya dapat dilakukan parasentesis
hipopion.Parasentesis hipopion dilakukan pada hipopion yang masif, disertai keadaan
umum yang tidak baik dan terancam glaukoma sekunder. 5
PENUTUP
Ulkus kornea merupakan hilangnya atau diskontinuitas permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama
kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia terutamanya jika ulkus kornea terletak
sentral dan bukan perifer.Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya biladiagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. 2,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartono, Hernowo AT, Sasongko AB. Anatomi mata dan fisiologi penglihatan. Dalam: Ilmu
Kesehatan Mata, Suhardjo, Hartono. FK UGM;2007.hal.3-1,48-1
2. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea.Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2005-2006
3. Ilyas HS. Tajam penglihatan dan kelainan refraksi penglihatan warna; dalam Ilmu penyakit
mata. FKUI;Jakarta:Edisi ketiga. 2007.hal.159-8
4. Ilyas HS. Tajam penglihatan dan kelainan refraksi; dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta. Thun 2007; hal 1-18.
5. Humanity First, Serving Mankind. Eye structure. Diunduh dari :
http://medicinembbs.com/2010/11/eye-structures.html pada 4 April 2011.