BUPATI BEN GKAYAN G P E R AT UR A N BUPAT I BE NGK AYA NG NOMOR * \ TA HUN 2013 T E N TANG K E BUTUHAN D A N HARG A E CE RAN T ER TI NGGI P UP UK BE RS UBSI DI UN T UK S E KT OR PE R TANI AN DI K A BUPAT E N BE NGK AY ANG DE NG AN RAHMA T T UHAN Y ANG MAH A E S A BUP A T I BE NGK AY ANG, Me n i mb a n g : b ah w a u ntu k m e l a k s a n a k a n ke t e n t u a n P a s a l 4 Ay at (1) Pe r a tu r a n Me nt e r i Pe r t an i an No mo r 6 9/P e r me n t a n/SR. 130/ 11/2012 t e n ta n g Keb u t u h a n d a n Ha r g a E c e r a n T e r t i n g g i ( HE T ) Pu p u k Be r s u bs i di u nt u k s e k t o r P e r t an i a n d a n P e r a t u r a n G u b e r n u r No mo r 47 T a h u n 2012 t e n t a n g K e b u tu h a n d an Ha r g a E c e r a n T e r t i n gg i ( HE T ) P u p u k Be r s u bs i d i u n t u k s e k t o r P e r t a n i an, pe r l u me n e t a p k a n Pe r a tu r a n Bu p a t i t e n t a n g K e b u t u h a n d a n Ha r g a E c e r an T e r t i n g g i P u p u k Be r s u bs i d i Unt uk Se k t o r Pe r ta n i an d i K a b u p a t e n Be n g k ay a n g; Me n g i n ga t : 1. Un d a n g - Un d a n g No mo r 10 T a h u n 1999 t e nt an g P e mb e n tu k a n K a b u p a t e n Da e r ah T i n g k a t I I Be ng k aya n g ( L e m b a r a n Ne g a r a R e p u b l i k I n d o n e s i a T a h u n 1999 No mo r 44, T a m b a h a n L e mb a ra n Ne g a r a R e p u b li k I n d on e s i a No m o r 3823 ); 2. Un d a n g - U n d a n g No mo r 32 T ah u n 200 4 t e n t a ng P e me r i n ta h a n Da e r a h s e b a g a i man a t e l a h d i u b a h b e b e r ap a k al i , t e r ak h i r de n g a n Un d a n g - Un d a n g No mo r 12 T a h u n 2008 ( L e mb ar a n Ne g a r a R e p u b l i k I n d o n es i a T a h u n 2008 No m o r 5 9, T a mb a h an L e mb ara n Ne g a r a R e p u b l i k I n d o n es i a No m o r 48 44 ); 3. Un d a n g - Un d a n g No m o r 12 T a h u n 201 1 t e nt a n g P e mbe ntu k a n P e r a t u r a n P e r u n da n g - u n d a n g a n ( L e m b a r a n Ne g a r a R ep u b l i k I n d o n e s i a Ta h u n 201 1 No mo r 82, T a m b a h a n L e m b a r a n Ne g ar a R ep u b li k I n d o n e s i a No m o r 5234); 4. P e r a tu r a n P r es i d e n No m o r 77 T a h u n 2005 t e n t a n g P e n e t a p a n Pu p u k Be r s u b s i d i s e b a g ai Ba r a n g Da l a m Pe n g a w a s a n; 5. P e r at u ra n Me n te ri Pe r t a n i a n Nom or 08/ Pe rm e n t a n/ S R. 140/2/2007 t e n t a n g S y a r a t d a n T a t a Ca r a P e n d af t a r a n P u p u k A n - Or g a n i k ;
35
Embed
BUPATI BENGKAYANG · di Lini IV ke petani atau kelompok tani diatur sebagai berikut : a. penyaluran pupuk bersubsidi oleh penyalur di Lini IV berdasarkan RDKK sesuai dengan wilayah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BUPATI BENGKAYANGPERATURAN BUPATI BENGKAYANG
NOMOR *\ TAHUN2013
TENTANG
KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDIUNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BENGKAYANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BENGKAYANG,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4Ayat (1) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
69/Permentan/SR. 130/11/2012 tentangKebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET)Pupuk Bersubsidi untuk sektor Pertanian danPeraturan Gubernur Nomor 47 Tahun 2012tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi(HET) Pupuk Bersubsidi untuk sektor Pertanian,perlu menetapkan Peraturan Bupati tentangKebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi PupukBersubsidi Untuk Sektor Pertanian di Kabupaten
Bengkayang;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentangPembentukan Kabupaten Daerah Tingkat IIBengkayang (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3823 );2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubahbeberapa kali, terakhir dengan Undang-UndangNomor 12 Tahun 2008 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5234);
4. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentangPenetapan Pupuk Bersubsidi sebagai BarangDalam Pengawasan;
5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor08 / Permentan/ SR.140/2/2007 tentang Syaratdan Tata Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik;
@
6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor
40/Permentan/OT. 140/4/2007 tentangRekomendasi Pemupukan N, P dan K Pada PadiSawah Spesifik Lokasi;
7. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-
DAG/PER/6/2008 tentang Pengadaan danPenyaluran Pupuk Bersubsidi untuk SektorPertanian sebagaimana telah diubah denganPeraturan Menteri Perdagangan Nomor 07/M-
DAG/PER/2/2009;8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun
2011 tentang Pembentukan Produk HukumDaerah;
9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor69/Permentan/SR. 130/11/2012 tentangKebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET)Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun
Anggaran 2013;10.Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Nomor 643/MPP/Kep/9/2002tentang Ketentuan dan Tata Cara PengawasanBarang dan atau Jasa yang Beredar di Pasar;
11.Keputusan Menteri Pertanian Nomor237/Kpts/OT.210/4/2003 tentang PedomanPengawasan Pengadaan, Peredaran danPenggunaan Pupuk An-Organik;
12.Keputusan Menteri Pertanian Nomor
239/Kpts/OT.210/4/2003 tentang PengawasanFormula Pupuk An-Organik;
13.Keputusan Menteri Pertanian Nomor
465/Kpts/OT. 160/7/2006 tentang PembentukanTim Pengawasan Pupuk Bersubsidi Tingkat Pusat;
14.Peraturan Gubernur Nomor 47 Tahun 2012tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi
(HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian diProvinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013;
15.Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2007 tentangPembagian Urusan Pemerintahan yang menjadiKewenangan Pemerintah Kabupaten Bengkayang;
16.Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentangOrganisasi Perangkat Daerah Kabupaten
Bengkayang sebagaimana telah diubah denganPeraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KEBUTUHAN DANHARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDIUNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATENBENGKAYANG
_,* .V,
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Bengkayang.2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah.3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Bengkayang.4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkayang.5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang.6. Kabupaten adalah Daerah Kabupaten Bengkayang.
7. Direktur Jenderal adalah Pejabat Eselon I di LingkunganKementerian Pertanian yang mempunyai tugas dan pungsi di bidangpupuk sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalampenyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsungatau tidak lansung.
9. Pupuk An-Organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia,fisika dan atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrikpembuat pupuk.
10. Pupuk Organiak adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati,
kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organiklainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat ataucair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yangbermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organiktanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
11. Pemupukan Berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanamansesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untukmencapai produktivitas yang mencapai dan berkelanjutan.
12. Pupuk Bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaandan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untukkebutuhan kelompok tani dan/atau petani di sektor pertanian.
13. Kebutuhan pupuk bersubsidi adalah alokasi sejumlah pupukbersubsidi per Provinsi yang dihitung berdasarkan usulan dariGubernur atau Dinas yang membidangi sektor pertanian di Provinsi.
14. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disingkat HET adalah hargaeceran pupuk bersubsidi yang dibeli oleh petani/kelompok tani dipenyalur Lini IV yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
15. Harga Pokok Penjualan yang selanjutnya disingkat HPP adalah biayapengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi yang diproduksi olehprodusen pupuk dengan komponen biaya yang ditetapkan olehMenteri Pertanian.
16. Sektor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidayatanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak
dan budidaya ikan dan/atau udang.17. Petani adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang
mengusahakan budidaya tanaman pangan atau hortikultura denganluasan tertentu.
18. Perkebunan adalah perorangan Warga Negara Indonesia yangmengusahakan budidaya tanaman perkebunan dengan luasantertentu.
19. Peternakan adalah perorangan Warga Negara Indonesia yangmengusahakan budidaya tanaman hijauan pakan ternak denganluasan tertentu.
.3^
20. Petambak adalah perorangan Warga Negara Indonesia yangmengusahakan lahan untuk budidaya ikan dan/atau udang denganluasan tertentu.
21. Produsen adalah perusahaan yang memproduksi pupuk an-organikdan pupuk organik di dalam negeri.
22. Penyalur di Lini III adalah Distributor sesuai ketentuan PeraturanMenteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran PupukBersubsidi untuk Sektor Pertanian yang berlaku.
23. Penyalur di Lini IV adalah Pengecer Resmi sesuai ketentuanPeraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan PenyaluranPupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian yang berlaku.
24. Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang mempunyai kesamaankepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untukbekerja sama meningkatkan produktivitas usaha tani dankesejahteraan anggotanya dalam mengusahakan lahan usaha tanisecara bersama pada satu hamparan atau kawasan yang dikukuhkan
oleh Bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk.25. Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Tani yang selanjutnya
disingkat RDKK adalah perhitungan rencana kebutuhan pupukbersubsidi yang disusun oleh kelompok tani berdasarkan luasanareal usahatani yang diusahakan petani, pekebun, peternak danpetambak rakyat berdasarkan rekomendasi pemupukan berimbangspesifikasi lokasi.
26. Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida yang selanjutnya disingkatKP3 adalah wadah koordinasi instansi terkait dalam pengawasan
pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh Gubernur untuk tingkatProvinsi dan oleh Bupati/Walikota untuk tingkat Kabupaten/Kota.
BAB II
PEMBENTUKAN PUPUK BERSUBSIDI
Pasal 2
(1) Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, peternakyang mengusahakan lahan dengan total luasan maksimal 2 (dua)hektar atau petambak dengan luasan maksimal 1 (satu) hektar setiapmusim tanam per keluarga.
(2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidakdiperuntukan bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura,perkebunan, peternakan atau perusahaan perikanan budidaya.
BAB III
KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI
Pasal 3
(1) Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuranpemupukan berimbang spesifik lokasi dengan mempertimbangkanusulan kebutuhan yang diajukan oleh Kepala Dinas kepada DirekturJenderal.
(2) Kebutuhan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dirinci menurut kabupaten, jenis, jumlah, sub sektor dan sebaranbulanan, sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Bupati
>(3) Kebutuhan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mempertimbangkan rekap RDKK yang disusun oleh Kepala Dinasyang membidangi pertanian dan diketahui oleh Kepala Dinas/Badanyang membidangi penyuluhan.
(4) Dinas yang membidangi pertanian bersama dinas/badan yangmembidangi penyuluhan wajib melaksanakan pembinaan kepadakelompok tani menyusun RDKK sesuai luas areal usaha tanidan/atau kemampuan penyerapan pupuk di tingkat petani diwilayahnya.
Pasal 4
(1) Dalam hal kebutuhan pupuk bersubsidi di wilayah kabupaten,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), terjadi kekurangandapat dipenuhi melalui realokasi antar wilayah, waktu dan subsektor.
(2) Realokasi antar kecamatan dalam wilayah kabupaten ditetapkanlebih lanjut oleh Bupati.
(3) Apabila alokasi pupuk bersubsidi di kabupaten, kecamatan padabulan berjalan tidak dapat mencukupi, produsen dapat menyalurkan
alokasi pupuk bersubsidi di wilayah bersangkutan dari sisa alokasibulan-bulan sebelumnya dan/atau dari alokasi bulan sebelumnyadan/atau alokasi bulan berikutnya dengan tidak melampaui alokasi1 (satu) tahun.
BAB IV
PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI
Pasal 5
Pupuk bersubsidi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)terdiri atas pupuk an-organik dan pupuk organik yang diproduksidan/atau diadakan oleh produsen.
Pasal 6
(1) Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sampai kepenyalur Lini IV dilakukan sesuai dengan ketentuan PeraturanMenteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran PupukBersubsidi untuk Sektor Pertanian yang berlaku.
(2) Penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian oleh penyalurdi Lini IV ke petani atau kelompok tani diatur sebagai berikut :a. penyaluran pupuk bersubsidi oleh penyalur di Lini IV berdasarkan
RDKK sesuai dengan wilayah tanggung jawwabnya.b. penyaluran pupuk sebagaimana dimaksud pada huruf a
memperhatikan kebutuhan kelompok tani dan alokasi di masing-masing wilayah.
c. penyaluran pupuk sebagaimana dimaksud pada huruf a sesuaidengan prinsif 6 (enam) tepat, yaitu tepat jenis, tepat jumlah,tepat harga, tepat tempat, tepat waktu dan tepat mutu.
(3) Untuk kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi di Lini IV ke petaniatau kelompok tani sebagaimana dimaksud pada ayat (2), KepalaDinas dan Kabupaten/Kota yang membidangi pertanian melakukanpendataan RDKK di wilayahnya, sebagai dasar pertimbangan dalampengalokasian pupuk bersubsidi sesuai alokasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).
(4) Optimalisasi pemanfaatan pupuk bersubsidi di tingkatpetani/kelompok tani dilakukan melalui pendampingan penerapanpemupukan berimbang spesifik lokasi oleh penyuluh.
(5) Pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi di Lini IV ke petanisebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh pengawaspengawas yang ditunjuk sebagai satu kesatuan dari Komisi PengawasPupuk dan Pestisida (KP3) di Kabupaten.
Pasal 7
(1) Produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, penyalur di Lini IIIdan penyalur di Lini IV wajib menjamin ketersediaan pupukbersubsidi saat dibutuhkan petani, pekebun, peternak, dan
petambak di wilayah tanggungjawabnya sesuai alokasi yang telahditetapkan.
(2) Untuk menjamin ketersediaan pupuk sebagaimana dimaksud padaayat (1) produsen berkoordinasi dengan dinas yang membidangipertanian setempat untuk penyerapan pupuk bersubsidi sesuairealokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
Pasal 8
(1) Penyalur di Lini IV yang ditunjuk haras menjual pupuk bersubsidisesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).
(2) Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:a.pupuk Urea = Rp. 1.800,-per kg;b.pupuk SP-36 = Rp. 2.000,- per kg;c.pupuk ZA = Rp. 1.400,-per kg;d.pupuk NPK = Rp. 2.300,- per kg;e.pupuk Organik = Rp. 500,- per kg;
(3) Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) berlaku untuk pembelian oleh petani,pekebun, peternak dan petambak di Lini IV secara tunai dalamkemasan pupuk urea 50 kg, pupuk SP-36 50 kg, pupuk ZA 50 kg,pupuk NPK 50 kg atau 20 kg dan pupuk Organik 40 kg atau 20 kg.
Pasal 9
Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3)harus diberi label tambahan berwarna merah, mudah dibaca dan tidakmudah hilang/terhapus, yang bertuliskan :
"Pupuk Bersubsidi Pemerintah"Barang Dalam Pengawasan
BAB V
PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Pasal 10
Produsen wajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadappenyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai Lini IVsebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentangPengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanianyang berlaku.
Pasal 11
(1) Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) Provinsi dan KomisiPengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) Kabupaten wajib melakukanpemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran, penggunaan danharga pupuk bersubsidi di wilayahnya.
(2) Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) Kabupaten dalammelaksanakan tugasnya dibantu oleh penyuluh.
Pasal 12
(1) Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) Kabupaten wajibmenyampaikan laporan pemantauan dan pengawasan pupukbersubsidi di wilayah kerjanya kepada Bupati.
(2) Bupati menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasanpupuk bersubsidi kepada Gubernur.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13
Ketentuan mengenai pelaksanaan teknis peraturan ini, ditetapkan lebihlanjut oleh Keputusan Bupati.
Pasal 14
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan
berlaku efektif terhitung sejak tanggal 2 Januari 2013.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita DaerahKabupaten Bengkayang.
Ditetapkan di Bengkayangpada tanggal 2. Janqar'i 2013
j/BUPATI BENGKAYANG^ '
Diundangkan di Bengkayangpada tanggal * Jcmuari 2013
XI. KEBUTUHAN PUPUK NPK PHONSKA BERSUBSIDI SEKTORPERTANIAN SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN
XII. KEBUTUHAN PUPUK NPK PHONSKA BERSUBSIDI SEKTORPERTANIAN SUB SEKTOR TANAMAN HORTIKULTURA
XIII. KEBUTUHAN PUPUK NPK PHONSKA BERSUBSIDI SEKTORPERTANIAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN RAKYAT
XIV. KEBUTUHAN PUPUK NPK PHONSKA BERSUBSIDI SEKTORPERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN
XV. KEBUTUHAN PUPUK NPK PHONSKA BERSUBSIDI SEKTORPERTANIAN SUB SEKTOR PERIKANAN
XVI. KEBUTUHAN PUPUK ZA BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN
XVII. KEBUTUHAN PUPUK ZA BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR TANAMAN HORTIKULTURA
XVIII. KEBUTUHAN PUPUK ZA BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN RAKYAT
XIX. KEBUTUHAN PUPUK ZA BERSUBSIDI SUB SEKTOR PETERNAKANXX. KEBUTUHAN PUPUK ZA BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERIKANANXXI. KEBUTUHAN PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN
SUB SEKTOR TANAMAN PANGANXXII. KEBUTUHAN PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN
SUB SEKTOR TANAMAN HORTIKULTURAXXIII. KEBUTUHAN PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN
SUB SEKTOR PERKEBUNAN RAKYATXXIV. KEBUTUHAN PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN
SUB SEKTOR PETERNAKAN
XXV. KEBUTUHAN PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIANSUB SEKTOR PERIKANAN
XXVI. KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUKBERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATENBENGKAYANG
//bupati bengkayang$ @
A SURYADMAM GIDOT
o o o o o o o
r - -3- O ^O <@*"(\ @ o o r; oo oo o?|
,@ @ @ ci rN @ @ @ "
o o o o
CO CO N i ) >O ^: O : O O O Or O O O_ <_ (-J,6" oC1 t": n" t~- N o ^o ^ @"@ I
o o o o oo @_ @ @ @@
r-- oo r-i
OO On t~- f* f*">
oooooooo oooooooooo*T rn c$ *f$ *~f ao oo" '-ri O
f7 > <Q < i C> O1 O> C> C? Ji/ O O O O O O O O</~T oo" oo" r " r-' O W rn~ ltT
ooooooo o@ @ O O VI O O */i/ sD r~ GO C l @> OO ^4"
o p o o,
vn o t" <N
G O O O O O O O O O O O o ej^^i<~-! i/-i rt i/->ao@oo@ooooo @|
c-1 r*i 1" ^ CN "=t ^O fi <N
o o p o
1 o o o p o o @ o p
*3" ^o ^o r~- (N Ov r~- @ @sj- oo m n ci |
i@i ri <r-; O O O O O O O O C? Q c_Jo o . o. o 1 o o o o @ o o^ o >n o
C- c*i t/^ CD f"^ > @
o o o o o oO O O O O O|
o o . o or- \ t @ |
O ""l Oo o o o o o</"> O O O O OI
r3- i/VQ0 O 0v r*"> w') rv' r""- O 0D
o o o oo o o c^
r- oo r-i -?r r- o qo oo
2P Q
6 ._ @S gc "I
4) @ CJ (D 3 <L> 3 (B @ 3 OJ .@
@ r-l m ^t \ r- oo Ov O @' <N m ^
in@3subsi
Ber
<
->
SIB
01aitS5c
c
@3rr,
3 ~*O.Os
0-c
"3SI
rsss
ceH
4> OSg.
!=t!a s
|H
r- o'> i!Q\ ** i ~h i oo I wj I oo | r-j rn! ^q! ooj 25j v\ r-J v\S I @ I ON @
rf|
SJ 2.8.-T| -| - | o | - | f,
@ @ @ @ @/v t-~ ! -*J @J q@51 => I @i I -@@ I @@
o o00 I O@1 -'
ol m t>| o oq| @J oo ^. r _ @^ oj ^o ; o i m | o
r- I o@ i r- . -h i t- rf m o v- ^o *oi @| 'ni<n|>ni 1 "~t^-T: @"' cT: <n"j o" o" o" o" o' o'j o" o": o"i of'. < @, o" o"
_, @ o -|O|Om | cv tnj -^o I o i o' o --: cTI cT o"