CASE REPORTTonic Epilepsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Stase
SarafPembimbing : dr. Listyo Asist P M.Sc, Sp.S
Diajukan oleh :Najib Rofii J 510 1551 16
KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAFFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA2015
TUGAS STASE ILMU PENYAKIT SARAFTonic Epilepsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh :Najib Rofii J 510 1551 16
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim pembimbing stase Ilmu
Penyakit Saraf Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbingdr. Listyo Asist P M.Sc, Sp.S
(...............................)
Dipresentasikan dihadapan dr. Listyo Asist P M.Sc, Sp.S
(...........................)
Disahkan Ketua Program Profesidr. Dona Dewi Nirlawati
(...........................)
BAB ICASE REPORT
A. Identitas PasienNama: Nn. NUmur: 19 tahunAlamat: Jaten
KaranganyarAgama: IslamPekerjaan: PelajarMRS: 14 Juli 2015B.
AnamnesisKeluhan utama: Pasien mengeluh kejang-kejang pada saat
sakit perutRiwayat Penyakit Sekarang: SMRS: Pasien mengeluh
kejang-kejang saat sakit perut sehari hari sebelum masuk rumah
sakit. HMRS : Pasien mengeluh kejang-kejang saat sakit perut.
Kejang sering terjadi baik siang maupun malam. Kejang berlangsung
kurang lebih 15 detik. Pada saat kejang perut spontan terangkat
keatas dan tangan kuat menggenggam. mual (-), muntah (-), pusing
(-),kelemahan pada ekstremitas (-), keringat dingin (-), BAK (+),
BAB (+), flatus (+), nafsu makan baik (+), menggigil (-), sakit
saat membungkukkan badan (+), nyeri torak (-), nyeri abdominal (+),
penurunan berat badan (-), demam (-), kencing (dbn), keringat di
malam hari (-), penggunaan obat melalaui jarum suntik (-), riwayat
kanker (-), riwayat trauma hebat (-).
Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat penyakit serupa (-) Riwayat
trauma (-) Riwayat hipertensi (-) Riwayat DM (-) Riwayat penyakit
keganasan (-) Riwayat kejang (-) Riwayat psikiatri (-)Riwayat
Penyakit Keluarga: Riwayat penyakit serupa (-) Riwayat alergi (-)
Riwayat hipertensi (-) Riwayat DM (-)Anamnesis Sistem: Sistem
serebrospinal: nyeri kepala (-), penurunan kesadaran (-), kejang
(+) Sistem kardiovaskuler: nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
Sistem respirasi: sesak (-), batuk (-), pilek (-) Sistem
gastrointestinal: mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (+) Sistem
muskuloskeletal: nyeri menjalar (-) Sistem integumen: ruam (-),
gatal (-) Sistem urogenital: disuria (-), poliuria (-)Resume
Anamnesis:Seorang perempuan usia 19 tahun datang ke RSUD
Karanganyar dengan mengeluh kejang-kejang saat sakit perut sehari
SMRS. Kejang sering terjadi baik siang maupun malam. Pada saat
kejang perut spontan terangkat keatas dan tangan kuat menggenggam.
Kejang berlangsung kurang lebih 15 detik pusing (-), keringat
dingin di malam hari (-), BAK (dbn), BAB (+), flatus (+), nafsu
makan baik (+), penurunan berat badan (-), penggunaan obat suntik,
demam (-), riw riwayat kanker (-), riwayat trauma atau cedera
(-).C. Pemeriksaan Fisik1. Status GeneralisTD = 120/80mmHg, N = 82
x/menitRR = 20 x/menitS = 36,3CKeadaan Umum: cukupStatus gizi:
baikKepala: bentuk dan ukuran normalMata: konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil (2mm/2mm), pupil (isokor, isokor)Leher:
Pembesaran kelenjar getah bening (-/-), simetris, tekanan vena
jugularis tidak terlihatParu-paru: Inspeksi: pengembangan paru
simetri antara kanan dan kiri, tidak ada gerakan yang tertinggal,
tidak ada retraksi, pernapasan spontan. Palpasi: fremitus kanan dan
kiri sama, tidak ada gerakan yang tertinggal. Perkusi: sonor (+/+)
Auskultasi: SDV (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-).Jantung:
Inspeksi: tidak diperiksa. Palpasi: tidak diperiksa. Perkusi: tidak
diperiksa. Auskultasi: bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising (-), gallop (-), murmur (-)Abdomen: Inspeksi: darm contour
(-), darm seiffung (-), simetri, tidak ada bekas luka. Auskultasi:
peristaltik usus normal. Palpasi: nyeri tekan pada regio
epigastrium (+), tidak ada pembesaran hepar dan lien. Perkusi:
timpani di seluruh kuadran abdomen.1. Status NeurologikKesadaran:
compos mentisKuantitatif: GCS (E4, V5, M6)Kualitatif: Tingkah laku:
baik Perasaan hati: baik Orientasi: baik (tempat, waktu, orang,
sekitar) Jalan pikiran: baik Kecerdasan: cukup Daya ingat kejadian:
baik (baru dan lama) Kemampuan bicara: normal Sikap tubuh: normal
Cara berjalan: baik Gerakan abnormal: tidak ada2. Kepala: Bentuk:
normochepal Ukuran: normal Simetri: (+) Nyeri tekan: (-)3. Leher:
Sikap: normal Gerakan: bebas Kaku kuduk: (-) Bentuk vertebra:
normal Nyeri tekan vertebra: (-) Pulsasi: normal Bising karotis:
(-/-) Bising subklavia: (-/-) Tes Brudzinki: (-) Tes Nafziger: (-)
Tes Valsava: (-)4. Saraf Otak: N. I (olfaktorius)KananKiri
Daya PembauNN
N. IIKananKiri
Daya penglihatanNN
Pengenalan warnaNN
Medan penglihatanNN
Fundus okuliNN
PapilNN
RetinaNN
Arteri/vena--
Perdarahan--
N. III (okulomotorius)KananKiri
Ptosis--
Gerakan mata ke medialNN
Gerakan mata ke atasNN
Gerakan mata ke bawahNN
Ukuran pupil2 mm2 mm
Bentuk pupilIsokorIsokor
Reflek cahaya langsung++
Reflek cahaya tidak langsung++
Reflek akomodatif++
Strabismus divergen-
Diplopia -
N. IV (trokhlraris)KananKiri
Gerakan mata ke lateral bawah++
Strabismus konvergen-
Diplopia -
N. V (trigeminus)KananKiri
Menggigit++
Membuka mulut+ +
Sensibilitas muka atas++
Sensibilitas muka tengah++
Sensibilitas muka bawah++
Reflek kornea++
Reflek bersinTidak dilakukanTidak dilakukan
Reflek maseterTidak dilakukanTidak dilakukan
Reflek zigomatkusTidak dilakukanTidak dilakukan
Trismus - -
N. VI (abdusen)KananKiri
Gerakan mata ke lateral++
Strabismus konvergen-
Diplopia -
N. VII (fasialis)KananKiri
Kerutan kulit dahi++
Kedipan mata++
Lipatan naso-labial++
Sudut mulut++
Mengerutkan dahi++
Mengerutkan alis++
Menutup mata++
Meringis++
Mengembungkan pipi++
Tik fasial--
Lakrimasi--
Daya kecap lidah 2/3 depan++
Reflek visuo-palpebra--
Reflek glabella--
Reflek aurikulo-palpebra--
Tanda myerson--
Tanda chovstek--
Bersiul++
N. VIII (akustikus)KananKiri
Mendengar suara berisik++
Mendengar suara detik arloji++
Tes weber--
Tes rinne--
Tes schwabah--
N. IX (glosofaringeus)KananKiri
Arkus faring--
Daya kecap lidah 1/3 belakang++
Reflek muntah--
Sengau --
Tersedak --
N. X (vagus)KananKiri
Arkus faring--
Nadi NN
Bersuara++
Menelan++
N. XI (aksesorius)KananKiri
Memalingkan kepala++
Sikap bahuNN
Mengangkat bahu++
Trofi otot bahuNN
N. XII (hipoglosus)KananKiri
Sikap lidahNN
ArtikulasiNN
Tremor lidah--
Menjulurkan lidah++
Kekuatan lidah ++
Trofi otot lidahNN
Fasikulasi lidah--
5. BadanInterpretasi
Trofi otot punggung N
Nyeri membungkukkan badan (-)
Kolumna vertebralis Dalam batas normal
Trofi otot dada Eutrofi
Palpasi dinding perut Supel, distensi (-),nyeri tekan (+)
Gerakan Bebas
Reflek dinding perut N
6. Anggota Gerak AtasInspeksi:KananKiri
Drop hand--
Pitchers hand--
Warna kulitSawo matangSawo matang
Claw hand--
Kontraktur--
Palpasi: tidak ada kelainan
Lengan atas:KananKiri
GerakanBebas Bebas
Kekuatan55
TonusNN
TrofiEutrofiEutrofi
Lengan bawah: KananKiri
GerakanBebas Bebas
Kekuatan55
TonusNN
TrofiEutrofi Eutrofi
Tangan:KananKiri
GerakanBebas Bebas
Kekuatan55
TonusNN
TrofiEutrofi Eutrofi
Sensibilitas:Lengan atas kananLengan atas kiriLengan bawah
kananLengan bawah kiriTangan kananTangan kiri
Nyeri++++++
Termis++++++
Taktil++++++
Diskriminasi++++++
Posisi++++++
Vibrasi++++++
BicepsTriceps
Reflek fisiologis+/++/+
Perluasan reflek-/--/-
Reflek silang-/--/-
Reflek patologis-/--/-
Anggota Gerak BawahInspeksi:KananKiri
Drop foot--
Udem --
Warna kulitSawo matangSawo matang
Kontraktur--
Palpasi: tidak ada kelainanTungkai atas:KananKiri
GerakanbebasBebas
Kekuatan55
TonusNN
TrofiEutrofi Eutrofi
Tungkai bawah: KananKiri
GerakanbebasBebas
Kekuatan55
TonusNN
TrofiEutrofi Eutrofi
Kaki:KananKiri
GerakanbebasBebas
Kekuatan55
TonusNN
TrofiEutrofi Eutrofi
Sensibilitas:Tungkai atas kananTungkai atas kiriTungkai bawah
kananTungkai bawah kiriKaki kananKaki kiri
Nyeri++++++
Termis++++++
Taktil++++++
Diskriminasi++++++
Posisi++++++
Vibrasi++++++
PatelaAchilles
Reflek fisiologis+/++/+
Perluasan reflek-/--/-
Reflek silang-/--/-
KananKiri
Babinski--
Chaddock--
Oppenheim--
Gordon--
Schaeffer--
Rossolimo--
Mendel Bechterew--
KananKiri
Tes Lasegue--
Tes OConnel--
Tes Patrick--
Tes Kontra Patrick--
Tes Gaenslen--
Tes Kernig--
Klonus paha--
Klonus kaki--
7. Koordinasi, langkah, dan keseimbangan: Cara berjalan: N Tes
Romberg: - Ataksia: - Diskiadokhokinesis: - Rebound fenomen: -
Nistagmus: (-) Dismetri: (-) Gerakan abnormal: tremor (-)8. Fungsi
Vegetatif:a. Miksi: inkontinensia (-), retensi urin (-), anuria
(-), poliuria (-)b. Defekasi: inkontinensia alvi (-), retensio alvi
(-)D. Pemeriksaan Penunjanga) Darah rutinJenis pemeriksaanHasil
Hb13,5
Hct42,4
Lekosit11,61 H
Trombosit232
Eritrosit4,23
MPV7,7
PDW15,5
MCV95,7 H
MCH28,1
MCHC30,5
Granulosit%60,0
Limfosit%7,2
Monosit%3,6
Eosinofil%1,8
Basofil 0,7
GDS 112
b) Foto rontgen
E. Resume PemeriksaanKU: cukupKesadaran: compos mentis (GCS:
E4V5M6)Nn. Cranialis: normal (+/+)Tanda meningeal: (-)Kaku kuduk:
(-)KananKiri
Reflek fisiologi++
++
Reflek patologis--
--
Provikasi nyeri--
Kekuatan Otot55
55
Tonus ototNN
NN
Trofi ototEutrofiEutrofi
Eutrofi Eutrofi
GerakanBebas Bebas
bebasBebas
Klonus--
Sensibilitas++
++
F. DiagnosisDiagnosis klinis: seizures, epigastric painDiagnosis
topis: korteks cerebriDiagnosis etiologi: Tonic epilepsi Histeria
konversi Dyspepsia
G. TerapiMedikamentosa a. Infuse RL20tpmb. Inj Pragesol 1 ampul
/8jamc. Inj Ranitidin1amp/12jamd. Inj omeprazole / 12 jame. Inj
diazepam drip/24jamf. Alprazolam tab 0,5mg1x1Non-medikamentosa-H.
PrognosaDeath: ad bonamDisease: dubia ad bonamDisability: ad
bonamDiscomfort: ad bonamDisatisfication: ad bonam
Follow Up
15 Juli 2015
16 Juli 2015
SPasien mengeluh sakit perut dan kejang-kejang. Nyeri dirasakan
pada ulu hati. Kejang sering terjadi baik siang maupun malam.
Kejang berlangsung kurang lebih 15 detik. mual (-), muntah (-),
pusing (-),kelemahan pada ekstremitas (-), keringat dingin (-), BAK
(+), BAB (+), flatus (+), nafsu makan baik (+), menggigil (-),
sakit saat membungkukkan badan (+), nyeri torak (-), nyeri
abdominal (+), penurunan berat badan (-), demam (-), kencing (dbn),
keringat di malam hari (-)Pasien masih mengeluh sakit perut dan
kejang-kejang, namun kejang sudah berkurang mual (-), muntah
(-),BAB dan BAK normal, nafsu makan baik.
OKU: cukupKesadaran: Compos MentisK/L: SI (-/-), CA (-/-), PKGB
(-/-)Tho: C : BJ I /II murni regular P : SDV (+/+)Abd: NT
epigastrium(+)Ekstr: Akral hangat TD: 120/80mmHg, N: 80x/menit, RR:
20x/menit, S: 36,1
Px. Neurologi: Nn. cranialis: normal (+/+)Tanda meningeal:
(-)
KaKi
Reflek fisiologi++
++
Reflek patologis--
--
Kekuatan Otot55
55
Tonus ototNN
NN
Trofi ototEE
EE
GerakanBebasBebas
bebasBebas
Klonus--
Sensibilitas++
++
KU: cukup Kesadaran: Compos Mentis K/L: SI (-/-), CA (-/-), PKGB
(-/-)Tho: C : BJ I /II murni regular P : SDV (+/+)Abd: NT
epigastrium(+)Ekstr: Akral hangat TD: 120/80, N: 82, S: 36,4, RR:
21
Px. Neurologi: Nn. cranialis: normal (+/+)Tanda meningeal:
(-)
KaKi
Reflek fisiologi++
++
Reflek patologis--
--
Kekuatan Otot55
55
Tonus ototNN
NN
Trofi ototEE
EE
GerakanBebasBebas
bebasBebas
Klonus--
Sensibilitas++
++
ADiagnosis klinis : seizures, epigastric painDiagnosis topic:
korteks cerebriDiagnosis etiologi: Tonic Epilepsi Histeria
konversi,Dyspepsia
Diagnosis klinis : seizures, epigastric painDiagnosis topic:
korteks cerebriDiagnosis etiologi: Tonic Epilepsi Histeria
konversi,Dyspepsia
PInfuse RL 20tpmInj Pragesol 1 ampul /8jamInj Ranitidin 1amp
/12jamInj omeprazole /12 jamInj diazepam drip/24jam
Infuse RL 20tpmInj Pragesol 1 ampul /8jamInj Ranitidin 1amp
/12jamInj omeprazole /12 jam Inj diazepam drip/24jam
BAB IITINJAUAN PUSTAKAEpilepsi
2.1. DEFINISI
Kejang merupakan manifestasi berupa pergerakan secara mendadak
dan tidak terkontrol yang disebabkan oleh kejang involunter saraf
otak.4Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) dan
International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 epilepsi
didefinisikan sebagai suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya
faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik,
perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya
konsekuensi sosial yang diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan
sedikitnya satu riwayat kejang epilepsi sebelumnya. 5Status
epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau kejang
berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua
serangan kejang.5
2.2 . EPIDEMIOLOGI
Epilepsi merupakan salah satu kelainan otak yang serius dan umum
terjadi, sekitar lima puluh juta orang di seluruh dunia mengalami
kelainan ini. Angka epilepsi lebih tinggi di negara berkembang.
Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50/100,000
sementara di negara berkembang mencapai 100/100,000.7Di negara
berkembang sekitar 80-90% diantaranya tidak mendapatkan pengobatan
apapun.8 Penderita laki-laki umumnya sedikit lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan. Insiden tertinggi terjadi pada anak
berusia di bawah 2 tahun (262/100.000 kasus) dan uisa lanjut di
atas 65 tahun (81/100.000 kasus). 9 Menurut Irawan Mangunatmadja
dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
angka kejadian epilepsi pada anak cukup tinggi, yaitu pada anak
usia 1 bulan sampai 16 tahun berkisar 40 kasus per 100.000. 10
2.3. ETIOLOGI Ditinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi
menjadi 3 golongan yaitu :11
Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi 50%
dari penderita epilepsi anak dan umumnya mempunyai predisposisi
genetik, awitan biasanya pada usia > 3 tahun. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan ditemukannya alat alat
diagnostik yang canggih kelompok ini makin kecil
Epilepsi simptomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan
saraf pusat. Misalnya : post trauma kapitis, infeksi susunan saraf
pusat (SSP), gangguan metabolik, malformasi otak kongenital,
asphyxia neonatorum, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah
otak, toksik (alkohol,obat), kelainan neurodegeneratif.
Epilepsi kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya
belum diketahui, termasuk disini adalah sindrom West, sindron
Lennox-Gastaut dan epilepsi mioklonik
2.4. KLASIFIKASI
Klasifikasi Internasional Kejang Epilepsi menurut International
League Against Epilepsy (ILAE) 1981: 12I . Kejang Parsial (fokal)A.
Kejang parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)1. Dengan gejala
motorik2. Dengan gejala sensorik3. Dengan gejala otonomik4. Dengan
gejala psikikB. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan
kesadaran)1. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan
kesadarana. Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaranb.
Dengan automatisme2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal kejanga.
Dengan gangguan kesadaran sajab. Dengan automatismeC. Kejang umum
sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik, tonik
atau klonik)1. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang
umum2. Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang
umum3.Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks,
dan berkembang menjadi kejang umum
II. Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi)A. lena/ absensB.
mioklonikC. tonikD. atonikE. klonikF. tonik-klonik
III. Kejang epileptik yang tidak tergolongkan
Klasifikasi Epilepsi berdasarkan Sindroma menurut ILAE 1989 :I.
Berkaitan dengan letak fokusA. Idiopatik Benign childhood epilepsy
with centrotemporal spikes Childhood epilepsy with occipital
paroxysmB. Simptomatik Lobus temporalis Lobus frontalis Lobus
parietalis Lobus oksipitalis
II. Epilepsi UmumA. Idiopatik Benign neonatal familial
convulsions, benign neonatal convulsions Benign myoclonic epilepsy
in infancy Childhood absence epilepsy Juvenile absence epilepsy
Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal) Epilepsy with
grand mal seizures upon awakening Other generalized idiopathic
epilepsiesB. Epilepsi Umum Kriptogenik atau Simtomatik Wests
syndrome (infantile spasms) Lennox gastaut syndrome Epilepsy with
myoclonic astatic seizures Epilepsy with myoclonic absencesC.
Simtomatik Etiologi non spesifik Early myoclonic encephalopathy
Specific disease states presenting with seizures2.5.
PATOFISIOLOGIDasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi
neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps. Ada dua jenis
neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan
depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter
inhibisi (inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf
dalam sinaps) yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron
lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Di antara
neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate,
aspartat, norepinefrin dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter
inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan
glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan
terjadi transmisi impuls atau rangsang. Dalam keadaan istirahat,
membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada
dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan
depolarisasi membran neuron dan seluruh sel akan melepas muatan
listrik.Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat
merubah atau mengganggu fungsi membran neuron sehingga membran
mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra
seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran
dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali.
Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara
sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat khas
serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti
akibat pengaruh proses inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah
pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga
sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar
neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang peranan.
Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi
terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang
penting untuk fungsi otak.13
Silbernagl S. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme.
2000
2.6 GEJALA
Kejang parsial simplekSeranagan di mana pasien akan tetap sadar.
Pasien akan mengalami gejala berupa: deja vu: perasaan di mana
pernah melakukan sesuatu yang sama sebelumnya. Perasaan senang atau
takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak dapat dijelaskan
Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum
pada bagian tubih tertentu. Gerakan yang tidak dapat dikontrol pada
bagian tubuh tertentu Halusinasi Kejang parsial (psikomotor)
kompleks Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan
biasanya bertahan lebih lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian
dan kemungkinan besar tidak akan mengingat waktu serangan.
Gejalanya meliputi: Gerakan seperti mencucur atau mengunyah
Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau memainkan
pakaiannya Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau
berjalan berkeliling dalam keadaan seperti sedang bingung Gerakan
menendang atau meninju yang berulang-ulang Berbicara tidak jelas
seperti menggumam. Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal).
Merupakan tipe kejang yang paling sering, di mana terdapat dua
tahap: tahap tonik atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan.
Pada serangan jenis ini pasien dapat hanya mengalami tahap tonik
atau klonik saja. Serangan jenis ini biasa didahului oleh aura.
Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum serangan dapat berupa:
merasa sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga berdengung. Pada
tahap tonik pasien dapat: kehilangan kesadaran, kehilangan
keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa
alasan yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada
saat fase klonik: terjaadi kontraksi otot yang berulang dan tidak
terkontrol, mengompol atau buang air besar yang tidak dapat
dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin akan merasa
lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan semacam
ini.14
2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan
fisik dengan hasil pemeriksaan EEG dan radiologis. 15
1. AnamnesisAnamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan
menyeluruh. Anamnesis menanyakan tentang riwayat trauma kepala
dengan kehilangan kesadaran, meningitis, ensefalitis, gangguan
metabolik, malformasi vaskuler dan penggunaan obat-obatan
tertentu.Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi:- Pola /
bentuk serangan- Lama serangan- Gejala sebelum, selama dan paska
serangan- Frekueensi serangan- Faktor pencetus- Ada / tidaknya
penyakit lain yang diderita sekarang- Usia saat serangan terjadinya
pertama- Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan- Riwayat
penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya- Riwayat penyakit epilepsi
dalam keluarga2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologisMelihat
adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi,
seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan
kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus. Pemeriksaan fisik
harus menepis sebab-sebab terjadinya serangan dengan menggunakan
umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada anakanak pemeriksa
harus memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan,
organomegali, perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat
menunjukkan awal gangguan pertumbuhan otak unilateral.
3. Pemeriksaan penunjanga. Elektro ensefalografi
(EEG)Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan
merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk
rnenegakkan diagnosis epilepsi. Akan tetapi epilepsi bukanlah gold
standard untuk diagnosis. Hasil EEG dikatakan bermakna jika
didukung oleh klinis. Adanya kelainan fokal pada EEG menunjukkan
kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan adanya
kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan
genetik atau metabolik. Rekaman EEG dikatakan abnormal.1) Asimetris
irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua hemisfer
otak.2) Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat
dibanding seharusnya misal gelombang delta.3) Adanya gelombang yang
biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnyagelombang tajam,
paku (spike) , dan gelombang lambat yang timbul secara
paroksimal.
b. Rekaman video EEGRekaman EEG dan video secara simultan pada
seorang penderita yang sedang mengalami serangan dapat meningkatkan
ketepatan diagnosis dan lokasi sumber serangan. Rekaman video EEG
memperlihatkan hubungan antara fenomena klinis dan EEG, serta
memberi kesempatan untuk mengulang kembali gambaran klinis yang
ada. Prosedur yang mahal ini sangat bermanfaat untuk penderita yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti, serta bermanfaat pula
untuk kasus epilepsi refrakter. Penentuan lokasi fokus epilepsi
parsial dengan prosedur ini sangat diperlukan pada persiapan
operasi.
c. Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan yang dikenal dengan istilah
neuroimaging bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi
data EEG. Bila dibandingkan dengan CT Scan maka MRl lebih sensitif
dan secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaat untuk
membandingkan hipokampus kanan dan kiri serta untuk membantu terapi
pembedahan.
2.8 TERAPIStatus epileptikus merupakan kondisi kegawatdaruratan
yang memerlukan pengobatan yang tepat untuk meminimalkan kerusakan
neurologik permanen maupun kematian . Definisi dari status
epileptikus yaitu serangan lebih dari 30 menit, akan tetapi untuk
penanganannya dilakukan bila sudah lebih dari 5-10 menit Algoritme
manajemen status epileptikus
Tujuan terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal
untuk pasien. Prinsip terapi farmakologi epilepsi yakni: OAE mulai
diberikan bila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, terdapat
minimal dua kali bangkitan dalam setahun, pasien dan keluarga telah
mengetahui tujuan pengobatan dan kemungkinan efek sampingnya.
Terapi dimulai dengan monoterapi Pemberian obat dimulai dari dosis
rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau
timbul efek samping; kadar obat dalam plasma ditentukan bila
bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif. Bila dengan
pengguanaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol bangkitan,
ditambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua telah mencapai kadar terapi,
maka OAE pertama diturunkan bertahap perlahan-lahan. Penambahan OAE
ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat
diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua OAE pertama.
Pasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk dimulai
terapi bila kemungkinan kekambuhan tinggi , yaitu bila: dijumpai
fokus epilepsi yang jelas pada EEG, terdapat riwayat epilepsi
saudara sekandung, riwayat trauma kepala disertai penurunan
kesadaran, bangkitan pertama merupakan status epileptikus.
16Prinsip mekanisme kerja obat anti epilepsi : Meningkatkan
neurotransmiter inhibisi (GABA) Menurunkan eksitasi: melalui
modifikasi kponduksi ion: Na+, Ca2+, K+, dan Cl- atau aktivitas
neurotransmiter.
Penghentian pemberian OAEPada anak-anak penghentian OAE secara
bertahap dapat dipertimbangkan setelah 2 tahun bebas serangan
.Syarat umum menghentikan OAE adalah sebagai berikut: Penghentian
OAE dapat didiskusikan dengan pasien atau keluarganya setelah
minimal 2 tahun bebas bangkitan Harus dilakukan secara bertahap,
pada umumnya 25% dari dosis semula, setiap bulan dalam jangka waktu
3-6 bulan Bila digunakan lebih dari satu OAE, maka penghentian
dimulai dari satu OAE yang bukan utamaObat ezogabine merupakan obat
baru dan memiliki mekanisme kerja sebagai pembuka saluran kalium,
mengaktivasi gerbang saluran kalium di otak. Akan tetapi mekanisme
unik ini memiliki beberapa efek toksik yang biasanya tidak terdapat
pada obat kejang lainnya seperti retensi urin.Hal inilah yang
menyebabkan US Food and Drug Administration's (FDA's) masih
mempertimbangkan obat ini.17
Pemilihan OAE pada pasien anak berdasarkan bentuk bangkitan dan
sindrom
Mekanisme kerja OAE
Obat epilepsi untuk anak
Histeria KonversiHisteria adalah suatu kondisi dimana seseorang
memindahkan penderitaan mentalnya pada suatu jenis penderitaan
tubuh. Reaksi histeria adalah khas bagi kepribadian histerik yang
mempunyai ciri narsistik (mencintai diri sendiri secara
berlebihan), infantil (bertabiat kekanak-kanakan), suka
bersandiwara (over acting), dan hiperaktif.Insidensi konversi
histerik di beberapa negara bervariasi antara 0,2 0,7 % dan
prevalensinya bervariasi antara 3 - 6%. Di duga penderita wanita
lebih banyak dari pada laki-laki. Penanganan dari konversi histerik
pada intinya tidak ada terapi yang khusus, namun sebagai dokter
yang terpenting dalam penanganan konversi histerik ini adalah
memberikan terapi persuasif dan sugesti terhadap
pasien.DefinisiHisteria ialah suatu kondisi dimana seseorang
memindahkan penderitaan mentalnya pada suatu jenis penderitaan
fisik. Maka dari itu manifestasi fisik tersebut dinamakan konversi
histerik. Reaksi tersebut adalah khas bagi kepribadian histerik,
yang dicirikan oleh sifat narsistik (mencintai diri sendiri secara
berlebihan), infantil (bertabiat kekanak-kanakan), suka
bersandiwara (overacting) dan hiperaktif.EtiologiEtiologi dari
Konversi Histerik belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
hal yang diduga menyebabkan terjadinya Konversi Histerik yaitu
adanya gangguan gerakan voluntar / involuntar, gangguan sensorik,
gangguan kesadaran dan gangguan susunan saraf autonom.
EpidemiologiTerdapat perbedaan data epidemiologi dari beberapa
negara, hal ini disebabkan oleh belum adanya keseragaman dalam
pengertian dan konversi histerik bukan merupakan penyakit yang
harus dilaporkan. Insidensi kejadian konversi histerik di berbagai
negara bervariasi antara 0,2-0,7%, prevalensi antara 3-6 %.Konversi
histerik di jumpai pada semua ras di dunia, yang insidensi dan
prevalensinya hampir sama, walaupun beberapa peneliti menemukan
angka lebih tinggi di negara berkembang. Penderita wanita lebih
banyak daripada laki-laki. Awitan dapat dimulai pada semua umur. 30
% 33% penderita mendapat serangan pertama pada usia kurang dari 17
tahun, 50-51 % terdapat pada kelompok lebih dari 20 tahun. 15%
penderita pada usia lebih dari 35 tahun, dan 2% pada usia lebih
dari 50 tahun.Segi PsikiatrikSeorang yang sedih, memperlihatkan
paras muka yang khas. Dari paras mukanya dunia luar mengetahui
bahwa ia sedang berduka cita. Paras muka sedih itu merupakan reaksi
tubuh, sungguh-sungguh dan wajar. Reaksi histerik atau konversi
histerik melambangkan suatu bentuk komunikasi non-verbal. Misalnya
seorang wanita menjadi lumpuh pada kedua tungkai setelah ia
mengancam akan meninggalkan suaminya. Konversi histeri yang berupa
paraplegia melambangkan pembatalan ancamannya, yang sekaligus
merupakan permohonan non-verbal yang bermakna: Janganlah membiarkan
saya meninggalkanmu.Karena komunikasi dengan bahasa tidak sanggup
dilakukan, konflik emosi berkomunikasi dengan dunia luar dalam
bentuk suatu jenis konversi histerik. Konflik emosi itu dirasakan
tidak pantas untuk diungkapkan dengan kata-kata, dan meledaklah
reaksi tubuh yang melambangkan konflik tersebut.Walaupun penderita
tidak mau mengungkapkan penderitaan mentalnya, sifat histeriknya
dapat terungkap oleh pertanyaan-pertanyaan tentang manifestasi
psikosomatik: sering bernafas pendek dan cepat (hiperventilasi),
sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah dan sakit perut yang
samar-samar. Dalam hal ini harus diketahui sifat manusia. Seseorang
lebih rela menderita penyakit badaniah daripada menderita penyakit
jiwa. Kalau penyakitnya dinyatakan sebagai manifestasi gangguan
mental, ia menerimanya sebagai penghinaan, oleh karena dalam
penilaiannya, penyakit jiwa adalah penyakit yang merendahkan
martabatnya dan nama baik keluarganya.Sebagian para penderita
konversi histerik justru bereaksi lebih histerik jika ditanya
mengenai penderitaan mentalnya. Pertanyaan tentang kesukaran di
rumah tangga dapat dijawab dengan tangisan, pingsan atau
kejang-kejang.Manifestasi Klinis :1.Nyeri HisterikNyeri histerik
merupakan manifestasi konversi histerik yang sukar didiagnosa.
Sifat non-organiknya tidak mudah dikenal. Banyak contoh dapat
diberikan untuk menggambarkan bahwa nyeri histerik mudah dianggap
oleh dokter yang berpengalaman sebagai nyeri organik dan
sebaliknya. Terutama nyeri abdominal histerik seringkali
menyesatkan, sehingga tindakan operatif dilakukan. Banyak penderita
histerik telah menjalani operasi perut: pertama karena nyeri
kholelitiasis, kedua karena diduga menderita apendisitis dan ketiga
karena nyeri yang diduga karena invaginasi ileus.Dalam hal nyeri
histerik, faktor penunjang diagnosa yang dapat diperoleh dari
anamnesa ialah cara melukiskan sifat-sifat nyeri.Seorang histerik
yang menyajikan nyeri konversi tidak dapat melukiskan apa yang
dirasakannya secara singkat dan tepat. Sifat nyeri, lokasinya,
gejala penyerta dan saat timbulnya diuraikan secara samar, dan
tidak menyakinkan.2.Defisit Sensorik HisterikManifestasi histerik
yang berupa defisit sensorik, yang paling sering dijumpai, ialah
parestesia dan anestesia. Defisit sensorik yang bersifat organik
jarang sekali berupa anestesia total.Anestesia histerik hampir
selamanya total. Dan pola anaestesia atau parestesia histerik
hampir selamanya berupa sarung tangan atau kaos kaki, yang
menyerupai pola parestesia / hipestesia karena polineuropatia
(diabetes mellitus, defisiensi makanan, intoksikasi dan
sebagainya). Namun demikian, defisit sensorik histerik tersebut
tidak diiringi tanda atau gejala yang sesuai dengan manifestasi
polineuropatia, seperti : reflek tendon lutut dan achilles yang
menurun dan kelemahan otot dorso-fleksor kaki.Anestesi di daerah
erogen (Vagina, introitus, mamae, bibir, leher) yang menunjukkan
pola aneh (tidak sesuai dengan suatu kawasan sensorik organik)
dapat dijumpai juga manifestasi konversi histerik.Defisit
sensorik
LesiPolaManifestasi
(1)Ujung-ujung serabut sensorik setempatHipestesia
lokalHipestesia yang terbatas pada permukaan tubuh yang
terluka.
(2)Saraf tepiHipestesia neuritikHipestesia yang terasa pada
kawasan sensorik suatu saraf tepi tertentu
(3)Radiks dorsalisHipestesia radikularHipestesia yang terasa
disuatu dermatoma
(4)Lubang disubstansia griseaHipestesia jenis dissociated
sensibilitySuatu kawasan sensorik yang hipestetik terhadap rangsang
nyeri, tetapi masih peka terhadap rangsang vibrasi
(5)Hemilesi medula spinalisHipestesia jenis
Brown-SeguardHipestesia sesisi bagian bawah tubuh yang
kontralateral terhadap hemilesi dengan kelumpuhan sesisi bagian
bawah tubuh yang ipsilateral terhadap hemilesi.
(6)Lesi tranversal medula spinalisPara-hipestesiaHipestesia yang
terasa dari tingkat abdomen atau torakal sampai kebawah
(7)Hemilesi medula oblongataHemi-hipestesia alternansHipestesia
hemi-fasialis ipsilateral dengan hipestesia kontralateral dibelahan
leher, toraks, abdomen dan anggota gerak
(8)Hemilesi di korteks sensorik primerHemi-hipestesiaHipestesia
kontralateral pada sesisi seluruh tubuh
(9)Degenerasi serabut-serabut distal sensorik
(neuropatia)Hipestesia polineuropatiaHipestesia distal bilateral
pada anggota gerak (hipestesia sarung tangan dan kaos kaki)
Pola defisit sensorik yang bersifat organik ditentukan oleh lesi
pada saraf penghantar impuls protopatik dan oleh sifat proses
patologiknya.3.Manifestai Viseral Vegetatif HisterikBerbagai macam
manifestasi emosional yang wajar disertai gejala-gejala vaskular,
sekretorik dan motorik viseral. Pada kasus konversi histerik
gejala-gejala tersebut bangkit secara berlebihan, sehingga
pertolongan dokter sering diperlukan. Adapun gejala viseral yang
dimaksudkan ialah takhikardia, takhipne, batuk, disfagia,
aerofagia, muntah, meteorismus, konstipasi, diare dan
hiperhidrosis.Takhikardia histerikhampir selamanya timbul
sehubungan dengan suatu kejadian yang emosional atau menegangkan,
jarang sekali timbul secara paroksismal. Rasa tidak enak di daerah
prekordium, yang mengiringi takhikardia histerik sering diceritakan
secara samar, misalnya seperti perasaan mau mati (takut, khawatir).
Sifat-sifat keorganikan yang dapat diungkapkan oleh adanya
gejala-gejala penyakit jantung atau oleh rekaman aktivitas jantung
(EKG) tidak mengiringi takhikardia histerik.Takhipneu
histerikselalu bangkit kalau ada orang di sekitar penderita, jarang
atau tidak pernah bila orang sakit sendirian.Hiperventilasinya
diiringi oleh suara mengeram, merintih atau bunyi nafas yang keras,
tetapi tidak disertai sianosis atau tanda-tanda penyakit paru atau
penyakit jantung. Karena hiperventilasi yang berlangsung lama dapat
timbul alkalosis respiratorik, maka dari itu dapat dijumpai tanda
Chvostek atau tanda Trousseau.Batuk histeriksering dijumpai. Cara
batuknya ialah keras dan kering. Dahak tidak ada, walaupun
penderitanya sering berdahak-dahak. Pada suasana tegang batuk lebih
sering bangkit dan sewaktu tidur tidak pernah
timbul.Aerofagiasering dijumpai pada orang-orang histerik dan
keluhan yang disajikan ialah perut kembung atau rasa penuh di ulu
hati. Tanpa disadari udara ditelan sewaktu tegang / emosional
sehingga memenuhi lambung.Disfagia histerikyang sering bersifat
globus, yaitu perasaan seperti ada bola di kerongkong merupakan
stigma histerik yang mantap. Globus histerikus dan klavus
histerikus (sakit kepala di batok kepala) hampir selalu menyertai
manifestasi histerik apa pun.Muntah histeriksering diiringi nyeri
dan rasa tidak enak di perut bagian bawah. Muntahnya
dipresipitasikan oleh suasana emosional. Bertanak berulang-ulang
yang dapat dibangkitkan secara voluntar (tetapi disangkal oleh
penderita) merupakan gejala pengiring muntah histerik. Gejala
gastritis atau infeksi umum yang sering diawali oleh muntah tidak
merupakan gejala penyerta muntah histerik.Konstipasi
histerikbiasanya terjadi setelah defekasi ditahan, oleh karena
sewaktu bepergian tidak mau menggunakan kamar kecil yang asing bagi
penderita. Karena itu, maka sekembalinya di rumah sendiri, defekasi
dipersulit oleh skibala yang kering dam besar. Setelah defekasi
berhassil dengan bantuan laksansia, maka pengalaman dalam kesukaran
berdefekasi membekas, sehingga konstipasi berikutnya timbul akibat
autosugesti.Diare histerikadalah manifestasi refleks gastro-kolon
yang berlebihan. Setiap kali lambung menerima makanan atau minuman,
kolong terangsang sehingga timbul diare. Penyajian yang khas adalah
sebagai berikut: setiap kali makan / minum langsung buang air.
4.Paralis HisterikKelumpuhan histerik dapat menyerupai
kelumpuhan flaksida atau spastika. Yang terkena kelumpuhan dapat
setiap bagian tubuh, tetapi tidak pernah terjadi pada suatu otot
tunggal. Kelumpuhan histerik banyak menyerupai kelumpuhan organik,
tetapi pada penelitian tanda-tanda yang mencirikan setiap jenis
kelumpuhan organik tidak ditemukan.Bilamana kelumpuhan histerik
menunjukkan kontraktur atau atrofi, EMG yang tidak dapat
mengungkapkan patologi dari otot yang terkena. Tanda-tanda UMN /
LMN yang seharusnya mencirikan kelumpuhan spastika / flaksida tidak
menyertainya secara sesuai. Tanda-tanda yang tidak mudah
disimulasi, seperti refleks tendon yang meninggi, apa lagi
tanda-tanda yang sama sekali tidak dapat disimulasi seperti refleks
patologik, sindroma horner, oftalmoplegia dan nistagmus, tidak
menyertai / mengiringi kelumpuhan histerik.Paraplegia dan
hemiplegia histerik dapat diperlihatkan penderita histerik, tetapi
hanya gerakan voluntarnya saja yang disajikan sebagai lumpuh.
Bahwasanya kelumpuhan itu secara organik tidak ada, tetapi hanya
secara mental saja dihadapkan kepada orang-orang di sekelilingnya
dapat dibuktikan dengan test Hoover. Dengan test tersebut dapat
diungkapkan langkanya niat untuk mengangkat anggota gerak yang
difikirkannya lumpuh.Pada waktu mengangkat salah satu tungkai dalam
posisi berbaring, tekanan tungkai lainnya dapat dirasakan dengan
jelas, bilamana kesungguhan dalam berusaha untuk mengangkat tungkai
memang ada. Bilamana tekanan kaki tidak dapat dirasakan pada waktu
berusaha untuk mengangkat tungkai lainnya, maka dapatlah
disimpulkan bahwa niat / minat untuk mengangkat tungkai tidak ada.
Dalam hal ini tungkai yang harus diangkat itu bukannya lumpuh,
tetapi tidak dapat bergerak oleh karena tidak ada minat / niat
untuk menggerakkannya. Jadi, kelumpuhan pada tungkai tersebut ialah
histerik.Gaya berjalan yang khas bagi setiap jenis kelumpuhan
anggota gerak tidak memperlihatkan kekhasan yang sesuai. Gaya
berjalan histerik adalah khas dalam arti, bahwa setiap gaya
berjalan organik dapat ditiru secara tidak tepat. Yang paling umum
ialah gaya berjalan histerik, dimana salah satu tungkai diseret.
Kaki yang diseret menyikat tanah dengan bagian medialnya, bahkan
dengan dorsum pedisnya.Hemiplegia organik jarang disertai retensio
urina. Pada hemiplegia histerik, retensio urina sering menjadi
gejala penyerta. Dalam menganalisa retensio urina hendaknya
diteliti semua hasil pemeriksaan secara sistematik, oleh karena
kendatipun retensio urina tidak jarang bersifat histerik, gangguan
tersebut adalah cukup serius untuk diabaikan begitu saja sebagai
fenomen histerik. Juga inkontinensia urina dapat melengkapi
hemiplegia histeris. Bilamana retensio atau inkontinensia urina
timbul pada paraplegia yang diduga bersifat histerik, dugaan itu
adalah gegabah. Walaupun benar, bahwa retensio / inkontinensia
urina mudah disimulasi, tetapi kombinasi paraplegia dengan gangguan
miksi adalah suatu sindroma yang sudah mantap, sehingga diagnosa
konversi histerik dalam kasus semacam itu hanya boleh dibuat
setelah orang sakit sembuh dari penyakitnya. Sebelum kesembuhan
menjadi suatu kenyataan yang jelas, maka pemeriksaan yang relevan
harus dilanjutkan sampai semua persoalan organik dan non-organik
diselesaikan secara tuntas.Gangguan gerakan histerik paling jelas
menunjukkan protes non-verbal. Kelumpuhan pada kedua tungkai sering
melambangkan frustasi untuk berpindah, keengganan untuk melanjutkan
hidup, keengganan untuk melaksanakan keputusan dan sebagainya.
Gangguan gerakan yang mengganggu ketangkasan gerakan voluntar,
misalnya monoparesis lengan, spastisitas otot jari tertentu seperti
pada writer cramp dapat menunjukkan frustasi dalam pekerjaan atau
konflik dalam bidang seksual.
5.Serangan Pseudo-Epileptik HisterikEpilepsi dan histeria dapat
bergandengan. Dalam hal tersebut pengenalan sifat keorganikan
penyakit sangat sulit, kecuali jika terdapat
manifestasi-manifestasi yang mencirikan serangan epileptik, yaitu
:a. Penderita terluka sewaktu mendapat serangan epileptik karena
jatuh, lidahnya tergigit atau terjadi luksasio salah satu anggota
geraknya.b. Kejang klonik-tonik yang tidak bertujuan dan berakhir
dengan pernafasan stertorous dan koma.c. Mulut berbusa dan
inkontinensia urina.d. EEG yang memperlihatkan pola epileptik yang
jelas.ditutup tampak gerakan yang khas yang diperlihatkan juga oleh
orang yang pura-pura tidur.h. EEG penderita epilepsi histerik tidak
memperlihatkan pola epileptik.
Tidak jarang serangan epileptik histerik berakhir juga dalam
keadaan trance (kesurupan), dimana penderita berbicara secara tidak
beres. Tetapi di antara kalimat-kalimat yang kurang terang
diucapkannya dapat ditangkap kalimat-kalimat yang jelas
diucapkannya dengan penekanan yang adekuat.Kalimat-kalimat semacam
itu mengandung arti yang menunjuk pada inti problematik konflik
emosionalnya. Serangan pseudo-epileptik histerik memperlihatkan
ciri-ciri sebagai berikut :a. Setiap kali mendapat serangan,
penderita tidak pernah sendirian, tetapi selalu kalau ada orang,
terutama yang terlibat dalam konflik emosionalnya.b. Penderita
tidak pernah terluka akibat serangan epileptik histeriknya, lidah
tidak pernah tergigit dan sebagainya.c. Gerakan yang timbul sewaktu
serangan memperlihatkan pola voluntar.d. Serangan epileptik
histerik tidak diawali oleh wajah yang pucat atau sianotik.e.
Serangan epileptik histerik tidak pernah menunjukkan adanya mulut
yang berbusa atau timbulnya inkontinensia urina. ke atas atau ke
samping atas pada awal serangan, tetapi ditutup keras. Bilamana
dokter membuka kelopak matanya untuk pemeriksaan, secara kuat
penderita menahannya.g. Setelah gerakan epileptik histerik
berhenti, penderita berbaring dengan mata tertutup. Kesadarannya
tidak terganggu, tetapi penderita bertingkah laku seolah-olah dalam
koma. Pada kelopak mata yangAdakalanya timbul sindroma histerikf.
Mata penderita epileptik histerik tidak melirik post-iktal, yang
menyerupai automatismus epilepsi lobus temporalis. Dalam keadaan
demikian penderita dapat tertawa-tawa, berdansa, menelanjangi diri
sendiri dan sebagainya, sebagai manifestasi non-verbal yang
menunjukkan gerakan kepada inti konflik emosionalnya.
6.Gangguan Pancaindra HisterikGangguan penglihatan histerik
mudah dikenal, oleh karena pola organiknya tidak ada. Buta histerik
memperlihatkan refleks pupil yang normal. Pola hemianopia homonim
atau heteronim tidak akan diperlihatkan oleh buta sesisi
histerik.Mata yang dinyatakan buta oleh seorang histerik masih
bereaksi jika hendak disentuh secara mendadak dan secara tidak
diduga (refleks ancam mata).Buta histerik sering disertai anestesia
konjungtiva bulbi dan kornea. Anosmia histerik berbeda dengan
anosmia organik dalam hal penciuman iritansia. Daya penghidu yang
hilang karena lesi organik berarti bahwa seseorang tidak menyadari
adanya bau cengkeh, tembakau, minyak wangi dan sebagainya. Tetapi
walaupun tidak mengetahui baunya, ia masih menyadari adanya sesuatu
yang merangsang jika ia mencium amoniak dan lain-lain jenis
iritansia yang merangsang serabut saraf trigeminus di selaput
lendir hidung.Tuli histerik selalu timbul sebagai protes berhenti
untuk mendengar. Demikian juga halnya dengan afasia histerik, yaitu
protes berhenti untuk berbicara. Tetapi adanya refleks
aurikulo-palpebral mengungkapkan sifat histerik tuli itu.Tuli
histerik dan afasia histerik sering timbul secara bersama-sama,
sehingga perilaku penderita menyerupai mutismus. Tetapi dalam
keadaan darurat, seorang dengan mutismus histerik dapat bereaksi
adekuat sesuai dengan usaha penanggulangan keadaan
darurat.7.Hiperpireksia HisterikManifestasi konversi histerik dapat
menyerupai segala macam gangguan organik yang bersifat motorik,
sensorik, senso-sekreto-motorik viseral, fungsi luhur dan
kesadaran. Sebagian besar manifestasi tersebut dapat disimulasi
tetapi sebagian kecil sukar. Hiperpireksia adalah salah satu
manifestasi yang sukar disimulasi. Tetapi hiperpireksia histerik
memang dapat terjadi.Di antara sekian banyak jenis hiperpireksia
yang tidak dapat dimengerti terdapat beberapa yang bersifat
konversi histerik. Walaupun demikian janganlah terlalu cepat
menyimpulkan bahwa suatu kasus hiperpireksia ialah histerik.
Penderita histerik sering berobat dan menggunakan banyak macam
obat. Di antara mereka banyak juga yang mendapat demam obat (drug
fever) yang bukan bersifat histerik. Demam histerik boleh
didiagnosa, bilamana semua penelitian klinis dan laboratorik sudah
dilakukan dan dengan sugesti dalam rangka psikoterapi demam itu
sudah dapat dilenyapkan secara tuntas.
Penatalaksanaan Penderita HisterikDalam penatalaksanaan
penderita dengan konversi histerik tidak ada terapi yang bersifat
standar dan khusus. Setiap penderita harus dirawat sesuai dengan
manifestasi histerik dan situasi konflik masing-masing. Juga bagi
seorang histerik yang sepanjang hidupnya mendapat berbagai macam
manifestasi konversi histerik secara berkala, obat-obat yang
digunakan dan nasihat yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan
fakta-fakta yang dihadapi.Ada beberapa hal yang harus kita
perhatikan dalam memberikan terapi terhadap pasien konvulsi
histerik, antara lain :a. Setiap kasus konversi histerik harus
ditanggulangi secara tegas. Dokter yang tidak menunjukkan ketegasan
dalam tindakan mediknya tidak akan mendapat kepercayaan orang
sakit.b. Penderita konversi histerik akan memutuskan hubungan
dengan dokternya yang menyatakan bahwa ia adalah orang yang
pura-pura sakit, atau orang yang cengeng atau orang sehat yang
senang mengeluh.c. Kepribadian histerik sangat peka terhadap
sugesti, maka terapi yang menggunakan persuasi dan sugesti akan
memperoleh hasil yang maksimal.d. Sebelum persuasi dan sugesti
dimulai, semua pemeriksaan klinis dan laboratorik harus dilakukan
dahulu. Apabila semua pemeriksaan laboratorik sudah dimintakan oleh
dokter lain, hasilnya harus diteliti kembali. Bila semua data
lengkap, pemeriksaan tidak perlu dilakukan lagi.e. Penderita harus
mendapat kesan bahwa ia sudah diperiksa dengan seksama. Tergantung
pada kasus dan situasi, dokter dapat menggunakan tranquiliser
dahulu, sebelum persuasi dan ssugesti dilakukan atau langsung
memulai psikoterapi tersebut.f. Oleh karena kebanyakan orang tidak
menerima kalau dinyatakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh
gangguan pikiran (mental), maka sebaiknya janganlah menggunakan
kata-kata sehingga kesan tersebut di atas timbul. Yang paling mudah
diterima oleh para penderita histerik dan yang tidak menyesatkan
ialah pernyataan bahwa otaknya lemah. Karena otaknya lemah maka
emosi tidak dapat dikendalikan lagi dan timbullah gangguan
badaniah. Dengan kata-kata awam dan contoh-contoh sederhana
dijelaskan bahwa gejala konversi reaksi tidak lain daripada
manifestasi wajar yang berlebihan..g. Pada follow up diberi sugesti
bahwa kelemahan otak sudah jauh lebih baik dan dengan kemauan diri
sendiri otaknya akan lebih tahan terhadap gangguan pikiran.
Persuasi untuk bersikap realistis dilakukan dengan contoh-contoh
sederhana yang sesuai dan tepat. Misalnya persuasi dalam menentukan
sikap yang realistik: dengan kesadaran bahwa kalau jatuh sakit lagi
berarti mengeluarkan uang banyak untuk dokter dan obat, maka
janganlah terburu nafsu, cepat terharu, setiap kali anda dapat
mengatasi goncangan emosi, masukkanlah dalam tabungan anda uang
yang diperuntukkan ongkos berobat untuk dimanfaatkan dalam
menikmati penghidupan.h. Bersikaplah waspada terhadap manifestasi
seorang yang pernah atau sering mendapat konversi histerik.
Ingatlah, orang-orang histerik tidak kebal terhadap penyakit
organik. Setiap kali mereka datang dengan keluhan lama atau baru,
periksalah secara klinis sebagaimana mestinya.
BAB IIIPEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologi, pasien
perempuan berumur 19 tahun didiagosa histeria tonic epilepsi. Pada
kasus ini didapatkan riwayat kejang berulang saat perut terasa
nyeri. Pasien tidak mempunyai riwayat epilepsi sebelumnya.Pada
kasus ini pasien megeluhkan sering kejang terutama saat perut
nyeri. Pasien sudah sejak SMP menderita dyspepsia. Pasien juga
sering mengkonsumsi obat herbal untuk sakit perut. Dari kejang yang
telah diamati, terjadinya kejang ialah hentakan perut ke atas
tiba-tiba, disertai genggaman kuat dari tangan. Klasifikasi
Internasional Kejang Epilepsi menurut International League Against
Epilepsy (ILAE) 1981: 12I . Kejang Parsial (fokal)A. Kejang parsial
sederhana (tanpa gangguan kesadaran)1. Dengan gejala motorik2.
Dengan gejala sensorik3. Dengan gejala otonomik4. Dengan gejala
psikikB. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)1.
Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadarana.
Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaranb. Dengan
automatisme2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal kejanga. Dengan
gangguan kesadaran sajab. Dengan automatismeC. Kejang umum
sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik, tonik
atau klonik)1. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang
umum2. Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang
umum3.Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks,
dan berkembang menjadi kejang umumII. Kejang umum (konvulsi atau
non-konvulsi)A. lena/ absensKejang-kejang ini memiliki
dikarakteristikan oleh gerakan tubuh yang halus dan mencolok, dan
dapat menyebabkan hilangnya kesadaran secara singkat.B.
mioklonikKejang-kejang ini biasanya menyebabkan hentakan atau
kedutan secara tiba-tiba pada tangan dan kaki.C. TonikPeningkatan
mendadak tonus otot (menjadi kaku, kontraksi) wajah dan tubuh
bagian atas; fleksi lengan dan ekstensi tungkai Mata dan kepala
mungkin berputar ke satu sisi Dapat menyebabkan henti nafasD.
atonikJuga dikenal dengan drop attack, kejang-kejang ini
menyebabkan hilangnya keselarasan dengan otot-otot dan dengan
tiba-tiba collapse dan terjatuh.
E. klonikgerakan menyentak, repetitive, tajam, lambat, dan
tunggal atau multiple di lengan, dan tungkai.F.
tonik-klonikKejang-kejang yang memiliki intensitas yang paling
sering terjadi. Memiliki karakteristik dengan hilangnya kesadaran,
kaku dan gemetar, dan hilangnya kontrol terhadap kandung kemih.
III. Kejang epileptik yang tidak tergolongkan
Serangan Pseudo-Epileptik HisterikEpilepsi dan histeria dapat
bergandengan. Dalam hal tersebut pengenalan sifat keorganikan
penyakit sangat sulit, kecuali jika terdapat
manifestasi-manifestasi yang mencirikan serangan epileptik, yaitu
:a. Penderita terluka sewaktu mendapat serangan epileptik karena
jatuh, lidahnya tergigit atau terjadi luksasio salah satu anggota
geraknya.b. Kejang klonik-tonik yang tidak bertujuan dan berakhir
dengan pernafasan stertorous dan koma.c. Mulut berbusa dan
inkontinensia urina.d. EEG yang memperlihatkan pola epileptik yang
jelas.ditutup tampak gerakan yang khas yang diperlihatkan juga oleh
orang yang pura-pura tidur.h. EEG penderita epilepsi histerik tidak
memperlihatkan pola epileptik.Tidak jarang serangan epileptik
histerik berakhir juga dalam keadaan trance (kesurupan), dimana
penderita berbicara secara tidak beres. Tetapi di antara
kalimat-kalimat yang kurang terang diucapkannya dapat ditangkap
kalimat-kalimat yang jelas diucapkannya dengan penekanan yang
adekuat.Kalimat-kalimat semacam itu mengandung arti yang menunjuk
pada inti problematik konflik emosionalnya. Serangan
pseudo-epileptik histerik memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut
:a. Setiap kali mendapat serangan, penderita tidak pernah
sendirian, tetapi selalu kalau ada orang, terutama yang terlibat
dalam konflik emosionalnya.b. Penderita tidak pernah terluka akibat
serangan epileptik histeriknya, lidah tidak pernah tergigit dan
sebagainya.c. Gerakan yang timbul sewaktu serangan memperlihatkan
pola voluntar.d. Serangan epileptik histerik tidak diawali oleh
wajah yang pucat atau sianotik.e. Serangan epileptik histerik tidak
pernah menunjukkan adanya mulut yang berbusa atau timbulnya
inkontinensia urina. ke atas atau ke samping atas pada awal
serangan, tetapi ditutup keras. Bilamana dokter membuka kelopak
matanya untuk pemeriksaan, secara kuat penderita menahannya.g.
Setelah gerakan epileptik histerik berhenti, penderita berbaring
dengan mata tertutup. Kesadarannya tidak terganggu, tetapi
penderita bertingkah laku seolah-olah dalam koma. Pada kelopak mata
yang
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.epilepsy.ca/eng/content/sheet.html1.
http://www.searo.who.int/LinkFiles/Technical_documents_Ment-134.pdf1.
Tjahjadi,P.,Dikot,Y,Gunawan,D. Gambaran Umum Mengenai Epilepsi. In
: Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press. 2005. p119-127.1. Heilbroner, Peter. Seizures, Epilepsy, and
Related Disorder, Pediatric Neurology: Essentials for General
Practice. 1st ed. 20071.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/158169391. Octaviana F.
Epilepsi. In: Medicinus Scientific Journal of pharmaceutical
development and medical application. Vol.21 Nov-Des 2008.
p.121-2.1.
http://www.who.int/mental_health/neurology/epilepsy_atlas_introdion.pdf1.
http://www.epilepsyfoundation.org/about/statistics.cfm1.
http://epilepsiindonesia.com/pengobatan/epilepsi-dan-anak/pahami-gejala-epilepsi-pada-anak-21.
http://www.epilepsysociety.org.uk/AboutEpilepsy/Whatisepilepsy/Causesofepilepsy1.
Shorvon SD. HANDBOOK OF Epilepsy Treatment Forms, Causes and
Therapy in Children and Adults.2nd ed. America: Blackwell
Publishing Ltd. 20051. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi:
Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6. Jakarta: EGC1. Aminoff
MJ dkk. Clinical Neurology. 6th ed. New York: McGraw-Hill.1.
Wilkinson I. Essential neurology. 4th ed. USA: Blackwell
Publishing. 20051. PERDOSSI. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Ed. 3.
Jakarta. 20081. http://www.medscape.com/viewarticle/7268091.
Kliegman. Treatment of Epilepsy.Nelson Textbook of Pediatrics.
Philadelphia: Saundres Elsevier. 2008. 593(6)