Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Apendisitis akut didefinisikan sebagai suatu inflamasi pada lapisan dalam apendiks vermiformis yang menyebar ke bagian lain. Kondisi ini merupakan penyakit bedah yang umum dan membutuhkan penanganan segera dengan manifestasi yang bervariasi, dan tumpang tindih dengan sindrom klinis yang lain, serta morbiditas yang signifikan. Meskipun diagnostik dan terapeutik dalam pengobatan semakin maju, apendisitis tetap merupakan keadaan yang darurat dan salah satu penyebab tersering nyeri abdomen akut. 9 Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya saja pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding. 1 Apendisitis akut merupakan salah satu kondisi tersering yang diterapi dengan operasi emergensi. Jika gejala yang muncul tipikal, penegakan diagnosis dan terapi relatif mudah. Pada anak-anak, pasien usia tua, 1
35

Case App

Jul 14, 2016

Download

Documents

app
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case App

BAB I

PENDAHULUAN

Apendisitis akut didefinisikan sebagai suatu inflamasi pada lapisan dalam

apendiks vermiformis yang menyebar ke bagian lain. Kondisi ini merupakan penyakit

bedah yang umum dan membutuhkan penanganan segera dengan manifestasi yang

bervariasi, dan tumpang tindih dengan sindrom klinis yang lain, serta morbiditas yang

signifikan. Meskipun diagnostik dan terapeutik dalam pengobatan semakin maju,

apendisitis tetap merupakan keadaan yang darurat dan salah satu penyebab tersering

nyeri abdomen akut.9

Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya saja pada anak kurang

dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30

tahun, setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya

sebanding.1

Apendisitis akut merupakan salah satu kondisi tersering yang diterapi dengan

operasi emergensi. Jika gejala yang muncul tipikal, penegakan diagnosis dan terapi

relatif mudah. Pada anak-anak, pasien usia tua, dan pasien dengan gejala atipikal,

diagnosis dapat tertunda dan penanganan lebih sulit.5

1

Page 2: Case App

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Apendiks vermiformis adalah organ berbentuk tabung yang mempunyai

otot dan mengandung banyak jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis

bervariasi antara 8-13 cm, dengan diameter 0,7 cm. Lumennya sempit di bagian

proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks

berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya.

Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia

tersebut.1,3

Apendiks vermiformis terletak di regio iliaca dextra, dan ujungnya

diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah garis

yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus (titik

Mc.Burney).3

Gambar 1. Titik McBurney

Dasar apendiks melekat pada permulaan posteromedial caecum, sekitar 2,5

cm di bawah ileocaecalis. Apendiks terletak di ileocaecum, pertemuan dari tiga

tinea coli caecum. Apendiks vermiformis diliputi seluruhnya oleh peritoneum,

yang melekat pada lapisan bawah mesenterium intestinum tenue melalui

2

Page 3: Case App

mesenteriumnya sendiri yang pendek, mesoapendiks. Mesoapendiks berisi arteri

dan vena appendicularis, dan saraf-saraf. 3

Gambar 2. Caecum dan apendiks vermiformis

Terdapat beberapa variasi posisi apendiks vermiformis, yaitu diantaranya:4,6

a. Di belakang sekum (retrocaecal)

b. Inferior sekum (subcaecal), turun ke arah pelvis minor

c. Anterior dari ileum (ascending paracaecal preileal)

d. Posterior dari ileum (ascending paracaecal retroileal)

e. Pelvic

3

Page 4: Case App

Gambar 3. Variasi anatomi posisi apendiks6

Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu

memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang

mesoapendiks penggantungnya. Oleh karenanya, gejala klinis apendisitis

ditentukan oleh letak apendiks.1

Arteria appendicularis merupakan cabang arteri ileocaecalis (cabang

a.mesenterica superior). Arteri apendikularis merupakan arteri tanpa kolateral.

Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi maka apendiks

akan mengalami gangren.. Aliran darah balik yaitu melalui vena appendikularis

mengalirkan darahnya ke vena ileocaecal, kemudian menuju vena mesenterika

superior dan masuk ke sirkulasi portal.3

Cabang-cabang saraf simpatis (nervus thoracalis X) dan parasimpatis

(nervus vagus) dari plexus mesentericus superior. Serabut saraf aferen yang

menghantarkan rasa nyeri visceral dari apendiks vermiformis berjalan bersama

saraf simpatis dan masuk ke medulla spinalis setinggi vertebra thoraxica X.

Oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus.1,3

4

Page 5: Case App

2.2 Epidemiologi

Insidens apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara

berkembang. Namun, dalam tiga–empat dasawarsa terakhir kejadiannya

menurun secara bermakna. Hal ini diduga disebabkan oleh meningkatnya

penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-hari.1

Apendisitis paling sering terjadi pada pasien dalam dekade kedua hingga

keempat kehidupan, dengan usia rata-rata 31,3 tahun. Adapun perbandingan

apendisitis pada laki-laki : perempuan yaitu 1,2-1,3:1.2

2.3 Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai

faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan

sebagai faktor pencetus. Hiperplasia jaringan limfa, fekalit, tumor apendiks dan

cacing askaris dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang juga diduga

dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks akibat parasit

seperti E. histolytica.1

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan

rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi

akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan

fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa.

Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.1

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi dasar apendisitis adalah obstruksi lumen apendiks yang

diikuti oleh infeksi. Obstruksi lumen apendiks menyebabkan pertumbuhan

bakteri yang berlebihan dan produksi mukus yang terus-menerus sehingga

terjadi distensi intraluminal dan peningkatan tekanan dinding apendiks. Distensi

luminal mengakibatkan sensasi nyeri visceral yang dirasakan oleh pasien

sebagai nyeri periumbilikal. Berkurangnya aliran vena dan limfatik selanjutnya

5

Page 6: Case App

mengakibatkan mukosa iskemia. Gabungan hal tersebut mengakibatkan proses

inflamasi lokal yang dapat berkembang menjadi gangren dan perforasi.

Inflamasi peritoneum yang berdekatan menimbulkan nyeri yang terlokalisasi

pada kuadran kanan bawah. Perforasi biasanya terjadi setelah setidaknya 48 jam

dari timbulnya gejala dan disertai dengan abses dinding cavitas usus halus dan

omentum. Perforasi bebas apendiks ke dalam rongga peritoneum jarang terjadi,

yang mungkin disertai dengan peritonitis dan syok septik dan dapat

menyebabkan komplikasi pembentukan abses intraperitoneal multipel.7

2.5 Manifestasi klinis

Gejala apendisitis bervariasi berdasarkan lokasi apendiks. Gejala klasik

apendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral

di daerah epigastrium atau di sekitar umbilicus. Keluhan ini sering disertai

mual, kadang disertai muntah, dan umumnya nafsu makan menurun. Dalam

beberapa jam, nyeri akan berpindah ke kanan bawah (titik McBurney). Nyeri

dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya yang merupakan nyeri somatik

setempat.1 Nyeri pada awalnya di daerah epigastrium atau sekitar pusat,

kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah disebut juga Kocher’s sign.2

Apendiks yang terletak retrosekal retroperitoneal (antara sekum dan otot

psoas mayor), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada

rangsangan peritoneal karena apendiks terlindung oleh sekum. Rasa nyeri lebih

kearah perut sisi kanan atau nyeri timbul saat berjalan karena kontraksi otot

psoas mayor yang menegang dari dorsal.1,2

Nyeri atipikal biasanya timbul jika apendiks terletak di dekat otot obturator

internus, rotasi dari pinggang meningkatkan nyeri pada pasien ditemui ketika

ujung apendiks terletak di panggul. Radang pada apendiks yang terletak di

rongga pelvis dapat menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau

rectum sehingga peristaltis meningkat dan pengosongan rectum menjadi lebih

cepat serta berulang. Apendiks yang menempel ke kandung kemih dapat

6

Page 7: Case App

menimbulkan dysuria dan peningkatan frekuensi kencing akibat rangsangan

apendiks terhadap dinding kandung kemih.1,8

Pada lebih dari 95% pasien dengan apendisitis akut, anoreksia merupakan

gejala yang pertama dirasakan, diikuti oleh nyeri perut, kemudian muntah-

muntah. Jika muntah mendahului timbulnya rasa sakit, diagnosis apendisitis

harus dipertanyakan.2

Hanya 55% dari pasien dengan apendisitis mengeluhkan gejala dan temuan

fisik yang klasik. Hal ini dikarenakan tanda-tanda dan gejala awal terutama

tergantung pada lokasi ujung apendiks yang sangat bervariasi. Ketika ujung

apendiks retrocecal, nyeri dapat dimanifestasikan dengan ekstensi pasif pinggul

(psoas sign). Ketika apendiks terletak di pelvis, nyeri dapat terdeteksi selama

pemeriksaan rektal toucher atau pemeriksaan panggul. Dengan demikian, pada

pasien dengan sakit perut terus-menerus dan gejala rektum (diare atau

tenesmus), penting untuk melakukan pemeriksaan dubur.8

Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Pada awalnya, anak sering

hanya menunjukkan gejala rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa

melukiskan rasa nyerinya. Oleh karenanya apendisitis sering baru diketahui

setelah terjadi perforasi.1

Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, dan

muntah. Hal ini perlu dicermati karena pada kehamilan trimester pertama sering

juga terjadi mual dan muntah. Pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks

terdorong ke kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan

bawah tetapi lebih di regio lumbal kanan.1

2.6 Diagnosis1,2,7,8

Anamnesis

Pada anamnesis, keluhan utama apendisitis biasanya adalah nyeri

samar-samar dan tumpul yang mula-mula dirasakan di epigastrium atau

regio umbilical yang diiukuti dengan anoreksia dan mual. Nyeri kemudian

7

Page 8: Case App

dirasakan berpindah ke perut kanan bawah, tepatnya di titik McBurney.

Selain itu terdapat pula keluhan muntah, obstipasi, dan febris. Namun,

keluhan yang dirasakan pasien apendisitis dapat berbeda oleh karena gejala

ditentukan dari posisi ujung apendiks.

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam biasanya ringan,

dengan suhu sekitar 37,5-38,5C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah

terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai

1C.

Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung

sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan

perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses appendikuler.

Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan,

bisa disertai nyeri lepas. Defans muskular menunjukkan adanya rangsangan

peritoneum parietal. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci

diagnosis. Sedikit gerakan, termasuk batuk dapat meningkatkan nyeri

(Dunphy’s sign). Temuan lain yaitu nyeri pada kuadran kanan bawah pada

palpasi kuadran kiri bawah (Rovsing’s sign), nyeri pada rotasi internal

panggul (obturator sign, memberi kesan apendiks pelvik) dan nyeri pada

ekstensi panggul kanan (iliopsoas sign, khas apendiks retrocaecal).

Pemeriksaan rectal touche akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada

jam 9-12. Pada appendisitis pelvika akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu

dilakukan rectal tauche.

Jika apendiks mengalami perforasi, nyeri abdomen hebat dan lebih

difus serta peningkatan spasme otot abdomen. Denyut jantung meningkat,

dengan peningkatan suhu diatas 390C.

Pemeriksaan Laboratorium

8

Page 9: Case App

Darah rutin

Leukosit meningkat dengan neutrofil lebih dari 75% pada sebagian

besar pasien. Hitung leukosit yang tinggi (>20.000/mL) mengarah pada

komplikasi apendisitis dengan gangren atau perforasi.

Urinalisis

Urinalisis berguna untuk menyingkirkan saluran kemih sebagai

sumber infeksi. Meskipun beberapa sel darah putih atau merah bisa berasal

dari ureter atau iritasi kandung kemih sebagai akibat dari radang pada

apendiks, bakteriuria dalam spesimen urin yang diperoleh melalui kateter

umumnya tidak terlihat dalam apendisitis akut.

Pemeriksaan Radiologi

Foto polos abdomen

Foto polos abdomen jarang mampu menegakkan diagnosis, namun

berguna dalam mengidentifikasi udara bebas, dan dapat menunjukkan

appendicolith pada 7-15% kasus.4 Ditemukannya appendicolith

membuat kemungkinan apendisitis akut hingga 90%. Pada pasien

dengan apendisitis akut, pola gas usus yang abnormal sering terlihat

namun bukan merupakan penemuan yang spesifik

Ultrasonografi

Ultrasound dengan radiasi pengion yang rendah harus menjadi

penunjang pilihan pada pasien muda, dan efektif mengidentifikasi

apendiks abnormal, terutama pada pasien yang kurus.

Graded compression sonography telah diusulkan sebagai cara

yang akurat untuk menegakkan diagnosis apendisitis. Diagnosis

sonografi apendisitis akut memiliki sensitivitas dari 55-96% dan

spesifisitas 85-98%.5 Hasil scan dianggap positif jika noncompressible

appendix ≥6 mm pada arah anteroposterior. Penebalan dinding

9

Page 10: Case App

apendiks dan adanya cairan periappendiceal sangat sugestif. Gambaran

sonografi yang normal yaitu compressible, struktur tabung blind-

ending berukuran ≤5 mm, dapat menyingkirkan diagnosis apendisitis

akut.

Gambar 4. Apendiks yang mengalami apendisitis.Longitudinal dan transversal sonogram menunjukkan apendiks yang membesar

(panah) dikelilingi oleh lemak meradang hyperechoic (panah).

Apendiks yang meradang memiliki diameter lebih besar dari 6

mm, dan biasanya dikelilingi oleh hyperechoic inflamed fat di

sonografi. Tanda-tanda yang sangat mendukung apendisitis yaitu

adanya appendicolith, penebalan caecal apikal.

CT scan

Pada CT scan, apendiks yang meradang tampak melebar (> 5 cm)

dan dinding yang menebal, sehingga memberi tampakan halo atau

target sign. Jika inflamasi berlanjut, dapat terlihat periappendiceal fat

stranding, edema, cairan peritoneal, phlegmon, atau abses

periappendiceal. Fekalit dapat dengan mudah divisualisasikan, tetapi

adanya fekalit bukan patognomonik dari apendisitis.7

10

Page 11: Case App

Gambar 5. CT scan abdomen, yang menunjukkan penebalan dinding appendiks, member tampakan target sign (A), distensi appendiks dengan cairan periappendiceal (B)

Meskipun dilakukan pemeriksaan dengan cermat dan teliti, diagnosis

klinis apendisitis akut masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Untuk

menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis akut, bila diagnosis

meragukan, sebaiknya penderita diobservasi di rumah sakit dengan frekuensi

setiap 1-2 jam. Pemeriksaan ultrasonografi dapat meningkatkan akurasi

diagnosis.1

Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan menggunakan skor

Alvarado dan skor Kalesaran. Sistem skor dibuat untuk meningkatkan cara

mendiagnosis apendisitis.2

Tabel 1. The Modified Alvarado score2

11

Page 12: Case App

Tabel 2. Skor Kalesaran

No. Pemeriksaan Nilai (+) Nilai (-)

1. Riwayat demam 9 -2

2. Riwayat anoreksia 26 -20

3. Cough sign 27 -91

4. Demam (>37,30C) 19 -18

5. Rebound tenderness 18 -13

6. Rovsing sign 16 -9

7. Psoas sign 20 -6

8. Leukositosis 19 -24

9. Neutrofil >70% 20 -26

Interpretasi:

- Lebih dari 10 : diagnosis apendisitis akut dan segera operasi

12

The Modified Alvarado Score SkorGejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut

kanan bawah1

Mual-Muntah 1Anoreksia 1

Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2Nyeri lepas 1Demam diatas 37,5°C 1

Pemeriksaan Lab

Leukositosis 2Hitung jenis leukosit shift to the left 1

Total 10

Interpretasi dari Modified Alvarado Score: 0-4 : kemungkinan Apendisitis kecil 5-6 : bukan diagnosis Apendisitis 7-8 : kemungkinan besar Apendisitis 9-10 : hampir pasti menderita Apendisitis

Page 13: Case App

- (-7) sampai 10 : tindakan pengamatan- Kurang dari -7 : bukan apendisitis

2.7 Penatalaksanaan

Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan

satu-satunya pilihan yang baik adalah apendektomi. 1 Pasien dengan riwayat

klasik dan temuan pemeriksaan fisik, dengan analisis urin normal (atau piuria)

dan jumlah leukosit yang tinggi dengan pergeseran ke kiri biasanya tidak

memerlukan studi pencitraan tambahan sebelum apendektomi. Pembedahan

juga diindikasikan pada pasien dengan presentasi atipikal dan temuan radiografi

yang konsisten dengan apendisitis. Setiap pasien dengan nyeri perut atipikal

yang memiliki (1) nyeri persisten dan menjadi demam, (2) peningkatan jumlah

leukosit, atau (3) temuan pemeriksaan klinis memburuk harus menjalani

laparoskopi diagnostik dan usus buntu.9

Apendektomi dapat dilakukan dengan open atau laparoskopi. Sebelum

dilakukan operasi, maka perlu dilakukan persiapan seperti hidrasi yang adekuat

harus dipastikan, kelainan elektrolit harus diperbaiki, dan kondisi jantung, paru,

dan ginjal harus ditangani terlebih dahulu. Sebuah penelitian meta-analisis telah

menunjukkan efikasi antibiotik pra operasi dalam menurunkan komplikasi

infeksi apendisitis. 2

Pada apendisitis akut tanpa komplikasi, tidak ada manfaat dalam

memperluas cakupan antibiotik melampaui 24 jam. Pada apendisitis perforasi

atau dengan gangren, antibiotik dilanjutkan sampai pasien tidak demam dan

memiliki jumlah sel darah putih normal. Untuk infeksi intra-abdominal dari

saluran pencernaan yang ringan sampai sedang, Surgical Infection Society telah

merekomendasikan terapi tunggal dengan cefoxitin, cefotetan, atau asam

klavulanat tikarsilin. Untuk infeksi yang lebih berat, terapi tunggal dengan

carbapenems atau terapi kombinasi dengan sefalosporin generasi ketiga,

13

Page 14: Case App

monobactam, atau aminoglikosida ditambah untuk anaerobik dengan

klindamisin atau metronidazole..Rekomendasi serupa untuk anak-anak.2

Penggunaan antibiotik terbatas 24 sampai 48 jam dalam kasus apendisitis

nonperforasi. Sedangkan untuk apendisitis perforasi, dianjurkan terapi diberikan

selama 7 sampai 10 hari. Antibiotik IV biasanya diberikan sampai jumlah sel

darah putih normal dan pasien tidak demam selama 24 jam. Selain itu

pemberian analgesik untuk menghilangkan nyeri juga diberikan pada pasien

baik sebelum maupun sesudah operasi untuk mengurangi keluhan.2

Gambar 6. Algoritma klinis untuk kasus dugaan apendisitis akut2

2.8 Prognosis

Angka kematian akibat apendisitis yaitu 0,2-0,8% yang lebih banyak

disebabkan komplikasi penyakit daripada intervensi bedah. Angka kematian

pada anak-anak berkisar antara 0,1% sampai 1%; pada pasien yang lebih tua

dari 70 tahun, angka kematian naik di atas 20%, terutama karena keterlambatan

14

Page 15: Case App

diagnosis dan terapi. Perforasi apendiks dikaitkan dengan morbiditas dan

mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan apendisitis nonperforasi.

Risiko kematian apendisitis akut tanpa gangren kurang dari 0,1%, namun risiko

meningkat menjadi 0,6% pada apendisitis gangren. Tingkat perforasi bervariasi

dari 16% hingga 40%, dengan frekuensi yang lebih tinggi terjadi pada

kelompok usia muda (40-57%) dan pada pasien yang lebih tua dari 50 tahun

(55-70%), dimana sering terjadi misdiagnosis dan diagnosis yang tertunda.

Komplikasi terjadi pada 1-5% pasien dengan apendisitis, dan infeksi luka pasca

operasi menyebabkan kematian untuk hampir sepertiga dari morbiditas terkait.9

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas

Nama : Nn. YA

Umur : 20 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Ruangan : Kenari

Rumah sakit : RSU Anutapua

Tanggal Masuk : 12 Januari 2016

Tanggal pemeriksaan : 13 Januari 2016

II. Anamnesis

Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 13 Januari 2016

Keluhan utama : Nyeri perut kanan bawah

Anamnesis terpimpin : Dialami sejak kurang lebih 4 hari sebelum masuk

rumah sakit. Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati dan

sekitar pusar, kemudian ke perut kanan bawah. Nyeri

bertambah berat saat pasien berjalan dan batuk.

15

Page 16: Case App

Pasien juga mengeluh mual dan muntah sebanyak 2

kali berisi makanan, serta demam yang naik turun.

Keluhan pertama kali dirasakan. Beberapa hari

terakhir pasien kurang nafsu makan. BAB belum 2

hari terakhir. BAK lancar dan biasa. Tidak ada

riwayat trauma.

Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien belum pernah mengalami keluhan yang

sama sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang

sama

Riwayat pengobatan : Pasien minum obat paracetamol saat demam

III. Pemeriksaan fisik

Status Generalisata

KeadaanUmum : sakit sedang

Status Gizi : gizi baik

Kesadaran : E4 V5 M6

Tanda Vital:

Tekanan darah: 100/60 mmHg Pernapasan : 18x/menit

Nadi : 88x/menit Suhu aksilla: 37,2°C

Kepala :

Konjungtiva anemis ( - /- )

Sklera ikterik ( - /- )

Edem palpebral ( - /- )

Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)

Thorax

16

Page 17: Case App

Paru-paru

- Inspeksi : ekspansi dinding dada simetris bilateral

- Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-)

- Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

- Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung

- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

- Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicularis

sinistra

- Perkusi : batas jantung normal

- Auskultasi : S1/S2 murni regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : datar kesan normal, distensi (-), sikatriks (-)

- Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal

- Perkusi : timpani

- Palpasi : nyeri tekan (+) pada titik McBurney, nyeri lepas (+),

defans muscular (-), splenomegali (-), hepatomegali(-)

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

- Superior : akral hangat (+), edema (-/-)

- Inferior : akral hangat (+), edema (-/-)

- ROM : pergerakan aktif dan pasif tidak terganggu

- NVD : CRT <2 detik

Status Lokalis:

Regio : Inguinalis dextra

17

Page 18: Case App

- Inspeksi : datar kesan normal, distensi (-)

- Auskultasi : peristaltik usus (+) kesan normal

- Perkusi : timpani

- Palpasi : nyeri tekan (+) pada titik McBurney, nyeri lepas tekan

(+),defans muscular (-)

Pemeriksaan tambahan

- Rovsing’s sign (+)

- Blumberg sign (-)

- Psoas sign (+)

- Obturator (+)

- Dunphy sign (+)

IV. Pemeriksaan penunjang

Darah Rutin (11 Januari 2016) RBC : 4.7 x 1012/L (4,7 - 6.1) (Normal)WBC : 11,6 x 109/L (4,8-10,8) (meningkat)Hb : 14,4 g/dL (14-18) (Normal)Hct : 43,8 % (45 - 52) (Normal)Plt : 358 x109/L (150 - 450) (Normal)Neut% : 65,1% (40-74) (Normal)CT : 6’ 30 ” ( 4 – 12 menit)(Normal)BT : 2 ‘ 30 “ ( 1 – 4 menit) (Normal)

Kimia Darah (12 Januari 2013)GDS : 93 mg/dL (80-199) (Normal)

HCG test : negative

Urinalisis : dalam batas normal

V. Resume

18

Page 19: Case App

Pasien perempuan usia 20 tahun dengan keluhan nyeri kuadran kanan bawah

yang dialami sejak kurang lebih 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya

nyeri dirasakan di epigastrium dan umbilicus, kemudian ke regio inguinalis

dextra. Nyeri bertambah berat saat pasien berjalan dan batuk. Nausea (+), vomitus

(+), anoreksia (+), obstipasi (+), febris (+).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital tekanan darah 100/60 mmHg,

Nadi :88x/menit, respirasi: 18x/menit, temperatur: 37,2°C. Nyeri tekan

McBurney (+), rebound tenderness (+), Rovsing’s sign (+), Psoas sign (+),

Obturator (+), Dunphy sign (+). Pemeriksaan labaratorium didapatkan

leukositosis.

VI. Diagnosis kerja

Appendisitis akut

VII. Penatalaksanaan

Medikamentosa :

- IVFD RL 28 tetes/menit

- Ceftriaxon 1 gr/12 jam

- Ranitidin 100 mg /12 jam

Operatif : Appendektomi

Laporan operasi

1. Pasien baring terlentang dengan posisi supine di bawah pengaruh

regional anestesi

2. Disinfeksi area operasi dan pasang doek steril

3. Insisi gridiron McBurney lanjutkan lapis demi lapis hingga cavum

peritoneum dan dibuka

4. Identifikasi caecum, pertemuan tiga taenia, didapatkan appendix

5. Appendix radang akut

19

Page 20: Case App

6. Mesoapendix diligasi dan dijahit secara jelujur

7. Dilakukan appendektomi

8. Dilakukan jahitan tabac sac

9. Bersihkan luka kemudian jahit lapis demi lapis, kontrol perdarahan

10. Tutup luka operasi

11. Operasi selesai

VIII. Prognosis

Bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang

telah dilakukan maka pasien pada kasus ini didiagnosis appendicitis akut.

Pasien perempuan usia 20 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan

bawah yang dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk RS. Awalnya nyeri dirasakan di

epigastrium dan sekitar umbilicus. Perpindahan nyeri perut dari daerah periumbilical

ke perut kanan bawah ini sangat khas pada kasus apendisitis. Nyeri perut yang

dirasakan di daerah periumbilical merupakan nyeri viseral akibat rangsangan pada

peritoneum viseral. Pada saat terjadi distensi apendiks akibat peningkatan tekanan

intralumen maka peritoneum viseral akan teregang dan memberikan sensasi rasa

nyeri. Nyeri dari organ-organ yang berasal dari midgut (jejenum hingga kolon

transversum) akan dirasakan di daerah periumbilical. Nyeri selanjutnya dirasakan di

perut kanan bawah merupakan nyeri somatik akibat proses peradangan pada apendiks

yang berlanjut ke peritoneum parietal. Selain itu, pasien juga mengeluhkan anoreksia,

mual, muntah, dan demam yang umumnya ditemukan pada apendisitis akut.

20

Page 21: Case App

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital tekanan darah 100/60 mmHg,

Nadi :88x/menit, respirasi: 18x/menit, temperatur: 37,2°C. Nyeri tekan McBurney

(+), rebound tenderness (+), Rovsing’s sign (+), Psoas sign (+), Obturator (+),

Dunphy sign (+). Dari pemeriksaan fisik tersebut tidak didapatkan adanya febris, hal

ini karena pasien telah mendapatkan terapi antipiretik sebelumnya. Nyeri tekan perut

kanan bawah merupakan kunci diagnosis apendisitis. Pemeriksaan lain seperti

rovsing sign, psoas sign, dan obturator sign dapat membantu penegakan diagnosis

apendisitis.

Dari hasil pemeriksaan laboratoium didapatkan adanya leukositosis. Pada kasus

apendisitis akut tanpa komplikasi umumnya dapat ditemukan adanya leukositosis

sedang antara 10.000-18.000. Pada hitung jenis leukosit dapat ditemukan adanya shift

to the left. Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan pencitraan lain dengan alas an

pemeriksaan pencitraan hanya dilakukan jika hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik

meragukan untuk menegakkan diagnosis apendisitis akut.

Untuk membantu menegakkan diagnosis apendisitis akut pada pasien dengan

nyeri perut kanan bawah dapat digunakan Alvarado score. Nilai Alvarado score di

atas tujuh menunjukkan bahwa kemungkinan besar pasien mengalami apendisits akut.

Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan nilai delapan pada pasien sehingga

kemungkinan besar pasien mengalami apendisitis akut.

Penanganan utama pasien dengan apendisitis akut adalah appendektomi. Pada

kasus ini telah sesuai dengan teori dimana dilakukan open appendektomi. Dua hari

sebelum dilakukan appendektomi, pasien telah mendapatkan terapi antibiotik

golongan cephalosporin. Menurut teori pemberian antibiotik pra operasi efektif

mencegah komplikasi infeksi pada apendisitis.

21

Page 22: Case App

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R. Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Anorektum: Apendiks

Vermiformis. In: Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Theddeus OHP,

Rudiman Reno. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-deJong. 3rd ed.

Jakarta:EGC, 2010.p755-62.

2. Brunicardi FC, Andersen DK, Biliar TR, et al. The Appendix. Shwartz’s

Principles of Surgery. 9th Ed. USA: McGrawHill Companies. 2010.

3. Snell RS. Abdomen: Bagian II Cavitas Abdominalis. In: Sugiharto L,

Hartanto H, Listiawati E, Suyono YJ, Susilawati, Nisa TM, et al. Anatomi

Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6th ed. Jakarta:EGC, 2006.p230-1.

4. Fritsch H, Kühnel W. Color atlas of human anatomy, Internal organs. Thieme

Medical Publishers. (2008)

5. Ishikawa, Hiroshi. Diagnosis and Treatment of Acute Appendicitis. The

Journal of the Japan Medical Association, vol 46 (5). 2003.

6. William NS, Bulstrode CJK, Connell PR. Bailey & Love’s Short Practice of

Surgery 25th Ed, Ed. London, Hodder Arnold. 2008

22

Page 23: Case App

7. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Sabiston Textbook

of Surgery: The Biological Basis of Modern Surgical Practice, 19 th Ed.

Philadelphia, Elseviers Saunders. 2012

8. Vermiform Appendix. WebMD LLC; c1994-2014 [Updated: 2015 Oct 19,

cited Feb 2016]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/195652.

9. Appendicitis. WebMD LLC; c1994-2014 [Updated: Jul 21, 2014, cited Feb

2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/773895-

overview#aw2aab6b2b7aa.

BAGIAN ILMU BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

APPENDISITIS AKUT

Oleh:

Anni

23

Page 24: Case App

N 111 14 019

Pembimbing Klinik

dr. Arief Husain, Sp. B

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2016

24