Top Banner

of 36

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    1/36

    1

    LAPORAN KASUS

    EPILEPSI

    Disusun Oleh :

    Amira Danila

    030.09.012

    Pembimbing :

    dr. Meiharty, SpA

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

    PERIODE 22 Maret31 Mei 2014

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    JAKARTA

    2014

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    2/36

    2

    BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH

    STATUS PASIEN KASUS I

    Nama Mahasiswa : Amira Danila Pembimbing : dr. Meiharty, Sp.A

    NIM : 030.09.012 Tanda tangan :

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : An. VRH Jenis Kelamin : Perempuan

    Umur : 10 Bulan Suku Bangsa : Jawa

    Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 11 Mei 2013 Agama : Islam

    Alamat : Jl. Pisangan baru tengah no. 25, RT

    1 RW 11, kecamatan Matraman,

    Kelurahan pisangan baru, Jakarta

    Timur

    IDENTITAS ORANGTUA

    AYAH IBU

    Nama : Tn. M Nama : Ny.E

    Pekerjaan : Ojek Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA

    Suku bangsa : Jakarta Suku bangsa : Jawa

    Agama : Islam Agama : Islam

    Penghasilan : Rp. 50.000/hari

    ANAMNESIS

    Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. E yang merupakan ibu kandung pasien.

    Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 515

    Tanggal / pukul : 25 Maret 2014 / 12.30 WIB

    Tanggal masuk : 25 Maret 2014, pukul 10.00, IGD RSUD Budhi Asih

    A. KELUHAN UTAMA

    Kejang sejak 6 jam sebelum masuk RS

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    3/36

    3

    B. KELUHAN TAMBAHAN

    Demam, pilek

    C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:

    An, V, usia 10 bulan , datang ke IGD RSUD Budhi Asih diantar oleh ibunya dengan

    keluhan kejang sejak + 6 jam sebelum masuk RS, kejang sebanyak 8x dengan durasi

    kurang dari 1 menit dan dengan jarak 10 menit sekali, kejang ini merupakan kejang

    pertama os. Saat kejang os dalam keadaan demam, demam tidak tinggi, Sebelum kejang

    os sedang disusui ibunya (ASI), ketika kejang kedua tangan kaku, kedua mata mendelik

    keatas, mulut tidak berbusa, dan setelah kejang os tertidur, terkadang disertai

    mengompol. Di UGD kejang terjadi 2x walaupun sudah tidak demam. Os pilek dengan

    sekret bening cair sejak + 2 hari sebelum masuk RS. Os sering menderita batuk dan pilek

    berulang, Tidak ada mual, muntah, diare, sesak, kelemahan anggota gerak,dan

    penurunan kesadaran.

    Buang air besar dan kecil baik, os sering terjatuh kebelakang dengan posisi terlentang

    ketika sudah mulai bisa duduk, terjatuh sering sekali lebih dari + 10x

    D. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

    Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur

    Alergi (-) Otitis (-) Kecelakaan (-)

    Rhinitis

    Atopi(7hari) Parotitis (-) Penyakit Jantung (-)

    Dermatitis

    Atopi(-) Difteria (-) Radang Paru (-)

    Cacingan (-) Diare (-) TBC (-)

    Demam

    Berdarah

    Dengue

    (-) Kejang (-) Asma (-)

    Demam

    Tifoid(-) Morbili (-)

    Keluhan yang

    sama sebelumnya(-)

    Kesimpulan : Pasien mempunyai riwayat rhinitis atopi, ketika terpapar debu os

    mengalami batuk pilek dan bintik-bintik pada kulit.

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    4/36

    4

    E. RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN

    KEHAMILAN

    Morbiditas

    Kehamilan

    Hipertensi (+), diabetes melitus (-), anemia

    (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-),

    infeksi pada masa kehamilan (-), keputihan(-)

    Perawatan Antenatal ANC ke Bidan 1 bulan sekali dan sudah

    mendapat imunisasi vaksinasi TT sebanyak

    2 kali pada usia kehamilan 6 bulan dan 8

    bulan

    KELAHIRAN

    Tempat Persalinan Rumah Sakit

    Penolong Persalinan Dokter

    Cara Persalinan SC disebabkan PEB

    Masa Gestasi 39 minggu

    Keadaan Bayi

    Berat lahir : 3500 gr

    Panjang lahir : 49 cm

    Lingkar kepala : tidak tahu

    Langsung menangis (+)

    Merah (+)

    Pucat (-)

    Biru (-)

    Kuning (-)

    Nilai APGAR : tidak tahu

    Kelainan bawaan : tidak ada

    Kesimpulan : Ditemukan penyulit pada masa kehamilan yaitu tekanan darah ibu

    yang tinggi dan menyebabkan persalinan dilakukan secara SC. Pasien lahir cukup bulan,

    dengan berat badan lahir normal.

    F. RIWAYAT PERKEMBANGAN

    Pertumbuhan gigi I : Usia 9 bulan (Normal: 5-9 bulan)

    Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    5/36

    5

    Psikomotor

    Tengkurap : Umur 3 bulan (Normal : 3-4 bulan)

    Duduk : Umur 5 bulan (Normal : 6-9 bulan)

    Berdiri : Umur 9 bulan (Normal : 9-12 bulan)

    Berjalan : Umur 17 bulan (Normal : 13 bulan)

    Bicara : - (Normal : 9-12 bulan)

    Membaca dan menulis : -

    Perkembangan pubertas

    Rambut pubis : -

    Payudara : -

    Menarche : -

    Kesimpulan : Riwayat perkembangan baik sesuai usia

    G. RIWAYAT MAKANAN

    Umur (bulan) ASI / PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim

    02 ASI - - -

    24 ASI - - -

    46 ASI + (5bulan) - + (5bulan)

    68 ASI + - +

    810 ASI + - +

    Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah

    Nasi / Pengganti 3 x / hari, 2-3 centong nasi

    Sayur 1 x / hari, 1 centong sayur

    Daging 1 x / minggu, 1 potong

    Telur 1 x / minggu, 1 butir

    Ikan 1 x / minggu, 1 ekor

    Tahu -

    Tempe -

    Susu -

    Kesimpulan : Pasien mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan serta zat gizi

    seharihari baik.

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    6/36

    6

    H. RIWAYAT IMUNISASI

    Vaksin Dasar (Umur) Ulangan (Umur)

    BCG 1 bulan X X - - -

    DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -

    Polio 0 bulan 1 bulan 6 bulan - - -

    Campak 9 bulan X X - - -

    Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan - - -

    Kesimpulan : Imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, pasien belum mendapatkan

    imunisasi ulangan.

    I.

    RIWAYAT KELUARGA

    a. Corak Reproduksi

    NoTanggal lahir

    (umur)

    Jenis

    kelaminHidup

    Lahir

    MatiAbortus

    Mati

    (sebab)

    Keterangan

    Kesehatan

    1 3 Tahun Laki-laki + - - -

    Sehat,

    Riwayat

    kejang

    demam +

    2 10 Bulan Perempuan + - - - Pasien

    b. Riwayat Pernikahan

    Ayah Ibu

    Nama Tn. M Ny. E

    Perkawinan Ke - 1 1

    Umur Menikah 25 tahun 19 tahun

    Pendidikan SMP SMA

    Agama Islam Islam

    Suku Bangsa Jakarta Jawa

    Keadaan Kesehatan Sehat Sehat

    Kosanguinitas - -

    Penyakit - -

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    7/36

    7

    c. Riwayat Penyakit keluarga

    Kakak kandung pasien pernah menderita kejang demam ketika usia 6 bulan, kejang hanya

    sekali dan sampai sekarang tidak pernah kambuh. Ibu pasien alergi udang, gatal-gatal bila

    mengkonsumsi udang, Ayah dari Ibu pasien menderita darah tinggi. Kencing manis,

    penyakit jantung, penyakit paru, penyakit hati, penyakit ginjal, keganasan serta riwayat

    kejang dalam keluarga disangkal.

    Kesimpulan : Terdapat riwayat kejang, alergi dan hipertensi dalam keluarga pasien.

    J. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN

    Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya beserta kakaknya di rumah milik orang tua pasien.

    Rumah terdiri dari 1 kamar, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tengah. Ventilasi kurang,

    sirkulasi tidak cukup baik dan pencahayaan cukup. Rumah terletak dipinggir kali, sumber air

    bersih dari air tanah. Air limbah rumah tangga disalurkan langsung ke kali dan pembuangan

    sampah dibuang ke kali. Keadaan lingkungan sekitar rumah padat, jarak antar 1 rumah ke

    rumah lainnya berdempetan, banyak yang merokok di lingkungan rumah dan banyak hewan

    peliharaan yang berkeliaran seperti ayam dan bebek. Di sekitar rumah banyak tetangga yang

    batuk-batuk dan beberapa riwayat batuk-batuk lama.

    Kesimpulan : Lingkungan perumahan kotor dan kumuh

    PEMERIKSAAN FISIK

    Lokasi : Bangsal lantai VI Timur, kamar 515

    Tanggal / pukul : 25 Januari 2014 / 13.00

    A.

    Status Generalis

    Keadaan Umum

    Kesan sakit : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Kesan gizi : Gizi kurang

    Keadaan lain : Pucat (-), sianosis (-), ikterik (-)

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    8/36

    8

    Data Antropometri

    Berat badan : 7 kg

    Tinggi badan : 72 cm

    Lingkar kepala : 44 cm

    Lingkar Lengan Atas : 11 cm

    Status Gizi

    BB / U = 7 / 8,6 x 100 % = 81,39 % (Gizi baik)

    TB / U = 72/ 71 x 100 % = 101,41 % (Gizi baik)

    BB / TB = 7 / 9 x 100 % = 77,78 % (Gizi kurang)

    LK = 44 cm (Normocephali) LLA = 11 cm

    Tanda Vital

    Nadi : 130x/ menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular

    Nafas : 22 x/ menit, tipe abdomino-torakal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 3

    Suhu : 36,9OC, axilla (diukur dengan termometer air raksa)

    KEPALA : normocephali

    RAMBUT :Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut

    WAJAH : Wajah simetris, benjolan (-), ruam (-)

    MATA :

    Visus : kesan baik Ptosis : -/-

    Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-

    Konjungtiva anemis : -/- Cekung : -/-

    Exophthalmus : -/- Bercak bitot : -/-

    Endofthalmus : -/- Kornea jernih : +/+

    Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+

    Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor

    Refleks cahaya : Langsung +/+ , tidak langsung +/+

    Alis : Hitam, distribusi merata

    Bulu mata : Hitam, distribusi merata, madarosis (-/-), trikiasis (-/-)

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    9/36

    9

    TELINGA :

    Bentuk : Normotia Tuli : -/-

    Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-

    Liang telinga : Lapang/lapang Membran timpani : Sulit dinilai

    Serumen : -/- Refleks cahaya : Sulit dinilai

    Sekret : -/-

    HIDUNG :

    Bentuk : Simetris Napas cuping hidung : -/-

    Sekret : cair bening Deviasi septum : -

    Mukosa hiperemis : -/-

    BIBIR : Simetris saat diam, pucat (-), kering (-), sianosis (-), labioskizis (-)

    MULUT : Oral higiene baik, kering (-), gigi caries (-), trismus (-), mukosa gusi dan pipi :

    merah muda, hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), oral thrush (-), pakaloskizis (-)

    LIDAH: Normoglosia, mukosa merah muda (-), atrofi papil (-), tremor (-), coated tongue (-)

    TENGGOROKAN : Arkus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T1-T1 hiperemis (-/-),

    kripta melebar (-/-), detritus (-/-), faring hiperemis (-), PND (-)

    LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB,

    tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di

    tengah

    THORAKS :

    Inspeksi : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, deformitas (-), efloresensi (-), retraksi

    suprastrenal (-), retraksi intercostals (-)

    JANTUNG

    Inspeksi : Ictus cordis terlihat pada ICS V linea midklavikularis sinistra

    Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra

    Perkusi : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    10/36

    10

    Batas kanan jantung : ICS IIIV linea sternalis dextra

    Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra

    Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

    PARU

    Inspeksi : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada

    pernafasan yang tertinggal, pernafasan abdomino-torakal, retraksi

    suprastrenal (-), retraksi intercostals (-), retraksi epigastrium (-), retraksi

    subcostal (-),tidak ditemukan efloresensi pada kulit dinding dada

    Palpasi :Nyeri tekan (-), benjolan (-), gerak napas simetris kanan dan kiri,

    Perkusi : Sonor di kedua hemithoraks paru

    Batas parulambung : ICS VII linea axilarris anterior

    Batas paruhepar : ICS VI linea midklavikularis dextra

    Auskultasi :Suara napas vesikuler, reguler, ronchi -/-, wheezing -/-

    ABDOMEN :

    Inspeksi :Perut datar, tidak dijumpai adanya efloresensi pada kulit perut

    maupun benjolan, gerakan peristaltik (-)

    Palpasi : Datar, supel, defans muscular (-), NT (-), organomegali (-), turgor baik,

    ballotemen (-/-)

    Perkusi : Timpani pada seluruh lapang perut, shifting dullness (-)

    Auskultasi :Bising usus (+), frekuensi 4 x / menit

    ANOGENITALIA : jenis kelamin perempuan, tanda radang (-), ulkus (-), sekret (-),

    benjolan (-)

    KELENJAR GETAH BENING :

    Preaurikuler : Tidak teraba membesar

    Postaurikuler : Tidak teraba membesar

    Submandibula : Tidak teraba membesar

    Submental : Tidak teraba membesar

    Superior cervical : Tidak teraba membesar

    Posterior cervical : Tidak teraba membesar

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    11/36

    11

    Supraclavicula : Tidak teraba membesar

    Axilla : Tidak teraba membesar

    Inguinal : Tidak teraba membesar

    ANGGOTA GERAK :

    Ekstremitas akral hangat ++/++, oedeme --/--

    Tangan Kanan Kiri

    Tonus otot normotonus normotonus

    Sendi aktif aktif

    Refleks fisiologis

    Biscep (+) (+)

    Tricep (+) (+)

    Refleks patologis

    Hoffman-Tromer (-) (-)

    Kaki Kanan Kiri

    Tonus otot normotonus normotonus

    Sendi aktif aktif

    Refleks fisiologis

    Platella (+) (+)

    Achiles (+) (+)

    Refleks patologis

    Babinski (+) (+)

    Schaeffer (-) (-)

    Oppenheim (-) (-)

    Gordon (-) (-)

    KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), sianosis (-), ikterik (-), turgor kulit baik,

    lembab, efloresensi (-), pengisian kapiler < 3 detik

    TULANG BELAKANG: skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), spina bifida (-), tidak terdapat

    deviasi, benjolan (-), ruam (-), rambut (-)

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    12/36

    12

    TANDA RANGSANG MENINGEAL :

    Kaku kuduk (-)

    Brudzinski I (-) (-)

    Brudzinski II (-) (-)

    Laseq (-) (-)

    Kerniq (-) (-)

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    a. Laboratorium Darah

    Tanggal 25 Maret 2014

    Hematologi Hasil Nilai Normal

    Hemoglobin 8,5 g/ dL 10,5-12,9

    Hematokrit 27 % 35-43

    Leukosit 18,3 ribu/uL 6-17,5

    Eritrosit 3,5 juta/uL 3,6-5,2

    Trombosit 303 ribu/uL 229-553

    LED 50 mm/jam 0-10

    MCV 76 fL 74-102

    MCH 23,9 pg 23-31

    MCHC 31,6 g/dL 28-32

    RDW 15,3 %

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    13/36

    13

    RESUME

    An, V, usia 10 bulan , datang ke IGD RSUD Budhi Asih diantar oleh ibunya dengan

    keluhan kejang sejak + 6 jam sebelum masuk RS, kejang sebanyak 8x dengan durasi

    kurang dari 1 menit dan jarak 10 menit sekali, Os belum pernah kejang sebelumnya. Saat

    kejang os dalam keadaan demam, demam tidak tinggi Sebelum kejang os sedang disusui

    ibunya (ASI), ketika kejang kedua tangan kaku, kedua mata mendelik keatas, setelah

    kejang os tertidur dan terkadang mengompol. Di UGD kejang 2x,tidak demam. Os pilek

    dengan sekret bening cair sejak + 2 hari sebelum masuk RS. Os sering terjatuh

    kebelakang dengan posisi terlentang lebih dari + 10x ketika sudah mulai bisa duduk.Os

    tinggal dilingkungan kumuh dan disekitarnya banyak orang yang batuk-batuk lama,

    Kakak kandung Os pernah kejang demam 1x ketika usia 6 bulan. Os lahir secara SC

    dikarenakan ibu menderita PEB.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan; CM/TSS, Nadi: 130x/ menit, Nafas: 22 x/ menit,

    Suhu: 36,9OC, Sekret hidung cair bening.

    Pada pemeriksaan penunjang didapatkan: hemoglobin dan hematokrit menurun, leukosit

    meningkat, LED meningkat.

    DIAGNOSIS BANDING

    a.

    Kejang Demam Kompleks

    b. Epilepsi

    c.

    Meningitis

    DIAGNOSIS KERJA

    1. Kejang Demam Kompleks

    2. Anemia Def. Besi

    PEMERIKSAAN ANJURAN

    a. EEG

    PENATALAKSANAAN

    Non Medikamentosa

    a. Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien.

    b.

    Tirah baring

    c. Observasi tandatanda vital

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    14/36

    14

    d. Kompres air hangat bila perlu

    e. Menjaga agar lidah tidak tergigit dengan memasang spatel kayu diantara rahang atas

    dan bawah pada saat kejang

    Medikamentosa

    UGD

    a. IVFD KaEn1B 3cc/kgBB/jam

    b. O22lt/menit

    c. Paracetamol 70 mg (jika suhu

    >38C)

    d. Stesolid Supp 5mg

    Lantai 6 Timur

    a. IVFD KaEn1B 3cc/kgBB/jam

    b. Inj. Ampicilin 4 x 175mg

    c. Paracetamol 70mg jika suhu

    >38oC

    d. Diazepam 0,7mg jika suhu >

    38,5oC

    e. Jika Kejang lagi fenitoin

    140mg dalam NaCl 100cc

    dalam 30 menit

    PROGNOSIS

    Ad Vitam : dubia ad bonam

    Ad Sanationam : dubia ad bonam

    Ad Fungtionam : dubia ad bonam

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    15/36

    15

    FOLLOW UP

    Tanggal S O A P

    26/3/14 - Demam (-)

    - Muntah (-)- Kejang pagi ini

    3x

    Pk. 05.00,

    08.10,10.00

    KU : Tampak sakit

    sedangKS : Compos mentis

    TV : N = 104 x/m, R =

    36x/m, S = 370C

    Kepala : Normosefali

    Mata : CA -/-, SI -/-

    Hidung : NCH (-),

    sekret (-)

    Telinga : NT (-/-),

    sekret (-/-), serumen (-

    /-)

    Mulut : kering (-)

    Leher : KGB ttm

    Thoraks : retraksi (-)

    -Pul : SN vesikuler,

    rhonki -/-, wh -/-

    - Cor : BJ I-II reguler,

    m (-), g (-)

    Abdomen : datar, BU

    (+) 4x/menit, SD (-),

    turgor baik, nyeri tekan

    (-)

    Ekstremitas : Akral

    hangat --/++, CRT < 3s

    Kejang demam

    kompleksdd/ Epilepsi

    Meningitis

    a. IVFD KaEn1B

    3cc/kgBB/jamb. Inj. Ampicilin 4 x 350mg

    c.

    Paracetamol 70mg jika

    suhu >38oC

    d. Diazepam 0,7mg jika

    suhu > 38,5oC

    e. Jika kejang lagi Fenitoin

    70mg drip dalam NaCl

    50cc selama 30menit

    f. Inj. Gentamicin 1x35mg

    g.

    Konsul mata

    h. CT scan kepala dengan

    Kontras

    i.

    NGT

    j. ASI 6x30cc/NGT

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    16/36

    16

    Tanggal 26 Maret 2014

    Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    Hematologi

    Besi (Fe/iron) 19 ug/dL 40 - 100TIBCBesi daya ikat total 198 ug/dL 240400

    Kimia Klinik

    Ureum 14 mg/dL 941

    Kreatinin 0,21 mg/dL < 0,9

    SADT

    26 Maret 2014Hasil gambaran darah tepi

    Eritrosit :

    Normositik Normokrom

    Leukosit :

    Kesan Jumlah: Meningkat

    Morfologi: Normal

    Trombosit:

    Kesan Jumlah: Cukup

    Morfologi : Normal

    Kesan: Anemia Normositik Normokrom sesuai dengan anemia penyakit kronis

    Leukositosis

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    17/36

    17

    Tanggal S O A P

    27/3/14 - Demam (+)

    - Pilek (+)

    - Kejang 1x pk.03.30

    Jawaban konsul

    mata:

    Saat ini tidak

    didapatkan

    edema papil,

    funduskopi: dbn

    KU : Tampak sakit

    sedang

    KS : Compos mentisTV : N = 80 x/m, R =

    36x/m, S = 380C

    Kepala : Normosefali

    Mata : CA -/-, SI -/-

    Hidung : NCH (-),

    sekret (-)

    Telinga : NT (-/-),

    sekret (-/-), serumen (-

    /-)

    Mulut : kering (-)

    Leher : KGB ttm

    Thoraks : retraksi (-)

    -Pul : SN vesikuler,

    rhonki -/-, wh -/-

    - Cor : BJ I-II reguler,

    m (-), g (-)

    Abdomen : datar, BU

    (+) 4x/menit, SD (-),

    turgor baik, nyeri tekan

    (-)

    Ekstremitas : Akral

    hangat ++/++, CRT 38oC

    d. Diazepam 0,7mg jika

    suhu > 38,5oC

    e. Fenitoin 2x20mg dalam

    NaCl 0,9 % 10cc

    f. Inj. Gentamicin 1x35mg

    g. ASI 6x30cc/NGT

    Tanggal 27 Maret 2014

    Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    Tinja

    Faeces Rutin

    Makroskopik :

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    18/36

    18

    Warna Hijau Coklat

    Konsistensi Padat Lunak

    Lendir Negatif Negatif

    Darah Negatif Negatif

    Mikroskopik :

    Leukosit Negatif Negatif

    Eritrosit Negatif Negatif

    Amoeba Coli Negatif Negatif

    Amoeba Histolitika Negatif Negatif

    Telur Cacing Negatif Negatif

    Pencernaan

    Lemak Negatif Negatif

    Amilum Negatif Negatif

    Serat Positif Negatif

    Sel Ragi Negatif Negatif

    CT SCAN

    Tanggal 27 Maret 2014

    Kesan: Tidak tampak perdarahan, lesi iskemik, maupun massa intracranial.

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    19/36

    19

    Tanggal S O A P

    28/3/14 - Demam (-)

    Terakhir demam

    kemarin pagi- Pilek (+)

    - Kejang 1x pk.

    04.30

    CT SCAN:

    normal

    KU : Tampak sakit

    sedang

    KS : Compos mentisTV : N = 116 x/m, R =

    34x/m, S = 36,60C

    Kepala : Normosefali

    Mata : CA -/-, SI -/-

    Hidung : NCH (-),

    sekret (-)

    Telinga : NT (-/-),

    sekret (-/-), serumen (-

    /-)

    Mulut : kering (+)

    Leher : KGB ttm

    Thoraks : retraksi (-)

    -Pul : SN vesikuler,

    rhonki -/-, wh -/-

    - Cor : BJ I-II reguler,

    m (-), g (-)

    Abdomen : datar, BU

    (+) 4x/menit, SD (-),

    turgor baik, nyeri tekan

    (-)

    Ekstremitas : Akral

    hangat ++/++, CRT 38oC

    d. Diazepam 0,7mg jika

    suhu > 38,5oC

    e.

    Inj. Gentamicin 1x35mg

    h. Fenitoin 2x20mg dalam

    NaCl 0,9 % 10cc

    f. Dekapen Syr 2x0,7cc

    g. ASI 6x30cc/NGT

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    20/36

    20

    Tanggal 28 Maret 2014

    Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

    Hematologi

    Hemoglobin 10,3 g/ dL 10,5-12,9Hematokrit 32 % 35-43

    Leukosit 6,1 ribu/uL 6-17,5

    Eritrosit 4,3 juta/uL 3,6-5,2

    Trombosit 287 ribu/uL 229-553

    MCV 74,5 fL 74-102

    MCH 24,2 pg 23-31

    MCHC 32,4 g/dL 28-32RDW 13,8 % 38oC

    d. Diazepam 0,7mg jika

    suhu > 38,5oC

    e. Inj. Gentamicin 1x35mg

    i.

    Fenitoin 2x20mg dalam

    NaCl 0,9 % 10cc

    f. Dekapen Syr 2x1,5cc

    g.

    AFF NGT

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    21/36

    21

    Mulut : kering (-)

    Leher : KGB ttm

    Thoraks : retraksi (-)

    -Pul : SN vesikuler,rhonki -/-, wh -/-

    - Cor : BJ I-II reguler,

    m (-), g (-)

    Abdomen : datar, BU

    (+) 4x/menit, SD (-),

    turgor baik, nyeri tekan

    (-)

    Ekstremitas : Akral

    hangat ++/++, CRT 38oC

    c. Diazepam 0,7mg jika

    suhu > 38,5oC

    d. Depaken syr 2x1,5cc

    e. Boleh pulang

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    22/36

    22

    -Pul : SN vesikuler,

    rhonki -/-, wh -/-

    - Cor : BJ I-II reguler,

    m (-), g (-)Abdomen : datar, BU

    (+) 4x/menit, SD (-),

    turgor baik, nyeri tekan

    (-)

    Ekstremitas : Akral

    hangat ++/++, CRT 3

    tahun. Biasanya tidak menunjukkan manifestasi cacat otak dan juga tidak bodoh.

    Umumnya faktor genetik lebih berperan pada epilepsi idiopatik. Dengan berkembangnya

    ilmu pengetahuan dan ditemukannya alat alat diagnostik yang canggih kelompok ini

    makin kecil

    2. Epilepsi simptomatik dapat terjadi bila fungsi otak terganggu oleh berbagai kelainan

    intracranial maupun ekstrakranial. Penyebab intracranial misalnya anomaly congenital,

    trauma otak, neoplasma otak, lesi iskemia, ensefalopati, abses otak, jaringan parut.

    Penyebab yang bermula ekstrakranial dan kemudian juga mengganggu fungsi otak

    misalnya gagal jantung, gangguan pernafasan, gangguan metabolism (hipoglikemia,

    hiperglikemia, uremia), gangguan keseimbangan elektrolit, intoksikasi obat, gangguan

    hidrasi.

    3. Epilepsi kriptogenik dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, termasuk

    disini adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut dan epilepsi mioklonik. Gambaran

    klinik sesuai dengan ensefalopati difus.

    Patofisiologi

    Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps.

    Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan

    oleh adanya potensial membran sel. Potensial membran sel neuron bergantung pada

    permeabilitas selektif membran neuron, yakni membran sel mudah dilalui oleh ion K dari

    ruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali ion Ca, Na, Cl, sehingga di dalam sel

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    26/36

    26

    erdapat konsentrasi tinggi ion K dan konsentrasi rendah ion Ca,Na, dan Cl, sedangkan

    keadaan sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yang

    menimbulkan potensial membran.2

    Ujung terminal neuron-neuron berhubungan dengan dendrit-dendrit dan badan-badan neuron

    yang lain, membentuk sinaps dan merubah polarisasi membran neuron berikutnya. Ada dua

    jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau

    lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga

    sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Diantara neurotransmitter-

    neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate, aspartat dan asetilkolin sedangkan

    neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin.

    Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau

    rangsang. Hal ini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi tiba di

    neuron. Dalam keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan

    berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membran

    neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.2,3

    Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau menganggu fungsi

    membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan

    ekstra ke intraseluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas

    muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh

    sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat

    khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses

    inhibisi. Di duga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar fokus epileptik. Selain

    itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron

    tidak terus menerus berlepas muatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat

    menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya

    zat-zat yang penting untuk fungsi otak.2,3

    Secara teoritis ada dua faktor yang dapat menyebabkan hal ini:4

    a. Keadaan dimana fungsi jaringan neuron penghambat kurang optimal hingga terjadi

    pelepasan impuls epileptik secara berlebihan. Fungsi neuron penghambat bisa kurang

    optimal antara lain bila konsentrasi GABA tidak normal. Otak pasien yang menderita

    epilepsi ternyata memang mengandung konsentrasi GABA yang rendah. Hambatan oleh

    GABA dalam bentuk inhibisi potensial postsinaptik (IPSIs = inhibitory post synaptic

    potentials) adalah lewat reseptor. Suatu hipotesa mengatakan bahwa aktivitas epileptic

    disebabkan oleh hilang atau berkurangnya inhibisi oleh GABA. Zat ini merupakan

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    27/36

    27

    neurotransmitter inhibitorik utama di otak. Riset membuktikan bahwa perubahan pada

    salah satu komponennya bisa menghasilkan inhibisi tak lengkap yang akan menambah

    rangsangan.

    b. Keadaan dimana fungsi jaringan neuron eksitatorik berlebihan hingga terjadi pelepasan

    impuls epileptik berlebihan juga. Kemungkinan lain adalah bahwa fungsi jaringan

    neuron penghambat normal tapi sistem pencetus impuls (eksitatorik) yang terlalu kuat.

    Keadaan ini bisa ditimbulkan oleh meningkatnya konsentrasi glutamat di otak, sampai

    berapa jauh peran peningkatan glutamat ini pada orang yang menderita epilepsi belum

    diketahui secara pasti.5,6

    Gejala3,7

    1. Epilepsi umum

    a. Major:

    Epilepsi grand mal (meliputi 75% kasus) meliputi tipe primer dan sekunder. Epilepsi

    grand mal ditandai dengan hilang kesadaran dan bangkitan tonik-klonik. Manifestasi

    klonik : kedua golongan epilepsi grand mal tersebut sama, perbedaan terletak pada ada

    tidaknya aura, yaitu gejala pendahulu atau preiktal sebelum serangan kejang-kejang.

    Pada epilepsi grand mal simtomatik selalu didahului aura yang memberi manifestasi

    sesuai dengan letak fokus epileptogen pada permukaan otak. Aura dapat berupa

    perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tak enak, mendengar suara

    gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya. Bangkitan sendiri dimulai

    dengan hilang kesadaran sehingga aktivitas penderita terhenti. Kemudian penderita

    mengalami kejang tonik, otot-otot berupa berkontraksi sangat hebat, penderita jatuh,

    lengan fleksi dan tungkai ekstensi. Udara paru-paru terdorong keluar dengan deras

    sehingga terdengar jeritan yang dinamakan jeritan epilepsi. Kejang tonik ini kemudian

    disusul dengan kejang klonik yang seolah-olah menggucang-guncang dan membanting-

    banting tubuh penderita ke tanah. Kejang tonik-klonik berlangsung 2-3 menit. Selain

    kejang-kejang terlihat aktivitas vegetatif seperti berkeringat, midriasis pupil, refleks

    cahaya negatif, mulut berbuih, dan sianosis. Kejang berhenti secara berangsur-angsur

    dan penderita dalam keadaan stupor sampai koma. Kira-kira 4-5 menit kemudian

    penderita terbangun, termenung, dan kalau tidak diganggu akan tidur beberapa jam.

    Frekuensi bangkitan dapat setiap jam sampai setahun sekali.

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    28/36

    28

    b. Minor :

    Epilepsi petit mal yang sering disebut pykno epilepsi ialah epilepsi umum yang

    idiopatik. Meliputi kira-kira 3-4% dari kasus epilepsi. Umumnya timbul pada anak

    sebelum pubertas (4-5 tahun). Bangkitan berupa kehilangan kesadaran yang

    berlangsung tidak lebih dari 10 menit. Sikap berdiri atau duduk sering kali masih dapat

    dipertahankan. Kadang-kadang terlihat gerakan alis, kelopak dan bola mata. Setelah

    sadar biasanya penderita dapat melanjutkan akitvitas semula. Bangkitan petit mal yang

    tidak tertanggulangi 50% akan menjadi grand mal. Petit mal yang tidak akan timbul lagi

    pada usia dewasa dapat diramalkan berdasarkan 4 ciri : timbul pada usia 4-5 tahun

    dengan taraf kecerdasan yang normal, harus murni dan hilang kesadaran hanya

    beberapa detik, mudah ditanggulangi hanya dengan satu macam obat, pola EEG khas

    berupa gelombang runcing dan lambat dengan frekuensi 3 per detik.

    c. Bangkitan mioklonus

    Bangkitan berupa gerakan involunter misalnya anggukan kepala, fleksi lengan yang

    terjadi berulang-ulang, bangkitan terjadi demikian cepatnya sehingga sukar diketahui

    apakah ada kehilangan kesadaran atau tidak. Bangkitan ini sangat peka terhadap

    rangsang sensorik.

    d. Bangkitan akinetik

    Bangkitan berupa kehilangan kelola sikap tubuh karena menurunnya tonus otot dengan

    tiba-tiba dan cepat sehingga penderita jatuh atau mencari pegangan dan kemudian dapat

    berdiri kembali.

    e. Spasme infantile.

    Jenis epilepsi ini timbul pada bayi 3-6 bulan dan lebih sering pada anak laki-laki.

    Penyebab yang pasti belum diketahui, namun selalu dihubungkan dengan kerusakan

    otak yang luas seperti proses degeneratif, gangguan akibat trauma, infeksi dan

    gangguan pertumbuhan. Bangkitan dapat berupa gerakan kepala ke atas dan kedepan,

    lengan ekstensi, tungkai tertarik keatas, kadang-kadang disertai tangisan atau teriakan,

    miosis atau midriasis pupil, sianosis dan berkeringat.

    f. Bangkitan motorik.

    Fokus epileptogen terletak di korteks motorik. Bangkitan kejang pada salah satu atau

    sebagian anggota badan tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran. Penderita seringkali

    dapat melihat sendiri gerakan otot yang misalnya dimulai pada ujung jari tangan,

    kemudian ke otot lengan bawah dan akhirnya seluruh lengan. Manifestasi ini disebut

    Jacksonian Marche

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    29/36

    29

    2. Epilepsi parsial

    a. Bangkitan sensorik

    Bangkitan yang terjadi tergantung dari letak fokus epileptogen pada korteks sensorik.

    Bangkitan somatosensorik dengan fokus terletak di gyrus postcentralis memberi gejala

    kesemutan, nyeri pada salah satu bagian tubuh, perasaan posisi abnormal atau perasaan

    kehilangan salah satu anggota badan. Aktivitas listrik pada bangkitan ini dapat

    menyebar ke neuron sekitarnya dan mencapai korteks motorik sehingga terjadi kejang-

    kejang.

    b. Epilepsi lobus temporalis

    Jarang terlihat pada usia 10 tahun. Memperlihatkan gejala fokalitas yang khas sekali.

    Manifestasi klinis fokalitas ini sangat kompleks karena fokus epileptogennya terletak di

    lobus temporalis dan bagian otak ini meliputi kawasan pengecap, pendengar, penghidu

    dan kawasan asosiatif antara ketiga indera tersebut dengan kawasan penglihatan.

    Manifestasi yang kompleks ini bersifat psikomotorik. Manifestasi klinis ialah sebagai

    berikut : kesadaran hilang sejenak, dalam keadaan hilang kesadaran ini penderita masuk

    kealam pikiran antara sadar dan mimpi, dalam keadaan ini timbul gejala fokalisasi yang

    terdiri dari halusinasi dan automatisme yang berlangsung beberapa detik sampai

    beberapa jam.

    Diagnosis

    Diagnosis epilepsi ditegakkan atas dasar adanya gejala dan tanda klinik dalam bentuk

    bangkitan epilepsi berulang (minimum 2 kali) yang ditunjang oleh gambaran epileptiform

    pada EEG. Secara lengkap urutan pemeriksaan untuk menuju ke diagnosis adalah sebagai

    berikut:8

    1. Anamnesis

    Pola atau bentuk bangkitan

    Lama bangkitan

    Gejala sebelum, selama dan pasca bangkitan

    Frekuensi bangkitan

    Faktor pencetus

    Ada atau tidak adanya penyakit lain yang diderita sekarang

    Usia pada saat terjadinya bangkitan pertama

    Riwayat pada saat dalam kandungan, persalinan dan perkembangan bayi atau anak

    Riwayat terapi epilepsi sebelumnya

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    30/36

    30

    Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

    2. Pemeriksaan fisis umum dan neurologis

    Dilakukan pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan secara pediatris dan neurologis.

    Diperiksa keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, jantung, paru, perut, hati dan limpa,

    anggota gerak dan sebagainya. Hal yang perlu diperiksa antara lain adanya tanda-tanda

    dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, misalnya trauma kepala, infeksi telinga

    atau sinusitis, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus, kecanduan

    alcohol atau obat terlarang dan kanker. Pada pemeriksaan neurologis diperhatikan

    kesadaran, kecakapan, motoris dan mental, tingkah laku, berbagai gejala proses

    intrakranium, fundus okuli, penglihatan, pendengaran, saraf otak lain, sistem motorik

    (kelumpuhan, trofik, tonus, gerakan tidak terkendali, koordinasi, ataksia), sistem sensorik

    (parastesia, hipestesia, anastesia), refleks fisiologis dan patologis.

    3. Pemeriksaan penunjang:

    Pemeriksaan Elektroensefalografi (EEG)

    Merupakan pemeriksaan yang mengukur arus listrik dalam otak. Rekaman EEG

    sebaiknya dilakukan pada saat bangun, tidur dengan stimulasi fotik, hiperventilasi,

    stimulasi tertentu sesuai pencetus bangkitan (pada epilepsi refleks).

    Pemeriksaan pencitraan otak

    MRI merupakan prosedur pencitraan pilihan untuk epilepsi dengan sensitivitas tinggi

    dan lebih spesifik dibanding dengan CT Scan. MRI dapat mendeteksi sklerosis

    hipokampus, disgenesis kortikal, tumor dan hemangioma kavernosa. Pemeriksaan MRI

    diindikasikan untuk epilepsi yang sangat mungkin memerlukan terapi pembedahan.

    Pemeriksaan laboratorium

    -

    Pemeriksaan darah, meliputi hemoglobin, leukosit, hematokrit, trombosit dan

    apusan darah tepi, elektrolit, kadar gula, fungsi hati, fungsi ginjal.

    -

    Pemeriksaan cairan serebrospinal, bila dicurigai adanya infeksi SSP

    Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan primer pada penderita epilepsi bertujuan agar kualitas hidup optimal untuk

    pasien sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik maupun mental yang

    dimilikinya dapat tercapai. Tujuan tersebut hanya akan dicapai melalui beberapa upaya yang

    diolah serta diterapkan secara holistik antara lain adalah menghentikan bangkitan,

    mengurangi frekuensi bangkitan, mencegah timbulnya efek samping, menurunkan angka

    kesakitan dan kematian serta mencegah timbulnya efek samping obat anti epilepsi.5

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    31/36

    31

    Terapi dapat dibagi dalam 2 golongan :

    1. Terapi kausal

    Terapi kausal dapat dilakukan pada epilepsi simptomatik yang sebabnya dapat ditemukan,

    misalnya :

    - Infeksi SSP dan selaputnya, diberikan antibiotic atau obat-obat lain yang dapat

    memberantas penyebabnya

    - Pada neoplasma dan perdarahan di dalam rongga intrakranium mungkin diperlukan

    tindakan operatif

    - Pada gangguan peredaran darah otak pemberian oksigen mungkin dapat membantu

    mengatasi keadaan hipoksia yang terjadi.

    2. Terapi medikamentosa anti kejang3,5

    Prinsip terapi farmakologik pasien epilepsi anak pada umumnya sama dengan prinsip terapi

    farmakologik pasien dewasa yaitu:

    1. Obat-obat anti epilepsi mulai diberikan bila:

    -

    Diagnosis epilepsi telah ditegakkan

    - Pasien, terutama keluarga pasien telah menerima penjelasan tentang tujuan

    pengobatan

    -

    Pasien maupun keluarganya telah diberitahu tentang kemungkinan efek samping

    obat anti epilepsi yang akan timbul.

    2. Terapi dimulai dengan monoterapi.

    3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai mencapai dosis

    efektif.

    4. Bila dengan pemberian dosis maksimum obat pertama tidak dapat mengontrol bangkitan,

    maka perlu ditambahkan obat anti epilepsi kedua. Bila obat anti epilepsi telah mencapai

    kadar terapi maka obat anti epilepsi pertama diturunkan bertahan (tapering off),

    perlahanlahan.

    5. Penambahan obat ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi

    dengan penggunaan dosis maksimal kedua obat anti epilepsi pertama.

    6. Pasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk diberi terapi bila:

    Dijumpai fokus epilepsi yang luas pada EEG

    Pada pemeriksaan CT scan atau MRI dijumpai lesi yang berkorelasi dengan bangkitan,

    misalnya neoplasma otak, AVM, abses otak, ensefalitis herpes

    Pada pemeriksaan neurologik dijumpai kelainan yang mengarah pada adanya kerusakan

    otak

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    32/36

    32

    Terdapatnya riwayat epilepsi pada saudara sekandung (bukan orang tua)

    Riwayat bangkitan simptomatik

    Riwayat trauma kepala terutama yang disertai penurunan kesadaran, stroke, infeksi SSP

    Bangkitan pertama berupa status epileptikus.

    7. Efek samping obat-obat anti epilepsi perlu diperhatikan, demikian pula halnya dengan

    interaksi farmakokinetik antar obat anti epilepsi.

    Obat-obatan Epilepsi9

    a. Golongan Hidantoin

    Fenitoin

    Merupakan golongan hidantoin yang sering dipakai. Kerja obat ini antara lain

    penghambatan penjalaran rangsang dari fokus ke bagian lain di otak.

    Indikasi : epilepsi umum khususnya grandma tipe tidur, epilepsi fokal dan dapat juga

    untuk epilepsi lobus temporalis

    Dosis : dewasa 300-600 mg/hari, anak 4-8 mg/hari, maksimal 300 mg/hari

    b. Golongan barbiturate

    Fenobarbital

    Merupakan golongan barbiturate yang bekerja lama (long acting). Kerjanya membatasi

    penjalaran aktivitas serangan dengan menaikkan ambang rangsang Indikasi : epilepsi

    umum khusus epilepsi Grand Mal tipe sadar, epilepsi fokal

    Dosis : dewasa 200 mg/hari, anak 3-5 mg/kgBB/hari

    c. Golongan benzodiazepine

    Diazepam

    Dikenal sebagai obat penenang, tetapi merupakan obat pilihan utama status epileptik

    Dosis : dewasa 2-10 mg im/iv, dapat diulang setiap 4 jam. Anak >5 tahun 5-10 mg im/iv,

    anak 1 bulan-5 tahun 0,2-2 mg im/iv

    d. Golongan suksinimid

    Etosuksimid

    Indikasi : epilepsi petit mal murni

    Dosis : 20-30 mg.kgBB/hari

    e. Golongan anti epilepsi lainnya

    Sodium valproat

    Indikasi :epilepsi petit mal murni, dapat pula untuk epilepsi mempunyai cara kerja

    menstabilkan keluar masuknya natrium pada sel otak

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    33/36

    33

    Indikasi : dapat dipakai pada epilepsi Petit Mal, dan pada epilepsi Grand Mal dimana

    seranganya sering datang berhubungan dengan siklus menstruasi

    Dosis : sehari total 8-30 mg/kgBB

    Karbamazepin

    Indikasi : epilepsi lobus temporalis dengan epilepsi Grand Mal

    Dosis : dewasa 800-1200 mg/hari

    Pemakaian Obat Anti Epilepsi pada Anak10

    Penderita epilepsi cenderung untuk mengalami serangan kejang secara spontan,tanpa

    faktor provokasi yang kuat atau yang nyata. Timbulnya bangkitan kejang yang tidak dapat

    diprediksi pada penderita epilepsi selain menyebabkan kerusakan pada otak, dapat pula

    menimbulkan cedera atau kecelakaan. Kenyataan inilah yang membuat pentingnya pemberian

    antikonvulsan pada pasien epilepsi. Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan

    mengobati bangkitan epilepsi (epileptic seizure). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan

    anti epilepsi sebab jarang digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain. Terdapat dua

    mekanisme anti epilepsi yang penting yaitu:

    1) Mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam focus

    epileptik

    2) Mencegah letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi,

    Bagian terbesar antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan terakhir ini.

    Berbagai obat antiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai fungsi neurofisiologik

    otak, terutama yang mempengaruhi sistem inhibisi yang melibatkan GABA dalam

    mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.

    Obat antiepilepsi terbagi dalam delapan golongan. Empat golongan antiepilepsi

    mempunyai rumus dengan inti berbentuk cincin yang mirip satu sama lain yaitu golongan

    hidantoin, barbiturate, oksazolidindion dan suksinimid. Akhir-akhir ini karbamazepin dan

    asam valproat memegang peran penting dalam pengobatan epilepsi; karbamazepin untuk

    bangitan parsial sederhana maupun kompleks, sedangkan asam valproat terutama untuk

    bangkitan lena maupun bangkitan kombinasi lena dengan bangkitan tonik klonik.

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    34/36

    34

    Penghentian Obat Anti Epilepsi4,5

    Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam menghentikan terapi obat entiepilepsi, yaitu:

    1) Syarat umum untuk menghentikan pemberian obat antiepilepsi :

    - Pasien menjalani terapi secara teratur dan telah bebas dari bangkitan selama minimal

    dua tahun

    -

    Gambaran EEG normal

    - Dilakukan secara bertahap, pada umumnya 25% dari dosis semula setiap bulan dalam

    jangka waktu 3-6 bulan

    - Penghentian dimulai dari satu obat antiepilepsi yang bukan utama.

    2) Kekambuhan setelah penghentian obat antiepilepsi.

    Kekambuhan setelah penghentian obat antiepilepsi akan lebih besar kemungkinannya pada

    keadaan sebagai berikut:

    - Semakin tua usia

    - Epilepsi simptomatik

    -

    Gambaran EEG yang abnormal

    - Semakin lama adanya bangkitan sebelum dapat dikendalikan

    - Tergantung banyak sindrom epilepsi yang diderita; sangat jarang pada sindrom

    epilepsi benigna dengan gelombang tajam pada daerah sentro-temporal, 5-25% pada

    epilepsi lena masa kanak-kanak, 25-75% epilepsi parsial kriptogenik/simptomatik, 85-

    95% pada epilepsi mioklonik pada anak.

    -

    Penggunaan lebih dari satu obat antiepilepsi

    - Masih mendapatkan satu atau lebih bangitan setelah memulai terapi

    - Mendapat terapi 10 tahun atau lebih.

    -

    Kemungkinan untuk kambuh lebih kecil pada pasien yang telah bebas dari bangkitan

    selama 3-5 tahun, atau lebih dari 5 tahun. Bila bangkitan timbul kembali

    makagunakan dosis efektif terakhir (sebelum pengurangan dosis obat anti terapi),

    kemudian dievaluasi kembali.

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    35/36

    35

    Prognosis5

    Pasien epilepsi yang berobat teratur, 1/3 akan bebas dari serangan paling sedikit 2

    tahun dan bisa lebih dari 5 tahun sesudah serangan terakhir obat dihentikan, pasien tidak

    mengalami serangan epilepsi lagi, dikatakan telah mengalami remisi. Diperkirakan 30%

    pasien tidak mengalami remisi meskipun minum obat dengan teratur. Sesudah remisi,

    kemungkinan munculnya serangan ulang paling sering didapat pada sawan tonik-klonik dan

    epilepsi parsial kompleks. Demikian pula usia muda lebih mudah mengalami relaps sesudah

    remisi.

  • 5/21/2018 Case Epfgilepsi Anak

    36/36

    36

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Octaviana F. Epilepsi. Medicinus. Vol 21 Desember 2008. FKUI

    2. Purba SJ. Epilepsi : Permasalahan di Reseptor atau Neurotransmitter. Medicinus. Vol 21

    Desember 2008. FKUI

    3. Machfoed, Hasan M. Epilepsi.http://www.journal.unair.ac.id [diakses tanggal 2 April

    2014]

    5. Lazuardi S. Buku Ajar. Neurologi Anak. Dalam: editor Soetomenggolo T, Ismael S.

    Pengobatan Epilepsi. Jakarta: BP IDAI; 2000.pp 237-38

    6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak Jakarta :

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2003. p. 855-59.

    7.Heafield MT. Epilepsy. BMJ. Edisi 8 April 2000.

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1117894/ [diakses tanggal 3 April 2014]

    8. Ilae. Epilepsy. http://www.ilae-epilepsy.org/visitors/Documents/10-epilepsy.pdf [diakses

    tanggal 3 April 2014]

    9. Haslam HA. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol 3. Dalam: editor Behrman,

    Kliegman, Arvin. Epilepsi. Jakarta : EGC; 2000. pp 2067-68

    10.Christian M. Korff Douglas R. Nordli Jr. Current Pediatric Therapy, 18th ed. In: Burg

    DF, editor. Epilepsy. USA: Saunders; 2006.

    http://www.ilae-epilepsy.org/visitors/Documents/10-epilepsy.pdfhttp://www.ilae-epilepsy.org/visitors/Documents/10-epilepsy.pdfhttp://www.ilae-epilepsy.org/visitors/Documents/10-epilepsy.pdf