Biografi Berita Cerpen Artikel Buletin Fatanugraha "Dari kami untuk negeri" Edisi Agustus
Biografi
Berita
Cerpen
ArtikelBuletin
Fatanugraha" D a r i k a m i u n t u k n e g e r i "
EdisiAgustus
Reportase
Karya Sastra
Karya ilmiah
Opini
01
Rubrik
Quotes
02
Belajarlah dari perjuangan para Pahlawan
Meski darah tercecer parah, para pahlawan rela berjuang
demi kemerdekaan banyak jiwa
Jangan mudah berputus asa karena sebuah rintangan,
Belajarlah dari perjuangan para pahlawan yang rela
berkorban demi kemerdekaan
Meski jauh dari keluarga tercinta, namun pahlawan rela
menjaga negeri kita, tak peduli banyak rintang menghalau.
Oleh: Fita Ristiyana
Indonesia Tanah Airku
Pergi ke pasar membeli lumpia
Perginya pakai kendaraan
Hari ini indonesia bahagia
Karena memperingati kemerdekaan
Memakai motor masih pemula
Hati hati nanti terluka
Para kyai berperan utama
Dalam memerdekakan indonesia
03
Hari jum’at memotong kuku
Tidak lupa bersama rina
Indonesia tanah airku
Banyak kenangan manis di
dalamnya
Oleh: Rastika Saritsa
Pantun
ADD YOUR TITLE HERE
04
Tips Memperingati Kemerdekaan RI
HUT RI memanglah hari yang di tunggu-tunggu semua orang. Dimana hari itu adalah hari bersejarah, dan seluruh
masyarakat Indonesia memperingatinya dengan meriah. Tentunya mereka merayakannya seperti dengan mengikuti
upacara bendera memperingati HUT RI, hingga mengadakan berbagai macam lomba yang diikuti oleh hampir seluruh
kalangan masyarakat. Selain itu, antusiasme masyarakat dalam merayakan dan memeriahkan peringatan ini dengan
kreativitas mereka.
Nah, berikut adalah tips memeriahkan kemerdekaan ala kreativitas masyarakat desa:
1. Tasyakuran atau tumpengan, berdoa untuk negara Indonesia agar menjadi lebih baik.
2. Lomba antar RT seperti lomba kebersihan dan lomba lainnya.
3. Menghias antar lingkungan dengan membuat ronce-ronce dengan barang bekas, mewarnai jalan, membuat gapura
dengan kreativitas masing-masing penduduk gang.
4. Pawai
5. Lomba anak-anak dan orang dewasa seperti, lomba makan kerupuk, memasukan pensil kedalam botol, koin dalam
jeruk, pecah air, gebug bantal, dan lomba lainnya lagi.
6. Jalan santai antar RT agar melatih kekompakan .
7. Pentas Seni antar RT.
Dan tentunya masih banyak lagi tips-tips memeriahkan kemerdekaan ala kreativitas masyarakat desa yaa…
Oleh : Nova Apriliyana dan Arika Rosmawati
Tips &
info
05
Bebas Berkarya di Negara Merdeka
Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah peristiwa
yang begitu mengesankan dan suatu kebanggaan tersendiri bagi warga negaranya.
Negara yang berkali-kali dijajah namun tetap bertahan, bahkan meraih sebuah
kemerdekaan. Selama masa penjajahan, masyarakat tidak bisa mengembangkan karya-
karya terpendamnya karena, sebagai masyarakat terjajah kami tidak dapat dengan
leluasa mengatur segala sesuatu yang diinginkan, terlebih dalam upaya pengembangan
pribadi, masyarakat, bahkan negara Indonesia sendiri. Sehingga perkembangan negara
Indonesia sendiri tidak maksimal, namun dengan kegigihan rakyat Indonesia dalam
mempertahankan dan mengupayakan negara Indonesia terbebas dari penjajahan,
Indonesia pun akhirnya diakui kemerdekaannya oleh negara penjajah.
Dan dalam merayakan kemerdekaan Indonesia, masyarakat Indonesia memiliki
berbagai cara partisipasinya masing-masing. Beberapa diantaranya yaitu dengan
mengadakan tasyakuran, upacara, ajang perlombaan, jalan sehat, dan lain-lain.
Masyarakat Republik Indonesia dari tahun ke tahun tidak pernah terlihat mengalami
kekurangan atau kemunduran dalam semangat merayakan kemerdekaan, bahkan bisa
dibilang masyarakat semakin ramai dan semangat dalam berpartisipasi.
Namun, tidak cukup hanya dengan semangat berpartisipasi dalam merayakan
kemerdekaan, masyarakat juga semangat dalam mengembangkan karya-karyanya
seperti, karya tulis-menulis, karya seni, tarik suara, dan lain sebagainya yang dapat
menjadikan negara Indonesia semakin berkembang dan dikenal oleh negara lain.
Bahkan dalam masa pandemi yang ditakuti oleh masyarakat pada umumnya,
sebagian masyarakat tetap ada yang berencana merayakan kemerdekaan sebagaimana
biasanya. Itulah wujud kebanggaan masyarakat akan adanya kemerdekaan yang
membuat masyarakat bebas untuk ikut andil dalam memajukan negara Indonesia ke
arah yang lebih baik.
Artikel
Masyarakat memeriahkan kemerdekaan dengan gaya mereka
masing-masing yang merupakan hasil buah pikiran mereka, salah
satunya dengan mengadakan perlombaan tarian adat dan menyanyikan
lagu daerah yang ada di Indonesia ini sendiri, hal tersebut merupakan
bentuk rasa cinta mereka terhadap tanah air. Dan juga bertujuan untuk
melestarikan dan membudidayakan ciri khas asli negara Indonesia, yang
tak kalah cantik dan menarik dengan ciri khas negara lain.
Namun, tetap saja masa yang ditunggu-tunggu masyarakat dan
menjadi inti acara kemerdekaan Indonesia adalah upacara kemerdekaan
yang khidmat, karena didalamnya terdapat hal-hal yang benar-benar
mengingatkan kami akan perjuangan para pahlawan dalam melawan
penjajah, sehingga menginspirasi dan meningkatkan jiwa nasionalisme
para generasi-generasi saat ini. Maka dari itu, rakyat Indonesia
menganggap bahwa merayakan kemerdekaan negara kami sendiri
adalah suatu hal yang begitu penting dan harus dilakukan meski setahun
sekali. Karenanya menurut masyarakat, tanpa adanya kemerdekaan bagi
negara Indonesia tak akan ada kesempatan untuk kami menuangkan
karya-karya kami hingga saat ini.
Oleh: Atin Solekhati
Pentingnya Sejarah Kemerdekaan Republik
Indonesia 17 Agustus
”Sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia merayakan hari
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus disetiap tahunnya.
Masyarakat Indonesia akan melakukan upacara bendera,
namun tidak hanya itu, masyarakat Indonesia juga akan
merayakannya dengan lomba-lomba seperti lomba panjat
pinang, lomba makan kerupuk, lompat karung, pecah air dan
masih banyak lagi. Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus pula
rakyat Indonesia merayakan hari kemerdekaan Republik
Indonesia dengan menyanyikan lagu Hari Merdeka ciptaan
dari Husein Mutahar.”“Lagi baca apa sih De?”Seketika Deya terlonjak kaget. Dia menatap keki sahabatnya
yang tiba-tiba datang tanpa sepengetahuannya. Deya langsung
mematikan gawainya karena merasa terganggu oleh kehadiran
sahabatnya.
“Kaget ya? Maaf, kamu dari tadi sudah aku panggil-panggil
tapi kamu nggak menjawab sama sekali.” Jelas sahabat Deya.
“Bukan salahmu Ris. Aku tadi memang sedang fokus
membaca digawaiku.” Kata Deya tenang.
Perempuan yang bernama Riska langsung duduk dibangku
bersebelahan dengan Deya. “Memangnya kamu tadi baca
apa?” Tanya Riska penasaran, matanya menatap lekat wajah
Deya.
“Nggak sih,”“Bacaan tentang apa?” Tanya Riska masih penasaran.
“Kamu ini penasaran sekali, aku cuma baca-baca tentang hari
kemerdekaan Indonesia.” Jawab Deya asal.
“Ohh…”“Kamu tahu nggak…”“Enggak” potong Riska cepat.
“Aku belum selesai bicara Riska”Riska tertawa kecil ”ya.. ya.. ya.. memangnya kamu mau
cerita apa?” 06
“Aku tadi habis baca-baca diinternet, aku baru tahu kalau
tanggal tujuh belas Agustus ternyata nggak hanya
menjadi hari kemerdekaan Indonesia, hari kemerdekaan
kita juga sama dengan negara lain saat meraih
kedaulatannya sendiri…” kata Deya menatap sekilas
Riska ”dikutip dari Ensyclopedia Britannica,
kemerdekaan Indonesia ternyata sama dengan Gabon
yang berhasil membebaskan diri dari pendudukan
Prancis. Hari Kemerdekaan Gabon adalah tujuh belas
Agustus seribu sembilan ratus enam puluh”
“Begitu… Gabon itu memangnya nama negara?” Tanya
Riska seraya menyeringai.
Deya menghembuskan napas panjang ” jadi dari tadi aku
menjelaskan kamu nggak paham?” Tanya Deya menahan
kesal.
“Paham kok, tapi aku cuma nggak tahu kalau ada negara
yang bernama Gabon!” Seru Riska membenarkan.
“Ya sudah lah.” Jawab Deya datar.
Teng Teng Teng Teng
“Kamu cerita pas sekali jam istirahat selesai” bisik Riska
langsung dibalas anggukan oleh Deya.
Siswa maupun Siswi langsung duduk dibangku masing-
masing, ketika bu Sekar guru PKN sekaligus wali kelas
11B memasuki ruangan.
“Selamat pagi anak-anak…”
“Pagi bu Sekar…” jawab siswa siswi bersama-sama.
“Kemarin kita masih membahas tentang kemerdekaan
Indonesia kan?” Tanya bu Sekar menatap silih berganti
teman-teman sekelas Deya. "Iyaa bu…”
“Mengulas kembali tentang kemerdekaan Indonesia,
dimana Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia? Seharusnya kalian tahu, anak SD pun pasti
tahu jawabannya.” Kata bu Sekar sembari berdiri.
“Masa kita disama-samakan dengan anak SD sih bu” kata
Riska seolah tidak terima
“Memang betul kan, di SD pun dibahas tentang
kemerdekan Indonesia?” Tanya bu Sekar.
“Saya jawab bu” kata Deya sembari mengangkat
tangannya.
.
“Silahkan Deya…” kata bu Sekar seraya menatap
Deya.
“Pada tujuh belas Agustus seribu sembilan ratus
empat puluh lima pukul delapan, dua jam sebelum
pembacaan teks proklamasi, Bung Karno masih
tertidur dikamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur
nomor lima puluh enam. Beliau terkena gejala malaria
tertiana. Suhu badannya tinggi dan sangat lelah
setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun
konsep naskah proklamasi dirumah Laksamana
Maeda. Saat itu, tepat ditengah-tengah bulan puasa
kalau nggak salah bu…” jelas Deya kemudian
menarik napas dengan cepat “lalu jam sembilan pagi,
Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih
dan menemui sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul
sepuluh, keduanya memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia dari serambi rumahnya…”
“Kamu masih ingat Deya?” Tanya bu Sekar.
“Sedikit-sedikit bu…”
Bu Sekar mengangguk ”jadi, manfaat mempelajari
sejarah menurut kalian apa saja?”
“Sebagai panduan moral dan politik, sarana mengenal
lebih dekat bangsa sendiri dan bangsa-bangsa
lainnya…” jawab Riska penuh semangat.
“Bagus, ada yang lain?”
“Memperkokoh identitas negara.” Jawab salah satu
siswi dikelas mereka.
“Semua jawaban kalian benar… selain itu kita pun
bisa latihan berpikir menyeluruh dan multiperspektif,
melatih berpikir diakronis dan sinkronis dan… masih
banyak lagi.”
Itulah mengapa Deya menyukai sejarah. Belajar
sejarah juga sangat penting, selain bisa melacak
kebenaran tentang peristiwa yang terjadi dimasa lalu
dengan belajar sejarah pun bisa mengetahui asal usul
segala sesuatu, sebab segala sesuatu tentu memiliki
sejarah.
Oleh : Mardiyah
Cerpen
Resensi
07
Resensi Kemerdekaan Indonesia
Judul Buku : Diaspora Islam Damai
Penulis : K.H.Ahmad Muzan, M.pd.I
Penerbit : Yayasan Masjid Al – Manshur Wonosobo
Tahun Terbit : 2011
Tebal Buku : 213 hal isi + 9 hal kata pengantar + 2 hal cover
Harga Buku : Rp 20.000
Isi Buku :
Buku ini berisi sejarah perkembangan islam di Indonesia, yang hingga kini masih sering menjadi
perdebatan di kalangan ahli sejarah. Karena kurangnya sumber informatif, timbul banyak sekali
pendapat para ahli yang mengemukakan kapan masuknya islam ke Indonesia. Namun dari sekian
banyak pendapat belum ada yang dapat di pastikan kebenarannya.
Proses islamisasi di Indonesia di bagi menjadi tiga tahap, yakni :
Pertama, dimulai dengan datangnya islam yang di tandai oleh runtuhnya kerajaan Majapahit pada
abad ke 14 dan 15. Pada tahap ini penyebaran islam masih relatif di daerah pesisir dan lama kelamaan
mulai memasuki daerah pedalaman. Para pedagang dan ulama berperan penting pada tahap ini, sebab
mereka memperoleh dukungan dari penguasa sekitar dan terkadang para penguasa juga ikut andil
dalam penyebaran islam.
Kedua, sejak datangnya para kolonial Belanda sampai pada abad ke 19. Penyebaran Islam pada
tahap ini terjadi ketika VOC mulai menguasai Indonesia mulai abad ke 18. VOC mulai ikut campur
tangan terhadap Keraton terutama pada masalah keagamaan dan para Ulama mulai tersingkir
keberadaannya. Akibatnya para ulama keluar dari keraton dan melakukan perlawanan, termasuk
dengan mendirikan pesantren di daerah pedalaman.
Ketiga, dimulai pada awal abad ke 20 ketika terjadi liberalisasi kebijaksanaan pemerintahan
Belanda di Indonesia. Hal itu menimbulkan perlawanan dari rakyat yang kembali mencari sosok
ulama sebagai pemimpin mereka. Karena itulah ulama tampil memimpin perlawan terhadap Belanda.
Di Jawa, proses Islamisasi dilakukan oleh para mubaligh masa lalu dengan ajaran tarekat. Mereka
mengajarkan tarekat pada daerah pedalaman Jawa. Wonosobo salah satunya, dahulu masyarakat
Wonosobo masih mayoritas beragama Hindu – Budha. Namun pada awal abad ke 19, Wonosobo
masih menjadi objek penyebaran Islam dengan saluran tarekat. Tarekat yang pada intinya merupakan
kelembagaan dari acara dimensi etoteris (tasawuf) islam. Dengan corak tasawuf yang sangat beragam
serta organisasi tarekat yang berbeda dengan silsilah guru – gurunya, kemudian melalui ajaran tarekat
yang kebanyakan di nishbatkan kepada pendirinya, Islam mampu mengadaptasikan diri dengan
masyarakat yang beragama Hindu dan Budha.
Di Wonosobo dikenal bermacam – macam tarekat, antara
lain:
1. Tarekat Qodiriyah, didirikan oleh Syekh Abdul Qodir Al
Jailany.
2. Tarekat Naqsyabandiyah, didirikan oleh Syekh
Muhammad ibnu Muhammad Bahaudin Al – Uwaisi Al –
Bukhori An – Naqsabandi.
3. Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah, merupakan tarekat
gabungan dari Qodoriyah dan naqsyabandiyah. Tokohnya
yaitu Syekh Ahmad Khotib Assambasi yang berasal dari
Kalimantan Selatan.
4. Tarekat Sathoriyah, didirikan oleh Syekh As- Sathori.
5. Tarekat Alawiyyin (Tarekat Hadadiyah).
6. Tarekat Sadzaliyah, didirikan oleh Syekh Abu Hasan As –
Sadzali.
Tarekat – tarekat tersebut sampai sekarang masih ada dan
masih diajarkan hingga sekarang. Salah satunya tarekat yang
di ajarkan di masjid tertua di Wonosobo, yakni Masjid Al –
Manshur. Tarekatnya sampai sekarang masih ada dan masih
sering di lakukan oleh para pengikutnya.
Buku ini begitu menarik untuk di baca karena urutan
sejarah yang runtut dan tidak membosankan, sehingga
pembaca ikut larut dalam alur sejarah yang di suguhkan.
Oleh karena itu, pembaca sulit menemukan kekurangan pada
buku ini. Baik dari segi kepenulisan maupun segi urutan
sejarah, hampir tidak ada yang terlewatkan karena Penulis
menceritakannya dengan sangat rinci.
Oleh : Nur Widiyani
ADD YOUR TITLE HERE
08
Biografi KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
KH.Abdurrahman Wahid atau kerap dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa
Timur 7 September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan solichah. Ia lahir
dengan nama Abdurrahman Addakhil atau “sang penakluk” namun kemudian
lebih sering dikenal dengan panggilan Gus Dur.
Gus Dur menggantikan Bj Habibie sebagai presiden RI yang keempat setelah
dipilih MPR hasil pemilu 1999. Beliau menjabat presiden RI dari 20 Oktober
1999 hingga sidang istimewa MPR 2001.
Gus Dur merupakan putra pertama dari keenam bersaudara, dari keluarga yang
terhormat dalam komunitas muslim jawa Timur. Pada tahun 1963 Gus Dur
menerima beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar di Universitas Al
Azhar, Kairo, Mesir, namun tidak menyelesaikannya. Gus Dur lantas belajar di
Universitas Baghdad meskipun awalnya beliau lalai, namun akhirnya Gus Dur
bisa menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970.
Setelah itu beliau pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya di
Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Baghdad kurang
diakui Gus Dur lalu pergi ke Jerman dan Parancis sebelum kembali ke Indonesia
pada tahun 1971. Gus Dur juga merupakan seorang jurnalis, beliau meneruskan
karirnya sebagai jurnalis menulis untuk tempo dan kompas beliau juga berperan
aktif di Nadlatul ’Ulama (NU).
Oleh : Suendah Diyan Safitri
www.idaman.com
Biografi
Terkadang lomba online tidak sepenuhnya menyenangkan, ada banyak hal yang terbatas seperti yang dituturkan Wakil Ketua Alfa's Student Comunity M. Rozak Fadli pada Sabtu sore (08/08/2020) "Lomba online tentu tidak
semeriah bertemu langsung, Lomba online itu tidak menghayati ketika tidak adanya interaksi secara nyata, Lomba online adalah salah satu pemersatu bangsa, dan jika di lakukan secara bersama sama maka akan terasa hampa."
Memang begitu, kemeriahan di tengah pandemi tidak akan dirasakan seperti kemeriahan pada umumnya, kita merasa ramai saat bercengkrama dengan teman-teman di Sosial Media, namun tetap saja hal itu masih terasa kurang bagi nilai sebuah perayaan yang sesungguhnya. Maka dari itu, apapun yang tengah terjadi di tengah pandemi saat ini,
tetap lakukan hal-hal positif guna menghilangkan Kegabutan ketika kita stay #dirumahsaja.
Oleh : Soleha Luluk Budi Astuti
Sambut Kemerdekaan di Tengah Pandemi
Sabtu 8 Agustus 2020 tepat 9 hari menjelang tanggal diproklamasikannya kemerdekaan oleh Ir. Soekarno 75 tahun silam, sekolah
Alternatif Fatanugraha melakukan perjalanan menuju desa Dawuhan Garung, untuk melaksanakan acara Anjangsana atau
Silaturrahim perdana di kediaman Khoirul Rifa'i. Acara ini disambut antusias sekali dari seluruh murid, hal itu dapat dilihat dari
ekspresi yang mereka tunjukkan saat berjalan kaki dengan semangat menyusuri sepanjang jalan menuju desa Dawuhan.
Suasana hiruk pikuk merayakan kemerdekaan sudah mulai terasa, dengan banyaknya bendera merah putih dan bendera khas
kemerdekaan di sepanjang jalan yang kami lalui, baik perjalanan menuju maupun pulang dari Desa Dawuhan. Seperti di desa
Sendangsari, Kayugiyang, Dawuhan, Kasiman, Gemblengan, Mbedilon, Blederan dan desa Klesman. Nampak terlihat bahwa
masyarakat sedang menyambut datangnya hari kemerdekaan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Perayaan kemerdekaan di tahun
ini dengan sebelumnya agaknya berbeda, sebab masih dalam masa pandemi, segala hal menjadi serba dibatasi, bahkan kegiatan tatap
muka yang mengundang kerumunan pun tentunya terbatas.
Perayaan kemerdekaan tahun ini, mungkin akan terasa kurang meriah dengan kebiasaan orang orang selalu ramai kali ini
peniadaan mengundang kerumunan. Jika biasanya para masyarakat akan antusias mengadakan berbagai macam lomba demi
memeriahkan acara kemerdekaan, tahun ini bisa jadi lomba itu diadakan dari rumah, atau bahkan daring.
Setidaknya dengan adanya pandemi ini, ada beberapa pihak yang berpikir kreatif dengan mengadakan lomba lewat media online
tanpa harus bertatap muka secara langsung, seperti yang di agendakan oleh Sekolah Alternatif Fatanugraha, namun kejelasan adanya
lomba itu masih belum dikonfirmasi oleh pihak ASC karena ada beberapa kendala tersendiri.
Opini
09
Santri PPs AP Fatanugraha Wonosobo Laksanakan Dialog Kebangsaan
Dalam rangka memperingati HUT RI ke-75, PPs AP Fatanugraha mengadakan berbagai macam Lomba, baik fisik maupun non fisik. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mangayubagya suasanakemerdekaan di tengah pandemi. Rangkaian kegiatan tersebut dimulai pada hari Jum'at 14 Agustus 2020 di Taman Selomanik Argopeni. Kegiatan di hari itu hanya lomba fisik sepertiMemasukkan paku ke dalam botol dan Estafet kelereng. Kemudian di hari Selanjutnya yakni Sabtu, 15 Agustus 2020 rangkaian kegiatan masih berlangsung, namun di hari tersebut, kegiatanlombanya berupa Non-fisik seperti Pidato berbahasa Jawa dan Lomba kepenyiaran, yang diikuti dengan sangat antusias oleh seluruh murid Fatanugraha. Sedangkan pada hari ini, Senin 17Agustus 2020,
PPs AP Fatanugraha melakukan upacara Kemerdekaan yang dilanjutkan dengan Dialog Kebangsaan di Gedung PCNU. Setelah serangkaian kegiatan yang dimulai pada hari Jum'at lalu,akhirnya acara pada hari ini adalah Puncaknya. Upacara kali ini, tentunya berbeda dengan upacara di tahun-tahun sebelumnya, dimana harus tetap dengan protokol kesehatan yang dianjurkanPemerintah, namun hal itu tentunya tidak mengurangi keantusiasan seluruh murid dalam merayakan Hari Ulang Tahun RI.
Acara ini dimulai dengan pembukaan dari M. Yasin yang bertugas sebagai Protokol Upacara, dilanjutkan dengan seluruh petugas yang bertugas, seperti Hasan Tiro dan Nur Widiyani yangmenyiapkan masing-masing barisannya, hingga M. Rozak Fadli sebagai Pemimpin Upacara yang memimpin seluruh peserta Upacara. Suasana nampak khidmat dan khusyu ketika petugasbendera mengibarkan Sang saka Merah Putih, ada kesan tersendiri saat momentum hormat kepada bendera yang didiringi dengan lantunan Lagu Indonesia Raya. Kemudian ada pembacaan teksUUD 1945 oleh Wiwid Budi Rahayu, pembacaan teks Pancasila dan Teks Proklamasi oleh pembina upacara yakni Beliau KH. Ahmad Muzan M.Pdi yang dilanjutkan dengan Amanat daribeliau. Hingga Pembacaan Do'a oleh Ikrima Amalia.
Kegiatan Upacara Pengibaran Bendera tersebut usai sampai disitu, yang disambung dengan Dialog Kebangsaan dilambari oleh para Pendamping, seperti Ulfah Aditya S. Sas, Rusmita WidarsihS. Pdi, . Akmal Sauqi Abdillah, Nur Fatma Azzahra, Laila Rizki, hingga Nur Widiyani. Disambung dengan penyampaian Sejarah Kemerdekaan RI oleh beliau KH. Ahmad Muzan M. Pdidiawali dengan pembacaan Al-Fatihah untuk para pahlawan yang telah berjuang untuk Kemerdekaan Bangsa Indonesia.Dialog tersebut dimulai dengan Kyai dan Ulama yang memberikanSumbangsih besar terhadap Kemerdekaan Indonesia, seperti Pangeran Diponegoro, KH. Hasyim Asy'ari, Kyai Wahid Hasyim, bahkan para kyai dari pelosok negeri yang berjuang hebat dalammempertahankan bangsa.
Banyak fakta-fakta yang tidak pernah kita jumpai sebelumnya, seperti Ir. Soekarno yang ternyata datang bersama Kyai Wahid Hasyim menemui KH. Hasyim Asy'ari ke Tebu Ireng untukmenanyakan kapan sebaiknya Indonesia mendengungkan Kemerdekaannya? yang kemudian di istikhorohi oleh KH. Hasyim Asy'ari, dan mendapat jawaban agar diproklamirkan pada 9Ramadhan, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945. serta masih banyak penyampaian sejarah bangsa ini, dan juga kiprah para Kyai dalam memerdekakan Bangsa Indonesia.
Setelah dialog kebangsaan dipungkasi, seluruh murid Fatanugraha kemudian melaksanakan acara tasyakuran kemerdekaan dengan makan bersama. Ada kebahagiaan tersendiri dalam wajahsetiap anak, meski di tengah pandemi seperti ini, namun tak sedikit pun mengurangi semangat melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan yang ada. Acara hari ini, ditutup dengan sholatberjamaah di Gedung PCNU. Meski wabah belum kalah dan masih berkiprah hingga detik ini, namun semangat menghormati perjuangan para Pendahulu bangsa tak akan pernah musnah.Linnabi wa li para pahlawan Indonesia lahumul fatikhah..
Oleh : Soleha Luluk Budi Astuti
10
Reportase
Para Reporter
• Ketua Redaksi : Fika fitrotun Nafisa
• Redaktur : Atin Solekhati
• Editor : M. Rozak Fadli & Hasan Tiro
• Reporter : 1. Rastika Saritsa
2. Fita Ristiyana
3. Suendah Diyan Safitri
4. Nova Apriliyana
5. Ikrima Amalia
6. Arika Rozmawati
7. Nur Widiyani
8. Mardiyah
9. Soleha Luluk Budi Astuti
Terima kasih