Bu Lim Su CunKarya : Chin Yung
Jilid 01Malam telah larut, musim rontok menjelang habis,
puncakTay-soat san nan abadi ditaburi salju yang membeku,
Diatasngarai bersalju di puncak pegunungan yang jarang diinjak
kakimanusia, terlihat sinar pelita kalap-kelip ditengah kabut
tebalyang mengembang datar diatas permukaan bumi.Sebuah gubuk reyot
dibangun diatas ngarai itu terbungkusoleh kembang salju, sinar
pelita kelap-kelip itu tersorot keluardari gubuk reyot melalui
celah-celah jendela.Kesunyian mencekam alam sekelilingnya dibawah
cahayapelita yang remang-remang menyinari keadaan prabot dansuasana
yang yang sederhana dalam gubuk reyot itu,menghadapi pelita kecil
diatas meja duduklah dua orangberhadapan keduanya membisu sekian
lamanya.Seorang yang duduk diatas adalah seorang nyonya cantikyang
menyanggul rambat diatas kepalanya, pada wajahnyayang cantik itu
terunjuk rasa masgul dan penuh gelisah,matanya mendelong memandangi
pelita entah apa yangtengah direnungkan, seorang lain yang duduk di
hadapanayaadalah pemuda yang berusia empat-lima belas tahun
berwajahputih cakap. Dengan mendelong ia awasi wajah si nyonyayang
dirundung kesedihan itu, diapun membisu, tak beranibersuara.
Suasana yang sunyi ini sangat menekan perasaan. Anginmalam yang
dingin diatas puncak pegunungan terdengarmenderu-deru di luar
gubuk, sinar pelita bergoyang-goyanghampir padam, tiada terdengar
lagi suara lain."Ibu..." Akhirnya pemuda yang mengenakan jubah
putihpanjang itu membuka suara: "Beberapa hari ini kau
kelihatantidak tenang, adakah sesuatu yang mengganjal dalam
hatimuataukah badanmu kurang sehat?"Setelah diberondong pertanyaan
panjang lebar baru sinyonya kelihatan terbangun dari lamunan,
sahutnya lemahlembut: "Giok-liong, apa yang kau katakan?""Ibu,
apakah berapa hari ini badanmu kurang sehat ?""Hus, anak bodoh,
jangan sembarangan omong. Bukankahibumu baik-baik saja.""Tidak bu,
Giok-liong tahu pasti kau terkenang lagi akanayah."Si nyonya
tertawa dibuat-buat, lalu menghela napasdengan masgul tanpa membuka
suara lagi."Bu, jikalau hatimu kurang enak, besok kita
keluartinggalkan tempat ini untuk menghibur diri, dari pada
kitaselalu berdiam ditempat sunyi yang jarang diinjak
manusia."Sekali lagi si nyonya mengunjuk tawa dipaksa,
sahutnyaselengan berbisik: "Ya, memang kita harus
meninggalkan..."sampai disini sengaja ia memutar kepala untuk
menitikkan duabutir air mata diatas lengan bajunya."Hm, bu sungguh
menyenangkan kita sudah puluhan tahuntidak pernah keluar..."Memang
sejak kecil ia sudah di sekam diatas ngaraibersalju ini, kini
setelah mendengar ibunya melulusi untukmeninggalkan tempat yang
sunyi dan menyebalkan ini tanpaterasa ia berjingkrak kegirangan,
tapi secepat itu ia lantas
berdiri termangu melihat sikap ibunya yang kurang wajar
itu.kata-katanya selanjutnya lantas ditelan kembali,pandangannya
penuh tanda tanya, katanya bertobat : "Bu,Giok-liong memang tidak
berbakti sampai melukai hatimu, Bu,jangan kau bersedih hati, untuk
selanjutnya Giok-ilong tidakberani lagi."Perlahan-lahan si nyonya
angkat kepala, diulurkantangannya yang putih lembut mengusap-ngusap
pundak Giokliong, dengan sorot mata yang penuh cinta kasih dan
sayangia awasi wajah anaknya, lalu ia tertawa getir dan
berkatahalus: "Nak, seumpama kau seorang diri harus
meninggalkantempat ini, dapatkah kau menjaga dirimu
baik-baik?"Giok-liong tersendat oleh pertanyaan yang mendadak
ini,sejenak ia tertegun lalu menggeleng kepala, sahutnya: "Bu,jika
kau tidak pergi, Giok-liong juga tidak mau pergi."Si nyonya
menghela napas panjang yang rendah,pandangannya penuh kasih
sayang.Keadaan dalam gubuk tenggelam lagi dalam kesunyianyang
menekan perasaan, Akhirnya Giok-liong pula yangmemecahkan kesunyian
ini: "Bu, sebetulnya dimanakah ayahberada ? Kenapa dia tidak pernah
kembali ?" Tiada jawaban."Bu, beritahulah kepadaku, bukankah
Giok-liong sudahbesar sampai nama ayahnya sendiri juga tidak
mengetahui,kemana pula dia pergi aku juga tidak tahu . . . ""Ai,
memang sengaja tidak kuberitahu.""Bu, kenapa kau selalu menyimpan
rahasia ini ? Kau larangaku meninggalkan ngarai ini meskipun hanya
satu tindak pun,sampai turun gunung untuk membeli segala keperluan
jugatidak boleh ikut, Aku sudah belajar silat selama sepuluh
tahun,bekal untuk menjaga diri kukira sudah lebih dari cukup. .
."
Saat itu tampak wajah si nyonya jelita itu mengunjuk mimikaneh
yang sudah diraba, bukan saja masgul gelisah juga radalega dan
riang. Tapi kedua matanya yang indah itu berlinangair
mata.Giok-liong tercengang, sambungnya: "Bu besok juga kitaturun
gunung untuk mencari ayah . . ."Mendadak wajah si nyonya berubah
membeku danmengunjuk sikap tegas, terdengar ia berkata dengan
suaradingin dan tenang:"Nak, ibu boleh memberi tahu, tapi kau harus
dapatmemenuhi permintaan ibu.""Baik bu, apapun yang kau katakan,
pasti akan kulakukan.""Nak, ayahmu terbokong dan dikepung serta
dikeroyok olehmusuh-musuhnya sampai menderita luka berat, untung
diamasih sempat melarikan diri sampai dirumah, setelah
lukanyasedikit baikan, kita lantas memboyong kau pindah ke
tempatini, untuk menghindarkan pengejaran musuh-musuhnyasupaya
tidak mengancam keselamatan kita ibu beranak, makadia segera
tinggal pergi lagi seorang diri. . . pergi . . pergi keLembah putus
nyawa. . ." berkata sampai disitu terasa hatinyapilu air matanya
tak tertahan lagi mengalir dengan deras!Kontan Giok-liong merasa
pandangannya berkunangkunang,seperti kepalanya dipukul godam, badan
jugasempoyongan sekuat tenaga ia menghimpun semangatmenguatkan
hati, tanyanya: "Bu, maksudmu ayah pergi keLembah putus nyawa yang
tidak bakal dapat kembali lagi ?""Ya," sahut ibunya sambil merogoh
keluar sapu tangansutra untuk mjmbasut air matanya, lalu sambungnya
lagi:"IImu silat ayahmu bukannya tidak tinggi, dik alanganKangouw
dia mempunyai kedudukan tinggi dan sangatdisegani tapi tak urung
masih dapat dilukai orang sedemikianrupa, Tujuannya menuju ke
Lembah putus nyawa adalah
untuk mencari pelajaran silat yang maha tinggi, tapi . . . dia .
.takkan kembali lagi . . . " Tak tertahan air mata menderai
lagimembasahi pipinya.Giok-liong seorang bocah yang sejak kecil
telah kehilangankasih sayang dari ayahnya sekarang wajahnya
mengunjuksikap tegas dan penuh ketekadan, tanyanya kalem:
"Bu,siapakah musuh besar ayah itu?""Ai, sebelum pergi ayahmu pernah
berkata: "jikalau setelahlima tahun dia tidak kembali, dia minta
aku menjaga danmengasuh kau baik-baik seumpama dapat mempelajari
ilmumaha sakti, maka kau diharuskan menuju kemata air di rawanaga
berbisa yang terletak di Bu ki-san untuk mengambilsejilid buku
peninggalannya, buku itu berisi keterangannyayang jelas ! Tapi dia
juga berkata, jikalau kau tidak dapatmempelajari ilmu tinggi maka
dia minta aku tidak usahmemberi tahu namanya kepadamu untuk
menghindaribencana yang mungkin bisa mencabut nyawamu.""Bu...""Maka
sekarang belum saatnya aku memberi tahu namaayahmu. Kecuali kau
sudah dapat turun kedalam rawa nagaberacun itu dan mengambil buku
peninggalannya itu, Tapiketahuilah bahwa air rawa naga beracun itu
dingin sekali bisamenusuk tulang, bulu burung juga akan tenggelam
ke dasarair yang sangat dalam itu, Betapapun sebelum ilmu
silatmudapat mencapai tingkat tertinggi, kau takkan mampu
turunkesana.""Bu, dapatkah kau sendiri turun kesana ?"Giok Liong
tahu bahwa ilmu silat ibunya sangat tinggi,pelajaran silat dan
Lwe-kang yang dipelajari itu juga ibunyasendiri yang langsung
menurunkan kepada dirinya.Menurut tutur ibunya, dengan bekal
pelajaran yang telahdipelajari selama sepuluh tahun ini, tokoh
kelas satu di
Kangouw juga belum tentu dapat mengalahkan dirinya,
Tapikenyataan bahwa dirinya tidak mampu melawan ibunya dalamsepuluh
jurus saja. Maka dalam kesannya, pasti ilmu silatibunya itu sangat
tinggi dan sudah diukur Iagi."Ai, jika ibumu ada kemampuan itu,
siang-siang aku sudahkesana, seumpama sepuluh lipat lagi lebih
lihay darikepandaian ibumu sekarang, juga belum tentu dapatmenyelam
kedasar rawa naga beracun itu."Keterangan ibunya ini seumpama air
dingin yangdiguyurkan keatas kepalanya, hatinya yang telah
membaradan penuh ketekatan tadi mulai tenggelam dan padam, tapiGiok
liong adalah pemuda yang berwatak keras, sebentar diamerenung, lalu
angkat kepala dan bertanya lantang: "Bu, ilmusilat dari Lembah
putus nyawa itu apa tiada bandingannyadiseluruh jagat ini ?""lni .
. . ibumu juga tidak kurang terang, Dalam jangkaratusan tahun ini,
benggolan pertama dari aliran hitam yaituSim-hiat-ling Toan-bok ki,
pendekar aneh dari laut utara Withian-khek Ma Hua dan ayahmu serta
tiga empat puluh oranglainnya yang pernah masuk kesana tiada
seorangpun yangkelihatan dapat keluar . . ."Sampai disini mendadak
tergetar, lalu sambungnya lagi:"siapapun tiada yang tahu apakah
didalam Lembah putusnyawa itu benar-benar ada harta karun, bahan
obat-obatanyang mustajab serta pelajaran silat maha tinggi, Mungkin
itumerupakan tipu muslihat atau perangkap, kelak sekali-kali
kaujangan pergi kesana, Kalau tidak, keluarga Ma kita hanyatinggal
kau seorang, janganlah sampai putus turunan.""Oh, bu, jadi ayah dan
aku sama-sama anak tunggal ?""Ai, ayahmu memang seorang anak
tunggal sedang kaumasih mempunyai seorang adik kandung, dia bernama
MaGiok-hou, tapi adikmu itu hilang sebelum berusia satu bulan."
"Bu, bolehkah Giok-liong mengetahui namamu ?""Memang kau belum
tahu nama ibumu tapi ibu juga belummau memberitahukan. Nanti
setelah kau mampu menyelam kedasar rawa naga beracun itu,
segala-galanya kau akan paham!"Setelah berkata pelan-pelan ia
bangkit terus berjalan keluarpintu, disini ia berdiri dan
termangu-mangu memandangkeluar.Betapa tidak hati Giok-ling takkan
mendelu dan murung,sebagai seorang putra ternyata sampai nama
bundanya tidakdiketahui sungguh sangat memalukan. Hatinya terasa
pilulaksana digigit ular berbisa, Tak terasa air mata
melelehberderai menetes ke tanah."Nak, apakah kau mau dengar
nasehat ibu ?" terdengar sinyonya berkata lembut sambil memutar
tubuh."Aku patuh akan pesan ibu!""Baik, bawalah batu kumala ini
pergi ke Ih-hun-sam chengdi daerah Lok tiong menemui Toan-bok
Ih-hun, Mintalahkepadanya untuk mencarikan guru kenamaan untuk
belajarsilat maha tinggi, Kalau sepanjang jalan ini kau
menemuirintangan tunjukanlah batu kumala ini, pasti kau dapat
leluasadan mendapat bantuan diperjalanan.""Bu, lebih baik besok
pagi kita pergi bersama !""Tidak, kau pergi seorang diri, sekarang
juga harusberangkat.""Tidak, kalau ibu tidak berangkat, aku juga
tidak pergi, Akusegan berpisah dengan ibu."Air muka si nyonya
mendadak merengut gusar, desisnya."Kau harus segera pergi!"Saking
kaget Giok-liong sampai tertegun.
Sejak ia mempunyai ingatan dan dapat berpikir mereka ibuberanak
hidup tentram dan saling kasih sayang, belum pernahibunya selama
ini mengeluarkan makian dan berlaku galakterhadap dirinja, entahlah
mengapa malam ini..."Perbekalan sudah kusiapkan, sebagai seorang
putra yangbaik, kau harus ingat dan menurut kata-kata ibu!""Ibu.
kau ....""Masih ada suatu urusan yang harus ku urus, setelahurusan
itu selesai aku juga segera menyusul ke In-hun-samcheng,atau
mungkin juga sementara waktu aku tidakdatang."Habis berkata ia
menghampiri pembaringan mengambilsebuah buntalan kecil. Dalam
sekejap mata itulah dia telahmeneteskan air mata yang mengembeng
dikelopak matanya,Lalu dirogohnya keluar sebuah batu kumala yang
bewarnamerah maron, sekali berkelebat kembali kehadapan
Giok-liong.Diikatnya buntalan itu dipunggung Giok liong
sertamengkalungkan batu kumala itu dilehernya, Tak lupa dipakaijuga
sebuah jubah panjang warna putih sambil katanyalembut: "Nak, ibu
tak berada disisimu, kau harus jaga dirimusendiri" suaranya
tersendat dan tak kuat diucapkan lagi.Betapapun sebetulnya
Giok-liong sangat tidak rela disuruhpergi, Tapi dia adalah seorang
anak yang sangat berbaktiterhadap orang tua, selamanya belum pernah
diamembangkang terhadap ucapan ibunya, maka sambilmengembang air
mata, katanya memohon: "Bu, Giok-liongmenunggu kau saja untuk pergi
bersama. ..""Jangan, sekarang juga kau harus berangkat."Sambil
berkata sedikit menggunakan tenaga sekali jinjingtubuh Giok-liong
diseretnya keambang pintu, sedang tanganyang lain segera membuka
pintu, Angin badai disertai bunga
salju segera menghembus keras masuk kedalam rumah.Keadaan alam
diluar adalah sedemikian dingin dan gelap,Tanpa terasa air mata
Giok liong mengalir semakin deras.Sedetik sebelum berangkat ini
mendadak terasa suatupirasat jelek dalam hati kecilnya, berpaling
ia memandangiwajah ibunya yang telah membesarkan dirinya selama
puluhantahun ini, mohonnya sekali lagi: "Bu, harap kau suka . .
.""Tutup mulutmu! Segera pergi, tak peduli kau melihat danmendengar
apa, jangan sekali-kali kau berpaling! Kalau kautidak dengar pesan
ibu, kau anak yang tidak berbakti!"Terasa suatu tenaga besar
mendorongnya, kontan tubuhGiok liong lantas terbang meninggi sejauh
lima tombak,terdengar suara ibunya tengah beritata: "Nak, jagalah
dirimubaik-baik, ingat . . ,. . pesan . ,., , ibu selamat tinggal"
suarayang terakhir terdengar sayup sayup sampai akhirnyatersendat
hilang saking pedih perasaannya.Begitu kaki Giok-liong menyentuh
tanah, segera iaberpaling kebelakang, kebetulan "brak" pintu gubuk
itu telahtertutup rapat. Angin malam diatas pegunungan
sungguhsangat dingin, Giok-liong sampai menggigil dihembus
badaiyang dingin menusuk tulang ini.Lekat-lekat ia memandangi gubuk
reyot tempat dirinyamenetap selama puluhan tahun yang telah
membesarkandirinya lalu sigap sekali ia memutar tubuh terus
larisekencang-kencangnya sambil berteriak lantang: "Bu,
Giokliongpergi!"Dimana tubuhnya melesat bagaikan meteor
cepatnyatubuhnya meluncur turun kebawah gunung. Ditengah
ributnyahembusan angin malam, sayup-sayup terdengar olehnya
isaktangis ibunya dari dalam gubuk, Hatinya menjadi tidak tegadan
pilu rasanya, serentak ia menghentikan langkah kakinya,ingin dia
kembali, tapi lantas terpikirkan ucapan ibunya tadi:
"Kalau kau tidak dengar kata ibu, maka kau tidak berbakti."maka
sambil mengerahkan seluruh tenaganya segera ia
larisekencang-kencangnya, dengan lari secepatnya yang
banyakmenghabiskan tenaga ini ia hendak melampiaskan
perasaanhatinya yang tertekan.Belum ada satu jam ia sudah berlari
sejauh puluhan li,diam-diam ia menghentikan langkah dan berpaling
kebelakangmemandang keatas ngarai sana. Diatas ngarai ber-salju
itu,samar-samar terlihat sinar pelita kuning yang kelap kelip
itu,Hatinya menjadi pilu dan mengalirkan air mata, tanpa
meiasamulutnya mengeluh lirih : "Bu, oh ibu . . . "Mendadak dari
kejauhin sebelah timur luar sana terdengarsebuah suitan panjang
yang menusuk tinggi semakin nyaringdan mendekat, agaknya tengah
meluncur menuju kearahgubuk tempat tinggalnya diatas ngarai
itu.Terkejut hatinya. Terdengar pula sebuah suitan panjanglain yang
lebih keras dan lebih dekat, dari suara suitan yangkeras dan
nyaring ini, dapatlah diperkirakan bahwa Lwekangdan kepandaian
silatnya orang ini pasti sangat tinggitujuannya terang adalah
ngarai yang baru saja ditinggalkanitu.Dilain kejap lantas terdengar
pula suitan susul menyusulsaling bersahutan dari empat penjuru,
semua melesat menujukearah ngarai . . . .Pada saat itulah lantas
terlihat sinar pelita kelap kelip diatasngarai itu padam.Bukan
kepalang kejut Giok-liong, batinnya: "Apa, mungkinpara musuh ayah
dan ibu telah meluruk datang ?"Dengan seksama ia lantas berpikir:
"sejak beberapa hariyang lalu setelah pulang dari bawah gunung
membeliperbekalan, ibunya selalu murung dan lesu, malah sabansaban
mengalirkan tir mata secara sembunyi-sembunyi.
Hari ini tingkah laku ibunya juga luar biasa terbalik
darikebiasaan, berbeda jauh dari pribadinya semula seakan
telahberganti rupa dan bentuk orang lain, Malam ini memaksadirinya
untuk pergi, malah dipesan meskipun mendengar danmelihat apapun
juga dilarang berpaling dan kembali.Berpikir sampai disini,
mendadak ia berseru kecut:"Celaka!" begitu putar tubuh ia terus
lari balik dari arahdatang semula.Tak lama kemudian ia telah tiba
dibawah lereng bukit,dengan ketajaman matanya ia memandang keatas,
Anginbadai yang dingin masih tetap ribut, keadaan
sekelilingnyamenjadi pekat, sayup-sayup terdengar dua kali
geranganorang yang kesakitan.Begitu menjejakkan kakinya bagaikan
anak panah yangterlepas dari bujurnya tubuhnya melenting tinggi
meluncurkeatas ngarai.Dekat dan semakin dekat... Diatas ngarai sana
benar jugaterdengar suara pertempuran yang dahsyat,
dikegelapanmalam samar-samar terlihat berkelebatnya bayangan
orang,kiranya ada beberapa orang tengah berkutet dan
bergebrakdengan sengitnya secara mati-matian.Giok Liong semakin
gelisah dan gugup, mengerahkanseluruh tenaganya ia meloncat tiba
diatas mengarai, tepatpada saat itu terdengar pekik kesakitan suara
seorangperempuan disusul sebuah bayangan putih kecil
langsingterbang tinggi dan arah pertempuran terus meluncur
kearahbatu es diluar sebelah sana.Walaupun ia tidak melihat tegas
siapa orang itu, tapi suarayang sangat dikenalnya itu, serta rasa
prihatin yang terjalinantara ibu dan anak adalah sedemikian kuat
kontan. Gioklionglantas dapat meraba bahwa itulah ibunya.
Rasa gusar yang membara dalam rongga dadanyamembuat ia menjadi
nekad dan berteriak beringas : "Bujangan takut, aku datang !"
tubuhnya meluncur secepat kilatmenerjang kearah
depan.Sekonyong-konyong suara tawa dingin yang menjengekhina
terdengar dari sampingnya, disusul angin pukulan yangpanas membara
lantas melandai menggulung dirinya.Perasaan Giok-Iiong sudah begitu
murka matanya mendelikdan wajahnya merah padam, kontan ia juga
ulurkan keduatangannya terus mendorong kedepan menyambut
pukulanmusuh sekuat tenaganya."Tahan . . . !" sebuah teriak
perempuan yang mengerikanterdengar dari arah samping sana, Tapi
sudah terlambat,"Blang" begitu terdengar dentuman yang keras ini
kontanGiok-liong merasakan jantungnya seperti dipukul godam,darah
terasa mengalir terbalik, tubuhnya lantas melayangtinggi ketengah
udara, begitu pentang mulut iamenyemburkan darah segar dengan
derasnya."Keparat, bangsat kurcaci biarlah aku adu jiwa
dengankalian, Kembalikan jiwa anakku .."Terdengar angin semakin
ribut, matanya terasa berkunangkunang,Giok-Iiong merasa sangat
tersiksa seperti badannyadipanggang diatas tungku yang panas
membara. "Bluk" terasapunggungnya sangat kesakitan sampai menusuk
jantung,tubuhnya terus terkapar lemas tak ingat diri lagi.Lama dan
lama sekali, entah sudah berapa lama ia jatuhpingsan akhirnya
perlahan-lahan ia membuka mata dansiuman, sekarang terasa tubuhnya
sangat dingin hampirmembeku.Matanya terbuka semakin lebar, ia
memandang keatas dankesekelilingnya. Ternyata tubuhnya semampai dan
tercantol diatas dahan sebuah pohon Siong yang menonjol keluar
ditengah-tengah ngarai, waktu ia memandang kebawah,hanya
terlihat awan yang mengembang tidak terlihat dasarjurang yang dalam
ini.Dua titik air mata meleleh membasahi pipinya. Oh
Tuhan,dimanakah ibu dan bagaimana keadaannya?Susah payah ia
menggerakkan lengannya, terasa tulangtulangseluruh tubuh seperti
sudah hancur lebur, sakitnyabukan main, Tapi dia paksakan juga
merogoh keluar puntungobat dari kantong bajunya terus menelan
beberapa butir pil.setelah itu ia pejamkan matanya mulai menghimpun
semangatdan mengalir serta melancarkan hawa murni dalam
tubuhnya,setelah mengalami banyak penderitaan, jerih
payahnyaternyata berhasil menghimpun kembali hawa murni yang
telahbuyar tadi, dibantu khasiat obat yang ditelannya tadi
mulailahdarahnya lancar mengalir memasuki seluruh uratnadi.Entah
berapa lama berselang, ia merasakan sebagian besarluka-lukanya
sudah dapat disembuhkan maka dia berjalanmerangkak keatas
menyelusuri akar-akar pohon terusmerambat keatas ngarai.Pagi hari
itu cuaca terang benderang, namun keadaandiatas ngarai itu sungguh
sangat menyedihkan, gubuk reyottempat tinggalnya itu kini tinggal
tumpukan puing saja,dimana-mana terlihat noda-noda darah yang
bercecerandiatas tanah, keadaan ini sungguh sangat
menyedihkan.Tiba-tiba terlihat secuil sobekan lengan panjang
yangpenuh berlepotan darah, inilah bekas sobekan baju ibunya.Terasa
kepalanya berat dan pusing tubuh juga lantassempoyongan tak
tertahan lagi mulutnya menyemburkandarah segar sebanyak-banyaknya.
"Blang..." badannya robohterkapar dan tak ingat diri lagi.
Waktu hari menjelang magrib baru Giok Liong siumankembali dari
pingsannya. Alam sekelilingnya diliputi kabuttebal angin badai juga
tengah mengamuk dengan dahsyatnya.Susah payah ia merangkak bangun
berdiri, kedua bijimatanya mengalirkan air darah, bibit dendam
kesumat sudahbersemi dengan cepatnya dalam sanubarinya, sesaat
iatermangu memandang puing-puing bekas gubuknya, terusperlahan
lahan berengsot turun dari atas ngarai itu tanpabersuara lagi.Angin
badai terus menghembus dengan kerasnya, badansampai terasa dingin
hampir membeku, Dengan badan yangterasa kecapaian serta hati yang
remuk redam, dia tinggalkanngarai tempat tinggalnya selama
sepuluhan tahun dimana iadibesarkan !Akhirnya dicarinya sebuah
tempat tersembunyi dimana iamengobati luka-lukanya serta
mengerahkan tenaga dan hawamurni memulihkan kesehatannya.Berselang
lama kemudian pikirannya mulai menerawangiucapan ibunya tentang
letak dan arah dimana Lembah putusnyawa berada, dia tahu bahwa
lembah putus nyawa itu jugaberada didalam lingkungan pegunungan
Tay-soat-san inidiam-diam ia berdoa:"Bu, ampunilah anakmu yang
tidak berbakti ini, aku tidakakan menuju ke Ih-hun-san-ceng! Tapi
aku harus menuju keLembah putus nyawa, satu pihak mencari ayah,
lain pihakuntuk belajar ilmu kepandaian untukku dan menuntut
balasuntuk ayah! Oh, ibu, lindungilah anakmu yang malang
ini!"Selesai berdoa ia berdiri mulai beranjak menuju kedalamrimba
sebelah dalam yang lebat dan angker, Dalam waktusatu harian yang
pendek ini dia berubah segala galanya,Pendiam dan dingin mewakili
semua sifat-sifatnya. Jubah
panjang pemberian ibunya itu, kini sudah sobek compangcamping
tidak karuan iagi, namun ia masih memakainya.Hari itu dia tiba
dibawah sebuah puncak yang mencakarlangit, setelah istirahat sekian
lamanya, dengan banyak makantenaga ia mulai manjat keatas, waktu ia
sampai di-ataspuncak dengan kelelahan hari sudah menjelang malam,
barusekarang ia berkesempatan duduk istirahat mendadakpandangannya
terasa menjadi terang, terpaut dari tempatduduknya didepan sana
terlihat ada sebuah puncak lainnyayang menembus awan, puncak gunung
itu gundul plontostanpa tumbuh tumput atau pepohonan
lainnya.Ditengah keremangan kabut terlihat didinding puncakgunung
didepan sana samar-samar terlihat sebuah celahcelah. Bukankah
keadaan ini seperti Lembah putus nyawayang dituturkan ibunya itu,
Kontan darah bergelora dalambenaknya.Melupakan badan yang capai
lemas ini segera ia melompatberlari-lari menuju ke-puncak, didepan
sana waktu dekat dandi-tegasi benar juga dipinggir puncak sebelah
kiri berdiri tegaksebuah papan batu yang tinggi, diatas papan batu
initertuliskan tiga hurup warna merah darah sebesar tampansangat
menyolok: ketiga huruf itu berbunyi "Toan-bing-loh" -jalan pendek
nyawa.Dibelakang atas papan batu ini menjulur jauh kebelakangkearah
celah - celah sebelum depan sana sebuah batujembatan sebesar lengan
orang. Dan diatas celah-calahdinding itu pula terlihat tiga huruf
besar lagi yang berbunyi"Lembah putus nyawa."Tanpa merasa
Giok-liong berjingkrak kegirangan ia masihingat ibunya pernah
berkata: "Memanjat ngarai sukmagentayangan melewati jalan pendek
yang tibalah di-Lembahputus nyawa, jurang dibawah jalan pendek
nyawa yang tidakkelihatan dasarnya itu diliputi kabut tebal yang
bergulungTIRAIKASIHWEBSITE http://kangzusi.com/gulung, itulah
dinamakan selokan setan masgul. Ya, terangbahwa sekarang dirinya
sudah berdiri dingarai sukmagentayangan.Betapa girang hatinya ini,
pelan-pelan ia memutar tubuhmemandang kearah timur, terpesona
memandangi sang dewimalam yang baru saja muncul deri tempat
peraduannya,pelan-pelan mulutnya menggumam: "Rembulan oh
bulan,besar harapanku malam ini kau dapat selamat dan
abadimelampaui angkasa yang terang cerah, janganlah sampaiterganggu
dan ditutupi oleh awan. Begitulah mendongakkeatas langit ia berdoa
dan bersujud kepada Tuhan.Darah panas sudah menjalar diseluruh
tu-buhnya,wajahnya terun juk tekad dan kemauan yang teguh,
Sigapsekali mendadak ia membalik tubuh - jalan pendek nyawahuruf
huruf yang menyolok dan menggetarkan sukma ituterpajang didepan
matanya. Jauh memandang kearah Lembahputus nyawa didepan sana,
hatinya timbul suatu keraguan.Dengan kemauan kepandaiannya
sekarang, paling bantersekuatnya ia dapat melompat sejauh puluhan
tombak saja, iniberarti paling sedikik ia harus berloncatan dua
kali diatasjembatan batu kecil yang penuh ditumbuhi lumut dan
licinsekali itu. Konon bahwa jalan pendek nyawa ini sebegitu
licinsampai tiada tempat cukup menggunakan tenaga. Entahsudah
berapa banyak tokoh-tokoh silat yang sudah terjerumusmasuk kebawah
selokan setan yang masgul dalam itu,Mengandalkan kepandaian
sekarang, mungkin dirinya jugatakkan terhindar dari nasib yang
lain, terjungkal kebawahjurang.Lama sekali ia harus berpikir dan
mempertimbangkan,akhirnya terpikirkan olehnya sebuah cara.
Cepat-cepat iamenanggalkan jubah panjang yang compang-camping
ituterus dipuntir-puntir menjadi tali besar terus melesat
kearahjalan pendek nyawa, kedua tangannya kencang-kencang
memegangi kedua ujung tali besar itu terus disampirkankeatas
batu jembatan jadi tubuhnya bergelantungan waktu iamemandang
kebawah, awan putih bergulung gulung anginmenghembus keras membuat
pandangan dimukanya samarsamar.Hatinya menjadi mengeluh dan berdoa:
"Oh Tuhan,bantulah hambamu ini!"- Saat itu hatinya
sudahbergelantungan ditengah jurang dlbawah jalan pendek
nyawa.Begitu menyedot hawa dalam-dalam kakinya terus menjejakkearah
dinding batu di belakangnya dengan sekuat tenaga,kontan tubuhnya
terus meluncur maju membesut sejauh duapukulan tombak baru daya
luncurnya agak lambat dansebelum berhenti mendadak tubuhnya
mengayun kebelakangterus kedepan lagi sehingga meluncur beberapa
tombak pula,sebelum berhenti karena jarak sudah agak dekat,
tiba-tibakedua tangannya menarik tubuh ke-atas sekuatnya terus
lepastangan sehingga tubuhnya melambung naik jumpalitanditengah
udara lantas dengan tangannya hinggap diatas tanahdiseberang
sana.Waktu ia berpaling dan memandang kebawah, jubahputihnya yang
digulung menjadi tali itu kini sudah melayangjatuh kebawah selokan
setan masgul, semakin kecil danakhirnya menghilang dari pandangan
mata ditelan kabut tebal.Seketika timbul perasaan haru dan semangat
yangberkobar dalam benaknya, sebuah kulum senyum tersunggingdi
ujung bibirnya, pelan-pelan ia memutar tubuh, dihadapannya
terbentang sebuah gua yang hitam gelap, diakerahkan seluruh
ketajaman pandangannya keadaan didalammemang sangat gelap tak
terlihat apapun jua.Malah terasa hembusan angin dingin yang
dapatmembekukan terus bergulung-gulung dari dalam gua itu,sampai
tubuhnya terasa hampir membeku dan menggigil.
Tapi dia tidak hiraukan keadaan yang menyiksa tubuh ini.Yang
terang gua di depan matanya ini adalah jalan masukkedalam Lembah
putus nyawa yang serba misterius selamaratusan tahun ini.Entah
berapa banyak tokoh-tokoh silat yang memasuki guaini tak keluar
kembali, diantara mereka adalah ayahnyasendiri. Teringat akan
ayahnya seketika timbul rasa banggayang jiwa kesatrianya,teriaknya
lantang. "Yah, lihatlah anakmu ini, bukan seorang pengecut yang
takut mati! Yah, anakLiong juga datang!"- sambil berteriak ia
kerahkan seluruhhawa murninya untuk melindungi seluruh badan
denganlangkah lebar terus memasuki gua mulut Lembah
putusnyawa.Mulut gua lembah putus nyawa adalah sedemikian dingindan
gelap sekali.Meskipun Giok-liong sudah digembleng sejak kecil
danmempunyai dasar Lwekang yang kuat ketajaman matanyamelebihi
orang biasa, tapi begitu memasuki gua ini yangterpandang
disekitarnya adalah gelap pekat melulu sampaikelima jari sendiri
juga tidak kelihatan.Hembusan angin dingin yang menusuk tulang dan
ulu hatimembuat seluruh bulu romanya merinding semua,
seluruhbadannya menggigil kedinginan dan hampir membeku.Tapi
Giok-liong pusatkan seluruh perhatian dansemangatnya tanpa mau
mundur di tenjah jalan denganlangkah pelan ia terus maju semakin
dalam, hanya satuingatan yang berkecamuk dalam pikirannya: "Terus
maju!Untuk mencari jejak ayahnya: Demi sakit hati ibunya
demikeadilan dan kebenaran kaum persilatan, aku harus
berhasil,"sambil menggertak gigi dia terus maju dengan derap
langkahyang tegap !
Sebetulnya gua ini merupakan celah-celah dari himpitandua gunung
yang berendeng, tinggi gua ini ada beberapatombak sedang lehernya
hanya tiga empat kaki, semakindalam semakin sempit setelah beberapa
li kemudian jalananhanya tiba cukup untuk berjalan satu orang saja,
semakindalam daya hembusan angin dingin itu semakin lemah, tapihawa
disini bertambah dingin.Sepanjang jalan goa ini adalah lurus tanpa
suatu rintanganapapun juga, maka Giok-liong dapat beranjak maju
terusdidalam kegelapan tanpa ragu-ragu dan takut-takut.Entah sudah
berapa lama dan berapa jauh ia berjalandalam kegelapan itu, lambat
laun terasa keadaan gua yanggelap pekat ini menjadi agak sedikit
terang, dan tak berapajauh kemudian, di kedua sisi dinding kedua
samping gua itutersoren keluar puluhan sinar terang yang menyolok
matasehingga keadaan dalam gua menjadi terang benderangseperti
disiang hari bolong.Sekian lama Giok-liong harus memejamkan
matanya,karena pandangannya masih terasa silau, waktu di
tegasiterlihat diatas dinding batu diatas sana ada delapan
hurufbesar-besar yang disusun dengan butir-butir mutiara
beranekawarna yang terporotkan diatas dinding batu, tulisan
ituberbunyi: "Dilarang menggunakan ilmu silat."Sejak kecil
Giok-liong dididik ibunya menjadi bocah yangmengenal sopan santun
bakti serta setia dan patuh berhatibijaksana terhadap sesamanya,
setelah melihat kedepanhuruf-huruf yang tertulis dengan porotan
butir-butir mutiarasebesar jeruk itu bukan saja hatinya tidak
merasa tersinggungdan timbul suatu angan-angan yang tidak genah,
malahsegera ia buyarkan hawa murni yang terhimpun tadi,
diamdiamhatinya membatin: "Ternyata Lembah putus nyawa inimasih ada
penghuninya, entah siapakah dia, pasti dia seorangtokoh yang hebat
dan lihay sekali."
Karena timbul rasa hormatnya ini segera ia angkat tanganserta
membongkok hormat kearah delapan huruf-buruf besaritu serta
berkata: "Wanpwe sudah tahu!" pelan-pelan ia mulaiberanjak maju
lebih jauh, tidak lama kemudian dia sampaipada satu pengkolan,
begitu ia membelok pandangannyamenjadi lebih terang lagi, keadaan
dalam gua ini lebih datardan rata dinding kedua samping serta
atapnya sampai lantaigoa ini semua berbuat dari batu pualam yang
sangat indah,diatas dinding ada lukisan indah yang terporotkan dari
butirbutirmutiara besar kecil, sekilas lihat gambar-gambar
iniadalah sedemikian indah mempesonakan.Giok-liong menjalani
keadaan seluruh gua terlihat dimanamanasinar segala permata saling
berlomba menunjukkankeindahan masing-masing sampai sedemikian jauh
danpanjang sampai tidak terlihat lagi ujung pangkalnya.Tanpa merasa
hatinya menjadi gelisah "Kalau tidakmengembangkan Ginkang, entah
berapa lama aku harusmenempuh habis jalan panjang ini. Tapi bila
teringatperingatan huruf-huruf besar diatas dinding itu, segera
iabatalkan niatnya hendak menggunakan ilmu ringan tubuhnya.dengan
langkah lebar segera ia maju kedepan.Saban-saban terlihat ada
kotak-kotak yang melekukkedalam dinding dimana tertaruh dan
terpenuhi denganberbagai intan serta permata yang tak ternilai
harganya,semua benda-benda itu memancarkan cahaya terang yangdapat
memincut dan menimbulkan loba dan tamak dihatiorang.Tapi Giok-liong
sendiri sudah tahu bahwa Lembah putusnyawa ini adalah tempat yang
berpenghuni apalagi memangdia tiada hasrat hendak mengangkangi
harta benda yang tidakhalal ini, maka sedikitpun tiada minatnya
untuk mengambilbarang sebutirpun.
Kira-kira dua li telah dilampaui lagi, sedikit kurang hati
hatikakinya terpeleset dan hampir saja ia roboh terjengkang,Waktu
ia menunduk ternyata dibawah kakinya penuhbertaburan intan kecil
yang menyilaukan mata, selepaspandang didepan dan kedua dinding
sepanjang jalan ini masihpenuh berserakan berbagai permata serta
butiran-butiranmutiara besar kecil yang tidak terhitung banyaknya
membuatmatanya terasa pedas dan berkunang-kunang.Tanpa ragu-ragu
dan sayang lagi kakinya melangkah majuterus butiran-butiran mutiara
dan intan serta lainnyabertaburan sedemikian tebal ditanah sampai
gerak jalan Giokliongmenjadi terganggu karena tidak boleh
mengembangkanilmu ringan tubuh belum lama dalam perjalanan ini ia
sudahmegap-megap dan banyak mengepulkan peluh.Tapi ia tidak peduli
segala-galanya, setindak demi setindakia terus maju kedepan secara
hati hati supaya tidak sampaiterjerumus jatuh. Berselang tidak
lama, tiba-tiba didepannyamencorong cahaya warna merah yang keras
dan terangbenderang. Waktu ia angkat kepala, terlihat didinding
sebelahkanan sana terporotkan mutiara besar-besar merah marongyang
dijajar sedemikian rupa menjadi beberapa huruf tulisanyang
berbunyi: "Gudang harta disini." dibawah huruf-hurufwarna merah itu
adalah sebuah pintu bundar kecil yangterbuat dari batu pualam warna
merah pula, agaknya asalsedikit dorong saja lantas dapat terbuka
dan masuk kesana,dari celah-celah pintu yang tidak tertutup cepat
itu terpencarkeluar cahaya beraneka warna dan hawa yang hangat,
inimenandakan bahwa didalam ruang sana pasti tersimpan hartabenda
serta barang-barang pusaka yang tak ternilai harganya.Gioi-liong
menghela napas, batinnya:"Siapakah penghuni lembah ini, tak ayal
sedemikian banyaksimpanan harta bendanya, mungkin merupakan
koleksi
barang-barang pusaka dan benda benda terbesar diseluruhdunia
ini! "Dalam hati membatin, namun kakinya terus bergerak
maju,kira-kira puluhan tombak kemudian ia tiba lagi
disebuahpengkoIan, begitu ia tiba dibagian lain tanpa merasa
Giokliongberdiri tertegun ditempatnya.Terbentang dihadapannya yang
melintang adalah sebuahselokan pendek selebar lima tombak dan
sedalam puluhantombak, ini masih belum yang membuatnya mengkirik
adalahbahwa didasar selokan ini ternyata hidup penuh ular
berbagaijenis, semua tengah mendongak keatas menjulurkan
lidahnyayang berwarna merah darah, sambil mendesis-desismengerikan
dan menakutkan sekali, sedang dinding keduaselokan adalah
sedemikian tajam dengan batu-batu runcingyang dapat mengkoyak badan
manusia.Giok-liong menjadi bimbang dan menghentikan
kakinyapikirnya: "selokan selebar lima tombak ini sebetulnyagampang
saja dapat kulompati, tapi penghuni lembah inisudah melarang untuk
menggunakan kepandaian . . . ."karena pikirannya ini maka sambil
mengangkat alis segera iamulai merambat turun melalui batu-batu
runcing yang tajammengiris kulit itu, Darah segar mengalir
membasahi seluruhbadan, seluruh tangan kaki dan perutnya sudah
penuh Iukalukateriris koyak darah bercampur keringat terus
mengalirmembasahi seluruh tubuh, Dengan sudah payah akhirnya iatiba
juga didasar selokan, Entah berapa banyak ular yang takterhitung
banyaknya menjulurkan lidah dan pentang mulutnyabersiap mematuk
dirinya, desis ular-ular itu membawa bauamis yang memualkan hampir
saja ia muntah-muntah sampaikepala terasa pusing tujuh
keliling.Tapi tanpa gentar sedikitpun ia terus maju tindak
demitindak, dimana ia lewat ular-ular itu lari menyingkir
sendiri,Sudah tentu hatinya menjadi heran dan tak habis
mengecil
menurut apa yang diketahui semua ular-ular itu adalah ularpaling
berbisa di seluruh dunia ini sekali gigit saja pasti jiwaakan
melayang, Tapi sekarang begitu bertemu dengan dirinyamengapa semua
malah mundur menyingkir?Tapi tiada banyak kesempatan bagi Giok
liong untukbanyak berpikir setelah melewati selokan pendek ini
mulailahia manjat lagi keatas dengan kedua tangan dan kaki
yangsudah penuh luka-luka dan berdarah, Tiba-tiba daribelakangnya
terdengar angin mendesis meluncur kearahdirinya, seketika tangan
serta kaki dan punggungnya kesakitanluar biasa, entah berapa banyak
ular berbisa itu telahmenggigit tubuhnya. Kontan pandanganya
menjadi gelap,tahulah dia bahwa dirinya telah tergigi oleh
ular-ular berbisaitu.Namun dia tak berani melepaskan pegangan
tangannyadengan sekuatnya terus berusaha merambat naik sampaidiatas
tanah datar, Begitu sampai dan dapat berdiri segera iameraba
kebelakang kakinya terus menarik bergantian satupersatu ular yang
menggigiti paha dan punggungnyaditariknya sampai daging tubuhnya
ikut terbetot dedel duwel.Pahanya menjadi linu gatal dan kesakitan
luar biasa sampaimerangsang seluruh tubuh ditambah luka luka
dikeduatangannya, pandangannya menjadi gelap dan kepala jugamenjadi
berat, kerongkongan terasa kering dan dahaga sekalitak kuat lagi
kedua kakinya menunjang badan yang terasasemakin berat.Waktu ia
angkat kepala terlihat diatas dinding batu adabeberapa huruf besar
yang terukir dari batu putih berbunyi:"jangan berhenti ditempat
ini!" terpaksa sekuat tenaga dengansusah payah dia harus merangkak
maju kedepan setelah jatuhbangun beberapa kali, mendadak ia merasa
rasa linu dan gataldiatas kedua pahanya itu sudah mulai merambat
naik, keatastubuhnya saat itu sudah merambat naik sampai
pangkal
pahanya, kalau sampai pinggangnya maka susahlah jiwanyadapat
diselamatkan lagi.Tanpa terasa ia menghela napas serta membatin
:"sebetulnya lembah ini tiada sesuatu yang harus dibuat
takut,apakah tokoh silat yang lihay serta aneh aneh itu
semuanyajuga mati dalam keadaan seperti aku ini ?"Demikian dia
bertanya dalam hati, sampai begitu jauh iamasih belum berani
mengerahkan hawa murninya untukmenutup jalan darah, ia maju terus
kedepan.Tak lama kemudian hawa racun sudah menjalar sampaidibawah
pinggangnya, sampai saat itu kakinya sudah susahdigerakkan lagi
untuk berjalan, seluruh tubuh basah kuyupoleh keringat, syarafnya
juga mulai membeku dansemangatnya juga mulai kabur. Baru sekarang
timbul sedikitpenyesalan dalam benaknya : "Ah, Tuhan, aku
harusmengerahkan rawa murni untuk menolak racun mati carabegini . .
. " kesadarannya semakin hilang, sedikitsempoyongan tubuhnya lantas
jatuh terkapar d atas tanah takingat diri.Seluruh tubuh dari
pinggangnya kebawah sekarang sudahberubah menjadi hitam, air
beracun yang berwarna hitammerembes keluar melalui seluruh
luka-lukanya, hawa racunjuga dengan cepatnya menjalar keatas,
pernapasannya mulaiberat dan lemah hampir berhenti seorang lagi
bakal menjadikorban didalam lembah putus nyawa ini.Pada saat itulah
mendadak dari gua sebelah sanaterhembus keluar segulung kabut tebal
yang berwarna hijaudemikian indah warna kabut itu malah berbau
harum lagi.Lambat laun kabut hijau yang lebat itu mulai
memenuhiseluruh ruangan gua dan terus menjalari seluruh
tubuhnya,sungguh heran bin ajaib, sekarang pernapasannya malahmulai
pulih lagi. Bau harum yang merangsang hidungnya itumenyadarkan
Giok-liong dari pingsannya, Waktu ia membuka
mata, terlihat diatas tanah didepan matanya terukir diatasbatu
putih beberapa huruf besar yang berbunyi: "janganberhenti
disini."Tanpa banyak berpikir lagi segera ia merangkak
bangunsekuatnya terus merambat jatuh bangun kedepan, Luka
lukadipahanya yang sebetulnya sudah mampet dan darah yangsudah
membeku karena gerakannya itu menjadi pecah danmengeluarkan darah
lagi, darah hitam yang mengandungracun berceceran sepanjang jalan,
semakin berjalan kedalam,kabut warna hijau itu semakin tebal
menghalangi pandangandidepan matanya, tapi semangat dan
kesadarannya malahsemakin pulih dan badan menjadi segar bugar.Hawa
beracun diseluruh tubuhnya juga mulai punah danhilang, kini darah
yang mengalir keluar dari luka-lukanyaadalah darah segar yang
berwarna merah. Tak larna kemudianseluruh hawa beracun dalam
tubuhnya indah terusir keluarsemua.Tatkala itu juga sudah melewati
gulungan kabut hijau yangtebal itu, sekarang ia tiba disebuah
persimpangan jalan, Diatasdinding sebelah atas terpancang sebuah
papan batu yangbertuliskan: "Gudang obat obatan !"Sekarang walaupun
hawa beracun didalam tubuhnya sudahpunah semua, namun seluruh tubuh
masih terasa sakit danpegal sekali, kalau orang lain pasti segera
masuk kedalamgudang obat obatan itu, karena bukan mustahil dalam
gudangobat-obatan itu tersimpan segala macam obat mujarab yangsukar
didapat didunia ini."Sebentar-ia ragu-ragu lantas hatinya memaki
diri sendiri:"Giok-liong, wahai Giok-liong, semua benda dan
barangbarang itu adalah milik orang lain, mana boleh seenaknya
sajakau ambil dan kau gunakan untuk kepentinganmu pribadi ?"
Karena pikirannya ini, maka dengan sekuatnya sambilmenahan sakit
ia beringsut maju lagi, keadaan jalan dalamlorong itu kembali
menanjak keatas dan lurus sepanjanglobang ini adalah terdiri dari
batu-batu pualam putih, setiapjarak sepuluh langkah diatas dinding
terporotkan dua butirmutiara sebagai penerangan. Dia maju dan maju
terus dengansusah payah dan banyak makan tenaga Meskipun
pikirannyasudah sadar, tapi karena luka lukanya serta seluruh
tulangbelulangnya terasa linu dan pegal tubuhnya menjadi
lemahsampai tenaga untuk mengangkat kaki berjalan juga
tiadalagi.Keringat terus membanjir keluar, terasa seluruh
tubuhpanas dan gerah sekali, Mendadak entah kakinya menginjakapa
sehingga terpeleset dan tubuhnya kontan tersungkurjatuh disertai
suara gemerayak yang ramai, saking kerasjatuhnya itu sampai matanya
serasa berkunang-kunang,setelah napasnya tenang kembali waktu ia
pentang matahampir saja ia berteriak saking kaget.Ternyata tepat
didepan matanya tergeletak sebuah kepalatengkorak manusia, demikian
juga di-sekeliling tubuhnyaberserakan tulang tulang putih manusia
yang hancurberantakan, sebetulnya itulah sebuah kerangka manusia
yangmasih lengkap bergaya duduk, tapi begitu tertendang danberinjak
menjadi putus dan berantakan.Sungguh kejut Giok-liong bukan buatan,
tersipu-sipu iamerangkak bangun, tanpa sengaja tangannya meraba
badansendiri terasakan sesuatu yang ganjil pada tubuhnya, waktu
iamenunduk lagi-lagi ia hampir berseru kaget, Ternyata seluruhtubuh
sendiri berlepotan darah dan kotor amis ini masih belumapa-apa,
yang paling mengejutkan entah sejak kapan ternyataseluruh tubuhnya
telanjang bulat. Sungguh tanpa disadarientah kapan baju ditubuhnya
itu sudah hancur luluh tanpaketinggalan bekas-bekasnya.
Sekian lama ia menunduk dan berpikir, akhirnya ia sadar:"Ya,
tentu kabut hijau itu mengandung racun yang berbisasekali,
sedemikian lihaynya racun itu sampai baju yangdipakainya hancur
luluh tanpa meninggalkan bekas. Tapikenapa aku sendiri tidak kurang
suatu apa?" - diperiksanyakerangka tuIang-tulang yang berserakan
ditanah itu, betuljuga tidak dilihatnya kada bekas-bekas barang
benda lain.Siapakah orang ini? Tentunya dia mati keracunan
setelahmelewati kabut beracun itu, berpikir sampai diiini, timbul
pulakeheranan dalam benaknya: "Tubuhku pasti juga sudahkeracunan,
hanya belum saatnya kumat, Hm, entah apamaksud dari penghuni lembah
itu. Sebelum aku ajal ini betapajuga aku harus menemumya dan minta
penjelasan."Karena tekadnya ini, seketika timbul lagi sedikit
tenaganyaterus melangkah maju ke-depan lagi tanpa
menghiraukantulang-tulang kerangka yang berserakan itu.Betul juga
tepat seperti dugaannya, sepanjang jalankedepan ini dimana-mana
terlihat sesosok tumpukan tulangkerangka manusia setiap kerangka
itu tanpa meninggalkanbekas-bekas benda apapun, Tak lama kemudian
terlihatdikedua dinding kanan kiri ada tulisan yang berbunyi:
"Gudangkecerdikan", dan yang lain adalah: "Gudang ilmu silat."
Diataskedua huruf-huruf besar ini masing-masing ada sebuah
loronguntuk masuk.Giok-liong sudah tidak hiraukau mati hidupnya
lagi, besartekadnya hendak menemui penghuni lembah ini, maka
dengandada terangkat dan langkah tegak ia maju terus. Puluhantombak
kemudian sebuah dinding batu besar mencegatditengah jalan, diatas
dinding ini ada tulisan pula yangberbunyi: "Menghadap dinding ini
harus berlutut tiga kali danmenyembab sembilan kali."Hati
Giok-liong menjadi dongkol dan uring-uringan tapisebelum tahu sebab
musababnya serta seluk beluknya
betapapun harus menghormati peraturan yang telah ditegakkan oleh
tuan rumah, maka segera ia berlutut tiga kalidan menyembah sembilan
kali. setelah penghormatan besarini tiba-tiba pandangannya menjadi
terang dan terbelalak,kiranya dinding baju didepannya itu kini
sudah terbukasendirinya terus amblas kedalam tanah.Belakang dinding
batu ternyata adalah sebuah ruanganbatu yang kosong melompong,
dibelakang ruangan sebelahsamping sana terdapat sebuah pintu bundar
berbentuk bulansabit, pintunya sudah terpentang lebar, setelah
melangkahmasuk kedalam ruangan batu ini serta merta Giok-liong
lantasberpaling memandang kebelakang, dinding batu itu
ternyatatelah menutup lagi secara otomatis tanpa
mengeluarkansuara.Dalam hati Gion-liong menjengek,
batinnya:"Penghunilembah ini benar-benar seorang tokoh yang lihay,
sayang carapengaturan jebakan ini terlalu kejam sedikit."Dalam pada
itu dia sudah melangkah sampai diambangpintu bulan sabit itu, baru
saja kakinya melangkah masuk"Brak"" sebuah suara keras terdengar,
cepat-cepat ia menarikkakinya waktu dipandang, ternyata diambang
bulan sabit itutuiang-tulang kerangka berserakan, semua sudah
hancur tiadasatupun yang utuh. Terang bahwa orang itu sebelum
ajalsudah dihancurkan tubuhnya, sehingga setelah matikeadaannya
menjadi demikian mengenaskan.Hati Giok-liong menjadi mengkirik,
dengan hati-hati kakinyamelangkah maju dari antara sela-sela tulang
tulang yangberserakan itu terus maju puluhan langkah kemudian,
disini iadihadang sebuah dinding batu lagi, diatas dinding batu ini
jugabertuliskan "Berlutut tiga kali menyembah sembilan kali!"Giok
liong harus menekan rasa gusarnya, terpaksa ia majuberlutut dan
menyembah, dinding batu ini juga bergeraksecara otomatis amblas
kedalam tanah, Demikian Giok-liong
harus melewati sembilan dinding batu semacam ini. Dari
lapiskelapis dinding ini tulang-tulang kerangka yang
dilihatnyasemakin sedikit dan pada lapis kedelapan sudah tiada
sekerattulangpun yang dilihatnya, ini menandakan bahwa belumpernah
ada seorang juapun yang bisa sampai mengembalikankakinya dilapis
kedelapan - kesembilan.Giok-liong sendiri sudah pasrah nasib dan
percaya pastimati, sebab ia sendiri sudah terkena racun jahat,
makasepanjang jalan tiada henti-hentinya ia patuh dan
berlututtujuannya hanyalah ingin menemui penghuni lembah ini
untukminta penjelasan.Begitu dinding batu lapis sembilan terbuka,
kontan hidungGiok-liong dirangsang semacam bebauan yang
wangisemerbak dihadapannya terbentang pula sebuah ruang batu,Tapi
ditengah ruang batu itu terlihat duduk bersila seorangberpakaian
pelajar yang cakap berusia bertengahan.Pelajar pertengahan umur ini
berwajah bersih angker danagung, dudut tenang sambil memejamkan
kedua matanya,Tangan kanannya diangkat lurus kedepan dengan sikut
sedikitditekuk kedalam, diantara kedua jari-jari tengah
menjepitselembar kain sutra warna putih.Begitu melihat orang ini
timbul rasa hormat dalam benakGiok-liong, batinnya: "pelajar
pertengahan umur ini mungkinadalah penghuni lembah putus nyawa ini,
sungguh takterduga usianya masih begitu muda..." dalam membatin
inisegera ia sudah berlutut dan menyembah serta serunya:"Wanpwe Ma
Giok-liong, memikul dendam kesumat danmasuk kemari untuk mencari
ayah, untuk kelancangan manaharap cianpwe suka memaafkan serta
harap diberi sedikitpetunjuk." setelah berkata ia bangkit
berdiri.Lama sekali tiada kelihatan suatu reaksi Mendadak
badanpelajar pertengahan umur itu pelan-pelan mundur
kebelakang,kain sutra yang terjepit di jari tangannya itu melayang
jatuh
didepan kaki Giok-liong. Tersipu-sipu Giok liong membungkukbadan
menjemput kain sutra itu, dengan seksama ia bacatulisan yang
tertera diatas kain sutra putih itu: "Akumengasingkan diri dalam
lembah ini sudah selama dua abad,kau adalah satu-satunya manusia
persilatan yang dapatmenghadap kemari selama dua abad ini, sikapmu
luhur tahutata kehormatan pula, memang harus dipuji, setelah
membacasurat ini, segeralah kau berlutut dan menyembah maju
sampaikehadapanku."Sutra putih dengan tulisan bak hitam seperti
baju sajaditulis, ini tak mungkin benda peninggalan pada dua
abadyang lalu, apalagi makna dalam tulisan itu sedemikian
takaburdan angkuh sekali.Giok-liong membatin : "Watak orang yang
kelihatan luhurdan bersih, seperti tiada maksud hendak mencelakai
aku. Tapimenurut katanya aku adalah orang pertama yang mampusampai
ditempat ini, bukan mustahil ayah . . ."Tak berani ia banyak
berpikir pula, setelah berlutut waktuia angkat kepala lagi pelajar
pertengahan itu sudah mundursampai puluhan tombak jauhnya baru
berhenti. Tanpa raguragulagi segera Giok-liong berlutut dan
menyembah berulangkali sambil merangkak maju sampai dihadapan
tempat dudukpelajar pertengahan umur itu.Luka-luka pada pahanya itu
sebetulnya sangat parah, kiniharus menjalani sedikit siksaan
badaniah lagi, kekuatantubuhnya menjadi semakin kendor dan sampai
akhirnya sudahtidak kuat bertahan lagi.Tiba-tiba secarik kain
sutera melayang jatuh lagididepannya, dimana tertulis: "Duduklah
bersila dihadapanku,himpunlah semangat dan semadilah, selama satu
jam!" tulisanini bernada memerintah tak bisa tidak harus
dituruti.
Giok-liong menjadi dongkol, tapi ia turuti saja apa
yangdiperintahkan mulailah ia duduk bersila menghimpunsemangat
mengatur pernapasan sampai akhirnya ia tidak ingatspa-apa
lagi.Tiba-tiba jalan darah Bing-bun-hiat terasa linu, lantassejalur
hawa hangat merembes masuk dari kepalanya terusmenerjang masuk
kemana-mana, seketika itu dia lantaskehilangan kesadaran, Lama dan
lama kemudiaa baru diasiuman kembali.Baru saja ia membuka mata
lantas terasa badannya segarbugar, semangatnya berkobar
menyala-nyala, rasa capai danlelahnya hilang lenyap seluruhnya,
Waktu ia angkat kepalaentah kapan pelajar pertengahan umur itu
telah mundur lagisetombak jauhnya.Didepan bawah kakinya terbentang
secarik kain sutra lagiyang bertuliskan: "Kau sekarang telah
membakal Lwekangselama ratusan tahun, kau ada jodoh masuk
perguruanmenjadi muridku. Aku bernama Pang Giok bergelar
To-ji."Begitu membaca habis tulisan itu kaget Giok liong
bukankepalang, Kiranya pelajar tengahan umur dihadapannya,
iniadalah To-ji Pang Giok salah satu dari Ih-lwesu-can yang
telahmenggetarkan dunia persilatan, pada dua abad yang lalu.Setelah
hilang rasa kagetnya, tersipu-sipu Giok liongmerangkak maju serta
berlutut dihadapan To-jin Pang Giok,dengan rasa haru dan
kegirangan, ia menyembah sertaberkata sambil mengalirkan air mata:
"Guru diatas terimalahsembah sujud murid ini."Sebuah suara yang
kalem halus seakan-akan diucapkandipinggir telinganya tapi juga
seperti terdengar dari kejauhanberkata: "Anak baik, sepanjang jalan
masuk gua ini sungguhmenyusahkan kau saja, lekaslah bangun!"
Tersipu-sipu Giok-liong angkat kepala dilihatnya wajah TojinPang
Giok mengulum senyum manis, pelan-pelan keduamatanya terbuka lalu
menatap tajam kearah muka Giok-liong.Giok-liong jadi membatin, "Ai,
orang ini sudah hidup sekianlamanya. tapi masih kelihatan
sedemikian muda, betapa tinggiilmu silatnya pastilah sudah mencapai
kesempurnaannya."walaupun tengah berpikir tapi kakinya tak berani
gerakbangun.Segera To-ji Pang Giok mengulurkan sebelah
tangannyayang putih laksana batu giok mengusap-usap kepala
Giok-Iiong, ujarnya: "Anak baik, bangunlah, jangan kau
terpakudisitu saja, apa tidak lelah dan sakit kakimu!"Giok-liong
menyembah lagi serta berkata "Terima kasihSuhu, Tecu Ma Giok-liong
menyampaikan sembah sujud."habis memberi hormat baru dia bangkit
berdiri, sesaat To-jiPang Giok mengawasinya dengan seksama, lalu
berkata:"Giok-liong cara bagaimana kau bisa sampai memasukiLembah
putus nyawa ini?"Giok-liong menyahut: "Murid tengah mencari jejak
ayah,juga ingin belajar ilmu silat untuk menuntut balas""Siapakah
nama ayahmu?""Aku..,.....aku tidak tahu."To-ji Pang Gi,ok
tercengang, dengan sorot mata yang anehia pandang Giok-liong lalu
katanya: "Semua orang yangpernah masuk kedalam lembah ini, semua
aku mengetahuinamanya, tapi tiada seorangpun yang she Ma."Tergetar
perasaan Giok-liong, tanyanya mendesak:"Apakah betul?"To-ji
tersenyum, ujamya: "Masakah gurumu ini menipukau!"
"Lalu... bukankah Sip-hiat-ling Toan-Bok-ki juga masukkedalam
lembah ini?"Giok-liong berseru kaget kepala terasa puyeng
matapunberkunang-kunang. Batinnya: "Apakah selama dua abad initiada
seorangpun yang masuk ke dalam Lembah putus nyawaini? Lalu
kemanakah mereka telah pergi?""Giok-liong." tanya To ji dengan
sungguh-sungguh, "Kauada dendam sakit hati apa, mengapa tanpa
hiraukankeselamatan jiwa sendiri menempuh bahaya hendak
mohonbelajar kepandaian dalam lembah putus nyawa ini?"Jilid 02Jawab
Giok liong sambil menunduk: "Tecu hidupberdampingan bersama ibu
sejak kecil, orang tua tewasdengan mengenaskan dalam tangan para
musuh yang kejam .. ." tak terasa air mata mengalir deras membasahi
pipi."Anak baik," ujar To-ji sambil mengusap-usap kepala
Giokliong,janganlah bersedih mari ikut aku." habis berkata
iaberputar tubuh terus berjalan kearah dinding kiri sebelah
sanadengan langkah tegap dan tenang.Glok-liong mengintil
dibelakangnya sambil mengusap airmatanya waktu dekat dengan dinding
batu, tampak To-jimengulur tangap jarinya menekan sebuah tombol
disebelahkiri, segera terbukalah sebuah pintu. Belakang pintu ini
adalahsebuah ruangan batu juga yang berhawa sejuk dan lebar, diatas
dinding sebelah kanan berlukiskan tiga gambar orang,sedemikian
indah dan menakjubkan gambar itu bagai hidupsaja. Ketiga gambar
menunjukkan gaya yang berlainan.Kata Pang Giok kepada Giok-liong:
"inilah tiga juruspelajaran dasar dari perguruan kita, bagi yang
baru belajarharus menyelaminya dengan seksama dan tekun,
selanjutnya
masih banyak dan rumit pelajaran lain yang harus kau pelajari!"
selanjutnya dengan sabar sejelas-jelasnya ia terangkanketiga jurus
pelajaran dasar itu.Setelah diberi penjelasan baru Giok-liong
maklum, kiranyaketiga jurus dasar pelajaran dasar kepandaian yang
harusdipelajari ini ternyata adalah ilmu yang bernama Sam- ji-
cuihunchiuyang telah menghilang selama ratusan tahundikalangan
Kangouw.Jangan dikata hanya tiga jurus saja, namun dalam jurusada
jurus tersembunyi tipu-tipu lihay lagi, ini benar-benarpelajaran
yang rumit dan dalam sekali dasarnya.Giok-liong memang seorang
bocah cerdik sudahmempunyai bekal Lwekang murni yang lumayan
pula,ditambah penyaluran tenaga dalam ratusan tahun dari PangGiok
tadi, kondisinya sekarang sudah dapat menyamai tokohtokoh silat
kelas tinggi di Bulim, sekarang setelah mendengarpenjelasan To-ji
yang mendetail, meski belum dapatmemahami seluruhnya sedikitnya
separoh dari inti pelajaransudah dapat dicukup dalam benaknya.Jurus
pertama bernama : "Cin-chiu," jurus kedua adalah"Hoat-bwe" dan yang
ketiga adalah "Tiam-ceng." Ketiga jurusini masing-masing mempunyai
keistimewaannya sendirisendiri.Menurut pesan dan petunjuk To-ji
Giok-liong terusmenyelami dengan tekun dan mempelajarinya dengan
giat takmengenal lelah. Akhirnya gerak tubuh serta langkah
kakinyajuga sudah semakin teratur dan akhirnya sudah apal
diluarkepala, tapi badannya juga sudah basah kuyup oleh
keringat.Entah kapan tahu-tahu To-ji sudah tak berada lagi
dalamruang batu itu, tinggal Giok-liong sendirian yang masih
giatberlatih dengan kepala penuh keringat. Beberapa lamakemudian
tiba-tiba kepalanya terasa berat dan pusing sekali,hawa murni dalam
tubuhnya juga lantas mengalir balik terusmenerjang dengan kerasnya,
saking kejut dan takut, segera ia
menghentikan latihannya, batinnya: "Celaka," sungguh taknyana
bahwa sam-ji cui-hun-chiu ini ternyata terlalu banyakmengulas
tenaga murni orang . . . . " tengah berpikir itu,badannya sudah tak
kuat bertahan Iagi, segera ia dudukbersila dilantai pejamkan mata
menghimpun semangatmengerahkan hawa murni untuk memulihkan
tenaganya.Mendadak terdengar kata-kata To ji terkiang
dipiaggirtelinganya: "Nak, bertahamlah."Lalu terasa segulung tenaga
hawa yang hangat seperti baramencurah memasuki badannya melalui
ubun-ubun kepalanya.Dan bersamaan dengan itu segulung arus hawa
murni yangdingin seperti gulungan es menerjang masuk juga
melaluijalan darah Bing-bun-hiat.Keadaan Giok-liong sudah sangat
lemah, seluruh hawamurninya sudah terkuras habis, begitu dituangi
dua jalur hawamurni yang bertentangan ini, terus menerobos dan
menerjangkesegala urat nadi dan sendi-sendinya secepat air bah,
keruansakitnya luar biasa seperti disiksa, mata sampai
berkunangkunang.Tapi dasar wataknya keras dan teguh pendirian,
sambilmengertak gigi ia terus bertahan tanpa mengeluh
sedikitpun.Setelah hawa panas dingin bergabung dan dapat
lancarberputar sebanyak tujuh putaran dalam seluruh
tubuhnya,mendadak seperti satnberan geledek kedua jalur hawa
yangberbeda itu berpencar lagi terus mengembang
kekiri-kananlangsung menerobos kejalan darah Ji-ti jalan darah
terpentingbagi mati hidup manusia."Bus." terdengar getaran yang
agak ringan, seketika Giokliongrasakan seluruh badan seperti
ditusuki beribu jarum,sakitnya sampai menyusup ketulang-tulangnya,
seolah-olahseluruh badannya telah dirobek-robek sampai dedel
dowel.
Tak kuat lagi segera mulutnya terpentang terus
memuntahkansegumpal darah segar.Pada saat itu juga kedua gulungan
hawa panas dingin itukontan lantas bergabung menjadi satu terus
berubah menjadihawa yang hangat halus berputar dan merembes
keseluruhbadan dengan pelan-pelan dimana hawa hangat ini lewat,
rasasakit segera hilang dan badan semakin bertambah segar.Lambat
laun seluruh kesegarannya telah pulih kembali danmemasuki kealam
sejadinya yang tak irfat segalanya lagi.To-ji Pang Giok sendiri
tampak duduk bersila disampingGiok-Iiong, jidatnya basah oleh
keringat, wajahnya jugasedikit pucat tangannya merogoh kedalam
sakunyamengeluarkan sebuah pulungan kecil dituangnya dua butir
pilwarna hijau, sebutir dimasukkan kedalam mulut sendirisedang
sebutir yang lain dijejalkan ke mulut Giok-liong, Lalu iasendiri
juga menghimpun semangat mulai latihan dalamsemadinya.Entah berapa
lama berselang Giok-liong baru siunaan,begitu kedua matanya dibuka,
dua sorot tajam bagai kilatmemancar keluar dari kedua biji matanya,
tapi juga hanyasekejap saja terus berganti sinar tajam yang penuh
wibawa,membuat orang tak berani beradu pandang secaraberhadapan.
pelan-pelan ia bangkit berdiri, terasa seluruhtubuhnya segar bugar,
hawa hangat yang menyegarkan ituterus berputar-putar dan mengalir
didalam badanWaktu ia memandang ke sekelilingnya, bayangan
To-jisudah tak kelihatan lagi, Di-bawah kakinya terletakseperangkat
pakaian yang bersih, sedang baju yangdipakainya itu sudth basah
oleh keringat dan kotor sekali.Sekonyong-konyong suara To ji
terdengar berkata:"Dibelakang ruang batu ini ada sebuah empang, kau
harusmerendam diri dan bersemadi dalam air empang itu selama
dua belas jam, lalu kau nantikan petunjuk gurumuselanjutnya."
Blang " suaranya keadaan menjadi sunyi senyap.Sebuah suara
keresekan terdengar, terbuka pintu disebelah samping kanan sana,
kontan terasa hawa dingin yangmenusuk tulang menghembus masuk
kedalam ruang batu ini,Memang di belakang ruang batu ini terdapat
sebuah empangseluas satu tombak.Giok-liong segera menekuk lutut
serta berseru lirih: "BudiSuhu yang besar ini, Tecu menghaturkan
banyak terima kasih,terimalah sembah sujud Tecu!" -habis berkata ia
menyembahsembilan kali, setelah itu baru menanggalkan pakaian
danturun kedalam air.Air dalam empang ini ternyata sedemikian
dingin seolaholahdapat membekukan darah. Cepat-cepat
Giok-liongmengerahkan hawa murni untuk bertahan, lambat laun
rasadingin itu mulai terusir keluar dari tubuhnya. Begitulah
denganduduk semadi lambat laun Giok-liong sudah mengerahkanseluruh
tenaganya sampai pada puncak tertinggi tapi masihsulit menahan
serangan hawa dingin itu, untung suhu hangatmasih mengembang dalam
badannya, sehingga tubuhnyamasih kuat bertahan sekian lama.Dua
belas jam kemudian baru Giok-liong perlahan-lahanberdiri dan keluar
dari empang. Hawa murni dalam tubuhnyasudah kokoh dan karena
pengerahan pada puncak tertinggiuntuk bertahan terhadap serangan
dingin itu. Setelah keluardari empang, dipakainya pakaian yang
telah disediakan olehTo-ji itu.Tiba-tiba terlihat dinding batu
bergeser, To-ji Pang Gioklantas melangkah masuk sambil mengulum
senyum.Cepat-cepat Giok-liong-berlutut memberi hormat sertakatanya:
"Suhu diatas, terimalah hormat Tecu ini!"
Ujar To-ji tertawa: "Baik, bagus sekali, sudah tak usahbanyak
peradatan!" habis berkata ia tertawa riang, lalusambungnya: "Anak
Liong. apa kau tahu betapa tinggi latihanLwekang yang telah
mengeram dalam badanmu itu."Giok-liong menggeleng, sahutnya: "Tecu
tidak tahu!""Kau sekarang sudah mempunyai dasar latihan
Lwekangselama seabad lebih, dalam kalangan Kangouw sekarahg
initokoh yang dapat melawan kau sudah sangat
sedikitjumlahnya."Karuan girang Giok-liong bukan main, cepat-cepat
iaberlutut dan menghaturkan terima kasih lagi: "Terima kasihakan
budi Suhu yang telah menyempurnakan Tecu! "To-ji diam-diam saja
menerima sembah sujudnya tiga kali,lalu katanya lagi: "Hawa murni
yang mengeram dalamtubuhnya itu merupakan pelajaran tunggal dari
golongan kitayaitu "Ji-hua" yang dinamakan "Ji-lo" merupakan hawa
murniyang paling lurus dan mandraguna, Kuharap kau
dapatmenyesuaikan diri dalam segala tindak-tandukmu kelak,janganlah
kau mengecewakan harapan suhumu yang susahpayah ini !"Didengar dari
nada perkataannya ini, agaknya adamaksudnya yang hendak segera
menyuruh Giok-liongmeninggalkan lembah putus nyawa ini.Hati Giok
liong menjadi terharu, ujarnya perlahan: "tecupaham !"To ji
tersenyum, tanyanya : "Anak Liong, apakah kau tahuada berapa
tokoh-tokoh silat yang dulu sejajar dalamtingkatan dengan
Suhumu?"Sebentar Giok-lioag berpikir, lalu sahutnya: "Ada
Kim-lengcu,Pat-ci-kay-ong dan Hoat-ceng yang termasuk daiam
IhTIRAIKASIHWEBSITE http://kangzusi.com/lwe-su-cun, Masih ada lagi
Thian-lan-sam yau, Mo-pak it-jandan majikan pulau tanpa bayangan di
Lam-hay."To jin manggut-manggut, ujarnya: "Benar, tapi masih
adaseorang yang paling lihay belum kau sebutkan."Giok liong
terperanjat tanyanya: "Siapa dia?""Hiat-eng-cu, Congcu dari
Hiat-eng-bun!" Giok-Iiong belumpernah dengar akan nama ini, tapi
dia juga tidak beranisembarangan tanya, tanyanya lebih lanjut:
"Apakah merekamasih belum menjadi dewa?"To ji menghela napas,
ujarnya : "Gurumu juga tidak jelas,setelah turun gunung kau harus
hati-hati, pelan-pelan kauresapilah pelajaran Sam-ji-cui hun chiu
itu dalam praktek. Akumasih ada satu urusan yang harus
kuselesaikan, bersama itujuga perlu menuju keluar lautan untuk
mencari bahan-bahanobat untuk membantu kau melatih badan yang
kuatseumpama badan baja yang tak tembus senjata sebagai muridahli
waris-ku !"Bukan kepalang rasa haru dan terima kasih Giok-liong,
airmeleleh dengan deras, katanya sesenggukkan sambilmendekam
ditanah : "Budi besar Suhu ini, seumpamabadanku hancur lebur juga
sulit membalasnya."To-ji tertawa lagi, ujarnya: "Anak bodoh, ini
semuatergantung dari kerajinan latihanmu, kalau tidak
betapapungurumu takkan menerima seorang murid yang jahat danburuk,
maka dalam berkecimpung didunia persilatan ini kauharus
mengutamakan "Lurus" dan tegak dalam keadilan dankebenaran. Kalau
sebaliknya janganlah kelak kau mengatakanbahwa gurumu berlaku kejam
terhadapmu, bukan saja haruskupunahkan kepandaianmu jiwamu juga
harus dicabut !"Mendengar petuah serta ancaman gurunya ini
tanpamerasa Giok liong sampai merinding segera ia
menghentikantangisnya serta sahutnya: "Tecu pasti tidak
berani!"
"Gurumu percaya kau takkan berani berbuat begitu . . ."lalu
dirogohnya keluar sebatang seruling batu giok bewarnaputih mulus
yang mengeluarkan cahaya kemilau, seruling itudiangsurkan kepada
Giok liong serta katanya: "seruling inibernama Jan-hun ti."Tergetar
hati Giok-Hong mendengar nama seruling itu, Janhunti atau seruling
samber nyawa adalah merupakan sebuahbenda antik yang sangat tua
usianya, Seruling ini selamaratusan tahun selalu menjadi incaran
dan idaman setiaptokoh-iokoh silat, senjata sakti mandraguna yang
telahmenghilang ratusan tahun yang Ialu itu ternyata beradaditangan
To-ji Pang Giok.Bukan saja seruling samber nyawa ini adalah senjata
kunoyang sakti mandraguna, malah konon kabarnya didalamnyaada
terpendam suatu rahasia besar dunia persilatan.Pemilik utama dari
seruling samber nyawa ini adalah Janhuncu, Jan-hun cu sudah
sempurna pelajaran agama dansudah menjadi dewa pada ribuan tahun
yang lalu, intisaripelajaran ilmu silatnya semua terpendam dalam
serulingpusaka ini.Selama ribuan tahun ini seruling sakti ini hanya
pernahmuncul satu kali, biarpun satu kali tapi cukup
menimbulkanburu-hara serta kekacauan yang besar, dimana-mana
terjadipembunuhan kejam untuk memperebutkannya sehingga
kaumpersilatan tidak bisa hidup tentram, akhirnya seruling
pusakaini menghilang pula tanpa diketahui jejak, dan sejak itu
belumpernah muncul lagi.Dengan tersenyum lebar To ji menyerahkan
seruling itu,ujarnya: "seruling ini ada serangkaian jurus hawa
murni yangmelandasinya, dalam jaman ini tiada seorangpun yang
dapatmenggunakan. Pada ratusan tahun yang lalu secara
kebetulangurumu memperoleh seruling ini, dengan landasan Jilo
dariperguruan kita kuciptakan ilmu Jan hun-su sek, ilmu ini
cukup
hebat dan besar perbawanya tapi juga cukup ganas, kauharus
mempelajarinya dengan baik-baik sebelum turungunung."Saat itu juga
ia turunkan pelajaran Jan-hun-su sek itukepada Giok-liong, Makna
dari pada pelajaran keempat jurusitu terdiri dari masing-masing
kejut hati kehilangan sukma,putus nyawa sukma tersiksa."Sebetulnya
kedelapan kata itu setiap suku katanyamerupakan salah satu jurus
yang tergabung menjadi tipupukulan, kalau digabung lagi maka
perbawanya semakinhebat, tiada seorangpun yang bakal kuat bertahan
dariserangan rangkaian ini.Tanpa mengenal lelah dengan giat
Giok-liong mempelajarikeempat jurus serangan yang lihay ini,
sepuluh hari kemudianbaru dia selesai mencakup seluruh intisari
pelajaran empatjurus tipu-tipu dari Jan-hun-su-sek itu.Sete!ah
Giok-Iiong benar benar sudah lancar dapatmempergunakan pelajarannya
ini baru To-ji memberi pesansupaya dia memasuki sebuah ruangan batu
lain, setelahmereka duduk berhadapan, barulah To ji membuka
katadengan nada serius: "Anak Liong, kau sudah tahu
peraturanperguruan kita belum ?""Tecu masih belum tahu !""Setia
serta kebajikanlah yang diutamakan, dengan jiwayang lurus dan hati
yang murni baru kau dapat menegakkanperaturan yang keras
ini."Giok-Iiong mengiakan."Setelah kau turun gunung, jangan
sekali-kali sembarangankau tunjukan seruling samber nyawa ini
kepada orang lain,Kalau tidak kau akan menghadapi banyak kesukaran.
Setelahkau berkelana di Kangouw bila ada perlu, carilah majikan
Pulau tanpa bayangan di Lam-hay, dia seorang sahabatkuyang
paling kental, dari mulutnya kau akan tahu beritamengenai gurumu,
carilah tahu tentang keadaan Kim leng cuapakah dia masih hidup,
jika masih sehat walafiaf, kau harusberdaya upaya untuk bertemu
dengan dia, beritahulahkepadanya: "Sampai mati baru asmara terbawa
kubur, lilinluluh baru air mata kering." segera dia akan tahu siapa
kauadanya, pasti dia pesan kepadamu untuk aku. Dan lagi kauboleh
beritahukan alamat ku ini kepadanya."Setelah itu, tak lupa To ji
berikan keterangan tentang asalusul serta wajah muka serta
keistimewaan semua tokoh-tokohternama. Diberikan pula sebuah
senjata berupa pena yangmemancarkan sinar kekuningan, panjang
senjata berbentukpotlot setengah meter, katanya: "Walaupun potlot
emas ini taksebanding dengan seruling menyiksa sukma, senjata ini
sudahbertahun tahun mengikuti gurumu berkelana di Bulim,
carapenggunakannya adalah jurus-jurus tipu dari gerakan
dasarJan-hun-su-sek itu, semua sekandung dalam delapan
gerakantangan, cara menggunakannya kau sudah bisa.Potlot ini
mempunyai asal usulnya tersendiri masih adalagitiga potlot emas
kecil sepanjang tiga inci, potlot-poilot kecil inimerupakan
pertanda chas dari sepak terjangku semasa mudadulu." lalu
diserahkan juga sebuah buntalan sederhana, sertapesannya: "sekarang
pergilah, kelak aku akan mencarimusendiri."Perasaan Giok-liong
menjadi haru dan bergelora, namunsekuatnya ia tekan perasaan ini
serta katanya: "Suhu, aku , ,.." akhir nya tak terelakkan lagi dua
titik air mata melelehmembasahi pipinya.To-ji tertawa dingin,
katanya: "Anak bodoh, lekaslahberangkat, Kaum persilatan telah
menanti kau untukmenegakkan keadilan dan kebenaran!"
Giok liong memaksa untuk tertawa, setelah menyeka airmata
dipipinya dia berkata: "Suhu harap terimalah hormatTecu yang
terakhir ini." habis memberi hormat cepat-cepat iaberdiri terus
memutar tubun melangkah lebar keluar ruangbatucWajah To ji yang
kelihaian bersih berwibawa itu jugakelihatan sedikit murung dan
berat, berapa tahun sudah barusekarang angan-angannya terkabul
memperoleh seorangmurid yang mencocoki seleranya, baru berkumpul
beberapalama saja sekarang sudah harus berpisah lagi tak tertahan
iaberteriak memanggil: "Giok liong!"Giok-liong segera berpaling,
sahutnya: "Suhu, ada apa?"Dengan tajam Toji memandang, wajahnya
sekian saat barubicara: "Semua jebakan rahasia dalam lembah gua ini
sudahkututup kau boleh keluar mengembangkan Ginkang!"Giok liong
mengiakan sambil membungkuk. Belum hilangsuaranya berkelebatan
sebuah bayangan putih secepat anakpanah dan seringan asap
Giok-liong sudah melesat berlarikencang menuju keluar lembah.Dengan
mengembangkan pelajaran Gin-kang perguruannyayang dinamakan Leng
hun toh ( melampaui awanmengembang ) tubuhnya seperti angin
melayang sekejap sajasudah melewati jalan-jalan rahasia yang
terpenting dilembahputus nyawa itu, dan dilain saat ia sudah berada
diluarlembah.Selepas pandang, dilihatnya selokan setan masgul
masihseperti sedia kala, kabut tebal masih meliputi seluruh
alamsekitarnya angin pegunungan yang dingin juga ributmenghembus
keras. Tiba-tiba terkiaug pesan To ji yang wantiwanti:"Anak Liong,
jagalah dirimu baik-baik sepanjang jalan,segeralah berangkat gurumu
hendak menutup seluruh jalanmasuk lembah ini. Kelak kalau kau
datang lagi, bilamana
mulut lembah belum terbuka, itu tandanya bahwa Suhu
belumkembali!"Giok liong maklum bahwa gurunya meng gunakan ilmuCian
li thoan-im (mengirim suara ribuan li) untuk bicaradengan dirinya,
maka segera menggunakan ilmu yang samauntuk menjawab "Tecu sudah
tahu." selanjutnya ia bertanyalagi: "Suhu, kapan kau orang tua
kembali kedalam lembah?""Perjalanan ini sulit ditentukan, kapan aku
pulang tidakpasti, Waktu mulut lembah terbuka, gurumu pasti ada
didiamiSudah lekaslah berangkat, lekas berangkat.""Tecu terima
perintah." sahut Giok-liong sambilmembungkuk lagi.Begitu menyedot
hawa dalam-dalam menghimpun hawamurni, kakinya terus menjejak tanah
melesat kearah sebuahbatu gunung yang menonjol keluar diieberang
sebelah sana,jaraknya tidak kurang dua puing tombak lebih, namun
denganringan sekali tubuhnya meluncur seperti snnk i anah,
Sungguhdiluar perhitungannya begitu pesat lurcuran tubuhnya
iniseperti kilat saja melambung ditengah kabut, terpaksa ia
harusmenekuk tubuh dan meliukkan badan seperti seekor bangausaja
tubuhnya segera meluncur turun tepat diatas ngaraisukma
gentayangan."Oh, Tuhan," Hampir saja ia berteriak saking tak
tahanmenahan rasa girang yang meluap-Iuap. Hanya sekali
jejakankakinya saja ternyata sekarang dirinya mampu melompatijurang
yang lebarnya tiga puluhan tombak ini. Benar-benarsuatu hal yang
mustahil bila dibayangkan masakah mungkintenaga manusia dapat
mencapainya ?Teringat waktu datang, betapa ia harus memeras
keringatmengalirkan darah serta menghabiskan seluruh tenaganyabaru
dapat melampaui selokan setan masgul ini dan masukkedalam Lembah
putus nyawa.
Siapa akan menduga hanya beberapa hari saja sekarangdirinya
sudah dapat melewati jurang yang berbahaya ini hanyasekali lompat
saja.Anugrah Suhu terhadap dirinya sungguh besar dan taktenilai,
sekian lama ia berdiri terpesona saking senang,hampir-hampir ia
sendiri tidak percaya akan kenyataan ingindia membuktikan apakah
dirinya benar-benar sudahmelampaui selokan setan masgul ini !Tak
kira begitu ia memutar tubuh seketika ia berdiritertegun, Kabut
masih tebal angin masih ribut tapi bekasbekasatau bayangan jalan
pendek nyawa itu kini telahmenghilang ? Demikian batu besar itu
juga telah menghilangtanpa bekas, Ngarai disebrang sana juga sudah
tidak kelihataniagi, hanya tinggal lereng gunung yang menjulang
tinggikeangkasa, tiada celah-celah yang merekah yang telahdilewati
tempo hari. Hanya dalam sekejap mata itu saja,seluruh jalan yang
menuju ke Lembah putus nyawa sudahtertutup rapat.Hati Giok liong
serasa mencelos dan gegetun, Dengan bekalLwekangnya sekarang, untuk
malang melintang di Kangouwmenuntut balas pasti bukan persoalan
yang berat. Tapisebuah jalanan pendek nyawa yang besar itu, sekejap
sajamenghilang tanpa suara tanpa diketahui kapan jalanan
itulenyap.Bangunan alat-alat rahasia semacam ini benar-benarsangat
menakjubkan. Tidak usah dibuat heran sedemikianbanyak tokoh-tokoh
Bulim yang terjungkal dan menemuiajalnya dalam lembah putus nyawa
ini. Untuk selanjutnyadirinya harus berlaku waspada dan hati hati
berkelana diduniapersilatan supaya tidak sampai kena terbokong.Baru
lenyap pikirannya, mendadak dipinggir telinga sepertiada orang
berkata riang: "Giok-liong, lekaslah turun gunung,gurumu juga
segera akan berangkat !"
Giok liong tergagap, cepat ia berpaling kearah datangnyasuara,
terlihat ditengah keremangan kabut tebal samar-samarberkelebat
sebuah bayangan putih terus hilang di telan kabuttebal, dari
kejauhan sayup-sayup terdengar pula suara
To-jiberkata:"Hati-hatilah menjaga dirimu dalam perantauan !"
habissuaranya orangnya juga sudah jauh beberapa li."Tecu tahu !"
sahut Giok-liong hormat, dimana tubuhnyamelenting berubah segulung
bayangan putih terus meluncurkebawah dari ngarai sukma gentayangan
ini. setelah sampaidikaki gunung hatinya menjadi hampa dia
celingukan kiankemari, tak tahu dia kemanakah dirinya harus menuju,
pelanpelankakinya melangkah tak terasa ia beranjak melalui
jalanyang pernah dilalui tempo hari waktu datang.Ditengah jalan ia
berpikir: "Baiklah, terlebih dulu aku haruskembali keruman gubuk
yang telah terbakar menjadi puingitu," teringat akan rumah, sakit
hati yang sekian lama sudahterpendam dalam hatiaya mulai berkobar
lagi.Tragedi berdarah akan masa yang lalu kembali
terbayangdikelopak matanya, hatinya mengeluh dan berteriak:
"Bunuh,berantas habis semua iblis laknat yang jahat itu . .
."Wajahnya tidak menunjukkan sesuatu expresi yang luarbiasa, namun
gerak tubuhnya melesat semakin pesat susahdiukur kecepatannya
menuju kearah ngarai tempat tinggalnyadulu. Tiba-tiba sebuah
persoalan lain timbul dalam benaknya.Ke-manakah ayah telah
pergi?Bukankah Hwe-thian-khek Ma Hun dari laut utara itu jugashe
Ma? Dan lagi iblis nomor wahid paling kejam, membunuhorang tanpa
berkedip Sip-hiat-leng Toan Bok-ki kemana puladia pergi? Kesan
semua orang dunia persilatan adalah bahwamereka berdua sudah mampus
didalam lembah putus nyawa.
Tapi suhunya, majikan lembah putus nyawa ini memberitahu bahwa
ketiga orang itu hakekatnya tidak atau belumpernah memasuki lembah
yang bertuah ini.Kemanakah mereka telah pergi? Tak tertahan
hatinyaberdenyut bertanya-tanya, Apakah mungkin menghilangnyaketiga
tokoh kenamaan itu merupakan suatu muslihat yangkeji dalam kalangan
persilatan? jikalau dugaannya inikenyataan, itu sungguh berbahaya
dan menakutkan. Tapikalau diselami lebih lanjut dugaannya ini juga
banyakkelemahannya dan tak mungkin bisa terjadi. Sebabkepandaian
silat dan kecerdikan ketiga tokoh-tokoh lihay itusangat tinggi,
betapapun juga mereka takkak semudah itukena tertipu atau
terjebak.Pikir punya pikir badannya masih berlaju, terus
berloncatandidaratan pegunungan yang tidak rata dengan tanah
penuhditaburi salju tebal, Tatkala itu tanpa merasa Giok-liong
sudahkembangkan gerak tubuh Leng-hun-toh sampai sepuluhbagian
tenaganya, sebuah bayangan putih laksana asapberkelebat seperti
bayangan tanpa ujud saja melintas secepatkilat diatas pegunungan
yang memutih sampai tak dapatdilihat tegas dengan pandangan mata
biasa.Tak lama kemudian jauh-jauh ngarai tempat tinggalnya itusudah
kelihatan. Tanpa merasa darah bergejolak dalamrongga dadanya,
semakin cepat kakinya bergerak luncurantubuhnya semakin pesat terus
melesat- keatas ngarai itu.Tiba- tiba di dapatinya bahwa diatas
ngarai itu adabayangan orang tengah bergerak -gerak terus
berkelebatmenghilang. Kontan timbul kewaspadaan dalam benak
Giokliong,Besar kemungkinan pihak Kim i-pang atau
Hiat-hongpangmasih meninggalkan anak buahnya untuk menjagadiatas
sana. Dengan beberapa kali loncatan lagi, Giok-liongsudah sampai
dibawah bukit terus sembunyi dibawah tebingngarai itu.
Samar-samar terdengar sebuah percakapan tengahberkata: "Lo-ong,
araknya masih ada tidak?""Keparat, mana bisa ada arak? Tapi dalam
dua hari inikomandan piket pasti akan lewat disini, mungkin beliau
akanmenghadiahi dua guci arak kepada kita.""Ai, nenekmya kedudukan
kita dikalangan Kangouw jugacukup disegani, tak nyana kita malah
mendapat tugas untukberjaga ditempat dingin semacam ini untuk
menunggu orokkecil yang tak berguna.""Hei, menurut pendapatku
saudara Tan meskipun tugas iniagak menyiksa kita, tapi siapa tahu
kalau kita bisa ketibanrejeki, benar-benar orok kecil itu muncul
dan dapat kitaringkus, bukankah merupakan pahala besar, Saat
manabukankah pangkat kita akan naik beberapa tingkat palingrendah
juga menjadi Tocu, saat itu apa yang kita inginkanpasti kesampaian
bukankah sangat menyenangkan.""Ai, memang gampang diucapkan, jangan
jaga punya jagayang datang malah malapetaka yang bakal menghabisi
jiwakita, jangan kata dapat makan enak, celakalah kalau jiwasendiri
melayang.""Sudahlah, mengandal kebesaran Hiat-hong-pang kita,siapa
yang berani mengusik kepada kita? Apalagi setan kecilitu sudah
terjungkal kedalam jurang, meskipun jenazah-nyatidak ketemu, tapi
betapa keras tulang tulangnya, seumpamadapat ditolong orang saat
ini juga tengah menyembuhkanluka-lukanya itu, mana mungkin ada
malapetaka pencabutjiwa apa segala.""Itu juga belum tentu, siapa
tahu...""Siapa tahu dewa elmaut sekarang telah datang!"demikianlah
sebuah suara dingin mendadak menyentakpembicaraan mereka.
Ketika anak buah Hiat hong pang sebetulnya tengah dudukmengobrol
didepan pintu gubuk yang baru mereka bangunlagi, begitu mendengar
suara ini bukan kepalang kejutmereka.Waktu angkat kepala, tampak
terpaut lima kaki disampingmereka berdiri angker seorang pemuda
berpakaian jubahputih panjang seperti seragam pelajar umumnya,
matanyatajam beringas menatap kearah mereka.Meskipun suara pemuda
ini dingin dan mengejutkan tapiwajahnya sedemikian halus dan
ganteng, Demikian jugaketajaman kedua matanya bersinar terang
seperti kilat, tapitiada sorot kewibawaan yang menusuk hati sebagai
orangyang pernah belajar silat.Kedua arak buah Hiat-hong-pang she
Tan dan she Ong itusaling pandang sebentar, lantas tertawa
gelak-gelak, sambiltertawa orang she Ong menunjuk si pemuda pelajar
katanya:"Hahahaha, mengandal kau ini ? Mengandal kau anak
masihberbau bawang?"Habis berkata mereka berkakakan lagi dengan
temberang,Pemuda pelajar ini bukan lain adalah Ma Giok liong yang
barusaja tiba dari Lembah putus nyawa, sikapnya tetap
dinginmemandangi kedua antek Hiat-hong pang tertawa
mengejeksepuasnya.Tiba-tiba ia membuka suara lagi: "Sudah puas
belumtertawa kalian ?"Orang she Tan menyeringai ancamnya mendelik:
"Keparat,agaknya kau sudah bosan hidup berani datang kemari
untukdibelejeti oleh tuan-tuanmu ini. Lekas tinggalkan uang
sangudan seluruh perbekalan, biar tuan besarmu ini ampuni
jiwakecilmu."Giok-liong menjengek dingin: "Ibu keluarga Ma
sekarangberada dimana ?"
Orang she Ong yang berdiri disamping mendadakmenghentikan
tawanya, hardiknya beringas: "Bocah keparat,kaukah ini keturunan
haram dari keluarga Ma itu?""Tuan mudamu ini berjalan tidak
mengganti she, duduktidak berganti nama, memang akulah yang bernama
Ma Giokliong!"Orang she 0ng menggeram gemas, ujarnya: "Saudara
Tan,keiajaroan mataku ini agak boleh diandalkan Malam itumemang aku
berjaga dipinggir ngarai sebelah sana, sepintassaja aku melihat
bocah dungu ini. Hm, ternyata dia masihhidup malah mengantar
jiwanya kepada kita. Hahahaha bagusbenar nasib kita!" -Ialu sambil
melangkah setindak matanyamendelik dan berkata kepada Giok liong:
"Bocah jangan haraphari ini kau dapat pergi, menyerah saja biar
kuringkus."Giok liong menjengek dingin: "Tuan kecil mu ini tidak
sukamain-main, maka kuanjurkan kalian sukalah tahu diri
jawablahsetiap pertanyaan tuan kecilmu ini."Tanpa merasa orang she
Ong dan she Tan saling pandangdan tertawa gelak-gelak lagi. Dalam
pandangan merekapemuda seperti pelajar yang lemah ini, seumpama
datang lagisepuluh orang juga tidak menjadi soal lagi bagi
merekaberdua. Belum lenyap suara gelak tawa mereka, orang sheOng
sudah membentak: "Bocah hayo masuk rumah."Sambil membentak dimana
terlihat tangannya menjambretdan menarik pergelangan tangan
Giok-liong tepat kenadicengkeramnya, sedikit menggunakan tenaga
untukmenikung, seketika terdengar teriakan panjang yangkesakitan,
Tahu-tahu tubuh orang she-Ong yang tinggi besaritu terpental tinggi
seperti bola terus terbanting keras jatuh diatas tanah sejauh
beberapa tombak, tubuhnya berkelejetanmulutnya mengerang
kesakitan.
Kejadian ini terjadi begitu mendadak sesaat orang she Tanberdiri
tertegun tiba-tiba tangannya membalik: "Siut..." Selarik sinar
merah melesat membumbung tinggi keangkasa, di lainsaat dengan
gerakan yang cekatan sebat sekali ia telahmenghunus golok yang
tersoreng dipinggangnya.Dengan jurus Tok-bi-hoa-san (membelah
gunung Hoa )goloknya terus membacok keatas batok kepala
Giok-liong,sedemikian besar nafsonya untuk membunuh musuh kecil
inisehingga ia mengerahkan seluruh tenaganya sampaisambaran
goloknya berbunyi menderu. Tidak ketinggalanmulutnya juga memaki
kalang kabut: "Bocah keparat, beranikau melukai orang . . . .
"Belum lenyap suara makiannya, mendadak terdengar Giokliongtertawa
dlngin, jari tengah tangan kirinya diulurkanmenyelentik ke arah
golok musuh, sedang tangan kiri ringansekali menampar. Terdengar
pekik kesakitan yang tersendat,hujan darah memenuhi udara dan
bercecer kemana-mana."Plak""Aduh . . , . " dimana terlihat tubuh
orang she Tan jungkirbalik, tepat sekali tubuhnya jatuh menindih
keatas tubuhorang she Ong, celakanya ujung goloknya itu justru
menusuktembus kedada kawan sendiri darah kontan menyemprotkeluar
seperti sumber air jiwa keduanya berbarengmenghadap raja
akhiratGiok-liong menyeringai dingin, gumamnya: "Bala bantuanmereda
segera akan datang, besar harapanku, Komandanpiket sek-te utara
mereka juga tiba hari ini. Mungkin darimulut mereka aku bisa
mendapat kabar tentang keadaan ibu!"Lalu dengan langkah ringan
perlahan lahan ia memasukigubuk yang baru dibangun, keadaan didalam
gubuk moratmarit, berbau apek dan arak, kotornya luar biasa,
Giok-liongmendengus dongkol, dicarinya bahan api terus disulut
lalu
dilemparkan kedalam gubuk, Tidak lama kemudian, asapmembumbung
tinggi ketengah angkasa membuat burungburungkaget ketakutan dan
beterbangan kemana-mana,kembang api juga beterbangan keempat
penjuru.Giok-liong berdiri membelakangi gubuk yang tengahberkobar
sambil menggendong tangan, sekarang baru iamerasa keriangan hati
setelah melaksanakan pembalasan.Hawa hangat dan panas dari kobaran
api bergelombangmenghembus kearah tubuhnya, membuat tekadnya
menuntutbalas semakin besar, semakin mendesak. Bibit dendamkesumat
semakin bersemi dan berkobar wajahnya yang putihhalus semakin merah
membara, tapi sikapnya dingin membesitanpa emosi.Mendadak dari
bawah ngarai sana terdengar suara lirih darimelambainya pakaian
orang yang tengah berlari mendatangi.Tanpa merasa Giok-liong
mendengus ejek: "Yangmengantar nyawa telah tiba puIa."Memang tidak
salah dugaannya, dari lamping ngaraisebelah depan sana berbareng
muncul tiga orang laki-lakiyang mengenakan seragam ketat warna
hitam. Orang yangberdiri ditengah berjenggot kambing dan bergodek
panjang,kedua matanya berkilat-kilat memandang kedua mayat orangshe
Tan dan she Ong bergantian, lalu memandang ke arahkobaran api yang
tengah menelan gubuk baru itu. Perlahandengan tindakan mantap ia
maju ketengah, setelah batuksekali lantas ia buka suara bertanya
kepada Giok liong: "Tuanini kawan dari aliran mana ?"Dua Iaki-laki
dikanan kirinya terus berendengdibelakangnya. Dilihat dari cara
dandanan pakaiannya ini,agaknya dia salah seorang Tocu yang
berkedudukan di suatutempat.
Giok-liong tetap berdiri dengan tegap, sikapnya angkuh
dantemberang sekali.Setelah sampai ditengah ngarai baru ketiga
orang itumenghentikan langkahnya, orang ditengah itu bertanya
lagilebih keras: "Apakah nian ini dari aliran yang sama?"Suasana
yang tetap sunyi ini adalah jawabannyaOrang yang berdiri disebelah
kanan, kini sudah tidaksabaran lagi, jengeknya dingin: "Tocu tak
perlu banyak bacotlagi, biarlah hamba yang maju membekuk bocah
kurang ajarini !"Orang yang dipanggil Tocu itu
manggut-manggut,dengusnya: "Kematian sudah di-depan mata masih
beranibertingkah."Sekali bergerak dengan sekali loncatan gaya
harimaumenubruk, laki-laki sebelah kanan itu melesat
sampaidibelakang Giok-liong dimana tangan kanannya bergeraklangsung
ia mencengkram kepundak kanan Giok liong."Brak." "Jatuh !"
terdengar suara keras lalu disusul teriakanpanjang yang kesakitan,
tahu-tahu badan laki-laki ituterjungkal terbang menyemburkan hujan
darah.Dimana sebuah bayangan putih berkelebat, tahu-tahu
Giokliongsudah berdiri di-hadapan sang Tocu terpaut lima
kaki,wajahnya membeku dingin pandangannya mengancam,tanyanya:
"Kalian mengapakan ibu keluarga Ma disini, dandimana beliau
sekarang !"Sang Tocu dan seorang bawahannya hanya
merasakanpandangannya kabur, tahu-tahu Giok-liong sudah
berdiribegitu dekat didepannya, karuan kejut hatinya bukan
main,setelah tercengang sebentar, baru mereka dapat bernapaslega
dan menenangkas semangatnya, bentaknya gusar:
"Buyung, benar-benar kau sudah bosan hidup, berani kaumencari
perkara dengan Hiat-hong-pang?""Aku bertanya dimana sekarang ibu
keluarga Ma berada ?"."Pergi kerumah gendaknya . . ." Bayangan
putih berkelebat,lantas terdengar pekik yang menyeramkan serta
suara plakplokbergantian yang nyaring, sebuah tubuh manusia
lagi-lagiterbang bergulingan tujuh delapan tombak terus
rebahcelentang tidak bergerak lagi.Sementara itu sang Tocu tengah
berlutut diatas tanah,mulutnya penuh berlepotan darah, sorot
matanyamengandung minta ampun yang sangat memandang wajah sipemuda
yang berdiri gusar mendelik dihadapannya,mohonnya gemetar: "Ampun
Siauhiap, ham . . . hamba . . .tidak tahu . . .""Kalau kau ingin
hidup, lekas katakan sebetulnya."demikian ancam Giok-liong.Tocu itu
benar-benar sudah ketakutan, sahutnya lirih:"Hamm . . . hamba
benar-benar tidak tahu, Hamba hanyatahu bahwa pangcu sendiri pernah
datang kemari, malah telahdikeluarkar perintahnya untuk mencari
jejak seorang pemudatanggung, raut muka serta asal usulnya sudah
ditulis dandigambar serta disebarkan ke berbagai cabang dimana-mana
.. ."Sampai disini mendadak ia berhenti, dengan terbelalak
danketakutan ia memandang wajah Giok-liong.Giok liong menyeringai
dingin: "Bagaimana? Apa yang kaulihat ? persis dengan gambar itu
bukan ? Hehehehe, Tuanmuda ini tak lain adalah Ma Giok-liong,
akulah yang menjadidewa elmaut bagi Hiat-hong-paag kalian. Kalau
kau tidakbicara secara terus terang, kaupun jangan harap bisa
kembalidengan masih hidup!"
Tocu ini terlongong memandangi wajah Giok-liong, sekianlama
kemudian baru ia membuka mulut lirih: "Ma-siau-hiap,dulu Ma-nio-cu
juga bersikap baik sekali terhadap hambaterutama bodr terhadap
beliau. Asal hamba tahu dimanasekarang beliau berada, masa hamba
berani merahasiakan. .." baru dia bicara sampai disini, dari
kejauhan ditengah hutansana, tiba-tiba melengking tinggi sebuah
suitan panjang yangmemecah angkasa terus meluncur tiba dengan
pesatnya.Wajah yang berlepotan darah dari sang Tocu itu
seketikaberubah pucat pasi dan mulutnya terdengar
mengguman:"Komandan Ang telah tiba, Komandan Ang telah tiba . .
."Mendadak ia menyembah berulang-ulang kepada Giok-liongserta
memohon: "siauhiap ampun !"Melihat tingkah tengik orang ini,
Giok-liong menjadi gelidalam hati, tanyanya menegas dengan nada
berat: "siapakahkomandan Ang itu ?"Tocu itu menyahut gemetar:
"Beliau adalah wakilkomandan piket sekte utara. Thi-bin-to hu Ang
k-hwi . . . . . . .Siau-hiap ampun . . ."Giok-liong mendengus hina,
ujarnya: "Baik, kau pergi lah!"Bergegas Tocu itu bangkit berdiri
sambil membungkukbungkukdan berkata: "Terima kasih akan budi
pengampunanSiau-hiap" habis berkata terus berlari terbuit-birit
kebawahngarai.Mendadak alis Giok-Iiong tegak berdiri, bentaknya:
"tunggusebentar!"Tocu itu mengiakan dan segera
menghentikanlangkahnya,siapakah komandan piket sekte utara kalian
?""Thian~siu-su-cia le Pong !""Baik, kau boleh pergi !"
Sambil menyatakan terima kasih, kedua kaki Tocu menjejaktanah
terus berlari pesat seperti anak panah melesat
kebawahngarai.Sekonyong-konyong, "Hehehehe ..,." serangkaian
suaratawa yang panjang terdengar dari pinggir ngarai sana, SangTocu
yang baru saja berlari sampai dipinggir ngarai segeramenghentikan
langkahnya, teriaknya ketakutan: "Wakilkomandan piket ...""Hehene.
. . " "Prak" suara tawa dingin itu melayang tiba,serangan angin
lalu disusul jeritan yang mengerikan. Badansang Tocu kelihatan
melayang tinggi jungkir balik ditengahudara terus terbanting
mampus, dari tujuh lobang indranyamengalirkan darah segar."Hehehe.
. . kurcaci macam ini yang berlutut minta ampun.Heheheh . . ."
diiringi suara dingin seperti tawa setangentayangan yang
menggiriskan ini, seperti bayangan setansaja dari pinggir ngarai
didepan sana muncul sebuahbayangan besar, "Hehehehe, buyung,
perhitungan ini harussegera dilunasi Hehehehe . . . "Waktu
Giok-liong memandang lebih tegas, tanpa merasahatinya terperanjat.
Tampak dipinggir bawah ngarai sanaperlahan-lahan muncul sebuah
bayangan manusia yang tinggibesar seiring dengan tawa dinginnya
itu, ia melayang seringandaun seperti setan layaknya,Selayang
pandang dari gerak geriknya saja lantas dapatdipastikan bahwa ilmu
silat serta Lwekang orang ini pastisudah mencapai kesempurnaan
Iatihannya.Jarak mereka sekarang semakin dekat, Thi-bin
to-hu(sijahat bermuka besi) Ang It hwi ternyata berwajah
warnakehijau-hijauan, beringas mengandung hawa membunuh yangtebal,
kedua biji matanya melotot besar seperti kelininganberkilat-kilat
memandang wajah Giok-liong dengan tajam,
tanyanya dingin : "Buyung, kau ini yang bernama Ma Giokliong?"
dimulut ia bertanya, namun dalam hati jagamembatin: "Bocah ini
terang adalah bocah yang diperintahkanharus ditangkap oleh Pangcu,
Tapi mengapa Pangcu tidakme