Page 1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Yogise
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Martono
Nama Ibu : Rusni
Berat badan : 43 Kg
Panjang badan : 151 cm
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : Desa tanjung baru
MRS : 21 November 2011
II. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dengan penderita, tanggal 21 November 2011)
Keluhan utama : Nyeri di ulu hati sejak 1 hari smrs
Keluhan tambahan : Mual
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 1 SMRS, penderita mengeluh nyeri pada ulu hatinya, nyeri
timbul pada saat penderita sedang belajar disekolah. Lalu penderita meminta
izin untuk pulang. Setelah dirumah, penderita diberikan makan oleh
orangtuanya, tetapi nyeri yang dirasakan belum hilang ketika penderita
makan, nyeri yang dirasakan terus-menerus, Penderita juga mengeluh mual
setelah makan, dan ingin muntah tapi tidak muntah. Demam sebelumnya (-),
batuk (-), pilek (-), BAK biasa, frekuensi sering, @3-4 kali, @ >¼ gelas
aqua, warna kuning biasa, nyeri pada saat buang air kecil (-), BAB biasa,
frekuensi @2kali, berwarna kuning, tidak cair ataupun keras, berdarah (-),
1
Page 2
berlendir (-). Nafsu makan berkurang. Lalu penderita dibawa oleh orang
tuanya ke RSUD Ibnu Sutowo untuk diberian pengobatan lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penderita sebelumnya tidak pernah mempunyai penyakit yang sama seperti
ini.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Masa kehamilan : 9 bulan 5 hari
Partus : spontan
Ditolong oleh : Bidan
Berat badan : 3000 gram
Panjang badan : 48 cm
Keadaan saat lahir : langsung menangis
Riwayat vaksinasi
BCG : (+) ada skar
DPT : (DPT I-III) lengkap
Polio : ( polio 0-III) lengkap
Hepatitis B : ( Hepatitis B 0-III) lengkap
Campak : sudah
Kesan : Imunisasi dasar sesuai umur Lengkap
Riwayat Perkembangan Fisik
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
2
Page 3
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 11 bulan
Kesan : Perkembangan fisik anak sesuai umur
Riwayat Sosial Ekonomi
Secara ekonomi, Bapaknya bekerja sebagai buruh dengan penghasilan tidak
menentu.
Kesannya keluarga penderita tergolong menengah kebawah
Riwayat Keluarga
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 88 x/m, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 24 x/m
Suhu : 36,7° C
Berat badan : 43 Kg
Tinggi badan : 151 cm
Anemis : tidak ada
Sianosis : tidak ada
3
Ibu, 48 tahun, IRT
Ayah, 49 tahun, buruh
Y, 13th Sekolah
Hardi, 25 th, karyawan
Santi, 19 th, kuliah
Page 4
Ikterus : tidak ada
Edema umum : tidak ada
Keadaan gizi : BB/U = 43 / 45 x 100 = 95 % (gizi baik)
TB/U = 151 / 154 x 100 = 98 % (gizi baik)
BB/TB = 43 / 39 x 100 = % (gizi baik)
Kesan : Status gizi baik
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk : bulat, simetris
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : kelopak mata cekung (-/-), konjungtiva palpebra tidak
anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya normal,
pupil bulat, isokor 3 mm, bitot spot tidak ada,
xeroptalmia tidak ada, keratomalasia tidak ada
Hidung : sekret tidak ada, nafas cuping hidung tidak ada, septum
deviasi (-)
Telinga : sekret tidak ada, nyeri tarik tragus (-), nyeri tekan
aurikula (-)
Mulut : sianosis sirkum oral (-), bibir kering (-), stomatitis
angularis tidak ada, atrofi papil lidah tidak ada.
Tenggorokan : tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : statis, dinamis simetris, retraksi tidak ada
Palpasi : Stemfremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler normal, ronki tidak ada, wheezing tidak ada
4
Page 5
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : thrill tidak teraba
Perkusi : Batas jantung atas pada ICS II dilinea mid clavikularis
sinistra
Batas jantung kiri pada ICS IV dilinea aksilaris anterior
sinistra
Batas jantung kanan dipara sternalis dextra
Auskultasi : HR 88x/menit, irama reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) di
daerah epigastrium.
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Lipat paha dan genitalia
Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
Ekstremitas
Akral dingin tidak ada, edema ada, sianosis tidak ada, CRT < 1”
5
Page 6
Pemeriksaan neurologis
PemeriksaanTungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Segala arah Segala arah Segala arah Segala
arah
Kekuatan ++ ++ ++ ++
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -
Fungsi sensorik : dalam batas normal
Fungsi nervi craniales : dalam batas normal
Gejala Rangsang Meningeal : kaku kuduk (-)
IV. DIAGNOSIS BANDING
Gastritis akut Kolelitiasis, kolesisitis
V. DIAGNOSIS KERJA
Gastritis akut
VI. RENCANA PEMERIKSAAN
Darah rutin, urin rutin, feses rutin, USG, dan Endoskopi
VII. PENATALAKSANAAN
IVFD D5% + 1/5NS gtt 20 makro
Ranitidin 2 x 1 tab
Antasida sirup 3 x 1 cth
Menghindari makanan asam, pedas, panas dan dingin.
Diet lambung III
6
Page 7
Diit Lambung III
Diit Lambung III Untuk penderita gastritis yang tidak begitu berat
atau ringan. Bentuk makanan harus lunak dan diberikan enam kali
sehari.
Makanan berbentuk lunak atau biasa bergantung pada toleransi
pasien
Makanan inii cukup energi dan zat gizi lainnya
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia at bonam
Quo ad functionam : dubia at bonam
Follow-up
Tanggal
pemeriksaa
n
Perjalanan Penyakit Instruksi dokter
(Pengobatan)
21/11/111 S : Nyeri di ulu hati (+)
O : T : 36,4oc
N: 108 x/m
P : 24 x/m
TD : 100/70 mmHg
Kepala: conj anemis (-/-), NCH
(-/-), edema palpebra (-/-) mata
sembab(-/-),faring hiperemis(-)
Thoraks: simetris, retraksi (-),
vesikuler(+)N,ronkhi(-),
wheez (-).
Abdomen: cembung,tegang, BU
(+)N, nyeri tekan (+) di
epigastium,shifting dullness(-).
Ekstremitas: edema (-). Akral
pucat (+/+), CRT <1
IVFD D5% + 1/5 NS gtt 20
makro
Ranitidin tab 2 x 1
Cek urin
- Reduksi (-), protein (-),
bilirubin (-), sedimen (leukosit
15-20, eritrosit 4-8, sel epitel
penuh, kristal amorf (+)
7
Page 8
Dx: Gastritis akut
22/11/11 S : Nyeri di ulu hati berkurang
O : T : 36oc
N: 112 x/m
P : 28x/m
TD : 100/70 mmHg
Kepala: conj anemis (-/-), NCH
(-/-), edema palpebra (-/-) mata
sembab(-/-),faring hiperemis(-)
Thoraks: simetris, retraksi (-),
vesikuler(+)N,ronkhi(-), wheez
(-).
Abdomen: cembung,tegang, BU
(+)N, nyeri tekan (+) di
epigastium,shifting dullness(-).
Ekstremitas: edema (-). Akral
pucat (+/+), CRT <1
Dx : Gastritis akut perbaikan
IVFD D5% + 1/5 NS gtt 20
makro
Ranitidin tab 2 x 1
23/11/11 S : Nyeri di ulu hati (-)
O : T : 36oc
N: 112 x/m
P : 28x/m
TD : 100/70 mmHg
Kepala: conj anemis (-/-), NCH
(-/-), edema palpebra (-/-) mata
sembab(-/-),faring hiperemis(-)
Thoraks: simetris, retraksi (-),
vesikuler(+)N,ronkhi(-), wheez
(-).
Abdomen: cembung,tegang, BU
(+)N, nyeri tekan (+) di
epigastium,shifting dullness(-).
Ekstremitas: edema (-). Akral
IVFD D5% + 1/5 NS gtt 20
makro
Ranitidin tab 2 x 1
(boleh pulang)
8
Page 9
pucat (+/+), CRT <1
Dx : Gastritis akut perbaikan
9
Page 10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi
/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk
dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung.
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan
mukosa lambung.
II.2 Klasifikasi
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh
bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di
lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor – factor lain seperti
trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa obat
penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa
yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi
terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan
akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi factor
– factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus
beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya
borok (ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan
10
Page 11
tetapi bagi banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan
dapat segera membaik dengan pengobatan.
II.3 Penyebab
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada
bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa
mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang
untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila
lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti
sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan -
lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara
bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke
dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara
esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan
membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung
cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang
kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai
menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar -
kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam
lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida.
Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan
ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa - mukosa bicarbonate
(sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara
regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga
terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini
kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
11
Page 12
Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara
lain :
Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri
H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana
bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut
terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman
yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada
masa kanak - kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab
utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis.
Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic
gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat
asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara
sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya)
dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H.
pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala
gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat
sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan
12
Page 13
secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal. Tapi
etiologi ini jarang ditemukan pada anak-anak.
Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan
pendarahan dan gastritis. Tapi etiologi ini jarang ditemukan pada anak-
anak.
Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar
atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta
pendarahan pada lambung.
Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika
sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam
dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap
menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil
asam lambung dan menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat
yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12). Kekurangan B-12,
akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi serius
yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
Crohn's disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang
dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika
lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohn's disease (yaitu
sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok
daripada gejala-gejala gastritis.
Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi
dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika
tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya
13
Page 14
sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut
menjadi permanen dan dapat mengikis dinding lambung serta merusak
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung. Tapi etiologi ini jarang
ditemukan pada anak-anak.
Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu
mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati.
Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang
berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir
balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja dengan benar,
maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan
peradangan dan gastritis.
Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi
kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati
atau ginjal.
II.4 Manifestasi Klinik
Walaupun banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda
– tanda penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya. Gejala-gejala tersebut
antara lain :
Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi
lebih baik atau lebih buruk ketika makan
Mual
Muntah
Kehilangan selera
Kembung
Terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan
Kehilangan berat badan
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan
sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara
bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian
14
Page 15
atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian orang, gastritis kronis
tidak menyebabkan apapun.
Kadang, gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini
jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok pada
lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau
terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Karena gastritis merupakan salah satu dari sekian banyak penyakit pencernaan
dengan gejala - gejala yang mirip antara satu dengan yang lainnya, menyebabkan
penyakit ini mudah dianggap sebagai penyakit lainnya seperti :
Gastroenteritis. Juga disebut sebagai flu perut (stomach flu), yang
biasanya terjadi akibat infeksi virus pada usus. Gejalanya meliputi diare,
kram perut dan mual atau muntah, juga ketidaksanggupan untuk
mencerna. Gejala dari gastroenteritis sering hilang dalam satu atau dua
hari sedangkan untuk gastritis dapat terjadi terus menerus.
Heartburn. Rasa sakit seperti terbakar yang terasa di belakang tulang dada
ini biasanya terjadi setelah makan. Hal ini terjadi karena asam lambung
naik dan masuk ke dalam esophagus (saluran yang menghubungkan antara
tenggorokan dan perut). Heartburn dapat juga menyebabkan rasa asam
pada mulut dan terasa sensasi makanan yang sebagian sudah dicerna
kembali ke mulut.
Stomach ulcers. Jika rasa perih dan panas dalam perut terjadi terus
menerus dan parah, maka hal itu kemungkinan disebabkan karena adanya
borok dalam lambung. Stomach (peptic) ulcer atau borok lambung adalah
luka terbuka yang terjadi dalam lambung. Gejala yang paling umum
adalah rasa sakit yang menjadi semakin parah ketika malam hari atau
lambung sedang kosong. Gastritis dan stomach ulcers mempunyai
beberapa penyebab yang sama, terutama infeksi H. pylori. Penyakit ini
dapat mengakibatkan terjadinya gastritis dan begitu juga sebaliknya.
Nonulcer dyspepsia. Merupakan kelainan fungsional yang tidak terkait
pada penyakit tertentu. Penyebab pasti keadaan ini tidak diketahui, tetapi
stress dan terlalu banyak mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau
15
Page 16
makanan berlemak diduga dapat mengakibatkan keadaan ini. Gejalanya
adalah sakit pada perut atas, kembung dan mual.
II.5 Patofisiologi
a. Gastritis akut dapat disebabkan oleh stress, zat kimia, obat-obatan dan
alkohol, makan yang pedas maupun panas dan asam. Pada orang yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (nervus
vagus) yang akan memproduksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.
Adanya Hcl yang berada didalam lambung akan menimbulkan rasa mual,
muntah dan anoreksia.
- Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumnet yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu berfungsi untuk proteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel gaster.
Lapisan mukosa gaster terdapat lapisan sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus dan pembuluh darah).
- Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia dapat menyebabkan rasa nyeri kontak HCl dengan mukosa
gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat
berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan
mengakibatkan erosi pada sel-sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat
erosif pendarahan.
- Pendarahan dapat mengancam jiwa atau hidup pasien, namun dapat juga
berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang
dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan.
b. Gastritis kronis Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif.
Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya
16
Page 17
deskuamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu
destruksi kelenjar dan metaplasia.
- Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh teradap iritasi,
yaitu dengan menggantikan sel mukosa gaster, misalnya dengan sel
desquamosa yang lebih kuat. Karen sel desquamosa lebih kuat, maka
elastisitasnya berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung
melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis
maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung,
sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa.
Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan pendarahan.
II.6 Pemeriksaan Penunjang
Bila seorang pasien didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan
dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan tersebut meliputi :
Pemeriksaan darah. Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi
H. pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien
pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu
tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan
lambung akibat gastritis.
Pemeriksaan pernapasan. Tes ini dapat menentukan apakah pasien
terinfeksi oleh bakteri H. pylori atau tidak.
Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat H. pylori dalam
feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces.
Hal ini menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.
17
Page 18
Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin
tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke
dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan
untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek
dari anestesi menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak
ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
Ronsen saluran cerna bagian atas. Tes ini akan melihat adanya tanda-
tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
ronsen.
II.7 Pentalaksanaan
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang
jarang, pembedahan untuk mengobatinya.
Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan
menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi
18
Page 19
sebagian besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi
atau menetralkan asam lambung seperti :
Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi
gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa
sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti
cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah
asam lambung yang diproduksi.
Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi
asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel
lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam
dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat
golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan
esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang
termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum
obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya
menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective
agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. pylori.
Terapi terhadap H. pylori
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang
paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa
proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi
untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk
meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan
efektifitas antibiotik.
19
Page 20
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk
membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan.
Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi
dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu
dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali
setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces
adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak
adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama
beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut
sudah hilang.
Syarat-syarat Diet :
Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan
Energi dan protein cukup,sesuai dengan kemampuan pasien unutuk
menerimanya.
Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang
ditingkatkan secara bertahaphingga sesuai dengan kebutuhan.
Rendah serat, terutama serat yang tadak larut air yang ditingkatkan
secara bertahap.
Cairan cukup, terutama bila ada muntah
Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik
secara termis, mekanis, ,maupun kimia (dusesuaikan dengan daya
terima perorangan)
Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak
dianjurkan minum susu terlalu banyak.
Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.
Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48
jam untuk memberi istirahat pada lambung.
Tujuan diet ini adalah untuk menghilangkan gejala penyakit,
menetralisir asam lambung, mengurangi gerakan paristaltik lambung serta
20
Page 21
memperbaiki kebiasaan makan penderita. Dengan cara itu diharapkan luka
di dinding lambung perlahan-lahan akan sembuh. Syarat diet penyakit
gastritis Makanan yang disajikan harus mudah dicerna, tidak merangsang
tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan gizi, jumlah energipun harus
disesuaikan dengan kebutuhan penderita.
Sebaliknya, asupan protein harus cukup tinggi (sekitar 20-25% dari
total jumlah energi yang biasa diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi.
Protein berperan dalam menetralisir asam lambung. Bila terpaksa
menggunakan lemak, pilih jenis lemak yang mengandung jenis asam
lemak tak jenuh. Pemberian lemak atau minyak perlu dipertimbangka
dengan teliti. Lemak yang berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa
tidak enak di ulu hati dan muntah karena tekanan dari dalam lambung
meningkat.
Untuk Diet makanannya menurut persagi (1999) dan Indikasinya :
Diit Lambung I
Diet lambung ini diberikan kepada pasien gastritis akut, ulkus
peptikum, paska perdarahan, dan tifus abdominalis berat.
Makanan diberikan dalam bentuk saring dan merupakan
perpindahan dari Diet pasca hematemesis-melena, atau setelah fase
akut teratasi.
Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena
membosankan serta kurang energi, zat besi, tiamin, dan vitamin C.
Diit Lambung II
Diit lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I,
kepada pasien dengan ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus
abdominalis ringan. Untuk penderita gastritis akut yang sudah
dalam perawatan. Makanan yang diberikan merupakan makanan
saring atau cincang pemberiannya sama 3 jam sekali.
Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali
makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan.
21
Page 22
Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C, tetapi kurang
toamin.
Diit Lambung III
Diit lambung III diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung
II pada pasien dengan ulkus peptikum, gastritis kronik, atau tifus
abdominalis yang hampir sembuh. Diit Lambung III Untuk
penderita gastritis yang tidak begitu berat atau ringan. Bentuk
makanan harus lunak dan diberikan enam kali sehari.
Makanan berbentuk lunak atau biasa bergantung pada toleransi
pasien
Makanan inii cukup energi dan zat gizi lainnya.
Diit Lambung IV
Orst ini diberikan pada penderita gastritis ringan, makanan dapat
berbentuk lunak atau biasa. Jenis makanan yang boleh diberikan
pada penyakit gastritis.
Sumber –sumber makannya:
Sumber hidrat arang (nasi atau penggantinya) Beras, dibubur atau
ditim, kentang direbus atau dipures, makaroni, mi bihun direbus, roti,
biskuit, marie, dan tepung-tepungan dibuat bubur atau puding. Sumber
protein hewani (daging atau penggantinya) Ikan, hati, daging sapi empuk,
ayam digiling atau dicincang dan direbus, disemur, ditim, atau
dipanggang, telur ayam direbus, didadar, diceplok air, atau dicampurkan
dalam makanan, susu.
Sumber protein nabati Tahu, tempe, direbus, ditim atau ditumis,
kacang hijau direbus dan dihaluskan. Lemak Margarin, minyak (tidak
untuk menggoreng) dan santan encer. Sayuran Sayuran yang tidak banyak
serat dan tidak menimbulkan gas, misalnya : bayam, labu siam, wortel,
tomat direbus atau ditumis. Buah-buahan Pepaya, pisang rebus, sawo,
jeruk garut, sari buah (sebaiknya dimakan bersama nasi).
22
Page 23
II.8 Komplikasi
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic
ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat
meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara
terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding
lambung.
Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada
sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat
infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori
adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini
berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding
lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.
II.9 Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa
saran untuk dapat mengurangi resiko terkena gastritis :
Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama
pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan
adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang
cukup, pada waktunya dan lakukan dengan santai.
Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
lapisan mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan
pendarahan.
Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung
lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok.
Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda
penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker
lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah mudah, terutama
bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode yang
dapat membantu untuk berhenti merokok.
23
Page 24
Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan
kecepatan pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot
usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara
lebih cepat.
Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan
stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya
permasalahan kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan
melambatkan kecepatan pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang
tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah mengendalikannya secara
effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga
teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan
AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan
dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti
dengan penghilang nyeri yang mengandung acetaminophen.
II.10 Prognosis
Dubia at bonam
24
Page 25
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang anak perempuan, 13 tahun datang dengan keluhan utama
nyeri di uluhati . Sejak ± 1 SMRS, penderita mengeluh nyeri pada ulu
hatinya, nyeri timbul pada saat penderita sedang belajar disekolah. Lalu
penderita meminta izin untuk pulang. Setelah dirumah, penderita diberikan
makan oleh orangtuanya, tetapi nyeri yang dirasakan belum hilang ketika
penderita makan. Penderita juga mengeluh mual setelah makan, dan ingin
muntah tapi tidak muntah. Demam sebelumnya (-), batuk (-), pilek (-), BAK
biasa, frekuensi sering, @3-4 kali, @ >¼ gelas aqua, warna kuning biasa,
nyeri pada saat buang air kecil (-), BAB biasa, frekuensi @2kali, berwarna
kuning, tidak cair ataupun keras, berdarah (-), berlendir (-). Nafsu makan
berkurang. Lalu penderita dibawa oleh orang tuanya ke RSUD Ibnu Sutowo
untuk diberian pengobatan lebih lanjut.
Dari autoanamnesis yang diperoleh dari pasien ditemukan nyeri
tekan pada epigastrium, ada rasa mual dan muntah jika makan dan nafsu
makan berkurang. Gejala ini menunjukkan bahwa adanya suatu penyakit
yang disebabkan adanya gangguan pada saluran pencernaan (lambung) yang
dapat dijumpai oleh siapapun.
Dari riwayat penyakit dahulu tidak adanya riwayat penyakit yang
sama sebelumnya. Dalam riwayat keluarga juga tidak didapati penyakit
dengan gejala sama sehingga kemungkinan ini secara primer terjadi akibat
gangguan pada lambung itu sendiri dengan ada penyebab lain.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan tanda-tanda nyeri tekan
pada epigastrium atau perut kiri atas.. Namun tanda-tanda gangguan
sirkulasi seperti nadi dan nafas yang cepat, akral ekstremitas yang dingin
dan letargi tidak dijumpai. Berdasarkan gejala-gejala tersebut maka
disebut dengan gastritis dikarenakan belum dapat mengetahui
penyebabnya.
25
Page 26
Status gizi pasien ini menunjukkan keadaan gizi baik yakni dengan
ratio BB/TB berada pada rentang antara +2 SD - -2 SD. Pada pasien ini di
lakukan laboratorium, karena sangat penting dan ditemukannya pada
laboratorium, Reduksi (-), protein (-), bilirubin (-), sedimen (leukosit 15-
20, eritrosit 4-8, sel epitel penuh, kristal amorf (+)
Penatalaksanaan pada pasien ini, IVFD D5% + 1/5NS gtt 20
makro, Ranitidin tablet 2x1, dan antasida 3x1 cth Mengatasi kedaruratan
medis yang terjadi, Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat
dijumpai. Pemberian obat-obat antasida dan obat-obat ulkus yang lain dan
bila mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan, Bila
gejala menetap, cairan diberikan secara parenteral dan untuk menetralisir
asam gunakan antasida umum dan diet lambung III.
Prognosis pada penderita ini adalah dubia at bonam , karena pada
gastritis dapat kambuh kembali.
26
Page 27
DAFTAR PUSTAKA
1. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak RSMH. 2008
2. Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya
http//www.pediatrik.com.mht
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman pelayan medis. 2010
4. http://www.scribd.com/doc/30384752/114/GASTRITIS-AKUT
27