Top Banner
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017 1 I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN NOPEMBER 2017 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Nopember 2017 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan/dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017: El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama Nopember 2017, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan lebih dingin dari normalnya. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat -0.67°C sedangkan nilai bulanan Nopember 2017 adalah -0.95 sehingga termasuk kategori La Nina Lemah. Hal ini juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface/ bawah laut Pasifik, dimana semuanya menunjukkan kondisi La Nina. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) yang bernilai +11.6 juga menunjukkan La Nina. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang mendingin maka diprediksi kondisi La Nina lemah akan berlangsung pada Desember 2017 hingga Maret-April 2018. Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir Nopember 2017 (Sumber : BoM)
20

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

May 09, 2019

Download

Documents

vutram
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

1

I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN NOPEMBER 2017 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Nopember 2017

Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan/dipengaruhi oleh

fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Selama Nopember 2017, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan lebih dingin dari normalnya. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat -0.67°C sedangkan nilai bulanan Nopember 2017 adalah -0.95 sehingga termasuk kategori La Nina Lemah. Hal ini juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface/ bawah laut Pasifik, dimana semuanya menunjukkan kondisi La Nina. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) yang bernilai +11.6 juga menunjukkan La Nina. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang mendingin maka diprediksi kondisi La Nina lemah akan berlangsung pada Desember

2017 hingga Maret-April 2018.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar

Pasifik Ekuatorial sampai akhir Nopember 2017 (Sumber : BoM)

Page 2: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

2

Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia dari awal tahun 2017 menunjukkan

kecenderungan normal setelah sebelumnya berada pada kisaran positif. Indeks minggu terakhir Nopember 2017 tercatat bernilai +0.01 (normal), hal ini menunjukkan tidak ada kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI normal ini diprediksi berlangsung hingga April 2018.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga awal Desember 2017 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Posisi aktifitas MJO selama Nopember 2017 sempat aktif di Benua Maritim Indonesia pada 26 – 30 Nopember, yang tentunya ikut berkontribusi pada kondisi liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia. Dari anomali OLR terlihat wilayah Jawa didominasi warna ungu bahkan merah muda yang menunjukkan dominan anomali negatif terkait banyaknya liputan awan selama Nopember 2017. Pemusatan daerah tutupan awan terlihat sudah di sekitar wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara.

Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Nopember 2017, Warna ungu - merah adalah

OLR negatif, warna coklat adalah OLR positif (Sumber : BoM & NOAA)

Page 3: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

3

Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Bulan Nopember 2017, monsun Baratan mulai stabil dan sering bervariasi dari Baratdaya – Timurlaut akibat gangguan Siklon Tropis. Kondisi yang mirip diprediksi terjadi saat memasuki bulan Desember 2017 dimana monsun baratan mulai menguat dan berdampak pada mulai meningkatnya kejadian hujan. Prediksi indeks AUSMI menunjukkan trend naik artinya timuran akan melemah dan Baratan menguat. Fenomena La Nina lemah yang diprediksi masih terjadi pada Desember 2017 juga turut berperan menambah curah hujan, selain faktor lainnya.

Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur

(komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: IPRC), dan normal streamline angin gradien Nopember (sumber: NOAA)

Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Nopember 2017 lapisan 850 mb

(sumber: ESRL NOAA)

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di seluruh wilayah Jawa Timur selama Nopember 2017 (rata-rata bulanan) kondisinya lebih dominan massa udara dari Barat. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) di mayoritas Jawa Timur umumnya anomali negatif artinya dominasi massa udara dari Utara. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Nopember 2017.

Page 4: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

4

Suhu muka laut perairan Indonesia

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Nopember 2017 berkisar antara -1.0 hingga +1.5º C, namun mayoritas wilayah perairan relatif normal (tidak ada anomali) termasuk perairan sekitar Jawa sehingga kondisinya sama dengan kondisi normalnya. Namun secara harian kondisinya lebih berfluktuatif dimana masih sering terjadi anomali positif (hangat) di sekitar perairan Jawa sebelah Utara. Dengan suhu muka laut kisaran 28 – 30 °C di wilayah perairan Jawa, menunjukkan bertambahnya potensi penguapan dan pembentukan awan dan hujan selama Nopember 2017, ditambah faktor-faktor lainnya seperti La Nina lemah yang sedang terjadi.

Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Nopember 2017 (sumber: NOAA)

Gangguan Tropis

Selama Nopember 2017 terdapat 2 aktifitas gangguan tropis berupa badai tropis di wilayah Samudera Hindia selatan Indonesia yaitu CEMPAKA (27 – 29 Nopember 2017) dan DAHLIA (29 Nopember – 2 Desember 2017). Secara langsung berdampak pada kondisi cuaca Indonesia khususnya wilayah selatan Jawa serta tentunya meningkatkan kecepatan angin dan tinggi gelombang di perairan selatan Jawa. Secara tidak langsung turut membuat monsun baratan bervariasi sehingga abu vulkanik gunung agung sempat mengarah menuju Baratdaya. Untuk wilayah Banyuwangi secara umum hanya terpengaruh berupa peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang terutama perairan selatan Banyuwangi selama periode terjadinya siklon tropis tersebut.

Gambar 7. Lintasan Siklon Tropis Cempaka dan Dahlia (sumber : BMKG TCWC Jakarta)

TC CEMPAKA TC DAHLIA

Page 5: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

5

Kelembaban udara

Kelembaban udara relatif selama Nopember 2017 di Jawa Timur umumnya lebih basah dibanding bulan sebelumnya dengan rata-rata kisaran 78 – 81%. Dari peta anomali terlihat merata di seluruh wilayah Jawa Timur dengan anomali positif 8 – 12 % dari rata-ratanya, dimana hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan selama Nopember 2017 dimana terjadi peningkatan kejadian hujan di wilayah Jawa Timur dibandingkan bulan sebelumnya.

.Gambar 8. Kelembaban Udara Relatif Nopember 2017 dan Anomalinya pada level 850 mb (Sumber: ESRL NOAA)

Aktivitas Cuaca

Selama bulan Nopember 2017 mayoritas wilayah Banyuwangi mengalami curah hujan yang tinggi. Pola cuaca musim hujan sangat nyata terjadi selama bulan Nopember 2017. Hujan yang terjadi di beberapa wilayah bervariasi dari kategori menengah (100-300 mm), kategori tinggi (300 – 500 mm), bahkan sangat tinggi (>500 mm). Secara umum kondisi cuaca harian di wilayah Banyuwangi selama bulan Nopember 2017 terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat.

Hujan mayoritas terjadi mulai siang hingga dini hari. Hal tersebut dipicu oleh suhu muka laut harian di perairan Jawa (khususnya Jawa Timur) yang masih hangat sebagai penyedia uap air yang merupakan bahan utama pembentukan awan dan hujan di Jawa Timur termasuk Banyuwangi, monsun Baratan dengan sifat yang basah membawa banyak uap air yang sudah mulai stabil, pola pertemuan angin, perlambatan, dan belokan angin yang kerap terjadi, juga sebagai dampak tidak langsung dari siklon tropis, serta fenomena MJO dan La Nina lemah. Interaksi berbagai faktor tersebut membentuk pola cuaca yang terjadi selama Nopember 2017. Memasuki pertengahan bulan hujan mulai meningkat di wilayah Banyuwangi. Berdasarkan pantauan citra radar dan data hujan Banyuwangi juga terlihat bahwa hujan mulai meningkat menjelang pertengahan bulan Nopember 2017.

Kondisi ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan Nopember tentunya secara spasial mayoritas hujan yang terjadi berada pada kondisi Atas Normal, hal tersebut lebih dipengaruhi oleh Angin Monsun Asia (angin baratan) yang telah aktif dan hangatnya suhu muka laut khusunya diwilayah perairan Jawa Timur. Pada Nopember 2017 sebagian besar wilayah Banyuwangi berada pada masa musim penghujan.

Pada bulan Desember 2017 Wilayah Banyuwangi umumnya masih berada pada masa Musim Hujan . Tetap perlu diwaspadai terjad inya Hujan tiba-tiba, Kilat, Petir yang terkadang disertai dengan Angin Kencang berdurasi singkat, serta bencana yang dapat timbul dikarenakan oleh faktor cuaca.

Page 6: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

6

B. Pantauan kondisi cuaca bulan Nopember 2017 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan Nopember 2017, wilayah kota Banyuwangi, angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Selatan, dengan kecepatan 3 – 16 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan intensitas sangat ringan hingga Lebat (15 Nopember 2017). Angin maksimum terjadi pada 24 Nopember 2017 yaitu dari arah Timur dengan kecepatan maximum 16 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 192.5 mm (Atas Normal). Suhu tertinggi 33.8 °C terjadi pada 11 Nopember 2017, suhu terendah sebesar 21.0 ºC terjadi pada 4 Nopember 2017.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan Nopember 2017, di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Nopember 2017

NO PARAMETER HASIL OBSERVASI NOPEMBER 2017

NORMAL NOPEMBER (1981-2010)

1 Temperatur rata-rata 28.0 ⁰C 27.7 ⁰C

2 Temperatur maksimum 31.8 ⁰C 33.7 ⁰C

3 Temperatur minimum 24.6 ⁰C 22.5 ⁰C

4 Temp. maks. absolut 33.8 ⁰C 36.0 ⁰C

5 Temp. min. absolut 21.0 ⁰C 20.5 ⁰C

6 Tekanan udara rata-rata * 1008.3 mb 1009.4 mb

7 Kecepatan angin rata-rata 1.9 knots 3.1 knots

8 Arah angin terbanyak Selatan Selatan

9 Kelembaban rata-rata 79 % 76 %

10 Curah hujan 192.5 mm 102.0 mm

11 Jumlah hari hujan 19 hari hujan 12 hari hujan

Page 7: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

7

Page 8: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

8

Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Nopember 2017 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama Nopember 2017 mencapai 116.8 mm dengan rata-rata harian 3.9 mm, penguapan tertinggi 8.0 mm terjadi pada 1 Nopember 2017.

Penyinaran matahari rata-rata Nopember 2017 ra ta - ra ta 53 %. Peny ina ran Ma taha r i te r t ingg i mencapai 100 % terjadi pada antara dasarian I, sedangkan yang terendah 1 % terjadi pada 21 Nopember 2017 sedangkan maksimal 100% terjadi pada antara dasarian I, II, dan III bulan Nopember 2017.

Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 0 8 . 3 m b , tertinggi 1010.4 mb pada 1 N o p e m b e r 2017 dan terendah 1005.5 mb pada 28 Nopember 2017.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Nopember 2017 adalah 7 9 % dengan RH tertinggi 90 % pada 24 Nopember 2017, dan RH terendah 66 % pada 2 dan 3 Nopember 2017.

Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Selatan, kecepatan angin 3 - 8 knots sebesar 26.1 %. Kecepatan angin tertinggi 16 knots dari arah Timur.

C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Blimbingsari.

Bandar Udara Blimbingsari (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa

Blimbingsari, Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada koordinat

8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Desember 2010. Hingga Nopember 2017 terdapat tiga maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air dan yang terbaru adalah NAM Air (Sriwijaya Group). Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Mandiri Utama Flight Academy (MUFA).

Kondisi parameter cuaca selama Nopember 2017 di Bandara Blimbingsari dari data

hasil pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Blimbingsari dengan durasi

pengamatan 12 jam (00.00 – 11.00 UTC) adalah sebagai berikut :

Wilayah bandara Blimbingsari pada bulan Nopember 2017 normalnya masih berada pada masa

musim kemarau, namun pada Nopember 2017 sudah terjadi hujan sejumlah ≥ 150 mm/

bulan, Dengan demikian musim hujan untuk Blimbingsari Banyuwangi maju dari normalnya.

Curah hujan selama Nopember 2017 mencapai 239.5 mm, dengan intensitas hujan

Ringan hingga Lebat. Kelembaban udara relatif rata-rata 84 %. RH tertinggi 93 % tanggal 21

Page 9: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

9

Nopember 2017, terendah 69 % tanggal 1 No pem be r 2017. Tekanan udara (QNH) rata-

rata 1009.2 mb, tertinggi 1011.5 mb dan terendah 1007.1 mb. Suhu rata–rata 27.6 °C

dengan suhu maksimum absolut 33.6 °C terjadi pada 11 Nopember 2017, suhu minimum

absolut 22.8 °C pada 17 Nopember 2017. Arah angin bervariasi, kecepatan angin 3 – 15 knots.

Angin dominan bertiup dari arah Tenggara. Mayoritas kecepatan angin mencapai 57.1 %

berkisar antara 3 – 8 knots. Kecepatan angin tertinggi 15 knots, terjadi pada 5 Nopember 2017

dari arah Timur.

Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Nopember

2017 di Blimbingsari Airport (Sumber: BMKG)

Page 10: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

10

D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang

Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Nopember 2017 angin dominan dari arah Baratdaya - Baratlaut dengan kecepatan angin bervariasi 1 – 20 knots. Suhu berkisar antara 23.3 – 30.9 °C, Kelembaban Udara Relatif 63.5 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1003.6 – 1010.3 mb. Kondisi cuaca dominan Hujan Ringan - Sedang. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

Gambar 12. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG)

Page 11: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

11

E. Analisis Hujan Nopember 2017 Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan data curah hujan bulan Nopember 2017 dari stasiun BMKG dan pos-pos

hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Curah hujan tertinggi 1080 mm/bulan terjadi di Songgon dengan 21 hari hujan dengan sifat hujan di atas normal. Sementara curah hujan terendah 163 mm/bulan terjadi di Bajulmati dengan 15 hari hujan. Namun musim hujan untuk wilayah Wongsorejo pada tahun ini maju dari normal musimnya.

Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan Nopember 2017

dan Sifat Hujan Nopember 2017 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Nopember 2017 mengalami curah hujan lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, dengan curah hujan antara 163 - 1080 mm/bulan. Hal tersebut merupakan dampak dari aktifnya monsun Asia

Page 12: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

12

(angin baratan), hangatnya suhu muka laut perairan Jawa Timur, serta interaksi faktor - faktor skala global, regional dan lokal lainnya. Dari peta hujan Nopember 2017 dapat terlihat bahwa sebagian besar wilayah Banyuwangi musim hujannya cenderung maju dari normal musimnya. Curah hujan bulanan tertinggi terjadi di Songgon, Kalibaru, dan Glenmore (Banyuwangi bagian Barat). Pada Nopember 2017 ini sifat hujan Atas Normal terjadi hampir di seluruh Kecamatan yang ada di Banyuwangi.

F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut

Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Nopember 2017 di Banyuwangi

(Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial hampir mayoritas wilayah Banyuwangi pada akhir Nopember 2017 sudah terjadi hujan, sehingga potensi kekeringan pada Nopember 2017 untuk daerah-daerah yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi tidak ada/ tidak terjadi. Dan pada Desember 2017 ini secara keseluruhan masih berada pada Musim Hujan. Hal yang perlu diwaspadai pada saat musim hujan yaitu terjadinya Hujan Lebat, Petir dan terkadang disertai Angin Kencang sesaat, Banjir dan Longsor.

Page 13: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

13

II. PROSPEK CUACA BULAN DESEMBER 2017

A. Prediksi Dinamika Atmosfer Desember 2017

Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode Normal /

Netral mulai Desember 2016 hingga Oktober 2017, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Memasuki bulan Nopember 2017 kondisi La Nina intensitas lemah terjadi dan akan berlangsung hingga Maret - April 2018. Sehingga ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau Normal pada Nopember 2017, diprediksi akan tetap normal hingga April 2018, mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat maupun sebaliknya, hingga awal tahun depan.

Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia Desember 2017 umumnya SST perairan Indonesia dan sekitarnya anomali positif (hangat). Kondisi Netral hingga anomali positif terdapat dominan di Samudera Hindia. Wilayah Nino 3.4 Samudera Pasifik Tengah terjadi anomali suhu negatif (mendingin). Memasuki bulan Januari 2018 hingga Maret 2018 perairan Indonesia bagian barat diprediksi mulai terjadi pendinginan (anomali negatif) sedangkan perairan Indonesia bagian timur diprediksi menghangat (anomali positif). Pada wilayah Nino 3.4 samudera pasifik, anomali negatif masih bertahan. Sedangkan samudera Hindia diprediksi akan didominasi kondisi netral. Pola kondisi La Nina mulai terbentuk sejak Nopember 2017, dan bertahan sampai April 2018.

Madden Jullian Oscillation pada akhir Nopember 2017 sempat aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI), dan masih bertahan hingga awal bulan Desember 2017. MJO mulai tidak aktif di BMI memasuki pertengahan Desember 2017. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR hingga pertengahan bulan Desember 2017 perairan Indonesia bagian timur terdapat wilayah konvektif namun dengan kecenderungan yang terus menurun.

Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan Nopember 2017 sering muncul di Belahan Bumi Selatan (BBS) bahkan 2 kali menjadi Siklon Tropis. Seiring pergerakan semu matahari memasuki Desember 2017 potensi terjadinya gangguan tropis di BBS akan meningkat yang tentunya akan membuat monsun baratan menguat dan akan berdampak terhadap terjadinya peningkatan curah hujan di berbagai wilayah.

Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian wilayah Banyuwangi pada bulan Desember 2017 berada pada masa musim hujan sehingga tetap perlu kewaspadaan menghadapi potensi terjadinya cuaca ekstrim khususnya menjelang puncak musim hujan pada Januari dan Februari nanti. Didukung kondisi La Nina lemah maka akan dapat sedikit menambah curah hujan. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak La Nina lemah, dan hangatnya suhu muka laut perairan Jawa serta pola monsun baratan yang mulai stabil maka diprediksi akumulasi curah hujan Desember 2017 mayoritas wilayah diprediksi curah hujannya diatas kondisi normalnya. Hanya sebagian kecil wilayah yang masih sama dengan kondisi rata-rata / normalnya.

Page 14: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

14

Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : BMKG, NCEP - NOAA)

Page 15: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

15

B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi Desember 2017 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer

di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing Zona Musim (ZOM) terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Desember 2017 diprakirakan sebagai berikut :

Curah Hujan 150 – 500 mm

Sifat Hujan dominan Normal – Atas Normal

Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan

Desember 2017 Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Page 16: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

16

C. Prakiraan Potensi Banjir Desember 2017 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Desember 2017. Dari peta terlihat

mayoritas wilayah di Banyuwangi diprediksi berpotensi banjir menengah pada wilayah-wilayah yang rawan banjir. Memasuki bulan Desember 2017 seluruh wilayah Banyuwangi diprediksi berlangsung masa musim penghujan, sehingga perlu diwaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrim yang kerap terjadi selama musim hujan dan menjelang puncak musim hujan.

Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Desember 2017 (Sumber:BMKG)

III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI DESEMBER 2017

Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan Desember 2017 di wilayah Kota Banyuwangi :

Page 17: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

17

IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI

Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi Nopember 2017 (Sumber:BMKG)

Kejadian Gempa Bumi yang signifikan dirasakan sampai di Wilayah Kabupaten Banyuwangi pada bulan Nopember 2017 adalah NIHIL/ tidak ada kejadian Gempabumi yang dirasakan signifikan sampai ke wilayah Kabupaten Banyuwangi.

V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM NOPEMBER 2017

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim diyakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Nopember 2017 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari

Alasmalang 118 mm, Gambor 105 mm, Songgon 120 mm, dan Glenmore 127 mm

Tanah Longsor -

Banjir -

Puting beliung / Waterspout -

Page 18: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

18

DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang

dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan

penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap

setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)

merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan

Page 19: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

19

khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan

pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan

yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi

menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang

ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-

ratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang

seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan

gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa

berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa

dikaitkan dengan intensitasnya

Page 20: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt …meteobanyuwangi.info/buletin/isi des 2017.pdfBerikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Nopember 2017:

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Desember 2017

20

Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI

---ABCD : Act Beyond your Common Duties---