Kegawatdaruratan Psikiatri Masalah : Bunuh Diri / Percobaan Bunuh Diri / Suicide 1. Definisi Definisi bunuh diri / suicide (percobaan bunuh diri), dari bahasa latin: “ tentamen suicide”, dari bahasa Inggris “suicide attempt”. Percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan disengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu sangat singkat. Secara umum didefinisikan yaitu percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan seseorang yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu yang sangat singkat (Maramis, 1998: 431). Clinton dalam Mental Health Nursing Practice (1995: 262) menyebutkan suatu uapaya yang didasari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati dan perilaku bunuh diri meliputi isyarat – isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri. Taylor dalam Fundamental of Nursing (1997: 790) mengutip dari Ana (1990) menyebutkan bunuh diri secara tradisional dipahami sebagai kegiatan mengakhiri kehidupan. Bantuan dalam bunuh diri sangat berarti, Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh Diri By. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Kegawatdaruratan Psikiatri
Masalah : Bunuh Diri / Percobaan Bunuh Diri / Suicide
1. Definisi
Definisi bunuh diri / suicide (percobaan bunuh diri), dari bahasa latin: “ tentamen
suicide”, dari bahasa Inggris “suicide attempt”.
Percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan
dirinya sendiri dan dengan disengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan
akibatnya yang mungkin pada waktu sangat singkat. Secara umum didefinisikan
yaitu percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan seseorang yang dapat
mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu yang sangat singkat (Maramis, 1998:
431).
Clinton dalam Mental Health Nursing Practice (1995: 262) menyebutkan suatu
uapaya yang didasari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara
sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati dan perilaku
bunuh diri meliputi isyarat – isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan
mengakibatkan kematian, luka atau menyakiti diri sendiri.
Taylor dalam Fundamental of Nursing (1997: 790) mengutip dari Ana (1990)
menyebutkan bunuh diri secara tradisional dipahami sebagai kegiatan mengakhiri
kehidupan. Bantuan dalam bunuh diri sangat berarti, misalnya menyediakan obat
atau senjata, bunuh diri dibantu (euthanasia pasif) dibedakan dengan euthanasia
aktif . Bunuh diri yang dibantu adalah seseorang membantu mengakhiri hidupnya
tetapi tidak secara langsung menjadi pelaku dalam kematiannya.
Stuart Sundeen dalam Principle Psychiatric Nursing (1995: 866) menyebutkan
bunuh diri adalah menimbulkan kematian sendiri, suicide attempt (upaya bunuh
diri) dengan sengaja melakukan kegiatan tersebut, bila kegiatan tersebut sampai
tuntas akan menyebabkan kematian.
Suicide Gesture (Isyarat Bunuh Diri)
Adalah bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi orang lain.
Suicide Threat (Ancaman Bunuh Diri)
Adalah suatu peringatan baik secara langsung atau tak langsung, verbal atau non
verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunuh diri.
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008
1
2. Prevalensi
Dalam tahun – tahun terakhir ini, angka bunuh diri di Amerika yang terjadi pada
usia 12 – 20 tahun mengalami peningkatan dan 12000 anak – anak dan remaja tiap
tahunnya dirawat di Rumah Sakit akibat upaya bunuh diri dan metode bunuh diri
yang paling disukai adalah menggunakan senjata api, ada juga dengan gantung
diri dan minum racun, dalam waktu setiap 90 menit seorang anak meninggal
akibat bunuh diri.
Bunuh diri ditemukan dari berbagai kalangan sosial ekonomi, namun paling
dominan kalangan atas. Pada jenis kelamin pria melakukan bunuh diri secara
efektif (tidak mengharapkan hidup lagi), sedangkan pada wanita kesempatan
hidup masih ada (karena wanita memberi peluang untuk diselamatkan). Bahkan di
benua Asia Harakiri dilakukan demi suatu kehormatan.
Di Indonesia bunuh diri, akhir zaman ini menimpa orang dewasa dan anak – anak.
Prayitno, kasus bunuh diri di Indonesia (RSCM Jakarta) terdapat 1.119 kasus
bunuh diri tahun 2004 – 2005 dan 41% dengan cara gantung diri, 23%
menggunakan racun serangga dan overdosis.
WHO: 2003 bahwa satu juta orang bunuh diri tiap tahunnya atau setiap 40 detik,
terutama usia 15 – 34 tahun. Sumber Baku (IYUS Yosep, 2007).
3. Gambaran Klinis dan Psikodinamika
Dalam mengenali pasien yang cenderung bunuh diri merupakan satu tugas yang
penting namun sulit dilaksanakan. Penelitian menunjukkan bahwa resiko bunuh
diri yang berhasil akan meningkat pada jenis pria berkulit putih, umur lanjut dan
isolasi sosial. Pasien dengan riwayat keluarga percobaan bunuh diri atau bunuh
diri yang berhasil membuat resiko tambah semakin tinggi. 80% pasien yang
melaksanakan bunuh diri dan berhasil, biasanya mengidap gangguan afektif dan
25% bergantung pada alkohol. Bunuh diri merupakan 15% sebab kematian,
kelompok diatas skozofrenia yang jarang terjadi, namun 10% pasien skizofrenik
meninggal akibat bunuh diri (Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat: 433-434).
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008
2
4. Macam – Macam Bunuh Diri dan Percobaan Bunuh Diri Emile Derkheim
1) Bunuh Diri Egoistik
Individu itu tidak mampu berintegrasi dengan masyrakat. Hal ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau masyarakat yang menjadikan individu itu seolah
– olah tidak berkepribadian.
Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka
yang tidak menikah lebih rentan untuk melakukan bunuh diri daripada mereka
yang sudah menikah. Masyarakat daerah pedesaan mempunyai integrasi sosial
yang lebih baik daripada daerah perkotaan sehingga angka suicide juga lebih
sedikit.
2) Bunuh Diri Altruistik
Individu itu terikat pada tuntutan tradisi ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena identifikasinya terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
bahwa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
Contohnya : “Harakiri” di Jepang , “puputan” di Bali beberapa ratus tahun
lalu, dan dibeberapa masyarakat primitif yang lain. Suicide mencari ini
mencari dalam zaman sekarang jarang terjadi.
3) Bunuh Diri Anomik
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dengan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma – norma
yang kelakuan yang biasa.
Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan, masyarakat atau kelompoknya
tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya karena tidak ada pengaturan dan
pengawasan terhadap kebutuhan – kebutuhannya.
Hal ini menerangkan mengapa percobaan bunuh diri pada orang cerai
pernikahan lebih banyak daripada mereka yang tetap dalam pernikahan.
Golongan manusia yang mengalami perubahan ekonomi yang drastis juga
lebih mudah melakukan percobaan bunuh diri.
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008
3
5. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bunuh Diri
1) Faktor Psikologik
1 Teori Freud
Menafsirkan tingkah laku suicide, bahwa halangan untuk menyatakan amarah
dan permusuhan terhadap seseorang yang dicintai, mungkin memaksakan
seseorang untuk menimpakan impuls – impuls agresif yang tidak aseptabel itu
pada dirinya sendiri.
Para psikoanalis biasanya cenderung mengabaikan faktor sosial yang juga
sangat mempengaruhi individu. Mereka lebih menitikberatkan pada dorongan
(“drives”) pribadi seperti pada keseimbangan antara instink mati dan hidup.
2 Teori Meninger
Adanya tiga komponen pada orang yang melakukan bunuh diri, yaitu adanya
keinginan untuk menambah dan menyerang, untuk dibunuh dan untuk mati
atau menghukum diri sendiri.
3 Teori Scheidman dan Farberow
Membagi 4 golongan yaitu:
1). Mereka percaya bahwa tindakan bunuh diri itu benar, sebab mereka
memandang bunuh diri sebagai peralihan menuju kehidupan yang lebih
baik atau mempunyai arti untuk menyelamatkan nama baiknya (misal:
Harakiri).
2). Mereka yang sudah tua, hal ini ditemukan pada orang yang kehilangan
anak atau cacat jasmaninya, yang menganggap bunuh diri sebagai suatu
jalan keluar dari keadaan yang tidak menguntungkan bagi mereka.
3). Mereka yang psikotik, dan bunuh diri disini merupakan jawaban terhadap
halusinasinya atau wahamnya.
4). Mereka yang bunuh diri sebagai balas dendam, yang percaya bahwa
karena bunuh diri orang lain akan berduka cita dan mereka sendiri akan
dapat menyaksikan kesusahan orang lain itu.
Menurut Schneidman dan Farberow bunuh diri (suicide) mengandung arti :
1. Ancaman bunuh diri (threatened suicided).
2. Percobaan bunuh diri (attempted suicided).
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008
4
3. Bunuh diri yang telah dilakukan (comitted suicided).
4. Depresi dengan niat hendak bunuh diri.
5. Melukai diri sendiri (self destruction).
2) Faktor Biologik
Kurangnya Seorotin di CSF, para penganut teori nerofisiologik menganggap
bahwa keputusan terakhir untuk melakukan bunuh diri dipengaruhi oleh
kelemahan fungsi serebrohortikal, antara lain karena insomnia dan barbitural serta
alkohol.
3) Faktor Genetik
Riwayat keluarga bunuh diri studi kembar 11,3% versus 1,8%.
4) Faktor Fisik
Korban bunuh diri 25 – 75% dengan gangguan fisik/ kecacatan (Maramis, 1998:
434 - 436).
6. Pencegahan dan Pengobatan
Yang berhasil bunuh diri tentunya tidak perlu pengorbanan lagi, hanya keluarga
yang ditinggalkan mungkin perlu diperhatikan, karena kejadian ini menimbulkan
stress pada mereka dan ada kecenderungan untuk bunuh diri yang lebih besar
diantara orang – orang yang berhubungan dengan orang yang telah melakukan
bunuh diri. Bila ada kesempatan, maka kiranya hal suicide secara umum
sebaiknya dibicarakan dengan mereka.
Untuk yang tidak berhasil, tindakan yang menjadi prioritas dalam pengobatan
tergantung pada berat ringannya keadaan badan dan jiwa atau gejala – gejala yang
paling menonjol.
Bagaimana dengan pencegahan, mengapa mencegah orang yang mau bunuh diri?
Manusia berkuasa atas dirinya sendiri? Kalau mau mati boleh asal tidak boleh
merugikan orang lain.
Orang yang akan melakukan bunuh diri egoistik ataupun anomik berada dalam
keadaan patologis, karena mengalami gangguan fungsi mental yang bervariasi,
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008
5
ringan sampai berat karena perlu ditolong. Kecuali bunuh diri altruistik tidak
mungkin ditolong kecuali bila kebudayaan dan norma – norma masyarakat diubah.
Solomon membagi besarnya resiko bunuh diri adanya tanda – tanda resiko berat
dan tanda – tanda bahaya yaitu:
1 Tanda – Tanda Resiko Berat ialah:
1). Keinginan mati yang sungguh – sungguh, pernyataan yang berulang –
ulang, bahwa ia ingin mati (anggapan bahwa orang yang mengatakan
demikian tidak akan berbuatnya ternyata keliru).
2). Adanya depresi, dengan gejala rasa salah dan dosa terutama terhadap
orang – orang yang sudah meninggal, rasa putus asa, ingin dihukum, rasa
cemas yang hebat, rasa tidak berharga lagi, adanya gangguan tidur yang
berat.
3). Adanya psikosa, terutama penderita psikosa yang impulsif serta adanya
perasaan curiga, ketakutan dan panik. Keadaan semakin berbahaya bila
penderita mendengar suara – suara yang memerintakan membunuh dirinya.
2 Tanda – Tanda Bahaya yaitu:
1). Pernah melakukan percobaan bunuh diri (anggapan bahwa orang yang
pernah mencoba bunuh diri tidak akan berbuat demikian lagi juga keliru).
Jika percobaan bunuh diri dahulu ditempat yang sepi, sehingga kecil sekali
orang yang dapat menghalangi tindakannya, dan bila dilakukan di tempat
ramai mungkin keinginan mati itu kecil.
Cara yang dipakai, bila yang dipilih lebih besar dan lebih menyakitkan
maka makin besar niatnya dengan kemungkinan melakukan suicide.
2). Penyakit menahun: Penderita melakukan bunuh diri karena depresi.
3). Ketergantungan obat dan alkohol karena mempunyai efek melemahkan
kontrol dan mengubah dorongan (impuls) sehingga memudahkan bunuh
diri.
4). Hipokhodriasis: keluhan fisik yang konstan dan bermacam – macam tanpa
sebab organis dapat menimbulkan depresi yang berbahaya.
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Psikiatrik dengan Masalah Bunuh DiriBy. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang – 2008
6
5). Bertambahnya umur: terutama pada pria, bertambahnya umur tanpa
pekerjaan atau kesibukan yang berarti, dapat menambah perasaan bahwa
hidupnya tidak berguna.
6). Pengasingan diri: masyarakat tidak dapat lagi menolong dan mengatasi
depresi berat.
7). Kebangkrutan kekayaan: individu tanpa uang, pekerjaan, teman/ harapan
masa depan, tidak mempunyai gairah untuk hidup.
8). Catatan bunuh diri: setiap catatan bunuh diri harus dianggap sebagai tanda
bahaya.
9). Kesukaran penyesuaian diri yang kronis: hubungan antar individu yang
tidak memuaskan, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melakukan
suicide.
10). Tak jelas adanya keuntungan sekunder, jika ancaman penderita tertuju
pada orang tertentu disekitarnya, maka mungkin percobaan bunuh diri
bertujuan untuk memanipulasi dan mengharapkan pertolongan, maka
resiko kecil. Jika tidak terdapat keuntungan sekunder yang jelas dan
ancamannya betul – betul ditujukan pada dirinya, maka resiko jauh lebih
besar (Maramis, 1998: 440 - 441).
7 Pengobatan
Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian khusus, pertolongan
pertama dilakukan secara darurat di rumah sakit. Kesadaran penderita tidak selalu
menentukan urgensi suatu tindakan medis, penentuan perawatan tidak tergantung
pada faktor sosial, tetapi berhubungan dengan kriteria besarnya kemungkinan