Top Banner
CASE REPORT: TONSILITIS KRONIK SITI ZHAHARA-H1A010006 STASE THT FKIK-RSMY
38

Ppt Case Report Tht

Sep 27, 2015

Download

Documents

Ulan Nopputri

tht
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • CASE REPORT: TONSILITIS KRONIKSITI ZHAHARA-H1A010006STASE THTFKIK-RSMY

  • STATUS PASIENIDENTITAS PASIENNama: An. SUmur: 6 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiAlamat: Ds Samban JayaBerat Badan: 19 kgSuku Bangsa: Indonesia

  • CONTDNamaIbu: Ny. WUmur: 26 tahunAlamat: Ds Samban JayaPekerjaan: Ibu Rumah TanggaSuku Bangsa: Indonesia

    Masuk Rumah Sakit: 2 April 2014Keluar Rumah Sakit: 4 April 2014No Rekam Medis: 645385

  • ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan Ibu Pasien)Keluhan Utama: Napas berbau tak sedap sejak 1 minggu yang lalu

    Riwayat Penyakit Sekarang:Tiga minggu yang lalu pasien sudah pernah ke dokter dengan keluhan nyeri tenggorokan. Keluhan ini tidak disertai dengan demam, suara parau, maupun nyeri pada telinga. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa pasien sakit amandel, diberikan obat dan dianjurkan untuk operasi.

  • CONTDNamun keluarga pasien menolak untuk dilakukan operasi dan pasien dibawa pulang kembali oleh keluarganya. Keluhan pilek, sakit kepala, sakit gigi, penurunan berat badan, sesak napas dan mendengkur (ngorok) saat pasien tidur disangkal oleh ibu pasien.

  • CONTDSejak 1 minggu sebelum masuk RS, ibu pasien merasakan bahwa napas pasien berbau tak sedap, tidak seperti anak-anak lain pada umumnya. Keluhan ini tidak disertai dengan demam, nyeri menelan, nyeri tenggorokan, batuk, pilek, sakit gigi, dan cairan yang turun ke tenggorokan. Ibu pasien juga mengatakan bahwa keluarga sudah menyetujui untuk dilakukan operasi amandel seperti yang dianjurkan sebelumnya.

  • CONTDRiwayat Penyakit Dahulu: Pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Pasien pernah sakit demam, batuk dan pilek, sudah berobat ke dokter dan sembuh.

    Riwayat Penyakit Keluarga: Keluarga pasien belum pernah mengalami hal serupa sebelumnyaRiwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaa: Pasien suka mengkonsumsi makanan ringan dan mie instan yang dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu.

  • PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis:Keadaan Umum: BaikKesadaran: Compos MentisNadi: 80x/menitSuhu: 36 CPemeriksaan SistemikKepala: DBNMata: DBNToraks: DBNAbdomen: DBNEkstremitas: DBN

  • CONTDStatus Lokalis THTTelinga:Daun, Liang, Sekret: DBNMembran timpani: SDPemeriksaan pendengaran: SDHidung:Hidung luar: DBNSinus paranasal: DBNRinoskopi anterior: SDRinoskopi posterior: SD

  • CONTDOrofaring dan Mulut:Palatum molle dan arkus faring: DBNTonsil: Ukuran T4-T4 Warna hiperemis Permukaan tidak rata Kripta melebarPeritonsil, gigi, lidah: DBNLaringoskopi indirek: DBN

  • HASIL PEM. LABOR (12/Maret/2014)LED 17 (8-15)Ht 35 (37-47)Hb 12,2 (13-18)Eritrosit 4,7 (4-5,5)Leukosit 9.700 (4.000-10.000)Trombosit 251.000 (150.000-400.000)Hitung Jenis 0/1/0/59/38/2Masa Perdarahan 2 00Masa Pembekuan 4 00GDS 90 (70-120)Ureum 15 (20-40)Creatinin 0,4 (0,5-1,2)SGOT 51 (
  • HASIL PEMERIKSAAN FOTO TORAKS PA (12/Maret/2014)Cor: besar, bentuk normalPulmo: tidak tampak infiltrate/nodulSinus Phrenicocostalis kanan dan kiri tajamKesan: cor dan pulmo saat ini tak tampak kelainan

  • HASIL KONSULTASIKonsultasi dengan dokter spesialis paru (17/Maret/2014)S: Batuk berdahak (+), demam (-)O: Tonsil T3-T3, hiperemis, P: 22x, reguler, ronki (-) N: 96x, reguler, bising (-)A: Batuk diobati lebih dahulu sampai sembuh sebelum dilakukan operasiP: Pulvis batuk 3 x 1 sirup, Eritromisin 3 x cth I

  • CONTDKonsultasi dengan dokter spesialis anak (1/April/2014)KU baik, CM, N: 80x, P: 20x S: afebrisTidak ada kontraindikasi untuk dilakukan operasi.

  • HASIL FOLLOW-UPHari pertama pasien di rawat di Bangsal B2 Seruni (2/April/2014):S: Napas bau (+)O: KU baik, CM, N: 80x P:18x S:36C Tonsil T4-T4, hiperemisA: Tonsilitis KronikP: Persiapan OP Tonsilektomi

  • CONTDHari kedua pasien dirawat (3/April/2014), dilakulan operasi Tonsilektomi pada pukul 09.00 WIB.Resume post OP Tonsilektomi:dilakukan general anasthesiadilakukan pengangkatan tonsil dengan metode sluderperdarahan yang terjadi di kontrolsetelah perdarahan terkontrol operasi selesailama operasi 1 jamjumlah perdarahan 100 cc

  • CONTDInstruksi post OP Tonsilektomi:awasi tanda vitalperdarahaninfus RL 20 tpmCefotaxime injeksi 2 x 1g (Skin test)Transamin injeksi 3 x 1 ampDexamethasone injeksi 3 x 1 ampKetorolac injeksi 3 x 1 ampDiet cair

  • CONTDFollow up pasien post OP (pkl 20.00 WIB), didapatkan:S: Demam (-), Nyeri (-), Perdarahan (-)O: KU baik, CM, N: 80x P: 19x S: 36,1C Mulai muncul daerah bewarna putih di daerah bekas OPA: Post OP TEP: Infus RL, Cefotaxime inj, Transamin inj, Dexamethasone inj, Ketorolac inj, diet cair dan dingin

  • CONTDHari ketiga pasien dirawat (4/April/2014):S: Demam (-), Nyeri (-), Perdarahan (-), Bengkak pada uvula (-)O: KU baik, CM, N: 96x P: 18x S: 36C Daerah bewarna putih di daerah bekas OP (+)A: Post OP TEP: Pasien diizinkan pulang namun kontrol kembali ke poli THT pada tanggal 10/April/2014 dan mendapatkan obat: - Amoxicillin Syrup 3 x cth I - Paracetamol Syrup 3 x cth I

  • CONTDHasil kontrol di poli THT (10/April/2014):S: Konsultasi post OP TE, nyeri (-), hiperemis (-)O: KU baik, CM, keadaan tonsil baik, perdarahan (-)A: Kontrol post OP TEP: Amoxicillin Syrup 3 x cth I Imunos Syrup 2 x cth I

  • TONSILITIS KRONIKTonsillitis kronik adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer melebihi 3 bulan.5-8

  • CONTDFaktor penyebab dapat berupa peradangan lambat setelah terjadinya tonsillitis akut dan peradangan detritus yang terkontaminasi mikroorganisme.8

  • CONTDPatofisiologiAdanya proses radang berulang pada tonsila palatina (tonsillitis berulang) tidak hanya menyebabkan terkikisnya epitel mukosa tetapi juga jaringan limfoid, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar dan diisi oleh detritus. 5

  • CONTDGejala yang muncul sangat bervariasi dari tonsilitis akut dengan gejala yang kambuh (nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam, tidak nafsu makan, lesu, nyeri di telinga) hingga gejala klinis yang tidak jelas. Gambaran klinis yang muncul dapat berupa5,8:Foetor ex ore dan gangguan pengecapan di mulut akibat penumpukan detritusGangguan menelan dan perasaan mengganjal di tenggorok akibat pembengkakkan dari tonsil.

  • CONTD

  • CONTDGejala nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam, tidak nafsu makan, lesu, nyeri di telinga, foetor ex ore dan gangguan pengecapan di mulut akibat penumpukan detritus atau pun gangguan menelan dan perasaan mengganjal di tenggorok akibat pembengkakkan dari tonsil.

    DD:Tonsilitis difteriAngina Plaut-Vincent (Stomatitis Ulcero-membranacea)

  • PEMBAHASANPertanyaan klinis:P: anak-anakI: tonsilektomiC: non operasiO: manajemen tonsilitis kronikPertanyaan: Pada anak-anak, apakah tonsilektomi lebih baik dibandingkan tindakan non operasi dalam manajemen tonsilitis kronik?

  • CONTD

    No Relevance ValidityPICOAllocation Maintenance MeasurementrandomSimilarAccounted forEqual treatmentBlind 1++-+-+-+-2++-+-+++-

  • CONTDHasil Penelitian Joacim dkk., mendapatkan hasil bahwa keadaan pasien dengan tonsillitis berulang (recurrent tonsillitis) merupakan indikasi terbanyak untuk dilakukan tonsilektomi (51,2%) dan diikuti dengan keadaan obstruksi (26,5%). Usia terbanyak dilakukannya prosedur operasi pada tonsil adalah antara usia 4 sampai 6 tahun.1Penelitian AO Ahmed dkk., mendapatkan hasil bahwa 92,6% tindakan tonsilektomi dilakukan karena adanya infeksi dan 7,4% karena adanya obstruksi. Kondisi infeksi ini paling banyak terjadi pada anak usia antara 4 sampai 10 tahun.2

  • CONTDIndikasi Absolut:Timbulnya kor pulmonale karena obstruksi jalan napas yang kronis,Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea waktu tidur,Hipertrofi berebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan penyerta,Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma)Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya.4,5

  • CONTDIndikasi Relatif:Serangan tonsilitis berulang yang tercatat (walaupun telah diberikan penatalaksanaan medis yang adekuat),Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan,Tonsilitis yang berhubungan dengan biakan streptokokus menetap dan patogenik (keadaan karier),

  • CONTDPada kasus ini, faktor risiko yang memungkinkan terjadinya tonsilitis adalah higienitas mulut yang buruk, dan kebiasaan makan mie instant mentah. Pada pasien ini, alasan dilakukannya tonsilektomi adalah adanya serangan infeksi tenggorokan berulang, bau mulut, dan ukuran tonsil T4-T4 yang apabila tidak dilakukan tonsilektomi maka dapat menimbulkan komplikasi yang buruk pada pertumbuhan dan perkembangan pasien.

  • TATALAKSANACefotaxime injeksiEvidence based medicine:Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa penggunaan antibiotik dapat mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan angka morbiditas pasca operasi (kejadian bakterimia).9,17 Namun, dengan semakin majunya dunia penelitian, mendapatkan hasil bahwa penggunaan secara rutin antibiotik setelah tonsilektomi hanya memiliki sedikit keuntungan dan sebaliknya memiliki banyak efek samping serta memicu terjadinya resistensi bakteri, sehingga dalam pemberiannya harus dipertimbangkan risk and benefit.

  • CONTDTransamin injeksi (Asam traneksamat) Evidence based medicine:Perdarahan pasca tonsilektomi merupakan komplikasi yang serius yang dapat menyebabkan kematian.18 Asam traneksamat merupakan antifibrinolisis poten yang secara signifikan mengurangi volume darah yang terjadi setelah tonsilektomi, akan tetapi tidak mengurangi jumlah pasien dengan kejadian perdarahan pasca tonsilektomi.

  • CONTDDexamethasone injeksiEvidence based medicine:Salah satu kondisi morbiditas terpenting yang berhubungan dengan tonsilektomi pada anak adalah mual dan muntah pasca operasi/postoperative nausea and vomitting (PONV).9 Pemberian dosis tunggal deksametason (0,5 mg/kgBB) intra-operatif memberikan manfaat dalam pencegahan PONV pada anak.

  • CONTDKetorolak injeksiEvidence based medicine:Penggunaan OAINS setelah tonsilektomi masih kontroversial, karena efek samping yang ditimbulkan pada fungsi trombosit memungkinkan terjadinya perpanjangan waktu perdarahan.

  • DAFTAR PUSTAKAStalfors, Joacim. Ericsson, Elisabeth. Hemlin, Claes. Hultcrantz, Elisabeth. Mansson, Ingemar. Roos, Kristian. Dkk. Tonsil Surgery Efficiently Relieves Symptoms: Analisys of 54 696 patients in the National Tonsil Surgey Register in Sweden. Acta Oto-Laryngologica, 2012; 132: 533-9.Ahmed, Ao. Aliyu, I. Kolo, ES. Indications for Tonsillectomy and Adenoidectomy: Our Experience. Nigerian Journal of Clinical Practice, 2014; 17: 90-4.Baugh, Reginald F. Archer, Sanford M. Mitchell, Ron B. Rosenfeld, Richard M. Amin, Raouf. Burns, James J. Dkk. Clinical Practice Guideline: Tonsillectomy in Children. American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 2011; 144: S1-30.Adams, George L. Boeis, Lawrence R. Highler, Peter H. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. 2012. Jakarta: EGC. p.337.Soepardi, Efiaty A. Iskandar, Nurbaiti. Bashiruddin, Jenny; Restuti, Ratna D. Dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. 2010. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 224.Tonsillitis. Diunduh dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001043.htmAmbizas, Emily M. Ambizas, Alberto H. Recognizing and Treating Tonsillitis. 2013. Postgraduate Healthcare Education, LLC.

  • CONTD8. Nagel, Patrick. Gurkov, Robert. Dasar-dasar Ilmu THT Edisi 2. 2012. Jakarta: EGC. p. 67.9. Shah, Udayan K. Tonsilitis and Peritonsillar Abscess. 2012. Medscape.10. Hermaini, Bambang. Fachrudin, Darnila. M.H, Syahrial. Riyanto, Bambang U. Susilo. Nazar, H.N. dkk. Tonsilektomi pada Anak dan Dewasa. 2004. http://buk.depkes.go.id11. Jain, Parmod. Ward, Matthew. Koch, Hasna Ismail. Sunkaraneni, Vishnu. Salib, Rami J. Guillotine vs Dissection Tonsillectomy. A Prospective Study. Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 2010; 143: 2S2. 12. Syarif, Amir. Ascobat, Purwantyastuti. Estuningtyas, Ari. Setiabudy, Rianto. Setiawati, Arini. Sunaryo, R. Dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi Lima. 2009. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 818-9.13. Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 10. Jakarta: EGC. p. 572.14. Aouad, Marie T. Nasr, Viviane G. Yazbeck-Karam, Vanda G. Bitar, Mohammad A. Khalil, Micheline Bou. Beyrouthy, Ornella. Dkk. A Comparison Between Dexamethasone and Methylprednisolone for Vomiting Prophylaxis After Tonsillectomy in inpatients Children: A Randomized Trial. Anesth Analg, 2012; 115(4): 913-920.