OTITIS MEDIA AKUT Definisi • Peradangan akut dari sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah. Etiologi Penyebab OMA : • Bakteri, antara lain : - Streptococcus hemoliticus - Staphilococcus aureus - Pneumococcus - Haemophilus influenza (sering menyerang balita) - Escherichia colli - Streptococcus anhemoliticus - Proteus vulgaris - Pseudomonas aurugenosa • Virus Patofisiologi 1. Causa yang rinogen. Dimulai dari URI, karena adanya hubungan langsung antara hidung dan cavum timpani 2. Melalui robekan membran timpani. Seperti pada fraktur basis cranii, invasi kuman dari meatus eksterna. 3. Secara hematogen. Akibat daya tahan tubuh yang menurun, misalnya : pada penderita TB.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
OTITIS MEDIA AKUT
Definisi
• Peradangan akut dari sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah.
Etiologi
Penyebab OMA :
• Bakteri, antara lain :
- Streptococcus hemoliticus
- Staphilococcus aureus
- Pneumococcus
- Haemophilus influenza (sering menyerang balita)
- Escherichia colli
- Streptococcus anhemoliticus
- Proteus vulgaris
- Pseudomonas aurugenosa
• Virus
Patofisiologi
1. Causa yang rinogen. Dimulai dari URI, karena adanya hubungan langsung antara hidung dan cavum timpani
2. Melalui robekan membran timpani.
Seperti pada fraktur basis cranii, invasi kuman dari meatus eksterna.
3. Secara hematogen.
Akibat daya tahan tubuh yang menurun, misalnya : pada penderita TB.
Stadium
1. Stadium Kataralis
2. Stadium Supuratif (Bombans)
3. Stadium Perforasi
4. Stadium Resolusi
Stadium Kataralis
• Keradangan mukosa hidung dan nasofaring, URI, tuba eustachii dan cavum timpani.
• Mukosa tuba eustachii mengalami udema --> menyempitkan lumen tuba eustachii --> terganggunya fungsi tuba Eustachii, sehingga mengakibatkan :
1. meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan limfe
2. meningkatkan permeabilitas dinding sel
3. terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar mukosa
Yang akan menyebabkan “HYDROPS EX VACUO”
• Manifestasi Klinis :
Telinga dirasakan penuh, seperti kemasukan air ;
Pendengaran menjadi terganggu ;
Kadang-kadang disertai dengan perasaan nyeri pada telinga (otalgi) ;
Dirasakan adanya tinnitus / grebeg-grebeg.
Panas badan, batuk dan pilek
• Pemeriksaan Otoskopi :
– Membran timpani menjadi hiperemi
– Membran timpani mengalami retraksi
• Terapi
Vasokonstriktor yang dapat mengatasi okulasi tuba eustachii akibat oedema. (soludioephedrine 1% untuk orang dewasa dan 0,25% - 0,5% untuk bayi dan anak- anak).
Obat- obatan untuk mengatasi URI-nya.
Stadium Supurasi ( Bombans )
• Menurunnya pertahanan mukosa setempat (lokal) --> penetrasi kuman ke dalam jaringan mukosa cavum timpani --> pus dengan cepat terbentuk --> tekanan di dalam cavum timpani berubah menjadi lebih tinggi (hipertimpani) --> membran timpani tampak menonjol (bulging).
• Manifestasi Klinis :
• Keluhan otalgi hebat (dewasa)
• Rewel dan gelisah (anak-anak dan bayi)
• Febris tinggi
• Pemeriksaan Otoskopi :
• Tidak didapati sekret pada meatus externus
• Pada membran timpani tampak sangat hiperemi, cembung kolateral (bombans).
• Terapi :
• Drainage muko-pus secepatnya dari cavum timpani.
• Dilakukan incise pada membrane timpani (paracentensis / miringotomi) pada daerah postero-inferiror.
• Pemberian antibiotik misalnya penicillin.
• Obat-obatan yang lain untuk mengatasi URI.
• Jika paracentesis / miringotomi tidak dikerjakan, dapat terjadi :
1. OMA dapat diatasi dengan antibiotik, terbentuk jaringan muko-pus yang mengalami organisasi --> dapat menganggu sistem konduksi.
2. Timbul perforasi spontan dari membran timpani (stadium perforasi).
Stadium Perforasi
• Kumpulan muko-pus --> lubang perforasi --> mengalir ke arah meatus eksternus --> menurunkan tekanan di dalam cavum timpani.
• Manifestasi Klinis :
• Otalgi berkurang
• Adanya otorrhoe
• Pendengaran masih berkurang
• URI masih ada.
• Pemeriksaan Otoskopi :
• Membran Timpani yang hiperemis dengan lubang perforasi
• Kadang tampak pulsasi pada lubang perforasi kecil
• Terapi :
• Paracentesis / miringotomi apabila ada pulsasi / perforasinya kecil.
• Antibiotik dan tetes hidung
• Obat-obatan untuk URI
Stadium Resolusi
• Proses penyakit telah menyembuh.
• Mukosa sudah tidak mengalami oedema lagi, juga sekresi sudah jauh bekurang atau bahkan telah berhenti. Akibatnya gangguan fungsi juga telah mereda.
• Manifestasi Klinis :
• Gangguan pendengaran / penderita merasa telinga berdenging.
• Pemeriksaan Otoskopi :
• Meatus externa bersih dari sekret
• Membran timpani tidak hiperemis, kembali seperti normal, tampak lubang perfoasi.
• Terapi :
• Tidak diperlukan pengobatan.
• Saran agar telinga tidak kemasukan air untuk menghindari kekambuhan penyakit.
Prognosa
• Masa penyembuhan OMA berkisar 10 hari – 2 minggu
• Lubang perforasi akan tertutup --> jaringan cikatrik
• Fungsi pendengaran (jika tidak ada sequele) akan normal setelah 1 – 2 bulan.
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Definisi
Keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam cavum tympani.
Etiologi
Kuman aerob :
- Positif gram : S. pyogenes, S. albus.
- Negatif gram : Proteus spp, Pseudomonas spp,
E. coli.
Kuman anaerob : Bacteroides spp
Patofisiologi
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.
Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut Otitis media supuratif sub akut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiens buruk.
Faktor-faktor yang menyebabkan infeksi berulang,
- Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran tympani.
- Rinogen : dari penyakit di rongga hidung dan sekitar.
- Endogen : alergi, diabetes melitus, TBC paru.
Letak Perforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe atau jenis OMSK.
Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah central, marginal, atau atik. oleh karena itu disebut perforasi central, marginal, atau atik.
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan diseluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani.
Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum.
Perforasi atik adalah perforasi yang terletak di pars flaksida.
Klasifikasi
Berdasarkan sifatnya :
› OMSK tipe mukosa / tipe benigna :
Disebabkan peradangan atau sumbatan tuba eustachius akibat penyebaran infeksi dari nasofaring, sinus atau hidung. Tipe ini ditandai dengan perforasi central atau subtotal pada pars tensa, sekret mukoid tidak berbau dan gangguan pendengaran ringan sampai sedang.
› OMSK tipe tulang / tipe maligna :
Ditandai oleh perforasi total, marginal atau perforasi attik dengan sekret yang berbau busuk akibat nekrosis tulang. Terdapat cholesteatom dan jaringan granulasi. Gangguan pendengaran bervariasi dari tuli ringan sampai tuli total.
Berdasarkan aktifitas sekret :
- OMSK aktif : OMSK dengan sekret yang keluar dari cavum timpani secara aktif
- OMSK inaktif : keadaan cavum timpaninya terlihat basah atau kering.
Diagnosis
Anamnesa :
- Otorhoe 6-8 minggu terus menerus atau kumat-kumatan.
- Pendengaran menurun (tuli)
Pemeriksaan THT :
- Otoskopi : melihat tipe perforasi, mukosa cavum tympani, sekret.
- Pemeriksaan hidung dan tenggorok untuk mencari faktor penyebab kronis.
Pemeriksaan penunjang :
- Tes fungsi tuba.
- Audiogram nada murni dan nada tutur.
- X-foto mastoid posisi schuller.
Komplikasi
Abses retro aurikula.
Paresis/paralisis saraf fasialis.
Labirinitis.
Komplikasi intrakranial :
- Meningitis.
- Abses extradural.
- Abses otak.
Terapi
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa
› Untuk sekret yang keluar terus menerus :
Larutan H2O2 3% selama 3 – 5 hari
Antibiotik tetes dan kortikosteroid.
› Untuk sekret kering dengan perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan
Operatif : Timpanoplasti
Tujuan menghentikan infeksi secara permanen memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat serta memperbaiki pendengaran.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya yaitu melalui pembedahan : mastoidektomi
OTITIS MEDIA SEROSA
Definisi
Suatu keadaan terdapatnya sekret yang non purulen pada telinga tengah, sedangkan keadaan membran tympani sendiri masih tampak utuh. Nama lain dari otitis media serosa adalah otitis media mucinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, atau otits media mucoid ( glue ear ).
Etiologi
Otitis media serosa disebabkan oleh transudasi plasma dari pembuluh darah ke dalam rongga telinga tengah yang terutama disebabkan perbedaan tekanan hidrostatik, efusinya bersifat encer. Sedangkan otitis media mukoid ( glue ear ) disebabkan akibat sekresi aktif kelenjar dan kista pada lapisan epitel celah telinga tengah, efusinya bersifat kental / mukoid. Terjadinya efusi didahului oleh obstruksi tuba.
Patofisiologi
Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret non purulen pada telinga tengah, sedangkan membran tympani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran tympani utuh tanpa tanda – tanda infeksi disebut otitis media dengan efusi. Efusi encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke arah telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik.
Pada otitis media mukoid, cairan yang ada pada telinga tengah timbul akibat sekresi aktif kelenjar dan kista yang terdapat dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga mastoid. Faktor yang berperan utama adalah terganggunya fungsi tuba eustachius. Faktor lain yang dapat berperan adalah adenoid hipertrofi, adenoiditis, sumbing palatum ( cleft palate ), tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, dan rinitis. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah ( efusi di telinga tengah ). Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis media serosa akut dan otits media serosa kronik.
Otitis media serosa akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba – tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut inidapat disebabkan antara lain oleh :
1. Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan pada telinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba – tiba seperti pada barotrauma.
2. Virus, terbentuknya cairan pada telinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada saluran nafas atas.
3. Alergi, terbentuknya cairan pada telinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi pada saluran nafas atas.
4. Idiopatik.
Gejala Klinik
Gejala yang menonjol biasanya pendengaran berkurang. Selain itu pasien juga mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit. Kadang seperti terasa ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri pada telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah tetapi setelah sekret terbentuk tekanan negatif ini pelan – pelan hilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus atau alergi. Tinitus, vertigo, atau pusing kadang – kadang ada dalam bentuk ringan.
Pemeriksaan
Pada otoskopi terlihat membran tympani tampak retraksi. Kadang – kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan pada kavum timpani. Pada tes garpu tala didapatkan tuli konduksi.
Penatalaksanaan
Pengobatan dapat dilakukan secara medikamentosa dan pembedahan. Pada pengobatan medikal dapat diberikan obat vasokonstriktor lokal ( tetes hidung ) lalu manuver valsava bila tidak ada tanda infeksi pada saluran nafas atas. Setelah satu atau dua minggu bila gejala – gejala masih menetap, dilakukan mirigotomi serta pemasangan pipa ventilasi ( Grommet tube ).
Otitis media serosa kronik
Otitis media serosa kronik ( glue ear ) terdapat batasan dengan otitis media akut hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media akut, sekret terjadi secara tiba – tiba dan disertai rasa nyeri. Sedangkan pada keadaan kronik sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala – gejala pada telinga yang berlangsung lama. Sekret yang terbentuk kental seperti lem. Ini terdapat lebih banyak pada anak – anak. Otitis media serosa kronik dapat terjadi sebagai gejala sisa dari OMA yang tidak sembuh sempurna. Penyebab lain diperkirakan ada hubungan dengan infeksi virus, keadaan alergi atau gangguan mekanis pada tuba.
Gejala Klinik
Perasaan tuli lebih menonjol oleh karena adanya sekret yang kental atau glue ear. Pada anak – anak yang berumur 5 – 8 tahun keadaan ini sering diketahui secara kebetulan waktu dilakukan pemeriksaan THT atau dilakukan uji pendengaran.
Pemeriksaan
Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh sampai retraksi, suram, kekuning – kuningan sampai kemerah – merahan atau agak keabu – abuan.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengeluarkan sekret dengan mirigotomi dan memasang pipa ventilasi ( grommet tube ). Pada kasus yang masih baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi antihistamin – dekongestan per oral kadang bisa berhasil. Sebagian ahli menganjurkan pengobatan medikamentosa selama 3 bulan, bila tidak berhasil dilakukan tindakan operasi. Di samping itu harus dinilai dan diobati faktor penyebab seperti alergi, pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung dan sinus.
Diagnosis Banding
Otitis Media Supuratif Akut tipe Kataral
Komplikasi
Otitis Media Kronik
Atelektasis
OTITIS EKSTERNA
Definisi
• Radang liang telinga 2/3 medial akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus, maupun trauma.
Etiologi
• Perubahan pH di liang telinga menjadi basa --> proteksi terhadap infeksi menurun
• Keadaan udara yang lembab dan hangat --> mudah tumbuh kuman dan jamur
• Trauma ringan ketika mengorek telinga
Otitis Eksterna Akut
• Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkel)
• Otitis Eksterna Difusa
Otitis Eksterna Difusa
• Disebut juga swimmer’s ear
• Biasanya terjadi pada cuaca yang panas dan lembab dan disebabkan oleh kelompok Pseudomonas kadang-kadang juga Staphylococcus Albus, Escherichia coli
Gambaran klinis :
• Rasa gatal pada liang telinga.
• Pembengkakan pada 2/3 medial liang telinga sebagian besar dinding kanalis
• Sekret yang sedikit.
• Pendengaran normal atau sedikit berkurang.
• Tidak adanya partikel jamur.
• Mungkin ada adenopati regional yang nyeri tekan
Terapi :
• Pilihan obat sistemik: Kolistin, Polimiksin B, Neomiksin, Kloramfenikol.
• Terapi sistemik dipertimbangkaN pada kasus berat.
Otomikosis
Terdiri dari 2 jenis jamur yang paling sering ditemukan pada reaksi radang telinga. Antara lain :
1. Pityrosporum
Menyebabkan sisik superfisial yang menyerupai ketombe pada kulit kepala atau dapat menyerupai suatu dermatitis seboroika yang meradang atau dapat menjadi dasar berkembangnya infeksi lain yang lebih berat seperti furunkel atau perubahan ekzematosa.
2. Aspergillus (A.niger, A.flavus)
Didapatkan dari liang telinga tanpa adanya gejala apapun kecuali rasa tersumbat dalam telinga atau berupa peradangan yang menyerang epitel analis atau gendang telinga dan menimbulkan gejala-gejala akut.
Kadang-kadang ditemukan candida albicans
Terapi :
• Pembersihan liang telinga dengan kasa ataupun pengisap.
• Irigasi ringan yang diikuti pengeringan.
• Tetes telinga seperti vosol, Cresylate dan Otic Domeboro. Dan juga bisa memakai topikal spesifik seperti nistatin, Klotrimazol.
Herpes Zoster Otikus
• Penyebab : infeksi virus varicella zoster
• Sindrom Ramsay Hunt :
Apabila virus menyerang saraf trigeminus, ganglion genikulatum dan radiks servikalis bagian atas
• Gejala :
Tampak lesi vesikular pada kulit dan muka di sekitar liang telinga, otalgia, paralisis otot (kadang), gangguan pendengaran (tuli sensorineural).
• Terapi : sesuai dengan tatalaksana Herpes Zoster
Infeksi Kronis Liang Telinga
Penyebab :
• Pengobatan yang tidak adekuat dari infeksi bakteri maupun jamur
• Iritasi kulit yang disebabkan cairan otitis media
• Trauma berulang
• Adanya benda asing
• Penggunaan cetakan (mould) pada hearing aid
---> STENOSIS liang telinga karena jaringan sikatriks
• Terapi : operasi rekonstruksi telinga
• Keratosis obturans dan kolesteatoma merupakan dua kondisi yang yang dapat bermanifestasi sebagai sumber keratin di liang telinga.
• Keratosis obsturans ditemukan gumpalan epidermis di liang telinga yang disebabkan oleh terbentuknya sel epitel yang berlebihan yang tidak bermigrasi ke arah telinga luar.
• Koleteatoma disebabkan karena migrasi epitel yang salah dan periostitis sirkumskripta.
Otitis Eksterna Maligna
• Merupakan infeksi difus di liang telinga luar dan stuktur lain di sekitarnya.
• Biasanya pada orang tua dengan diabetes melitus karena pH serumennya lebih tinggi.
• Peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang sekitarnya.
Gejala klinis :
• Rasa gatal diliang telinga.
• Nyeri.
• Sekret yang banyak.
• Pembengkakan liang telinga.
• Paresis atau paralisis fasial.
Kelainan patologik :
• Osteomielitis yang progresif disebabkan kuman Pseudomonas aeroginosa.
• Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif.
Terapi :
• Sesuai hasil kultur dan resistensi.
• Pseudomonas aeruginosa dengan antibiotik dosis tinggi.
• Menunggu hasil kultur diberi golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral.
• Keadaan berat diberikan antibiotik parenteral kombinasi dengan antibiotika golongan aminoglikosida selama 6-8 minggu.
• Antibiotik yang sering digunakan : Ciprofloxasin, Ticarcillin-clavulanat, Piperacilin (kombinasi dengan aminoglikosida), Ceftriaxone, Ceftazidine, Cefepime (maxipime), Tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), Gentamicin
Komplikasi
• Intrakranial : meningitis, ensefalitis.
• Sistemik : sepsis (tx parenteral).
FURUNKEL
Definisi
• Radang dari folikel rambut yang terletak pada liang telinga
Etiologi
• Kuman penyebab furunkel MAE yaitu :
– Streptokokus
– Stafilokokus
Patofisiologi
• Faktor eksogen :
– Karena sering mengorek telinga sehingga lesi kulit dan disertai infeksi kuman.
– Hal tersebut juga terjadi karena kulit MAE mengalami maserasi (kulit menjadi lunak), akibat nanah yang tergenang di MAE, telinga kemasukan air, dan udara yang sangat lembab
• Faktor endogen ;
– Pada diabetes melitus
– Pada penderita kurang gizi
Gejala
• Nyeri telinga yang kadang-kadang didahului oleh korek-korek telinga.
– Nyeri dpt timbul spontan, saat daun telinga ditarik, tragus ditekan,ketika membuka mulut, atau saat mengunyah makanan yang keras.
– Hal ini terjadi karena MAE berdekatan dgn sendi rahang bawah sehingga apabila kulit yang berada di dekat sendi tersebut teregang saat tragus ditekan, membuka mulut atau menguyang akan terasa sakit.
– Demikian pula, jika furunkel terletak di bagian belakang, saat aurikula ditarik akan terasa nyeri.
• Pendengeran tetap baik, kecuali jika furunkel sangat besar sehingga menutup liang telinga.
• Badan tak enak, subfebril dan sefalgi.
Pemeriksaan
• Penderita merasa nyeri saat daun telinga ditarik, atau saat tragus ditekan. MAE merah, oedem dan sempit. Membran timpani tidak ada tanda radang. Pada keradangan hebat oedem dapat menjalar ke retroaurikular. Sulkusretro aurikular hilang dan telinga dapat terdorong kedepan. Pada keadaan ini harus dibedakan dengan Mastoiditis akut, yaitu suatu keradangan pada antrum dan selula mastoid.
• Persamaan mastoiditis dengan furunkel
1. Pembengkakan dibelakang telinga
2. Nyeri telinga hebat.
Terapi
• Pada infeksi yang berat, penderita perlu istirahat. Jika ada keluhan sakit, penderita di anjurkan mengunyah makanan yang lunak. Untuk nyeri dapat diberikan analgesik sebagai pengobatan lokal, pada MAE dapat diberikan tampon yang dibasahi larutan filtra larutan burowi (larutan burowi yang keruh disaring menggunakan kertas filter dan di ambil bagian yang bening). Tampon harus sering di tetesi dan dibuka atau diganti setelah 2-3 hari kemudian (biasanya nyeri sudah hilang). Pada infeksi lanjut dapat terjadi abses yang memerlukan tindakan insisi. Antibiotik perlu diberikan.
Komplikasi
• Komplikasi berupa limfadenitis, abses kelenjar limfe regional, perikonditis, erisipelas dan sepsis.
MENIERE
Definisi
• Suatu sindroma yang terdiri dari serangan vertigo, tinnitus, dan gejala otonomik secara mendadak.
Etiologi
• Primer : Idiopatik
• Sekunder :
1. Neurosifilis
2. Infeksi virus
3. Trauma.
Patofisiologi
• Disebabkan adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum.
• Penyebab hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik di ujung arteri.
2. Berkurangnya tekanan osmotik dalam kapiler.
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler.
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat -> penimbunan cairan endolimfa.
Presbikusis adalah tuli sensorineural (saraf) pada usia lanjut akibat proses degenerasi (penuaan) organ pendengaran.
Proses ini terjadi berangsur angsur, dan simetris ( terjadi pada kedua sisi telinga).
Etiologi
Degenerasi sel rambut di koklea.
Degenerasi fleksibilitas dari membran basilar
Berkurangnya neuron pada jalur pendengaran
Perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak
Degenerasi jangka pendek dan auditory memory
Menurunnya kecepatan proses pada pusat pendengaran di otak (central auditory cortex )
Patofisiologi
Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan Nervus vestibulocochlearis (VIII ).
Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ korti.
Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskularis.
Selain itu terdapat pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf.
Hal yang sama terjadi juga pada myelin akson saraf.
Presbycusis dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi penuaan koklea :
Presbycusis sensoris
Tipe ini menunjukkan atrofi dari epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel penyokong Organ Corti.
Prosesnya berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-lahan menjalar ke daerah apeks.
Perubahan ini berhubungan dengan penurunan ambang frekuensi tinggi, yang dimulai setelah usia pertengahan. Secara histology, atrofi dapat terbatas hanya beberapa millimeter awal dari basal koklea.
Proses berjalan dengan lambat.
Beberapa teori mengatakan perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari granul pigmen lipofusin.
Presbycusis Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi dari sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat. Diperkirakan adanya 2100 neuron yang hilang setiap dekadenya ( dari totalnya sebanyak 35000 ).
Hilangnya neuron ini dimulai pada awal kehidupan dan mungkin diturunkan secara genetik.
Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul sampai 90 % neuron akhirnya hilang.
Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena dibanding sisa dari bagian koklea lainnya.
Tetapi, tidak didapati adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi.
Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran.
Presbycusis Metabolik
Kondisi ini dihasilkan dari atrofi stria vaskularis.
Stria vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik dan kimiawi dan juga keseimbangan metaboliK dari koklea.
Atrofi dari stria ini menyebabkan hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui kurva pendengaran yang mendatar ( flat ) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi kata-kata dijumpai.
Proses ini berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun.
Berkembang dengan lambat dan mungkin bersifat familial.
Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder dari membran basilaris koklea.
Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang sangat lambat.
Perubahan histologik presbikusis jarang sekali ditemukan hanya pada satu area saja, karena perkembangan presbikusis melibatkan perubahan simultan pada banyak tempat.
Hal ini menjelaskan sulitnya menghubungan gejala klinik atau tanda dengan lokasi anatomik yang spesifik.
Gejala klinik
Gejala klinik bervariasi antara masing-masing pasien dan berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada koklea dan saraf sekitarnya.
Keluhan lain presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan dan progresif, simetris pada kedua telinga, yang saat dimulainya tidak disadari.
Keluhan utama adalah adanya telinga berdenging (tinnitus).
Pasien dapat mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan secara cepat dengan latar belakang yang riuh (cocktail party deafness).
Terkadang suara pria terdengar seperti suara wanita. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga.
Diagnosa
Anamnesa
Pada anamnesa akan didapati keluhan-keluhan seperti berkurangnya pendengaran yang tidak diketahui kapan dimulainya.
Gejala tersebut berkembang perlahan dan sangat lambat.
Kesulitan mengucapkan beberapa konsonan tertentu sepeti “f”, “ s”, atau “ th “ pada orang Inggris misalnya.
Kemudian adanya riwayat paparan berulang terhadap kebisingan seperti latar belakang pekerjaan menjadi anggota militer, pekerja industri dan sebagainya.
Adanya riwayat penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik, dsb.
Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai keabnormalan pada pemeriksaan fisik.
Tetapi dengan pemeriksaan otoskopi tampak membran timpani suram, dan jika dilakukan tes penala, maka akan menunjukkan suatu tuli sensorineural yang bilateral.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan misalnya pemeriksaan audiometric nada murni, menunjukkan tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris.Pada tahap awal terdapat penurunan yang tajam (sloping) setelah frekuensi 2000 Hz.
Gambaran ini khas pada presbikusis sensorik dan neural.
Kedua jenis presbikusis ini sering ditemukan.
Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan.
Pada semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech discrimination).
Keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan koklear.
Penatalaksanaan
Rehabilitasi sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid).
Pemasangan koklear implant
Pemasangan alat bantu dengar hasilnya akan lebih memuaskan bila dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading), dan latihan mendengar (auditory training), prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist).
Tujuan rehabilitasi pendengaran adalah
memperbaiki efektifitas pasien dalam komunikasi sehari-hari.
Pembentukan suatu program rehabilitasi untuk mencapai tujuan ini tergantung pada penilaian menyeluruh terhadap gangguan komunikasi pasien secara individual serta kebutuhan komunikasi sosial dan pekerjaan.
Partisipasi pasien ditentukan oleh motivasinya.
Oleh karena komunikasi adalah suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, maka keikutsertaan keluarga atau teman dekat dalam bagian-bagian tertentu dari terapi terbukti bermanfaat.
Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran merupakan komponen tradisional dari rehabilitasi pendengaran.
Pasien harus dibantu untuk memanfaatkan secara maksimal isyarat-isyarat visual sambil mengenali beberapa keterbatasan dalam membaca gerak bibir.
Selama latihan pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi bicara dengan cara mendengarkan kata-kata bersuku satu dalam lingkungan yang sunyi dan yang bising.
Latihan tambahan dapat dipusatkan pada lokalisasi, pemakaian telepon, cara-cara untuk memperbaiki rasio sinyal-bising dan perawatan serta pemeliharaan alat bantu dengar.
Program rehabilitasi dapat bersifat perorangan ataupun dalam kelompok.
Penyuluhan dan tugas-tugas khusus paling efektif bila dilakukan secara perorangan, sedangkan program kelompok memberi kesempatan untuk menyusun berbagai tipe situasi komunikasi yang dapat dianggap sebagai situasi harian normal untuk tujuan peragaan ataupun pengajaran.
Pasien harus dibantu dalam mengembangkan kesadaran terhadap isyarat-isyarat lingkungan dan bagaimana isyarat-isyarat tersebut dapat membantu kekurangan informasi dengarnya.
Perlu diperagakan bagaimana struktur bahasa menimbulkan hambatan-hambatan tertentu pada pembicara.
Petunjuk lingkungan, ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap alami cenderung melengkapi pesan yang diucapkan.
Bila informasi dengar yang diperlukan untuk memahami masih belum mencukupi, maka petunjuk-petunjuk lingkungan dapat mengisi kekurangan ini.
Seluruh aspek rehabilitasi pendengaran harus membantu pasien untuk dapat berinteraksi lebih efektif dengan lingkungannya.
Hal lain yang terjadi pada penderita presbikusis adalah masalah fisik dan emosional antara lain berupa :
Terganggunya hubungan perorangan dengan keluarga
Kompensasi tingkah laku akibat gangguan pendengaran:
Pemarah dan mudah frustrasi
Depresi, menarik diri dari lingkungan (introvert)
Merasa kehilangan kontrol pada kehidupannya
Waham curiga (paranoid)
Self-criticism
Berkurangnya aktivitas dengan kelompok sosial
Berkurangnya stabilitas emosi.
TRAUMA AKUSTIK
Definisi
• Gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja
• Sifat ketuliannya adalah tuli sensorineural koklea dan umumnya terjadi pada ke dua telinga.
Etiologi
• Ketulian sensorineural yang paling umum,di sebabkan oleh kerasnya suara maupun lamanya paparan.
• Terpapar bising, antara lain : intensitas bising yang lebih tinggi, frekuensi tinggi.
Gejala klinis
• Kurang pendengaran dapat disertai dengan tinitus
• Cukup berat di sertai keluhan sukar menangkap percakapan dengan kekerasan biasa
• Lebih berat percakapan yang keraspun sukar di mengerti
SECARA KLINIS pajananan bising pada organ pendengaran dapat menimbulkan:
• 1. Reaksi Adaptasi
• Respon kelelahan akibat rangsangan oleh bunyi dengan intensitas 70 dB SPL atau kurang, merupakan fenomena fisiologis pada saraf telinga yang terpajan bising
• 2. Peningkatan ambang dengar sementara
• Keadaan terdapatnya peningkatan ambang dengar akibat pajanan bising dengan intensitas yang cukup tinggi. Pemulihannya dapat terjadi dalam beberapa menit atau jam.
• 3. Peningkatan ambang dengar menetap
• Keadaan dimana terjadi peningkatan ambang dengar menetap akibat pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi berlangsung singkat atau lama yang menyebabkan kerusakan pada berbagai struktur koklea.
Pengaruh bising pada pekerja dibagi menjadi 2, yaitu :
• 1. Pengaruh auditorial berupa tuli akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL) terjadi dalam lingkungan kerja dengan tingkat kebisingan yang tinggi.
• 2. Pengaruh Non auditorial dapat bermacam-macam misalnya : gangguan komunikasi, gelisah, rasa tidak nyaman, gangguan tidur, peningkatan tekanan darah, dll.
Patologi
Lesi sangat bervariasi pada :
• Disosiasi organ Corti
• Ruptur membran
• Perubahan stereosilia dan organel subseluler
Juga menimbulkan efek pada :
• Sel ganglion
• Saraf
• Membran tektoria
• Pembuluh darah
• Stria vaskularis
Jenis kerusakan pada struktur organ yang ditimbulkan tergantung dari :
• Intensitas
• Lama paparan
• Frekuensi bising
Proses mekanik :
Pergerakan cairan dalam koklea yang begitu keras --> robeknya membrana Reissner --> percampuran cairan perilimfe dan endolimfe --> menghasilkan kerusakan sel-sel rambut.
Pergerakan membrana basiler yang begitu keras --> rusaknya organa korti --> percampuran cairan perilimfe dan endolimfe --> kerusakan sel-sel rambut.
Pergerakan cairan dalam koklea yang begitu keras, dapat langsung menyebabkan rusaknya sel-sel rambut, dengan ataupun tanpa melalui rusaknya organa korti dan membrana basiler.
Proses metabolik :
• Vasikulasi dan vakuolasi pada retikulum endoplasma sel-sel rambut dan pembengkakkan mitokondria --> mempercepat rusaknya membrana sel dan hilangnya sel-sel rambut.
• Hilangnya sel.sel rambut karena kelelahan metabolisms, sebagai akibat dari gangguan sistem enzim yang memproduksi energi, biosintesis protein dan transport ion.
• Terjadi cedera pada vaskularisasi stria --> gangguan tingkat konsentrasi ion Na, K dan ATP.
• Sel rambut Iuar lebih terstimulasi oleh bising, sehingga lebih banyak membutuhkan energi dan mungkin akan lebih peka untuk terjadinya cedera atau iskemi
• Kemungkinan lain adalah interaksi sinergistik antara bising dengan zat perusak yang sudah ada dalam telinga itu sendiri.
Diagnosa
Anamnesa :
• Pernah / sedang bekerja di lingkungan bising (5 tahun lebih).
• Kurang pendengaran disertai tinitus/tidak.
Pemeriksaan :
• Otoskopi tidak ditemukan kelainan
• Tes penala, rhinne (+), schwabach memendek, weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik
• Kesan jenis ketulian : tuli sensorineural.
• Audiometri :
- Nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi 3000-6000 Hz,
- Frekuensi 4000 Hz terdapat takik (notch),
- Recruitment pada telinga yang tuli jadi lebih sensitif terhadap kenaikan intensitas bunyi yang kecil (1 dB)
Penatalaksanaan
• Pindah dari lingkungan kerja yang bising, jika tidak memungkinkan dapat menggunakan alat pelindung telinga terhadap bising (ear plug, ear muff, helmet)
• Pemasangan hearing aid
• Auditory training
• Memakai Lip reading, membaca mimik dan gerakan anggota badan, serta bahasa isyarata untuk berkomunikasi
• Rehabilitasi suara (untuk mengendalikan volume, tinggi rendah, dan irama percakapan)
• Cochlear implant
• Psikoterapi
Prognosis
Kurang baik, disebabkan :
• Tuli sensorineural koklea yang sifatnya menetap
• Tidak dapat diobati dengan obat dan pembedahan.
Pencegahan
• Bising lingkungan kerja harus kurang dari 85 dB, misal : meredam bunyi generator dengan ditaruh di ruang kedap.
• Memakai pelindung telinga, misal : sumbat telinga, tutup telinga dan penutup kepala.
• Melakukan survey kebisingan
• Melakukan analisis kebisingan dengan Sound Level Meter atau Octave Band Analyzer
• Melakukan kontrol kebisingan
• Melakukan tes Audiometri secara berkala kepada yang beresiko tinggi
Carcinoma Cavum Nasi
Tumor hidung baik yang jinak maupun yang ganas umumnya jarang ditemukan. Di Indonesia dan di luar negeri , kekerapan jenis yang ganas hanya berkisar 1 % dari seluruh keganasan. Tumor ganas yang sering ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa. Keganasan ini lebih banyak terjadi pada kelompok penderita pria perokok. Metastase ke leher jarang kecuali pada tumor yang sangat besar atau jika bibir terkena oleh perluasan langsung.
Epidemiologi dan EtiologiInsiden tertinggi tumor ganas hidung ditemukan di jepang yaitu 2 per 100.000 penduduk
pertahun. Etiologi belum diketahui tapi diduga beberapa zat hasil industri seperti nikel, debu kayu, kulit, kromolin, dll. Pekerja di bidang ini mendapat kemungkinan terjadi keganasan hidung jauh lebih besar. Alkohol, makanan yang diasin atau diasap diduga meningkatkan kemungkinan terjadi keganasan.Jenis Patologi
Tumor ganas di cavum nasi dapat berasal dari epitelial atau non epitelial. Tumor ganas epitelial adalah karsinoma sel skuamosa, kanker kelenjar liur, adenokarsinoma, karsinoma tanpa diferensiasi, dll. Tumor ganas non epitelial adalah hemangioperisitoma, bermacam – macam sarkoma termasuk rabdomiosarkoma dan osteogenik.Jenis Patologi
Estesioneuroblastoma adalah tumor ganas penunjang epitel olfaktorius. Tumbuh lambat dan mampu metastasis ke paru dan cervikal. Tumor mengikis kranium anterior melalui lempeng kribiformis. Tumor ganas tersering adalah karsinoma sel skuamosa ( 70 % ), disusul oleh karsinoma tanpa diferensiasi dan tumor asal kelenjar. Metastasis pada kelenjar leher jarang terjadi karena tumor berada pada struktur tulang yang kokoh.
Gejala dan TandaGejala tergantung dari asal tumor primer serta arah dan perluasannya. Gejala timbul setelah
tumor membesar.
Gejala Nasal berupaObstruksi hidung unilateral , progresif, dan rinorea. Sekretnya sering bercampur darah atau
terjadi epistaksis. Tumor yang besar dapat mendesak tulang hidung sehingga tejadi deformitas hidung. Khas pada tumor ganas adalah ingusnya berbau karena mengandung jaringan nekrotik.Rasa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus. Rasa nyeri terus - menerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi tumor ganas. Pemeriksaan
Melalui rhinoskopi anterior dan posterior periksa kavum nasi dengan seksama. Deskripsi massa sebaik mungkin, apakah permukaannya licin, merupakan pertanda tumor jinak atau permukaan berbenjol – benjol, rapuh, dan mudah berdarah merupakan pertanda tumor ganas. Untuk memeriksa rongga oral, selain inspeksi lakukan juga palpasi dengan memakai sarung tangan, palpasi gusi rahang atas apakah ada nyeri tekan dan penonjolan. Pemeriksaan naso – endoskopi dapat membantu menemukan tumor dini. Adanya pembesaran kelenjar leher juga perlu dicari meskipun jarang metastasis ke kelenjar leher.
Pemeriksaan PenunjangFoto polos tetap berfungsi sebagai diagnosis awal, terutama jika ada erosi tulang dan
perselubungan padat unilateral, harus dicurigai keganasan. CT scan merupakan sarana terbaik untuk memeperlihatkan perluasan tumor dan destruksi tulang. MRI atau Magnetic Resonance Imaging dapat membedakan jaringan tumor dari jaringan normal, tetapi kurang begitu baik dalam memperlihatkan destruksi tulang. Foto polos paru diperlukan untuk melihat adanya metastase tumor di paru.
DiagnosisDiagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi. Jika tumor tampak di rongga
hidung, maka biopsi akan lebih mudah dan harus segera dilakukan. Jika dicurigai tumor vaskuler, misalnya angiofibroma, jangan dilakukan biopsi karena akan sangat sulit menghentikan perdarahan yang terjadi. Diagnosis adalah dengan angiografi.
Penatalaksanaan :Terbaik untuk tumor ganas adalah kombinasi operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Satu macam
pengobatan saja tidak cukup. Tindakan operasi (kalo terbatas pada cavum nasi dilakukan rinotomi lateral, dan bila sudah masuk sinus maksilaris maka dilakukan maksilektomi) harus dilakukan seradikal mungkin. Radiasi dilakukan bila operasi kurang radikal atau residif, pada tumor yang radio sensitif ( misal : tumor sangat besar / in operable, dan metastasis jauh ). Kemoterapi sebagai terapi tambahan pada pembedahan dan radiasi. Bermanfaat pada tumor ganas dengan metastasis atau residif.
PrognosisPada umumnya prognosis kurang baik. Beberapa hal yang mempengaruhi prognosis antara lain
adalah : 1. Adanya kesulitan menentukan batas tepi tumor secara pasti 2. Kesulitan melakukan operasi secara radikal karena sempitnya lapangan operasi, dikhawatirkan
mengenai organ yang lain.3. Prognosisnya lebih baik dari ca nasofaring, tetapi lebih buruk dari ca laring.
RHINITIS ATROFI
Terdiri dari 2 jenis :1. Rhinitis kronika atropikan Foetida/ozaena2. Rhinitis kronika atropikan non foetida
a. Bakteri (mis : cocobacillus ozaena, klebsiella ozaena)b. Herediterc. Malnutrisi/avitaminosa Ad. Gangguan hormonal (wanita, umur)e. Defisiensi Fe.
• Faktor ini tidak berdiri sendiri tapi bersama-sama
• Patologi:Terdapat end arteritis dan peri-arteritis arteriole -> obliterasi -> terjadi atropi dari mukosa konka
nasi, kelenjar dan saraf• Insiden : wanita / laki-laki = 5 : 1
• Anamnesa :1. Nafas berbau dari orang lain, penderita sendiri anosmia2. Hidung buntu akibat banyak krusta dan gangguan aliran udara (aerodinamika)3. Faring kering.
• Pemeriksaan Rhinoskopi anterior :1. Cavum nasi luas - atropi mukosa2. Mukosa licin, sekret kental3. Krusta kering warna kehijau-hijauan dan berbau busuk
DIAGNOSA BANDINGsinusitis maxilaris : bisa unilateral dan konka nasi oedem, hiperemi --> cavum nasi sempit, sama-sama foetor
TERAPI• INH à menghilangkan bau tidak enak • Vitamin A 150.000-200.000 IU• Preparat Fe• Estrogen• Obat cuci hidung à untuk melepaskan krustae • Dengan operasi : menyelipkan polietilen atau cartilago di dalam mukosa dan flap mukosa
septum nasi
RHINITIS KRONIK ATROFI NON-FOETIDA Perbedaan dengan ozaena tidak ada anosmia dan sekret tidak berbau, penyebabnya :
• Konkotomi yang berlebihan• Post polipectomi pada polip yang sangat besar/banyak• Post radiasi
RHINITIS ALLERGI
DEFINISI• Menurut Von Pirquet (1986) :
Penyakit inflamasi yang dIsebabkan reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yg sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan alergen spesifik tersebut.
• Menurut WHO ARIA(AllergIc Rhinitis and Impact on Asthma) 2001: Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah
mukosa hidung terpapar alergen yang di perantai oleh IgE.
Reaksi alergi terdiri dari 2 fase :1. Immediate Phase Allergic Reaction / Reaksi Alergi Fase Cepat
Berlansung sejak kontak dgn alergen sampai 1 jam setelahnya 2. Late Phase Allergic Reaction / Reaksi Alergi Fase Lambat
Berlangsung 2-4 jam dgn puncak 6-8 jam (hiperreaktifitas) setelah pempaparan berlangsung sampai 24-48 jam
alergen --> ANTIGEN • Antigen + molekul HLA kelas II --> kompeks peptida MHC kelas II --> sel T helper(Th O) • Sel penyaji melepaskan sitokin (IL 1) --> mengaktifkan TO --> Th1 dan Th2 • Th2 --> menghasilkan sitokin (IL 4, 13) --> imfosit B menjadi aktif --> memproduksi IgE --> di
sirkulasi darah --> ke jaringan --> diikat oleh reseptor IgE --> sel mastosit atau basofil (sel mediator) menjadi aktif di sebut sensitisasi yg menghasilkan sel mediator
• Mukosa yg sdh tersensitisasi + alergen yang sama --> kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik --> terjadi degranulasi mastosit dan basofi --> terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (histamin)
• Histamin dikelurkan Newly Formed Mediators antara lain prosta glandin D2(PGD2), Leukotrien D4(LD4),Leukotrin C4 (LT C4),bradikinin,Platelet Activating Factor (PAF)dan berbagai sitokin.(IL3,IL4,IL5,IL6, GM-CSF(Granulocyte Macrophage Colony Stimulating Factor )----disebut Reaksi Alergi Fase Cepat(RAFC)Histamin --> merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus --> rasa gatal & bersin
• Histamin --> kelenjar mukosa dan sel goblet --> hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat --> rinorea
GAMBARAN HISTOLOGISGambaran pada saat serangan :
• Adanya Vascular bad disertai pembesaran sel goblet dan sel pembentuk mukus, pembesaran ruang interseluler dan penebalan membran basal serta ditemukan infiltrasi sel-sel eosinofil pada jaringan mukosa dan submukosa hidung.
• Jika serangan terjadi terus-menerus, akan terjadi perubahan yang irreversibel yaitu proliferasi jaringan ikat dan hiperplasia mukosa --> tampak mukosa hidung menebal.
The area confined with the black square in B is blown up in C to underscore the excessive vascular dilatation, congestion, edema, and eosinophilic infiltration in the mucosaSatu macam alergen dapat merangsang > 1 organ sasaran --> memberi gejala campuran (cth : asma dan rhinitis alergi)
• Berdasarkan cara masuk alergen :1. Alergen Inhalan Masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau debu rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang, jamur.2. Alergen Ingestan Masuk ke saluran cerna berupa makanan, misalnya : susu sapi, telur, coklat, ikan laut, udang, kepiting. 3. Alergen Injektan Masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya :
penisilin dan sengatan lebar 4. Alergen Kontaktan Masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya: bahan kosmetik, perhiasan
Masuknya antigen asing kedalam tubuh terjadi reaksi yg secara garis besar terdiri dari:1.Respon Primer Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag) bersifat non spesifik.2. Respon Sekunder Bersifat spesifik,mempunyai 3 kemungkinan yaitu membangitkan sistem imunitas seluler atau humoral, atau keduanya.3. Respon Tertier Bersifat sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh
Gell dan Coombs mengklasifikasikan reaksi ini atas 4 tipe:1. Tipe 1 atau reaksi anafilaksis 2. Tipe 2 atau reaksi sitotoksik/sitolitik 3. Tipe 3 atau reaksi kompleks imun 4. Tipe 4 atau reaksi hipersensivitis atau lambat Rhinitis alergi termasuk reaksi tipe 1
KLASIFIKASI (DAHULU)1.Rhinitis alergi musiman
Biasanya pada negara yang mempunyai 4 musim.Alergen penyebabnya spesifik, sensitif terhadap suatu allergen, misalnya polen --> polinosis,
spora jamur.Biasanya disertai dengan konjungtivitis (mata merah, gatal disertai lekrimasi).
2. Rhinitis alergi sepanjang tahun Timbul terus-menerus, sepanjang tahun.Penyebab paling sering alergen inhalan (dewasa) dan alergen ingerstan (anak-anak).
KLASIFIKASI (SAAT INI)Berdasarkan WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 :
• Menurut sifat berlangsungnya Intermitten (gejala < 4 hari seminggu atau < 4 minggu) Persisten (gejala > 4 hari seminggu dan > 4 minggu)
• Menurut tingkat berat ringannya penyakit : Ringan (tidak ditemukan gangguan tidur, aktivitas harian, bersantai, olahraga, belajar,
bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu). Sedang-berat (bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas)
DIAGNOSISDiagnosis Rhinitis Allergi didasarkan pada :
ANAMNESA• 50% digunakan untuk menegakkan diagnosis• khas : serangan bersin berulang (mekanisme fisiologis self cleaning process)• terdapat rhinorea yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, lakrimasi
• Pada anak, gejala sering tidak lengkap, biasanya ditemukan : Allergic shiner (bayangan gelap di daerah bawah mata karena stasis vena sekunder
akibat obstruksi hidung) Allergic salute (sering menggosok-gosok hidung dengan punggung tangan karena gatal)
--> Allergic crease (garis melintang di dorsum nasi) --> Facies adenoid (gangguan pertumbuhan gigi-geligi karena mulut sering terbuka dengan
lengkung langit-langit yang meninggi). Cobblestone appearance (dinding posterior faring yang nampak granular dan oedem), Penebalan dinding lateral faring Geographic tongue (lidah seperti gambaran peta)
PEMERIKSAAN PENUNJANG (IN VITRO)Pemeriksaan Hematologi Lengkap Eosinofil --> alergi inhalan Basofil --> alergi makanan PMN --> infeksi bakteri Pemeriksaan IgE total (prist-paper radio immuno sorbent test)Pemeriksaan IgE spesifik (RAST – Radio Immuno Sorbent Test dan ELISA – Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test).Pemeriksaan sitologi hidung
Skin End-point Titration (SET) --> alergi inhalan Intracutaneous Provocative Dilutional Food Test (IPDFT) --> alergi makanan Challenge Test --> alergi makanan
TERAPI• Menghindari kontak dengan alergi penyebab dan eliminasi.• Medikamentosa • Operatif • Imunoterapi
TERAPI MEDIKAMENTOSA• Antihistamin H-1• Dekongestan (agonis adrenergik alfa)• Kortikosteroid • Preparat sodium kromoglikat • Antikolinergik topikal (ipratropium bromida)• Anti leukotrien • Anti IgE • DNA rekombinan
TERAPI OPERATIF• Bila konka inferior mengalami hipertrofi :
Kauterisasi : AgNO3 25% atau Trichlor asetat Jika hipertrofi berat : konkotomi parsial, konkoplasti / multiple outfractured, inferior
turbinoplasty
TERAPI IMUNOTERAPI• Dilakukan pada gejala yang berat dan telah berlangsung lama.• Pengobatan lain tidak memberikan hasil yang memuaskan • Tujuan : pembentukan IgG blocking antibody dan penurunan IgE • Dapat dilakukan intradermal dan sublingual.
KOMPLIKASI Polip hidung Otitis media efusi (terutama pada anak-anak) Sinusitis paranasalis
RHINITIS VASOMOTORICA
DEFINISI Rhinitis vasomotor adalah suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal (kehamilan, hypertyroid), dan pajanan obat (kontrasepsi oral, anti hipertensi, beta blocker, aspirin, clhorpromazine, dan obat topikal hidung decongestan).
ETIOLOGI & patofiologi Belum pasti diketahui, diduga :
- Neurogenik ( disfungsi saraf otonom )yaitu : ketidak seimbangan impuls saraf otonom ( N. Vidianus )di mukosa hidung yang berupa
bertambahnya aktifitas sistem parasimpatis yang akan menyebabkan peningkatan sekresi hidung dan vasodilatasi, sehingga terjadi kongesti hidung.
- Nitrik Oksidakadar nitrik oksida (NO) yang tinggi dan persisten di lapisan epitel hidung dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan atau nekrosis epitel, akibatnya terjadi peningkatan reaktifitas serabut trigeminal dan recruitment reflek vaskular dan kelenjar mukosa hidung.
- Neuropeptidayaitu : terjadi disfungsi hidung yang di akibatkan oleh meningkatnya rangsangan terhadap saraf
sensoris serabut C di hidung menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskuler dan sekresi kelenjar. - Traumamerupakan komplikasi jangka panjang dari trauma hidung melalui mekanisme neurogenik
dan/atau neuropeptida.
FAKTOR PENYEBAB Faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor :
Faktor fisik - seperti iritasi oleh asap rokok, bau merangsang, kelembapan udara.- Sensitif terhadap perubahan hawa dingin (alergi dingin), perubahan hawa dingin sebagai
trauma fisik akan menyebabkan atau plasma sel melepaskan mediator kimiawi yang farmakologik bersifat vasoaktif dengan akibat vasodilatasi, meningkatnya permeabilitas pembuluh darah kapiler (oedema), dan sekresi glandula secomucinous.
Obat –obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, contohnya : ergotamin, chlorpromazin, antihipertensi, topikal vasokonstriktor.
GEJALA KLINIS Bersin – bersin dan tidak ada rasa gatal pada mataRhinorhoe encerObstruksio nasiBiasanya pagi hari memburuk karena lembabJika tidur hidung buntu bilateral
Diagnosis Anamnesa : singkirkan tentang rhinitis alergikaPemeriksaan dengan :
- Rinoskopi anterior tampak gambaran yang khas berupa edema mukosa hidung, konka merah gelap atau merah tua, sekret mukoid tapi hanya sedikit.
Pemeriksaan laboratorium (menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi) :- Tidak ada eosinifilisa, kadang ada tapi sedikit.- Tes cukit kulit biasanya negatif.- Kadar IgE spesifik tidak meningkat.
DIAGNOSA BANDING Rhinitis akut Rhinitis alergika
KOMPLIKASI Sinusitis paranasalOtitis media
TERAPI Menghindari stimulus/faktor pencetus. olah raga ditempat atau udara terbuka, bila kedinginan diberi acetosal, salamid. Pengobatan simtomatis : kombinasi antihistamin dan dekongestan oral sebelum tidur
malam/saat serangan, contohnya :- Antihistamin : Chlortrimetoin (CTM)2-4 mg pada saat serangan - Dekongestan oral : pseudo-ephedrin 30-60mg pada saat serangan.
Tetes hidung sebagai vasokonstriktor untuk mengurangi obstruksi nasi, seperti : kortikosteroid topikal 100-200 mikrogram.Kalau obstruksi nasinya berlangsung lama dapat dikurangi dengan caustik pinggir konka inferior atau conchotomia
SINUSITIS
SINUS PARANASALISTerdiri dari 4 pasang, mulai dari yang terbesar yaitu:
SINUS MAKSILARISSinus paranasal yg terbesar berbentuk piramid ,saat lahir berukuran volume 6-8 ml kemudian berkembang mencapai ukuran maksimal 15 ml saat dewasaAnatomi :
dinding anteriornya: permukaan fasial os maksila yang di sebut fosa kanina, dinding posterirnya: permukaan infra-temporal maksila,dinding medialnya: dinding lateral
rongga hidung, dinding superiornya: dasar orbita, dinding inferiornya: prosesus alveolaris dan palatum
Ostium sinus maksila berada si sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
Dari segi klinik yang perlu d perhatikan dari anatomi maksila adalah: 1. Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas,kadang gigi taring dan gigi molar M3 bahkan akar-akar tersebut dapat menonjol ke dalam sinus sehingga infeksi gigi geligi mudah naik k atas menyebabkan sinusitis 2.Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita 3.Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus sehingga drenase hanya tergantung dari gerak silia
SINUS FRONTALISTerletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus,berasal dari sel-sel resesus frontal atau sel-sel infundibulum etmoid, sesudah sinus frontal milai berkembang pada usia 8-10 tahun dan ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Ukurannya 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cmBagian kanan dan kiri biasanya tidak simetris,salah satunya lebih besar dan di pisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengahBiasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk
SINUS ETHMOIDALISPada orang dewasa bentuk sinus etmoid piramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebar 0,5 cm di anterior dan 1,5 cm di posteriorSinus etmoid berongga-rongga terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid yang terletak di antara konka media dan dinding medial orbita
Berdasarkan letaknya ada 2: 1. Sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius,sel-selnya biasanya kecil-kecil dan banyak,letaknya di depan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding lateral(lamina basalis) 2. Sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior,sel-selnya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya terletak di posterior dari lamina basalis
SINUS SPHENOIDALISTerletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior.sinus sfenoid di bagi dua oleh sekat yang di sebut SEPTUM INTERSFENOID.ukurannya:tingginya 2 cm,dalamnya 2,3 lebarnya 1,7 cm.volumenya bervariasi dari 5-7,5 ml.Batas-batasnya :
superior terdapat fosa sereberi media dan kelenjar hipofisa, inferior atap nasofaring, lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna(sering tampak sebagai
indentasi), posterior berbatasan dengan fosa sereberi posterior di daerah pons
FUNGSI SINUS PARANASALIS• Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi• Sebagai penahan suhu (thermal insulators)• Membantu keseimbangan kepala
Mengurangi berat tulang muka• Membantu resonansi suara• Sebagai peredam perubahan tekanan suara
Apabila terdapat perubahan tekanan yang besar dan mendadak (bersin)• Membantu produksi mukus
Membantu membersihkan partikel yang masuk melalui udara inspirasi
PEMERIKSAAN FISIK• Inspeksi
Pembengkakan pada muka Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerahan -->
sinusitis maksila akut Pembengkakan di kelopak mata atas --> sinusitis frontalis akut Rhinoskopi anterior dan posterior
• Palpasi Sinusutis maksila --> nyeri tekan pipi dan nyeri ketuk gigi Sinusisitis frontalis --> nyeri tekan di dasar sinus frotalis Sinusitis etmoid --> nyeri tekan di daerah kantus medius
• Transluminasi Hanya untuk memeriksakan sinus maksila dan sinus frontal Tampak daerah gelap di infraorbita (antrum terisi pus / menebal / terdapat neoplasma) Kista --> berwana terang
PEMERIKSAAN PENUNJANG• Pemeriksaan Radiologi
Posisi Walters PA dan lateral (melihat kelainan di sinus maksila, frontal, dan etmoid)• CT Scan
CT Scan potongan koronal dan aksial hidung dan sinus paranasal dengan indikasi sinusitis kronik, trauma dan tumor.
• Sinuskopi Menggunakan endoskopi (melihat adanya sekret, polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista, keadaan mukosa, keadaan ostium)
DEFINISIInflamasi mukosa sinus paranasal, umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis.Multisinusistis : apabila mengenai beberapa sinus.Pansinusitis : apabila mengenai semua sinus paranasal.
Etiologi dan Faktor predisposisi:ISPA akibat virusRinitis alergiRinitis hormonal pada wanita hamilPolip hidungKelainan anatomi, contoh: deviasi septum atau hipertrofi konkaSumbatan kompleks ostio-meatal (KOM)Infeksi tonsil, infeksi gigiKelainan imunologik. Faktor yang lain : lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering, serta kebiasaan merokok.
PATOFISIOLOGIOrgan-organ yang membentuk KOM (kompleks Ostio-Meatal – muara sinus maksila, sinus frontal dan sinus ethmiodalis) letaknya berdekatan dan bila terjadi oedem --> ostium tersumbat --> tekanan negatif didalam rongga sinus --> transudasi berupa serous (rinosinusitis non-bacterial)Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul di dalam sinus menjadi media yang baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri, sehingga sekret menjadi purulen (rinosinusitis bacterial akut)Jika inflamasi terus berlanjut --> hipoksia dan bacteri anaerob berkembang --> mukosa makin membengkak --> perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.
KLASIFIKASISinusitis infeksiosa, yaitu :
Sinusitis maxilaris akut dan kronik Sinusitis frontalis akut dan kronik Sinusitis ethmoidalis akut dan kronik Sinusitis sfenoidalis akut dan kronik
Sinusitis non-infeksiosa, yaitu :BarosinusitisSinusitis alergika.
SINUSITIS MAXILARIS AKUTAInsidens : paling banyakPatologi : radang akut menjadi purulenFaktor-faktor yang mempermudah terjadinya : 1. Rhinogen rhinitis akut 2. Odontogen : Caries, gangren, apexitis, ruptur abses dari P2-M1-3 Ruptur kista dengan infeksi gigi Post ekstraksi gigi. 3. Drainase sinusitis maxilaris susah oleh karena : Ostium tinggi -> 10 jam sehari duduk/berdiri Ostium mudah tertutup oleh konka media, deviasi septum nasi, polip/sekret.
Gejala klinis :Didahului adanya rhinitis akutPipi terasa kemeng -> sakitSefalgi sebelah yang sakit, maksimal pada sore hari tetapi paginya redaSekret mukopurulen kadang-kadang bisa hemorhagis lama-lama berbau
Pemeriksaan :Inspeksi : pipi kadang oedem-hiperemiRhinoskopi anterior : vestibulum nasi merah, sekret bila ada di meatus medius, cavum nasi mukosanya merah, oedem menjadi sempit.Rhinoskopi posterior : post nasal drip dan terlihat pus di meatus medius.Palpasi : fosa canina menjadi sakit bila ditekan.Transiluminasi : bayangan sinus gelap.X-foto water’s : perselubungan pada sinus maxilaris kadang-kadang nampak permukaan cairan.Irigasi percobaan : keluar pus/mukoid (+). Pemeriksaan ini dilakukan sekligus sebagai terapi.
Terapi :a. Konservatif : - Umum : dianjurkan istirahat, makan lunak. Analgetik. Antibiotik golongan penicillin, bila alergi pakai erithromicin, doxycyclin. - Lokal : perbaiki drainage Tetes hidung dengan sol ephinephrin 1%
Tidur miring (heterolateral)b. Aktif, dilakukan irigasi -> pus (+) kemudian diulangi seminggu sekali. Komplikasi irigasi, dapat timbul emboli udara di pipi dan infiltrat air di pipi.
Prognosa :Bila cepat berobat maka sembuh dengan konservatif.Bila tidak diobati dapat menjadi kronis.Blokade ostium tuba eustachius -> O.M.PPost nasal drip -> lama-lama faringitis
SINUSITIS MAXILARIS KRONIKA
Patologi : telah terjadi degenerasi mukosa, cysteus, polip, fibrous, metaplasi epitel.
Faktor etiologi :1. Sinusitis maxilaris acuta yang berulang atau kurang diobati2. Ada blokade drainage3. Infeksi geraham4. Infeksi sinus frontalis, ethmoidalis
Gejala klinis :Keluhan tidak tegas, samar-samar dan lamaSekret dihidung sebelah, tergantung posisi bisa di depan/belakangFoetor nasiHidung buntu, kadang ada rasa sakit dan subfebril
Pemeriksaan :Rhinoskopi anterior dan posterior ditemukan pus di meatus mediusPalpasi timbul rasa sakit bisa samarMungkin ada caries gigiTransiluminasi : gelap homolateralX-foto water’s : gelap/suram
Terapi :a. Konservatif : antibiotik, tetes hidung.b. Aktif : Irigasi 1 minggu sekali ; bila 5-7 kali masih (+) dilakukan tindakan operasi Fokal infeksi gigi -> ekstraksi Tindakan operasi ( cadwell-luc)
SINUSITIS FRONTALIS AKUTA
Patologi : adanya radang purulenModus infeksi biasanya lewat rhinogen, melalui :Rhinitis akuta yang bisa menjalar langsung/akibat buang ingus/akibat berenang.Obstruksi nasi dimana oleh karena oedem, hipertrofi konka, polip nasi/deviasi septum.
Gejala klinis :Seperti rhinitis akutMalaise, febrisSekret dan obstruksi nasiSefalgi hebat menjadi homolateral, pagi hari lebih sakit dari sore.
Pemeriksaan :Inspeksi : kulit tidak apa-apaPalpasi : didapatkan nyeri tekan pada dasar/lantai sinus frontalis atau dinding depan sinus frontalisRhinoskopi anterior : mukosa cavum nasi terlihat hiperemi dan oedem, adanya pus di meatus medius bagian depanTransiluminasi : terlihat sinus frontalis yang gelap pada sisi yang sakitX-foto : terlihat sinus frontalis yang gelap pada sisi yang sakit
Terapi : a. Lokal : perbaiki drainage dengan tetes hidung 1%, tidur miring heterolateral atau infraksi pada konka nasi b. Umum : analgetika dengan dekongestan, antibiotik (ampicilin, clindamicin, sefalosporin)
SINUSITIS FRONTALIS KRONIKA
Patologi : radang purulen dengan mukosa hipertrofi dan atau polipoid
Etiologi : 1. Sinusitis frontalis akut yang tidak diobati/susah diobati oleh karena ada faktor drainage yang kurang baik 2. Kelanjutan proses sinusitis kronik dari sinus paranasalis yang berdekatan dengan pansinusitis.
Gejala klinis :lebih ringan dari yang akut
Pemeriksaan : Rhinoskopi anterior : mukosa hiperemi dan oedem, pus di meatus mediusPalpasi : nyeri tekan bisa ringan/tidak adaTransiluminasi (+)X-foto water’s (+)
Terapi : konservatif Aplikasi kapas dengan dekongestanMelebarkan ostium duktus nasofrontalis dengan sondeTindakan operasi penyebab obstruksi dengan extraksi polip, infraksi konka, koreksi deviasi septum
SINUSITIS ETHMOIDALIS AKUTA
Etiologi : sama dengan sinusitis maxilaris akuta kecuali faktor gigi.
Gejala : pada stadium akut, celulae ethmoid anterior biasanya terjadi pada fase akut rhinitis akuta a. Anamnesa : hidung buntu, rasa sakit pada sisi yang sakit yaitu daerah frontal, mata, regio parietal. b. Pemeriksaan : dapat terjadi pembengkakan daerah ethmoid, yang dapat meluas ke alis. Rhinoskopi anterior : nampak kongesti dan ada mukopus di meatus medius, bisa ada post nasal drip.
Diagnosa : sulit, oleh karena tidak khas dimana dengan trans-iluminasi (-), X-foto susah dibaca.
Terapi : Tetes hidung/aplikasi dekongestan Analgetik Antibiotik Dapat dibantu inframerah.
SINUSITIS ETHMOIDALIS KRONIKAPatologi : sinusitis ethmoidalis akut yang berlangsung lama.
Gejala klinis : sakit kepala, hidung buntu, beringus, post nasal drip
Pemeriksaan : Rhinoskopi anterior : ada pus di meatus medius/dasar cavum nasi. Sering ada polip di meatus medius X-foto : berselubung
Terapi :Dilakukan ekstraksi polip dan celulae dibuka (ethmoidektomi) dengan polip tang biasa sering residiv dan FESDiperhatikan pada faktor alergi dan kelainan anatomi-deviasi.
SINUSITIS SPHENOIDALIS AKUTAPatologi : jarang berdiri sendiri, biasanya pansinusitis kecuali bila karena neoplasma mucocal.
Gejala klinis : sakit didaerah occiput/os parietal
Pemeriksaan : Rhinoskopi anterior : adanya pus di nasofaringPungsi dinding depan dengan troicart lurus dimana dapat diaspirasi pusnya.X-foto : terlihat permukaan cairan atau berselubung
Terapi :AnalgetikaAntibiotikaAplikasi konstriktorIrigasi melalui ostium/pungsi dinding depan
SINUSITIS SPHENOIDALIS KRONIKAEtiologi : emphyema akut sinus sphenoid yang berlangsung lama oleh karena proses alergi dengan/tanpa polip, penebalan mukosa akibat radang, tumor.
Gejala klinis : Sefalgi Malaise/lelah Anoreksi Kurang konsentrasi Post nasal drip di nasofaring.
Pemeriksaan :X-foto terdapat proyeksi submental-vertex kalau perlu dengan kontrasProbing dengan irigasi
Terapi : Irigasi Koreksi alergi, polip dll Terapi infeksi yang lain.
BAROSINUSITISOedema mukosa dekat ostium sinus merupakan predisposisinya, apabila perubahan lingkungan menimbulkan tekanan negatif bermakna, maka terjadi transudasi cairan atau perdarahan kedalam sinus. Perubahan ini biasanya disertai nyeri, tekanan, epistaksis ringan.Pengobatannya : dekongestan sistemik dan topikal, dan antibotik.
SINUSITIS ALERGIKAPerubahan polipoid mengubah mekanisme homeostatik normal di dalam sinus dan merupakan predisposisi sinusitis akut dan kronik.Pengobatan : steroid (topikal dan sistemik), dekongestan, antihistamin. Polip perlu direseksi jika menyumbat jalan nafas atau ostia sinus.
KOMPLIKASI ORBITAPenyebab tersering yaitu sinusitis ethmoidalis, terdiri dari 5 tahapan :
1. Peradangan atau reaksi edema yang ringan2. Selulitis orbita (oedema besifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi orbita namun
pus belum terbentuk)3. Abses subperiosteal (pus terkumpul di antara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan
proptosis dan kemosis)4. Abses orbita (pus telah menembus periostium dan bercampur dengan isi orbita)5. Trombosis sinus cavernosus (penyebaran bakteri melalui saluran vena ke dalam sinus cavrnosus
dan terbentuk tromboflebitis septik, terdiri dari oftalmoplegia, kemosis konjunctiva, gangguan penglihatan, meningitis)
MUKOKELESuatu kista yang mengandung mukus yang timbul di dalam sinus.Bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sfenoidalis menimbulkan diplopia, gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.
POLYP NASI
DefinisiBentukan polyp berupa massa lunak, berwarna putih atau keabu – abuan , berbentuk panjang
atau bertangkai yang terdapat pada rongga hidung.Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini masih dalam perdebatan. Sampai saat ini teori yang dianut sebagai penyebab timbulnya polyp adalah faktor radang kronis dan faktor alergi yang terjadi berulang – ulang ( Bacterial Allergy ).Patofisiologi
Faktor alergi bakterial yang terjadi berulang – ulang dan lama akan menimbulkan degenerasi mukosa, periphlebitis, dan perilymphangitis sehingga aliran kembali cairan interstitial terhambat sehingga terjadilah oedem. Oedem yang berlangsung lama menyebabkan penonjolan mukosa yang makin lama makin panjang dan bertangkai membentuk polyp dan cyste sebagai akibat penyumbatan saluran lymphe. Derajat oedem untuk setiap tempat bervariasi, tergantung kepadatan jaringan ikat dan pembuluh darah. Choncha nasi inferior dan septum nasi mengandung jaringan ikat padat, maka polyp jarang dijumpai pada organ tersebut.
Anamnesa• Keluhan utama dapat berupa :
- Hidung Buntu : bisa total atau parsial tergantung besar dan banyaknya polyp. - Pilek : terjadi terus – menerus, bisa sedikit atau banyak.Bisa serous atau
mucus dan bertambah hebat bila penderita terserang rhinitis akut atau timbul serangan alergi.
• Keluhan lain adalah gejala akibat adanya buntu hidung yaitu berupa suara bindeng dan batuk.Pemeriksaan
• InspeksiDorsum nasi tampak melebar, hidung tampak gepeng “ frog face deformity “ terutama polyp
yang berasl dari cellulae ethmoidalis.• Rhinoskopi Anterior
Tampak polyp multiple atau soliter, jenisnya seromucus atau fibroedematous.Untuk jenis fibroedematous harus dibedakan dengan concha nasi, caranya : masukkan kapas
yang dibasahi solutio HCl Adrenalin 1 % ( vasokonstriktor ). Concha nasi mengandung pembuluh darah lebar – lebar sehingga akan mengecil dengan zat vasokonstriktor, sedangkan polyp tetap tidak mengecil.
• Rhinoskopi PosteriorPada choanal polyp akan tampak polyp di choana.
PenatalaksanaanUntuk terapi kausal belum ada, yang dapat dilakukan adalah :
1. Extraksi polyp ( cara paliatif ) : dengan lokal anestesi ( Xylocain 1 % Ephedrin 1 % ) lalu dijerat sedekat mungkin pada dasar tangkai dan dicabut lalu ditampon boorzalf.
2. Ethmoidectomi ; kalau polyp berasal dari sinus / cellulae ethmoidalis.3. Pada polyp multiple dilakukan ekstraksi polyp terlebih dahulu lalu dilakukan ethmoidectomy.