BAB 1LAPORAN KASUSEFUSI PLEURA
I. ABSTRAKEfusi Pleura adalah akumulasi cairan abnormal di dalam
kavum pleura, dapat berupa transudat atau eksudat tergantung
komposisi dan patofisiologi yang mendasarinya. Rata-rata jumlah
cairan pleura dalam keadaan normal adalah 5-10 ml.(1)Dilaporkan
seorang laki-laki, usia 17 tahun dikonsul dari bagian bedah
digestif dengan keluhan utama sesak nafas. Keluhan ini dialami
sejak 2 minggu yang lalu, dirasakan semakin memberat hingga saat
ini. Sesak terasa berkurang bila pasien berbaring dengan posisi
miring ke arah kanan. Keluhan ini disertai dengan nyeri dada,
terutama saat pasien menarik nafas atau batuk. Keluhan batuk ada,
dialami sekitar 1 minggu yang lalu, tidak ada lendir. Pada
pemeriksaan fisis thoraks, ditemukan pergerakan hemithoraks kanan
tertinggal dibanding hemithoraks kiri, sela iga tidak melebar,
terdapat penggunaan otot bantu nafas, palpasi taktil fremitus
hemithoraks kanan kesan melemah dibanding hemithoraks kiri, perkusi
pada hemithoraks kanan pekak mulai setinggi ICS IV kebawah,
auskultasi bunyi pernapasan hemithoraks kanan melemah dibanding
hemithoraks kiri. Pada pemeriksaan penunjang foto thoraks AP
memberikan gambaran perselubungan homogen pada hemithoraks kanan
setinggi ICS IV kanan depan yang menutupi sinus costophrenicus dan
diafragma kanan, kesan adalah efusi pleura kanan.Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang maka pasien
ini didiagnosis sebagai efusi pleura dekstra dan direncanakan untuk
pemasangan chest tube dan water sealed drainage (WSD).
Kata kunci : pleura, efusi pleura, transudat, eksudat, chest
tube, water sealed drainage (WSD)
II. PENDAHULUANKarateristik efusi pleura adalah terisinya kavum
pleura secara abnormal dengan cairan transudat atau eksudat oleh
etiologi yang bervariasi. Cairan yang mengisi kavum pleura dapat
berasal dari kapiler-kapiler pleura, ruang interstitial paru,
pembuluh limfe intrathorakal, pembuluh darah intrathorakal atau
kavum peritoneum. (2)Cairan pleura terutama disekresikan dari
pleura parietalis dengan kecepatan 0,01 ml/KgBB/Jam dan diabsorbsi
oleh pembuluh limfe pada pleura parietalis. Adanya mekanisme
patogenik yang bervariasi dapat mengganggu keseimbangan proses
sekresi dan absorbsi cairan pleura sehingga terjadi akumulasi
cairan abnormal pada kavum pleura yang dikenal dengan istilah efusi
pleura.(1)Efusi pleura adalah sebuah kasus yang umum, berdasarkan
penelitian maka insiden efusi pleura di Amerika Serikat mencapat
1,5 juta penduduk per tahun. Selain melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisis, diagnosis efusi pleura juga dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks konvensional,
ultrasonografi dan CT-scan thoraks.(1, 3)Laporan kasus ini
memberikan gambaran secara singkat mengenai efusi pleura dengan
tujuan untuk memaparkan judul ini dari segi klinis dan teori.
III. PRESENTASI KASUSA. Identitas PasienNama: Tn. SJenis
Kelamin: Laki-LakiUmur: 17 tahunAlamat: Binuang II, PolmanNo. Rekam
Medik: 684483Tggl. Masuk RS: 13 Oktober 2014
B. AnamnesisKeluhan Utama: Sesak nafasAnamnesis Terpimpin:
Dialami sejak 2 minggu yang lalu, setiap hari dirasakan semakin
memberat hingga saat ini. Sesak tidak dipengaruhi oleh aktifitas.
Sesak terasa berkurang bila pasien berbaring dengan posisi miring
ke arah kanan. Nyeri dada ada terutama saat pasien menarik nafas
dan batuk. Batuk ada, dialami sejak 1 minggu yang lalu, tidak ada
lendir. Riwayat demam tidak ada. Riwayat berobat OAT tidak ada.
Riwayat hipertensi tidak ada. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat
operasi laparatomi eksplorasi 2 bulan lalu di RSUD Polman, hasil PA
adenokarsinoma mesenterium. Saat ini pasien dirawat oleh bagian
bedah digestif untuk menjalani kemoterapi. Riwayat penyakit yang
sama sebelumnya tidak ada.
C. Pemeriksaan FisisStatus Generalis: Sakit sedang / Gizi
kurang/ Compos mentisStatus Vitalis Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi: 84 x / menit Pernafasan: 30 x / menit Suhu: 36,5oC
(axilla)
Status LokalisKepalaRambut: Hitam, lurus, sukar dicabutMata:
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterikHidung: Rinore tidak
ada, epistaksis tidak adaBibir: Sianosis tidak ada
LeherInspeksi: Warna kulit sama dengan sekitar, tidak tampak
massa tumorPalpasi: Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
ThoraksInspeksi:Pergerakan hemithoraks kanan tertinggal
dibandingkan hemithoraks kiri, terdapat penggunaan otot bantu
pernafasan, sela iga tidak melebarPalpasi:Nyeri tekan tidak ada,
massa tumor tidak ada, taktil fremitus hemithoraks kanan kesan
melemah dibanding hemithoraks kiriPerkusi:Sonor pada hemithoraks
kanan setinggi ICS I- ICS IV, Pekak pada hemithoraks kanan mulai
ICS IV kebawah, batas sonor ke pekak pada ICS V hemithoraks
kiri.Auskultasi:Bunyi pernafasan hemithoraks kanan melemah
dibanding hemithoraks kiri, bunyi pernafasan tipe vesikuler, tidak
ada ronkhi dan wheezing.
JantungInspeksi: Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus cordis
tidak terabaPerkusi:Pekak pada batas kanan jantung, satu jari dari
linea parasternalis dekstra, batas kiri jantung linea
midclavicularis sinistra, batas atas ICS II sinistra, batas bawah
ICS V sinistraAuskultasi:Bunyi jantung I dan II, murni, reguler,
tidak ada bising
AbdomenInspeksi:Tampak scar luka bekas operasi pada linea
mediana, ikut gerak napas, tampak cembungAuskultasi: Peristaltik
kesan normalPalpasi:Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa tumor,
hepar dan lien sulit dinilaiPerkusi: Pekak
Ekstremitas Inferior Dekstra et SinistraInspeksi:Tidak ada
deformitas, edema pretibial dan dorsum pedisPalpasi: Tidak ada
nyeri tekan
D. Foto Klinis
E. Pemeriksaan PenunjangLaboratorium 10 November
2014PemeriksaanHasilNilai normal
WBC7,314.0 - 10.0
RBC2,074.50 - 6.50
HGB6,414.0 - 18.0
HCT20,140.0 - 54.0
PLT36150 400
MCV97,180-100
MCH30,927-32
MCHC31,832-36
SGOT144< 38
SGPT90< 41
GDS10780-180
Natrium136136 145
Kalium3,43.5 - 5.1
Klorida10497 111
Ureum2110 50
Kreatinin0,4< 1,3
CT74 10
BT3301 7
PT10,810 14
APTT25,922 30
Albumin2,13,5-5,0
Kesan : bisitopenia, peningkatan aktivitas enzim transaminase,
hipoalbuminemiaFoto Thoraks AP 13 November 2014
Ekspertise : Tampak perselubungan homogen pada hemithoraks
dekstra setinggi ICS IV kanan depan yang menutupi sinus dan
diafragma kanan. Cor : Cardiac thoracic index sulit dinilai, kesan
membesar, aorta normal Tulang-tulang intakKesan : Efusi Pleura
dekstraCardiomegaly
F. Diagnosa SementaraEfusi pleura dekstra
G. PenatalaksanaanRencana pemasangan chest tube dan water sealed
drainage (WSD) dekstra
H. Follow upPasien setuju untuk dilakukan pemasangan chest tube
dan water sealed drainage. Setelah dilakukan pemasangan chest tube
dan water sealed drainage didapatkan produksi cairan sekitar 1000
cc berwarna kemerahan. Saat ini keadaan pasien jauh lebih baik,
sesak nafas dan nyeri dada mulai berkurang.
BAB IITINJAUAN PUSTAKAEFUSI PLEURA
I. DEFINISIEfusi pleura adalah akumulasi cairan patologis pada
kavum pleura. Secara fisiologis jumlah cairan pleura berkisar 5 ml.
Volume ini dapat meningkat sebagai konsekuensi berbagai keadaan
patologis yang mengganggu keseimbangan sekresi dan absorbsi cairan
pleura termasuk gagal jantung kongestif, pneumonia, keganasan dan
trauma.(3)Langkah pertama untuk menentukan kausa efusi pleura
adalah dengan menentukan jenis efusi pleura yang dimiliki pasien
antara transudat atau eksudat. Transudat disebabkan oleh
peningkatan tekanan hidrostatik (gagal jantung), penurunan tekanan
onkotik (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan negatif intrapleura
(atelektasis), pergerakan cairan melalui diafragma (hepatic
hidrothoraks). Secara kontras, eksudat disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas kapiler atau gangguan drainase limfatik akibat dari
proliferatif (keganasan) atau inflamasi (pneumonia, tuberkulosis
paru).(2)
II. EPIDEMIOLOGIBanyak penyakit yang melibatkan kavum pleura
baik pada anak maupun dewasa, termasuk didalamnya berbagai penyakit
umum seperti pneumonia, tuberkulosis paru, kanker payudara dan
gagal jantung. Penyakit pleura biasanya disebabkan oleh efek
sekunder dari proses patologis penyakit lainnya. Efusi pleura
adalah manifestasi yang paling umum dari semua penyakit pleura dan
merupakan presentasi umum dari kondisi lainnya seperti gagal
jantung dan gagal ginjal. Diestimasikan 1 juta penduduk Amerika
Serikat menderita efusi pleura tiap tahunnya.(4)Penyebab umum
lainnya adalah keganasan, diestimasikan efusi pleura akibat
keganasan mencapai 150.000 penduduk per tahun di Amerika Serikat.
Hampir semua pasien datang ke dokter dengan keluhan sesak nafas
akibat akumulasi cairan dan kompresi parenkim paru.(4)
III. ETIOLOGISeperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
etiologi efusi pleura sangat bervariasi, maka kemampuan menentukan
jenis efusi pleura sangat diperlukan untuk menunjang ke arah
kelainan patologis yang sesuai. Intinya terdapat ketidakseimbangan
antara sekresi dan absorbsi cairan pleura sehingga menimbulkan
akumulasi cairan patologis. Berikut disajikan beberapa kemungkinan
penyebab efusi pleura :(2)MekanismeKausa
Peningkatan pembentukan cairan pleura
Peningkatan cairan interstitial dalam paruGagal ventrikel kiri,
pneumonia, emboli paru
Peningkatan tekanan intravaskuler pleuraGagal ventrikel
kiri/kanan, sindrom vena cava superior
Peningkatan permeabilitas kapiler pleuraInflamasi pleura
peningkatan kadar VEGF
Penurunan tekanan pleuraAtelektasis paru
Peningkatan kadar protein cairan pleuraEdema paru,
hemothoraks
Akumulasi cairan kavum peritoneumAsites, peritoneal dialysis
Gangguan duktus thoracicusChylothoraks
Gangguan pembuluh darah thoraksHemothoraks
Penurunan absorbsi cairan pleura
Obstruksi drainase limfatik pleura parietalisKanker, limfoma
Elevasi tekanan sistemik vaskulerSindrom vena cava superior,
gagal ventrikel kanan
IV. PATOFISIOLOGIPleura adalah lapisan tipis yang dilindungi
oleh lapisan sel mesotelial yang mengelilingi paru dan melapisi
bagian dalam dinding dada. Kavum pleura adalah daerah diantara
dinding dada dan paru-paru, secara normal memiliki tekanan negatif,
yang membuat paru-paru tetap mengembang. Secara fisiologis kavum
pleura hanya memiliki beberapa milliliter cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas paru selama pergerakannya dalam
pernafasan. Cairan dapat berpindah ke kavum pleura dari berbagai
bagian tubuh lainnya karena tekanan yang rendah dan kemampuannya
menampung cairan dalam jumlah besar. Efusi pleura dapat menyebabkan
kompresi paru parsial atau komplit, sehingga terdapat kesulitan
bernafas.(4)Efusi pleura tergantung pada keseimbangan cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura
dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah
kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik
plasma dan jaringan interstitial submesotelial, kemudian melalui
sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan
pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.(5)Proses
penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh
peradangan. Bila proses radang oleh kuman piogenik akan terbentuk
pus sehingga terjadi empiema. Bila proses ini mengenai pembuluh
darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemothoraks. Efusi cairan
dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan
primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom
nefrotik, dialysis peritoneum, hipoalbuminemia, perikarditis
konstriktiva, keganasan, atelektasis paru dan pneumothoraks. Efusi
eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan
permeabilitas kapiler pembuluh darah meningkat sehingga sel
mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan terjadi
pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab paling sering
adalah tuberkulosis paru, pneumonia, keganasan paru, pleuritis
lupus, pleuritis reumatoid, sarkoidosis, pankreatitis, asbestosis,
pleuritis uremia dan akibat radiasi.(5)
V. DIAGNOSISEfusi pleura dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisis serta pemeriksaan penunjang. Anamnesis riwayat
penyakit dan gejala subjektif dapat sangat membantu diagnosis efusi
pleura sekaligus evaluasi terhadap kemungkinan kausa efusi pleura.
Bila jumlah efusi masih sedikit biasanya asimtomatik, seiring
peningkatan jumlah efusi maka gejala-gejala seperti dyspnea,
trepopnea, nyeri dada atau batuk dapat ditemukan. Dyspnea adalah
konsekuensi dari kombinasi defek paru restriktif, ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, dan penurunan curah jantung. Walaupun biasanya
jumlah efusi berkorelasi dengan tingkat dyspnea, tetapi dyspnea
terkadang tidak sebanding terhadap beratnya efusi pleura. Pasien
dengan penyakit penyerta seperti penyakit paru obstruktif kronik,
limfangitis karsinomatous atau emboli paru dapat merasakan sesak
yang hebat walaupun derajat efusi pleura yang dimiliki masih
tergolong ringan-sedang. Trepopnea adalah sebuah sesak yang
bergantung posisi dimana pasien akan merasa lebih nyaman bila
berbaring pada sisi yang memiliki efusi pleura. Nyeri dada biasanya
merupakan nyeri yang tajam dan terlokalisir, memburuk pada
inspirasi dalam atau batuk. (2, 6)Pada pemeriksaan fisis ditemukan,
palpasi taktil fremitus tidak ada atau melemah, perkusi pada daerah
efusi akan redup atau pekak. Pada auskultasi, bunyi pernafasan akan
menurun atau tidak terdengar dan perkusi auskultatorik akan
abnormal. Sebagai tambahan maka akan terlihat pergerakan
hemithoraks yang sakit akan tertinggal dibandingkan sisi yang
sehat, selain itu akibat kesulitan bernafas, maka pasien akan
menggunakan otot-otot bantu pernafasan pada saat inspirasi.(2,
6)Bila dari anamnesis dan pemeriksaan fisis dicurigai adanya efusi
pleura, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan. Pemeriksaan
penunjang yang sering digunakan adalah :(2)1. Foto thoraksPosisi PA
dan lateral : pada posisi PA maka tampak sinus costophrenicus akan
tumpul bila jumlah cairan mencapai 200 ml. pada posisi lateral maka
akan tampak sinusi costophrenicus posterior akan tumpul bila jumlah
cairan mencapai 50 ml. Peningkatan jumlah efusi akan memberikan
gambaran meniscus, paru-paru menjadi opak dan diafragma akan
tertutupi.
Posisi AP : foto thoraks AP akan terlihat abnormal bila jumlah
cairan telah melebihi 300 ml, tanda pertama yang terlihat adalah
tumpulnya sinus costophrenicus pada hemithoraks yang sakit.
Posisi lateral dekubitus : pada posisi ini, cairan bebas dalam
kavum pleura sangat mudah terdeteksi diantara dinding dada dan tepi
bawah dari paru-paru. Torakosentesis diagnostik aman dilakukan
apabila jarak dari perpindahan cairan bebas kavum pleura lebih dari
10 mm.
2. USG thoraksUSG thoraks dapat mendeteksi cairan pada kavum
pleura dengan jumlah yang sangat kecil, mulai 5 ml hingga 50 ml,
dan 100 % sensitif untuk efusi.
3. CT-scan thoraksCT-scan pada kasus efusi pleura dapat
digunakan untuk membedakan kumpulan cairan atau massa, deteksi
kumpulan cairan yang terlokulasi, abnormalitas parenkim paru,
menyingkirkan emfiema dengan air-fluid level dari abses paru,
identifikasi penebalan pleura, evaluasi fissura mayor dan minor dan
membedakan efusi kausa jinak atau ganas.
VI. PENATALAKSANAANTujuan utama dari penatalaksanaan efusi
pleura adalah meringankan gejala klinis dengan jalan mengeluarkan
akumulasi cairan dari kavum pleura dan menangani penyakit yang
mendasari. Pemilihan terapi biasanya bergantung pada jenis efusi
pleura, jumlah efusi pleura dan penyakit yang mendasari. Prinsip
penatalaksanaan pertama adalah menentukan jenis efusi pleura,
transudat atau eksudat. Berikut kriteria yang dapat membedakan
antara transudat atau eksudat :(1)TransudatEksudat
PenampakanJernihKeruh
Leukosit50.000 /mm3
pH>7,2 0,5
LDH< 200 IU/L> 200 IU/L
Rasio LDH cairan pleura dan serum< 0,6> 0,6
Glukosa> 60 mg/dl< 60 mg/dl
Berdasarkan kriteria dari Light, maka efusi transudat tergolong
efusi tanpa komplikasi, dapat ditangani dengan penanganan
konservatif atau antibiotik saja. Akan tetapi efusi eksudat atau
efusi transudat dalam jumlah yang sangat banyak harus ditangani
dengan jalan drainase. Pilihan terapi dapat berupa torakosentesis,
pemasangan chest tube dan water sealed drainage, pleurodesis dan
pembedahan.(1)Torakosentesis adalah sebuah prosedur diagnostik yang
sangat bermanfaat pada pasien dengan efusi pleura yang etiologinya
belum diketahui. Tidak terdapat kontraindikasi khusus untuk
melakukan torakosentesis, tetapi adanya gangguan hemodinamik,
gangguan pernafasan yang berat atau infeksi pada daerah penusukan
perlu dipertimbangkan. Torakosentesis merupakan prosedur invasif
dengan menggunakan jarum yang dimasukkan ke dalam kavum pleura
melalui kulit tepat di ruang interkosta. Sebelum melakukan
torakosentesis, tingkat efusi harus diperhitungkan berdasarkan
tempat dimana suara napas mulai lemah atau hilang pada asukultasi,
pekak pada perkusi, dan lemah atau hilangnya vokal fremitus.
Penusukan dilakukan pada satu atau dua ruang interkosta dibawah
tingkat efusi, 5-10 cm dari lateral vertebra, biasanya pada garis
tengah dari hemithoraks yang sakit. Prosedur ini dilakukan untuk
mengeluarkan cairan sebagai sarana diagnostik sekaligus terapi,
akan tetapi bila pasien membutuhkan drainase lebih lanjut, biasanya
pemasangan chest tube dan water sealed drainage merupakan pilihan
yang utama. Komplikasi yang paling sering timbul adalah
pneumothoraks, perdarahan, infeksi dan rasa nyeri.(7, 8)Pemasangan
chest tube dan water sealed drainage (WSD) dilakukan untuk terapi
efusi pleura dengan cara mengalirkan secara kontinyu produksi
cairan dalam kavum pleura. Prosedur sebaiknya dilakukan dengan
posisi berbaring, kecuali pasien sangat sesak dapat dilakukan
dengan posisi setengah duduk. Titik pemasangan chest tube pada
anterior linea aksilaris media pada ICS V. Setelah melakukan proses
asepsis, antisepsis dan drapping, maka dilakukan infiltrasi
lidokain 2% secukupnya pada tempat pemasangan. Insisi kulit
dilakukan di ICS V kira-kira sepanjang inci hingga 1,5 inci,
kemudian secara perlahan lakukan diseksi secara tumpul untuk
menembus jaringan yang lebih dalam hingga menembus pleura
parietalis. Masukkan chest tube sesuai ukuran dengan klem penuntun,
setelah selesai maka drain yang terpasang harus disambungkan dengan
sistem drainase yang tepat. Biasanya digunakan botol yang telah
berisi air dengan ketinggian 2 cm untuk sistem drainase. Dilakukan
fiksasi jahitan pada luka bekas insisi dengan jahit matras
horizontal dan simpul hidup menggunakan benang silk ukuran 1,0.
Luka kemudian ditutup dengan kasa steril, lalu dilakukan follow up
terhadap undulasi, bubble, warna cairan, produksi cairan dan klinis
pasien.(9, 10)
Pleurodesis adalah sebuah tindakan yang bertujuan untuk
melekatkan pleura parietalis dan pleura visceralis untuk mencegah
akumulasi udara atau cairan dalam kavum pleura. Indikasi utama
pleurodesis adalah efusi pleura maligna dan pneumothoraks. Efusi
pleura maligna sejauh ini merupakan indikasi paling umum untuk
dilakukan pleurodesis. Hal ini dikarenakan kurangnya terapi anti
tumor yang efektif pada stadium lanjut dan juga sebagai terapi
paliatif untuk meringankan gejala akibat efusi pleura. Sebelum
melakukan pleurodesis pada pasien dengan efusi pleura maligna, ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu : apakah keluhan
(sesak napas) berhubungan langsung dengan efusi pleura, apakah
efusi pleura berulang, apakah paru dapat mengembang dengan baik,
dan bagaimana harapan hidup pasien. Untuk mencapai hasil yang baik,
maka pleurodesis harus memperhatikan dual hal yaitu aspek mekanik
dan aspek biologis. Pengeluaran secara sempurna dari udara dan
cairan dari kavum pleura diperlukan untuk membuat jarak antara
pleura parietalis dan visceralis semakin dekat. Tujuan tersebut
dicapai dengan aplikasi suction pada drainase yang sesuai. Untuk
mencegah sumbatan akibat bekuan darah, maka biasanya digunakan
chest tube yang berukuran besar. Hal yang penting lainnya adalah
suction kembali digunakan secara progresif dan hati-hati setelah
pemberian agen sklerosis untuk mencegah edema paru. Dari aspek
biologis, untuk mencapai perlekatan maka permukaan pleura perlu
teriritasi., dapat secara mekanik dengan abrasi pleura atau dengan
menggunakan agen sklerosis seperti tetrasiklin, doksisiklin,
bleomisin, corynebacterium parvum, kuinakrin, dan talc.(11)
BAB IIIKESIMPULAN
Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal dalam kavum pleura
yang disebabkan oleh etiopatogenesis yang bervariasi. Efusi pleura
menjadi penting karena merupakan manifestasi paling sering dari
seluruh penyakit pleura terutama akibat komplikasi penyakit
lainnya. Diharapkan dengan laporan kasus ini, kasus-kasus efusi
pleura dapat didiagnosa dengan tepat melalui anamnesis, pemeriksaan
fisis dan pemeriksaan penunjang agar penanganan yang tepat dapat
segera diberikan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, sehingga
memberikan prognosis yang lebih baik. Tujuan utama terapi efusi
pleura adalah mengeluarkan akumulasi cairan abnormal tersebut untuk
meringankan gejala subjektif dengan berbagai cara seperti
torakosentesis, pemasangan chest tube dan water sealed drainage
serta pleurodesis.
DAFTAR PUSTAKA
1.Yu H. Management of Pleural Effusion, Empyema, and Lung
Abscess. Semin Intervent Radiol. 2011;28(1):75-86.2.Na MJ.
Diagnostic Tools of Pleural Effusion. Tuberc Respir Dis.
2014;76:199-210.3.Moy MP, Levsky JM, Berko NS, Godelman A, Jain VR,
Haramati LB. A New, Simple Method for Estimating Pleural Effusion
Size on CT Scans. Chest. 2013;143(4).4.Light RW. Pleural Diseases.
5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2007.5.Halim H. Penyakit-Penyakit Pleura. In: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M, editors. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p.
2329-36.6.Light RW. Pleural Effusion. N Engl J Med.
2008;346(25).7.Thomsen TW, DeLaPena J, Setnik GS. Thoracentesis. N
Engl J Med. 2008;355(15).8.Sockrider M, Lareau S. Thoracentesis.
ATS Journal. 2007;176.9.Manthous C, Tobin M. Chest Tube
Thoracostomy. ATS Journal. 2013;170.10.Ciacca LD, Neal M, Highcock
M, Bruce M, Snowden J, O'Donnel A. Guidelines for the Insertion and
Management of Chest Drains. United Kingdom: NHS Foundation Trust;
2008.11.Panadero R, Antony VB. Pleurodesis : State of the Art. Eur
Respir J. 2008;10.
1