BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO LAPORAN KASUS JUNI 2015 CARCINOMA COLON DESCENDENS OLEH : WISNU WARDANA PEMBIMBING : dr. I Made Wirka, Sp.B DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS TADULAKO
LAPORAN KASUSJUNI 2015
CARCINOMA COLON DESCENDENS
OLEH :
WISNU WARDANA
PEMBIMBING :
dr. I Made Wirka, Sp.B
DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS TADULAKO
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 2
A. Defenis................................................................................................ 2
B. Insiden................................................................................................ 2
C. Anatomi.............................................................................................. 3
D. Fisiologi.............................................................................................. 6
E. Eiologi................................................................................................ 8
F. Patofisiologi........................................................................................ 9
G. Patologi............................................................................................... 10
H. Klasifikasi........................................................................................... 11
I. Manifestasi Klinik.............................................................................. 13
J. Diagnosis ........................................................................................... 18
K. Terapi.................................................................................................. 23
L. Prognosis............................................................................................ 29
BAB II LAPORAN KASUS................................................................................. 30
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38
BAB I
PENDAHULUAN
Angka kejadian penyakit kanker usus besar ( kolon ) dan rektum cukup tinggi
di dunia. Sayangnya perhatian masyarakat awam terhadap kanker ini masih
minim. Karsinoma kolon merupakan kanker ketiga yang paling umum pada laki-
laki dan perempuan di Amerika Serikat. Menurut World Health Organization pada
April 2003 melaporkan terdapat lebih dari 940.000 kasus baru karsinoma
kolorektal dan hampir 500.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia setiap
tahunnya.
Usus besar adalah bagian dari saluran cerna yang berfungsi untuk penyerapan
air. Usus ini berhubungan dengan rektum di bagian ujungnya yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara dari feses ( tinja ) yang selanjutnya akan
dibuang melalui anus. Dibandingkan penyakit jantung koroner , penyakit
keganasan atau kanker usus besar ( kolon ) dan rektum kurang populer dan kurang
menjadi perhatian masyarakat awam. Padahal angka kejadiaanya cukup tinggi.
Apalagi diikuti dengan makin bertambahnya usia harapan hidup, penyakit-
penyakit degeneratif seperti kanker juga akan semakin meningkat.
Penderita karsinoma kolorektal biasanya datang pada dokter sudah dalam
keadaan lanjut, oleh karena itu sudah menjadi tugas dokter untuk mendeteksi
karsinoma kolon-rektum dalam stadium dini, sehingga prognosis penyakit ini
menjadi lebih baik. Manifestasi klinis dari keganasan kolorektal sangat bervariasi
tergantung dari tempat dimana lesi berada, apakah di kanan atau kiri kolon.
Namun yang paling sering terjadi adalah perubahan kebiasaan pola buang air
besar. Karena banyak kanker adalah asimptomatik sampai mencapai stadium yang
lanjut, jelas bermanfaat untuk mendiagnosis kanker tersebut dangan menggunakan
pengujian diagnostik skrining dan spesifik untuk pasien yang dicurigai menderita
kanker kolon-rektum atau mereka yang berada dalam risiko tinggi karena kondisi
predisposisi atau riwayat keluarga.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Karsinoma kolon adalah tumor ganas epitelial pada usus besar yang
memanjang dari sekum hingga rektum1.
B. INSIDENSI
Karsinoma kolon merupakan kanker ketiga yang paling umum pada laki-
laki dan perempuan di Amerika Serikat. Menurut World Health Organization
pada April 2003 melaporkan terdapat lebih dari 940.000 kasus baru
karsinoma kolorektal dan hampir 500.000 kematian dilaporkan di seluruh
dunia setiap tahunnya. Angka kejadian kanker kolorektal mulai meningkat
pada umur 40 tahun dan puncaknya pada umur 60-75 tahun. Faktor resikonya
meliputi umur, diet tinggi lemak dan kolesterol, inflamatory bowel disease
(terutama kolitis ulseratif) dan genetik. Kanker kolon lebih sering terjadi pada
wanita, kanker rektum lebih sering ditemukan pada pria. Sekitar 5% penderita
kanker kolon atau kanker rektum memiliki lebih dari satu kanker kolorektum
pada saat yang bersamaan2.
Di Indonesia insidens pada pria sebanding dengan wanita dan lebih
banyak pada orang muda, 75% ditemukan di rektosigmoid. Di negara barat
perbandingan insidens laki-laki : perempuan adalah 3 : 1 dan kurang dari 50%
ditemukan di rektosigmoid dan merupakan penyakit usia lanjut. Letak
keganasan kolorektal 10% pada sekum dan kolon asendens, 10% pada kolon
transversum termasuk kedua fleksura, 5% ada kolon desendens, 75% pada
kolon rektosigmoid2,8.
C. ANATOMI
Kolon mempunyai panjang 1,5 meter dan terbentang dari ileum terminalis
sampai dengan anus. Diameter terbesarnya 8,5 cm dalam sekum, berkurang
menjadi 2,5 cm dalam kolon sigmoideum dan menjadi sedikit lebih berdilatasi
dalam rektum. Bagian asendens dan desendens terutama
retroperitoneum,sedangkan kolon sigmoideum dan transversum mempunyai
mesenterium, sehingga terletak di intraperitoneum.
Lapisan otot longitudinal kolon membentuk tiga buah pita yang disebut taenia
koli. Panjang taenia lebih pendek daripada usus, hal ini menyebabkan usus tertarik
dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang dinamakan haustra.
Secara embriologik kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri
sampai rektum berasal dari usus belakang. Kolon dibagi menjadi kolon asendens,
transversum, dan sigmoid. Tempat di mana kolon membentuk kelokan tajam yaitu
pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan
fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu
lekukan berbentuk S3.
Dalam perkembangan embriologi kadang terjadi gangguan rotasi usus
embrional sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesenterium yang
lengkap. Keadaan ini memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar
usus yang sama halnya dapat terjadi dengan mesenterium yang panjang pada
kolon sigmoid dengan radiksnya yang sempit.
Dinding kolon terdiri dari empat lapisan histologi yang jelas, yaitu : tunika
serosa, tunika muskularis, tunika submukosa, dan tunika mukosa. Tunika serosa
membentuk apendises epiploika, sedangkan tunika mukosa yang terdiri dari epitel
selapis toraks dan tidak mempunyai vili serta banyak kriptus tubular, dalam
sepertiga bawahnya mempunyai sel goblet pensekresi mukus yang ada di
keseluruhan kolon. Pada tunika muskularis terdapat sel ganglion pleksus
mienterikus (Auerbach) terutama terletak sepanjang permukaan luar stratum
sirkulasi4.
Gambar : Anatomi kolon
Suplai darah kolon terutama melalui arteria Mesenterika Superior dan Inferior
dan inferior. Arteria mesenterika superior ada tiga cabang utama :(1) arteri
Karsinoma kolon disebelah kanan, kadang-kadang teraba suatu massa. Tumor
sigmoid sedikit dapat diraba diperut kiri bawah. Bila tumor sudah metastase ke hati,
akan teraba hati yang nodular dengan bagian yang keras dan yang kenyal. Dapat
ditemukan massa di abdomen, apabila ada gejala-gejala obstruksi dari inspeksi
dapat ditemukan dinding abdomen distensi, dumb countur, dumb steifung. Dari
palpasi ditemukan massa abdomen, dan hipertympani pada perkusi abdomen,
auskultasi usus bisa ditemukan peningkatan peristaltik yang kemudian diikuti
dengan burburigmi, metalik sound dan penurunan serta menghilangnya peristaltik
Bisa juga ditemukan nyeri tekan pada seluruh dinding abdomen apabila terjadi
perforasi usus.
Pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) bisa ditemukan massa maligna
(massa berbenjol-benjol dengan striktura) direktum dan rektosigmoid teraba keras
kenyal dan lendir darah pada sarung tangan.
Tabel : Ringkasan diagnosis karsinoma kolorektal
Kolon Kanan :
- Anemia dan kelemahan- Darah okul di feses- Dispepsia- Perasaan kurang enak di perut kanan bawah- Massa di perut kanan bawah- Foto rontgen perut khas- Penemuan kolonoskopi
Kolon Kiri :
- Perubahan pola defekasi- Darah di feses- Gejala dan tanda obstruksi- Foto rontgen khas- Penemuan kolonoskopi
Rektum :
- Perdarahan rektum- Darah di feses- Perubahan pola defekasi- Pasca defekasi perasaan tidak puas atau rasa penuh
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan gejala-gejala yang dicurigai karsinoma kolon, diagnosis
definitif biasanya ditegakkan dengan endoskopi (fleksibel sigmoidoskopi dan
colonoscopy) atau barium enema. Pemeriksaan lain diperlukan untuk pemeriksaan
derajat penyakit dan mencari metastase. Ada berbagai pilihan penyaringan tersedia
mencakup Fecal occult bleeding (FOBT), fleksibel sigmoidoskopi (FS), sinar-x enema
barium, dan kolonoskopi dan fecal immunochemical test (FIT).
Fecal Occult Bleeding Test
FOBT menawarkan beberapa keuntungan sebagai alat screening yang
telah terbukti efektif dalam percobaan secara random, yang non-invasive,
dan hemat biaya. Akan tetapi, penurunan angka kematian termasuk rendah
(15–33%).
Fecal Immunochemical Test (FIT)
Merupakan pemeriksaan feses-darah terbaru, dikenal sebagai fecal
immunochemical test (FIT), mendeteksi porsi spesifik dari protein darah
manusia. Test ini dilakukan sama seperti FOBT yang konvensional, tetapi
lebih spesifik dan dapat mengurangi hasil positif palsu. Vitamin atau
makanan tidak mempengaruhi fecal immunochemical test, dan formatnya
hanya memerlukan 2 spesimen feses (FOBT konvensional membutuhkan 3),
jadi lebih mudah untuk digunakan. Fecal immunochemical test mempunyai
beberapa kelemahan sama seperti FOBT konvensional, seperti tidak bisa
untuk mendeteksi tumor yang tidak berdarah.
Flexible Sigmoidoscopy (FS)
Flexible Sigmoidoscopy (FS) dapat juga digunakan sebagai alat
penyaringan. Prosedur bisa dilakukan dalam kantor tanpa pemberian obat
penenang, hemat biaya dan murah, dapat untuk mengurangi angka
kematian kanker colon sekitar 60–70%, dan persiapan pasien lebih mudah
dibandingkan dengan kolonoskopi. Akan tetapi, FS mendeteksi hanya
separuh adenomas dan 40% kanker dari proximal sampai splenic flexure.
Dapat mengedintifikasi sampai 75% lesi proximal dan tidak dapat
mendeteksi lesi distal. Pemeriksaannya sering dibatasi oleh
ketidaknyamanan pasien dan kurang persiapan.
Dengan melakukan pemeriksaan FOBT setiap tahun dan FS setiap lima 5
tahun. Metode ini memberikan gambaran pada kolon descenden dan
memberikan sensitifitas yang baik pada FOBT untuk proximal kanker yang
tidak bisa dicapai oleh FS. Suatu penelitian terbaru menunjukkan bahwa
penambahan sekali FOBT dengan FS meningkatkan tingkat pendeteksian
neoplasia dari 70% dengan FS sendiri, menjadi 76%.
Penyinaran Enema barium
Pemeriksaan sinar-x enema barium (BE) mempunyai manfaat cost
effective dan memeriksa keseluruhan kolon. Barium enema sebaiknya
menggunakan kontras ganda dan usahakan melakukan pemotretan pada
berbagai posisi bila ditemukan kelainan. Pada foto kolnon dapat terlihat
suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura. Selain itu dapat
ditemukan lokasi tempat kelainan tersebut.
Gambar : Pemeriksaan kontras barium enema – radiograf
Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat membantu mencegah kanker colon dengan
pendeteksian polyp adenomatosa dan polypectomy. Kolonoskopi
memberikan gambaran keseluruhan colon yang dapat mengidentifikasi dari
lesi yang proximal dan lesi distal. Kolonoskopi mempunyai sensitifitas
terbaik pada metoda screening yang ada saat ini. Kerugian kolonoskopi
adalah biaya, resiko yang ditingkatkan seperti pendarahan dan perforasi,
persiapan pasien yang sulit, dan membutuhkan pemberian obat sedasi.
Secara endoskopi umumnya bentuk kanker kolorektal ialah polipoid
yang ireguler, anular seperti bunga kool yang ulseratif, striktura, sirkular,
dan dapat menemukan letak obstruksi. Apabila dibandingkan, kolonoskopi
menjadi suatu metoda surveilen yang lebih efektif dibanding dengan
kontras barium enema ganda. Setelah melakukan pemeriksaan kolonoskopi
dengan disertai polypectomy, 580 pasien dilakukan surveilen dengan
kolonoskopi dan kontrol barium enema ganda (DCBE). Hasil kolonoskopi
menemukan 392 polyp, DCBE menemukan polyp sebanyak 139 (35%) pada
kasus yang sama.
Pemeriksaan penunjang lainnya
- Radiografi thorak : digunakan untuk mendeteksi kanker yang telah
metastase ke paru-paru.
- Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi sangat sulit untuk mendeteksi kanker kolorektal.
Alat ini baru bermanfaat untuk mendeteksi ada tidaknya metastase
kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan di hati. Jika ada
pembesaran kelenjar getah bening para-aortal patut dicurigai suatu
metastase dari kanker.
- CT-Scan : digunakan untuk mendeteksi metastase ke nodus limfatikus,
hati atau paru-paru
- Laboratorium
Setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb,
biasanya terjadi penurunan Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang
biasa dipakai adalah CEA, kadar CEA lebih dari ng\ml biasanya
ditemukan pada karsinoma kolorektal yang lanjut. Berdasarkan
penelitian CEA tidak biasa digunakan untuk mendeteksi secara dini
karsinoma kolorektal, sebab ditemukan kenaikan titer lebih dari 5 ng\
ml pada sepertiga kasus.
K. TERAPI
Farmakologi8
Penelitian di Eropa dan Amertika Serikat melaporkan bahwa respon terhadap
kombinasi dari 5-fluorouracil (5-FU), leucovorin, dan irinotecan (CPT11) lebih baik
bila dibandingkan dengan 5-FU/leucovorin atau CPT11 secara tunggal. Terapi
standar untuk carsinoma kolon yang telah bermetastase adalah CPT11 dengan
kombinasi 5-FU/LV dikenal sebagai Saltz Regimen. Obat ini digunakan secara
kombinasi dalam pengobatan carsinoma colorektal.
Gambar : CT Scan abdomen bagian atas menunjukkan multipel tumor dalam limpa dan hati yang sudah menyebar (metastase) berasal dari kanker usus (karsinoma).
Terapi dasar 5-FU diberikan secara infuse setiap hari selama 5 hari dalam 4
minggu (mayo klinik regimen) dan diteruskan secara infuse setiap minggu untuk 6
minggu dengan 2 minggu off ( Roswell Park regimen).
Kategori obat: Antineoplastic agents, merupakan standar terapi dalam
pengobatan ca kolon termasuk terapi kombinasi. Diare merupakan efek samping
yang biasa terjadi dalam pengobatan ini. Efek samping lain termasuk mucositis,
neutropenia, kerontokan rambut, dan reaksi hipersensitivitas.
Nama Obat
Fluorouracil (Adrucil)
Digunakan terutama dalam pengobatan carsinoma kolon pada penderita yang berusia lebih dari 40 tahun. Dapat digunakan sebagai agen tunggal atau kombinasi untuk terapi jangka panjang dengan leucovorin sebagai modulator biokimia.
Sebagai antimetabolit (obat anti kanker dengan struktur kimia yang hampir sama dengan faktor endogen intermediate atau memblok sintesis DNA atau RNA). 5-FU menghambat pertumbuhan sel tumor melalui tiga mekanisme berbeda yang berhubungan dengan aktivitas sintesis DNA atau kemampuan selular. Efek ini tergantung pada konversi intraseluler dari 5-FU menjadi 5-FdUMP, 5-FUTP, dan 5-FdUTP. 5-FdUMP menghambat thymidylate synthase (enzim kunci dalam sintesis DNA) . 5-FUTP dihubungkan dengan proses sintesis RNA dan 5-FdUTP berhubungan dengan DNA.
Dosis Dewasa
Standar pengobatan: 500 mg/m2 IV setiap minggu selama 4-6 minggu. Terapi tambahan:
Regimen Mayo Klinik: 425 mg/m2/d IV bolus pada hari ke 1-5 setelah pemberian LV untuk 5 hari setiap 4 minggu. Roswell Park regimen: infuse dilanjutkan setiap minggu selama 6 minggu
InteraksiMeningkatkan resiko perdarahan dengan antikoagulan, NSAIDs, platelet inhibitor, agen trombolitik, agen imunosupresif; leucovorin menurunkan kadar folat. Kombinasi dengan 5-FU lebih efektif dalam
Precautions Mual, oral dan GI ulcers, depresi system imun, kegagalan hematopoiesis (supresi sumsum tulang belakang)
Nama obat
Irinotecan (Camptosar)
Menghambat topoisomerase I, menghambat replikasi DNA. Efektif dalam pengobatan carsinoma colorektal. Standar terapi untuk carsinoma kolon yang mengalami metastase termasuk kombinasi kemoterapi 5-FU/LV/CPT11 karena terjadinya toksisitas dihubungkan dengan Saltz Regimen (5-FU/LV/CPT11), saat ini standar terapi ca kolon yang mengalami metastase maksimal 5-FU 400 mg/m2 dan CPT11 100 mg/m2 sebagai dosis awal.
Dosis dewasa 125 mg/m2 IV > 90 minimal setiap minggu dalam 4-6 minggu.
Kontraindikasi Hipersensitifitas; diarrhea akut; demam, neutropenia; adenokarsinoma anresponsif atau progresif.
Interaksi Pemberian dengan antineoplastik lain dapat menyebabkan neutropenia memanjang dan trombositpenia yang dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas.
Kehamilan Tidak aman untuk kehamilan
Perhatian Efek samping termasuk myelosuppresi, alopecia, mual, muntah, dan diare, awasi fungsi sumsum tulang belakang.
Nama obat
Leucovorin (Wellcovorin)
Standard therapy untuk ca kolon dan termasuk dalam terapi kiombinasi
Dosis dewasaStandard therapy: 20 mg/m2 IV setiap minggu untuk 4-6 minggu Terapi tambahan: 20 mg/m2 IV sebelum pemberian 5-FU pada hari ke 1-5 selama 4 minggu (Mayo Clinic regimen).
Agent antineoplastik yang digunakan sebagai kombinasi dengan 5-FU dan leucovorin untuk pengobatan ca kolon dengan metastasis yang mengalami kekambuhan atau progressi.
Dosis dewasa
Hari 1: 85 mg/m2 IV > 2 jam; diberikan secara simultan dengan leucovorin 200 mg/m2; diikuti 5-FU 400 mg/m2 IV bolus > 2-4 min, kemudian 5-FU 600 mg/m2 IV dalam larutan D5W 500 ml > 22 jam.
Hari 2: Leucovorin 200 mg/m2 IV > 2 jam, diikuti 5-FU 400 mg/m2 IV bolus > 2-4 min, kemudian 5-FU 600 mg/m2 IV dalam larutan D5W 500 Ml > 22 jam.
Interaksi Meningkatkan konsentrasi 5-FU dalam serum hampir 20%
Rekombinan antibody moniklonal dari manusia/tikus yang secara spesifik berikatan dengan komponen ekstraseluler dari reseptor factor pertumbuhan epidermal (EGFR, HER1, c-ErbB-1). Reseptor Cetuximab-bound EGF menghambat aktivasi reseptor kinase, sehingga menghambat pertumbuhan sel, menginduksi apoptosis, dan menurunkan produksi matriks metalloproteinase dan vascular endothelial growth factor (VEGF). Diindikasikan untuk terapi irinotecan-refractory, EGFR-expressed, colorectal carcinoma yang telah mengalami metastase. Terapi lebih baik dengan kombinasi irinotecan
Dosis dewasa Dosis awal: 400 mg/m2 IV (infuse > 2 jam)dosis pemeliharaan setiap minggu: 250 mg/m2 IV (infus > 1 jam).
Kontraindikasi Karsinoma kolorectal tanpa metastasis
Perhatian Hipersensitifitas, termasuk alergi terhadap protein murine; hipotensi, distress jalan nafas ( bronkospasme, stridor, hoarseness),
Nama obat Bevacizumab (Avastin)
Diindikasikan sebagai terapi lini pertama pada metastatic colorectal cancer. Murine-derived monoclonal antibody menghambat angiogenesis. Menghambat pembentukan pembuluh darah baru yang mengangkut oksigen dan nutrisis yang dibutuhkan dalam pertumbuhan sel tumor.
Dosis dewasa 5 mg/kg IV 4 kali dalam 2 minggu
InteraksiPemberian dengan 5-fluorouracil dapat meningkatkan terjadinya kejadian tromboembolik yang serius dan fatal (CVA, MI, TIAs, angina)
Perhatian
Hipertensi, fatigue, thrombosis, diarrhea, leukopenia, proteinuria, sakit kepala, anorexia, dan stomatitis; mungkin menyebabkan keadaan serius atau fatal tetapi hal ini jarang terjadi, yaitu perforasi gastrointestinal, infeksi intraabdominal, kegagalan penyembuhan luka, hemoptysis (secara partikuler berhubungan dengan ca pulmo), dan perdarahan internal, meningkatkan resiko yang serius maupun fatal terhadap terjadinya trombotik arterial dengan pemberian 5-fluorouracil.
Kemoterapi9
Kemoterapi Intrahepatic untuk carcinoma colon dengan metastase ke hepar
adalah intraarterial floxuridine (FUDR).
- Diikuti reseksi karsinoma kolon primer dan nodus limfatikus, dengan pilihan
kemoterapi: kemoterapi sistemik menggunakan regimen
5-FU/leucovorin/CPT11 atau kemoterapi intrahepatic (intraarterial) dengan
FUDR.
- Pilihan kedua untuk pasien dengan lesi hepar yang luas atau multiple sehingga
membutuhkan kemoterap dosis yang lebih tinggi. Prinsip terapi ini adalah
metastase ke hepar menerima suplai darah terutama melalui sirkulasi arteri
hepatica, dinama hepar secara normal menerima darah melalui vena porta.
Efek samping utama pada intraarterial FUDR adalah kolangitis sclerosis.
- Terapi FUDR intraarterial biasanya diberikan melalui pompa yang ditanam di
daerah subcutan, yang diganti secara periodik. Efek samping utama yang bisa
terjadi adalah sclerosing cholangitis.
Pembedahan
Pengobatan utama pada kanker kolorektal adalah pengangkatan bagian usus
yang terkena dan sistem getah beningnya. 30% penderita tidak dapat mentoleransi
pembedahan karena kesehatan yang buruk, sehingga beberapa tumor diangkat
melalui elektrokoagulasi. Cara ini bisa meringankan gejala dan memperpanjang
usia, tapi tidak menyembuhkan tumornya. Pada kebanyakan kasus kanker kolon,
bagian usus yang ganas diangkat dengan pembedahan dan bagian yang tersisa
disambungkan lagi.
Untuk kanker rektum, jenis operasinya tergantung pada seberapa jauh jarak
kanker ini dari anus dan seberapa dalam tumbuh ke dalam dinding rektum.
Pengangkatan seluruh rektum dan anus mengharuskan penderita menjalani
kolostomi menetap (pembuatan hubungan antara dinding perut dengan kolon).
Dengan kolostomi, isi usus besar dikosongkan melalui lubang di dinding perut ke
dalam suatu kantung, yang disebut kantong kolostomi. Bila memungkinkan, rektum
yang diangkat hanya sebagian, dan menyisakan ujung rektum dan anus. Kemudian
ujung rektum disambungkan ke bagian akhir dari kolon.
Prosedur pembedahan klasik untuk carcinoma kolon adalah reseksi anterior.
Abdomen dieksplorasi untuk menentukan letak tumor yang akan direseksi, dan
kemudian reseksi dilakukan secara segmental (hemikolectomy kanan atau kiri)
dengan end-to-end anastomosis. Reseksi kolon total dilakukan terhadap pasien
dengan polyposis familial dan polip colon multiple.
- Laparoscopic colon resection: menggunakan teknik laparoscopic untuk
melakukan reseksi kolon.
- Penggantian sphincter secara elektrik untuk menstimulasi musculus
neosphincter dan penambahan anal sphincter untuk pasien dengan
inkontinensia fecal stadium akhir.
- Hepatectomy partial untuk carcinoma kolon yang terbatas pada hepar
merupakan terapi pilihan untuk pasien dengan carsinoma colorektal
berulang. Factor yang ikut menentukan keberhasilan terapi ini termasuk
metastase tunggal, kadar CEA lebih dari 200 ng/mL, diameter tumor < 5 cm,
dan penanda negative setelah reseksi. Deteksi dini terhadap carsinoma
colorektal recuren termasuk dengan menggunakan CT atau MRI. Kadar CEA
juga penting untuk mendeteksi rekurensi, walaupun positive palsu dan
negativ palsu bisa saja terjadi.
Gambar : Colostomy
- Terapi lain pada metastasis liver adalah termasuk cryoablation (tekhnik
tertentu dalam bedah abdomen) dan hepatic arterial infusion (HAI) dari
agent chemotherapi seperti FUDR. HAI FUDR adjuvant biasanya diikuti
L. PROGNOSIS9,10
Lebih dari 90% pasien dengan keganasan kolorektal yang dilakukan operasi
reseksi secara kuratif atau paliatif, angka kematiannya sekitar 3-6%. Persentase
jangka hidup 5 tahun sesudah reseksi tergantung dari stadium lesi.
Duke’s A (terbatas pada dinding usus) : 90-100 %
Duke’s B (melalui seluruh dinding) : 75-85 %
Duke’s C (kelenjar getah bening positif) : 30-40 %
Duke’s D (metastasis ke tempat yang jauh atau penyebaran lokal tidak
dapat direseksi lagi) : <5 %
Insiden atau kejadian kekambuhan lokal dapat dikurangi jika saat
operasi dilakukan tindakan pencegahan semaksimal mungkin untuk
menghindari implantasi dari sel-sel ganas. Sekitar 5 % pasien dengan kanker
kolorektal penyakitnya akan berkembang ke arah keganasan.
Diperlukan tindakan lanjut (follow up) yang lama agar dapat mengetahui
apakah kanker itu rekuren dan metakromatik. Dilakukan sigmoidoskopi,
pemeriksaan feses untuk mengetahui adanya darah, barium enema,
kolonoskopi fiiber optik dan serangkaian nilai CEA sebagai marker untuk
deteksi dari kekambuhan tumor. Bila kadar CEA tetap normal sesudah
dilakukan reseksi kuratif, maka peningkatan dikemudian hari dengan
sendirinya merupakan bukti kemungkinan adanya rekurensi.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak ada
Alamat : Desa Kayu agung, Kota raya
Tanggal Pemeriksaan : 14 Juni 2015
Ruangan : Yaspis
Rumah Sakit : RSU Woodward
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Tidak bisa buang air besar
Anamnesis Terpimpin :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan tidak bisa buang air besar sejak 5 hari
yang lalu dan tidak bias kentut, perut terasa penuh dan perut semakin membesar.
Muntah setiap kali makan, hanya sedikit makanan yang dimakan pasien langsung
muntah. Awalnya pasien sudah sering mengalami susah buang air besar, kesulitan
buang air besar dialami sekitar 1 sampai 2 bulan terakhir, pasien buang air besar
setiap 2 atau 3 hari sekali dan keras. Demam tidak ada, buang air kecil biasa.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Hipertensi : Riwayat hipertensi tidak terkontrol
DM : Riwayat DM disangkal
Riw. Trauma : tidak ada.
Riw. Operasi : tidak ada.
Riwayat Pengobatan : tidak ada.
Riwayat Keluarga : tidak ada keluarga yang pernah menderita keluhan yang sama seperti pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM : Sakit Sedang / Compos Mentis, GCS E4V5M6
TANDA VITAL
Tekanan darah : 170/100 mmHg Pernapasan : 20 kali/menitNadi : 84 kali/menit Suhu : 36,7oC
Kolon Kanan :- Anemia dan kelemahan- Darah okul di feses- Dispepsia- Perasaan kurang enak di perut kanan bawah- Massa di perut kanan bawah- Foto rontgen perut khas- Penemuan kolonoskopi
Kolon Kiri :- Perubahan pola defekasi- Darah di feses- Gejala dan tanda obstruksi- Foto rontgen khas- Penemuan kolonoskopi
Rektum :- Perdarahan rektum- Darah di feses- Perubahan pola defekasi- Pasca defekasi perasaan tidak puas atau rasa penuh- Penemuan tumor pada colok dubur- Penemuan tumor rektosigmoid
Terapi pada kasus ini ialah terapi pembedahan, yaitu hemicolektomi
sinister, terapi ini dipilih karena penatalaksanaan utama untuk karsinoma kolon
adalah tindakan bedah. Dimana dilakukan dieksplorasi abdomen untuk
menentukan letak tumor yang akan direseksi, dan kemudian reseksi dilakukan
secara segmental (hemikolectomy kiri) dengan end-to-end anastomosis. Diagnosa
post-operatif berupa karsinoma kolon descenden. Pada pasien ini belum dapat
ditentukan stadium menurut Dukes, karena harus menunggu hasil pemeriksaan