BAB II
2
3
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan Perkembangan hasil konsepsi ada kalanya
mengalami kelainan antara lain hasil konsepsi tidak berupa janin,
melainkan berkembang secara patologis berupa gelembung-gelembung
yang disebut mola hydatidosa.Penyakit trofoblast sendiri terdiri
dari penyakit: Trofoblas kehamilan (gestational trophoblastic
disease), ialah penyakit trofoblas yang berhubungan denan
kehamilan. Penyakit trofoblas yang tidak berhubungan dengan
kehamilan (non gestational trophoblastic disease) tetapi berasal
dari sel indung telur dan kejadiannya sangat jarang.
1.2. Status Pasien RM/Reg: 00839025/09006438Ruang: Debora
3ATanggal masuk: 6 Juli 2010Nama: Ny. PUmur: 53 tahunAlamat :
BandungPekerjaan: IRTPendidikan: SMABerat badan: 57 kgTinggi badan:
157 cm Anamnesa : (autoanamnesa) KU : nyeri perut bagian bawah
kanan dan kiriAnamnesa tambahan : G6P5A0 mengaku hamil 5 bulan,
datang dengan keluhan nyeri perut bagian bawah kanan kiri disertai
dengan keluarnya darah hitam yang bergumpal dan berbuih sejak 5
bulan yang lalu. Perdarahan keluar banyak terutama ketika BAK.
Keluhan disertai mual dan pasien mengalami penurunan berat badan 15
kg sejak 4 bulan yang lalu. 3 hari yang lalu pasien di USG dan
dikatakan ada hamil anggur.RPD : Ht ( + ), DM( )RPK : orang tua HT
( + ), DM (-)HPHT : lupaRiwayat mens : lancar, 28-30 hariPNC :
dokter 5xMenikah : 1x
Riwayat obstetri : G6P5A0UsiaPenolongBBlahirJenis
kkelaminKeadaan dan umur sekarang
9 bulanBidan4000 grWanita34 tahuin, hidup
9 bulanBidan3700 grWanita32 tahun, hidup
9 bulanBidan3800 grPria28 tahun,hidup
9 bulanBidan3500 grWanita21 tahun, hidup
9 bulanbidan3500 grpria18 tahun, hidup
Hamil ini
D/ masuk: mola hidatidosaD/ utama/akhir: mola hidatidosa +
curretageTindakan : curretagePemeriksaan fisik : TTV : keadaan umum
; sakit ringan, CM TD : 150/80 mmHg R : 20x/menit N : 78x/menit S :
36,60 C
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-Leher : KGB
ttmPulmo : VBS +/+ kiri = kanan, Rh -/-, Wh -/-Jantung : BJM
reguler, murmur Abdomen : cembung, gravidEkstremitas : oedem -/-,
akral hangat, CRT 140/90mmhg, proteinuria >30mg/dl, oedem,
hiperrefleksia) Terdapat perdarahan yang sedikit agak banyak, tidak
teratur, warna tengguli tua atau kecoklatan Pembesaran uterus tidak
sesuai (lebih besar) dengan tua kehamilan seharusnya Keluaran
jaringan mola seperti buah anggur yang merupakan diagnosis
pasti
Inspeksi(12) Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat
kekuning-kuningan yang disebut muka mola (mola face) Kalau
gelembung mola keluar dapat terlihat jelas
Palpasi(12) Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan, teraba lembek Tidak teraba bagian-bagian janin dan
balotemen, juga gerakan janin
Auskultasi(12) Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin (mola
hidatidosa komplet)
Pemeriksaan fisik (Status Interne)- Keadaan umum: sedang/kurang-
Kesadaran: composmentis bila pendarahan sedikit, bila pendarahan
banyak bisa sampai koma hipovolemik-Tensi:biasanya tinggi
>140/90 mmhg. Tensi yang tinggi sebelum usia kehamilan 24 minggu
harus dicurigai adanya mola hidatidosa.-Nadi:takikardi
(>100x/menit) karena adanya pendarahan-Muka:tampak pucat
-Mata:konjungtiva anemis karena adanya pendarahan- Abdomen:ukuran
uterus lebih besar dari usia kehamilan. Kadang teraba adanya suatu
massa yang merupakan kista teka lutein-Ekstremitas:oedem
ekstremitas karena adanya preeklamsi
Pemeriksaan dalam(12)Pastikan besarnya rahim, rahim terasa
lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat pendarahan dan
jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina serta evaluasi keadaan
servik.Uji Sonde(13)Sonde dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke
dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada
tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
2.7.2 PEMERIKSAAN PENUNJANG2.7.2.a Pemeriksaan Laboratorium1).
Pengukuran kadar hCGPengukuran kadar chorionik gonadotropin
kadang-kadang digunakan untuk membuat diagnosis, jika metode
pengukuran secara kuantitatif yang andal telah tersedia, dan
variasi yang vukup besar pada sekresi andal telah tersedia, dan
variasi yang cukup besar pada sekresi gonadotropin di kehamilan
normal yang sudah dipahami, khususnya kenaikkan kadar gonadotropin
yang kadang-kadang menyertai kehamilan dengan janin lebih dari
satu(4).Pada kehamilan normal, hCG meningkat sampai umur kehamilan
9-14 minggu, kemudian menurun sampai 80% pada usia kehamilan 20
minggu, setelah itu kadarnya tetap stabil kadar hCG pada kehamilan
normal ini maksimal kurang dari 100.000 mIU/mL. Pada mola
hidatidosa, kadar hCG lebih dari 100.000 mIU/mL(8,9).Dalam bukunya,
Prof. Djamhoer Martaadisoebrata menuliskan bahwa hCG dihasilkan
oleh sel sinsitiotrofoblast, sejak mulai implantasi. Pada kehamilan
biasa kadarnya naik terus sampai usia kehamilan 60-80 hari, untuk
kemudian turun lagi setelah umur kehamilan 85 hari. Pada puncaknya,
kadar hCG dapat mencapai 600.000 mIU/mL. Selanjutnya sampai
kehamilan aterm, kadar hCG rata-rata adalah 20.000 mIU/mL. Pada
mola hidatidosa komplet seluruh kavum uteri diisi jaringan
trofoblast. Oleh karena itu, berbeda dengan kehamilan biasa, pada
mola hidatidosa komplet tidak ada penurunan kadar hCG. Selama
pertumbuhan sel trofoblast dan selama gelembung mola belum keluar
atau dikeluarkan, hCG akan terus naik, sampai bisa mencapai di atas
50.000.000 mIU/mL(4).
Grafik 1. Ekskresi chorionic gonadotrophin pada mola hidatidosa.
(Kadar normal hCG ditunjukkan oleh warna merah muda, kadar pada
mola hidatidosa oleh warna biru).
2).Hitung sel darah lengkap dengan plateletKomplikasi yang
sering terjadi yaitu anemia, dimana keadaan ini juga dapat
menyebabkan terjadinya suatu koagulopati.3) Fungsi faktor
pembekuanPemeriksaan fungsi faktor pembekuan untuk menilai adanya
koagulopati dan untuk mengobatinya bila pemeriksaan ditemukan salah
satu faktor tersebut.4) Pemeriksaan fungsi hepar5) Blood Urea
Nitrogen (BUN) dan kadar kreatinin6) TiroksinDiagnosis
tirotoksikosis pada mola dapat ditegakkan dan dipastikan dengan
pemeriksaan kadar hormon tiroid bebas yaitu fT4 atau fT3 atau fT4 +
fT3 tinggi dan TSH sangat rendah(15).
2.7.2.b Radiologi1).Foto rontgen thoraksKarena mola bisa menjadi
suatu tumor trofoblastik ganas yang bermetataste ke paru-paru, maka
pemeriksaan foto toraks harus dilakukan.
2). Ultrasonografi (USG)Ketepatan diagnostik yang terbesar
diperoleh dari gambaran USG yang khas pada mola hidatidosa.
Keamanan dan ketepatan pada pemeriksaan sonografi menyebabkan
teknik dan ketepatan pada pemeriksaan sonografi menyebabkan teknik
pemeriksaan ini menjadi prosedur pilihan. Pada mola hidatidosa
komplet akan tampak gambaran villi korionik yang mengalami
pembengkakan hidropik difus, yang karakteristik untuk mola
hidatidosa ini pada gambaran USG yaitu gambaran vesicular pattern.
Pada mola hidatidosa inkomplet terlihat gambaran fokal kistik pada
jaringan plasenta dan peningkatan diameter kantung
kehamilan(4,5,9).
Gambar 2. USG menunjukkan tampak mola hidatidosa mengisi kavum
uteri dengan gambaran snowstorm (vesicular pattern).
Gambar 3. USG menunjukkan mola hidatidosa inkomplet (M:
molahidatidosa; F: fetus; P: placenta normal).
Gambar 4. USG menunjukkan mola hidatidosa inkomplet
3). AmniogramPenggunaan bahan radioopak yang dimasukkan ke dalam
uterus secara transabdominal akan memberikan gambaran radiografik
khas pada kasus mola hidatidosa. Kavum uteri ditembus dengan jarum
amniocentesis 20ml hypaque disuntikkan segera, dan 4 - 10 menit
kemudian dibuat foto anteroposterior. Pola sinar X seperti sarang
tawon, khas ditimbulkan oleh bahan kontras yang mengelilingi
gelembung-gelembung korion. Pada kehamilan normal terdapat sedikit
resiko abortus akibat penyuntikan bahan kontras hipertonik
intraamnion. Dengan semakin banyaknya sarana USG yang tersedia,
tehnik pemeriksaan amniografi ini sudah jarang dipakai
lagi(4,5).
2.7.2.c Hispatologi1).Mola hidatidosa kompletTidak ditemukan
jaringan fetus, pembengkakan stroma villus, degenerasi hidropik
villi korialis, proliferasi trofoblastik yang difus merata,
kromosom 46XX atau 46XY.
Gambar 5. Makroskopis mola hidatidosa komplet.
Gambar 6. Makroskopis mola hidatidosa komplet.
Gambar 7. Makroskopis mola hidatidosa komplet menunjukkan villi
korialisyang bengkak.
Gambar 8. Mikroskopis mola hidatidosa menunjukkan villi yang
membesardan oedem stroma disertai proleferasi trofoblast.
2). Mola hidatidosa inkompletDitemukan adanya jaringan fetus
dalam amnion dan sel darah merah fetus. Juga ditemukan adanya villi
hidropik dan proliferasi trofoblastik fokal.
Gambar 9. Makroskopis mola hidatidosa inkomplet.
Gambar 10. Makroskopis mola hidatidosa inkomplet. Fetus tidak
menunjukkanadanya abnormalitas, fetus berhubungan dengan mola dan
tali pusatyang normal.
Gambar 11. Mikroskopis mola hidatidosa inkomplet yang
menunjukkanpembengkakan villi dan sel-sel trofoblastik yang
dikelilingi stroma.
Gambar 12. Histopatologi mola hidatidosa menunjukkan villi
avaskuler berukuranbesar dan area proliferasi trofoblastik.
2.8 DIAGNOSIS BANDING1. Kehamilan ganda/gemelli2. Hidramion3.
Abortus4. Kehamilan dengan myoma uteri
2.9 KOMPLIKASI1. Perdarahan yang hebat seperti syok bila tidak
segera ditangani dapat berakibat fatal(5,6,14).2. Perdarahan
berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia(5,6,12).3. Perforasi
misalnya oleh mola destruens dimana gelembung menembus dinding
rahim sampai perforasi(4,5,14). 4. Infeksi, sepsis(13). 5.
Koriokarsinoma setelah mola hidatidosa kurang lebih 4% dan makin
tinggi pada umur tua(5,6,12). 6. Insufisiensi paru-paru akut, yang
bisa timbul dalam 4-6 jam setelah evakuasi mola. Hal ini disebabkan
embolisasi trofoblastik masif ke dalam paru-paru, tetapi penyebab
yang paling sering kemungkinan adalah edema pulmoner sekunder
terhadap disfungsi jantung dan administrasi cairan yang
berlebihan(5,6).7. Tirotoksikosis yang pada mola sering sekali
tidak menunjukkan gambaran klinis walaupun hasil pemeriksaan
laboratorik jelas menunjukkan keadaan hipertiroid. Pencetus
tirotoksikosis pada mola hidatidosa tersebut hCG kadar tinggi yang
mempunyai stimulasi tiroid(14).8. Preeklamsi pada mola terjadinya
lebih muda daripada kehamilan biasa(8).
3.0 PENANGANANPenanganan kasus mola hidatidosa biasanya
dilakukan dalam dua fase yaitu pengosongan segera gumpalan mola
(evakuasi) dan tindak lanjut untuk mendeteksi adanya proliferasi
trofoblas atau perubahan ke arah keganasan. Terapi mola hidatidosa
terdiri dari 4 tahap yaitu :1. Perbaikan keadaan umum koreksi
dehidrasi transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr%) bila ada
gejala preeklamsi dan hiperemesis gravidarum harus ditangani bila
ada gejala tirotoksikosis bisa diberikan profiltiourasil 3 x 100 mg
oral dan propanolol 40 80 mg2. Pengeluaran jaringan molaAda dua
cara yang biasanya dilakukan untuk mengeluarkan jaringan mola yaitu
dengan cara vakum kuretase dan hysterektomi totalis.
Vakum kuretaseTindakan ini dilakukan pada wanita yang masih
berencana untuk hamil. Vakum kuretase ini dikerjakan setelah
keadaan umum diperbaiki. Langkah-langkah yang dilakukan pada
tindakan ini adalah : infus oksitosinPemberian infus uterotonika
diberikan sebelum induksi anestesi dilatasi serviksDilatasi serviks
dilakukan dengan memakai laminaria/hegar. Saat serviks mulai
dilatasi harus diantisipasi terjadinya pendarahan karena retensi
darah dalam rongga uterus mungkin keluar saat serviks dilatasi.
Apabila didapatkan dilatasi serviks masih kecil, dapat dipasang
laminaria untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam. Setelah itu
pasang infus Dextrosa 5% yang berisi 50 satuan oksitosin, lalu
cabut laminaria dan setelah itu lakukan evakuasi isi cavum uteri
dengan hati-hati pada kuretase pertama, keluarkanlah jaringan
sebanyak mungkin. vakum kuretaseTindakan selanjutnya dilakukan
kuretase. Beberapa saat setelah dilakukan vakum kuretase akan
terlihat penurunan ukuran uterus secara dramatis dan pendarahan pun
akan semakin terkontrol(4,5). Vakum kuret dapat mengeluarkan
sebagian besar massa mola, sisanya dibersihkan dengan kuret tajam.
kuret tajamKuret tajam dilakukan untuk mengeluarkan sisa-sisa
jaringan mola. Apabila besar uterus 20 minggu dipertimbangkan untuk
melakukan kuret ke-2 satu minggu kemudian. Hasil evakuasi dikirim
ke laboratorium PA, baik hasil evakuasi dari vakum kuret maupun
kuret tajam.
HisterektomiTindakan ini biasanya dilakukan pada mola dengan
resiko tinggi misalnya pada mola yang besar, yaitu setinggi pusar
atau lebih, tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup
mempunyai anak. Alasan lain untuk dilakukannya tindakan ini adalah
karena umur yang tua > 30 tahun dan riwayat paritas yang tinggi
yang merupakan predisposisi untuk terjadinya keganasan. Tidak
jarang pada pemeriksaan sediaan histerektomi bila dilakukan
pemeriksaan hispatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan
berupa mola invasif(5,6,7,). Oleh sebab itu, pasien-pasien tersebut
masih harus dilakukan follow up dengan menilai kadar hCG(15).Bila
terdapat kista lutein, berapapun besarnya, tidak perlu diangkat,
karena akan mengecil sendiri setelah jaringan mola dievakuasi. Oleh
karena itu, kita tidak perlu mengangkatnya, walaupun ukurannya
sangat besar, kecuali kalau ada komplikasi seperti torsi atau
ruptur. Bila memberikan keluhan mekanis, dapat dilakukan atau
aspirasi(5).Pemberian Oksitosin, Prostaglandin dan larutan Salin
Hipertonik : induksi persalinan dengan menggunakan prostaglandin,
oksitosin dan larutan salin hipertonik tidak lagi digunakan untuk
evakuasi mola hidatidosa. Cara ini potensial untuk meningkatkan
resiko terjadinya penyebaran trofoblast melalui sirkulasi sistemik
akibat kontraksi uterus melawan serviks yang tidak berdilatasi.
Juga sering disertai perdarahan yang banyak dan evakuasi yang tidak
lengkap(10,15). 3. Terapi profilaksis dengan sitostatikaPeranan
kemoterapi profilaksis terhadap wanita dengan mola hidatidosa
merupakan suatu kontroversi. Bagaimanapun, tidak ditemukan bukti
bahwa terapi tersebut memperbaiki prognosis jangka panjang.
Terlebih lagi, kemoterapi profilaksis bersifat toksik, dapat
menyebabkan kematian. Banyak ahli percaya bahwa pemakai rutin dari
kemoterapi profilaksis tidak diperlukan didalam penanganan sebagian
besar pasien dengan mola hidatidosa. Di lain pihak, telah
dilaporkan adanya penurunan resiko yang bermakna terhadap postmolar
tumor trofoblastik kehamilan diantara pasien-pasien yang mendapat
kemoterapi profilaksis. Beberapa peneliti menganjurkan pemberian
MTX atau Actinomycin D bila:(12) Pengamatan lanjutan sulit Beta hcg
> 100.000 miu/i Apabila 4 minggu setelah evakuasi mola, uji
kehamilan biasa tetap positif Uterus membesar tidak sesuai dengan
usia kehamilan Ukuran ovarium > 6 cm Riwayat kehamilan mola
sebelumnya Usia ibu lebih dari 40 tahun Kista lutein bilateral
Terdapat toksemia, koagulopati, ards, dan hipertiroidism Kasus mola
dengan hasil histopatologi yang mencurigakanDosis yang diberikan
adalah : MTX 20 mg/hari IM ditambah dengan asam folat 10 mg 3 kali
sehari dan Cursil 35 mg 2 kali sehari selama 5 hari berturut-turut
ACTD 1 vial (0,5mg per hari) IV selama 5 hari
4. Follow up (15)Tujuan utama :1) Untuk melihat apakah proses
involusi berjalan secara normal baik anatomis laboratoris, maupun
fungsional seperti involusi uterus, turunnya kadar hCG dan
kembalinya fungsi haid(5)2) Deteksi dini setiap perubahan yang
menunjukkan kemungkinan malignitas. Metode umum dan follow up
adalah sebagai berikut : Ibu dianjurkan jangan hamil dulu selama
periode folow up minimal untuk waktu 1 tahun dan dianjurkan untuk
memakai kontrasepsi kondom atau diafragma. Kehamilan dimana reaksi
kehamilan menjadi positif, akan menyulitkan observasi(3,4).
Mengukur kadar korionik gonadotropin serum setiap 2 minggu
menggunakan pemeriksaan immunoassay spesifik(3,9). Bila kadarnya
terus menurun secara bertahap, maka tidak diperlukan pemberian
obat-obatan. Biasanya kadar hcg akan hilang sama sekali rata-rata
setelah 12 14 minggu. Bila kadar hcg telah normal pada 3 bulan
pertama pemeriksaan berturut-turut dengan selang waktu 2 minggu
maka pemeriksaan dilanjutkan sebulan sekali selama 3 bulan lagi.
Jika pada pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan pemeriksaan
berturut-turut juga menunjukkan kadar hcg yang normal, follow up
dilanjutkan 2 bulan sekali selama 6 bulan terakhir. Tapi ada
pendapat lain yang mengatakan, setelah kadar hcg normal pada 6 kali
pemeriksaan berturut-turut setiap bulannya, maka pemeriksaan kadar
hcg tetap dilakukan dengan interval tiap 2 bulan sekali selama
waktu keseluruhan 1 tahun(3,6).
Grafik 2. Kurva regresi hCG normal dan abnormal pasca evakuasi
mola hidatidosa komplet, modifikasi dari Mochizuki.
Kurva regresi hCG pasca evakuasi :Setelah jaringan mola
dievakuasi, kadar hCG akan menurun secara perlahan-lahan, sampai
akhirnya tidak terdeteksi lagi. Waktu rata-rata yang diperlukan
untuk mencapai kadar normal (5 mIU/ml) adalah 12 minggu. Menurut
Mochizuki, pada keadaan normal, hCG akan turun sebagai berikut :
bila terjadi distorsi dari kurva regresi yang normal, berarti
terjadi keganasan. Karena itu, diagnosis dini Tumor Trofoblastik
Gestasional dapat ditegakkan dengan memperhatikan kurva regresi
ini, dengan syarat penderita harus patuh melakukan follow up(5).
Kurva regresi hCG :Setelah 4 minggu harus 1000 mIU/mlSetelah 6
minggu harus 100 mIU/mlSetelah 8 minggu harus 20 30 mIU/mlSetelah
12 minggu harus 5 mIU/ml Menunda terapi selama kadar serum korionik
gonadotropin terus memperlihatkan penurunan. Kenaikan atau
pendataran yang persisten pada kadar hormon ini dalam serum pada 3
kali atau lebih pemeriksaan berturut-turut memerlukan tindakan
profilaksis kemoterapi dengan pemberian methotrexate atau
actinomycin(20,21). Pemeriksaan tindak lanjut dapat dihentikan dan
kehamilan diperbolehkan setelah waktu 1 tahun. Pada umumnya reaksi
immunologis atau biologis 3 minggu setelah pengosongan mola dan
paling lambat setelah 6 minggu menjadi negatif (sesudah 2 minggu 50
% negatif dan sesudah 40 hari 75 % negatif). Kalau setelah 6 minggu
reaksi positif, perlu pengawasan klinis. Kalau reaksi biologis
kwantitatif naik atau tidak mau menjadi negatif atau setelah
negatif menjadi positif kembali, maka ini merupakan tanda
koriokarsinoma disamping tanda-tanda lainnya. Mungkin juga timbul
metastasis ke paru-paru, maka kalau ada gejala-gejala yang
mencurigakan harus dibuat foto thoraks berulang-ulang(13,16).
Perdarahan pervaginam tidak terjadi lagi. Bila perdarahan
pervaginam masih terus menerus walaupun telah dilakukan evakuasi,
kita harus curiga adanya keganasan(10, 14). Ukuran uterus. Uterus
akan mengalami involusi setelah evakuasi mola hidatidosa. Bila
tidak terjadi involusi, curiga adasuatu keganasan(12). Ukuran kista
lutein. Setelah evakuasi mola, kista biasanya akan mengalami
regresi(4). Pemeriksaan USG : tidak didapatkan gambaran vesicular
pattern (snowstorm). Foto thoraks dibuat bila ada gejala-gejala
keganasan dan curiga adanya metastasis ke paru-paru(14). Foto
thoraks dibuat pada bulan ke-6 dan ke-12 setelah keluar dari
perawatan.
3.1 KEHAMILAN SETELAH MOLA HIDATIDOSA
Para ahli melaporkan bahwa banyak wanita yang kelahirannya
dipelajari setelah proses evakuasi mola hidatidosa komplet
mempunyai resiko yang sama dengan populasi pada umumnya dalam hal
ini resiko terjadinya stillbirth, prematuritas, aborsi spontan dan
malformasi kongenital. Kehamilan mola yang rekuren terjadi pada 1 2
% pasien yang diamati. Pasien yang lainnya dilaporkan memiliki
resiko yang meningkat terhadap mola parsial dan mola komplet antara
1 2 %(8,15).Lebih lanjut lagi, resiko untuk terjadinya kehamilan
yang ketiga kalinya meningkat sebesar 28 % setelah kehamilan mola
yang kedua(3, 4, 6, 10).Untuk itu wanita yang pernah mengalami
kehamilan mola seharusnya kembali melakukan pemeriksaan agar yakin
bahwa kehamilan berikutnya dapat berlangsung dengan normal. Namun
demikian mereka harus tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya
peningkatan resiko atas kehamilan mola yang berulang. Terhadap
mereka dianjurkan agar melakukan pemeriksaan ultrasound pada awal
kehamilan agar dapat dipastikan bahwa kondisi fetus dan
perkembangan plasenta berlangsung normal. Pemeriksaan tersebut
sebaiknya dikombinasikan dengan pemeriksaan foto thoraks untuk
mencari adanya metastasis koriokarsinoma yang tertutup oleh
peningkatan kadar hCG pada kehamilan. Plasenta atau hasil konsepsi
harus diperiksa secara histologis pada saat melahirkan atau
evakuasi kehamilan(10,18).
3.3 Kontrasepsi Pasca Mola Hidatidosa
Pada penderita pasca mola hidatidosa jenis kontrasepsi yang
dianjurkan adalah kondom, atau bila haid sudah normal kembali dapat
menggunakan pil kombinasi. Bila pil diberikan sebelum hCG normal,
kemungkinan terjadinya keganasan lebih besar. Penggunaan IUD atau
preparat progesteron jangka panjang seperti Depo provera atau
Norplant tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan gangguan
pendarahan yang bisa menyerupai salah satu tanda adanya
transformasi keganasan(7). 2.14Prognosis
Setelah dilakukan evakuasi jaringan mola secara lengkap,
sebagian besar penderita MHK akan sehat kembali, kecuali pada
15-20% kasus mungkin akan mengalami keganasan(1,18).Umumnya 10-15%
kasus mola hidatidosa dapat berubah menjadi mola invasif yang
menginvasi dinding uterus. Keadaan ini dinamakan persisten
trofoblastic disease (PTD). Dalam 2-3% kasus mola dapat berkembang
menjadi koriokarsinoma yang ganas dengan metastasis yang
cepat(10,15,16).Metastasis paling sering terjadi ke paru-paru
(80%), vagina (30%), liver (10%), dan otak (10%)(21).Umumnya yang
menjadi ganas adalah mereka yang temasuk golongan resiko tinggi,
seperti:1. Umur di atas 35 tahun2. besar uterus di atas 20 minggu3.
Kadar -hCG di atas 105 mIU/ml4. Gambaran PA yang
mencurigakan(1).
Parameter Good Prognosis Poor Prognosis
Last pregnancy eventless than 4 months more than 4 months
B-HCG level less than 40,000 more than 40,000
Prior pregnancy mole term
Treatment no prior treatment failed prior chemo
Tabel 1. Parameter penentuan prognosis(12)
Saat ini, sudah hampir tidak ada kematian karena
MHK(1).Dibandingkan dengan MHK, prognosis MHP jauh lebih baik. Hal
itu disebabkan oleh tidak adanya penyulit dan derajat keganasannya
rendah (4%). Walaupun demikian, penderita pasca MHP harus di follow
up sama ketatnya seperti MHK(1).Seperti juga MHK, kesuburan dan
proses persalinan pasca MHP, tidak banyak berbeda dengan kehamilan
biasa(1).
Tabel 2. Perbedaan mola hidatidosa komplet dan mola hidatidosa
parsial(5,21)
Mola hidatidosa kompletMola hidatidosa partial
KaryotypeAndrogenetikDiploid46 XX homozigot46 XX heterozigot46
XYDiandrogenetikTriploid69XXX69XXY69XYY
Fetus Tidak adaAda
AmnionTidak adaAda
Pembengkakan vili (PA)Semua vili korialisVili normal (-)Beberapa
vili korialis Vili normal (+)
Proliferasi trofoblasDifuse, sirkumferensialFokal,minimal
DiagnosisKehamilan molarMissed abortion
Ukuran uterus 50% lebih besar dari ukuran kehamilan normal Sama/
lebih kecil dari umur kehamilan
p57Kip2 immunostainingNegatifpositif
Kista teka lutein25-30% ditemukanJarang ditemukan
Kompikasi Sering Jarang ditemukan
Transformasi keganasanTinggi (15-20%)Rendah
PrognosisBisa BurukBaik
BAB IIIKESIMPULAN
Perkembangan hasil konsepsi ada kalanya mengalami kelainan
antara lain konsepsi tidak berupa janin, melainkan berkembang
secara patologis berupa gekembung-gelembung yang disebut mola
hidatidosa. Penyakit trofoblas terdiri dari mola hidatidosa (jinak)
dan koriokarsinoma (ganas). Umumnya penderita mola akan menjadi
baik setelah diobati, tetapi hanya sekitar 15% akan mengalami
degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.