CASE REPORT TINEA INCOGNITO NAJIB ROFI’I SANDHYA PUTRI
CASE REPORTTINEA INCOGNITONAJIB ROFI’ISANDHYA PUTRI
PENDAHULUAN Steroid topikal merupakan obat yang paling banyak dipergunakan dalam dermatoterapi terutama karena manfaatnya yang paling utama sebagai anti inflamasi dan antimitosis dalam proses peradangan pada kulit
Steroid topikal dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius jika digunakan tidak dalam proses terapi yang benar antara lain jika digunakan dalam jangka waktu yang lama dan dosisnya berlebihan
Tinea incognito merupakan kesalahan terapi tinea dengan menggunakan steroid topikal sehingga menimbulkan kelainan kulit yang tidak jelas setelah mendapat terapi dengan steroid topikal untuk jangka waktu tertentu
Identitas pasien: Nama : Tn. H
Jenis kelamin : Laki-laki
No RM : 3194XX
Alamat : Mojo Gedang, Karanganyar
Umur : 49 tahun
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pekerja Kebun
Tanggal masuk : 17 Oktober 2014 (Rawat Inap)
Tanggal keluar : 24 Oktober 2014 (Rawat Inap)
Tanggal Kontrol : 1 April 2015, 6 April 2015, 10 April 2015, 14 April 2015, 17 April 2015,
21 April 2015, 27 April 2015, 4 Mei 2015
Anamnesis 1. Keluhan utama : Gatal-gatal dan perih 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan gatal dan perih di tangan, badan, dan
selangkangan. Sudah dirasakan 1 bulan yang lalu, keluhan bertambah parah dan luas sejak 2 minggu terakhir.
3. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat alergi makanan dan obat : (-) Hipertensi : (+) DM : disangkal Riwayat penyakit kulit : Pernah rawat inap karena Pemfigoid Bulousa.
4. Riwayat penyakit keluarga Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal Hipertensi : disangkal
DM : disangkal Riwayat penyakit kulit : disangkal 5. Riwayat penyakit lingkungan : disangkal 6. Riwayat atopi - Riwayat alergi makanan dan obat : tidak ada
- Riwayat bersin-bersin 5x di pagi hari : tidak ada - Riwayat mata merah, berair dan gatal : tidak ada - Riwayat asma : tidak ada
Pemeriksaan fisik 1. Status generalis a. Pemeriksaan vital sign : (diambil tanggal 4 Mei 2015) - Tensi : 130 / 90 mmHg
- Suhu : - - Nadi : 84 kali permenit - RR : 20 kali permenit b. Inspeksi : pasien sering merasa gatal c. Palpasi : tidak dilakukan d. Perkusi : tidak dilakukan e. Auskultasi : tidak dilakukan
2. Status lokalis : a. Status dermatologikus - Lokasi : kedua tangan, perut, selangkangan, pantat dan sebagian di kedua tungkai - Distribusi :merata - Bentuk : khas bulat dan campuran - Susunan : polisiklik dan campuran - Ukuran : plakat - Efloresensi / UKK : eritema, skuama, makula, papul, ekskoriasi
Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium
- Pengecatan KOH: Jamur +
- hematologi:
Lekosit : 21,62 106/ Ul (H)
- Index:
MCV : 80,1 fl (L)
MCHC : 37,1 g/dL (L)
- Hitung jenis:
Monosit : 2,4 % (L)
Limfosit: 13,8 % (L)
- Fungsi hati
SGOT dan SGPT: Normal
Differential diagnosis / diagnosis banding 1. Pemfigoid Bulosa 2. Tinea cruris 3. Tinea Corporis 4. Psoriasis
Diagnosis kerja Tinea incognito et causa pengobatan kortikosteroid Pemfigoid Bulosa
Terapi 1. Terapi non medika mentosa - Jangan digaruk - Jaga kebersihan tubuh 2. Terapi medika mentosa Itrakonazole 2x1 Gliseovulvin 2x1 Alprazolam 1x1 Metil Prednisolon 1x1
RAWAT INAP 17 OKTOBER 2014 – 24 OKTOBER 2014
DIAGNOSA AKHIR : PEMFIGOID BULOSA 7 HIPERTENSI
KONTROL Kontrol 1, tanggal 1-4-2015
Keluhan: gatal dan perih pd kedua tangan sejak 8 bulan UKK: bula Dx: Pemfigoid bulosa Terapi: - metil prednisolon 16mg XX 2x1 Asam fusidat tube III Lamodex tube III CTM XIV 2x1
KONTROL Kontrol 2, tanggal 6-4-2015 Keluhan: gatal berkurang UKK: bula Dx: Pemfigoid bulosa Terapi: - metil prednisolon 16mg XX 2x1 Asam fusidat tube III Lamodex tube III CTM XIV 2x1
KONTROL Kontrol 3, tanggal 10-4-2015 Keluhan: gatal berkurang UKK: bula makula Dx: Pemfigoid bulosa Terapi: - metil prednisolon 16mg XX 2x1 Lamodex tube III Inerson II CTM 2x1
KONTROL Kontrol 4, tanggal 14-4-2015 Keluhan: gatal berkurang UKK: bula makula Dx: Pemfigoid bulosa Terapi: - metil prednisolon 16mg XX 2x1 Lamodex tube III Desoksimetason tube II Licadet 7%
KONTROL Kontrol 5, tanggal 17-4-2015
Keluhan: gatal berkurang
UKK: bula
makula
Dx: Pemfigoid bulosa
Terapi: - metil prednisolon 16mg XX 2x1
Lamodex tube III
Desoksimetason tube II
Licadet 7%
Alprazolam 0,5mg 1x1
KONTROL Kontrol 6, tanggal 21-4-2015 Keluhan: gatal berkurang UKK: bula makula Dx: Pemfigoid bulosa Terapi: - metil prednisolon 16mg XX 2x1 Lamodex tube III Desoksimetason tube II Licadet 7% Alprazolam 0,5mg 1x1
KONTROL Kontrol 7, tanggal 27-4-2015 Keluhan: gatal berkurang UKK: bula, Makula eritema Dx: Pemfigoid bulosa Tinea incognito Terapi: - metil prednisolon 16mg XX 2x1 Lamodex tube III Alprazolam 0,5mg 1x1 Desoksimetason tube II Itraconazole XIV 2x1 Licadet 7% Gliseovulvin 500mg XIV 2x1
KONTROL Kontrol 8, tanggal 4-5-2015 Keluhan: gatal berkurang UKK: bula, Makula eritema Dx: Pemfigoid bulosa Tinea incognito Terapi: - metil prednisolon 16mg XX 2x1 Alprazolam 0,5mg 1x1 -itraconazole XIV 2x1 Gliseovulvin 500mg XIV 2x1
PEMBAHASAN Tinea incognito adalah nama yang diberikan pada infeksi jamur saat gambaran
klinis yang ada menjadi tidak jelas dikarenakan pengobatan yang tidak tepat,
yang biasanya disebabkan oleh karena pemakaian steroid topikal pada kasus
infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofita (Gorani dan Oriani, 2002).
ETIOLOGI Pada banyak kasus yang ditemukan, beberapa organisme diketahui dapat menyebabkan
terjadinya tinea incognito dalam hubungannya dengan penggunaan steroid topikal.
Setelah diteliti ditemukan bahwa Trichophyton rubrum dan Trichophyton
mentagrophytes sering ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik sebagai koloni yang
ada pada tinea incognito, karenanya infeksi jamur yang disebabkan oleh dua spesies
tersebut sering berkembang menjadi tinea incognito contohnya tinea korporis, tinea
pedis et manus, tinea unguium dan tinea cruris (Gorani dan Oriani, 2002).
STEROID TOPIKAL Pada masa kini steroid topikal merupakan sediaan yang paling
banyak dipakai dalam dermatologi, disamping obat-obat anti jamur
topikal, dan di pasaran dapat dijumpai tidak kurang dari 70 sediaan
steroid topikal dengan bermacam-macam nama dagang.
Mekanisme Kerja Steroid Topikal
1. Anti inflamasi Aktivitas anti inflamasi dari steroid topikal ini merupakan efek utama yang diharapkan dalam dermatologi. Efek ini diduga karena steroid topikal bekerja dengan mencegah proses marginasi (melekatnya lekosit dan monosit pada endotel pembuluh darah) dan menghambat proses khemotaksis (migrasi sel-sel tersebut ke fokus peradangan) yang terjadi pada proses peradangan.
2. Imunosupresi
Sifat imunosupresi ini sebenarnya juga melibatkan sifat anti inflamasi
steroid topikal, karena inflamasi merupakan bagian dari proses
kekebalan tubuh. Steroid juga menghambat pembelahan sel-sel limfoit,
melisis sel limfosit B dan menghambat kerja limfokin pada sasaran. Jadi
dapat disimpulkan bahwa steroid bekerja menekan reaksi
hipersensitifitas, baik tipe I, II, III (humoral), maupun tipe IV (seluler).
3. Antimitosis (Antiproliferasi)
Steroid mempunyai sifat antimitosis dengan menekan pembelahan sel, menurunkan
transkripsi RNA, mengurangi sintesis DNA dan mungkin juga reparasi DNA. Akibat
sifat ini pengolesan steroid topikal pada kulit akan menyebabkan penipisan epidermis
dan sel-selnya mengecil. Disamping pada sel-sel epidermis, efek antimitosis ini juga
terjadi pada sel-sel fibroblast, sehingga pemakaian jangka panjang dapat
menyebabkan gangguan sintesis kolagen dengan akibat terjadinya striae dan atrofi.
4. Vasokonstriksi
Steroid juga menyebabkan vasokontriksi, menurunkan permeabilitas
membrane dan menghambat pelepasan bahan-bahan toksik, sehingga
akan mengurangi ekstravasasi serum, pembengkakan dan rasa gatal.
Indikasi Steroid Topikal Penyakit-penyakit yang pada umumnya sangat responsif terhadap pengobatan
steroid topikal seperti dermatitis atopik, dermatitis seboroik, dermatitis
nummular, dermatitis kontak alergi dan iritan, psoriasis pada muka dan genital,
liken simpleks, pruritus ani dan dermatitis stasis.
Penyakit-penyakit yang kurang responsif terhadap steroid topikal seperti lupus
eritematous diskoid, liken planum, granuloma anulare, sarkoidosis, dan psoriasis
palmo plantar.
Efek Samping Penggunaan Steroid Topikal
Efek lokal · Kerusakan kulit berupa atrofi kulit, teleangiektasi, purpura atau striae. · Infeksi atau infestasi dapat terjadi setelah pemakaian jangka lama, terutama kalau digunakan secara oklusi, dapat berupa infeksi kandida, bakteria atau meluasnya impetigo. Tinea incognito juga dapat terjadi karena kesalahan terapi tinea dengan menggunakan
steroid topikal. · Efek lain misalnya timbulnya akne steroid, dermatitis perioral, gangguan pigmentasi dan alergi. · Pada individu tertentu pemakaian jangka panjang dapat · menyebabkan rambut pada muka tumbuh subur.
Efek sistemik Steroid topikal khususnya yang mempunyai potensi kuat dan dipakai untuk jangka panjang dengan konsentrasi tinggi atau oklusi dapat pula menimbulkan efek sistemik seperti steroid sistemik.
PENATALAKSANAAN Menurut Barnez, (2003), terapi pada tinea incognito harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Steroid topikal yang telah dipakai sebelumnya harus dihentikan 2. Terapi standar untuk pengobatan jamur dengan antijamur harus digunakan 3. Jika diketahui secara pasti jenis jamur yang ada maka dapat diterapidengan obat antijamur yang spesifik, misalnya dengan griseofulvin,ketokonazole, itrakonazole, klortrimazole, mikonazole
KESIMPULAN 1. Steroid topikal memiliki banyak peranan terhadap kelainan kulit diantaranya peranan
positif dalam membantu terapi serta penyembuhan penyakit kulit dan peranan negatif
berupa kemungkinan munculnya efek samping yang dapat ditimbulkannya.
2. Efek anti inflamasi dan imunosupresi dari steroid topikal pada infeksi akibat jamur
dapat menekan atau mengurangi infeksi pada awalnya, tetapi jika dipergunakan terus-
menerus dapat menimbulkan pengaburan tanda klinis dan perluasan infeksi akibat
organisme penginfeksi tidak dibasmi.
3. Tinea incognito merupakan penyakit yang timbul disebabkan kesalahan terapi infeksi jamur dengan menggunakan steroid topikal sehingga menyebabkan timbulnya suatu gambaran klinis yang tidak lazim atau tidak khas.
4. Tinea incognito harus dimasukkan sebagai diagnosis banding pada infeksi kulit yang mempunyai gambaran klinis tidak khas dimana sebelumnya diketahui mendapat terapi dengan steroid topikal.
5. Tinea incognito didiagnosis dengan adanya gambaran klinis yang tidak khas
yangbiasanya berupa lesi eritematous dapat disertai adanya papula dan pustula
serta hampir tidak ditemukannya skuama dengan tepi yang meninggi dan
dapat dipastikan dengan pemeriksaan mikroskopik dengan ditemukannya elemen
jamur dengan menggunakan potasium hidroksid.
6. Penanganan tinea incognito dengan penghentian pemakaian steroid topikal
dan melakukan terapi standar menggunakan obat anti fungal atau anti jamur