BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Drowning 1.1 Definisi Tenggelam Tenggelam (drowning) adalah kematian akibat asfiksia yang terjadi dalam 24 jam setelah peristiwa tenggelam di air, sedangkan hampir tenggelam (near drowning) adalah korban masih dalam keadaan hidup lebih dari 24 jam setelah setelah peristiwa tenggelam di air. Jadi, tenggelam (drowning) merupakan suatu keadaan fatal, sedangkan hampir tenggelam (near drowning) mungkin dapat berakibat fatal. 1 Pengertian terbaru yang diadopsi World Health Organization (WHO) tahun 2002 menyatakan bahwa tenggelam merupakan suatu proses kejadian gangguan pernapasan akibat perendaman (submersion) atau pencelupan (immersion) dalam cairan. Proses kejadian tenggelam diawali dengan gangguan pernapasan baik karena jalan nafas seseorang berada di bawah permukaan cairan (submersion) ataupun air hanya menutupi bagian wajahnya saja (immersion). 2 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Drowning
1.1 Definisi Tenggelam
Tenggelam (drowning) adalah kematian akibat asfiksia yang terjadi dalam 24
jam setelah peristiwa tenggelam di air, sedangkan hampir tenggelam (near
drowning) adalah korban masih dalam keadaan hidup lebih dari 24 jam setelah
setelah peristiwa tenggelam di air. Jadi, tenggelam (drowning) merupakan suatu
keadaan fatal, sedangkan hampir tenggelam (near drowning) mungkin dapat
berakibat fatal.1
Pengertian terbaru yang diadopsi World Health Organization (WHO) tahun
2002 menyatakan bahwa tenggelam merupakan suatu proses kejadian
gangguan pernapasan akibat perendaman (submersion) atau pencelupan
(immersion) dalam cairan. Proses kejadian tenggelam diawali dengan
gangguan pernapasan baik karena jalan nafas seseorang berada di bawah
permukaan cairan (submersion) ataupun air hanya menutupi bagian wajahnya
saja (immersion).2
Kasus tenggelam tidak hanya terbatas pada perairan yang dalam seperti
laut, sungai, danau, atau kolam renang, tetapi mungkin pula terbenam dalam
kubangan atau selokan di mana hanya bagian muka yang berada di bawah
permukaan air. Prinsipnya genangan air tersebut tidak harus menutupi semua
bagian tubuh namun adanya cairan yang telah menutupi lubang hidung dan mulut
sehingga dapat masuk ke saluran pernafasan.3
1.2 Epidemiologi Tenggelam
1
WHO menyatakan bahwa 0,7% penyebab kematian di dunia atau lebih
dari 500.000 kematian setiap tahunnya disebabkan oleh tenggelam. WHO juga
mencatat pada tahun 2004 di seluruh dunia terdapat 388.000 orang meninggal
karena tenggelam dan menempati urutan ketiga kematian di dunia akibat
cedera tidak disengaja. Menurut Global Burden of Disease (GBD), angka
tersebut sebenarnya lebih kecil dibandingkan seluruh kasus kematian akibat
tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan angkutan air, dan bencana
lainnya.3
Tenggelam merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia untuk anak
usia 5 tahun sampai 14 tahun. Di Amerika Serikat, tenggelam menjadi penyebab
kematian kedua terbanyak akibat cidera anak berumur 1 tahun sampai 4 tahun,
dengan tingkat kematian 3 per 100,000 jiwa.2 Selain umur, faktor resiko lain
yang berkontribusi meningkatkan terjadinya kasus tenggelam di antaranya
jenis kelamin terutama laki-laki yang memiliki angka kematian dua kali lipat
terhadap perempuan, penggunaan alkohol atau penyalahgunaan obat pada 50%
kasus yang melibatkan remaja maupun dewasa, anak-anak tanpa pengawasan
saat berada di air, perburukan dari kondisi medis sebelumnya (kejang, sakit
jantung, pingsan), dan percobaan bunuh diri. Kasus tenggelam lebih banyak
terjadi di air tawar (danau, sungai, kolam) sebesar 90% dan sisanya 10% terjadi di
air laut.3
1.3 Klasifikasi Tenggelam
1.3.1 Berdasarkan temperatur air
Klasifikasi tenggelam terbagi menjadi tiga, yaitu:1
2
1. Tenggelam di air hangat (warm water drowning), bila temperatur air
>20 ̊C
2. Tenggelam di air dingin (cold water drowning), bila temperatur air 5-
20⁰ C
3. Tenggelam di air sangat dingin (very cold water drowning), bila
temperatur air < 5⁰ C
1.3.2 Berdasarkan osmolaritas air
1. Tenggelam di air tawar
2. Tenggelam di air laut
1.3.3 Berdasarkan mekanisme tenggelam
Klasifikasi terbagi menjadi dua, yaitu:4
1. Wet drowning
Cairan akan memasuki saluran nafas kemudian alveoli paru yang
menyebabkan terganggunya pertukaran udara pernafasan di paru sehingga
dalam darah akan terjadi penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar
karbondioksida. Hal ini akan menyebabkan perangsangan pusat pernafasan
sehingga nafas menjadi cepat dan dalam. Akibatnya, semakin banyak
cairan yang terhirup masuk dan menghalangi pertukaran udara di paru.
Rendahnya kadar oksigen darah menyebabkan hipoksia jaringan dan organ
tubuh termasuk organ vital, khususnya otak, selanjutnya akan terjadi
asfiksia.
2. Dry drowning
3
Pada kasus ini air tidak memasuki paru namun pertukaran udara
pernafasan terhambat oleh adanya spasme laring akibat vagal refleks. Dry
drowning terjadi pada 10 – 20 % dari semua kasus tenggelam. Biasanya
terjadi pada orang-orang yang memasuki air dengan kaki terlebih dahulu,
terkejut dan setelah minum alkohol.4
Kejadian tenggelam dapat menimbulkan dua akibat:
1. Immersion Syndrome merupakan kematian mendadak akibat berkontak
dengan air dingin
2. Secondary Drowning merupakan kematian yang terjadi setelah korban
tenggelam dan meninggal akibat komplikasi, terutama pada tenggelam
di air laut
1.4 Mekanisme Tenggelam
Mekanisme tenggelam ada 3 macam, sebagai berikut:5
1. Beberapa korban begitu berhubugan dengan air yang dingin terutama leher
atau jatuh horizontal, ia mengalami vagal refleks.
2. Korban saat menghirup air, air yang masuk kelaring, menyebabkan
laringeal spasme. Sebab kematian karena asfiksia tetapi tanda-tanda drowning
pada organ dalam tidak ada oleh karena air tidak masuk
3. Korban pada saat masuk kedalam air, ia berusaha untuk mencapai
permukaaan sehingga panik dan menghisap air, batuk dan berusaha untuk
ekspirasi. Karena kebutuhan oksigen maka ia akan bernafas sehingga air lebih
banyak yang terhisap. Lama-lama korban menjadi sianotik dan tidak sadar.
Selama tidak sadar korban akan terus bernafas dan akhirnya paru-paru tidak
4
akan berfungsi sehingga pernapasan akan berhenti. Proses ini berlangsung 3-5
menit kadang-kadang 10 menit
1.4.1 Mekanisme Tenggelam Pada Air Tawar
1. Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi
hemodilusi yang hebat sampai 72% yang berakibat terjadinya hemolisis.
2. Oleh karena terjadi perubahan biokimia yang serius, dimana kalium dalam
plasma meningkat dan natrium berkurang, juga terjadi anoksia pada
miokardium.
3. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi
berlebihan berlebihan, terjadi penurunan tekanan sistol dan dalam waktu
beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel.
4. Jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi
anoksia serebri yang hebat, hal ini menereangkan mengapa kematian terjadi
dengan cepat.
Pada keadaan air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar terjadi
absorbsi cairan masif ke dalam membran alveolus, dimana dalam waktu 3
menit dapat mencapai 72 % dari vol darah sebenarnya. Karena konsentrasi
elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah,
maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar
alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis). Akibat
terjadi perubahan biokimiawi yang serius yaitu pengenceran darah yang
terjadi. tubuh berusaha mengkompensasinya dengan melepaskan ion Kalium
dari serabut otot jantung sehingga kadar ion dalam plasma meningkat,
akibatnya terjadi perubahan keseimbangan ion K dan Ca dalam serabut otot
5
jantung sehingga terjadi anoksia yang hebat pada mioardium dan mendorong
terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, jantung untuk
beberapa saat masih berdenyut dengan lemah yang kemudian menimbulkan
kematian akibat anoksia otak hebat,ini yang menerangkan mengapa kematian
dapat terjadi dalam waktu 4-5 menit.5
1.4.2 Mekanisme Tenggelam Dalam Air Asin
1. Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi tertarik keluar sampai
dengan 42% dan masuk kedalam jaringan paru sehingga terjadi edema paru
yang hebat dalam waktu yang relatif singkat.
2. Pertukaran elektrolit dari asin kedalam darah mengakibatkan
meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma darah.
3. Fibrilasi ventrikel tidak terjadi, tetapi terjadi anoksia pada miokardium dan
disertai peningkatan viskositas tekanan darah akan menyebabkan payah
jantung
4. Tidak terjadi hemolisis melainkan hemokonsetrasi, tekanan sistolik akan
menentap dalam beberapa menit.
Konsentrasi elektrolit dalam air asin lebih tinggi dibandingkan dalam darah,
sehingga air akan ditarik keluar sampai sekitar 42% dari sirkulasi pulmonal ke
dalam jaringan interstitial paru, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya udem
pulmonal, hemokonsentrasi, hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium
dalam darah. Pertukaran elektrolit dari air asin ke dalam darah mengakibatkan
meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma.
Fibrilasiventrikel tidak terjadi, hemokonsentrasi akan mengakibatkan
terjadinya anoksia pada miokardium dan disertai peningkatan viskositas darah
6
sehingga sirkulasi menjadi lambat, tekanan sistolik akan menetap dalam
beberapa menit dan menyebabkan terjadinya payah jantung. Kematian dapat
terjadi dalam waktu 8-12 menit setelah tenggelam.5
1.5 Pemeriksaan Khusus Pada Tenggelam
1.5.1Pemeriksaan Histologis Paru
Berdasarkan gambaran Gitterfasentextur pada dinding alveoli dan
menggunakan metode impregnansi perak gomori maka gambaran histologis
dibagi menjadi empat stadium:
Stadium 1: Dinding alveoli yang normalnya (2-3 kali lebar kapiler)
Stadium 2: Dinding alveoli lebih mengecil lagi. Lumen kapiler yang teregang
mengecil lebih jauh dan bentuknya menjadi lebih lonjong. Didapatkan adanya
rupture peri dan inter kapiler yang setempat-setempat.
Stadium 3: distensi septum alveoli mencapai maksimal. Kapiler tinggal setipis
benang. Terdapat rupture intraseptum yang komplit.
Stadium 4: merupakan stadium terakhir. Batas peregangan septum telah dilampaui
dan dapat dijumpai adanya rupture yang multiple. Ujung septum tampak menebal
kerena kontraksi.4
1.5.2 Pemeriksaan Diatom (Destruction Test)
Diatom merupakan alga (ganggang) bersel satu dengan dinding sel yang
terbuat dari silikat yang tahan panas dan asam kuat. Diatom dapat ditemukan
dalam air tawar, air laut, air sungai, air sumur, dan udara. Diatom dan elemen
plankton lain masuk ke dalam saluran pernapasan atau pencernaan ketika
seseorang tenggelam menelan air. Kemudian diatom akan masuk ke dalam aliran
darah melalui kerusakan dinding kapiler pada waktu korban masih hidup dan
7
tersebar ke seluruh jaringan. Di sisi lain, jika sebuah mayat ditenggelamkan dalam
air meskipun diatom dapat masuk ke dalam paru-paru secara pasif, tidak ada
aliran sirkulasi darah yang mungkin terjadi, sehingga (secara teori) tidak mungkin
ada diatom yang dapat ditemukan pada organ-organ dalam yang lebih jauh.2
Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru mayat segar. Bila mayat telah
membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet atau
sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati dan limpa kurang bermakna
sebab berasal dari penyerapan abnormal dari saluran pencernaan terhadap air
minum atau makanan. Keseluruhan prosedur dalam persiapan bahan untuk analisa
diatom meliputi contoh air dari dugaan lokasi tenggelam, contoh jaringan dari
hasil otopsi korban, jaringan yang dihancurkan untuk mengumpulkan diatom,
konsentrasi diatom, dan analisa mikroskopis. Pengumpulan bahan dari media
tenggelam yang diduga harus dilakukan semenjak penemuan jenazah, dari air
permukaan dan dalam, menggunakan 1hingga 1,5 L tempat steril untuk disimpan
pada suhu 4°C, di dalamnya disimpan bahan-bahan dari korban dugaan tenggelam
yang diambil dengan cara steril, kebanyakan berasal dari paru-paru, ginjal, otak,
dan sumsum tulang.Usaha untuk mencari diatome (binatang bersel satu) dalam
tubuh korban. Karena adanya anggapan bahwa bila orang masih hidup pada waktu
tenggelam, maka akan terjadi aspirasi, dan karena terjadi adanya usaha untuk tetap
bernafas maka terjadi kerusakan bronkioli/bronkus sehingga terdapat jalan dari
diatome untuk masuk ke dalam tubuh. Syaratnya paru paru harus masih dalam
keadaan segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis diatome
harus sama dengan diatome di perairan tersebut.3 Cara melakukan pemeriksaan
diatom dengan metode destruksi (digesti asam) pada paru dilakukan dengan:6
8
1. Mengambil dari jaringan perifer paru sebanyak 100 gram
2. Masukkan ke dalam labu Kjeldahl dan tambahkan asam sulfat pekat
sampai jaringan paru terendam
3. Diamkan lebih kurang setengah hari agar jaringan hancur
4. Kemudian dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat
pekat sampai terbentuk cairan jernih, dinginkan dan cairan dipusing dalam
centrifuge.
5. Sedimen yang terbentuk ditambahkan dengan akuades, pusingkan kembali
dan akhirnya dilihat dengan mikroskop.
6. Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru ditemukan diatom
cukup banyak, 4-5/LPB atau per 10-20 per satu sediaan atau pada sumsum
tulang cukup ditemukan hanya satu.
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan getah paru. Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan patognomonis untuk kasus-kasus tertentu.3 Dicari
benda-benda asing dalam getah paru yang diambil pada daerah subpleura,
antara lain: pasir, lumpur, telur cacing, tanaman air, dll. Cara pemeriksaan
getah paru yaitu:
1. Paru-paru dilepaskan satu persatu secara tersendiri dengan memotong
hilus.
2. Paru-paru yang sudah dilepas tidak boleh diletakkan tetapi langsung
disiram dengan dengan air bersih (bebas diatom dan alga).
3. Permukaan paru dibersihkan dengan cara dikerik/dikerok 2-3 kali, lalu
pisau kembali dibersihkan dengan air yang mengalir.
9
4. Dengan mata pisau yang tegak lurus permukaan paru, kemudian
permukaan paru diiris sedangkal (subpleura), lalu pisau kembali dibersihkan
di bawah air yang megalir, lalu dikibaskan sampai kering.
5. Dengan ujung pisau, getah paru pada irisan tadi diambil kemudian
diteteskan pada objek glass lalu ditutup cover glass dan diperiksa di bawah
mikroskop.
6. Cara lain yaitu dengan menempelkan objek glass pada permukaan irisan
didaerah subpleural, lalu ditutup cover glass pada permukaan irisan didaerah
subpleural, lalu ditutup cover glass dan diperiksa dibawah mikroskop. Syarat
sediaan percobaan getah paru yaitu eritrosit dalam sediaan harus sedikit
jumlahnya. Bila banyak mungkin irisan terlalu dalam.
Gambar 1. Skema masuknya diatom kesaluran pernafasan dan organ
10
1.5.3 Pemeriksaan kimiawi
Penentuan ion cl pada darah dari ventrikel kanan dan kiri merupakan
pemeriksaan yang paling spesifik untuk membuktikan kematian karena
tenggelam. Pada kasus tenggelam di air tawar terjadi penurunan konsentrasi cl
yang jelas. Konsentrasi cl darah jantung kiri yang berkurang 17mq/l atau lebih
merupakan petunjuk kemungkinan terjadi tenggelam di air tawar. Pada kasus
tenggelam di air asin konsentrasi cl di jantung kiri lebih besar dari jantung kanan
dengan kadar keduanya lebih tinggi dari normal. Perubahan konsentrasi yang
bernilai hanya pada 24jam pertama, karena setelah itu baik pada korban hidup
atau mati akan terjadi penurunan kandungan cl. Korban yang tenggelam pada
kolam renang perubahan cl mirip tenggelam di air asin, karena kandungan klorida
tinggi akibat kaporit. Tenggelam dia air tawar menyebabkan terjadinya penurunan
ion Na, Ca, dan peningkatan ion K. sedangkan pada tenggelam di air asin erjadi
peningkatan ion Na, K, dan Ca yang sebanding dengan kadar ion dan jumlah yang
teraspirasi.4
1.5.4 Pemeriksaan DNA
Metode lain dalam pengidentifikasian diatom adalah dengan amplifikasi DNA
ataupun RNA diatom pada jaringan manusia, analisa mikroskopis pada bagian
jaringan, kultur diatom pada media, dan spectrofluophotometry untuk menghitung
klorofil dari plankton di paru-paru. Metode pendeteksi diatom di darah meliputi
observasi secara langsung diatom pada membrane filter, setelah darah dihemolisa
menggunakan sodium dodecyl sulfate, atau dengan metode hemolisa kombinasi, 5
mm pori membrane filter. Dicampur dengan asam nitrat, dan disaring ulang.
Setelah pencampuran selesai diatom dapat diisolasi dengan metode sentrifuse atau
11
membrane filtration. Siklus sentrifuse mengkonsentrasikan diatom dan
menyingkirkan semua sisa asam dengan pencucian berulang, supernatant diganti
tiap beberapa kali dengan air distilled. Penggunaan saring nitroselulose adalah
bagi bahan dengan jumlah diatom yang rendah dan diikuti dengan analisa LM.5
1.6 Aspek Medikolegal Tenggelam
Sebagian besar kejadian tenggelam berhubungan dengan kecelakan,
pembunuhan atau bunuh diri. Tujuan awal dari melakukan pemeriksaan korban
tenggelam adalah untuk identifikasi. Korban pada kecelakaan biasanya merupakan
anak kecil atau pria dewasa, sedangkan bunuh diri sering dilakukan oleh pria atau
wanita dewasa. 7
Hal yang penting dalam menemukan jenazah di air adalah penyebab kematian
korban. Perlu dibedakan apakah kematian telah terjadi sebelum terendam atau
penyebab kematian memang tenggelam. Jika memang tenggelam, ditentukan
apakah terjadi wet drowning, dry drowning atau water immersion. Apabila bukan
tenggelam, penyebab kematian lain seperti penyakit dasar yang dimiliki oleh
korban dapat ditemukan pada otopsi. Otopsi sering dilakukan pada korban yang
kemungkinan besar tidak mungkin tenggelam seperti pada orang yang bisa
berenang, tenggelam pada air yang dangkal. Penyebab lain seperti pembunuhan
atau bunuh diri juga dipikirkan. Jika bunuh diri sering ditemukan ikatan alat
pemberat pada tubuh korban.
Jika ditemukan luka pada korban ditentukan apakah terjadi sebelum, selama
atau sesudah kematian. Jika sebelum biasanya diduga ada kekerasan fisik sebelum
kematian.
12
1.7 Pemeriksaan Luar Jenazah tenggelam
Tanda tanda pada pemeriksaan luar jenazah sangat tergantung pada waktu
tenggelam dan berapa lama korban diangkat setelah kematian. Pemeriksaan luar
sebaiknya dilakukan setelah korban dikeringkan karena gambaran luka akan
terlihat lebih jelas. Pada pemeriksaan luar jenazah tenggelam dapat ditemukan:7
1. Mayat ditemukan basah
2. Terkadang ditemukan pasir, lumpur, atau benda lain yang bisa terdapat
dalam air
3. Terdapat busa pada hidung dan mulut, busa tersebut terjadi karena
pergerakan saluran nafas yang bereaksi dengan cairan yang ada di saluran
nafas, gambaran busa seperti putih telur yang dikocok. Warna busa dapat
berwarna merah jika bercampur dengan darah
4. Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang ada perdarahan
5. Warna kulit biasanya pucat dan dingin namun dapat berwarna kehijauan
6. Terdapat kutis anserina pada kulit anterior tubuh akibat kontraksi otot
erektor pili atau karena rigor mortis pada otot erektor pili atau karena kondisi
dingin pada air
7. Washer woman’s hand adalah proses maserasi pada kulit tubuh terutama
telapak tangan dan kaki yang mengalami keriput dan berwarna keputihan
karena imbibisi cairan ke kutis.
8. Cadaveric Spasme, tanda yang terdapat pada saat korban mencoba
menyelamatkan diri dengan memegang benda-benda dalam air seperti rumput
9. Luka lecet, dapat ditemukan pada siku, jari, lutut dan kaki karena gesekan
dengan benda yang ada di dalam air. Umumnya luka bersifat post mortal.
13
1.8 Pemeriksaan dalam
Pada otopsi atau bedah jenazah dapat ditemukan:8
1. Busa halus pada saluran pernafasan
2. Benda asing pada saluran pernafasan seperti pasir, tumbuhan yang terdapat
dalam air
3. Paru paru membesar seperti balon, berat hingga dapat menutupi kandung
jantung. Saat diiris banyak terdapat cairan, penemuan seperti ini terutama pada
korban tenggelam di air laut. Sedangkan pada korban di air tawar penemuan
pada paru dapat normal karena telah terjadi imbibisi ke pembuluh darah, atau
cairan tidak masuk ke alveoli
4. Bendungan pada otak, ginjal, hati dan limpa
5. Lambung dapat membesar berisi air, lumpur dan benda-benda air yang
lain.
6. Petekie yang sangat sedikit pada paru karena kapiler terjepit
B. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan subarachnoid terjadi di lokasi antara leptomeningen dan
permukaan otak. Perdarahan subarakhnoid dapat disebabkan oleh banyak etiologi,
secara umum dapat diklasifikasikan sebagai etiologi traumatik dan non traumatik
atau bisa gabungan dari keduanya.7 Pada PSA non traumatik, penyebab paling
sering adalah aneurisma pada pembuluh darah. Aneurisma tersebut dapat tiba-tiba
pecah dan menyebabkan perdarahan subarakhnoid. Selain itu PSA non traumatik
dapat disebabkan oleh Stroke hemoragik yang terjadi di daerah dekat
subarakhnoid. Pada PSA traumatik, penyebab paling umum adalah darah yang
berasal dari kontusio atau laserasi otak. Mekanisme terjadinya perdarahan pada
14
PSA adalah akibat penekanan pada pembuluh darah dan pergerakan rotasi
menyebabkan luka pada vena yang meninggalkan korteks ke arah ruang
arakhnoid. Akan tetapi bila akibat laserasi perdarahan berasal dari vena pada
korteks atau arteri kecil akan terkena. Pembuluh darah yang terkena trauma akan
menyebabkan darah terkumpul di ruang subarakhnoid dan akan tampak gambaran
kemerahan pada permukaan otak. Lokasi PSA pada trauma tumpul sering
ditemukan pada daerah yang banyak dilewati oleh pembuluh darah antara korteks
ke subarakhnoid, yaitu di daerah parietal dan temporal. Perdarahan subarakhnoid
dapat dibedakan dengan perdarahan subdural. Apabila dicuci dengan air, darah
pada perdarahan subdural akan terbilas sedangkan pada perdarahan subarakhnoid,
perdarahan menetap. Permukaan otak pada perdarahan subarakhnoid biasanya
tidak mengganggu bentuk permukaan korteks. Distribusi PSA biasanya terjadi
fokal semi fokal difus atau bilateral. Pada PSA jika ditemukan lapisan darah yang
tebal pada dasar otak, harus dicari apakah ada aneurisma sebelum dilakukan
pemotongan otak lapis demi lapis atau pemberian formalin.
Secara umum terdapat beberapa derajat perdarahan subarachnoid yang
berhubungan dengan kontusio atau perdarahan intraventrikel. Dilaporkan bahwa
pendeteksian perdarahan subarachnoid dengan menggunakan MRI dengan standar
T1- or T2-weighted images cukup sulit. Walaupun demikian perdarahan
subarachnoid bisa dikonfirmasi menggunakan pencitraan fluid-attenuated
inversion recovery (FLAIR). Secara umum keadaan akut CT merupakan metode
yang baik dalam mendemonstrasikan perdarahan subarachnoid. Terdapat beberapa
laporan trauma laserasi dari arteri intrakranial vertebralis yang menyebabkan
perdarahan subarachnoid yang fatal. Pada penelitian bedah saraf di Jepang
15
didemostrasikan bahwa trauma kepala tertutup pada pasien yang didapatkan dari
hasil CT-Scan teradapat darah diruang subarachnoid,dalam 4-16 hari. Terdapat
korelasi yang jelas antara daerah perdarahan subarachnoid dengan lokasi dari
vasospasme fokal yang berat di area anatomik yang sama.9
Tabel 1. Gambaran mikroskopik pada perdarahan subarachnoid10
16
Gambar 1. Perdarahan Subarachnoid. Terdapat perdarahan akut di ruang
subarachnoid. Memperlihatkan tidak ada respon inflamasi akut dan sitoplasma sel
darah intak. Umur dari lesi ini kurang dari satu jam. Setelah satu – empat jam
tampak gambaran neutrofil. Setelah empat jam sel darah merah l
BAB II
LAPORAN KASUS
PRO JUSTITIA Padang, 29 September 2014
VISUM ET REPERTUM
Yang bertandatangan dibawah ini dr. Rika Susanti, dokter spesialis forensik pada
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M.Djamil Padang, berdasarkan surat permintaan
Visum et Repertum dari Kepala Kepolisian Sektor Lubuk Begalung dengan
nomor surat VER/103/K/IX/2014/Lubeg, tertanggal dua puluh sembilan
17
september dua ribu empat belas pukul enam belas lewat empat puluh lima menit
Waktu Indonesia Bagian Barat, maka menerangkan dengan ini bahwa pada
tanggal dua puluh sembilan september dua ribu empat belas bertempat di Rumah
Sakit Umum Pusat Dr.M. Djamil Padang, telah dilakukan pemeriksaan luar dan
dalam (otopsi) atas jenazah, yang menurut surat permintaan Visum et Repertum
tersebut adalah: -------------------------------------------------------------------------------
Nama : Mira Juwita --------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Perempuan ---------------------------------------------------
Umur : 30 tahun ------------------------------------------------------