Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Anestesi umum adalah suatu tindakan yang membuat pasien tidak sadar selama prosedur medis, sehingga pasien tidak merasakan atau mengingat apa pun yang terjadi. Anestesi umum biasanya dihasilkan oleh kombinasi obat intravena dan gas yang dihirup (anestesi). "Tidur" pasien yang mengalami anestesi umum  berbeda dari tidur seperti biasa. Otak yang dibius tidak merespon sinyal rasa sakit atau manipulasi bedah. Praktek anestesi umum juga termasuk mengendalikan pernapasan pasien dan memantau fungsi vital tubuh pasien selama prosedur anestesi berlangsung. Anestesi umum diberikan oleh dokter yang terlatih khusus, yang disebut ahli anestesi, ataupun bisa juga dilakukan oleh peraat anestesi yang berkompeten.
28

Case Daerah Enim

Jul 07, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 1/28

BAB I

PENDAHULUAN

Anestesi umum adalah suatu tindakan yang membuat pasien tidak sadar

selama prosedur medis, sehingga pasien tidak merasakan atau mengingat apa pun

yang terjadi. Anestesi umum biasanya dihasilkan oleh kombinasi obat intravena

dan gas yang dihirup (anestesi). "Tidur" pasien yang mengalami anestesi umum

berbeda dari tidur seperti biasa. Otak yang dibius tidak merespon sinyal rasa sakitatau manipulasi bedah.

Praktek anestesi umum juga termasuk mengendalikan pernapasan pasien

dan memantau fungsi vital tubuh pasien selama prosedur anestesi berlangsung.

Anestesi umum diberikan oleh dokter yang terlatih khusus, yang disebut ahli

anestesi, ataupun bisa juga dilakukan oleh pera at anestesi yang berkompeten.

Page 2: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 2/28

BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identifikasi

!ama An. #$%

&mur ' tahun

enis kelamin Perempuan

*uku bangsa *umatera *elatan

Agama +slam

Alamat Tanjung Agung

!o. # - /00'

# * // $esember /1-

II. Anamnesis

Tanggal /' anuari /1-

$iberikan oleh Penderita

A. Riwayat Penyakit Sekarang

Kel !an Utama 2eluhan utama nyeri perut ba ah terutama saat menstruasi

Kel !an "am#a!an $ 3

Riwayat Per%alanan Penyakit

4 bulan yang lalu os nyeri haid, terus menerus selama haid, haid

berlangsung hari dan banyak, os masih mampu beraktifitas seperti biasa, nyeri

Page 3: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 3/28

saat bersenggama (3), benjolan (3), demam (3), mual dan muntah (3), 5A5 dan

5A2 seperti biasa.

/ bulan yang lalu, os mengeluh nyeri perut ba ah, nyeri terus3menerus,

nyeri bertambah berat saat haid. Os mengaku nyeri sangat mengganggu hingga os

tidak mampu beraktifitas seperti biasa, nyeri saat bersenggama (6), benjolan di

perut (3), keluar darah dari kemaluan (3), demam (3), mual muntah (3), 5A5 dan

5A2 seperti biasa. Os berobat ke dokter obgyn dan siberi obat.

Riwayat &estr asi

#enar7he usia -' tahun , *iklus haid teratur /4 hari, lama haid hari,

ganti pembalut '89hari, dismenorhea (6) sejak tahun yll, Perdarahan di luar

siklus haid (3)

Riwayat 'erkawinan$

menikah - kali usia /1 tahun

Riwayat ke!amilan(Persalinan(A#)rt s

P':/A-, i ayat pemakaian kontrasepsi, memakai 25 suntik setelah

kelahiran anak pertama

Riwayat S)sialek)n)mi$

Os merupakan ibu rumah tangga, suaminya bekerja sebagai

buruh, memiliki satu orang anak perempuan à 2esan *O*;2 menengah ke

ba ah

Riwayat Penyakit Da! l

i ayat alergi makanan (3)

i ayat asma (3)

i ayat operasi (3)

i ayat alergi obat (3)

i ayat hipertensi (3)

Page 4: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 4/28

i ayat diabetes mellitus (3)

i ayat penggunaan <at anestesi (3)

III. Pemeriksaan*isik

I. Pemeriksaan Um m

2eadaan umum Tampak sakit ringan

2esadaran 2ompos mentis

*uhu '0, 1=

55 4 kg

Tekanan darah -/1941 mm>g

Pernafasan // 89menit, reguler

!adi 4?89m (isi dan tegangan 7ukup)

II. Pemeriksaan K! s s

Ke'ala

&ata =A (3), *+ (3), pupil bulat, isokor, sentral $ 'mm9'mm. ;dema palpebral

(3)

Hid ng sekret, darah (3), deviasi septum (3)

& l t mukosa bibir pu7at (3) sianosis (3) atrofi papil lidah (3), buka mulut ' jari,

gigi goyang (3) ompong (3), gigi palsu (3), #alampati +, @aring9tonsil Arkusfaring simetris, uvula ditengah, palatum mole (6), tonsil T- T-hiperemis (3),

detritus (3), kripta tidak melebar, tidak mudah berdarah.

Le!er$ ejas (3), deformitas (3), BP 3/ 7m> / O, Pembesaran 2:5 (3)

"!)raks

Par $ statis3dinamis simetris, stem fremitus kananCkiri, sonor, vesikuler (6)

normal, ronkhi (3), hee<ing (3)

Page 5: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 5/28

+ant ng$ 5 +3++ (6) normal, > C 4? 89menit, murmur (3), gallop (3)

A#d)men$ datar, lemas, hepa9lien tidak teraba, nyeri tekan (6) supra pubis,tymphani, 5& (6) normal

Ekstremitas$ akral hangat, pu7at (3), = T D ' detik, edema (3)

I,. Pemeriksaan Pen n%ang

Eaboratorium

>b --,0

Eeukosit 4111

Trombosit -4/.111

5T 'F

=T 0F

@oto polos thora8 !ormal

,. Diagn)sis Ker%a

Diagn)sa O#stetri -inek)l)gy ;ndometriosis

Diagn)sa Anestesi ;ndometriosis pro Eaparotomi dengan

A*A -

,I. "era'i

3 +nfus E G4779jam (maintenan7e)

3 Pro kistektomi

3 +nformed 7onsent operasi

3 2onsul bagian anestesi

3 +nformed 7onsent pembiusan

,I. Ren ana Anestesi

a. enis pembedahan 2istektomi

Page 6: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 6/28

b. enis anestesi :eneral anestesi intubasi

7. Teknik anestesi +ntubasi oral sleep apnea, ;TT kinking, si<e .1,orofaringeal air ay (6)

d.Eama anestesi 01 menit

e. Eama operasi 01 menit

f. Premedikasi mida<olam / mg

g. +nduksi propofol /11 mg, fentanil -11Hgr,

Atra7urium '1 mg

h.#edikasi tambahan 2etorola7 '1 mg

,I. La')ran anestesi d rante )'erasi

a. #ulai anestesi // $esember /1- pukul --. 11 I+5

b. Eama anestesi 0 menit

7. Eama operasi 01 menit

d. Premedikasi #ida<olam / mg

e. +nduksi propofol /11 mg, fentanil -11Hgr, Atra7urium '1 mg

f. #edikasi tambahan 2etorola7 '1 mg

g. elaksasi 3

h. espirasi Terkontrol

i. Posisi *upinasi

j. =airan $urante Operasi E 11 ml

k. *elesai operasi // $esember /1- pukul . -/.11 I+5

Page 7: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 7/28

BAB III

"IN+AUAN PUS"AKA

/.0. Anestesi Um m

/.0.0 Definisi

Anestesi umum adalah suatu keadaan meniadakan nyeri se7ara sentral yang

dihasilkan ketika pasien diberikan obat3obatan untuk amnesia, analgesia,

kelumpuhan otot, dan sedasi. Pada pasien yang dilakukan anestesi dapat dianggap

berada dalam keadaan ketidaksadaran yang terkontrol dan reversibel. Anestesi

memungkinkan pasien untuk mentolerir tindakan pembedahan yang dapat

menimbulkan rasa sakit tak tertahankan, yang berpotensi menyebabkan perubahan

fisiologis tubuh yang ekstrim, dan menghasilkan kenangan yang tidak

menyenangkan. 2omponen anestesi yang ideal terdiri dari -. >ipnotik, /.

Analgetik, '. elaksasi otot

Anestesi umum menggunakan 7ara melalui intravena dan se7ara inhalasi untuk

memungkinkan akses bedah yang memadai ke tempat dimana akan dilakukan

operasi. *atu hal yang perlu di7atat adalah bah a anestesi umum mungkin tidak

selalu menjadi pilihan terbaik, tergantung pada presentasi klinis pasien, anestesi

lokal atau regional mungkin lebih tepat.

#etode pemberian anestesi umum dapat dulihat dari 7ara pemberian obat,

terdapat ' 7ara pemberian obat pada anestesi umum

-. Parenteral

Anestesi umum yang diberikan se7ara parentral baik intravena maupun

intramuskuler biasanya digunakan untuk tindakan operasi yang singkat

atau untuk induksi anestesi. Obat anestesi yang sering digunakan adalah

• Pentothal

Page 8: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 8/28

$ipergunakan dalam larutan /, J atau J dengan dosis permulaan ?30

mg9kg 55 danselanjutnya dapat ditambah sampai - gram.

Penggunaan

3 &ntuk induksi, selanjutnya diteruskan dengan inhalasi.

3 Operasi3operasi yang singkat seperti 7urettage, reposisi, insisi abses.

=ara Pemberian

Earutan /, J dimasukkan +B pelan3pelan ?34 == sampai penderitatidur, pernapasan lambat dan dalam. Apabila penderita di7ubit tidak

bereaksi, operasi dapat dimulai. *elanjutnya suntikan dapat ditambah

se7ukupnya apabila perlu sampai - gram.

2ontra +ndikasi

-.Anak3anak di ba ah ? tahun

/.*ho7k , anemia, uremia dan penderita3penderita yang lemah

'.:angguan pernafasan asthma, sesak nafas, infeksi mulut dan saluran

nafas

?.Penyakit jantung

.Penyakit hati

0.Penderita yang terlalu gemuk sehingga sukar untuk menemukan venayang baik.

• 2etalar (2etamine)

$iberikan +B atau +# berbentuk larutan -1 mg977 dan 1 mg977.$osis +B

-3' mg9kg55,+# 43-' mg9kg55-3' menit setelah penyuntikan operasi

dapat dimulai.

Penggunaan

Page 9: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 9/28

-. Operasi3operasi yang singkat

/. &ntuk indikasi penderita tekanan darah rendah

2ontra +ndikasi

Penyakit jantung, kelainan pembuluh darah otak dan hypertensi.

Oleh karena komplikasi utama dari anestesi se7ara parenteral

adalah menekan pusat pernafasan, maka kita harus siap dengan peralatan

dan tindakan pernafasan buatan terutama bila ada sianosis.

/. Perektal

Obat anestesi diserap le at mukosa re7tum kedalam darah dan

selanjutnya sampai ke otak. $ipergunakan untuk tindakan diagnosti7

(katerisasi jantung, roentgen foto, pemeriksaanmata, telinga,

oesophagos7opi, penyinaran dsb) terutama pada bayi3bayi dan anak ke7il.

uga dipakai sebagai induksi narkose dengan inhalasi pada bayi dan anak3

anak. *yaratnya adalah

-. e7tum betul3betul kosong

/.Tak ada infeksi di dalam re7tum. Eama narkose /13'1 menit.

Obat3obat yang digunakan

3 Pentothal -1J dosis ?1 mg9kg55

3 Tribromentothal (avertin) 41 mg9kg55

'. Perinhalasi

Obat anesthesia dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paru3paru,

masuk ke darah dan sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose.

Obat3obat yang dipakai

-. +nduksi halotan

Page 10: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 10/28

+nduksi halotan memerlukan gas pendorong O / atau 7ampuran ! / O dan

O / . +nduksidimulai dengan aliran O / K ? ltr9mnt atau 7ampuran ! / O O/

C ' -. Aliran K ? ltr9mnt.2alau pasien batuk konsentrasi halotan

diturunkan, untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikan lagi sampai

konsentrasi yang diperlukan.

/. +nduksi sevofluran

+nduksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk

alaupun langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 4 vol

J. *eperti dengan halotankonsentrasi dipertahankan sesuai kebutuhan.

'. +nduksi dengan enfluran (ethran), isofluran ( foran, aeran ) atau

desfluran jarang dilakukan karena pasien sering batuk dan aktu

induksi menjadi lama.

Apabila obat anestesi inhalasi, dihirup bersama3sama udara inspirasi

masuk ke dalam saluran pernafasan, di dalam alveoli paru akan berdifusi masuk

ke dalam sirkulasi darah. $emikian pula yang disuntikkan se7ara intramuskuler,

obat tersebut akan diabsorbsi masuk ke dalam sirkulasi darah. *etelah masuk ke

dalam sirkulasi darah obat tersebut akan menyebar kedalam jaringan. $engan

sendirinya jaringan yang kaya pembuluh darah seperti otak atau organ vital akan

menerima obat lebih banyak dibandingkan jaringan yang pembuluh darahnya

sedikit seperti tulang atau jaringan lemak. Tergantung obatnya, di dalam jaringan

sebagian akan mengalami metabolisme, ada yang terjadi di hepar, ginjal atau

jaringan lain.

;kskresi bisa melalui ginjal, hepar, kulit atau paru paru. ;kskresi bisa

dalam bentuk asli atau hasil metabolismenya. ! / O diekskresi dalam bentuk asli

le at paru. @aktor yang mempengaruhi anestesi antara lain

3 @aktor respirasi (untuk obat inhalasi).

3 @aktor sirkulasi

Page 11: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 11/28

3 @aktor jaringan.

3 @aktor obat anestesi.

@aktor respirasi

*esudah obat anestesi inhalasi sampai di alveoli, maka akan men7apai

tekanan parsiel tertentu, makin tinggi konsentrasi <at yang dihirup tekanan

parsielnya makin tinggi. Perbedaan tekanan parsiel <at anestesi dalam alveoli dan

di dalam darah menyebabkan terjadinya difusi. 5ila tekanan di dalam alveoli lebih

tinggi maka difusi terjadi dari alveoli ke dalam sirkulasi dan sebaliknya difusiterjadi dari sirkulasi ke dalam alveoli bila tekanan parsiel di dalam alveoli lebih

rendah (keadaan ini terjadi bila pemberian obat anestesi dihentikan.

#akin tinggi perbedaan tekanan parsiel makin 7epat terjadinya difusi.

Proses difusi akan terganggu bila terdapat penghalang antara alveoli dan sirkulasi

darah misalnya pada udem paru dan fibrosis paru. Pada keadaan ventilasi alveoler

meningkat atau keadaan ventilasi yang menurun misalnya pada depresi respirasi

atau obstruksi respirasi.

@aktor sirkulasi

Aliran darah paru menentukan pengangkutan gas anestesi dari paru ke

jaringan dan sebaliknya. Pada gangguan pembuluh darah paru makin sedikit obat

yang dapat diangkut demikian juga pada keadaan 7ardia7 output yang menurun.

Blood gas partition coefisien adalah rasio konsentrasi <at anestesi dalam

darah dan dalam gas bila keduanya dalam keadaan keseimbangan. 5ila kelarutan

<at anestesi dalam darah tinggi95: koefisien tinggi maka obat yang berdifusi

7epat larut di dalam darah, sebaliknya obat dengan 5: koefisien rendah, maka

7epat terjadi keseimbangan antara alveoli dan sirkulasi darah, akibatnya penderita

mudah tertidur aktu induksi dan mudah bangun aktu anestesi diakhiri.

@aktor jaringan

%ang menentukan antara lain

Page 12: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 12/28

3 Perbedaan tekanan parsiel obat anestesi di dalam sirkulasi darah dan di

dalam jaringan.

3 2e7epatan metabolisme obat.

3 Aliran darah dalam jaringan.

3 Tissue/blood partition coefisien

.@aktor <at anestesi

Tiap3tiap <at anestesi mempunyai potensi yang berbeda. &ntuk mengukur potensi obat anestesi inhalasi dikenal adanya #A= ( minimal alveolar

concentration ). #enurut #erkel dan ;ger (-G0'), #A= adalah konsentrasi obat

anestesi inhalasi minimal pada tekanan udara - atm yang dapat men7egah gerakan

otot skelet sebagai respon rangsang sakit supramaksimal pada 1J pasien. #akin

rendah #A= makin tinggi potensi obat anestesi tersebut.

Stadi m anestesi

2edalaman anestesi harus dimonitor terus menerus oleh pemberi anestesi, agar

tidak terlalu dalam sehingga membahayakan ji a penderita, tetapi 7ukup adekuat

untuk melakukan operasi. 2edalaman anestesi dinilai berdasarkan tanda klinik

yang didapat. :uedel membagi kedalaman anestesi menjadi ? stadium dengan

melihat pernafasan, gerakan bola mata, tanda pada pupil, tonus otot dan refleks

pada penderita yang mendapat anestesi ether.

-. *tadium +

$isebut juga stadium analgesi atau stadium disorientasi. $imulai sejak

diberikan anestesi sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini operasi

ke7il bisa dilakukan.

/. *tadium ++

Page 13: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 13/28

$isebut juga stadium delirium atau stadium e8itasi. $imulai dari

hilangnya kesadaran sampai nafas teratur. $alam stadium ini penderita

bisa meronta ronta, pernafasan irregular, pupil melebar, refleks 7ahaya

positif gerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (6), tonus otot meninggi,

refle8 fisiologi masih ada, dapat terjadi batuk atau muntah, kadang3kadang

ken7ing atau defekasi. *tadium ini diakhiri dengan hilangnya refleks

menelan dan kelopak mata dan selanjutnya nafas menjadi teratur. *tadium

ini membahayakan penderita, karena itu harus segera diakhiri. 2eadaan ini

bisa dikurangi dengan memberikan premedikasi yang adekuat, persiapan

psikologi penderita dan induksi yang halus dan tepat. 2eadaan emergen7y

delirium juga dapat terjadi pada fase pemulihan dari anestesi.

'. *tadium +++

$isebut juga stadium operasi. $imulai dari nafas teratur sampai paralise

otot nafas. $ibagi menjadi ? plane

3 Plane + $ari nafas teratur sampai berhentinya gerakan bola mata.$itandai dengan nafas teratur, nafas torakal sama dengan abdominal.

:erakan bola mata berhenti, pupil menge7il, refleks 7ahaya (6),

lakrimasi meningkat, refle8 faring dan muntah menghilang, tonus otot

menurun.

3 Plane ++ $ari berhentinya gerakan bola mata sampai permulaan

paralisa otot interkostal. $itandai dengan pernafasan teratur, volume

tidak menurun dan frekuensi nafas meningkat, mulai terjadi depresinafas torakal, bola mata berhenti, pupil mulai melebar dan refleks

7ahaya menurun, refleks kornea menghilang dan tonus otot makin

menurun.

3 Plane +++ $ari permulaan paralise otot interkostal sampai paralise

seluruh otot +nterkostal. $itandai dengan pernafasan abdominal lebih

dorninan dari torakal karena terjadi paralisis otot interkostal, pupil

Page 14: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 14/28

makin melebar dan refle8 7ahaya menjadi hilang, lakrimasi negafif,

refle8 laring dan peritoneal menghilang, tonus otot makin menurun.

3 Plane +B $ari paralise semua otot interkostal sampai paralise

diafragma. $itandai dengan paralise otot interkostal, pernafasan

lambat, iregular dan tidak adekuat, terjadi jerky karena terjadi paralise

diafragma. Tonus otot makin menurun sehingga terjadi fla77id, pupil

melebar, refleks 7ahaya negatif refleks spin7ter ani negative.

?. *tadium +B

$ari paralisis diafragma sampai apneu dan kematian. uga disebut stadium

over dosis atau stadium paralysis. $itandai dengan hilangnya semua

refleks, pupil dilatasi, terjadi respiratory failure dan dikuti dengan

circulatory failure .

Persia'an Anestesia Um mPraktek anesesi yang aman dan efisien memerlukan personil

bersertifikat, obat3obatan dan peralatan yang tepat, serta keadaan pasien yangoptimal.

Persyaratan minimum untuk anestesi umum2ebutuhan infrastruktur minimum untuk anestesi umum termasuk ruang

yang 7ukup terang dengan ukuran yang memadai, sebuah sumber oksigen

bertekanan (paling sering di pipa)L perangkat hisap yang efektifL monitor yang

sesuai dengan standar A*A ( American Society of Anesthesiologist ) , termasuk

denyut jantung, tekanan darah, ;2:, denyut nadi oksimetri, kapnografi, suhu,

dan konsentrasi oksigen terinspirasi dan dihembuskan dan <at anestesi yang

diaplikasikan.*elain ini, beberapa peralatan dibutuhkan untuk memasukkan <at anestesi.

Alat yang sederhana seperti jarum dan jarum suntik, jika obat harus diberikan

sepenuhnya intravena. $alam sebagian besar keadaan, ini berarti

membutuhkan tersedianya sebuah mesin yang memungkinkan untuk

mengetahui pemasukkan gas dan memelihara anestesi tetap berjalan#enyiapkan pasien

Page 15: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 15/28

2ondisi pasien harus 7ukup dipersiapkan. #etode yang paling efisien

adalah pasien ditinjau oleh orang yang bertanggung ja ab untuk memberikan

anestesi dengan baik sebelum tanggal operasi.;valuasi praoperasi memungkinkan pemantauan laboratorium yang tepat,

perhatian terhadap kondisi medis pasien yang terbaru atau yang sedang

berlangsung, diskusi dari setiap reaksi sebelumnya yang merugikan pribadi

atau keluarga untuk anestesi umum, penilaian status fungsional jantung dan

paru, dan ren7ana anestesi yang efektif dan aman. >al ini juga berfungsi untuk

meredakan ke7emasan dari pembedahan yang tidak diketahui oleh pasien dan

keluarga mereka. *e7ara keseluruhan, proses ini memungkinkan untuk

optimasi pasien pada aktu perioperatif.Pemeriksaan fisik yang terkait dengan evaluasi praoperasi memungkinkan

pelaksana anestesi untuk fokus se7ara khusus pada kondisi saluran napas yang

diharapkan, termasuk membuka mulut, gigi longgar atau bermasalah,

keterbatasan dalam rentang gerak leher, anatomi leher, dan presentasi

#allampati (lihat di ba ah). $engan menggabungkan semua faktor, ren7ana

yang sesuai untuk intubasi dapat diuraikan dan langkah tambahan, jika perlu,

dapat diambil untuk mempersiapkan bronkoskopi serat optik, laringoskopi

video, atau berbagai intervensi sulit terhadap saluran napas lainnya.#anajemen jalan napas

2esulitan yang mungkin dihadaapi dalam manajemen jalan napas,

meliputi kondisi diba ah ini ahang yang ke7il atau mundur :igi rahang atas yang menonjol Eeher yang pendek ;kstensi leher terbatas Pertumbuhan gigi yang buruk Tumor di ajah, mulut, leher, atau tenggorokan Trauma pada ajah @iksasi antar3gigi Penggunaan cervical collar yang keras5erbagai sistem penilaian telah dibuat menggunakan pengukuran orofa7ial

untuk memprediksi intubasi sulit. %ang paling banyak digunakan adalah skor

#allampati, yang mengidentifikasi pasien dengan faring yang kurang jelas

divisualisasikan melalui mulut terbuka.

Page 16: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 16/28

Penilaian #allampati idealnya dilakukan saat pasien duduk dengan mulut

terbuka dan lidah yang menonjol tanpa phonating . Pada banyak pasien yang

diintubasi karena indikasi emergensi, jenis penilaian seperti ini tidak mungkin.

*ebuah penilaian sederhana dapat dilakukan pada pasien dalam posisi

terlentang untuk mendapatkan gambaran dari ukuran bukaan mulut dan

perkiraan lidah dan orofaring sebagai faktor dalam keberhasilan intubasi (lihat

gambar di ba ah)

*kor #allampati yang tinggi telah terbukti menjadi prediksi intubasi sulit.

!amun, tidak ada sistem penilaian yang sensitive -11J atau spesifik -11J .Akibatnya, praktisi mengandalkan beberapa kriteria dan pengalaman mereka

untuk menilai jalan napas.

Pelaksana anestesi bertanggung ja ab untuk menilai semua faktor yang

mempengaruhi kondisi medis pasien dan memilih teknik anestesi yang optimal

sesuai kondisi pasien. 5eberapa pertimbangan dalam melakukan anestesi umum

meliputi

• 2euntungan

3 #enurunkan kesadaran dan ingatan pasien selama operasi

3 #emungkinkan relaksasi otot yang tepat untuk jangka aktu yang

lama

3 #emfasilitasi kontrol penuh terhadap jalan napas, pernapasan, dan

sirkulasi

Page 17: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 17/28

3 $apat digunakan dalam kasus3kasus yang sensitif terhadap <at

anestesi lo7al

3 $apat diberikan tanpa memindahkan pasien dari posisi terlentang

3 $apat disesuaikan dengan mudah untuk prosedur operasi dengan

durasi aktu yang tak dapat diprediksi atau pada keadaan

penambahan aktu operasi

3 $apat diberikan dengan 7epat dan reversibel

• 2ekurangan

3 #embutuhkan peningkatan kompleksitas pera atan dan biaya yang

terkait

3 #embutuhkan persiapan pasien praoperasi

3 $apat menyebabkan fluktuasi perubahan fisiologis yang memerlukan

intervensi aktif

3 Terkait dengan komplikasi kurang serius seperti mual atau muntah,

sakit tenggorokan, sakit kepala, menggigil, dan dibutuhkan aktu

dalam pengembalian fungsi mental yang normal

3 Terkait dengan kondisi hipertermia yang ga at, sebuah kondisi yang

jarang, terkait dengan kondisi otot yang terkena paparan beberapa

(tidak semua) <at anestesi umum yang dapat menyebabkan kenaikan

suhu akut dan berpotensi mematikan, hiperkarbia, asidosis

metabolik, dan hyperkalemia.

• 1ara mem#erikan anestesi

Pemberian anestesi dimulai dengan induksi yaitu memberikan obat

sehingga penderita tidur. Tergantung lama operasinya, untuk operasi yang

aktunya pendek mungkin 7ukup dengan induksi saja. Tetapi untuk

Page 18: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 18/28

operasi yang lama, kedalaman anestesi perlu dipertahankan dengan

memberikan obat terus menerus dengan dosis tertentu, hal ini disebut

maintenan7e atau pemeliharaan.

2edaaan ini dapat diatasi dengan 7ara mendalamkan anestesi. Pada

operasi3operasi yang memerlukan relaksasi otot, bila relaksasinya kurang

maka ahli bedah akan mengeluh karena tidak bisa bekerja dengan baik,

untuk operasi yang membuka abdomen maka usus akan bergerak dan

menyembul keluar, operasi yang memerlukan penarikan otot juga sukar

dilakukan. 2eadaan relaksasi bisa terjadi pada anestesi yang dalam,sehingga bila kurang relaksasi salah satu usaha untuk membuat lebih

relaksasi adalah dengan mendalamkan anestesi, yaitu dengan 7ara

menambah dosis obat.

Pada umumnya keadaan relaksasi dapat ter7apai setelah dosis obat

anestesi yang diberikan sedemikian tinggi, sehingga menimbulkan

gangguan pada organ vital. $engan demikian keadaan ini akan

mengan7am ji a penderita, lebih3lebih pada penderita yang sensitif atau

memang sudah ada gangguan pada organ vital sebelumnya. &ntuk

mengatasi hal ini maka ada tehnik tertentu agar ter7apai trias anestesi pada

kedalaman yang ringan, yaitu penderita dibuat tidur dengan obat hipnotik,

analgesinya menggunakan analgetik kuat, relaksasinya menggunakan

pelemas otot ( muscle relaxant ) tehnik ini disebut balan7e anestesi.

Pada balan7e anestesi karena menggunakan muscle relaxant , maka

otot mengalami relaksasi, jadi tidak bisa berkontraksi atau mengalami

kelumpuhan, termasuk otot respirasi, jadi penderita tidak dapat bernafas.

2arena itu harus dilakukan nafas buatan (dipompa), tanpa dilakukan nafas

buatan, penderita akan mengalami kematian, karena hipoksia. adi nafas

penderita sepenuhnya tergantung dari pengendalian pelaksana anestesi,

karena itu balan7e anestesi juga disebut dengan tehnik respirasi kendali

atau control respiration .

Page 19: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 19/28

&ntuk mempermudah respirasi kendali penderita harus dalam

keadaan terintubasi. $engan menggunakan balan7e anestesi maka ada

beberapa keuntungan antara lain

3 $osis obatnya minimal, sehingga gangguan pada organ vital dapat

dikurangi. Polusi kamar operasi yang ditimbulkan obat anestesi inhalasi

dapat dikurangi. *elesai operasi penderita 7epat bangun sehingga

mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh penderita yang tidak sadar.

3 $engan dapat diaturnya pernafasan maka dengan mudah kita bisa

melakukan hiperventilasi, untuk menurunkan kadar =O / dalam darah

sampai pada titik tertentu misalnya pada operasi otak. $engan

hiperventilasi kita juga dapat menurunkan tekanan darah untuk operasi

yang memerlukan tehnik hipotensi kendali.

3 2arena pernafasan bisa dilumpuhkan se7ara total maka mempermudah

tindakan operasi pada rongga dada (thora7otomy) tanpa terganggu oleh

gerakan pernafasan. 2ita juga dapat mengembangkan dan mengempiskan paru dengan sekehendak kita tergantung keperluan. $engan demikian

berdasar respirasinya, anestesi umum dibedakan dalam ' ma7am yaitu

3 espirasi spontan yaitu penderita bernafas sendiri se7ara spontan.

3 espirasi kendali9respirasi terkontrol 9balan7e anestesi

pernafasanpenderita sepenuhnya tergantung bantuan kita.

3 Assisted espirasi penderita bernafas spontan tetapi masih kita berikan sedikit bantuan.

5erdasar sistim aliran udara pernapasan dalam rangkaian alat

anestesi, anestesi dibedakan menjadi ? sistem, yaitu Open, semi open,

7losed, dan semi 7losed.

-. *istem open adalah sistem yang paling sederhana. $i sini tidak ada

hubungan fisik se7ara langsung antara jalan napas penderita

Page 20: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 20/28

dengan alat anestesi. 2arena itu tidak menimbulkan peningkatan

tahanan respirasi. $i sini udara ekspirasi babas keluar menuju

udara bebas. 2ekurangan sistem ini adalah boros obat anestesi,

menimbulkan polusi obat anestesi di kamar operasi, bila memakai

obat yang mudah terbakar maka akan meningkatkan resiko

terjadinya kebakaran di kamar operasi, hilangnya kelembaban

respirasi, kedalaman anestesi tidak stabil dan tidak dapat dilakukan

respirasi kendali.

/. $alam system semi open alat anestesi dilengkapi dengan reservoir bag selain reservoir bag, ada pula yang masih ditambah dengan

klep - arah, yang mengarahkan udara ekspirasi keluar, klep ini

disebut non rebreating valve. $alam sistem ini tingkat keborosan

dan polusi kamar operasi lebih rendah dibanding system open.

'. $alam sistem semi 7losed, udara ekspirasi yang mengandung gas

anestesi dan oksigen lebih sedikit dibanding udara inspirasi, tetapi

mengandung =O / yang lebih tinggi, dialirkan menuju tabung yang

berisi sodalime, disini =O / akan diikat oleh sodalime. *elanjutnya

udara ini digabungkan dengan 7ampuran gas anestesi dan oksigen

dari sumber gas ( @:@ 9 Fresh Gas Flow ) untuk diinspirasi kembali.

2elebihan aliran gas dikeluarkan melalui klep over flow. 2arena

udara ekspirasi diinspirasi lagi, maka pemakaian obat anestesi dan

oksigen dapat dihemat dan kurang menimbulkan polusi kamar

operasi.

?. $alam system 7losed prinsip sama dengan semi 7losed, tetapi

disini tidak ada udara yang keluar dari sistem anestesi menuju

udara bebas. Penambahan oksigen dan gas anestesi harus

diperhitungkan, agar tidak kurang sehingga menimbulkan hipoksia

dan anestesi kurang adekuat, tetapi juga tidak berlebihan, karena

pemberian yang berlebihan bisa berakibat tekanan makin meninggi

Page 21: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 21/28

sehingga. menimbulkan pe7ahnya alveoli paru. *istem ini adalah

sistem yang paling hemat obat anestesi dan tidak menimbulkan

polusi. Pada system 7losed dan semi7losed juga disebut system

rebreathing, karena udara ekspirasi diinspirasi kembali, sistem ini

juga perlu sodalime untuk membersihkan =O / . Pada system open

dan semi open juga disebut system nonrebreathing karena tidak ada

udara ekspirasi yang diinspirasi kembali, system ini tidak perlu

sodalime. &ntuk menjaga agar pada system semi open tidak terjadi

rebreathing, aliran 7ampuran gas anestesi dan oksigen harus 7epat,

biasanya diberikan antara / ' kali menit volume respirasi

penderita.

*ystem ebreathing eservoir bag *odalime Tingkat polusi

kamar operasi

Tingkat

keborosan obat

Open 3 3 3 6666 666

*emi open 3 6 6 666 66

*emi 7losed 6 6 6 66 6

=losed 6 6 6 6 3

5ila obat anestesi seluruhnya menggunakan obat intravena, maka disebut

anestesi intravena total (total intravenous anesthesia9T+BA). 5ila induksi dan

maintenan7e anestesi menggunakan obat inhalasi maka disebut B+#A (Bolatile

+nhalation and #aintenan7e Anesthesia)

Pemulihan anestesiPada akhir operasi atau setelah operasi selesai, maka anestesi diakhiri

dengan menghentikan pemberian obat anestesi. Pada anestesi inhalasi bersamaan

dengan penghentian obat anestesi aliran oksigen dinaikkan, hal ini disebut

oksigenisasi. $engan oksigenisasi maka oksigen akan mengisi tempat yang

sebelumnya ditempati oleh obat anestesi inhalasi diaveoli yang berangsur3angsur

keluar mengikuti udara ekspirasi.

Page 22: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 22/28

$engan demikian tekanan parsiel obat anestesi di alveoli juga berangsur3

angsur turun, sehingga lebih rendah dibandingkan dengan tekanan parsiel obat

anestesi inhalasi didalamdarah. #aka terjadilah difusi obat anestesi inhalasi dari

dalam darah menuju ke alveoli. *emakin tinggi perbedaan tekanan parsiel tersebut

ke7epatan difusi makin meningkat. *ementara itu oksigen dari alveoli akan

berdifusi ke dalam darah.*emakin tinggi tekanan parsiel oksigen di alveoli (akibat oksigenisasi)

difusi kedalam darah semakin 7epat, sehingga kadar oksigen di dalam darah

meningkat, menggantikan posisi obat anestesi yang berdifusi menuju ke alveoli.

Akibat terjadinya difusi obat anestesi inhalasi dari dalam darah menuju ke alveoli,

maka kadarnya di dalam darah makin menurun.Turunnya kadar obat anestesi inhalasi tertentu di dalam darah, selain

akibat difusi di alveoli juga akibat sebagian mengalami metabolisme dan ekskresi

le at hati, ginjal, dan keringat. 2esadaran penderita juga berangsur3angsur pulih

sesuai dengan turunnya kadar obatanestesi di dalam darah. 5agi penderita yang

mendapat anestesi intravena, maka kesadarannya, berangsur3angsur pulih dengan

turunnya kadar obat anestesi akibat metabolisme atau ekskresi setelah pemberinya

dihentikan.*elanjutnya pada penderita yang dianestesi dengan respirasi spontan tanpa

menggunakan pipa endotrakheal maka tinggal menunggu sadarnya penderita,

sedangkan bagi penderita yang menggunakan pipa endotrakheal maka perlu

dilakukan ekstubasi(melepas pipa ;T). ;kstubasi bisa dilakukan pada aktu

penderita masih teranestesi dalam dan dapat juga dilakukan setelah penderita

sadar. ;kstubasi pada keadaan setengah sadar membahayakan penderita, karena

dapat terjadi spasme jalan napas, batuk, muntah, gangguan kardiovaskuler,

naiknya tekanan intra okuli dan naiknya tekanan intra 7ranial. ;kstubasi pada aktu penderita masih teranestesi dalam mempunyai

resiko tidak terjaganya jalan nafas, dalam kurun aktu antara tidak sadar sampai

sadar. Tetapi ada operasi tertentu ekstubasi dilakukan pada aktu penderita masih

teranestesi dalam. Pada penderita yang mendapat balan7e anestesi maka ekstubasi

dilakukan setelah napas penderita adekuat. &ntuk memper7epat pulihnya

Page 23: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 23/28

penderita dari pengaruh mus7le rela8ant maka dilakukan reverse, yaitu

memberikan obat antikolinesterase.*ebagian ahli anestesi tetap memberikan reverse alaupun napas sudah

adekuat bagi penderita yang sebelumnya mendapat mus7le rela8ant. *ebagian ahli

anestesi melakukan ekstubasi setelah penderita sadar, bisa diperintah menarik

napas dalam, batuk, menggelengkan kepala dan menggerakkan ekstremitas.

Penilaian yang lebih obyektif tentang seberapa besar pengaruh mus7le rela8ant

adalah dengan menggunakan alat nerve stimulator.

Adapun setelah prosedur diatas selesai, pasien dipindahkan ke ruang

pemulihan dan terus diobservasi dengan 7ara menilai AldretteFs s7ore nya, nilai 43

-1 bisa dipindahkan ke ruang pera atan, 34 observasi se7ara ketat, kurang dari

pindahkan ke +=&, penilaian meliputi

>al yang dinilai !ilai

-. 2esadaran*adar penuh

5angun bila dipanggilTidak ada respon

/

-1

/. espirasi$apat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk *esak nafas, nafas dangkal atau ada hambatanApnoe

/-1

'. *irkulasi perbedaan dengan tekanan preanestesiPerbedaan 63 /1Perbedaan 63 1

Perbedaan lebih dari 1

/-

1?. Aktivitas dapat menggerakkan ekstremitas atas perintah

? ekstremitas/ ekstremitasTidak dapat

/-1

. Iarna kulit !ormalPu7at, gelap, kuning atau berbintik3bintik =yanoti7

/-1

Page 24: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 24/28

Page 25: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 25/28

BAB I,

PE&BAHASAN

Pasien, !y. #, ' tahun datang ke ruang operasi untuk menjalani operasi

kistektomi pada tanggal // $esember /1- dengan diagnosis pre operatif

;ndometriosis. Persiapan operasi dilakukan pada tanggal /- $esember /1- .

$ari anamnesis terdapat keluhan nyeri saat haid yang dirasakan sejak 4

bulan terakhir dan nyeri dirasakan bertambah berat, terus3menerus meskipun os

tidak haid, sejak hari yang lalu. 2arena sering kambuh, dokter menganjurkan

untuk dilakukan operasi kistektomi.

$ari pemeriksaan laboratorium hematologi yang dilakukan tanggal /-

$esember /1- . >b --, g9dl Eeukosit G 11 mm ' , Trombosit -G4.111

mm ' ,5T 'F = 0F

Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan, tekanan darah -/1941

mm>g, !adi 4?89menit, espirasi //89menitL *uhu '0, O=.

$ari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

disimpulkan bah a pasien masuk dalam ASA I.

Persia'an )'erasi $

Pemberian maintenan7e 7airan sesuai dengan berat badan pasien yaitu 4

kg, maka 7airan yang diberikan sebanyak /' / 779/?jam atau G4 779jam

*ebelum dilakukan operasi pasien dipuasakan selama 034 jam. Tujuan

puasa untuk men7egah terjadinya aspirasi isi lambung karena regurgitasi ataumuntah pada saat dilakukannya tindakan anestesi akibat efek samping dari obat3

obat anastesi

"indakan Anestesi

Operasi Eaparotomi dilakukan pada tanggal // $esember /1- . Pasien

dikirim dari bangsal bedah ke ruang +5*. Pasien masuk keruang O2 / pada pukul

Page 26: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 26/28

--.11 I+5 dilakukan pemasangan !+5P dan O / dengan hasil T$ -'49G- mm>gL

!adi GG89menit, dan *pO / GGJ.

$ilakukan pemberian premedikasi mida<olam / mg, dengan tujuan

mengurangi ke7emasan dan men7iptakan efek amnesia anterogade.

*elanjutnya pasien ini diberikan atra7urium bromide / mg untuk

merelaksasikan otot3otot pernapasan. 2arena dilakukan operasi laparotomi,

dipilih untuk dilakukan intubasi endotrakeal agar tidak mengganggu operator

sepanjang operasi dilakukan dan supaya pasien tetap dianestesi dan dapat bernafas

dengan adekuat

Pasien disungkupkan dengan sungkup muka yang telah terpasang pada

mesin anestesi yang menghantarkan gas (sevoflurane) dengan ukuran / volJ

dengan oksigen dari mesin ke jalan napas pasien sambil melakukan bagging

selama kurang lebih ' menit untuk menekan pengembangan paru dan juga

menunggu kerja dari pelemas otot sehingga mempermudah dilakukannya

pemasangan endotrakheal tube.

Penggunaan sevofluran dipilih karena sevofluran mempunyai efek induksi

dan pulih dari anestesi lebih 7epat dibanding dengan gas lain, dan baunya pun

lebih harum dan tidak merangsang jalan napas sehingga digemari untuk induksi

anestesi dibanding gas lain seperti isoflurane atau halotan. ;fek terhadap

kardiovaskular pun relatif stabil dan jarang menyebabkan aritmia.

Pemasangan E""

Penyulit intubasi (*kala E;#O!)

L))k e2ternally à jejas (3), gigi goyang (3), ompong (3), lidah besar (3),

leher pendek (3)

E3al ate /4/45 r le à 5aik

&allam'ati à -rade I

O#str ti)n à Tidak ada

Ne k m)#ility à kaku (3)

Page 27: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 27/28

$ilakukan pemasangan ;TT jenis kinking dengan si<e .1, +ntubasi

berhasil dilakukan tanpa hambatan.

2emudian dialirkan sevofluran / volJ, oksigen sekitar 1 ml9menit

sebagai anestesi rumatan. Bentilasi dilakukan dengan bagging dengan laju napas

/1 89menit. *esaat setelah operasi selesai gas anestesi (!/O) diturunkan untuk

menghilangkan efek anestesi perlahan3lahan dan untuk membangunkan pasien.

uga diharapkan agar pasien dapat melakukan nafas spontan menjelang operasi

selesai.

Operasi selesai tepat jam -/.- I+5. Ealu mesin anestesi diubah kemanual supaya pasien dapat melakukan nafas spontan. $ilakukan bagging untuk

mempertahankan ventilasi selama menunggu pasien bernafas spontan. :as

sevofluran dihentikan karena pasien sudah nafas spontan dan adekuat. 2emudian

dilakukan ekstubasi endotra7heal se7ara 7epat untuk menghindari penurunan

saturasi lebih lanjut.

Total 7airan yang diberikan pada pasien ini sejumlah 11 77 inger Eaktat.

Perdarahan pada operasi ini kurang lebih /11 77. Pada pukul -/.-1 I+5, sebelum

selesai pembedahan dilakukan pemberian analgetik, injeksi ketorola7 '1 mg

diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang

sampai berat setelah prosedur pembedahan.

Pada pukul -/.- I+5, pembedahan selesai dilakukan, dengan

pemantauan akhir T$ -//9 4 mm>gL !adi 4089menit, dan *pO / GGJ.

Pembedahan dilakukan selama M 01 menit dengan perdarahan M /11 77. Pasien

kemudian diba a ke ruang pemulihan ( Recovery Room ).

*elama di ruang pemulihan, jalan nafas dalam keadaan baik, pernafasan

spontan dan adekuat serta kesadaran 7ompos mentis. Tekanan darah selama -

menit pertama pas7a operasi stabil yaitu -/1941 mm>g

Page 28: Case Daerah Enim

8/18/2019 Case Daerah Enim

http://slidepdf.com/reader/full/case-daerah-enim 28/28