Top Banner
CASE PASIEN BAGIAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI Nama Mahasiswa : David Rizki Akhirul Zamril TandaTangan: NIM : 030.06.056 Dokter Pembimbing : dr. Dina Siti Daliyanti Sp.A I. IDENTITAS Data Pasien Ayah Ibu Nama An. A Tn. M Ny. D Tanggal Lahir / Umur 1 Tahun 35 Tahun 32 Tahun Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan Alamat Jalan sigma rt/rw 004/020 kelurahan jati makmur kecamatan PD.gede Agama Islam Islam Islam Suku Bangsa Jawa Jawa Jawa Pendidikan - SLTA SLTP Pekerjaan - Pedagang Ibu Rumah Kejang Demam Page 1
29

Case Kejang Demam

Dec 18, 2014

Download

Documents

David Zamril
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case Kejang Demam

CASE PASIEN BAGIAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI

Nama Mahasiswa : David Rizki Akhirul Zamril TandaTangan:

NIM : 030.06.056

Dokter Pembimbing : dr. Dina Siti Daliyanti Sp.A

I. IDENTITAS

Data Pasien Ayah Ibu

Nama An. A Tn. M Ny. D

Tanggal Lahir /

Umur1 Tahun 35 Tahun 32 Tahun

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan

Alamat Jalan sigma rt/rw 004/020 kelurahan jati makmur kecamatan PD.gede

Agama Islam Islam Islam

Suku Bangsa Jawa Jawa Jawa

Pendidikan - SLTA SLTP

Pekerjaan - Pedagang Ibu Rumah Tangga

Penghasilan - - -

Keterangan

Hubungan dg

orangtua anak

kandung.

- -

Kejang DemamPage 1

Page 2: Case Kejang Demam

II. RIWAYAT PENYAKIT

Anamnesis : Alloanamnesis dengan pasien dan ibu pasien tgl 5 April

2013

Keluhan Utama : Kejang 2 jam sebelum masuk rumah sakit

Keluhan Tambahan : Demam, Batuk pilek

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSUD Kota Bekasi diantar oleh orang tuanya dengan keluhan

kejang 2 jam sebelum masuk Rumah Sakit. Kurang lebih 1 hari sebelum masuk

rumah sakit pasien panas tinggi 39°C. Panas disertai batuk pilek, tidak disertai

muntah dan sesak napas. Kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit pasien

kejang, kejang terjadi seluruh tubuh. Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke

atas.Kejang berlangsung 1 kali selama 4 menit. Setelah kejang berhenti, pasien

menangis. Kemudian oleh keluarga, pasien dibawa ke rumah sakit. Di IGD pasien

tidak kejang tetapi masih panas. Buang air besar 3 kali/hari lembek, berwarna kuning.

Buang air kecil warna kuning jernih terakhir 4 jam SMRS

Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

Alergi - Difteria - Jantung -

Cacingan - Diare - Ginjal -

Demam

Berdarah- Kejang - Darah -

Demam - Kecelakaan - Radang paru -

Kejang DemamPage 2

Page 3: Case Kejang Demam

Thypoid

Otitis - Morbili - Tuberkulosis -

Parotitis - Operasi - Lainnya -

Kesan :

Pasien tidak pernah kejang sebelumnya.

Riwayat Penyakit Pada Anggota Keluarga Lain / Orang Lain Serumah

Kedua orangtua pasien tidak memiliki riwayat kejang sebelumnya.

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Tidak ada

Perawatan antenatalSering periksa ke bidan tiap

bulan, vaksin TT(+)

KELAHIRAN Tempat kelahiran Rumah bersalin

Penolong persalinan Bidan

Cara persalinan Spontan/normal

Masa gestasi Cukup bulan (38 minggu)

Keadaan bayi

Berat lahir : 3200 gram

Panjang badan : 49 cm

Lingkar kepala : tidak tahu

Langsung menangis (+)

Kulit kemerahan

Kejang DemamPage 3

Page 4: Case Kejang Demam

Kesan : Riwayat kehamilan dan persalinan normal

IV. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

Pertumbuhan gigi I : Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan)

Psikomotor

Tengkurap : Umur 5 bulan (Normal: 3-4 bulan)

Duduk : Umur 7 bulan (Normal: 6-9 bulan)

Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12 bulan)

Berjalan : - (Normal: 13 bulan)

Bicara : - (Normal: 9-12 bulan)

Baca dan Tulis : -

Gangguan perkembangan mental/emosi : tidak ada

Kesan : Riwayat perkembangan baik

V. RIWAYAT MAKANAN

Umur

(bulan

)

ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

0 – 2 ASI - - -

2 – 4 ASI - - -

4 – 6 ASI+PASI - - -

6 – 8 ASI+PASI - + -

8 – 10 ASI+PASI + + -

10 -12 ASI+PASI + + +

Kejang DemamPage 4

Page 5: Case Kejang Demam

Umur Diatas 1 Tahun

Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

Nasi/Pengganti 3x/hari, satu piring

Sayur 2x/hari, 1 mangkuk/kali

Daging 1x/minggu, 1 potong/kali

Telur 1butir, setiap hari

Ikan 1x/minggu

Tahu 1 potong, setiap hari

Tempe 1 potong, setiap hari

Susu (merk/takaran) Susu dancow 1x/hari, takaran tidak ingat

Lain-lain _

Kesan:

Riwayat makanan baik

VI. RIWAYAT IMUNISASI

Kejang DemamPage 5

Page 6: Case Kejang Demam

Kesan: Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap

VII. RIWAYAT KELUARGA

Corak Reproduksi

No Tanggal

lahir (umur)

Jenis

kelamin

Hidup Lahir

Mati

Abortus Mati

(sebab)

Keterangan

kesehatan

1.

1 Tahun

(pasien)

perempuan + - - - Sakit

VIII. RIWAYAT PERUMAHAN DAN SANITASI LINGKUNGAN

Pasien tinggal bersama ayah dan ibu di sebuah rumah tinggal milik sendiri dengan

dua kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai keramik,

berdinding tembok, terletak di jalan gang yang padat penduduk dan agak kumuh.

Keadaan rumah sempit, pencahayaan cukup, ventilasi cukup.Sumber air bersih dari

air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah

setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan.

Kesan :

Kejang DemamPage 6

Page 7: Case Kejang Demam

Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien kurang baik yang memungkinkan pasien

menderita penyakit infeksi.

IX. PEMERIKSAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 5 april 2013

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Tanda Vital

Kesadaran : kompos mentis

Frekuensi Nadi : 112 x / menit

Tekanan Darah : -

Frekuensi Pernafasan : 38x / menit, reguler

Suhu Tubuh : 37,5⁰C

Data Antropometri

Berat Badan : 8 kg

Tinggi Badan : 55 cm

Kepala

Bentuk : Normocephali, ubun-ubun tidak tampak cekung

Rambut : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata.

Mata : Pupil isokor, RCL (+)/(+), RCTL (+)/(+), sklera tidak

Ikterik, konjungtiva anemis (-)/(-)

Telinga : Normotia, membrane timpani intak, serumen -/-.

Hidung : Bentuk normal,deviasi septum (-), sekret(+), nafas cuping

hidung -/-

Mulut : Bibir merah muda, sianosis (-), trismus (-), coated

tounge (-), faring hiperemis (+)

Leher : KGB tidak teraba membesar

Kelenjar tiroid tidak teraba membesar

Thoraks :

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris

Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris

Kejang DemamPage 7

Page 8: Case Kejang Demam

Perkusi : sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : Pulmo : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Cor : BJ I & II normal, murmur -, gallop –

Abdomen :

Inspeksi : Perut tampak datar .

Auskultasi : Bising usus (+) 6x/menit.

Palpasi :Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba besar

Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen, ascites (-).

Kulit : Ikterik (-), petechie (-)

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), capillary refill < 2 detik,

turgor cukup.

X. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 05 April 2013

Kejang DemamPage 8

Page 9: Case Kejang Demam

Kejang DemamPage 9

JENIS PEMERIKSAAN HASIL

PEMERIKSAAN

NILAI NORMAL

Hematologi

Hemoglobin 13,4 g/dL 13-16 g/Dl

Hematokrit 39,5 % 40 – 48 %

Lekosit 15,1 rb /uL 5-10 rb/ul

Trombosit 291 rb/uL 150-400 rb/Ul

LED 24 mm 0 – 10 mm

MCV 77 fl 75 – 87 fl

MCH 24 pg 24 – 30 pg

MCHC 32,9 % 31 – 37 %

Imunoserologi

Widal

S. Typhi O

S. Paratyphi AO

S. Paratyphi BO

S. Paratyphi CO

S. Typhi H

S. Paratyphi AH

S. Paratyphi BH

S. Paratyphi CH

CRP Kualitatif

1/80

1/80

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

1/80

1/40

Non reaktif

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Negatif – 1/80

Non reaktif

Page 10: Case Kejang Demam

XI. RESUME

Anak A, 1 tahun, BB 8 kg, datang dengan keluhan kejang sejak 2 jam SMRS. Selain

itu pasien mengeluh adanya demam, batuk pilek, penurunan nafsu makan, lemas.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, faring hiperemis,

sekret hidung (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 15,100 ribu/uL

XII. DIAGNOSIS BANDING

Kejang Demam Sederhana

Kejang Demam Tifoid

Demam Tifoid

XIII. DIAGNOSIS KERJA

Kejang Demam sederhana

XIV. PEMERIKSAAN ANJURAN

Pemeriksaan Tinja

Urinalisa

Foto rontgen thorax AP

XV. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa

- Tirah baring

- Edukasi kepada orangtua agar menjaga kesehatan lingkungan

Medikamentosa

- IVFD Kaen 3B 100 (8) =800cc 800x20/24x60 = 11,2 tpm 20 tpm

- Ceftriaxone 100 mg/kgBB

- Paracetamol 10 – 20 mg/kgBB

Kejang DemamPage 10

Page 11: Case Kejang Demam

XVI. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : ad bonam

Ad sanasionam : ad bonam

Analisas Kasus

Anak A, 1 tahun, BB 8 kg, datang dengan keluhan kejang sejak 2 jam SMRS.

Selain itu pasien mengeluh adanya demam, batuk pilek, penurunan nafsu makan hingga

lemas. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, faring hiperemis

tonsil T2 – T1, hidung secret (+) .Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit

15,100

Gejala klinis berupa demam batuk pilek. Terapi yang diberikan nonfarmakologi

dan farmakologi. Nonfarmakologi dengan tirah baring, serta edukasi kepada orang tua

agar menjaga higine kesehatan lingkungan. Farmakologi berupa pemenuhan kebutuhan

Kejang DemamPage 11

Page 12: Case Kejang Demam

cairan, nutrisi serta pemberian antibiotic dan anti konvulsi. Pada prinsipnya Isolasi

penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta, Perawatan yang baik untuk hindari

komplikasi, mengingat umur pasien yang masih balita, lemah, Pemberian antipiretik bila

suhu tubuh > 38,5 C. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi

protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan

tidak menimbulkan banyak gas.

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

Kejang demam adalah suatu kejadian kejang yang biasanya terjadi di antara umur 3

bulan dan 5 tahun yang disebabkan oleh demam tanpa adanya infeksi intra kranial atau penyebab

yang jelas.(1) Kejadian kejang demam ini di negara yang telah maju berkisar antara 2.5%,(2-4) di

Jepang angka kejadian kejang ini lebih tinggi karena faktor infeksi yang masih tinggi dan dapat

menyebabkan peningkatan suhu. Infeksi saluran nafas akut merupakan penyebab yang banyak

ditemui sebagai penyakit yang menimbulkan kejang demam.(5.6)

Sebelum tahun 1995 di Indonesia biasanya kejang demam di bagi atas kejang demam sederhana

dan epilepsi yang di provokasi oleh demam berdasarkan pembagian oleh Livingstone yang di

modifikasi, oleh karena tidak dapat dibuktikan bahwa epilepsi yang di provokasi oleh demam

dalam perjalanan penyakitnya tidak menjadi epilepsi sebesar yang didapatkan oleh Livingstone.

Kejang DemamPage 12

Page 13: Case Kejang Demam

Juga penentuan lamanya panas sebelum kejang sangat susah dipastikan serta pemeriksaan EEG

yang termasuk dalam kriteria Livingstone tidak tersedia di sembarang tempat maka saat ini

kejang demam di bagi atas kejang demam simple dan kejang demam kompleks.(3-5)

Kejang demam simpleks ditandai dengan kejang yang bersifat umum, lama kejang kurang dari

15 menit dan hanya terjadi satu kali dalam 24 jam, sedangkan kejang demam kompleks bila tidak

memenuhi kriteria tersebut.(2.3)

Risiko terjadinya kejang yang pertama, terdapat beberapa hal yang mungkin seorang anak akan

mendapatkan kejang demam yang pertama:

1. Orang tua serta saudara sekandung dengan riwayat kejang demam.

2. Keluarga dekat (Paman, bibi, nenek atau kakek) dengan kejang demam.

3. Keterlambatan pertumbuhan psikomotor.

4. Perawatan neonatal yang lebih dari 28 hari.

5. Ikut dalam penitipan anak.

Bila didapatkan dua atau lebih faktor di atas, kemungkinan terjadinya kejang sekitar 30%.

Pemeriksaan yang diperlukan pada penderita kejang demam antara lain :(3-8)

1. Lumbal Punksi.

Selama ini lumbal punksi dikerjakan pada semua anak dengan kejang demam yang pertama,

meskipun anak menderita kejang demam simpleks, tetapi saat ini kecenderungan LP pada

penderita kejang demam berdasarkan pada adanya gejala-gejala meningitis atau umur anak di

bawah 18 bulan oleh karena pada anak di bawah 18 bulan gejala meningitis tidak selalu dijumpai

pada penderita meningitis. Leung dan Lane, memberikan kriteria indikasi LP, yakni : adanya

klinis meningitis, umur kurang dari 2 tahun atau lebih 5 tahun, kejang demam kompleks, pulih

dari kejang lebih lama dari biasanya, anak terlihat tidak seperti anak sehat (look right). Hati-hati

bila ditemukan tanda-tanda TIK yang sangat tinggi, perlu dilakukan CT Scan sebelumnya untuk

menentukan adanya SOL (Space Occupying lesion).

Kejang DemamPage 13

Page 14: Case Kejang Demam

2. Pemeriksaan penunjang lain hanya berupa pemeriksaan untuk mencari penyakit dasar

yang menyebabkan demam, seperti pemeriksaan darah dan urine rutin, pemeriksaan elektrolit

dan lainnya sangat sedikit bermanfaat dan hanya di periksa atas indikasi tertentu. Pemeriksaan

neuro imaging pada umumnya tidak diperlukan. Pemeriksaan EEG tidak merupakan prognostik

terhadap kejadian rekurensi ataupun terjadinya epilepsi di kemudian hari.

PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru – paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (C1-). Akibatnya konsentrasi kalium (K+) dalam neuron tinggi dan konsentrasi natrium (Na+) rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K- ATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat berubah oleh adanya :

a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler

b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dan

sekitarnya.

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak akan mencapai 65 % dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Jadi pada kenaikan suhu tubuh dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion

Kejang DemamPage 14

Page 15: Case Kejang Demam

natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380 C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400 C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan tingkat suhu pada beberapa penderita kejang.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada gejala yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,meningkat kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsunya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari, sehingga terjadi epilepsy spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.

Kejang DemamPage 15

Page 16: Case Kejang Demam

KEJANG BERULANG

Kejang DemamPage 16

Page 17: Case Kejang Demam

Kejang demam ini sekitar 30%-40% kasus dapat berulang paling kurang satu kali. Pengulangan

yang lebih dari tiga kali hanya pada 10% kasus. Terdapat beberapa faktor risiko berulangnya

kejang demam :

1. Umur kejang demam yang pertama kali di bawah satu tahun.(7,9).

2. Kejang terjadi di bawah 1 jam timbulnya demam.(7).

3. Suhu tubuh yang lebih rendah saat kejang.(7)

4. Adanya riwayat kejang demam pada orang tua dan saudara sekandung Look right. (7)

Untuk mencegah terjadinya kejang demam berulang ini konsensus Statemen hanya memberikan

pedoman untuk pemberian anti konvulsan, profilaksis jangka panjang pada :(1)

1. Terdapatnya gangguan pertumbuhan neurologik (Cerebral palsy, retardasi mental, micro

cephaly).

2. Bila kejang demam yang lebih 15 menit, fokal, di ikuti oleh kelainan neurologik

sementara atau menetap.

3. Riwayat kejang tanpa panas pada ayah atau saudara kandung.

4. Dapat dipertimbangkan bila kejang demamnya terjadi pada bayi (kurang dari satu tahun)

dan pada kejang demam lebih dari satu kali.

Hal di atas juga di anut oleh sub.bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.(10)

Obat yang dapat diberikan dengan pilihan sodium valproat dengan dosis 15 – 40 mg/kgBB/hari

yang tidak menyebabkan kelainan watak atau Phenobarbital 4 – 5 mg/kgBB/hari. Obat ini dapat

menyebabkan kelainan watak yaitu irritable, hiperaktif, pemarah dan agresif. Lama pengobatan

yang panjang ini berlangsung 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan penghentian bertahap dalam

1 – 2 bulan.

Kejang DemamPage 17

Page 18: Case Kejang Demam

Pemberian profilaksis jangka panjang ini tidak merubah prognosis terhadap terjadinya epilepsi di

kemudian hari. Pada kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas dapat diberikan

profilaksis sewaktu demam, yaitu dengan pemberian diazepam oral 0.5 mg/kgBB/hari di bagi 3

dosis atau pemberian diazepam per rectal di atas 10 kg setiap suhu di atas 38.5ºC. Pemberian

obat penurun panas perlu diberikan, dapat diberikan asetominopen (parasetamol) atau ibuprofen

(proris), ada yang tidak menganjurkan acetosal karena takut terjadinya Sindroma Reyye.

EPILEPSI PASCA KEJANG

Angka kejadian epilepsi pada penderita kejang kira-kira 2 – 3x lebih banyak dari populasi

umum, dan pada kejang demam yang berulang dua kali di banding kejang demam tidak berulang.(10) Faktor risiko terjadinya epilepsi sebagai berikut :(10,11)

1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau perkembangan.

2. Adanya riwayat kejang tanpa demam (epilepsi) pada orang tua atau saudara kandung.

3. Kejang berlangsung lebih lama dari 15 menit, multiple atau kejang fokal (kejang demam

kompleks).

Bila terdapat hanya satu faktor risiko kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari 2%-3%,

bila dua atau lebih faktor risiko kemungkinan timbulnya epilepsi mencapai 10%.(11).

PENATALAKSANAAN

Kejang DemamPage 18

Page 19: Case Kejang Demam

Dalam keadaan kejang akut, upaya pertama adalah menghentikan kejang, pengobatan

yang dapat diberikan adalah Diazepam 0.3 – 05 mg/kgBB IV dengan kecepatan 1 – 2 mg/menit

atau dalam waktu paling kurang 2 menit, bila kejang tidak berhenti di tunggu 15 menit. Pada saat

sekarang ini tidak perlu menunggu selama itu dan dapat diberikan dosis kedua dengan lebih hati-

hati, bila tidak juga berhenti setelah pemberian dosis kedua ini diberikan Fenitoin 15 – 20

mg/kgBB IV dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit .(10,12) Bila masih

kejang, penderita selayaknya mendapatkan terapi penatalaksanaan kejang di perawatan intensif.

Bila sukar mencari vena dapat diberikan Diazepam per rectal 5 mg untuk berat badan kurang 10

kg dan 10 mg pada berat badan di atas 10 kg. Setelah kejang berhenti, dapat diberikan obat anti

konvulsi yang bekerja lama seperti penobarbital dengan dosis loading IM dan di ikuti dosis

rumatan seperti biasanya (bagan pencegahan kejang).

KONSELING

Kejang DemamPage 19

Page 20: Case Kejang Demam

Kejang demam merupakan hal yang sangat menakutkan orang tua dan tak jarang orang

tua menganggap anaknya akan meninggal. Pertama orang tua perlu diyakinkan dan diberikan

penjelasan tentang rekurensi serta petunjuk dalam keadaan akut. Lembaran tertulis dapat

membantu komunikasi antara orang tua dan keluarga, penjelasan dengan titik berat pada :

1. Walaupun kejang demam merupakan hal yang menakutkan tetapi tidak akan

menyebabkan kerusakan otak dan kejadian epilepsi dan kejadian kejang tanpa demam rendah.

2. Beberapa faktor risiko kejang demam berulang di belakang hari.

3. Bila kejang muncul orang tua diharapkan tetap tenang, anak diletakkan dengan muka ke

arah bawah untuk mencegah aspirasi muntah jangan memaksakan sesuatu ke dalam mulut,

pakaian tebal di buka, turunkan suhu dengan kompres. Bila kejang tidak segera berhenti (10

menit) segera di bawa ke rumah sakit.(13)

DAFTAR PUSTAKA

1. Concensus statement. Febrile zeisure long term management of children with fever

associated seizures NIH Concensus development conference. Neuropediatric. 1980; 11:

196 – 202

2. Guraraj VJ. Febrille seizure. Clin. Pediat 1980. 19 : 731 – 8.

Kejang DemamPage 20

Page 21: Case Kejang Demam

3. Bret EM. Epilepsi and convulsion. In: Brett EM. Penyunting Padiatric neurology 2 nd ed.

Ediburg. Chuchill Livingstone, 1991: 317 – 88.

4. Herts DG, Nelson KB. Febrile seizure. In : David RB Penyunting Pediatric neurology 1

st ed. Connecticut. Appleton and Lange. 1992 : 557 – 67.

5. Ferwell JR. Blackner G, Sulzbacher S. Adelman L, Vocher M. First febrile seizure. Clin.

Pediat. 1994. 33: 263 – 67.

6. Nelson KB, Hertz DG. Febrile seizures. In: Swaiman KF penyunting pediatric neurology

2 bd ed. Toronto: Mosby. 1994. 565 – 69.

7. Camfield PR, Camfield CS. Management and treatment of febrile seizures. Corr Probl

Pediatr. 1997: 6 – 13.

8. Leung AKC, Robson WL. Febrile Convulsions. Post Graduate Med. 1991. 89 : 217 – 24.

9. Berg AT, Shinar S, Darafsky AS et al. Predictors od recurrent febrile seizures. Arch

Pediat Adolesv Med. 1997: 151 : 371 – 8.

10. Soetomenggolo TS. Kejang demam dan penghentian kejang. Dalam: Pusponegoro HD,

Passat J. mangunatmadja I, dkk penyunting Kelainan Neurologis dalam praktek sehari-

hari. PKB IKA XXXIV. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 1995: 209 – 21.

11. Nelson KB, Ellenberg JH. Prognosis in children with febrile seizure. Pediatric. 1978; 61:

72 – 27.

12. Ismael S. Penatalaksanaan kelainan syaraf anak. Dalam : Pusponegoro HD, Passat J.

mangunatmadja I, dkk penyunting Kelainan Neurologis dalam praktek sehari-hari. PKB

IKA XXXIV. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 1995: 235 – 47.

13. Hirtz DG. Febrile seizures. Pediatrics in Review. 1997; 18: 5 – 9.

Kejang DemamPage 21