Page 1
STATUS NEUROLOGIS
Presentan : Reza Ramdhoni
Ridiya Nandasari
Tgl. Pemeriksaan : 10 Desember 2009
I. IDENTITAS PASIEN
NAMA : Dwi Okta Wibowo
UMUR : 16 tahun
ALAMAT : DS Bumi Asih Kalianda
AGAMA : Islam
PEKERJAAN : Pelajar
STATUS : Belum Menikah
SUKU BANGSA : Jawa
TANGGAL MASUK : 10 Desember 2009
DIRAWAT YANG KE : I (Satu)
II. RIWAYAT PENYAKIT
ANAMNESIS ( auto dan alloanamnesa )
Keluhan utama : Nyeri kepala hebat tiba-tiba
Keluhan tambahan : Nyeri pada telinga kanan, keluar cairan putih kehijauan dari
telinga kanan, badan lemas, nyeri pada leher bila
digerakkan.
1
Page 2
Riwayat perjalanan penyakit
Awalnya ± 2 minggu SMRS, saat itu pasien sedang memotong bambu untuk
dijadikan spanduk bersama teman-temannya didepan rumah, tiba-tiba pasien merasa
nyeri kepala hebat seperti ditusuk pada seluruh kepala, disertai dengan lemas , keluar
keringat namun tidak disertai penurunan kesadaran kemudian pasien dibantu teman-
temannya untuk memasuki rumah dan pasien di istirahatkan (dipijat) . Setelah itu
keadaan pasien membaik dan bisa melakukan aktivitas ringan. Keesokan harinya nyeri
kepala itu timbul kembali dan disertai dengan nyeri telinga kanan kemudian pasien
dibawa ke dokter untuk di obati dan diberi empat macam obat , dua tablet besar warna
hijau dan putih dan dua tablet kecil warna kuning dan merah jambu dan obat bebas.
Dua hari setelah itu , pasien masih mengeluhkan nyeri kepala dan akhirnya
keluarga membawanya ke R.S Kalianda untuk diperiksa , kemudian dirujuk di R.S Bumi
Waras dan menginap tiga hari dua malam. Di rumah sakit tersebut kesadaran pasien
mulai menurun. Pasien tampak gaduh gelisah. Pasien kadang tidak sadar, anggota badan
menjadi kaku, mata melirik ke atas, dan pasien tidak menjawab bila dipanggil.kejadian
tersebut terjadi 1x dalam sehari. Diantara keadaan tersebut pasien sadar dan sering
mengeluhkan leher dan kepala semakin sakit. Pasien juga sering muntah. Dalam sehari
pasien dapat muntah sebanyak tiga kali dan sekali muntah sebanyak seperembat gelas
belimbing dan kemudian di rujuk ke RSAM.
2
Page 3
Sejak sepuluh tahun yang lalu, pasien mengeluhkan keluar cairan warna putih
kehijauan dari telinga kanannya yang hilang timbul . Biasanya keadaan ini disertai
dengan nyeri kepala. Jika keluar cairan , pasien hanya membersihkan cairannya saja dan
diobati. Satu minggu yang lalu sebelum masuk RSAM, pasien nerasa telinga kanan terasa
sakit dan keluar cairan dan diberi obat yang sudah kadarluasa, saat itu juga sakit kepala
makin hebat dan kalau timbul nyeri kepala pasien hanya istirahat saja untuk memulihkan
keadaannya.
Pasien pernah menderita TB paru sejak 1 th yang lalu. Riwayat kencing manis
disangkal. Riwayat sakit gigi hebat disangkal. Riwayat trauma di kepala sebelumnya
disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak keempat dari lima bersaudara. Pasien tinggal di asrama
bersama adiknya dan juga santri-santri lainnya di suatu pesantren di Lampung. Kedua
orang tuanya yang sudah renta, tinggal di Jawa. Biaya hidup pasien sekarang
ditanggung oleh kakak pertamanya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
3
Page 4
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,6 º C
Gizi : kurang
Status Generalis
Kepala
Rambut : Lurus, Hitam , tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva ananemis, sklera anikterik, kanan Midriasis, ptosis +
Telinga : Liang dextra terisi pus, berwarna putih kehijauan, darah -
Hidung : Septum deviasi (-).
Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor
Leher
Pembesaran KGB : (+/-)
Pembesaran tiroid : (-)
JVP : Tidak meningkat
Trachea : Di tengah
Thorak
4
Page 5
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V garis mid clavicula kiri
Perkusi : Batas kanan : Sela iga V garis midclavicula dextra
Batas kiri : Sela iga V garis midclavicula sinistra
Batas atas : Sela iga II garis sternal sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I – II reguler, murmur (-), gallop (-)
HR : 84 x/menit Reguler
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan nafas kanan-kiri simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : Fremitus taktil paru kanan = paru kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler ( +/+ ), wheezing ( -/- ), ronkhi (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Perut cekung dan simetris
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani di 4 kuadran
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Superior : oedem (-/-), sianosis (-/-),
turgor kulit baik
Inferior : oedem (-/-), sianosis (-/-),
5
Page 6
turgor kulit baik
IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Saraf cranialis Kanan / Kiri
N. olfaktorius ( N. I )
Daya penciuman hidung : Normosmia / Normosmia
N. opticus ( N. II )
Tajam penglihatan : VODS > 2/60
Lapang penglihatan : Sama dengan pemeriksa
Tes warna : Tidak buta warna
Fundus oculi : Tidak dilakukan
N. occulomotorius, N. trochlearis, N. abducen ( N.III-N.IV-N.VI )
Kelopak mata :
Ptosis : ( - / - )
Endophtalmus : ( - / - )
Exopthalmus : ( - / - )
Pupil :
Diameter : ( 3mm / 3 mm )
Bentuk : ( Bulat / Bulat )
Isokor / anisokor : ( Isokor )
Posisi : ( Sentral / Sentral )
6
Page 7
Reflek cahaya langsung : ( + / + )
Reflek cahaya tidak langsung : ( + / +)
Gerakan bola mata :
Medial : (+/+)
Lateral : (+/+)
Superior : (+/+)
Inferior : (+/+)
Obliqus, superior : (+/+)
Obliqus, inferior : (+/+)
Reflek pupil akomodasi : ( + / + )
Reflek pupil konvergensi : (+ /+ )
N. trigeminus ( N. V )
Sensibilitas
Ramus oftalmikus : baik
Ramus maksilaris : baik
Ramus mandibularis : baik
Motorik
M. maseter : Simetris
M. temporalis : Simetris
M. pterigoideus : Simetris
Reflek
7
Page 8
Reflek kornea ( sensoris N. V, motoris N. VII ) : ( + / + )
Reflek bersin : ( + / + )
N. fascialis ( N. VII )
Inspeksi wajah sewaktu :
Diam : simetris
Tertawa : simetris
Meringis : simetris
Bersiul : simetris
Menutup mata : Menutup rapat, simetris
Pasien disuruh untuk :
Mengerutkan dahi : simetris
Menutup mata kuat-kuat : simetris
Menggembungkan pipi : simetris
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah : ( +/+ )
N. acusticus ( N. VIII )
N. cochlearis
Ketajaman pendengaran : ( +/+ )
Tinitus : (- / -)
N. vestibularis
Test vertigo : (-/-)
8
Page 9
Nistagmus : ( -/- )
N. glossopharingeus dan N. vagus ( N. IX dan N. X )
Suara bindeng / nasal : ( - )
Posisi uvula : ditengah
Palatum mole : Istirahat : ditengah
Bersuara : terangkat, simetris
Arcus palatoglossus : Istirahat : ditengah
Bersuara : terangkat, simetris
Arcus pharingeus : Istirahat : ditengah
Bersuara : terangkat, simetris
Reflek batuk : (+)
Reflek muntah : (+)
Peristaltik usus : Bising Usus ( + ) normal
Bradikardi : (-)
Takikardi : (-)
N. accesorius ( N. XI )
M. sternocleidomastoideus : Simetris
M. trapezius : Simetris
N. hipoglossus ( N. XII )
Atropi : (-)
Fasikulasi : (-)
Deviasi : (-)
9
Page 10
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (+)
Kernig test : (+/+)
Lasseque test : (+/+)
Brudzinsky I : (+)
Brudzinky II : (+)
Sistem motorik Superior ka / ki Inferior ka / ki
- Gerak aktif / aktif aktif / aktif
- Kekuatan otot 5 / 5 5 / 5
- Tonus normotonus normotonus
- Klonus - / - - / -
- Atrophi - / - - / -
- Reflek fisiologis Bicep ( + / + ) Pattela ( + / + )
Tricep ( + / + ) Achiles ( + / + )
- Reflek patologi Hoffman trommer ( - / - ) Babinsky ( - / - )
Chaddock ( - / - )
Oppenheim ( - / - )
Schaefer ( - / - )
Gordon ( - / - )
Gonda ( - / - )
Sensibilitas
Eksteroseptif / rasa permukaan ( superior / Inferior )
10
Page 11
Rasa raba : baik
Rasa nyeri : baik
Rasa suhu panas : baik
Rasa suhu dingin : baik
Propioseptif / rasa dalam
Rasa sikap : ( +/+ )
Rasa getar : ( +/+ )
Rasa nyeri dalam : ( + / + )
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
Asteriognosis : ( +/+ )
Agnosa taktil : ( +/+ )
Two point discrimination : (+/+)
Koordinasi
▪ Tes tunjuk hidung : ( +/+ )
▪ Tes pronasi supinasi : ( +/+ )
Susunan saraf otonom
▪ Miksi : +
▪ Defekasi : +
▪ Salivasi : +
Fungsi luhur
▪ Fungsi bahasa : Baik
▪ Fungsi orientasi : Baik
▪ Fungsi memori : Baik
11
Page 12
▪ Fungsi emosi : Baik
12
Page 13
RESUME
Pasien, laki-laki usia 16 tahun, datang dengan keluhan tiba-tiba merasa nyeri
kepala hebat seperti ditusuk pada seluruh kepala, disertai dengan lemas, keluar keringat
namun tidak disertai penurunan kesadaran kemudian pasien dibantu teman-temannya
untuk memasuki rumah dan pasien di istirahatkan (dipijat) . Setelah itu keadaan psien
membaik dan bisa melakukan aktivitas ringan. Keesokan harinya nyeri kepala itu timbul
kembali dan disertai dengan nyeri telinga kanan kemudian pasien dibawa ke dokter.
Dua hari setelah itu, pasien masih mengeluhkan nyeri kepala dan akhirnya
keluarga membawanya ke R.S Kalianda untuk diperiksa , kemudian dirujuk di R.S Bumi
Waras dan menginap tiga hari dua malam. Di rumah sakit tersebut kesadaran pasien
mulai menurun. Pasien tampak gaduh gelisah. Pasien kadang tidak sadar, anggota badan
menjadi kaku, mata melirik ke atas, dan pasien tidak menjawab bila dipanggil. Diantara
keadaan tersebut pasien sadar dan sering mengeluhkan leher dan kepala semakin sakit.
Pasien juga sering muntah. Kemudian pasien di rujuk ke RSAM.
Sejak sepuluh tahun yang lalu, pasien mengeluhkan keluar cairan warna putih
kehijauan dari telinga kanannya yang hilang timbul . Biasanya keadaan ini disertai
dengan nyeri kepala. Satu minggu yang lalu sebelum masuk RSAM, pasien nerasa telinga
kanan terasa sakit dan keluar cairan dan diberi obat yang sudah kadarluasa, saat itu juga
sakit kepala makin hebat.
Pasien pernah menderita TB paru sejak 1 th yang lalu. Riwayat kencing manis
disangkal. Riwayat sakit gigi hebat disangkal. Riwayat trauma di kepala sebelumnya
disangkal.
Status Present
13
Page 14
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,6 º C
Gizi : kurang
Telinga : Liang dextra terisi pus, berwarna putih kehijauan, darah -
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (+)
Kernig test : (+/+)
Lasseque test : (+/+)
Brudzinsky I : (+)
Brudzinky II : (+)
DIAGNOSIS
Klinis = kaku kuduk, chepalgia akut, febris, lymphadenitis, susp. OMSK
Topis = Meningen
Etiologi = susp. Meningitis bakterial
14
Page 15
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis serosa
Meningitis purulenta
PENATALAKSANAAN
1. Umum
Alih Baring ( miring kekanan miring ke kiri setiap 2 jam )
Pantau tanda vital dan neurologis
Perawatan Infeksi di telinga
2. Dietetik :
Biasa
3. Medikamentosa
IVFD Ringer laktat gtt XX / menit
Paracetamol 3 x 500 mg
Ceftriaxone 2 x 2 gr 10 hari
Dexamethason 2 x 1 amp
Ranitidine 2 x 1 amp
B complex 2 x 1 tab
4. Rehabilitasi
Nursing rehabilitasi : pindah posisi tiap 2 jam
Fisioterapi
15
Page 16
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. Laboratorium (11 Desember 2009)
Darah Lengkap : Hb = 12,4 gr/dl., Diff count 0/0/0/72/20/8, LED 34
mm/jam,
Kimia darah : Fungsi ginjal (ureum 15 mg/dl, Creatinin 0,6 mg/dl,),
lipid profil (kolesterol total 145 mg/dl, HDL 24mg/dl, LDL 97 mg/dl
trigliserida 99 mg/dl), GDS 136 mg/dl.
2. Radiologi : Foto thorak PA, foto mastoideus
3. CT Scan kepala
4. Lumbal pungsi
PROGNOSA
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam
16
Page 17
Tanggal Follow up
10-12-2009 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Keluhan
Nyeri pada leher jika digerakkan disertai nyeri pada kedua tungkai
bila digerakkan, keluar cairan putih dari telinga kanan
Vital sign
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,6 º C
Pemeriksaan fisik telinga kanan keluar serumen
Status Neurologik :
Dalam batas normal
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (+)
Kernig test : (+)
Lasseque test : (+)
Brudzinsky I : (+)
Brudzinky II : (+)
17
Page 18
Foto thorax PA : cor pulmo dalam batas normal
Penatalaksanaan:
IVFD Ringer laktat gtt XX / menit
Ceftriaxone 2gr / 12 jam
Diazepam
Obat tetes telinga
11-11-2009 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Keluhan
Sakit kepala, Nyeri telinga, demam
Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 39 º C
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (+)
18
Page 19
Kernig test : (+)
Lasseque test : (+)
Brudzinsky I : (+)
Brudzinky II : (+)
Penatalaksanaan:
IVFD Ringer laktat gtt XX / menit
Ceftriaxone 2 x II gr
Dexamethason 3 x 1 amp
Ranitidine 2 x 1 amp
PCT 3 x 500mg
12-11-2009 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Keluhan
Sakit kepala, nyeri telinga (-), demam (-)
Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 68 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,6º C
19
Page 20
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (+)
Kernig test : (+)
Lasseque test : (+)
Brudzinsky I : (+)
Brudzinky II : (+)
Penatalaksanaan:
IVFD Ringer laktat gtt XX / menit
Ceftriaxone 2 x II gr
Dexamethason 3 x 1 amp
Ranitidine 2 x 1 amp
PCT 3 x 500mg
20
Page 21
ANALISA KASUS
1.Apakah diagnosa pada kasus ini sudah tepat ?
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, diagnosa kasus di atas sudah tepat.
Anamnesa :
- 2 minggu SMRS, tiba-tiba pasien merasa nyeri kepala hebat seperti
ditusuk pada seluruh
- Pada saat dirawat di RS Bumi Waras, kesadaran pasien mulai menurun.
Pasien tampak gaduh gelisah. Pasien kadang tidak sadar, anggota badan
menjadi kaku, mata melirik ke atas, dan pasien tidak menjawab bila
dipanggil. Diantara waktu itu pasien sadar.
- Pasien sering mengeluhkan leher dan kepala semakin sakit.
- Sejak sepuluh tahun yang lalu, pasien mengeluhkan keluar cairan warna
putih kehijauan dari telinga kanannya yang hilang timbul Satu minggu
yang lalu sebelum masuk RSAM, pasien nerasa telinga kanan terasa sakit
dan keluar cairan.
- Pasien pernah menderita TB paru sejak 1 th yang lalu.
Pemeriksaan Fisik :
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
21
Page 22
Vital sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 38,6 º C
Gizi : kurang
Telinga : Liang dextra terisi pus, berwarna putih kehijauan, darah -
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : (+)
Kernig test : (+/+)
Lasseque test : (+/+)
Brudzinsky I : (+)
Brudzinky II : (+)
Meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan serebrospinal (CSS)
disertai radang pada pia dan araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superfisial otak dan
medula spinalis. Kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoidal dan
dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain, sehingga leptomening medula spinalis
terkena.
Faktor Resiko :
1. Infeksi sistemik / fokal
- Otitis media supuratif kronik
- Demam tifoid
- TB paru
2. Trauma / tindakan tertentu
- Fraktur basis kranii
22
Page 23
- Pungsi / anestesi lumbal
- Operasi / tindakan bedah saraf
3. Penyakit darah, penyakit hati
4. Pemakaian bahan-bahan yang menghambat pembentukan antibodi
5. Kelainan yang berhubungan dengan immunosupression ( mis. Alkoholisme,
agamaglobulinemia, DM ).
6. Kelaianan obstetrik dan ginekologik
Gejala Umum Meningitis:
• Keluhan pertama biasanya sakit kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk
dan punggung.
• Kesadaran menurun
• Kaku kuduk (+). Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan karena
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat terjadi opistotonus.
• Tanda rangsang meningeal seperti Kernig, Laseque, Brudzinski menjadi positif.
Berdasarkan perubahan pada cairan otak, meningitis dapat dibagi dalam :
1. Meningitis purulenta
2. Meningitis serosa
Meningitis Purulenta
• Meningitis purulenta timbul secara akut, suhu badan meninggi, timbul nyeri
kepala yg hebat.
• Kesadaran menurun dapat hingga koma
• Mula-mula nadi melambat kemudian menjadi cepat sering kali tak teratur.
• Pem. neurologis : tanda-tanda perangsangan meningeal (+), dpt dijumpai paralisis
nervus kranialis atau pada anggota badan.
23
Page 24
Meningitis Serosa
• Pada meningitis serosa penyebab paling sering adalah kuman tuberkulosis ,
sehingga meningitis ini lebih dikenal sbg : MENINGITIS TUBERKULOSA.
• Meningitis tuberkulosa masih sering dijumpai di Indonesia pada anak-anak dan
orang dewasa.
• Meningitis yang sering dijumpai adalah leptomenings tuberkulosa generalisata,
sedang meningitis tuberkulosa sirkumskripta lebih jarang dijumpai.
• Ada beberapa pendapat yang menerangkan peradangan ini :
1. Meningitis timbul akibat penyebaran mikobakterium tuberkulosa melalui darah
yang terjadi pada tuberkulosis paru. Fokus radang tuberkel mungkin terdapat
dalam paru, kel. getah bening, dalam tulang, ginjal atau alat dlm lainnya.
2. Meningitis tuberkulosa timbul bila tuberkulosa yang berada di dalam jaringan
otak memecah ke dalam ruang sub arakhnoid.
3. Tuberkel-tuberkel ini mula-mulanya berada di dalam dinding arteri atau vena,
yang kemudian memecah ke dalam ruang sub arakhnoid.
4. Penyebaran kuman tuberkulosa terjadi melalui radang di dalam plexus
khoroideus.
Gejala Klinis Meningitis Tuberkulosa/Serosa:
• Penyakit yang sering membawa maut ini dimulai akut, sub akut, atau khronis
dengan gejala-gejala demam, mudah kesal, marah-marah, obstipasi, muntah-
muntah.
• Suhu badan naik turun, malah kadang suhu merendah.
• Nadipun sangat labil, sering dijumpai nadi yang melambat.
• Pada pem. neurologis dijumpai kaku kuduk (+) dan tanda perangsangan
meningeal lainnya (+).
24
Page 25
• Gangguan saraf kranialis yang terjadi akibat tekanan eksudat pada saraf ini.Yang
sering terkena adalah : N.III dan N. VII.
• Kerusakan otak disebabkan oleh tuberkel-tuberkel yang terdapat di permukaan
otak atau gangguan peredaran darah yang timbul karena radang dinding pembuluh
darah itu.
• Gejala klinis yg timbul afasia motoris/sensoris, kejang fokal, monoparesis,
hemiparesis, gangguan sensibilitas.
• Biemond (neurolog Belanda terkenal) berdasar pengalaman klinisnya
mengemukakan trias yg merupakan tanda-tanda khas meningitis tuberkulosa yaitu
:
1. Apatis (penurunan kesadaran : apatis)
2. Refleks pupil yang melambat
3. Refleks-refleks tendo yang melemah.
Gejala klinis diatas lebih dikenal sebagai : “TRIAS BIEMOND”.
Pem LCS pada meningitis tuberkulosa :
• Likuor serebrospinal jernih dan bila didiamkan beberapa lama mungkin timbul
endapan fibrin di dalamnya.Endapan ini mengandung kuman tbc.
• Jumlah sel meninggi hingga 50-500/mm3,sebagian besar sel limfosit. Sel
epiteloid yang turut membentuk tuberkel termasuk monosit juga terdapat di dalam
LCS.
• Kadar protein meninggi, yg menyebabkan reaksi Nonne , Pandi (+)
• Kadar glukosa dan klorida menurun.
• LCS perlu diperiksa mikrobiologis terhadap kuman tuberkulosis.
25
Page 26
2.Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?
Penatalaksanaan kasus ini sudah tepat
1. Umum
Alih Baring ( miring kekanan miring ke kiri setiap 2 jam )
Pantau tanda vital dan neurologis
Perawatan Infeksi di telinga
2. Dietetik :
Biasa
3. Medikamentosa
IVFD Ringer laktat gtt XX / menit
Paracetamol 3 x 500 mg
Ceftriaxone 2 x 2 gr 10 hari
Dexamethason 2 x 1 amp
Ranitidine 2 x 1 amp
B complex 2 x 1 tab
4. Rehabilitasi
Nursing rehabilitasi : pindah posisi tiap 2 jam
Fisioterapi
Tatalaksana Meningitis Bakterial
Perawatan Umum :
- Tirah baring
- Beri oksigen apabila perlu
- Pantau cairan, kekurangan gizi
- Pantau dekubitus, hiperpireksia, edem otak, kejang
26
Page 27
Pemberian Antibiotik
- Antibiotik spektrum luas minimal 7 hari bebas demam
Penatalaksanaan Meningitis Purulenta:
• Bila suhu tinggi harus diturunkan.
• Jika meningitis purulenta timbul akibat infeksi radang telinga tengah (OMSK)
perlu dilakukan perawatan telinga/infeksi di telinga.
• Meningitis akibat kuman pneumokok,streptokok, meningokok dapat diberikan
gol. Penisilin dan derivatnya. Dosis dapat 1-2 juta satuan tiap 2 jam.
• Terhadap kuman hemofilus influenza , sebaiknya digunakan kloramfenikol 4 x 1
gr/24 jam intravena dan ampisilin 4 x 3 gr/24 jam intravena.
• Terhadap kuman meningokok dapat dipakai gol. Sulfadiazin 12 x 500 mg/24 jam.
• Lama pengobatan rata-rata 10 hari. Pengobatan lainnya simtomatis.
• Pada stadium pemulihan mobilisasi harus dilakukan secara berangsur. Mobilisasi
yang dilakukan secara mendadak dapat mengakibatkan timbulnya gejala radang
lagi.
Penatalaksanaan Meningitis tuberkulosa :
• Pada meningitis tuberkulosa spt tuberkulosis paru, maka diberikan terapi
tuberkulostatika selama berbulan-bulan, tdd :
1. Streptomisin sulfat, dehidrostreptomisin disuntikkan 1 gr/hari , intra muskular
atau 200 mg/kg BB , minimal 100 kali. Suntikan dihentikan jika ada keluhan
telinga berdenging atau pendengaran terganggu (oto toksik)
2. Kanamisin, dosis spt pada streptomisin.
3. Isoniasid, dosis 10-15 mg/kg BB atau 1,5-1 gr /24 jam, oral.
4. Para aminosalisilat diberikan oral 200 mg/kg BB
5. Etambutol diberikan oral dengan dosis 15-25 mg/kg BB.
6. Rifampisin, 2 x 300 mg/hari, oral
7. Pirazinamida, 3 x 500 mg/hari, oral.
27
Page 28
• Diberikan juga pengobatan dengan deksamethason untuk menghambat
menghebatnya edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara
arakhnoid dan otak.
• Makanan cair cukup kalori, vitamin dan mineral diberikan dengan sonde
lambung.
• Hindarkan timbulnya dekubitus jika ada kelumpuhan dengan mengubah sikap
baring secara teratur
• Pada tahap rehabilitasi : fisioterapi diberikan untuk menghindarkan atrofi otot-
otot dan ankilosis sendi.
28
Page 29
Daftar Pustaka
Harsono, editor, 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Mansjoer, Arif, dkk,2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga jilid 2. Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
Mardjono, Mahar, Priguna Sidharta, 2006. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat: Jakarta.
Http://www.emedicine.com
Http://www.medicastore.com
29