BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTIFIKASI Nama : An. K Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 10 tahun Alamat : Tirta Kencana, Kec. Makarti Jaya Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar Bangsa : Indonesia MRS : 21 November 2008 II. ANAMNESIS Keluhan utama : Bengkak dan sulit menggerakkan tungkai kanan Riwayat perjalanan penyakit : ± 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami keseleo ketika berjalan. Kemudian timbul bengkak kemerahan di tempat tersebut. Pasien berobat ke bidan dan bengkak dipecahkan oleh bidan tersebut. Bengkak mengecil namun tetap ada. Nyeri saat berjalan (+), demam (+). 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : An. K
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 10 tahun
Alamat : Tirta Kencana, Kec. Makarti Jaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Bangsa : Indonesia
MRS : 21 November 2008
II. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Bengkak dan sulit menggerakkan tungkai kanan
Riwayat perjalanan penyakit :
± 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami keseleo ketika berjalan.
Kemudian timbul bengkak kemerahan di tempat tersebut. Pasien berobat ke bidan dan
bengkak dipecahkan oleh bidan tersebut. Bengkak mengecil namun tetap ada. Nyeri
saat berjalan (+), demam (+).
± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita berobat ke puskesmas dengan
keluhan bengkak yang tidak kunjung sembuh. Nyeri berkurang, demam (-).
Riwayat penyakit lain :
Tidak ada
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga :
Tidak ada
1
III.PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis :
Kesadaran : compos mentis
RR : 26 x/ menit
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 108 x/ menit
Suhu : 36 oC
Keadaan gizi : cukup
Kepala : Tidak ada kelainan
Kulit : Tidak ada kelainan
KGB : Tidak ada pembesaran
Leher : Tidak ada kelainan
Thorax : Tidak ada kelainan
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah : Lihat status lokalis
Status lokalis
Regio cruris dextra
Look : Luka ukuran 1x1 cm, pus (+), deformitas (+)
Feel : Teraba hangat dan fluktuasi (+) pada benjolan, nyeri tekan
(+), NVD baik
Move : ROM aktif pasif terbatas.
2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan radiologi
Rontgen cruris dextra AP/Lateral :
- Tampak fraktur pada 1/3 distal fibula
- Tampak ada gambaran destruksi tulang pada distal fibula
3
Pemeriksaan laboratorium (tanggal 19 November 2008 )
Hemoglobin : 12,5 gr/dl
Hematokrit : 37 vol %
Leukosit : 6800 / mm3
Trombosit : 446.000/mm3
LED : 8 mm/jam
Hitung jenis : 0/5/2/64/26/3
IV. DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
Osteomielitis kronis
Osteosarcoma
V. DIAGNOSIS
Osteomielitis kronis fibula dextra
VI. PENATALAKSAAN
- Bed rest
- Diet TKTP
- IVFD RL gtt XX/menit
- Cefotaxime 2x400 mg/hari (iv)
- Chloramphenicol 50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis interval 6 jam (iv)
- Inj. Metampiron 3x250 mg/hari
- Rencana kultur dan tes resistensi pus
- Rencana debridement dan immobilisasi dengan back slab
- Rencana fisioterapi
VII. PROGNOSIS
Qua ad vitam : bonam
Qua ad functionam : dubia ad bonam
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. PENDAHULUAN
Osteomielitis merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang, baik oleh bakteri
piogenik maupun non-piogenik. Infeksi ini bersifat progresif dan mengakibatkan
terjadinya proses penghancuran tulang, nekrosis tulang, serta pembentukan tulang
baru. Osteomielitis masih menjadi permasalahan di Indonesia1 karena:
- kesadaran masyarakat akan higiene masih rendah
- diagnosis penyakit sering terlambat sehingga akhirnya menjadi osteomielitis kronis
- masih banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang belum memiliki sarana diagnostik
yang memadai
- angka kejadian penyakit infeksi di Indonesia masih tinggi
- pengobatan osteomielitis membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang
cukup tinggi, sehingga sulit dijangkau masyarakat dengan tingkat sosioekonomi
rendah
- banyak penderita dengan fraktur terbuka yang terlambat dirawat dan datang ke
dokter atau rumah sakit setelah mengalami komplikasi osteomielitis
Keberhasilan pengobatan terhadap osteomielitis ditentukan oleh faktor diagnosis dini
dan penatalaksanaan pengobatan berupa pemberian antibiotika atau tindakan
pembedahan. Dengan diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat, di masa yang
akan datang diharapkan osteomielitis tidak akan menjadi masalah lagi di bidang
kesehatan, khususnya di negara-negara berkembang.
II.2. FREKUENSI
Di Amerika Serikat tercatat angka kejadian osteomielitis adalah satu kasus per
5.000 anak. Angka kejadian osteomielitis pada neonatal sekitar 1 kasus per 1.000
kelahiran hidup. Pada penderita sickle cell anemia, angka kejadian penyakit ini adalah
sekitar 0,36% per tahun. Osteomielitis dapat terjadi pada sekitar 16% pasien yang
5
sebelumnya mengalami luka tusuk pada kaki, dan angka ini meningkat menjadi 30-
40% bila pasien menderita diabetes mellitus.2, 3 Tulang yang paling sering mengalami
osteomielitis adalah tibia (50%), disusul oleh femur (30%), fibula (12%), humerus
(3%), ulna (3%), dan radius (2%).3 Di seluruh dunia, angka kejadian osteomielitis
lebih tinggi di negara-negara berkembang daripada negara-negara maju, antara lain
karena lebih tingginya angka kejadian luka tusuk dan fraktur terbuka serta banyaknya
luka yang terkontaminasi dan terlambat dirawat, sehingga mengalami komplikasi
berupa osteomielitis.
II.3. ETIOLOGI
Dalam keadaan normal, tulang resisten terhadap infeksi. Namun terdapat
sejumlah faktor yang dapat menjadi predisposisi terjadinya osteomielitis,1, 2, 3 antara
lain:
- inokulasi luas oleh kuman
- trauma yang menyebabkan kerusakan atau kematian tulang
- adanya benda asing
- adanya penyakit yang menurunkan daya tahan penderita
- umur (jenis osteomielitis tertentu lebih banyak dijumpai pada kelompok usia
tertentu, misalnya osteomielitis hematogen akut lebih sering dijumpai pada bayi
dan anak-anak, osteomielitis akibat fraktur terbuka lebih sering dijumpai pada
orang dewasa, osteomielitis spinal lebih sering dijumpai pada orang berusia di atas
45 tahun)
- jenis kelamin (laki-laki:wanita = 2:1)
- lokasi (osteomielitis lebih sering terjadi pada tulang panjang, terutama di daerah
metafisis)
- nutrisi, lingkungan, dan higiene yang buruk
Berdasarkan umur penderita osteomielitis, mikroorganisme yang paling sering
diisolasi antara lain2:
- pada bayi (<1 tahun): Streptococcus grup B, Staphylococcus aureus, Escherichia
coli
6
- pada anak-anak (1-16 tahun): Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes,
Haemophilus influenzae
- pada orang dewasa (>16 tahun): Staphylococcus aureus, Staphylococcus