Top Banner
171

Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

Mar 07, 2019

Download

Documents

vuonghanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan
Page 2: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan
Page 3: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

STRUCTUREPengarah/Steering Committee : Mohammad Gempur Adnan, Ridwan D. Tamin, PenanggungJawab/Person in Charge : Ade Palguna, Ahmad Safrudin, Supervisor : Linda Krisnawati, PelaksanaTeknis/Technical Executor : Syafei Kadarusman, Pelaporan/Reporting : Aditya Mahalana,Pendukung Teknis/Technical Support : Alfred Sitorus, Didin Khaerudin, Edi Purwanto, Edi PurwantoM. Bakri, Endang Nooryastuti, Kahar Barli, Karia Ersada, Muhammad Agung, Mutiara Siadari, SariPujiastuti, Yudhi Supriyadi, Yuniar Zein, Zulfan A. Rambe, Pendukung Non Teknis/Non TechnicalSupport : Lalih Amilia, Lilis Sartika, Winarso, Penterjemah/Translator : Aditya Mahalana, Dorothy L.Manalu, Tata Letak/Layout : Aloysius Indarto Ilustrasi/Illustration : Arteadi, Editor : Ahmad Safrudin,Linda Krisnawati, Ridwan D. Tamin, English Editor : Suzanne R. Billharz

Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahanbakar bensin dan solar di 20 kota di Indonesia, dengan tujuan memberikan informasi kualitasbahan bakar kepada masyarakat dan diharapkan dapat berperan dalam perbaikan kualitasbahan bakar sebagai upaya pengendalian pencemaran udara.

The Fuel Quality Monitoring 2006 Report is compiled based on the fuel quality monitoring ofgasoline and diesel fuel in 20 cities in Indonesia, which is targeted to give the information forpublic regarding to fuel quality in Indonesia. Hopefully this report can be useful for public onparticipating in fuel quality improvement as the effort for controlling air pollution.

INDONESIANFUEL QUALITY REPORT 2006

© Kementrian Lingkungan Hidup RI 2006Diperkenankan mengutip dengan menyebutkan sumber.

Ministry of Environment Republic of IndonesiaAssistant Deputy for Vehicle Emission Pollution Control

Building B, 4th FloorJl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Kebon Nanas - Jakarta 13410

Phone/Fax. +6221 85911207Email : [email protected]

www.menlh.go.id

Joint Committee for Leaded Gasoline Phase-Out

Ranuza Building 3rd, FloorJl. Timor No. 10 Menteng - Jakarta 10340

Phone. +6221 31906807, Fax. +6221 3153401Email:[email protected]

www.kpbb.org

ii

Page 4: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

KATA PENGANTAR

Kita menyadari bahwa pencemaran udara merupakanmasalah yang sehari-hari dihadapi masyarakatkhususnya yang tinggal di daerah perkotaan.Berbagai upaya untuk menanggulanginya telahdilakukan baik dalam konteks pencegahan,penanggulangan, maupun mitigasi. Diantaranyaadalah dalam bentuk perbaikan kualitas bahanbakar, mempromosikan teknologi kendaraan yangrendah emisi, mengefektifkan manajemen lalulintas, pengetatan standar emisi serta penegakanhukum. Sekalipun belum semuanya terlaksanasecara optimal, upaya yang terintegrasi dalamkonteks pencegahan tersebut telah dijalankanmeskipun masih terdapat kendala seperti belumtersedia sepenuhnya bahan bakar bersih terutamabensin tanpa timbel dan solar berkadar belerangrendah.

Dalam kerangka mendorong ketersediaan bahanbakar bersih, Kementerian Lingkungan Hidup danKomite Penghapusan Bensin Bertimbel telahmelakukan pemantauan kualitas bahan bakarbensin dan solar untuk kendaraan bermotor di 20kota. Kegiatan pemantauan tersebut dimaksudkanuntuk memberikan informasi kepada masyarakatdan kalangan otomotof tentang kualitas bahan bakaryang ada di Indonesia.

Prioritas saat ini adalah mendorong ketersediaanbensin tanpa timbel secara nasional diantaranyadengan menindaklanjuti seruan Presiden RI padasaat meresmikan Kilang Langit Biru Balongantanggal 28 Agustus 2005 untuk menggunakan

FOREWORD

We realize air pollution is the problem whichthe citizens are facing every day, especiallythose who live in the urban areas. Variousefforts have been carried out to overcomethe problem whether its prevention, controland mitigation. Some of the efforts are fuelquality improvement, low emission vehicletechnology promotion, traffic management,emission standard restriction and lawenforcement. Although those efforts havenot been completely implemented, integratedefforts have been carried out related withthe control step, though there are still severalproblems such as the lack of clean fuelsupply especially unleaded gasoline and lowsulfur diesel fuel.

To accelerate the availability of clean fuel,The Ministry of Environment and The JointCommittee for Leaded Gasoline Phase-Outhave conducted the fuel quality monitoringfor gasoline and diesel fuel in 20 cities. Theactivity is subjected to give the informationfor public and automotive industriesregarding to fuel quality in Indonesia.

The current priority is to speed up the supplyof unleaded gasoline in national scale byfollowing the President’s Instruction duringthe launching of the Balongan Blue SkyRefinery in August 28, 2005, to use

iii

Page 5: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

octane booster pengganti timbel yang berasal daribahan nabati (bio-fuels). Hal tersebut telahdituangkan dalam Instruksi Presiden Nomor 1tahun 2006 tentang Penyediaan dan PemanfaatanBahan Bakar Nabati (Bio-Fuels) sebagai BahanBakar Lain. Melihat kepentingan pertumbuhanekonomi nasional yang bertumpu pada sektorpertanian dan industri pengolahan secara nasional,maka penghapusan bensin bertimbel sudahsaatnya ditempuh dengan penggunaan renewableoctane booster (bio-ethanol). Sekalipunketersediaan pasokan bio-ethanol saat ini hanyasekitar 12% dari kebutuhan nasional, namun opsiini perlu ditempuh karena selain merupakan opsiyang paling baik dari aspek lingkungan hidup jugabermanfaat dalam konteks pertumbuhan ekonominasional.

Solar berkadar belerang rendah hendaknya segeradipasarkan seiring dengan diterapkannya bensintanpa timbel di seluruh wilayah Indonesia. Haltersebut sejalan dengan penerapan KepmenLingkungan Hidup Nomor 14/2003 tentang AmbangBatas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor TipeBaru dan Kendaraan Bermotor yang SedangDiproduksi (Current Production) yangmensyaratkan emisi kendaraan yang lebih ketat.

Semoga hasil pemantauan kualitas bahan bakarini dapat bermanfaat bagi masyarakat sehinggasasaran yang hendak diwujudkan dari programpengendalian pencemaran udara dapat dicapaiseiring dengan upaya untuk keluar dari krisis bahanbakar minyak.

renewable octane booster. This waseventually spelled out in the PresidentialInstruction No.1/2006 regarding to the supplyand usage of biofuel as alternative fuel.Considering the national economic growthwhich based on agriculture and processingindustry, unleaded gasoline phase-outshould be carried out with the use ofrenewable octane booster (bio ethanol).Although the supply of bio ethanol isapproximately 12% from total nationaldemand. This step must be carried outbecause it is the best option fromenvironment aspect and also valuable fornational economic growth.

Low sulfur diesel fuel should be marketedimmediately along with the implementationof unleaded gasoline policy in Indonesia.The effort is synchronize with theimplementation of The Minister ofEnvironment Decree No 141/2003 regardingto the threshold of emission for new typevehicle and current production, whichrequires stricter emission standard.

Hopefully, this fuel quality monitoring reportcan be useful for the public, so the targetfrom air pollution control can be reachedalong with the efforts in solving the oil fuelcrisis.

Jakarta, September 6, 2006Deputy Minister, Environmental Pollution Control

Ir. Mohd Gempur Adnan

iv

Page 6: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

TABLE OF CONTENTDAFTAR ISI

v

STRUKTUR iiKATA PENGANTAR iiiDAFTAR ISI vEXECUTIVE SUMMARY 1

BAB I PENDAHULUAN 71.1 Latar Belakang 71.2 Dampak Pencemaran

Udara 91.3 Bahan Bakar Bersih dan

Prasyarat PengendalianPencemaran Udara 14

1.4 Bensin Tanpa Timbel danSolar Berkadar BelerangRendah 19

1.5 Justifikasi PemantauanKualitas Bahan Bakar 24

1.6 Produsen Bahan Bakar diIndonesia 27

1.7 Bahan Bakar Minyak danMotor Bakar 31

1.8 Perbaikan StandarKendaraan Bermotor 35

BAB II METODOLOGI 382.1 Spesifikasi dan Karakteristik

Bahan Bakar di Indonesia 382.2 Parameter dan Metodologi

Pengujian 442.3 Lokasi Pengambilan Contoh

Uji 49

STRUCTURE iiFOREWORD iiiTABLE OF CONTENT vEXECUTIVE SUMMARY 1

CHAPTER I INTRODUCTION 71.1 Background 71.2 Air Pollution Impact 81.3 Clean Fuel and Pre-condition

for Air Pollution Control 131.4 Unleaded Gasoline and

Low Sulfur Diesel Fuel 191.5 Justification for Fuel Quality

Monitoring 241.6 Fuel Producer in Indonesia 261.7 Fuel and Internal

Combustion Engine 301.8 Vehicle Technology

Improvement 33

CHAPTER II METHODOLOGY 382.1 Specification and

Characteristic of Fuelin Indonesia 38

2.2 Observation Parameter andMethod 44

2.3 Fuel Sampling Location 482.4 Sampling Activity 51

CHAPTER III ANALYSIS 573.1 Laboratory Analysis 57

Page 7: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

vi

2.4 Pengambilan Contoh Uji 51

BAB III ANALISIS 573.1 Analisis Laboratorium 573.2 Analisis Umum 603.3 Tinjauan Per Kota 673.4 Analisis Kualitas Bahan

Bakar Menurut Kota 107

BAB IV KESIMPULAN DANREKOMENDASI 1484.1 Kesimpulan 1484.2 Rekomendasi 156

REFERENSI 162

3.2 General Analysis 603.3 Cities Overview 673.4 Fuel Analysis Based

on City 107

CHAPTER IV CONCLUSIONAND RECOMMENDATION 1484.1 Conclusion 1484.2 Recommendation 155

REFERENCES 162

Page 8: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

1Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

The authority for conducting fuel qualitymonitoring beside being mandated by TheOil and Gas Directorate, Ministry of Energyand Mineral Resources, is also mandatedunder the Minister of Environment RIRegulation No. 1 Year 2005 regardingOrganizational and Working Procedure ofThe Ministry of Environment. The Ministryof Environment in cooperation with the JointCommittee for Leaded Gasoline Phase-Out(KPBB) conducted the fuel quality monitoringon regular gasoline and diesel fuel frompublic gas stations in 20 cities with theobjective to provide information to thepublic.

The fuel quality monitoring activity isprojected to control and improve the fuelquality in Indonesia related with the effortsin controlling air pollution. As an illustration,gasoline with the proper octane number willcombust efficiently thus decreasingHydrocarbon emissions. Meanwhile dieselfuel with low sulfur will reduce PM

10 emission.

Beside that, the result from the monitoringcan be used by the automotive industries inanticipating innovation of environmentalfriendly vehicle product and also inparticipation for air pollution control.

Generally the gasoline quality distributed inIndonesia this year shows an improvement,especially on the lead level. Meanwhile diesel

Selain ada pada Direktorat Jenderal Minyakdan Gas Bumi, kewenangan untukmelakukan pemantauan kualitas bahanbakar di Indonesia juga dimandatkan di dalamPeraturan Menteri Negara Lingkungan HidupNo. 1 Tahun 2005 tentang Organisasi danTata Kerja Kementerian Negara LingkunganHidup Republik Indonesia. Dan dengantujuan memberikan informasi kepadamasyarakat luas, Kementerian NegaraLingkungan Hidup RI dan KomitePenghapusan Bensin Bertimbel (KPBB)melaksanakan kegiatan pemantuan kualitasbahan bakar di Indonesia dengan obyekpemantauan Bensin Premium dan MinyakSolar di SPBU di 20 kota.

Kegiatan pemantauan kualitas bahan bakarini diharapkan dapat berperan sebagaikontrol serta perbaikan terhadap bahan bakaryang ada di Indonesia dalam upayamengendalikan pencemaran udara. Sebagaiilustrasi bensin dengan angka oktan yangmemadai akan terbakar lebih sempurnasehingga emisi Hidrokarbon akan berkurangsementara solar dengan kadar sulfur rendahakan berpengaruh terhadap penurunan emisiPM10. Di samping itu, hasil pemantauan inidiharapkan dapat dimanfaatkan olehkalangan otomotif untuk mengantisipasiinovasi produk kendaraan yang ramahlingkungan sebagai bentuk partisipasi dalampengendalian pencemaran udara.

EXECUTIVE SUMMARY

Page 9: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

2Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Secara umum, kualitas bensin yangdipasarkan di Indonesia tahun inimenunjukkan perbaikan khususnyakandungan timbel. Sementara untuk solarmasih cenderung konstan dibandingkantahun 2005, namun apabila dikaitkan dengankebutuhan bahan bakar bersih yangdiperlukan oleh otomotif, tentu masih jauhdari harapan.

Hasil pemantauan menunjukkan rata-ratakandungan timbel dalam bensin di 20 diIndonesia sebesar 0.038 gr/l dengan rangenilai kandungan minimum 0.001347 gr/l (dibawah dari nilai tersebut tertera dengantanda ND atau Not Detectable) dan nilaikandungan maksimum 0.161 gr/l. Biladibandingkan dengan hasil pemantauantahun 2005 lalu didapatkan penurunan tajamrata-rata timbel dalam bensin di Indonesia.Rata-rata timbel dalam bensin tahun 2005adalah 0.133 gr/l, sementara rata-rata tahun2006 adalah 0.038 gr/l. Ini berarti adapenurunan sebesar 0.095 gr/l atau setaradengan 71.43%. Hal ini merupakan pertandabaik karena seperti kita ketahui bahwa timbelmerupakan prasyarat dan menjadi faktorkunci keberhasilan penurunan tingkatpencemaran udara, karena apabila bahanbakar sudah bebas timbel maka kendaraandapat dilengkapi dengan catalytic converteryang mampu mereduksi emisi kendaraansampai dengan 90%.

fuel is tends to be constant compared tothe previous year. However compared to thedemand for clean fuel required by theautomotive industries, the qualities are stillfar from the expected value.

According to gasoline analysis from 20 citiesin Indonesia, the average lead content ingasoline is 0.038 gr/l with range minimum0.001347 gr/l (below that number is markedwith ND or not detectable) and maximum0.161 gr/l. Compared to 2005 fuel qualitymonitoring we can see there is a tremendousdecrease of lead content in gasoline inIndonesia. The average lead content in 2005is 0.133 gr/l, meanwhile in 2006 the averagelead content is 0.038 gr/l. It means that thedecreasing of average lead content is 0.095gr/l or equal with 71.43%. This is good newsfor the Indonesian, since lead is the keytrigger for reducing air pollution level. Oncethe fuel has become unleaded then thevehicles are ready to be attached withcatalytic converter, a device that can reducevehicular emission up to 90%.

The average RON for gasoline from 20 citiesis 89,4, with range minimum 87,9 andmaximum 91,7. It can be assumed thatRON for regular gasoline in Indonesiaalready has an adequate number. From themonitoring the octane number is adequate(based on specification issued by MIGASDirectorate), except there is one sample from

Page 10: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

3Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Rata-rata RON pada bensin dari 20 kotaadalah 89.4. Adapun range dari angkaoktana tersebut adalah minimum 87.90 danmaksimum 91.70. Dapat dikatakan bahwaRON pada bensin jenis Premium diIndonesia telah cukup baik. Berdasarkanhasil pemantauan, bilangan oktana cukupbaik (didasarkan pada spesifikasi yangdikeluarkan oleh Dirjen Migas) terkecuali ada1 contoh uji yang diambil dari salah satuSPBU di kota Semarang yang menunjukkanangka oktana tidak mencapai 88 tetapihanya 87.90.

Untuk jenis solar, rata-rata kandunganbelerang adalah 1516 ppm dengan rangeminimum 700 ppm sampai denganmaximum 3300 ppm. Ada beberapa kotayang mengalami kenaikan rata-rata sulfurdalam bensin seperti Jakarta, Batam,Palembang dan Yogyakarta. Pada tahun2005 lalu rata-rata belerang dalam solar diJakarta adalah 1000 ppm namun tahun inirata-ratanya adalah 2700 ppm. Namundibalik itu juga terjadi penurunan kadarbelerang dalam solar yang cukup signifikanseperti di Bandung, Surabaya danMakassar. Pada tahun 2005 lalu rata-ratabelerang pada solar di Bandung adalah 2950ppm sementara rata-rata tahun 2006 adalah700 ppm dan penurunan yang terjadi sebesar76.3%.

Semarang that has octane number below88 (87,9).

Meanwhile for diesel fuel, the average sulfurlevel is 1.516 ppm with range between 700ppm and 3300 ppm. It is a tragic fact that inthis year there has been an increasing ofsulfur level in diesel fuel compared withprevious year. There are several cities thathave increasing sulfur level such as,Jakarta, Batam, Palembang, andYogyakarta. In 2005 the average sulfur levelin Jakarta was 1000 ppm, but in this yearthe average is 2700 ppm. On the contrary,there is also a significant reduction of sulfurlevel, for instance Bandung, Surabaya, andMakassar. In 2005 the average sulfur levelin Bandung was 2950 ppm, but in this yearthe average is 700 ppm. It means that thereis 76,3% of sulfur level reduction in Bandung.

Sulfur in diesel fuel is closely related withPM

10 emission, such that the sulfur level in

diesel fuel must be reduced to the lowestlevel. Sulfur naturally occurs in crude oil. Ifthe sulfur is not removed during the refiningprocess it will contaminate vehicle fuel.Sulfur can give significant effect on enginelife.

Sulfur also contributes significantly to fineparticulate matter (PM) emission. In theEuropean auto oil program it was predictedthat a reduction from 500 ppm to 30 ppmwill result to PM emission reduction to

Page 11: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

4Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Belerang pada solar sangat erat kaitannyadengan emisi PM

10, oleh karena itu

kandungan belerang pada solar harus segeraditurunkan sampai titik terendah. Belerangdalam bahan bakar solar secara alamiberasal dari minyak mentah. Apabila tidakdihilangkan pada proses pengilangan makabelerang akan mengkontaminasi bahanbakar kendaraan. Belerang dapatmemberikan pengaruh signifikan terhadapusia mesin dan sangat signifikan terhadapkeberadaan emisi partikulat (PM). Dalamprogram European Auto Oil, diprediksipengurangan kandungan belerang dari 500ppm menjadi 30 ppm akan menurunkan emisipartikulat menjadi 7%. Dengan demikiankeberadaan belerang di atas 1000 ppmsebagaimana yang terukur di banyak kotaakan berimplikasi pada tingginya emisipartikulat di udara ambien kota-kotatersebut. Hal tersebut tercermin dari kondisikualitas udara ambien kota-kota sebagaitersebut di atas, dimana menunjukanpartikulat sebagai parameter kritis dominan.

Untuk indeks setana rata-rata 54.5 denganrange minimum 47 dan maximum 67. Angkaini sekalipun sesuai dengan spesifikasi yangdikeluarkan oleh Dirjen Migas, Dept. ESDM,harus ditingkatkan apabila inginmemperbaiki kualitas udara.

Angka setana selain mempengaruhi emisikendaraan dan konsumsi bahan bakar jugaberpengaruh secara signifikan terhadap emisi

7%.Therefore the existence of sulfur levelabove 1000 ppm, as measured in severalcities, will implicate on high particulateemissions in ambient air. The ambient airquality monitoring in those cities alsoindicates that particulate matter is thedominant critical parameter.

Cetane Index in diesel fuel is still in the rangeof 47 to 67 with average 54,5. Although ithas complied with the specification fromMIGAS Directorate, cetane index must beincreased more in order to improve air quality.

Cetane number besides determining theemission and fuel consumptions, alsosignificantly influences the NOx emissions,especially at low loads. An increasing cetanenumber from 50 to 58 will reduce 26% ofHydrocarbon emission (HC) and carbonmonoxide (CO). In relation with fuelconsumption, proper cetane number willreduce the fuel consumption and also reduceengine noise.

Therefore, both premium gasoline and dieselfuel still needed to be improved. Forgasoline, the phase out of leaded gasolinemust be a priority for Indonesia in this year.After being delayed for several times (atleast 5 times since 1996), with the price ofregular gasoline (leaded gasoline with RON88) Rp. 4500 (45 US cent) per liter indicatingno more subsidy, unleaded gasolineconversion is a must considering the price

Page 12: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

5Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

NOx terutama pada beban rendah.Peningkatan Angka setana dari 50 menjadi58 akan menurunkan 26% emisi hidrocarbon(HC) dan karbon monoksida (CO). Dalamkaitannya dengan konsumsi bahan bakar,kenaikan angka setana akan mengurangikonsumsi bahan bakar dan juga kebisinganmesin.

Dengan demikian, baik bensin maupun solarmasih perlu ditingkatkan kualitasnya. Untukbensin, penghapusan timbel harus menjadiprioritas untuk diterapkan tahun ini. Selaintelah berulang kali ditunda (setidaknya 5 kalisejak 1996), dengan harga bensin Premium(bertimbel dengan RON 88) sebesar Rp4.500 per liter, telah mengindikasikantiadanya subsidi. Hal ini menjadi keharusanuntuk mengkonversi bahan bakar tersebutmenjadi bensin tanpa timbel mengingatharga bensin tanpa timbel RON 89berdasarkan MOPS (Mids Oil PlatSingapore) adalah US$ 66/barel atau setaradengan Rp 4.100 per liter. Demikian pulauntuk solar, penurunan kadar belerang harussegera diturunkan hingga akhirnya mencapaimaksimal 500 ppm.

Upaya tersebut hendaknya diikuti puladengan peningkatan kualitas bahan bakaruntuk berbagai karakteristik lainnya melaluipenurunan kandungan aromatik, olefin,benzena (pada bensin) dan peningkatanangka setana (pada solar). Hal tersebutmenjadi prasyarat untuk penerapan rencana

of unleaded gasoline RON 89 based onMOPS (Mid Oil Plats Singapore) is US$ 66/barel or equal to Rp. 4100 per liter. For dieselfuel, sulfur content must be reduced up tomaximum 500 ppm.

The effort supposed to be synchronized withenhancement of fuel quality includes thereducing of aromatic, olefin, benzene (ingasoline) and cetane number enhancement(in diesel fuel). Those efforts have becomea pre-condition for implementing integratedvehicle emission reduction especially in themajor cities. If those efforts are not engagedimmediately then air pollution will continueto be our burden and also disrupt theinvestment and innovation of environmentalfriendly vehicle technologies.

Page 13: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

6Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Jakarta September 6, 2006

aksi penurunan emisi kendaraan bermotorsecara terpadu dalam kerangka peningkatankualitas udara terutama khususnya di daerahperkotaan. Apabila hal tersebut tidak segeradilakukan maka pencemaran udara selainmenjadi beban juga akan terus menggangguperkembangan iklim investasi atas inovasiteknologi kendaraan ramah lingkungan.

Page 14: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

7Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

CHAPTER I

INTRODUCTION

1.1 Background

The environmental issue, which continuouslythreatens the living condition in many of thebig cities in Indonesia, is air pollution,especially from vehicle emissions. Thenegative impacts for human health aresignificant, especially, for those living inurban areas, characterized by high mobilityand rapid traffic activities.

Air pollution is significantly related with theconsumption of energy sources such as oilfuel, gas and coal (conventional fuel). Weneed these energy sources to run thevehicles, to run the industries or to createelectricity. Along with the consumption ofenergy sources, we also emit high numberof pollutants into the ambient air. CarbonDioxide (CO

2) is the main component of

Green House Gases (GHG’s). The GHG’sis known as the reason for Green HouseEffect (GHE) which can increase the earthaverage temperature or Global Warming.

Meanwhile Lead (Pb) emission can threatenthe life of our future generation because ofits neurotoxin characteristic. Children are farmore sensitive than adults on absorbing leadexposure.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan lingkungan yang kerapmengancam kota-kota besar di Indonesiasaat ini adalah pencemaran udara terutamayang bersumber dari emisi kendaraanbermotor. Sementara diketahui bahwadampak negatif atas pencemaran udaraterhadap kesehatan manusia sangatlahsignifikan, terutama bagi mereka yangtinggal di perkotaan, dengan kecenderunganmobilitas dan kepadatan kendaraan bermotoryang sangat tinggi.

Pencemaran udara sangat erat kaitannyadengan konsumsi energi seperti bahanbakar minyak, bahan bakar gas dan batubara (bahan bakar konvensional). Kitamembutuhkan sumber-sumber energi iniuntuk menggerakkan kendaraan,membangkitkan listrik, menjalankan mesin-mesin industri dan lain-lain. Seiring dengankonsumsi sumber energi tersebut kita jugamengemisikan polutan ke atmosfer dalamskala yang sangat besar. Emisi karbondioksida (CO

2) yang merupakan komponen

utama Gas Rumah Kaca (GRK) dapatmemperbesar Efek Rumah Kaca (ERK) yangpada akhirnya akan meningkatkan suhu rata-rata permukaan bumi yang dikenal jugadengan Pemanasan Global.

Page 15: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

8Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Sementara emisi timbel (Pb) dapatmengancam kelangsungan generasipenerus kita karena timbel merupakan salahsatu neurotoxin atau racun penyerang syarafdan anak-anak cenderung lebih sensitifterhadap paparan timbel.

Kebijakan yang mampu mendorongdigunakannya energi yang lebih bersihseperti gas, bahan bakar nabati, fuels celldan lain-lain mutlak diperlukan. Setidaknyauntuk jangka 10 tahun ke depan, kita dapatmeningkatkan kualitas bahan bakar fosilyang kita gunakan terutama bensin tanpatimbel dan solar berkadar belerang rendah.Khususnya bensin tanpa timbel, kebijakanini telah lama ditetapkan (SK MenteriPertambangan dan Energi No 1585.k/32-MPE/1999 yang dikeluarkan pada tanggal13 Oktober 1999 menetapkan bahwaterhitung 1 Januari 2003, bensin yangdipasarkan di seluruh Indonesia harus sudahtidak mengandung timbel. Namunrealisasinya tidaklah semudah membaliktelapak tangan, sekalipun tekanan darimasyarakat yang diiringi oleh dorongan dariberbagai institusi pemerintah seperti MenteriPerhubungan dan Kementerian NegaraLingkungan Hidup, upaya menghapuskanbensin bertimbel baru mampu diterapkan diJabotabek, Kabupaten Cirebon, Provinsi Balidan Batam.

The regulation that can simulate the use ofclean energy such as gas, bio-fuel, fuel celland other is absolutely required. At leasefor the next 10 years we could enhance thefossil fuel quality that we consumedespecially unleaded gasoline and low sulfurdiesel fuel. For unleaded gasoline, the policywas actually had been implemented sincelong time ago (Decree of Minister of Energyand Mineral Resources No.1585.K/32-MPE/1999 that was issued in October 13,1999).The policy declared that starting January 1,2003 the whole gasoline that distributed inIndonesia must be unleaded. Neverthelessthe realization is not easy, although therehas been pressure from the public along withthe support from various GovernmentalInstitution such as The Minister ofTransportation and The Ministry ofEnvironment, the effort for leaded gasolinephase-out was succeeded only for GreaterJakarta, Cirebon district, Bali Province andBatam City.

1.2 Air Pollution Impact

Air pollution is a part of human daily activities,those who live and work in the urban area,rural area, industry and residence. Airpollution in major cities especially indeveloping countries has reached its crisis.The bad air quality is responsible for thedeath of 3 million people per annum and

Page 16: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

9Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

1.2 Dampak Pencemaran Udara

Pencemaran udara dirasakan dalamkehidupan sehari-hari manusia yangbermukim dan beraktivitas di daerah urban,pedesaan, industri dan perumahan.Pencemaran udara di kota-kota besarterutama dari negara berkembang telahmencapai tingkat yang kritis. Rendahnyakualitas udara menyebabkan kematiansekitar tiga juta orang per tahun dan menjadidilema bagi jutaan orang lainnya di duniayang menderita asma, gangguan pernafasanakut, gangguan kardiovaskular dan penderitakanker paru-paru. Polusi udara perkotaan dibeberapa negara berkembang umumnyadisebabkan oleh sumber emisi bergerakseperti kendaraan bermotor dan sumbertidak bergerak seperti kegiatan industri.Polutan yang diemisikan oleh sumber-sumber tersebut seperti Hidrokarbon (HC)dapat menyebabkan iritasi mata, batuk danjuga berpotensi terhadap perubahan kodegenetik.

Partikulat Matter (PM) adalah pencemaryang apabila masuk ke dalam sistempernafasan dapat menyebabkan bronchitis,asma, gangguan cardiovascular danberpotensi menyebabkan kanker.

Timbel (Pb) yang dikenal juga dengan timahhitam merupakan neurotoxin atau racunsyaraf yang dapat mengakibatkanpenurunan tingkat kecerdasan dan

turned into dilemma for other millions in theworld that suffers asthma, acute respiratorydisease, cardiovascular disease, and lungcancer. Urban air pollution in severaldeveloping countries is generally caused bymobile sources such as motor vehicle andstationary sources such as industrialactivities. The pollutants emited such asHydrocarbons (HC) can cause severalnegative impacts such as eye irritation,cough and inclined to cause geneticalchanges.

Particulate Matter (PM) as a pollutant, whenentering the respiration system can causebronchitis, asthma, cardiovascular diseaseand potentially trigger cancer.

Lead (Pb), is a neurotoxin or nerve poisonwhich can decrease the intelligent level andbrain ability in children while adult suffersfrom high-blood tension, anemia, infertility,or even death. Other pollutants also threatenhuman health. Air pollution has caused theearly death of 0.5–1 million inhabitants indeveloping countries1. The next tableprovides information on the types of pollutant,sources, impacts and control steps.

1 World Bank Technical Paper No. 508, MasamiKojima and Magda Lovei, Page 3

Page 17: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

10Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

kemampuan otak pada anak anak,sementara pada orang dewasa dapatmenyebabkan tekanan darah tinggi, anemia,mengurangi fungsi reproduksi dan kematian.Selain dari itu, masih banyak lagi parameterpencemar yang semuanya memiliki dampaknegatif terhadap tubuh manusia. Sekitar 0.5juta hingga 1 juta orang di negaraberkembang mengalami kematian dini akibatdari pencemaran udara setiap tahunnya1.Tabel berikut ini menggambarkan jenis-jenispolutan, sumber, dampak serta pencegahan& kotrol yang dapat dilakukan.

1 World Bank Technical Paper No. 508, MasamiKojima dan Magda Lovei, Hal 3

Page 18: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

11Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Table 1. Air Pollution Impact on Human Health and the Environment

POLLUTANT SOURCES EFFECT PREVENTION and CONTROL

Ozone (O3)

RespirableParticulateMatter (PM

10)

FineParticulateMatter (PM

2.5)

CarbonMonoxide (CO)

Formed when reactiveorganic gas (ROG)and nitrogen oxidesreact in the presenceof sunlight. ROHGSsources include anysource that burns fuels(e.g., gasoline, naturalgas, wood,oil);solvents:petroleum processingand storage; andpesticides

Road dust, windblowndust, agriculture andconstruction, fireplace,also formed from otherpollutants (acid rain,NOx, Sox, organics).Incompletecombustion of any fuel

Distinct pollutant inurban areas, whichcomes from dieselengine emission.

Any source that burnsfuel such as

Breathing difficulties,lung tissue damage,vegetation damage,damage to rubber andsome plastics

Increase respiratorydisease, lungdamage, cancer,premature death,reduced visibility,surface soiling

Increase respiratorydisease, lungdamage, cancer, andpremature death,reduced visibility.

Chest pain in heartpatient, headaches,

Reduce motor vehiclereactive organic gas(ROG) and nitrogen oxide(NOx) emission throughemission standards,reformulated fuels,inspection program, andreduce vehicle use. LimitROG emission fromcommercial operationsand consumer products.Limit ROG and NOxemission from industrialsources such as powerplants and refineries.Conserve energy.

Control dust sourcessuch as particulatematter from motorvehicle emission

Low sulfur diesel fueland diesel particulatefilter implementation andanticipating new dieselvehicle with commonrail.

Control motor vehicleemission.

Page 19: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

12Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

POLLUTANT SOURCES EFFECT PREVENTION and CONTROL

NitrogenDioxide (NO

2)

Lead

Hydrocarbons(HC)

Sulfur Dioxide(SO

2)

VisibilityReducingParticle

Sulfate

automobiles andtrucks.

See Carbon Monoxide

Leaded Gasoline

Incompletecombustion process

Coal or oil burningpower plants andindustries, refineries,diesel engines

See PM 2.5

Produced by reactionin the air of SO

2,(see

SO2 sources), a

component of acid rain

reduced mentalalertness

Lung irritation anddamage. Reacts inthe atmosphere toform ozone and acidrain

Learning disabilities,brain and kidneydamage, anemia onchildren.Hypertension, anemiaand infertility onadults.

Respiration problems,eye irritation, canpotentially triggerscancer, geneticdistortion.

Increases lungdisease and breathingproblems forasthmatics. React inthe atmosphere toform acid rain

Reduce visibility (e.gobscure mountainsand the other scenery)reduce airport safety,

Breathing difficulties,aggregates asthma,reduced visibility

Control motor vehicleemission and conserveenergy.

Leaded gasoline phase-out

Inspection andmaintenance for motorvehicle, emissioncontrol, conserve energysources.

Reduce of high sulfurfuels (e.g use low sulfurreformulated diesel ornatural gas) conserveenergy

See PM2.5

See SO2

Page 20: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

13Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Anthropogenic air pollution originates fromvarious sources, such as housing activities,vehicles, industry, agriculture and fossil fuelemissions. According to JICA research,mobile sources pollution, such as cars,motorcycle, jet plane and sea vesselscontribute 70% of the total air pollution inJakarta in 1995. While other research(Ekuwasbang, 1997) claimed that motorvehicles constitute the highest fossil fuelconsumption (49%) from the total fuelusage. The World Bank (1993) revealed thecomposition of environmental damaged fromfossil fuel burning in 6 cities in developingcountries as: 68% impact to health, 21% toclimate change and 11% to other aspects2.Air pollution while causing damage to healthand the environment, also results ineconomic losses. A study by RETA – ADB(2002) revealed the economic impacts ofJakarta air pollution to Rp 1.8 trillion, andestimated to rise up to Rp. 4.3 trillion by2015.

1.3 Clean Fuel and Pre-condition for AirPollution Control

According to the data from The IndonesianPolice Headquarter by the end of 2005 thepopulation of motor vehicle had reached 35

Pencemaran udara anthropogenic berasaldari berbagai sumber termasuk aktifitasrumah tangga, kendaraan bermotor, industri,sektor pertanian dan pembakaran bahanbakar fossil. Menurut penelitian yangdilakukan JICA, sumber pencemar udarabergerak seperti mobil, motor, pesawatterbang dan kapal laut, menyumbang 70persen dari total pencemaran udara didaerah Jakarta pada tahun 1995. Danpenelitian Ekuwasbang pada tahun 1997menyebutkan bahwa kendaraan bermotoradalah pengguna terbesar konsumsi BBM(49%) dari total penggunaan bahan bakar.Sementara itu menurut data dari Bank Duniatahun 1993, komposisi dari kerusakanlingkungan akibat dari pembakaran bahanbakar fosil pada enam kota di negaraberkembang yang dipantau adalah: 68%berdampak pada kesehatan, 21%berdampak pada perubahan iklim dan 11%berdampak pada aspek lain2. Pencemaranudara selain merusak lingkungan dankesehatan, juga merugikan secara ekonomi.Hasil kajian Studi RETA – ADB tahun 2002menemukan dampak ekonomi akibatpencemaran udara di Jakarta sebesar Rp 1.8tril iun dan jumlah tersebut akanmembengkak menjadi Rp 4.3 triliun padatahun 2015.

2 Ke-enam kota tersebut adalah Bangkok, Krakow(Polandia), Manila, Mumbai, Santiago (Chile) danShanghai.

2 Those cities are Bangkok, Krakow (Poland),Manila, Mumbai, Santiago (Chile) and Shanghai.

Page 21: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

14Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

1.3 Bahan Bakar Bersih dan PrasyaratPengendalian Pencemaran Udara

Menurut data dari data dari Mabes Polripada akhir tahun 2005 jumlah kendaraanbermotor telah mencapai 35 juta unit di mana70% di antaranya adalah sepeda motor. Adapun data dari Gaikindo tahun 2005menunjukkan penjualan kendaraan bermotor(baru) roda empat berjumlah 550.000 unitatau tumbuh sekitar 15 - 20% pertahun.Sedangkan menurut AISI (Asosiasi IndustriSpeda Motor Indonesia) untuk yang samajumlah penjualan sepeda motor sekitar3.400.000 unit (15% lebih rendah daripenjualan tahun 2004). Dengan asumsipertumbuhan mengacu pada keadan data diatas, maka diprediksi tahun tahun 2006 akanada kendaraan roda empat baru baru sekitar750.000-800.000 unit dan kendaraan rodadua baru sekitar 4 juta unit yang beroperasidijalan–jalan di Indonesia.

Untuk itu negara-negara Eropa yangtergabung dalam EU (European Union) yangberanggotakan 12 negara maju di Eropa baratdan akan bertambah dengan 6 negara barudari Eropa Timur telah menetapkan standarEuro 5 pada awal tahun 2008 mendatang.Dengan kenyataan tersebut maka mau tidakmau Jepang yang merupakan pemasokkendaraan yang besar di Eropa dan jugaterbesar di Indonesia harus mengikuti trendtersebut.

million units where 70% is motorcycles.There is also data from Gaikindo that showsin 2005 the total selling of new four wheelmotor vehicle is 550.000 units or increaseapproximately 15-20% per year. Meanwhileaccording to AISI (Association of MotorcycleIndustries Indonesia) in the same year thetotal selling of motorcycle is 3.400.000 units(15% lower than 2004 total selling). With theassumptions of increasing rate mentionedabove, it can be predicted that in the year2006 there will be approximately 750.000-800.000 units new four wheel motor vehicleand four million units of motorcycle runningaround in the streets of Indonesia.

Therefore the European countries under EU(European Union) with members from 12advanced countries and will be added with 6new members from Eastern Europe havebeen committed to use the Euro 5 standardin 2008. Based on those facts, theJapanese, which is one of the largest vehicleproducers in Europe and also in Indonesia,must follow the trend.

Meanwhile in the ASEAN region, Euro 2standard has been adopted in 2001. Thailandis the most aggressive country in ASEANthat establishing the Euro 3 Standard in2003. With the courage on establishing theEuro standard, Thailand now is the Centerof Excellence (the biggest producer) ofpassenger car outside Japan.

Page 22: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

15Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Sedangkan di kawasan ASEAN standarEURO 2 telah diadop pada tahun 2001.Thailand sebagai negara yang paling agresifdi ASEAN menetapkan standar EURO 3pada tahun 2003. Dengan keberaniannyamenetapkan standar Euro tersebut makaThailand kini telah menjadi center ofexcellence (produsen terbesar) untukkendaraan penumpang di luar Jepang.

Page 23: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

16Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Tabel 2 : The Adoption Process of Euro 2 Standard in Asia

Country 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 EU Euro 1 Euro 2 Euro 3 Euro4 Euro 5 Bangladesh Euro 2 (under discussion) Cambodia No specific emission standards for new vehicles Hong Kong Euro 1 Euro 2 Euro 3 India (Delhi & other citi es∗)

Euro 1 Euro 2 Euro 3

India (Entire Country)

Euro 2 E3

Malaysia Euro 1 Euro 2 Indonesia Euro 2 Nepal Euro 1 Philippines Euro 1 PR China Euro 1 Euro 2 Singapore Euro 1 Euro 2 Sri Lanka Euro 1 Sri-Lanka Thaipei,China US Tier 1 Thailand ∗∗ Euro 1 Euro 2 Euro 3 Euro4 Vietnam gasoli

ne Euro 1 Euro 4 (under consideration)

diesel Euro 1 Euro 2 E3 E4

Page 24: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

17Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Beside that, by not adjusting with theemission standard in other countries inSouth East Asian Region, it will be verydifficult for national industries to sell theirproducts to other countries considering theproduction standard in Indonesia has notbeen complied with strict emission standardlike in other countries. In this topic, theavailability of unleaded gasoline is requiredin order to support the competency ofautomotive industries in the internationalmarket. The environment will gain bigadvantage with the control of vehicularemission and also brought improvement onair quality especially in major cities with highpopulation. At this moment, unleadedgasoline is available only for Greater Jakarta,Bali, Batam and Cirebon. Later on, the NorthCoast of Java and major cities in Java havebeen implementing leaded gasoline phase-out in the periods of 2004-2005. Meanwhilefor major cities outside Java, according toPertamina unleaded gasoline is available forPertamax and Pertamax Plus in 2005.

Disamping itu dengan tidak menyesuaikandiri dengan standar emisi yang ada dinegara-negara tetangga di kawasan AsiaTenggara, maka akan sangat sulit bagiindustri nasional untuk memasarkanproduknya ke negara-negara lain mengingatproduksi dalam negerinya belum memenuhistandar emisi yang ketat seperti di luarnegeri. Dalam konteks ini ketersediaanbahan bakar bensin yang bebas timbalsangat dibutuhkan untuk menunjang dayasaing otomotif di pasaran internasional.Lingkungan hidup akan sangat diuntungkandengan terkendalinya emisi kendaraanbermotor dan membawa perbaikan terhadapkualitas udara terutama di kota-kota besaryang padat pendudukya. Sampai dengansaat ini ketersediaan bahan bakar bebastimbal telah ada untuk daerah Jabodetabek,Bali, Batam dan Cirebon. Kemudian disusuluntuk membebaskan timbal di pantura dankota-kota besar di Jawa kurun 2004 - 2005.Sedangkan di kota-kota besar di Indonesiamenurut Pertamina Bensin bebas timbaltersedia untuk Pertamax dan Pertamaxplus pada tahun 2005.

Page 25: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

18Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Table 3. Sulfur Level in Diesel Fuel in Several Countries

Page 26: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

19Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

1.4 Bensin Tanpa Timbel dan SolarBerkadar Belerang Rendah

Di Indonesia pengolahan minyak mentahsampai menjadi BBM ada di bawah kendalidan pengawasan Departemen ESDM melaluiDirektorat Jendral Minyak dan Gas Bumi.Departemen ESDM telah mengeluarkanspesifikasi BBM sekali pun belummemenuhi standar internasional.Spesifikasi tersebut ditetapkan agar BBMyang diproduksi memiliki kualitas yangsesuai dengan standar. Kualitas BBMsangat berpengaruh terhadap emisi yangdihasilkan, semakin baik kualitas BBMtersebut maka semakin sedikit pula emisiberbahaya yang dikeluarkan dari prosespembakarannya. Jadi pemantauan kualitasBBM merupakan salah satu upaya untukmenurunkan pencemaran udara diIndonesia.

Upaya negara untuk memperoleh devisatelah mendorong Pertamina menjual crudeoil berkualitas bagus dan menukarnyadengan crude oil dari Timur Tengah yangmurah tetapi memiliki kadar sulfur tinggi .Padahal salah satu komponen penting untukpengendalian pencemaran udara darikendaraan bermotor adalah kualitas bahanbakar. Untuk Bensin, beberapa komponenbahan bakar yang penting untuk diperhatikanadalah kadar timbel (Pb), aromatik,benzene, RPV, olefin dan kadar belerang.

1.4 Unleaded Gasoline and Low SulfurDiesel Fuel

In Indonesia, the processing of crude oil tofinal product is under the Department ofEnergy and Mineral Resources throughDirectorate of Oil and Gas. The Ministry ofEnergy and Mineral Resources issues thefuel specification, although, it has notcomplied the appropriate internationalstandard. Fuel quality affects emission; thebetter the quality, the less amount ofemission is produced. Thus, monitoring offuel quality is one of the efforts to reduce airpollution in Indonesia.

In order to gain profit, the country has pushedPertamina to sell high quality crude oil andreplace it with low price crude oil from MiddleEast that has high sulfur level. Actually oneof the the important components forcontrolling air pollution from motor vehicleis the fuel quality. For gasoline severalimportant components that need to benotified are lead (Pb), aromatic, benzene,RPV, olefin and sulfur.

Lead content in the fuel is the trigger pointfor the success of air pollution from mobilesource control. Once the fuel has beenunleaded, then the motor vehicle is ready tobe attached with catalytic converter (a devicethat can act as catalyst converter and willreduce CO, HC, and NOx emission between70-90%). For diesel fuel, several fuel

Page 27: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

20Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Kandungan timbel yang ada dalam bahanbakar merupakan trigger point untukkeberhasilan program pengendalianpencemaran udara yang berasal dari sumberbergerak (kendaraan bermotor). Ketikabahan bakar sudah bebas timbel (UnleadedGasoline) maka kendaraan bermotor dapatdipasang catalytic converter (suatu peralatanyang berfungsi sebagai peubah katalissehingga dapat menurunkan parameteremisi CO, HC dan NOx antara 70 – 90%).Untuk Solar, komponen bahan bakar yangperlu diperhatikan adalah angka setana,destilasi, kadar belerang dan lain-lainsehingga kinerja mesin diesel dapat dicapaiseoptimal mungkin.

components that need to be notified arecetane number, distillation, sulfur and othersso the diesel engine performance can beoptimized.

Page 28: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

21Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Table 4. Gasoline Quality in Several Asian Countries

Page 29: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

22Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Beberapa isu yang memiliki keterkaitandengan bahan bakar dan kendaraanbermotor antara lain:

• Tingkat emisi timbel bergantungkepada komposisi bahan bakar,dimana timbel merupakan racunpenyerang syaraf. Penghapusantimbel dalam bahan bakar secarateknis dapat dilakukan dan jugamerupakan upaya yang efektifdalam mengurangi pencemaranudara dan dampaknya terhadapkesehatan manusia. Oleh karenaitu secara bertahap negara-negaradi dunia mulai mengurangi ataumelarang penggunaan timbel padabensin.

• Di banyak negara berkembang,mayoritas kendaraan bermotortidak dirawat secara baik terutamakendaraan bermotor yang telahberusia tua. Selama kendaraanyang tidak mendapatkanperawatan memadai diper-bolehkan beroperasi di jalan raya,maka peningkatan kualitas bahanbakar yang ditandai denganperbaikan spesifikasi bahan bakarsesuai dengan standarinternasional menjadi tidak efektif.

• Di negara-negara di manaparameter pencemaran udara

Several issues that related to fuel andvehicle are:

• The lead emission level depends onfuel composition, where leadsubstance has become a trigger toattack the nerve system. The leadphase-out technically can be doneand also as an effective effort toreduce the air pollution and itsnegative impacts for human life.

• Generally, in most developingcountries, the old-age vehicles havebeen badly maintained. As long asit is allowed to be ruined out, theeffort to optimize fuel qualitythrough the fuel re-specificationstandard seem to be lesseffective.

• Indonesia, as many other high-polluted countries with highparticulate matter, relatively difficult(which can not be consideredthrough certain business point ofview) to implement the policy ofsulfur substance reducing in dieselfuel, which is based on internationalstandard although it is achieved tomitigate the particulate emissionfrom diesel engine.

• In fact, the existence of fuel qualityregulation is not just enough; indeedthe use of fuel in several countries

Page 30: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

23Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

berupa karbon dan partikulatmatter masih tinggi contohnyaIndonesia, kebijakan penurunankandungan belerang di dalam solarsesuai dengan standarinternasional dengan rujuanmenurunkan emisi partikulat darimesin diesel relatif sulit (tidakdapat diterima dari sudut pandangbisnis sesaat) untuk diterapkan.

• Peraturan mengenai kualitasbahan bakar saja tidak cukup,tetapi harus diikuti dengan upayapenegakan hukum sehinggapenyalhgunaan bahan bakar dapatdihindari. Pengalaman membuk-tikan penggunaan bahan bakaruntuk sektor transportasi seringkali dicampur dengan minyaktanah atau timbel pada unitpengolahan hilir seperti kilangminyak, terminal atau SPBU.Pemantauan kualitas bahan bakarsecara periodik, bersamaandengan penerapan sanksi kerasdan tegas kepada pihak yangmelanggar peraturan tersebutdapat membantu keefektifanpenerapan standar bahan bakar.

• Pengenalan teknologi kendaraanyang moderen harus diselaraskandengan bahan bakar. Mesinmoderen sering kali memerlukan

for transportation sector is oftenmixed by soil fuel or lead substanceat downstream unit such as refineryor terminal. The periodic control offuel quality together with theimplementation of strict and hardsanction for certain party thatintentionally against this regulationcan help to optimize theeffectiveness of fuel standardimplementation.

• Introduction of modern vehicletechnology need to be harmonizedwith the fuel. The modern enginesystem often needs certain fuelquality, which is not alwaysavailable in most of developingcountries.

• Certain condition needs to berequired to operate the catalyticconverter effectively, including theavailability for unleaded gasoline,low-sulfur diesel fuel, and testingsystem also vehicle maintenanceaccording to its properstandardization. The introduction ofcatalytic converter has showed asignificant progress ofinterdependency throughtransportation policy, energy, andenvironment.

Page 31: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

24Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

1.5 Justification for Fuel QualityMonitoring

The authority for conducting fuel qualitymonitoring actually lies on the Departmentof Mining and Energy through MigasDirectorate General. The mandate is locatedin the Decree of Migas Directorate GeneralNo: 12 K /43/DDJM/1991 regarding to theStandard Operation Procedure for FuelQuality Monitoring in the Indonesian Region.According to the Decree, the type of fuelsthat tested and the locations are:

• AVGAS and AVTUR in DPPU(Aircraft Fuel Depot).

• Regular Gasoline and AutomotiveDiesel Fuel in SPBU (Public GasStation).

• Diesel Oil and Kerosene fortransportation in Bunker Pit.

• Diesel Oil and Kerosene for industryin Installation/Depot.

• Kerosene for public use in Depot.

Beside the public has not been able to gainadvantage from the results of the authoritiesmentioned above, the fuel quality monitoringis also mandated in the Minister ofEnvironment RI Regulation No. 1 Year 2005regarding Organizational and WorkingProcedure of The Ministry of Environment.The Ministry of Environment in cooperationwith Joint Committee for Leaded Gasoline

bahan bakar dengan kualitastertentu yang tidak selalu tersediadi negara- negara yang masihberkembang.

• Beberapa kondisi perlu dipenuhiagar catalytic converter dapatberfungsi secara efektif, termasukketersediaan bensin tanpa timbel,solar yang rendah belerang, dansistem pengujian dan perawatankendaraan yang memadaitermasuk adanya standar yangsesuai. Penggunaan catalyticconverter menggambarkan adanyasaling ketergantungan(interdependency) antara kebijakanmengenai transportasi, energi danlingkungan hidup

1.5 Justifikasi Pemantauan KualitasBahan Bakar

Kewenangan untuk melakukan pemantauankualitas bahan bakar di Indonesia terletakpada Departemen Energi dan Sumber DayaMineral melalui Direktorat Jenderal Minyakdan Gas Bumi yang tertuang pada SuratKeputusan Dirjen Migas No: 12 K /43/DDJM/1991 tentang Tatacara Pengawasan MutuBahan Bakar Minyak di Dalam Negeri.Disebutkan dalam surat keputusan tersebutbahwa jenis-jenis bahan bakar dan tempatpengawasannya adalah sebagai berikut:

Page 32: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

25Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

• AVGAS (Aviation Gasoline) danAVTUR (Aviation Turbin Fuel) diDPPU (Depot Pengisian PesawatUdara).

• Bensin Premium dan Minyak Solardi SPBU.

• Minyak Solar, Minyak Diesel danMinyak Bakar untuk transportasi diBunker Pit.

• Minyak Solar, Minyak Diesel danMinyak Bakar untuk industri diInstalasi/Depot.

• Minyak Tanah di Depot.

Selain kewenangan di atas yang hasilnyabelum dapat diakses oleh masyarakat luas,untuk melakukan pemantauan kualitasbahan bakar di Indonesia juga dimandatkandi dalam Peraturan Menteri NegaraLingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2005tentang Organisasi dan Tata KerjaKementerian Negara Lingkungan HidupRepublik Indonesia.

Dengan tujuan memberikan informasikepada masyarakat luas KementerianNegara Lingkungan Hidup RI dan KomitePenghapusan Bensin Bertimbel (KPBB)melaksanakan kegiatan pemantuan kualitasbahan bakar di Indonesia. Sementarasampai tahun 2006 ini yang menjadi obyekpemantauan adalah Bensin Premium danMinyak Solar di SPBU, yang akan

Phase-Out (KPBB) was conducting the fuelquality monitoring in Indonesia with objectiveto give information to the public. Up to 2006,the objects for the monitoring are regulargasoline and diesel fuel from public gasstation. In the coming years we hope we canenhance the objects of the fuel qualitymonitoring.

One of the efforts to reduce air pollutionproblems is by conducting fuel qualitymonitoring. With the monitoring we can givecontrol steps and improvement on fuelquality in Indonesia and also controlling airpollution directly from its sources. As anillustration, gasoline with proper octanenumber will combust efficiently so theHydrocarbons emission will decrease.Meanwhile diesel fuel with low sulfur willreduce PM

10 emission.

The result from the monitoring is expectedto be used by automotive industries inrelation with their production activity inIndonesia. With the availability of fuel qualityinformation in Indonesia, the public cannotice the fuel quality in their region and theyare also expected to give contribution on theeffort of controlling air pollution.

The other target from the Fuel QualityMonitoring activity is to get the data aboutexact situation in controlling the air pollutionfrom mobile source. It is important toevaluate the vehicle fuel quality continuously;

Page 33: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

26Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

dikembangkan di tahun-tahun mendatangkami dapat memperluas obyek pemantuanbahan bakar tersebut.

Salah satu upaya untuk menanggulangipermasalahan pencemaran udara adalahdengan melakukan pemantauan kualitasbahan bakar. Dengan kegiatan pemantauankualitas bahan bakar ini dapat dilakukankontrol serta perbaikan terhadap bahan bakaryang ada di Indonesia dan mengendalikanpencemaran udara langsung darisumbernya. Sebagai ilustrasi bensin denganangka oktan yang memadai akan terbakarlebih sempurna sehingga emisi Hidrokarbonnya pun akan berkurang sementara minyaksolar dengan kadar Sulfur rendah akanberpengaruh terhadap penurunan emisiPM

10.

Hasil dari kegiatan pemantauan kualitasbahan bakar ini diharapkan dapatdimanfaatkan oleh kalangan otomotif terkaitdengan kegiatan produksi mereka diIndonesia. Dengan tersedianya gambaranmengenai kualitas bahan bakar yang ada diIndonesia masyarakat Indonesia juga dapatmengetahui kondisi kualitas bahan bakar didaerahnya masing-masing dan diharapkanmereka dapat turut berperan serta dalamupaya pengendalian pencemaran udara.

Pemantuan kualitas bahan bakar ini jugabertujuan untuk memperoleh data mengenaikepastian dalam pengendalian sumber

thus, we can get some good advice as aneffort to settle the fuel availability thatrequires to show the achievement andpressing-down effort of vehicle emission.Furthermore, it is considerably needed totake some step to control the fuel qualityperiodically, which involves all relatedstakeholders including the state andregional government, automotiveassociations, universities and non-governmental organization, like thosecarried out by The Ministry of Environmenttogether with KPBB.

1.6 Fuel Producer in Indonesia

Nowadays there are several fuel productsthat sold in Indonesia by Private Corporation.Before that, the distribution of fuel inIndonesia was monopolized by Pertaminaas the State Owned Oil Company. TheGovernment of Indonesia was handed overthe distribution of fuel to Pertamina. At thispresent time Pertamina has changed itsstatus from State Owned Oil Company intoPrivate Corporation with the name PTPertamina (Limited). This condition hasforced Pertamina to compete with other OilCompanies in Indonesia such as Shell andPetronas. Although the fuel market inIndonesia is not being monopolizedanymore by Pertamina, the former statecompany is still being the market leader for

Page 34: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

27Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

pencemaran dari kendaraan bermotor adalahpenting untuk senantiasa memantau kualitasatau mutu bahan bakar sehingga dengandemikian diperoleh bahan untuk memberikanmasukan mengenai upaya tersedianyabahan bakar yang memenuhi syarat bagiunjuk kinerja dan upaya menekan emisikendaraan bermotor. Untuk itu, perludilakukan pengawasan terhadap kualitasbahan bakar secara berkala oleh seluruhstakeholder terkait baik pemerintah pusatdan daerah, kalangan asosiasi otomotif,universitas dan LSM, seperti yang telahdilakukan oleh Kementerian NegaraLingkungan Hidup bekerja sama denganKPBB.

1.6 Produsen Bahan Bakar di Indonesia

Saat ini telah ada beberapa produk BBMyang dijual dan dipasarkan oleh perusahaanswasta nasional. Namun sebelum itupemasaran BBM yang ada di Indonesiasempat di monopoli oleh Pertamina sebagaiBUMN yang ditunjuk pemerintah untukmengelola kegiatan pemasaran dandistribusi BBM di Indonesia. Saat iniPertamina telah berubah statusnya dariperusahaan negara menjadi perusahaanswasta nasional dengan nama PT.Pertamina (Persero). Kondisi tersebutmembuat Pertamina harus dapat bersaingdengan perusahaan minyak swasta lain

oil fuel producer in Indonesia becausePertamina has the widest distributionnetwork in Indonesia.

PT. Pertamina (Limited)

In the year 1960 the Parliament of Indonesiaissued a policy about oil and gas mining thatcan only be conducted by the state throughthe state owned company. After theregulation, foreign oil companies had agreedto sell their mining site and other assets tothe Indonesian government stepwise in 15years of time span.

Until the year of 1968, in order to consolidatethe oil and gas industries, management,exploration, marketing and distribution,PERMINA and PERTAMIN were merged intoPN PERTAMINA. Since September 17, 2003Pertamina has changed its status into PT.PERTAMINA (limited) based on GovernmentRegulation No.31/2003. At this moment,Pertamina is under the coordination of TheMinister of State Owned Company (BUMN).Like other contractors, Pertamina as one ofthe oil company also making KKS with BPMigas. With the changing of Pertamina’sstatus into PT PERTAMINA (limited), thenPertamina must become one of the purebusiness entities that have profit orientation3.

3 Pertamina’s Websitewww.pertamina.com pertamina.php?irwcontents=webpage&menu=106&page_id=36&menu=106&page_id=36

Page 35: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

28Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

yang ada di Indonesia seperti Shell danPertronas. Sekalipun saat ini pasar BBM diIndonesia tidak lagi dimonopoli olehPertamina, namun Pertamina masihmendapat predikat sebagai market leaderdi Indonesia karena Pertamina memilikijaringan distribusi penjualan BBM terbesardi Indonesia.

PT Pertamina (Persero)

Tahun 1960, Dewan Perwakilan Rakyatmengeluarkan kebijaksanaan yangmenyatakan bahwa penambangan minyakdan gas bumi hanya boleh dilaksanakanoleh negara melalui perusaahaan negara.Sehingga pihak asing yang terlibatdidalamnya melakukan kegiatanberdasarkan kepada kontrak saja.

Tahun 1968, untuk mengkonsolidasi industriperminyakan dan gas, manajemen,eksplorasi pemasaran dan distribusi makaPERMINA dan PERTAMIN merger menjadiPN PERTAMINA. Sejak 17 September 2003Pertamina telah berubah status menjadi PTPERTAMINA (PERSERO) berdasarkanPeraturan Pemerintah No.31 Tahun 2003.Saat ini Pertamina berada di bawahkoordinator Menteri Negara BUMN. Sepertikontraktor lainnya, sebagai pemain bisnisPertamina juga melakukan Kontrak KerjaSama dengan BP Migas. Denganberubahnya status Pertamina menjadi PT

Types of fuel that produced by Pertaminafor transportation sectors:

• Regular Gasoline, is the main fuelfor motor vehicle, especially use byindustrial sector, transportationsector, and also household sector.Type of fuel that being consumedfor transportation sector is gasolinewith octane number 88.

• Pertamax, this type of fuel isunleaded gasoline with octanenumber 92, pertamax was firstintroduced on December, 10, 2002.

• Pertamax Plus, this type of fuel isunleaded gasoline with octanenumber 95, pertamax plus was firstintroduced on December, 10, 2002

• Automotive Diesel Oil, is the typeof fuel that consumed by motorvehicle with diesel engine.

• Compressed Natural Gas, wasintroduced to the market since 1987in several region which coversJakarta, Bandung, Medan,Palembang and Cirebon.

• Liquefied Petroleum Gas, was firstintroduced to public on 1996especially in the region thatimpossible to build gas station.

• Avgas (Aviation Gasoline) is the fuelfor air transportation. Avgas is used

Page 36: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

29Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

PERTAMINA (PERSERO) maka Pertaminamenjadi entitas bisnis murni yang lebihberorientasi laba3.

Jenis-jenis BBM produksi Pertamina yangdigunakan pada sektor transportasi saat iniadalah:

• Premium, merupakan bahan bakarutama kendaraan bermotorterutama digunakan oleh sektorindustri, transportasi, dan jugarumah tangga. Adapun jenis bensinyang digunakan untuk sektortransportasi adalah bensin denganbilangan oktan 88.

• Pertamax, bahan bakar tanpatimbel dengan bilangan oktan 92,jenis bahan bakar ini diperkenalkansejak 10 Desember 2002

• Pertamax Plus, bahan bakar tanpatimbel dengan bilangan oktan 95.jenis bahan bakar ini mulaidiperkenalkan sejak 10 Desember2002.

• Minyak Solar (Automotive DieselOil), merupakan bahan bakarkendaraan bermotor bermesindiesel seperti bis dan truk.

3 Website Pertaminawww.pertamina.com pertamina.php?irwcontents=webpage&menu=106&page_id=36&menu=106&page_id=36

for airplanes with internalcombustion engine.

• Pertamina Dex, is the automotivediesel fuel that comply with thestandard of EURO II emission.Pertamina Dex has cetane number> 53 and sulfur content maximum300 ppm.

• Avtur (Aviation Turbine Fuel) is thetype of fuel that used by airplaneswith turbine engine or externalcombustion engine such as jetengine.

• Bio-solar is the newest product fromPertamina that was launched on 20May 2006 with composition 5% bio-diesel is blended on ADO.

• Bio-premium, is the newest productfrom Pertamina that was launchedin August, 2006 in Surabaya withcomposition 5% of bioethanol.

Shell Companies in Indonesia (SCI)

Shell is one of the biggest oil company inthe world has started its activities inIndonesia since the late 19 centuries. Rightnow, Shell Indonesia operating in downstream oil products and under the name ofPT Kridapetra Graha (KPG). Recently Shellhas opened its public gas station, but limitedonly in greater Jakarta.

Page 37: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

30Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

• CNG (Compressed Natural Gas)mulai dipasarkan sejak tahun 1987di wilayah Jakarta, Bandung,Surabaya, Medan, Palembang danCirebon.

• LPG (Liquefied Petroleum Gas)dipasarkan sejak tahun 1996terutama diwilayah yang tidakmemungkinkan dibangun StasiunPengisian Bahan Bakar Gas(SPBG).

• Avgas (Aviation Gasoline)merupakan bahan bakar yangdiperuntukan bagi transportasiudara seperti pesawat terbang yangmenggunakan mesin pembakaraninternal dengan spark ingnition.

• Avtur (Aviation Turbin Fuel)merupakan bahan bakar yangdiperuntukan bagi transportasiudara seperti pesawat terbang yangmenggunakan mesin turbin ataupembakaran external seperti mesinjet.

• Pertamina Dex, merupakan bahanbakar mesin diesel yang telahmemenuhi standar emisi EURO IIyang memiliki bilangan setanan >53 dan kandungan sulfur maksimum300 ppm.

Types of fuel that produced and distributedby Shell Indonesia:

• Shell Super Extra, gasoline withRON 95

• Shell Super, Gasoline with RON 92

• Shell Diesel

1.7 Fuel and Internal Combustion Engine

Regular gasoline is a yellow-bright fuel. Thecolor yellow comes from additional coloringsubstance (dye). Regular gasoline usuallyconsumed by motor vehicle especially fortransportation, industries, and household.The history of gasoline started from the early20th centuries, at that moment some oilcompanies were producing gasoline as thesimple distillation of petroleum. Theautomotive technologies also advancing inthe same era. In 1911, General Motors, oneof the automobile producers in the UnitedStates of America was inventing the firstautomatic starter for automobile.Nevertheless, after it was producedmassively, the consumers were complainingabout the knocking sound from the cars withautomatic starter. Later on, CharlesKettering, the inventor of automatic starterwas trying to find the solution for eliminatingthe knocking sound.

In the year 1916, Charles Ketteringassistant, Thomas Midgley Jr was

Page 38: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

31Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

• Bio-solar merupakan produk terbaruyang diluncurkan pada tanggal 20Mei 2006 dengan komposisibiodiesel 5%

• Bio-premium merupakan produkterbaru yang diluncurkan Agustus2006 di Surabaya dengan komposisibioetanol 5%

Shell Company di Indonesia

Shell sebagai salah satu perusahaan minyakterbesar di dunia telah memulai aktivitasnyadi bumi Indonesia semenjak tahun 1800-anakhir. Saat ini Shell Indonesia beroperasi disector hilir minyak dan gas dan bernama PTKridapetra Graha (KPG). Baru-baru ini Shelltelah membuka SPBU namun masih terbatasdi wilayah Jabodetabek.

Beberapa jenis bahan bakar yang diproduksidan didistribusikan oleh Shell Indonesia:

• Shell Super Extra, bahan bakarjenis bensin dengan RON 95

• Shell Super, bahan bakar jenisbensin dengan RON 92

• Shell Diesel

1.7 Bahan Bakar Minyak dan MotorBakar

Bensin premium adalah bahan bakar minyakberwarna kekuningan yang jernih. Warna

discovered the source of the knockingsound. Based on his study, he assumed thatthe knocking problem comes fromincomplete combustion of gasoline andoxygen mixing and related with the quality ofcombustion produced by gasoline. Later onthis problem is called with the term“Octane”. Thomas Midgley Jr then trying tofind the solution for enhancing the gasolineoctane number.

In December 1921 he finally found that leadcan perform as an octane booster forgasoline and became the solution for theknocking problem. Lead is added intogasoline in form of Tetraethyl Lead (TEL).

The revolution of motor vehicle technologyin the world now is pointed on the safety andenvironment advantage. Several countriesthat being major producer of motor vehiclein the world such as Japan, United States,and European Union have been producedfour wheel motor vehicle starts from LEV(Low Emission Vehicle), ULEV (Ultra LowEmission Vehicle) and finally ZEF (ZeroEmission Vehicle). Countries that producingmotor vehicle already have their own testingmethod such as JIS with test mode 11 and12 (in Japan), US Federal Standard Test (inUSA), and Euro (in European Union). At thistime, Euro standard is the one that beingadopted by most countries in the world,among other standards. Right now the Euro

Page 39: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

32Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

kuning tersebut akibat adanya zat pewarnatambahan (dye). Penggunaan premium padaumumnya adalah untuk bahan bakarkendaraan bermotor terutama digunakanoleh sektor industri, transportasi, dan jugarumah tangga. Pada tahun 1911, GeneralMotors yang merupakan salah satu industrimobil di Amerika Serikat berhasilmenemukan starter otomatis.

Namun setelah diproduksi secara masalbanyak konsumen yang mengeluhkantentang bunyi ketukan (knocking) ataudetonasi dari mobil dengan starter otomatistersebut. Kemudian Charles Kettering, sangpenemu sistem starter otomatis tersebutmencari solusi untuk menghilangkan bunyiketukan tersebut.

Di tahun 1916, asisten Charles Ketteringyang bernama Thomas Midgley Jrmenemukan penyebab dari bunyi ketukantersebut. Dari hasil penelitiannya iamenyimpulkan bahwa ketukan tersebut disebabkan oleh pembakaran yang tidaksempurna dari pencampuran bensin denganudara berhubungan dengan kualitaspembakaran yang dihasilkan oleh bensin, halini kemudian dikenal dengan istilah oktan.Thomas Midgley Jr kemudian berusahamencari cara untuk meningkatkan angkaoktan bensin.

Kemudian pada bulan Desember 1921 iaakhirnya menemukan bahwa timbel dapat

Standard has been changed based ontechnology and improvement of fuel quality(environment friendly, lead phase-out andsulfur reduces).

In September 23, 2003 The Ministry ofEnvironment had issued The RegulationNo.141/2003 regarding to The Limitation ofAir Pollution from Motor Vehicle forparameters CO, HC, NOx and PM whichadopted from the Euro 2 Standard. The ideafor Euro 2 Standard has been started in 1998but the realization was finally come out 5years later, because the automotiveindustries were not ready at that time. Thestandard has been a tremendous leap onemission regulation, because it was requireda different vehicle technology from thecondition at that time. It is because there isno other regulation for 10 years since theMinisterial Decree No.35/1993 regardingMotor Vehicle Emission Regulation. Rightnow The Ministry of Environment is facingchallenges from automotive industries oninitiating the standard; several challengessuch as fuel quality, laboratory, and variousinternal problems of automotive industriesare the problem. However the Governmentespecially The Ministry of Environment andthe automotive industries have made a dealfor adopting the Euro 2 standard as a leapfor the automotive industries on reducing theair pollution from vehicle emission. From theair pollution control point of view, theoretically

Page 40: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

33Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

berfungsi sebagai penambah angka oktanpada bensin dan menjadi solusi bagipermasalahan knocking tersebut. Timbelditambahkan pada bensin dalam bentukTetraethyl Lead (TEL).

Revolusi Teknologi kendaraan bermotor didunia saat ini semakin mengarah padakeunggulan di bidang keselamatan (safety)dan kelestarian lingkungan hidup(environment). Beberapa negara besarprodusen kendaraan bermotor di duniaseperti Jepang, USA dan EU (EuropeanUnion) telah memproduksi kendaraan 4 darimulai LEV (Low Emission Vehicle) kemudianULEV (Ultra Low Emission Vehicle) sampaiakhirnya ZEV (Zero Emission Vehicle).Negara-negara produsen kendaraanbermotor telah memiliki prosedur pengujiansendiri seperti JIS dengan Mode Test 11 dan12 di Jepang, US Federal test standar untukUSA dan Euro untuk EU. Sampai dengansaat ini diantara 3 standar terbesar tersebutyaitu US Federal, JIS standar dan standarEuro, standar terakhir merupakan standaryang banyak diacu oleh sebagian besarnegara-negara di dunia. Sampai dengan saatini standar Euro merupakan standar emisiyang telah mengalami beberapa perubahanyang semakin ketat sesuai dengankemampuan teknologi dan kualitas bahanbakar yang semakin ramah lingkungandengan pengurangan kadar timbal dan sulfurdalam bahan bakar.

if the Euro 2 standard motor vehicle hasbeen implemented, the air pollution can bereduced up to 90%. As information the Euro2 standard will be effectively implementedas follow:

• For new type vehicle startingJanuary 1, 2005.

• For current production vehicle:

1. Category M, N, O and L(two stroke) startingJanuary 1, 2007.

2. Category L (four stroke)starting July 1, 2006.

1.8 Vehicle Technology Improvement

Euro 2 standard is the safety emissionstandard that implemented on motor vehiclein Europe. Right now the standard has beenadopted in almost 12 advanced countries inEurope and 12 candidate countries fromEastern Europe. In the Euro 2 standard thereare several conditions that must becomplied by new type vehicle, which beingmarketed in Europe.

Those conditions consist of 10 technicalstandards, 24 safety standards and 5environmental standards. The environmentalstandards are; exhaust emission, dieselsmoke, noise, fuel consumption and radiointerference. Right now from those 5environmental standards, exhaust emission

Page 41: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

34Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Pada tangal 23 September 2003Kementerian Negara Lingkungan Hidup telahmengeluarkan peraturan yang membatasipolusi udara dari kendaraan bermotor untukpencemar seperti CO, HC, NOx dan PMyang mengacu pada standar EURO II yangdituangkan dalam Keputusan MenteriNegara Lingkungan Hidup No. 141 Tahun2003. Pembicaraan standar Euro II ini telahdi mulai pada tahun 1998 akan tetapi barudapat terlaksana sekitar 5 tahun hal inidisebabkan diperlukan beberapa persiapandari segi perbaikan teknologi mesin olehindustri kendaraan bermotor. Standar inimerupakan suatu lompatan regulasi dibidangemisi yang secara tidak langsungmensyaratakan teknologi kendaraan yangberbeda dari kondisi kendaraan saat itu.Karena hampir selama 10 tahun sejak Kep.Men LH No. 35 tahun 1993 tidak ada regulasilain mengatur mengenai emisi gas buangkendaran bermotor. Pada saat KLHmenginisiasi standar ini ada sedikittantangan dari industri kendaraan bermotorkarena berbagai kendala yang ada pada saatitu seperti kualitas bahan bakar, laboratoriumpengujian dan variasi masalah internal dalamindustri otomotif di Indonesia. Akan tetapitelah menjadi kesepakatan antarapemerintah khususnya KLH dan Industriotomotif bahwa kita akan mengacu standarEuro 2 sebagai suatu lompatan industriotomotif untuk berperan dalam mengurangi

is the only one that has been conditionedfor new type vehicle in Indonesia.

In Europe, the Euro emission standard willenter Euro 5 standard by the end of 2008.The higher the Euro standard will make theemission standard become stricter. Now theEuro standard has been adopted by mostcountries in Asia, ASEAN and Japan. In thebeginning, Japan had their own standard(TRIAS) complete with its standard testingmethod. But now Japan has adopted theEuro standard because the country isexporting its motor vehicle to Europe andAsian countries that adopting the Eurostandard. Beside that, the Euro standardalso had a clear progress report andcontinuous development, so it makes theEuro standard adjustable with thedevelopment of technology and infrastructureof a country.

The steps of Euro standard for exhaustemission can be described as follow:

• ECE 15/07 or known as Euro 0,is the standard for vehicle thatconsume leaded gasoline andunleaded gasoline.

• Euro 1, is the higher standard withevaporation standard and extraurban cycle and PM (particulate)testing.

Page 42: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

35Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

beban pencemaran udara dari kendaraanbermotor.

Dari segi penurunan beban pencemaranudara, secara teoritis apabila diterapkandilapangan kendaraan bermotor Euro 2 dapatmengurangi beban pencemaran udarasekitar 90% dibandingkan dengankendaraan bermotor yang diproduksisebelum pemberlakukan standar Euro 2.Sebagai informasi standar Euro 2 akandiberlakukan secara effektif sebagai berikut:

• Untuk kendaraan bermotor tipe barumulai berlaku 1 Januari 2005

• Untuk kendaraan bermotor yangsedang diproduksi (current product):

1. Katagori M, N, O dan L (dualangkah) diberlakukan 1 Januari2007

2. Katagori L (empat langkah) 1Juli 2006

1.8 Perbaikan Standar KendaraanBermotor

Standar Euro 2 adalah standar safety(keselamatan) dan Emisi yang diterapkanpada kendaraan bermotor di Eropa. Saat inistandar tersebut telah diadopsi di hampir 12negara maju di Eropa dan akan bertambah12 negara baru dari Eropa timur. Dalamstandar Euro 2 tersebut termuat beberapa

• Euro 2, is a strict standard withcategory 2 fuel condition and CO,HC, NOx and PM

10 restriction.

Based on those consideration above and alsosome studies that have been conducted,since 2003 The Ministry of Environment hasbeen adopted the Euro 2 standard thatmanifested in the Ministerial Decree No. 141/2003 both for 4 wheel motor vehicle or moreand motorcycle.

Page 43: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

36Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

persyaratan yang harus dipenuhi olehkendaraan tipe baru yang akan dijual dipasareropa.

Beberapa persyaratan tersebut adalah 10standar teknis, persyaratan keselamatan 24standar dan persyaratan lingkungan 5standar.Lima standar lingkungan adalahemisi gas buang, asap kendaraan disel(diesel smoke), kebisingan, konsumsibahan bakar dan frekuensi radio (radiointerference). Saat ini dari 5 standar Euro dibidang lingkungan hanya emisi gas buangyang baru di persyaratkan untuk kendaraantipe baru di Indonesia.

Dalam perjalanannya di Eropa standar emisigas buang Euro tersebut telah memasukistandar Euro 5 pada akhir tahun 2008.Semakin tinggi angka dibelakang standarEuro maka emisi gas buang kendaraanbermotor yang dipersyaratkan akan semakinketat. Saat ini standar Euro telah diadopsidi hampir sebagaian besar negara di Asia,ASEAN dan bahkan Jepang. Pada awalnyaJepang memiliki standar sendiri TRIASdengan mode test standarnya. Akan tetapimengingat Jepang juga banyak mengeksporkendaraan ke Eropa dan negara-negara Asiayang telah mengadopsi standar Euro, makanegera ini juga telah mengadopsi standarEuro untuk konsumsi ekspornya. Di sampingitu juga standar Euro memiliki progress reportyang jelas dan terus berkembang, sehingga

Page 44: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

37Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

bisa disesuaikan dengan perkembanganteknologi dan infrastruktur suatu negara.

Adapun tahapan-tahapan standar Eurountuk emisi gas buang kendaraan dapatdijelaskan sebagai berikut:

• ECE 15/07 atau biasa disebut Euro0 adalah standar untuk kendaraanyang menggunakan leaded gasolinedan unleaded gasoline.

• Euro 1 adalah standar kendaraanyang lebih tinggi denganmenambahkan standar evaporasidan penambahan cycle pengujianextra urban cycle dan PM(partikulat).

• Euro 2 adalah standar yang lebihketat dengan persyaratan bahanbakar katagori 2 dan pengetatansemua parameter emisi CO, HC,NOx dan PM.

• Standar Euro yang semakin tinggilagi mensyaratkan penambahantest lain dan pengetatan emisi gasbuang CO, HC, NOx dan PM.

Berdasarkan beberapa pertimbangantersebut diatas dan beberapa kajian yangtelah dibuat maka KLH sejak tahun 2003telah mengadopsi standar Euro 2 dalambentuk Kep. Men LH. No. 141 Tahun 2003,baik untuk kendaraan roda 4 atau lebih dansepeda motor.

Page 45: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

38Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

BAB II

METODOLOGI

2.1 Spesifikasi dan Karakteristik BahanBakar di Indonesia

Seiring dengan perkembangan teknologi,spesifikasi bahan bakar di Indonesia jugaterus berkembang dari waktu ke waktu.Pada tahun 2006 ini Departemen Energi danSumber Daya Mineral melaui Dirjen Migasmengeluarkan Keputusan Direktur JenderalMinyak dan Gas Bumi No 3674 K/24/DJM/2006 mengenai standar dan mutu(spesifikasi) bahan bakar minyak jenisbensin yang di pasarkan di dalam negeri danNo 3675 K/24/DJM/2006 mengenai standardan mutu (spesifikasi) bahan bakar minyakjenis solar yang dipasarkan di dalam negeri.

Bahan bakar jenis bensin yang selama inimendominasi sektor transportasi diIndonesia adalah bensin premium RON 88,dengan pangsa penjualan pada tahun 2004sebesar 50 %. Oleh karena itu spesifikasibensin premium di Indonesia terusberkembang menuju peningkatan kualitasbensin terutama berkaitan dengan angkaoktan (RON) dan kandungan timbel sertakandungan olefin. Beberapa hal yangdipertimbangkan dalam setiap perubahanspesifikasi bensin antara lain:

- Perkembangan teknologi kendaraanbermotor.

- Perkembangan peraturan lingkungan.

CHAPTER II

METHODOLOGY

2.1 Specification and Characteristic ofFuel in Indonesia

Along with the development of newtechnologies, fuel specifications in Indonesiaalso keep advancing from time to time. In2006, the Ministry of Energy and MineralResources through Migas Directorate wasissuing a Decree letter No 3674 K/DJM/2006& 3675 K/DJM/2006 concerning fuelspecification and quality standard ofgasoline and diesel fuel that produced andsold in Indonesia.

Types of fuel that dominating thetransportation sector in Indonesia is regulargasoline with RON 88, with total marketshare 50% in 2004. Therefore regulargasoline specification in Indonesia keepsdeveloping into gasoline improvementespecially RON, lead content and olefin.Several things that need to be consideredin every gasoline specification changes are:

- The development of motor vehicletechnology

- The development of environmentalregulation

Page 46: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

39Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Table 5. Gasoline Specification

Limits Unleaded Leaded Testing Methods No Characteristic Units

Min. Max. Min. Max. ASTM Others 1 Octane Number - Research Octane Number - (RON) RON 88.0 - 88.0 - D 2699 -86 - Motor Octane Number - (MON) Reported Reported D 2700 -86 2 Oxidation Stability (induction periods) Minute 360 - 360 - D 525 -99 3 Sulfur Content % m/m - 0,05 1) - 0,05 1) D 2622 -98 4 Lead Content (Pb) g/l - 0.013 - 0.3 D 3237 -97 5 Distillation : 10% vol. vapor ?C - 74 - 74 50% vol. vapor ?C 88 125 88 125 90% vol. vapor ?C 180 180 Final Boiling Point ?C - 215 - 205 Residue % vol - 2.0 - 2.0 6 Oxygen Content % m/m - 2,7 2) - 2,7 2) D 4815 -94a 7 Washed Gum mg/100ml - 5 - 5 D 381 – 99 8 Steam Pressure kPa - 62 - 62 D 5191-99 or D 323 9 Specific Mass (at 15 ?C) kg/m3 715 780 715 780 D 4052-96 or D1298

10 Cooper Corrosion Merit Class 1 Class 1 D 130 - 94 11 Doctor Test Negative Negative IP 30 12 Sulfur Mercaptan % mass - 0.002 - 0.002 D 3227 13 Visual Appearance Clear and Bright Clear and Bright 14 Color Red Red 15 Coloring Content g/100 l 0.13 0.13 16 Odor Marketable Marketable

Sumber: Keputusan Direktur Minyak dan Gas Bumi No 3674 K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006

Catatan Umum:1. Aditif harus kompatibel dengan minyak mesin (tidak menambah kekotoran mesinlkerak) Aditif yang mengandung komponen pembentuk abu (ash forming) tidak diperbolehkan.2. Pemeliharaan secara baik untuk mengurangi kontaminasi (debu, air, bahan bakar lain, dll.)

Catatan Kaki:1 : Batasan 0.05% mlm setara dengan 500 ppm.2 : Apabila digunakan oksigenat, jenis ether lebih disukai. Penggunaan etanol diperbolehkan sampai dengan maksimum 10%

volum (sesuai ASTM Alkohol berkarbon lebih tinggi (C>2) dibatasi maksimal 0.1 % volum. Penggunaanmetanol tidak diperbolehkan.

Page 47: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

40Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

- Perkembangan spesifikasi bensininternasional.

- Perkembangan peningkatankemampuan teknis kilang minyakPertamina.

- Kondisi keuangan pemerintah(menyangkut harga dan subsidi BBM).

Dengan alasan pertimbangan-pertimbangantersebut di atas, kondisi riil perkembanganspesifikasi bensin di Indonesia tidak dapatsepenuhnya mengikuti spesifikasi bensininternasional. Hingga saat ini kualitasbensin di Indonesia masih dalam transisimenuju penghapusan bensin bertimbelsecara nasional. Sementara itu spesifikasibensin internasional tidak saja bensin tanpatimbel tapi sudah mengarah pada bensinyang direformulasi (reformulated gasoline).

Di Indonesia bahan bakar jenis solar(automotive diesel fuel) mempunyai porsisebesar 47.42% dari total konsumsi bahanbakar untuk sektor transportasi. Agakberbeda dengan jenis bensin yang memilikispesifikasi regular dan non regular, solaryang beredar di Indonesia selama ini hanyayang memiliki spesifikasi regular, sekalipunpada pertengahan tahun 2005 Pertaminasebagai pihak yang memonopoliperdagangan BBM di Indonesia telahmeluncurkan Pertamina Dex yaitu jenis solaryang memiliki spesifikasi non regular. Samaseperti jenis bensin, solar juga merupakan

- The development of Internationalgasoline specification

- The development of Pertamina’s refinerytechnical ability

- The condition of government’s finance(related with pricing and fuel subsidy)

With the consideration mentioned above, thereal condition of gasoline specificationdevelopment in Indonesia cannot entirelyfollow the international gasoline specification.At this time the gasoline quality in Indonesiais still in the transition phase to nationalleaded gasoline phase-out for meanwhile theinternational gasoline specification is notfocusing on unleaded gasoline, but it is alsofocusing on reformulated gasoline

In Indonesia, the automotive diesel fuelusage is 47.42% from the total fuelconsumption for transportation sector. It isless different from types of gasoline thathave the regular and non-regularspecification, diesel fuel that has alreadybeen distributed in Indonesia only have theregular specification, although in the middleof 2005, Pertamina, as a governmentcompany that monopoly the fuel trading inIndonesia, has launched its Pertamina Dex,type of diesel fuel with non-regularspecification. Similar with gasoline, dieselfuel is also processed from fossil fuel, butfuel diesel can only be operated in dieselengine. The diesel fuel characteristics are:

Page 48: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

41Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

hasil pengolahan dari minyak bumi, namunsolar hanya dapat digunakan pada jenismesin Diesel.

Karakteristik solar antara lain berwarna gelapdan berbau khas, tidak terlalu mudahmenguap dalam temperatur normal, titikbakar apabila disulut api pada suhu 40 –100 derajat Celcius. Sementara flash point(temperatur menyala dengan sendirinyatanpa ada pengaruh api) sekitar 3500 derajatCelcius. Apabila dibandingkan denganbensin, solar memiliki kandungan belerangyang lebih banyak.

Solar pada dasarnya merupakan campurandari hasil olahan minyak bumi yang disebutjuga middle distillates (memiliki berat jenislebih berat dari bensin namun lebih ringandari minyak pelumas), dan umumnya tidakmemiliki bahan additif tambahan. Mesindiesel mengeluarkan asap karenapembakaran yang tidak sempurna, asapputih disebabkan oleh butiran kecil bahanbakar yang tidak berhasil terbakar akibat darimesin yang mengalami kegagalanpematikan pada temperatur yang rendah.

Asap putih ini seharusnya hilang seiringdengan mesin yang mulai panas. Sementaraasap hitam bisa disebabkan oleh kegagalaninjektor, udara yang tidak cukup, dan mesinyang overloading atau over-feuling.Sementara asap yang berwarna abu - abukebiruan disebabkan oleh terbakarnya

dark color with distinct smell, not vaporizeeasily in a normal temperature, ignition pointtemperature around 40 – 100 Celsius. Whileflash point (temperature when it willautomatically turn on without any fire ignition)around 3500 Celsius. The fuel diesel has agreater sulfur level than gasoline.

Basically, diesel fuel is a mixed product fromfossil fuel, which is also named middledistillates (with heavier specific mass thangasoline, but lighter than lubricating oil),usually without any additive. The dieselengine emits smoke for its incompleteburning process. The white smoke iscaused by small fuel particle, which is notcompletely burned out as a result fromengine ignition failure at low temperature.

This white smoke should slowly vanish alongwith the engine that started to heat.Meanwhile the dark smoke can be causedby the failure of injector, not enough oxygenand overloading machine or over-fuelling. Thebluish grey smoke is caused by thelubricated oil, which is accidentally beingburned. This is an indication that the engineis not in a good condition, or need to berepaired.

Energy within diesel fuel usually measuredusing British Thermal Unit (BTU) per gallon.BTU content from diesel fuel per unit (gallonor Liter) is approximately 130.000 BTU/gallon, higher than BTU in gasoline.

Page 49: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

42Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

pelumas dan merupakan indikasi bahwamesin dalam keadaan yang tidak baik sertamemerlukan perawatan.

Energi yang terkandung dalam solarumumnya diukur dengan menggunakanBritish Thermal Unit (BTU) per gallonnya.Kandungan BTU dari solar per unit (gallonatau liter) adalah sekitar 130.000 BTU/gallon, lebih tinggi dari BTU yang terkandungpada bensin.

Page 50: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

43Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Table 6. Diesel Fuel Specification in Indonesia

Sumber: Keputusan Direktur Minyak dan Gas Bumi No 3675 K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006

*) Khusus untuk Minyak Solar yang mengandung Bio Diesel, jenis dan spesifikasi Bio Dieselnya mengacu ketetapanPemerintah

Catatan Umum:1. Aditif harus kompatibel dengan minyak mesin (tidak menambah kekotoran mesin/kerak)

Aditif yang mengandung komponen pembentuk abu (ash forming) tidak diperbolehkan2. Pemeliharaan secara baik untuk mengurangi kontaminasi (debu,air,bahan bakar lain, dll)3. Pelabelan pad pompa harus memadai dan terdefinisi.

Catatan Kaki:1 : Batasan 0.35% m/m setara dengan 3500 ppm

Limits Testing methods No Characteristic Units Min. Max. ASTM Others 1 Cetane Numbers - Cetane Numbers or - 48 - D 613 - 95 - Cetane Index - 45 - D 4737- 96a

2 Specific Mass (at 15 ?C) kg/m3 815 870 D 1298 or D 4052-96 3 Viscosity (at 40 ?C) mm2/s 2.0 5.0 D 445 - 97 4 Sulfur Content % m/m - 0,35 1) D 2622 - 98 5 Distillation : D 86 - 99a T 95 ?C - 370

6 Flash Point ?C 60 - D 93 - 99c 7 Pouring Point ?C - 18 D 97 8 Carbon Residue % m/m - 0.1 D 4530-93 9 Water Content mg/kg - 500 D 1744 - 92 10 Biological growth *) - Not Exist 11 FAME Content *) % v/v - 10 12 Methanol and Ethanol Content *) % v/v Not Detected D 4815 13 Cooper Corrosion merit - Class 1 D 130 - 94 14 Ash Content % m/m - 0.01 D 482 - 95 15 Sediment Content % m/m - 0.01 D 473 16 Strong Acid Number mg KOH/g - 0 D 664 17 Total Acid Number mg KOH/g - 0.6 D 664 18 Particulate mg/l - - D 2276 - 99 19 Visual Appearance - Clear and Bright 20 Color No. ASTM 3.0 D 1500

Page 51: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

44Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

2.2 Parameter dan MetodologiPengujian

Terkait dengan tujuan dari pemantauankualitas bahan bakar ini maka ditentukanbeberapa parameter kritis yang berpengaruhsecara signifikan terhadap pengendalianpencemaran udara. Sementara itumetodologi yang digunakan pada pengujiankualitas bahan bakar ini mengacu padastandar ASTM (American Society TestingMaterial).

Parameter pengujian untuk jenis bensinpremium adalah sebagai berikut:

1. Angka Oktana Angka oktana adalahukuran dari bahan bakar terhadapketahanan detonasi atau knockingterhadap mesin dengan sistempenyalaan bunga api. Knocking dapatmenyebabkan menurunnya tenagamesin dan kerusakan pada mesin.Kecenderungan knocking sejalandengan meningkatnya perbandingankompresi mesin (engine compressionratio). Meningkatnya perbandingankompresi dari 7,5 menjadi 9 akanmeningkatkan ORI (OctaneRequirement Increment) sebesar 10.Bilangan oktana diukur dengan riset(research) dan test motor oktana. Hasildari test di tunjukkan dengan RON(Research Octane Number) atau MON(Motor Octane Number) dari bahanbakar.

2.2 Observation Parameter and Method

Related with the objective of Fuel QualityMonitoring, several critical parameters havebeen decided. Those parameters havesignificant effects on the efforts ofcontrolling air pollution. Meanwhile themethodologies that we used were referringto ASTM (American Society TestingMaterial) Standard.

Observation Parameters for RegularGasoline are:

1. Octane Number. Octane number is themeasurement of fuel toward detonationresistance or knocking on engine withspark ignition. Knocking can causedecreasing engine power and enginemalfunction. Knocking trend isconcurrent with the increasing of enginecompression ratio. The increasingcompression ration from 7.5 into 9 willincrease ORI (Octane RequirementIncrement) for 10 units. Octane numberis measured with research and testingof octane motor. The results from thetesting are marked with RON (ResearchOctane Number) or MON (Motor OctaneNumber) of fuel. Both cover thecomparison of anti knock performancefrom the mix of 2 types of standard fuelwhich is: Iso Octane (Octane rating inamount of 100) and n-heptane (Octanerating in amount of 0).

Page 52: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

45Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Kedua test meliputi perbandingan antiknock performance dari campuran 2bahan bakar standar yaitu: Iso Oktana(Oktana Rating sebesar 100) dan n-heptana (oktana rating sebesar 0).

2. Timbel (Pb). Timbel atau Tetra-ethylLead (TEL) meruapakan persenyawaandengan rumus kimia (C

2H

5)

4 Pb. Zat ini

biasanya digunakan sebagai bahan aditifpada bensin sebagai octane boosteratau peninggi angka oktan. Penggunaantimbel pada bahan bakar dapat menekanpenggunaan aromat dan juga dari segiharga yang lebih rendah di bandingadditif jenis lain. Namun penggunaantimbel pada bahan bakar dapatmenimbulkan dampak negatif terhadaplingkungan hidup dan kesehatanmanusia. Pencemaran timbel di udaraambient akan berpengaruh secarasignifikan terhadap kadar timbel dalamdarah manusia terutama anak-anak.Dimana kadar timbel dalam darah yangtinggi dapat membawa gangguankesehatan seperti penurunan IQ, autis,tekanan darah tinggi, dan kematian.

Parameter pengujian untuk jenis solarreguler adalah sebagai berikut:

1. Indeks setana. Angka setanaadalah pengukuran aktivitaskompresi dari pembakaran bahanbakar. Hal ini juga mempengaruhi

2. Lead (Pb). Lead or Tetra-ethyl Lead(TEL) is a compound with chemicalformula (C

2H

5)

4 Pb. The substance is

usually used as an additive for octanebooster. Beside that, the use of lead infuel also able to reduce aromate usage,as from financial perspective the use oflead also reduces production costcompared to other fuel additive.However, the use of lead on fuel canbring several negative impacts to theenvironment also to human health. Leadconcentration in ambient air is giving asignificant influence to blood lead level,especially children. High blood lead levelcan make several health problems suchas the decreasing of IQ points, autism,hypertension, and even death.

Observation Parameters for AutomotiveDiesel Fuel are:

1. Cetane Index. Cetane number is ameasurement of the compressionignition behavior of a fuel: itinfluences cold start ability, exhaustemission and combustion noise.Cetane index is the natural cetaneof the fuel which is calculatedbased on measured fuel properties.The cetane number is measured ona test engine and reflects the effectsof cetane improper additives.Increasing cetane number willdecrease engine crank time (the

Page 53: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

46Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

kemampuan mesin untuk dinyalakan pada keadaan dingin,emisi dan kebisingan mesin. Indekssetana adalah jumlah setana ”alami”yang terkandung dalam bahanbakar. Makin tinggi angka setana,makin tinggi unjuk kerja yangdiberikan oleh bahan bakar solar.Meningkatnya bilangan setanaakan menurunkan crank time(waktu sebelum mesin mencapaistarter off) pada suatu kecepatanmesin tertentu. ACEA EPEFEmengukur performa bahan bakardiesel pada mesin industri berat,hasilnya adalah pengurangansecara signifikan (s/d 40%) cranktime untuk setiap kenaikan bilangansetana dari 50–58. Bilangan setanajuga mempengaruhi emisikendaraan dan konsumsi bahanbakar. Setana pengaruh yangsignifikan terhadap NOx terutamapada beban rendah. Peningkatanbilangan setana juga akanmenurunkan emisi Hidrokarbon (HC)antara 30 – 40%.

2. Belerang. Belerang secara alamiterdapat dalam minyak mentah,apabila belerang tidak dihilangkanpada proses pengkilangan makabelerang akan mengkontaminasibahan bakar kendaraan. Belerang

time before the engine reachesstarter off) at a given engine speed.The ACEA EPEFE follow upprogram, which looked at theinfluence of diesel fuel quality onheavy duty diesel engine emissions,demonstrated a significant (up to40% reduction in crank time for anincrease in cetane number from 50to 58. Cetane is clearly shown tohave a significant effect on NOx,particularly at low loads. The cetaneincrease also demonstrated a 30 –40% reduction in HC emission.

2. Sulfur. Sulfur naturally occurs incrude oil. If the sulfur is not removedduring the refining process it willcontaminate vehicle fuel. Sulfur cangive significant effect on engine life.Sulfur also contributes significantlyto fine particulate matter (PM)emission. In the European auto oilprogram it was predicted that areduction from 500 ppm to 30 ppmwill result to PM emission reductionto 7%.

3. Distillation Characteristic. Thedistillation curve of diesel fuelindicates the amount of fuel whichwill boil off at given temperature. Thecurve can be divided into threeparts: The light end, which affectsthe startability, The region around

Page 54: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

47Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

dapat memberikan pengaruhsignifikan terhadap usia mesin.Pengaruh belerang dalam emisipartikulat adalah signifikan. Dalamprogram European Auto Oil ,diprediksi pengurangan kandunganbelerang dari 500 ppm menjadi 30ppm akan menurunkan emisi PMsampai dengan 7%.

3. Karakteristik Distilasi. Kurvadistilasi dari bahan bakar dieselmengindikasikan jumlah bahanbakar yang akan mendidih padatemperatur yang tertentu. Kurvatersebut dapat dibagi menjadi 3bagian yaitu: “light end” yangmempengaruhi kemampuan startkendaraan, daerah sekitar 50% titikpenguapan dan “heavy end”karakterisasi berdasarkan T90, T95dan titik didih akhir. Dalam studistudi modern, hanya pengaruh daritingkat didih atas yang diteliti karenakaitannya dengan emisi gas buang,sementara tingkat didih bawahmemiliki range yang beragam.Bagaimanapun, apabila terlalubanyak bahan bakar pada “heavyend” akan menyebabkan “choking”dan kenaikan emisi gas buang.Efek dari T95 pada emisi kendaraantelah dikaji oleh EPEFE, pengujiantersebut mengindikasikan bahwa

the 50% evaporated point, which islinked to other fuel parameter suchas viscosity and density, The heavyend, characterized by the T90, T95and final boiling point. In most newstudies only the influence of theupper boiling range has beeninvestigated with respect to exhaustgas emission, whereas the lowerboiling range varied widely. How everit is clear that too much fuel in theheavy end will result in coking andincreased tile pipe emission. Theeffect of T95 on vehicle emissionwas examined in the EuropeanEPEFE program. The testingindicated that exhaust gas emissionfrom heavy-duty diesel engine werenot significantly influenced by T95,however, a tendency for lower NOxand higher HC with lower T95 wasobserved.

The methodology in fuel quality monitoringrefers to standard ASTM (American SocietyTesting Material). Below are the methods thatused for the fuel quality monitoring:

• Lead. To test the lead substance(Pb) in fuel, we use the ASTMStandard Procedure No. D 3237.

• Octane Number. For octane numbertesting we use the ASTM StandardProcedure No. D 2699.

Page 55: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

48Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

emisi gas buang dari mesin dieselbeban berat tidak secara signifikandipengaruhi oleh T59, namunkecenderungan NOx yang lebihrendah serta HC yang lebih tinggisebagaimana telah dipelajari.

Metodologi pengujian parameter diatasmerujuk pada metode ASTM (AmericanSociety Testing Material) sebagai berikut:

• Timbel. Untuk melakukan pengujiankandungan timbel (Pb) didalambahan bakar maka merujuk padaASTM Standard Prosedur No: D3237.

• Bilangan Oktana. Untuk bilanganoktan kita merujuk pada ASTMStandard Procedure No: D 2699.

• Belerang. Untuk melakukanpengujian terhadap kandunganbelerang, maka merujuk padaASTM Standard Procedure No: D2622.

• Indeks Setana. Untuk melakukanpengujian pada indeks setana makamerujuk pada ASTM StandardProcedure No: D 4737.

• Karakteristik Distilasi. Untukmelakukan pengujian terhadapkarakteristik distilasi, maka merujukpada ASTM Standard Procedure No:D 86.

• Sulfur. ASTM Standard ProcedureNo. D 2622 is used to test the Sulfursubstance.

• Cetane Index. To test the cetaneindex we use the ASTM StandardProcedure No D.4737.

• Distillation Characteristic. To testthe characteristic of distillation, weuse the ASTM Standard ProcedureNo D.86.

2.3 Fuel Sampling Location

The regions that become locations for thesampling are Medan, Palembang, Padang,Pekan Baru, Batam, Jabodetabek,Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,Denpasar, Lombok, Kupang, Banjarmasin,Balikpapan, Makassar, Manado, Palu,Ambon, Sorong. Those regions are chosedbased upon population level and also vehiclepopulation. Those samples could representthe fuel quality (gasoline and diesel fuel)which being distributed in Sumatra, Java,Bali, Celebes, Mollucas, and Papua. Detailsfor the samples from each city are:

Page 56: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

49Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

2.3 Lokasi Pengambilan Contoh Uji

Daerah daerah yang menjadi lokasipengambilan contoh uji bahan bakar adalahMedan, Palembang, Padang, Pekan Baru,Batam, Jabodetabek, Bandung, Semarang,Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Lombok,Kupang, Banjarmasin, Balikpapan,Makassar, Manado, Palu, Ambon, danSorong. Pertimbangan yang digunakanterhadap penentuan lokasi pengambilancontoh uji adalah kota - kota yang memilikitingkat populasi penduduk yang tinggi jugatingkat populasi kendaraan yang besar.Contoh uji tersebut merupakan representasidari bahan bakar jenis premium dan solaryang beredar di Sumatera, Jawa, Bali, danSulawesi. Rincian dari jumlah contoh ujibahan bakar yang diambil dari setiap kotatersebut adalah sebagai berikut:

Page 57: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

50Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Table 7. Sampling Location and Quantity

City Gasoline

(Unit)

Diesel Fuel

(Unit)

Total

Jakarta 5 5 10

Medan 5 5 10

Palembang 5 5 10

Padang 5 5 10

Pekan Baru 5 5 10

Batam 5 5 10

Bandung 3 3 6

Semarang 4 4 8

Yogyakarta 4 4 8

Surabaya 5 5 10

Denpasar 4 4 8

Lombok 4 4 8

Kupang 4 4 8

Banjarmasin 5 5 10

Balikpapan 5 5 10

Makassar 5 5 10

Manado 4 4 8

Palu 4 4 8

Ambon 2 2 4

Sorong 4 3 7

Total 87 86 173

Page 58: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

51Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

2.4 Pengambilan Contoh Uji

Kegiatan pemantauan kualitas bahan bakar2006 ini berlangsung dari bulan Mei sampaidengan Agustus 2006. Kegiatan inimerupakan kerja sama antara KementerianLingkungan Hidup RI dengan KomitePenghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) danmerupakan kegiatan tahunan yang telahdilaksanakan semenjak tahun 2004 lalu.Selain dari itu, kegiatan pemantauan kualitasbahan bakar ini terus di kembangkan daritahun ke tahun baik dari sisi luas daerahobservasi maupun dari sisi parameterpemantauan.

Perencanaan kegiatan dilakukan pada bulanMei 2006 sementara kegiatan pengambilancontoh uji dilaksanakan pada awal bulan Junisampai dengan pertengahan bulan Juli 2006.Pada bulan Mei 2006 yang merupakan awaldari kegiatan pemantauan kualitas bahanbakar, aktivitas yang dominan dikerjakanadalah desain studi. Pada proses desaintersebut kami mempelajari data sekunderdari pemantauan kualitas bahan bakar padatahun-tahun sebelumnya serta mencarigambaran mengenai kondisi lokasi danpemetaan tempat pengambilan contoh ujiyang tersebar di 20 kota di Indonesia.Kemudian langkah selanjutnya adalahmenentukan laboratorium penguji mana yangakan dipilih untuk melakukan analisisterhadap contoh uji yang akan diambil.Penentuan laboratorium didasarkan pada

2.4 Sampling Activity

The fuel quality monitoring 2006 was heldfrom May – July 2006. This activity iscooperation between the Ministry ofEnvironment and the Joint Committee forLeaded Gasoline Phase-out (KPBB) andalso an annual activity that has beenconducted since the year 2004. Beside that,the fuel quality monitoring will be developedand held continuously.

The design process was held in May 2006,meanwhile the sampling activities wasstarted in early June and ended in mid July2006. In May 2006, which also the startingdates of fuel quality monitoring, the mainactivity was designing the study. On thedesign process, we were studying thesecondary data from the recent fuel qualitymonitoring and tried to find the condition ofeach city that will be choose as samplinglocations.

The next step was choosing the properlaboratory. This process was based uponquotation from several accredited labs andalso our judgment on the lab performances.

The equipments that carried by samplingofficers were glass bottle, container, label,pencil, map and ID card. Generally thesampling officers did not find any problemon collecting the samples, but in somecases there were several gas station officialsthat refused to participate on the sampling

Page 59: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

52Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

penawaran harga dari pihak lab sertapenilaian kami terhadap kinerja laboratoriumtersebut. Pemilihan periode pengambilancontoh uji didasarkan pada kondisi musimdi Indonesia yang umumnya masih dalammusim panas, sehingga resiko terjadinyahujan pada saat pengambilan contoh ujidapat dihindarkan.

Perlengkapan yang dibawa oleh parapetugas pengambilan contoh uji adalahberupa wadah kaca tempat contoh uji bahanbakar, kontainer, label, alat tulis, peta lokasidan surat keterangan. Dalam menjalankantugasnya, para petugas pengambilan contohuji umumnya tidak mendapatkan kesulitanyang berarti, hanya saja ada beberapapengelola SPBU yang menolak untukbekerjasama. Jadwal keberangkatan parapetugas pengambilan contoh uji dibagimenjadi 2 kelompok keberangkatan. Durasipengambilan contoh uji dari lokasipengambilan sampai dengan kembali keJakarta antara 1 sampai dengan 10 hari.Untuk mengantisipasi waktu yang cukuplama, maka wadah yang digunakan untukmenampung contoh uji adalah botol kacadengan warna gelap dan dilengkapi dengantutup yang kedap udara. Setelah semuacontoh uji terkumpul di Jakarta, maka prosesselanjutnya adalah kodefikasi contoh uji.Pada tahap ini semua contoh uji diberikankode tertentu yang hanya diketahui olehpelaksana kegiatan. Hal ini dimaksudkan

activity. The schedule of sampling activitywas divided into 2 groups.

The duration of sampling activity was varied,between 1 – 10 days. To anticipate the longduration, we have designed the glass bottlewith dark color and air lock system.

After all samples were arrived in Jakarta,the next process is coding. In the codingprocess, the samples were attached with aspecific code that can be read only byauthorized personnel. The coding processwas meant for controlling the quality ofanalysis that conducted by the chosenlaboratory.

Page 60: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

53Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

agar proses pengujian yang dilakukan olehlaboratorium yang ditunjuk dapat terkontroldari segi mutu.

Page 61: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

54Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Laboratory

Sample Kit Glass Bottle, Container Executor

Sampling Activity

Gas Station

Packaging

Fragile

Flammable

No Friction

Shipment

Figure 1 : The Process of Fuel Quality Monitoring

Page 62: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

55Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Tabel 8 : Monitoring Result

No No SPBU City Address Code Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

34-13604

34-15113

34-16402

34-16108

34-17124

14201142

14202132

140137

14201115

14103

24-30104

24-30103

24-30198

24-30101

24-30111

14251507

14251523

14251510

14251503

14251509

14282636

14281618

14282620

14282683

14284657

14294701

14294704

14294713

14294719

14294702

4450119

4450112

4450108

4450110

3455208

4455211

4455207

4455101

5480305

5480121

5480107

5480101

54-83204

54-83303

Jabodetabek

Jabodetabek

Jabodetabek

Jabodetabek

Jabodetabek

Medan

Medan

Medan

Medan

Medan

Palembang

Palembang

Palembang

Palembang

Palembang

Padang

Padang

Padang

Padang

Padang

Pekan Baru

Pekan Baru

Pekan Baru

Pekan Baru

Pekan Baru

Batam

Batam

Batam

Batam

Batam

Semarang

Semarang

Semarang

Semarang

Yogyakarta

Yogyakarta

Yogyakarta

Yogyakarta

Denpasar

Denpasar

Denpasar

Denpasar

Mataram

Mataram

Jl Dewi Sartika Jakarta

Jl Jendral Sudirman Tangerang

Jl Margonda Depok

Jl Pajajaran Bogor

Jl Cut Mutiah Bekasi

Jl Gatot Subroto

Jl Gunung Krakatau

Jl Rawa Denai

Jl Imam Bonjol

Jl Setia Budi

Jl Radial

Jl Demang Lebar Daun

Jl Raya Sukarno Hatta

JL AKBP Cek Agus

Jl KOL H Burlian

Jl Gajah Mada

Jl KH Sulaiman

Jl Prof Hamka Tabing

Jl Juanda, Lolong

Jl Veteran

Jl Sukarno Hatta

Jl T Tambusai

Jl Sudirman Ujung

Jl Ring Road Arengka

Jl Raya Pekan Baru Bangkinang

Jl Jodoh

Jl Seraya

Jl Yos Sudarso

Jl Sudirman Sukajadi

Jl Gajah Mada Tiban

Jl Pamularsih

Jl Cendrawasih

Jl Imam Bonjol

Jl Pemuda

Jl Monumen Yogya Kembali

Jl Kyai Mojo

Jl Camping Sleman

Jl Bantul

Jl Imam Bonjol

Jl Imam Bonjol

Jl Tengku Umar

Jl Gatot Subroto

Jl Jendral Sudirman Say-Say

Kec Labuan Api

A6

A7

A8

A9

A10

D1

D2

D3

D4

D5

B1

B2

B3

B4

B5

E1

E2

E3

E4

E5

J1

J2

J3

J4

J5

D6

D7

D8

D9

D10

F5

F6

F7

F8

I1

I2

I3

I4

H1

H2

H3

H4

G1

G2

ND

ND

0.002809

ND

ND

0.065819

0.012174

0.009632

0.036789

0.04388

0.160535

0.141806

0.135117

0.153486

0.156522

ND

ND

ND

ND

ND

0.140486

0.152508

0.114515

0.130167

0.155184

0.027425

0.018997

0.013244

0.008294

0.007492

0.051505

0.045753

0.046288

0.061405

0.065284

0.062475

0.073846

0.077592

0.030368

0.015251

0.010702

0.02408

0.006154

0.003746

90.4

90.4

90.2

90.7

90.5

90.2

89.5

88.2

89.7

88.5

88.7

88.9

90.1

89.6

88.5

90.3

89.2

88.8

90.1

88.5

89.2

88.7

88.5

88

90.1

90.5

90.3

90.5

90.1

90.5

90

88.2

89.9

87.9

88.9

88.8

90.2

90.1

88.4

88.7

89.5

88.2

90.3

88.6

3300

2600

2000

3000

2600

1400

1500

2100

1000

1100

2100

2000

1700

1000

1000

2900

3000

2300

1900

2700

1100

1000

1100

1200

1200

2300

2200

2700

2300

2000

2200

1000

1700

2000

1000

1800

2100

1500

1000

1000

1100

1100

1500

1300

53

50

53

56

59

50

66

53

52

53

72

72

75

74

72

63

57

64

50

64

50

53

55

50

56

55

59

57

56

59

63

69

65

68

65

59

57

59

65

65

66

70

67

60

55

56

56

54

52

67

60

66

66

64

49

51

49

49

51

50

55

50

59

51

66

66

56

67

64

63.1

62

60.6

62.4

59.9

50

47

48

48

51

51

50

51

49

48

51

47

49.4

53.3

Page 63: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

56Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

No No SPBU City Address Code Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

54-83205

54-83208

54-85107

54-85102

54-85103

54-85104

6470201

6470102

6470104

6470101

6470103

6476108

6476109

6476107

6476102

6476109

7490205

7490295

7490203

7490122

7490222

7495118

7495108

7495109

7495101

740813

7494205

7494107

7494109

3440207

3440218

3440204

5461203

5160265

5460261

5460248

5460106

8491717

8491718

840301

8498413

8198404

8498431

Mataram

Mataram

Kupang

Kupang

Kupang

Kupang

Banjarmasin

Banjarmasin

Banjarmasin

Banjarmasin

Banjarmasin

Balikpapan

Balikpapan

Balikpapan

Balikpapan

Balikpapan

Makassar

Makassar

Makassar

Makassar

Makassar

Manado

Manado

Manado

Manado

Palu

Palu

Palu

Palu

Bandung

Bandung

Bandung

Surabaya

Surabaya

Surabaya

Surabaya

Surabaya

Ambon

Ambon

Sorong

Sorong

Sorong

Sorong

Jl Majapahit

Jl Lingkar Selatan

Jl Pahlawan

Jl Cak Doko

Jl Timor Raya

Jl HR Koro

Jl A Yani

Jl Adyaksa Kayutangi

Jl Sudirman

Jl Mayjen Sutoyo

Jl S Parman

Jl Sarifudin Yoes

JL MT Haryono

Jl Jendral Sudirman

Jl Mayjen Sutoyo

Jl Sukarno Hatta

Jl. A.P. Pettarani

Jl. St. Alaudin Selatan

Jl. St. Alaudin Utara

Jl. Sungai Sadang Baru

Jl. Perintis Kemerdekaan

Jl. Piere Tendean Blv

Jl. A.Yani Sario

Winangun

Jl. Talalin Supit

Jl. Raya Tawaeli

Jl Diponogoro

Jl. Toua Palu

Jl. Yos Sudarso

Jl Sukarno Hatta

Jl Marta Negara

Jl Peta

Jl. Raya Bungur Asih

Jl. Jemur Sari

Jl. Jemur Sari Barat

Jl. Jangir Wonokromo

Jl. Dharma Husada

Belakang Kota

Jl. Piere Tendean Galala

Jl. Sam Ratulangi Kp Baru

Jl. Basuki Rahmat Srg Brt

Jl. Basuki Rahmat Srg Tmr

Jl. Kalamono Km 18

G3

G4

F1

F2

F3

F4

J6

J7

J8

J9

J10

E6

E7

E8

E9

E10

A1

A2

A3

A4

A5

I5

I6

I7

I8

C5

C6

C7

C8

C1

C3

C4

B6

B7

B8

B9

B10

H5

H6

G5

G6

G7

G8

0.012575

0.005886

0.008829

0.012843

0.014582

0.0099

0.088829

0.083077

0.087224

0.088294

0.089097

0.04214

0.04214

0.007224

0.035853

0.032642

ND

0.004013

0.01204

ND

0.005351

ND

0.002676

ND

0.01204

ND

0.013378

0.004013

ND

0.017391

0.034783

0.025418

0.006689

0.002676

0.001338

ND

0.001338

0.060602

0.055652

0.026756

0.030769

0.034783

0.034783

89.6

88.7

88.7

89.3

89.6

89.5

90

90

90.2

90.3

89.7

90.5

90

90.8

91.7

91

89.2

88.7

89

89.1

88.6

89.2

89.1

88.3

88.4

89.5

89.3

89

89.2

89.4

89

89

88.9

89

89.1

88.7

89.2

89.2

89.4

89

89.2

89.8

89

1000

1300

2000

2100

1200

1500

2500

1000

2600

2000

3100

1900

1900

2100

1900

2500

800

900

800

800

800

800

800

800

700

700

1000

900

900

700

700

700

700

700

1000

900

700

900

900

900

-

800

900

62

71

58

67

63

64

46

48

46

47

46

66

66

67

67

67

65

70

64

65

65

59

68

63

64

49

48

55

55

57

57

57

66

58

67

69

56

64

68

56

-

61

60

51.5

47.8

54.3

49

51.1

49.4

58

59

62

59

58

60

60

60

61

60

51.8

48.5

50.5

52

52

51.3

54.7

47.4

47.6

59.4

60.9

58.4

57.9

52.5

52.2

51.4

51.7

49.3

51.8

52.3

49.1

50.9

50.8

52.8

-

51.2

51.3

Page 64: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

57Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

BAB III

ANALISIS

3.1 Analisis Laboratorium

Berdasarkan hasil pemantauan kualitasbahan bakar di 20 kota di Indonesia dapatdiuraikan bahwa total contoh uji yang diambildari 87 SPBU di Indonesia meliputi 173 unitdengan komposisi bensin jenis premiumsebanyak 87 contoh uji dan solar sebanyak86 contoh uji. Setiap contoh uji memilikivolume 3 liter baik bensin premium maupunsolar. Setelah dianalisa di laboratoriummaka didapatkan hasil seperti grafik berikut.

CHAPTER III

ANALYSIS

3.1 Laboratory Analysis

Based on the fuel quality monitoring in 20cities in Indonesia, it is described that thetotal of samples which were taken from 87public gas stations in Indonesia are cover173 units with composition; 87 gasolinesamples and 86 diesel fuel samples. Eachsample has approx 3 liter of volume (gasolineand diesel fuel). The list of lab analysis isshown in the figure bellow.

Figure 2 : Lead Content in Gasoline in 20 Cities

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

Jab

odet

abek

Med

an

Pal

emba

ng

Bat

am

Sem

aran

g

Yogy

akar

ta

Den

pas

ar

Mak

assa

r

Ban

dun

g

Su

rab

aya

Man

ado

Pal

u

Pad

ang

Pek

an B

aru

Mar

atam

Kup

ang

Ban

jarm

asin

Bal

ikp

apan

Am

bon

So

rong

Pb 2006 Pb 2005 Threshold 0.013 gr/l

Pb

gr/l

Page 65: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

58Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Figure 3 : RON Gasoline in 20 Cities

Figure 4 : Sulfur Content in ADO in 20 Cities

86

87

88

89

90

91

92

Jab

odet

abek

Med

an

Pal

emba

ng

Bat

am

Sem

aran

g

Yogy

akar

ta

Den

pas

ar

Mak

assa

r

Ba

ndun

g

Su

rab

aya

Man

ado

Pal

u

Pad

ang

Pek

an B

aru

Mar

atam

Kup

ang

Ban

jarm

asin

Bal

ikp

apan

Am

bo

n

So

ron

g

RON 2006 RON 88

RO

N

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Jab

odet

abek

Med

an

Pal

emba

ng

Bat

am

Sem

aran

g

Yo

gya

kar

ta

Den

pas

ar

Mak

ass

ar

Ba

ndun

g

Su

rab

aya

Man

ado

Pal

u

Pad

ang

Pek

an B

aru

Mar

atam

Kup

ang

Ban

jarm

asin

Bal

ikp

apan

Am

bon

So

ron

g

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur 2006 Threshold 3500 ppmSulfur 2005 Euro 2 Threshold 500 ppm

Page 66: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

59Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Figure 5 : Distillation Characteristic ADO in 20 Cities

Figure 6 : Cetane Index ADO in 20 Cities

20

30

40

50

60

70

Jab

odet

abek

Med

an

Pal

emb

ang

Bat

am

Sem

aran

g

Yog

yaka

rta

Den

pas

ar

Mak

assa

r

Ban

dun

g

Su

rab

aya

Man

ado

Pal

u

Pad

ang

Pek

an B

aru

Mar

atam

Ku

pan

g

Ban

jarm

asin

Bal

ikp

apan

Am

bon

So

ron

g

Distillation Distillation Standard 370

Dis

tilla

tion

10

370

10

20

30

40

50

60

70

Jab

odet

abek

Med

an

Pal

emba

ng

Bat

am

Sem

aran

g

Yo

gya

kar

ta

Den

pas

ar

Mak

assa

r

Ba

ndun

g

Su

rab

aya

Man

ado

Pal

u

Pad

ang

Pek

an B

aru

Mar

atam

Kup

ang

Ban

jarm

asin

Bal

ikp

apan

Am

bo

n

So

ron

g

Cetane Index Cetane Index Standard 45

Cet

ane

Inde

x

Page 67: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

60Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

3.2 Analisis Umum

Kadar Timbel dalam Bensin

Berdasarkan hasil pengujian bensin dari 20kota di Indonesia didapatkan rata-ratakandungan timbel dalam bensin sebesar 0.038gr/l dengan range nilai kandungan minimum0.001347 gr/l dan nilai kandungan maksimum0.161 gr/l. Bila dibandingkan dengan hasilpemantauan tahun 2005 lalu didapatkanpenurunan tajam rata-rata timbel dalam bensindi Indonesia. Rata-rata timbel dalam bensintahun 2005 adalah 0.133 gr/l, sementara rata-rata tahun 2006 adalah 0.038 gr/l sehinggaada penurunan sebesar 0.095 gr/l. Hal inimerupakan pertanda baik karena seperti kitaketahui bahwa timbel merupakan prasarat danmenjadi faktor kunci keberhasilan penurunantingkat pencemaran udara.

Beberapa daerah yang terbukti mulai dipasokdengan bensin tanpa timbel berdasarkanhasil pemantauan ini adalah Padang,Mataram dan Kupang dimana kandungantimbel dalam bensinnya < 0.013 gr/l. Rata-rata kandungan timbel tertinggi masihditemukan di kota Palembang (0.149 gr/l).Tahun 2005 lalu Palembang juga memilikikadar tertinggi rata-rata timbel dalam bensin.Namun tahun ini telah ada penurunan kadartimbel yang cukup signifikan di Palembang.Untuk kota-kota yang berada di Pulau Jawalaju penurunan kadar timbel pada bensindapat dikatakan cukup konstan.

3.2 General Analysis

Lead Level in Gasoline

According to gasoline analysis from 20 citiesin Indonesia, the average lead content ingasoline is 0.038 gr/l with range minimum0.001347 gr/l and maximum 0.161 gr/l.Compared to 2005 fuel quality monitoring wecan see there is a tremendous decreasingof lead content in gasoline in Indonesia. Theaverage lead content in 2005 is 0.133 gr/l,meanwhile in 2006 the average lead contentis only 0.038 gr/l. It means that thedecreasing of average lead content is 0.095gr/l. This is good news for the Indonesian,because as we know lead is the trigger keyfor reducing air pollution level.

Several regions that have already suppliedwith unleaded gasoline based on themonitoring result are Padang, Mataram andKupang where the average lead level ingasoline is below 0.013 gr/l. The highestaverage lead level in gasoline is found inPalembang (0.149 gr/l). Last year Palembangwas also has the highest average lead levelin gasoline. But now there is a significantdecreasing of lead level in gasoline inPalembang. Unfortunately there has notbeen a significant decreasing of lead levelin gasoline for the cities in Java Island.

Semarang and Yogyakarta are still suppliedwith leaded gasoline, although in the previousyear those cities were showing decreasing

Page 68: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

61Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

lead level trend, which indicates the cleanup process into unleaded gasoline. Too badfor Yogyakarta, the average lead level ingasoline in the city is 0.070 gr/l, meanwhilefor Semarang, the average lead level is 0.051gr/l. The phenomenon in Java is similar withBatam and Denpasar. These cities weredeclared as unleaded city, but now gasolinewith lead level exceeds 0,013 gr/l can befound again in Batam & Denpasar. Theaverage lead level in gasoline in Batam is0,015 gr/l and Denpasar 0,020 gr/l.

The good news is finally come from Padangand Medan, in Padang the average lead levelin gasoline is marked with ND or NotDetectable. Meanwhile in Medan the averagelead level is 0,0336 gr/l, last year the averagelead level for Medan is 0,213 gr/l. It meansthat there is 0.179 gr/l or 84,23% of leadlevel reduction in Medan. Unlike theprediction, Mataram and Kupang are actuallyhave been supplied with unleaded gasoline,the average lead level in gasoline in Mataramis 0,007 gr/l and Kupang is 0,011 gr/l.

This year Pertamina has showed its goodintention, especially for the Eastern Regionof Indonesia.

As it is shown in Makassar where the leadlevel in gasoline has significantly decreased,even all the sample from Makassar shownPb in gasoline level below 0,013gr/l. In 2005the average lead level in Makassar was 0,273

Kota Semarang dan Yogyakarta masih sajadisuplai dengan bensin bertimbel sekalipuntahun lalu menunjukkan trend yang mulaimenurun sebagai indikasi proses clean-upmenuju bensin bebas timbel. Kondisi inipatut disayangkan bahwa Yogyakarta rata-rata timbel dalam bensinya masih tinggi(0.070 gr/l), sementara untuk kota Semarangmalah bertambah tinggi yakni 0.051 gr/l. Haltersebut di atas tidak terlalu berbeda denganBatam dan Denpasar. Kedua kota yang telahditetapkan sebagai kota yang bebas bensinbertimbel kini kembali disuplai denganbensin yang kadar timbelnya melebihi 0.013gr/l. Rata-rata timbel dalam bensin untukBatam adalah 0.015 gr/l dan Denpasar 0.020gr/l.

Kabar gembira justru datang dari kotaPadang dan Medan. Rata-rata timbel dalambensin dari kota Padang menunjukan angkaND (Not Detectable) atau tidak terdeteksi.Sementara di Medan rata-rata timbel dalambensin menunjukan angka 0.0336 gr/l,dibandingkan dengan rata-rata tahun 2005sebesar 0.213 gr/l berarti pada tahun initerdapat penurunan sebesar 0.179 gr/l. Diluarperkiraan, ternyata kota Mataram danKupang telah disuplai dengan bensin tanpatimbel dengan rata-rata masing-masing0.007 gr/l dan 0.011 gr/l.

Tahun ini Pertamina telah menunjukan itikadbaiknya, khususnya untuk kawasan timurwilayah Indonesia.

Page 69: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

62Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Seperti yang terlilhat di Makassar di manakadar timbel dalam bensinnya telah menurundengan tajam, bahkan dari seluruh contohuji yang diambil dari Makassar kadartimbelnya adalah < 0.013 gr/l. Pada tahun2005 lalu rata-rata kadar timbel dalam bensindi Makassar adalah 0.273 gr/l sementarapada tahun 2006 ini rata-rata kadar timbeldalam bensin di Makassar adalah 0.005 gr/l, ini berarti ada penurunan kadar timbel diMakassar. Seperti halnya Makassar,Manado dan Palu juga telah disuplai denganbensin tanpa timbel. Rata rata kadar timbeldalam bensin di Manado adalah 0.004 gr/ldan Palu 0.005 gr/l. Data di atas menandakanbahwa wilayah Pulau Sulawesi telah disuplaidengan bensin tanpa timbel.

Untuk kawasan Maluku dan Papua yangdiwakili kota Ambon dan Sorong masihditemukan bensin dengan kadar timbel yangmelebihi 0.013 gr/l. Rata-rata kadar timbeldalam bensin di Ambon adalah 0.058 gr/ldan Sorong 0.032 gr/l. Patut dipertanyakanmengapa kota Sorong yang memiliki KilangKasim yang dirancang dan dioperasikanuntuk memproduksi bensin tanpa timbelternyata masih ditemukan kadar timbeldalam bensin yang melebihi 0.013 gr/l?

Angka Oktana (RON)

Rata-rata RON pada bensin dari 20 kotaadalah 89.4, adapun range dari angka oktantersebut adalah minimum 87.90 dan

gr/l meanwhile in 2006 the average is 0,005gr/l, it means that there are significantreduction of lead level in Makassar. Similarwith Makassar, Manado and Palu also havebeen supplied with unleaded gasoline. Theaverage lead level in gasoline in Manado is0,064 gr/l. The data showed above markedthat the Celebes region has been suppliedwith unleaded gasoline.

Gasoline with lead level exceeds 0,013 gr/Lis still be founded in Ambon and Sorong,which represents the Mollucas and PapuaRegion. The average lead level in gasolinein Ambon is 0,018 gr/l and Sorong 0,032gr/l. It is worth questioning why Sorong whichis close to the Kasim refinery designed toproduce unleaded gasoline is still suppliedwith gasoline having lead level exceeding0.013 gr/l?

Octane Number

The average RON for gasoline from 20 citiesis 89,4, with range minimum 87,9 andmaximum 91,7. It can be assumed thatRON for regular gasoline in Indonesiaalready has an adequate number.

From the monitoring the octane number isadequate (based on specification that issuedby MIGAS Directorate), except there is onesample from Semarang that has octanenumber below 88 (87,9).

Page 70: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

63Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

maksimum 91.70. dapat dikatakan bahwaRON pada bensin jenis premium di Indonesiatelah cukup baik.

Berdasarkan hasil pemantauan, angkaoktana cukup baik (didasarkan padaspesifikasi yang dikeluarkan oleh DirjenMigas) terkecuali ada 1 contoh uji yangdiambil dari salah satu SPBU di kotaSemarang yang menunjukkan bilanganoctane tidak mencapai 88 tetapi hanya87.90.

Kadar Belerang dalam Solar

Untuk jenis solar, rata-rata kandunganbelerang adalah 1.516 ppm dengan rangeminimum 700 ppm sampai denganmaximum 3.300 ppm. Ada beberapa kotayang mengalami kenaikan rata-rata sulfurdalam bensin seperti Jakarta, Batam,Palembang dan Yogyakarta. Pada tahun2005 lalu rata-rata belerang dalam solar diJakarta adalah 1.000 ppm namun tahun inirata-ratanya dalah 2.700 ppm. Namun dibalikitu juga terjadi penurunan kadar belerangdalam solar yang cukup signifikan sepertidi Bandung, Surabaya dan Makassar. Padatahun 2005 lalu rata-rata belerang pada solardi Bandung adalah 2.950 ppm sementararata-rata tahun 2006 adalah 700 ppm danpenurunan yang terjadi sebesar 76.3%.

Belerang pada solar sangat erat kaitannyadengan emisi PM

10, oleh karena itu

kandungan belerang pada solar harus segera

Sulfur Level in Diesel Fuel

Meanwhile for diesel fuel, the average sulfurlevel is 1.516 ppm with range between 700ppm and 3300 ppm. It is a tragic fact that inthis year there has been an increasing ofsulfur level in diesel fuel compared withprevious year. There are several cities thathave increasing sulfur level such as,Jakarta, Batam, Palembang, andYogyakarta. In 2005 the average sulfur levelin Jakarta was 1000 ppm, but in this yearthe average is 2700 ppm. On the contrary,there is also a significant reduction of sulfurlevel, for instance Bandung, Surabaya, andMakassar. In 2005 the average sulfur levelin Bandung was 2950 ppm, but in this yearthe average is 700 ppm. It means that thereis 76,3% of sulfur level reduction in Bandung.Sulfur in diesel fuel is close related with PM

10

emission, because of that the sulfur level indiesel fuel must be reduced into the lowestlevel.

Sulfur is naturally occurs in crude oil. If thesulfur is not removed during the refiningprocess it will contaminate vehicle fuel.Sulfur can give significant effect on enginelife. Sulfur also contributes significantly tofine particulate matter (PM) emission. In theEuropean auto oil program it was predictedthat a reduction from 500 ppm to 30 ppmwill result to PM emission reduction up to93%.Therefore the existence of sulfur levelabove 1000 ppm, as it measured in several

Page 71: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

64Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

diturunkan sampai titik terendah. Belerangdalam bahan bakar solar secara alamiberasal dari minyak mentah.

Apabila tidak dihilangkan pada prosespengilangan maka belerang akanmengkontaminasi bahan bakar kendaraan.Belerang dapat memberikan pengaruhsignifikan terhadap usia mesin dan sangatsignifikan terhadap keberadaan emisipartikulat (PM). Dalam program EuropeanAuto Oil, diprediksi pengurangan kandunganbelerang dari 500 ppm menjadi 30 ppm akanmenurunkan emisi partikulat sebesar 93%.Dengan demikian keberadaan belerang diatas 1.000 ppm sebagaimana yang terukurdi banyak kota akan berimplikasi padatingginya emisi partikulat di udara ambienkota-kota tersebut. Hal tersebut tercermindari kondisi kualitas udara ambien kota-kotasebagai tersebut di atas, dimanamenunjukan partikulat sebagai parameterkritis dominan.

Indeks Setana

Untuk indeks setana rata-rata 54.5 denganrange minimum 47 dan maximum 67. Angkaini sekalipun sesuai dengan spesifikasi yangdikeluarkan oleh Dirjen Migas, Dept. ESDM,harus ditingkatkan apabila inginmemperbaiki kualitas udara. Angka setanaselain mempengaruhi emisi kendaraan dankonsumsi bahan bakar juga berpengaruhsecara signifikan terhadap emisi NOx

cities, will implicating on high particulateemissions in ambient air. The ambient airquality monitoring in those cities alsoindicates that particulate matter is thedominant critical parameter.

Cetane Index

Cetane Index in diesel fuel is still in the rangeof 47 to 67 with average 54,5. Although ithas complied with the specification fromMIGAS Directorate, Cetane Index must beincreased more in order to improve air quality.Cetane number besides determining theemission and fuel consumptions, it is alsosignificantly influencing the NOx emissions,especially at low loads. An increasing cetanenumber from 50 to 58 will reduce 26% ofHydrocarbon emission and carbonmonoxide. In relation with fuel consumption,proper cetane number will reduce the fuelconsumption and also reduce engine noise.

Therefore, both premium gasoline and dieselfuel are still need to be improved. Forgasoline, the phase out of leaded gasolinemust be a priority for Indonesia at this year.After being delayed for several times (atleast 5 times since 1996), with the price ofregular gasoline Rp. 4500 (45 US cent) perliter which has indicated no more subsidy,unleaded gasoline conversion is a mustconsidering the price of unleaded gasolineRON 89 based on MOPS (Mid Oil PlatsSingapore) is US$ 66/barel or equal to Rp.

Page 72: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

65Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

terutama pada beban rendah. Peningkatanangka setana dari 50 menjadi 58 akanmenurunkan 26% emisi Hidrocarbon (HC)dan karbon monoksida (CO). Dalamkaitannya dengan konsumsi bahan bakar,kenaikan angka setana akan mengurangikonsumsi bahan bakar dan juga kebisinganmesin.

Dengan demikian, baik bensin maupun solarmasih perlu ditingkatkan kualitasnya. Untukbensin, penghapusan timbel harus menjadiprioritas untuk diterapkan tahun ini. Selaintelah berulang kali ditunda (setidaknya 5 kalisejak 1996), dengan harga bensin premium(bertimbel dengan RON 88) sebesar Rp4.500 per liter telah mengindikasikantiadanya subsidi, sehingga menjadikeharusan mengkonversi menjadi bensintanpa timbel mengingat harga bensin tanpatimbel RON 89 berdasarkan MOPS (MidsOil Plat Singapore) adalah US$ 66/barel atausetara dengan Rp 4.100 per liter.

Demikian pula untuk solar, penurunan kadarbelerang harus segera diturunkan hinggaakhirnya mencapai maksimal 500 ppm.

Upaya tersebut hendaknya diikuti puladengan peningkatan kualitas bahan bakaruntuk berbagai karakteristik lainnya melaluipenurunan kandungan aromatik, olefin,benzena (pada bensin) dan peningkatanangka setana (pada solar). Hal tersebutmenjadi prasyarat untuk penerapan rencana

4100 per liter. For diesel fuel, sulfur contentmust be reduced up to maximum 500 ppm.

The effort supposed to be synchronized withenhancement of fuel quality includes thereducing of aromatic, olefin, benzene (ingasoline) and cetane number enhancement(in diesel fuel). Those efforts have becomea pre condition for implementing integratedvehicle emission reduction especially in themajor cities. If those efforts are not engagedimmediately then air pollution will continuebecome our burden and also disturbing theinvestment and innovation of environmentalfriendly vehicle technologies.

Page 73: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

66Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

aksi penurunan emisi kendaraan bermotorsecara terpadu dalam kerangka peningkatankualitas udara terutama khususnya di daerahperkotaan. Apabila hal tersebut tidak segeradilakukan maka pencemaran udara tetapmenjadi beban juga akan terus menggangguperkembangan iklim investasi atas inovasiteknologi kendaraan ramah lingkungan.

Page 74: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

67Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Pb in Gasoline in Greater Jakarta

0

0,005

0,01

0,015

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Greater Jakarta

86

87

88

89

90

91

RO

NRON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Greater Jakarta

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Greater Jakarta

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Greater Jakarta

0

20

40

60

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

3.3. Tinjauan Per kota 3.3. Cities Overview

Jabodetabek

Pb in Gasoline in Jabodetabek RON in Gasoline in Jabodetabek

Sulfur in Diesel Fue in Jabodetabek

Cetane Index in Diesel Fuel in JabodetabekDistilation in Diesel Fuel in Jabodetabek

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 34-13604 A6 ND 90.4 3300 53 55 2 34-15113 A7 ND 90.4 2600 50 56

3 34-16402 A8 0.002809 90.2 2000 53 56

4 34-16108 A9 ND 90.7 3000 56 54 5 34-17124 A10 ND 90.5 2600 59 52

Page 75: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

68Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 76: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

69Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Pb in Gasoline in Medan

0

0,02

0,04

0,06

0,08

Pb

gr/l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Medan

86

87

88

89

90

91

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Medan

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Medan

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Medan

0

20

40

60

80

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Medan

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 14201142 D1 0.065819 90.2 1400 50 67 2 14202132 D2 0.012174 89.5 1500 66 60

3 140137 D3 0.009632 88.2 2100 53 66

4 14201115 D4 0.036789 89.7 1000 52 66 5 14103 D5 0.04388 88.5 1100 53 64

Page 77: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

70Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 78: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

71Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Palembang

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 24-30104 B1 0.160535 88.7 2100 72 49 2 24-30103 B2 0.141806 88.9 2000 72 51 3 24-30198 B3 0.135117 90.1 1700 75 49 4 24-30101 B4 0.153486 89.6 1000 74 49 5 24-30111 B5 0.156522 88.5 1000 72 51

Pb in Gasoline in Palembang

0

0,05

0,1

0,15

0,2

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Palembang

86

87

88

89

90

91

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Palembang

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Palembang

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Palembang

42

44

46

48

50

52

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 79: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

72Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 80: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

73Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Padang

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 14251507 E1 ND 90.3 2900 63 50 2 14251523 E2 ND 89.2 3000 57 55 3 14251510 E3 ND 88.8 2300 64 50 4 14251503 E4 ND 90.1 1900 50 59 5 14251509 E5 ND 88.5 2700 64 51

Pb in Gasoline in Padang

0

0,005

0,01

0,015

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Padang

86

87

88

89

90

91

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Padang

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Padang

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Padang

0

20

40

60

80

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 81: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

74Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 82: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

75Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Pekan Baru

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 14282636 J1 0.140486 89.2 1100 50 66 2 14281618 J2 0.152508 88.7 1000 53 66 3 14282620 J3 0.114515 88.5 1100 55 56 4 14282683 J4 0.130167 88 1200 50 67 5 14284657 J5 0.155184 90.1 1200 56 64

Pb in Gasoline in Pekan Baru

0

0,05

0,1

0,15

0,2

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Pekan Baru

86

87

88

89

90

91

RO

NRON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Pekan Baru

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Pekan Baru

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Pekan Baru

0

20

40

60

80

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 83: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

76Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 84: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

77Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Batam

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 14294701 D6 0.027425 90.5 2300 55 63.1 2 14294704 D7 0.018997 90.3 2200 59 62 3 14294713 D8 0.013244 90.5 2700 57 60.6 4 14294719 D9 0.008294 90.1 2300 56 62.4 5 14294702 D10 0.007492 90.5 2000 59 59.9

Pb in Gasoline in Batam

0

0,01

0,02

0,03

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Batam

86

87

88

89

90

91

RO

NRON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Batam

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Batam

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Batam

0

20

40

60

80

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 85: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

78Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 86: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

79Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Semarang

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 4450119 F5 0.051505 90 2200 63 50 2 4450112 F6 0.045753 88.2 1000 69 47 3 4450108 F7 0.046288 89.9 1700 65 48 4 4450110 F8 0.061405 87.9 2000 68 48

Pb in Gasoline in Semarang

0

0,02

0,04

0,06

0,08

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Semarang

86

87

88

89

90

91

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Semarang

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Semarang

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Semarang

42

44

46

48

50

52

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 87: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

80Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 88: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

81Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Yogyakarta

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 3455208 I1 0.065284 88.9 1000 65 51 2 4455211 I2 0.062475 88.8 1800 59 51 3 4455207 I3 0.073846 90.2 2100 57 50 4 4455101 I4 0.077592 90.1 1500 59 51

Pb in Gasoline in Yogyakarta

00,020,040,060,080,1

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Yogyakarta

86

87

88

89

90

91

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Yogyakarta

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Yogyakarta

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Yogyakarta

42

44

46

48

50

52

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 89: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

82Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 90: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

83Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Denpasar

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 5480305 H1 0.030368 88.4 1000 65 49 2 5480121 H2 0.015251 88.7 1000 65 48 3 5480107 H3 0.010702 89.5 1100 66 51 4 5480101 H4 0.02408 88.2 1100 70 47

Pb in Gasoline in Denpasar

0

0,01

0,02

0,03

0,04

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Denpasar

8787,5

8888,5

8989,5

90

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Denpasar

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Denpasar

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Denpasar

42

44

46

48

50

52

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 91: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

84Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 92: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

85Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Mataram

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 54-83204 G1 0.006154 90.3 1500 67 49.4 2 54-83303 G2 0.003746 88.6 1300 60 53.3 3 54-83205 G3 0.012575 89.6 1000 62 51.5 4 54-83208 G4 0.005886 88.7 1300 71 47.8

Pb in Gasoline in Mataram

0

0,005

0,01

0,015

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Mataram

86

87

88

89

90

91

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Mataram

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Mataram

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Mataram

40

45

50

55

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 93: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

86Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 94: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

87Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Kupang

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 54-85107 F1 0.008829 88.7 2000 58 54.3 2 54-85102 F2 0.012843 89.3 2100 67 49 3 54-85103 F3 0.014582 89.6 1200 63 51.1 4 54-85104 F4 0.0099 89.5 1500 64 49.4

Pb in Gasoline in Kupang

0

0,005

0,01

0,015

0,02

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Kupang

87

88

89

90

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Kupang

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Kupang

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Kupang

0

20

40

60

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 95: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

88Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 96: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

89Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Banjarmasin

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 6470201 J6 0.088829 90 2500 46 58 2 6470102 J7 0.083077 90 1000 48 59 3 6470104 J8 0.087224 90.2 2600 46 62 4 6470101 J9 0.088294 90.3 2000 47 59 5 6470103 J10 0.089097 89.7 3100 46 58

Pb in Gasoline in Banjarmasin

0

0,02

0,04

0,06

0,080,1

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Banjarmasin

86

87

88

89

90

91

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Banjarmasin

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Banjarmasin

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Banjarmasin

0

20

40

60

80

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 97: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

90Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 98: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

91Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Balikpapan

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 6476108 E6 0.04214 90.5 1900 66 60 2 6476109 E7 0.04214 90 1900 66 60 3 6476107 E8 0.007224 90.8 2100 67 60 4 6476102 E9 0.035853 91.7 1900 67 61 5 6476109 E10 0.032642 91 2500 67 60

Pb in Gasoline in Balikpapan

00,010,020,030,040,05

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Balikpapan

86

88

90

92

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Balikpapan

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Balikpapan

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Balikpapan

0

20

40

60

80

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 99: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

92Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 100: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

93Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Makassar

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 7490205 A1 ND 89.2 800 65 51.8 2 7490295 A2 0.004013 88.7 900 70 48.5 3 7490203 A3 0.01204 89 800 64 50.5 4 7490122 A4 ND 89.1 800 65 52 5 7490222 A5 0.005351 88.6 800 65 52

Pb in Gasoline in Makassar

0

0,005

0,01

0,015

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Makassar

87

87,5

88

88,5

89

89,5

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Makassar

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Makassar

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Makassar

40

45

50

55

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 101: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

94Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 102: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

95Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Manado

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 7495118 I5 ND 89.2 800 59 51.3 2 7495108 I6 0.002676 89.1 800 68 54.7 3 7495109 I7 ND 88.3 800 63 47.4 4 7495101 I8 0.01204 88.4 700 64 47.6

Pb in Gasoline in Manado

0

0,005

0,01

0,015

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Manado

87

87,5

88

88,5

89

89,5

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Manado

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Manado

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Manado

0

20

40

60

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 103: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

96Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 104: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

97Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Palu

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 740813 C5 ND 89.5 700 49 59.4 2 7494205 C6 0.013378 89.3 1000 48 60.9 3 7494107 C7 0.004013 89 900 55 58.4 4 7494109 C8 ND 89.2 900 55 57.9

Pb in Gasoline in Palu

0

0,005

0,01

0,015

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Palu

8787,5

8888,5

8989,5

90

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Palu

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Palu

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Palu

0

20

40

60

80

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 105: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

98Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 106: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

99Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Bandung

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 3440207 C1 0.017391 89.4 700 57 52.5 2 3440218 C3 0.034783 89 700 57 52.2 3 3440204 C4 0.025418 89 700 57 51.4

Pb in Gasoline in Bandung

0

0,01

0,02

0,03

0,04

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Bandung

8787,5

8888,5

8989,5

90

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Bandung

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Bandung

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Bandung

40

45

50

55

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 107: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

100Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 108: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

101Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Surabaya

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 5461203 B6 0.006689 88.9 700 66 51.7 2 5160265 B7 0.002676 89 700 58 49.3 3 5460261 B8 0.001338 89.1 1000 67 51.8 4 5460248 B9 ND 88.7 900 69 52.3 5 5460106 B10 0.001338 89.2 700 56 49.1

Pb in Gasoline in Surabaya

0

0,005

0,01

0,015

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Surabaya

87

87,5

88

88,5

89

89,5

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Surabaya

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Surabaya

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Surabaya

40

45

50

55

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 109: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

102Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 110: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

103Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Ambon

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 8491717 H5 0.060602 89.2 900 64 50.9 2 8491718 H6 0.055652 89.4 900 68 50.8

Pb in Gasoline in Ambon

0

0,02

0,04

0,06

0,08

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Ambon

8787,5

8888,5

8989,5

90

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Ambon

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Ambon

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Ambon

42

44

46

48

50

52

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 111: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

104Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 112: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

105Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Sorong

No Gas Station Sample ID Pb (gr/l) RON Sulfur Distillation Cetane Index

1 840301 G5 0.026756 89 900 56 52.8 2 8498413 G6 0.030769 89.2 - - - 3 8198404 G7 0.034783 89.8 800 61 51.2 4 8498431 G8 0.034783 89 900 60 51.3

Note: Gas Station 8498413 only sell gasoline without diesel fuel

Pb in Gasoline in Sorong

0

0,01

0,02

0,03

0,04

Pb

gr/

l

Pb gr/l Spec 0.013

RON in Gasoline in Sorong

87

88

89

90

RO

N

RON Spec RON 88

Sulfur in Diesel Fuel in Sorong

0

1000

2000

3000

4000

Sul

fur

(ppm

)

Sulfur Spec 3500 ppm

Distillation in Diesel Fuel in Sorong

0

100

200

300

400

Dis

tilla

tion

Distillation Spec 370

Cetane Index in Diesel Fuel in Sorong

40

45

50

55

Cet

ane

Inde

x

Cetane Index Spec 45

Page 113: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

106Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Page 114: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

107Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

3.4 Analisis Kualitas Bahan BakarMenurut Kota

Jabodetabek

Berdasarkan hasil pemantauan, nilai rata-rata kadar timbel dalam bensin diJabodetabek adalah sebesar 0.00163 gr/l,sementara batasan kandungan timbel dalambensin adalah maksimum 0.013 gr/l. Hal inimenandakan bahwa kota Jakarta, Bogor,Tangerang, Depok dan Bekasi telah dipasokdengan bensin tanpa timbel. Untuk RONpada bensin secara keseluruhan cukup baikkarena berada dalam range 90.2 – 90.7.

Untuk jenis bahan bakar solar, didapatkanbahwa nilai rata-rata kadar belerang dalamsolar di Jabodetabek adalah 2700 ppmdengan range antara 2000 – 3300 ppm,meskipun masih dibawah ambang batasuntuk kadar belerang yang ditentukan olehDepartemen ESDM kadar belerang ini masihharus ditekan lagi sampai titik terendah.Sementara untuk indeks setanaJabodetabek memiliki nilai rata-rata 54,6dengan range 52 – 56

Untuk daerah Jabodetabek kualitas bensindapat dikatakan telah baik. Hal ini terlihatdengan telah tersedianya bensin tanpatimbel secara terus menerus dari tahun ketahun. Hal ini sangat mempengaruhi upayauntuk penurunan tingkat pencemaran udaraterutama yang berasal dari sumber bergerakkarena Jabodetabek memiliki populasi

3.4 Fuel Analysis Based on City

Greater Jabodetabek

According to the monitoring result, theaverage lead level in gasoline inJabodetabek is 0.00163 gr/l. The maximumlead level in gasoline for unleaded is 0.013gr/l. Thus, based on the result Jakarta,Bogor, Tangerang, Depol and Bekasi havebeen supplied with unleaded gasoline. ForRON, all samples from Jabodetabek haveadequate RON with range 90.3 – 90.7.

The average sulfur level in diesel fuel inJabodetabek is 2700 ppm with rangebetween 2000 – 3000 ppm, although it isstill below the standard of 3500 ppm (ESDMStandard) the sulfur level must be reducedup to the lowest level. Meanwhile for cetaneindex, Jabodetabek has the average of 54.6with range 53 – 56.

We can assume that the fuel quality inJabodetabek area is quite good. It is provenby the continuous supply of unleadedgasoline from year to year. The good fuelquality is very close related with the effortsof reducing air pollution, especially whichcomes from vehicular emission.Jabodetabek has high population and alsohigh mobility.

It is showed that there is an increasing ofsulfur content in diesel fuel in Jabodetabekbetween 2005 – 2006. Although the average

Page 115: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

108Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

kendaraan yang sangat tinggi dan mobilisasiyang sangat besar pula.

Terlihat ada kenaikan kandungan belerangpada solar di Jabodetabek antara tahun 2005dan 2006.

Kendati masih berada di bawah ambangbatas sebesar 3500 ppm kandunganbelerang di Jabodetabek harus tetap di tekansehingga emisi PM

10 atau partikel debu

dapat dikurangi.

sulfur level in diesel fuel is still below thethreshold of 3500 ppm, it must be reducedso that the PM

10 emission can be

decreased.

Page 116: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

109Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

0,002

0,004

0,006

0,008

0,01

0,012

0,014

2004 2005 2006

Pb

gr/

l34-13604

34-15113

34-16402

34-16108

34-17124

Threshold 0.013 gr/l

86,5

87

87,5

88

88,5

89

89,5

90

90,5

91

2005 2006

RO

N

34-13604

34-15113

34-16402

34-16108

34-17124

Threshold RON 88

Figure 7 : Comparison of Lead Content in Gasoline in Jabodetabekfor 2004, 2005 and 2006

Figure 8 : Comparison of RON in Gasoline in Jabodetabekfor 2005 and 2006

Page 117: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

110Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2005 2006

Su

lfr

pp

m34-13604

34-15113

34-16402

34-16108

34-17124

Threshold 3500 ppm

Threshold Euro 2

Figure 9 : Comparison of Sulfur Content ADO in Jabodetabekfor 2005 and 2006

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2005 2006

Dis

tillat

ion

34-13604

34-15113

34-16402

34-16108

34-17124

Threshold 370

Figure 10 : Comparison of Distillation Characteristic ADO in Jabodetabekfor 2005 and 2006

Page 118: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

111Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

10

20

30

40

50

60

2005 2006

Cet

ane

Index

34-13604

34-15113

34-16402

34-16108

34-17124

Threshold 45

Medan

Kota Medan mengalami penurunan kadartimbel dalam bensin secara signifikan daritahun 2005 lalu. Berdasarkan data terbarudidapati 2 contoh uji yang memiliki kadartimbel < 0.013 gr/l dan hal ini menandakanbahwa kota Medan telah disuplai sebagiandengan bensin tanpa timbel. Rata-rata kadartimbel dalam bensin di kota Medan adalah0.03365 gr/l dengan range minimum0.009632 gr/l dan maksimum 0.065819 gr/l.Sementara untuk RON pada bensin nilairata-ratanya adalah 89.22 dengan rangeminimum 88.2 dan maksimum 90.2. Iniberarti RON di kota Medan telah sesuaidengan spesifikasi yang ditentukan sebesar88. Indeks setana berada di range 60 – 67dengan nilai rata-rata 64.6, masih berada diatas spesifikasi yang ditentukan yaitusebesar 45.

Medan

The average lead level in gasoline in Medanis significantly decreased during 2005 –2006. According to the latest data, there are2 samples that have lead level < 0.013 gr/l.The average lead level in gasoline in Medanis 0.0336 gr/l with minimum range 0.00963gr/l and maximum 0.0658 gr/l. Meanwhile theaverage RON in Medan is 89.2 with range88.2 – 90.2. It can be assumed that gasolinein Medan has complied with the RONstandard of 88.

The average sulfur level in diesel fuel inMedan is 1420 ppm with range minimum1000 ppm and maximum 2100 ppm.Meanwhile the average cetane index inMedan is 64.4 with range 60 – 67, still abovethe specification given (45).

Figure 11 : Comparison of Cetane Index in Diesel Fuel in Jabodetabekin 2005 and 2006

Page 119: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

112Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Untuk solar, nilai rata-rata kadar belerang dikota Medan yaitu 1420 ppm dengan Darigambar grafik di atas, terlihat bahwa adapenurunan kandungan timbel dalam bensinsecara signifikan di kota Medan pada tahun2006. Hal ini merupakan berita yang baikbagi kota Medan yang ingin menurunkantingkat emisi pencemanran udaranya. Halini harus terus di tingkatkan sehingga padatahun-tahun kedepan kota Medan dapatbenar-benar dipasok dengan bensin tanpatimbel.

Dari gambar grafik di atas ditemukankenaikan kandungan belerang dalam solardi kota Medan antara tahun 2005 dengantahun 2006. Hal ini tentunya dapatmeningkatkan tingkat emisi PM10 akibatkandungan belerang yang tinggi pada solar.Diharapkan dalam tahun-tahun mendatangkota Medan dapat dipasok dengan solaryang memiliki kadar belerang rendah.

It is clearly showed that there is a significantreduction of lead level in gasoline in Medan.This is good news for Medan, the city thatwants to decrease its air pollution. The goodquality of fuel in Medan must be maintainedfor the coming years, so Medan can trulybecome unleaded city.

There is an increasing of sulfur level ingasoline in Medan between 2005 and 2006.Diesel fuel with high sulfur will result on highPM

10 emissions. We hope that in the coming

years Medan can be supplied with low sulfurdiesel fuel.

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

2005 2006

Pb

gr/

l

14201142

14202132

140137

14201115

14103

Threshold 0.013 gr/l

Figure 12 : Comparison of Lead Content in Gasoline in Medanfor 2005 and 2006

Page 120: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

113Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2005 2006

Su

lfu

r p

pm

14201142

14202132

140137

14201115

14103

Threshold 3500 ppm

Threshold Euro 2

85

86

87

88

89

90

91

2005 2006

RO

N

14201142

14202132

140137

14201115

14103

Threshold RON 88

Figure 13 : Comparison of Sulfur Content ADO in Medan for 2005 and 2006

Figure 14 : Comparison of RON in Gasoline in Medan for 2005 and 2006

Page 121: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

114Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2005 2006

Dis

tillat

ion

14201142

14202132

140137

14201115

14103

Threshold 370

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2005 2006

Cet

ane

Index

14201142

14202132

140137

14201115

14103

Threshold 45

Figure 15 : Comparison of Distillation Characteristic ADO in Medanfor 2005 and 2006

Figure 16 : Comparison of Cetane Index ADO in Medanfor 2005 and 2006

Comparison of Cetane Index in Diesel Fuel in Medan in 2005 and 2006

Page 122: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

115Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Palembang

Kota Palembang memiliki rata-rata kadartimbel dalam bensin yang tertinggi di kotalain dengan nilai 0.1495 gr/l. Dari tahun ketahun kota Palembang terus dipasok denganbensin bertimbel, hal ini tentunya dapatmemberikan dampak negatif yang besarterhadap kesehatan masyarakatnya danjuga memperburuk masalah pencemaranudara di kota tersebut. Sedangkan untukRON kota Palembang di supplai denganbensin yang memiliki RON cukup baikdengan nilai rata-rata RON 89.1.

Untuk Solar, nilai rata-rata kadar belerangadalah 1560 ppm dengan range terendah1000 ppm dan tertinggi 2100 ppm.Sementara untuk indeks setana nilai rata-ratanya adalah 49.8.

Kadar timbel di kota Palembang pada tahun2006 menunjukan adanya perbaikan. Terlihatpenurunan yang signifikan antara tahun 2005dan 2006, namun demikian nilai rata-ratatimbel pada bensin di Palembang masihberada diatas spesifikasi bensin tanpa timbelyang ditentukan yaitu sebesar 0.013 gr/l.

Dari gambar di atas dapat dilihat adanyakenaikan kadar belerang dalam solar di kotaPalembang pada tahun 2006 ini. Kenaikankadar belerang dapat menyebabkanbeberapa masalah seperti kenaikan tingkatemisi PM

10. Untuk dapat mengurangi emisi

PM10

di kota Palembang, maka kadar

Palembang

Palembang has the highest average leadlevel in gasoline compared to other cities.The average lead level is 0.1495 gr/l. Forseveral years Palembang was continuouslysupplied with leaded gasoline. This conditionmight bring negative impacts on air pollutionand in the end it will influence the health ofits citizen. Meanwhile the average RON inPalembang is 89.1

For diesel fuel, the average sulfur level is1560 ppm with range 1000 ppm – 2100 ppm.Meanwhile the average cetane index for dieselfuel in Palembang is 49.8

The fuel quality in Palembang is showingan improvement. There is a significantdecrease of lead level in gasoline during2005 – 2006, nevertheless the average leadlevel in gasoline in Palembang is still at highlevel, above the threshold of 0.013 gr/l.

There is an increasing sulfur level in dieselfuel in Palembang. The increasing of sulfurlevel could bring several problems such ashigh PM

10 emission. The sulfur level in must

be reduced up to maximum 500 ppm in orderto reduce the PM

10 emission in Palembang

Page 123: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

116Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

belerang dalam solar di kota tersebut harusdapat diturunkan sampai dengan kadar yangterendah, yaitu maksimal 500 ppm.

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

2004 2005 2006

Pb

gr/

l

24-30104

24-30103

24-30198

24-30101

24-30111

Threshold 0.013 gr/l

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2005 2006

Su

lfu

r p

pm

24-30104

24-30103

24-30198

24-30101

24-30111

Threshold 3500 ppm

Threshold Euro 2

Figure 17 : Comparison of Lead Content in Gasoline in Palembang

for 2004, 2005 and 2006

Figure 18 : Comparison of Sulfur Content ADO in Palembang for 2005 and 2006

Page 124: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

117Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

86,5

87

87,5

88

88,5

89

89,5

90

90,5

2005 2006

RO

N24-30104

24-30103

24-30198

24-30101

24-30111

Threshold RON 88

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2005 2006

Dis

tillat

ion

24-30104

24-30103

24-30198

24-30101

24-30111

Threshold 370

Figure 19 : Comparison of RON in Gasoline in Palembang for 2005 and 2006

Figure 20 : Comparison of Distillation Characteristic ADO in Palembang

for 2005 and 2006

Page 125: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

118Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Batam

Since 2001 Batam is declared as unleadedcity, but in fuel quality monitoring 2006leaded gasoline has come again in Batam.The average lead level in Batam is 0.0151gr/l, exceeds the standard of unleadedgasoline (0.013 gr/l). Meanwhile the averageRON in Batam is 92.3. Quite good comparedto specification given (88)

For diesel fuel, the average sulfur level is2300 ppm, although it is below the standardof 3500 ppm the sulfur level must bereduced. The average cetane index in Batamis 61.6.

In the 2004 fuel quality monitoring, all of thesamples from Batam have very low lead levelin gasoline. But since 2005 leaded gasoline

Figure 21 : Comparison of Cetane Index ADO in Palembang for 2005 and 2006

Batam

Kota Batam yang semenjak tahun 2001ditentukan sebagai salah satu kota yangbebas bensin bertimbel sepertinya harus dieliminasi dari daftar tersebut. Padapemantauan kualitas bahan bakar tahun 2006ini ditemukan bahwa rata-rata kandungantimbel pada bensin di kota Batam sebesar0.0151 gr/l, masih diatas spesifikasi bensintanpa timbel yaitu 0.013 gr/l. Sementara RONrata-rata pada bensin di kota Batam adalah92.3, tergolong cukup baik apabiladibandingkan spesifikasi sebesar 88.

Untuk kategori solar, rata-rata belerang padasolar di kota Batam adalah 2300 ppm.Sekalipun masih berada di bawah spesifikasi3500 ppm, kadar belerang dikota Batamharus dapat diturunkan lagi sampai dengan

40

42

44

46

48

50

52

54

2005 2006

Cet

ane

Index

24-30104

24-30103

24-30198

24-30101

24-30111

Threshold 45

Page 126: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

119Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

tingkat terendah. Rata-rata indeks setanadi kota Batam adalah 61.6.

Pada pemantauan kualitas bahan bakartahun 2004 didapati semua contoh uji bensinmemiliki kadar timbel yang sangat rendah,namun mulai tahun 2005 sampai dengan2006 didapati kembali bensin dengan kadartimbel diatas spesifikasi 0.013 gr/l. Hal initentu saja akan membawa pengaruh yangnegatif terhadap kesehatan warga kotaBatam dan semakin memperburukpencemaran udara di kota tersebut.

Terjadi pula kenaikan kadar belerang padasolar di kota Batam pada tahun 2006. Apabilatidak diambil langkah-langkah penurunankandungan belerang, kota Batam akansemakin tinggi tingkat pencemaranudaranya khususnya emisi PM

10.

has been re-supplied in Batam. This thingcould bring negative impacts on air qualityand also the health of its citizen

This year, there has been an increasing ofsulfur content in diesel fuel in Batam. Thehigh sulfur level must be reducedimmediately in order to decrease the airpollution especially PM

10 emission.

0

0,01

0,02

0,03

0,04

0,05

0,06

2004 2005 2006

Pb

gr/

l

14294701

14294704

14294713

14294719

14294702

Threshold 0.013 gr/l

Figure 22 : Comparison of Lead Content in Gasoline in Batamfor 2004, 2005 and 2006

Page 127: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

120Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

86,5

87

87,5

88

88,5

89

89,5

90

90,5

91

91,5

2005 2006

RO

N14294701

14294704

14294713

14294719

14294702

Threshold 88

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2005 2005

Su

lfu

r p

pm

14294701

14294704

14294713

14294719

14294702

Threshold 3500 ppm

Threshold Euro 2

Figure 23 : Comparison of RON in Gasoline in Batam for 2005 and 2006

Figure 24 : Comparison of Sulfur Content ADO in Batam for 2005 and 2006

Page 128: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

121Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2005 2006

Dis

tillat

ion

14294701

14294704

14294713

14294719

14294702

Threshold 370

0

10

20

30

40

50

60

70

2005 2006

Cet

ane

Index

14294701

14294704

14294713

14294719

14294702

Threshold 45

Figure 25 : Comparison of Distillation Characteristic ADO in Batamfor 2005 and 2006

Figure 26 : Comparison of Cetane Index ADO in Batam for 2005 and 2006

Page 129: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

122Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Semarang

Kota Semarang masih memiliki kadar timbeldalam bensin yang cukup tinggi yaitu rata-rata 0.0512 gr/l dimana kadar tersebut masihberada diatas spesifikasi 0.013 gr/l. Denganpopulasi kendaraan yang semakin tinggi,maka kota semarang idealnya sudahdisuplai dengan bensin tanpa timbel. UntukRON, rata-rata di kota Semarang adalah 89,namun ada satu titik dimana terdapat bensindengan RON 87.9.

Untuk jenis solar, rata-rata kadar belerangdalam solar di kota Semarang adalah 1725ppm dengan range minimum 1000 ppm danmaksimum 2200 ppm. Sementara indekssetana rata-rata berada pada angka 48.2.

Semarang

Semarang has a high average of lead levelin gasoline. The average of lead level inSemarang is 0.0512 gr/l and it is still abovethe threshold of 0.013 gr/l. With the highpopulation, Semarang is supposed to besupplied with unleaded gasoline. Meanwhilethe average RON in Semarang is 89, butthere is one sample that has RON 87.9.

For diesel fuel, the average sulfur level inSemarang is 1725 ppm with range 1000 ppm– 2200 ppm and the average for cetane indexis 48.2.

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

2004 2005 2006

Pb

gr/

l

4450119

4450112

4450108

4450110

44-50205

Threshold 0.013 gr/l

Figure 27 : Comparison of Lead Contentl in Gasoline in Semarangfor 2004, 2005 and 2006

Page 130: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

123Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

86,5

87

87,5

88

88,5

89

89,5

90

90,5

2005 2006

RO

N44-50119

44-50112

44-50108

44-50110

44-50205

Threshold 88

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2005 2006

Su

lfu

r p

pm

4450119

4450112

4450108

4450110

44-50205

Threshold 3500 ppm

Threshold Euro 2

Figure 28 : Comparison of RON Gasoline in Semarang for 2005 and 2006

Figure 29 : Comparison of Sulfur Content ADO in Semarang for 2005 and 2006

Page 131: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

124Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2005 2006

Dis

tillat

ion

44-50119

44-50112

44-50108

44-50110

44-50205

Threshold 370

40

42

44

46

48

50

52

54

56

2005 2006

Cet

ane

Index

44-50119

44-50112

44-50108

44-50110

44-50205

Threshold 45

Figure 30 : Comparison of Distillation Characteristic ADO in Semarangfor 2005 and 2006

Figure 31 : Comparison of Cetane Index ADO in Semarang for 2005 and 2006

Page 132: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

125Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Yogyakarta

Untuk kota Yogyakarta sampai saat inibelum dapat dikategorikan sebagai kota yangbebas bensin bertimbel. Rata-rata timbelpada bensin di Yogyakarta adalah 0.069 gr/l masih diatas 0.013 gr/l. Kota Yogyakartayang akan menjadi tuan rumah dari BAQ2006 sebaiknya ditetapkan sebagai kotayang bebas bensin bertimbel sesegeramungkin. Sementara rata-rata RON padabensin di Yogyakarta adalah 89.5.

Untuk solar, rata-rata belerang pada solar diYogyakarta adalah 1600 ppm dengan range1000 ppm – 2100 ppm. Hal ini perluditurunkan lagi sampai titik terendah agardapat mengurangi emisi dari PM10.

Selama 2 tahun terakhir kota Yogyakartatelah mengalami penurunan kadar timbeldalam bensin secara signifikan, namunmasih belum cukup untuk dikategorikansebagai kota yang bebas bensin bertimbel.

Rata-rata kadar belerang pada solar diYogyakarta apabila dibandingkan denganspesifikasi 3500 ppm masih tergolongrendah, namun harus terus ditekan agardapat mengurangi emisi PM

10.

Yogyakarta

At these present days, Yogyakarta is stillsupplied with leaded gasoline. The averagelead level in gasoline in Yogyakarta is 0.069gr/l, above the threshold of 0.013 gr/l.Yogyakarta will be the host for BAQ 2006,so the city is supposed to be free fromleaded gasoline ASAP. Meanwhile theaverage RON level in Yogyakarta is 89.5.

For diesel fuel, the average sulfur level inYogyakarta is 1600 ppm with range 1000 ppm– 2100 ppm. The sulfur level must bereduced to the lowest level at once to reducethe PM

10 emission.

For the last two years, there has been asignificant decreasing of lead level ingasoline in Yogyakarta. However it is notenough to declare Yogyakarta as unleadedcity.

The average sulfur level in Yogyakartacompared to specification given (3500 ppm)is still at the low value; however the sulfurcontent must be reduced to the lowest levelin order to reduce PM

10 emission.

Page 133: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

126Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

2004 2005 2006

Pb

gr/

l3455208

4455211

4455207

4455101

Threshold 0.013 gr/l

86,5

87

87,5

88

88,5

89

89,5

90

90,5

91

91,5

2005 2006

RO

N

3455208

4455211

4455207

4455101

Threshold 88

Figure 32 : Comparison of Lead Content in Gasoline in Yogyakartafor 2004, 2005 and 2006

Figure 33 : Comparison of RON Gasoline in Yogyakarta for 2005 and 2006

Page 134: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

127Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2005 2006

Su

lfu

r p

pm

3455208

4455211

4455207

4455101

Threshold 3500 ppm

Threshold Euro 2

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2005 2006

Dis

till

atio

n

3455208

4455211

4455207

4455101

Threshold 370

Figure 34 : Comparison of Sulfur Level ADO in Yogyakarta for 2005 and 2006

Figure 35 : Comparison of Characteristic ADO in Yogyakarta in 2005 and 2006

Page 135: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

128Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

2005 2006

Cet

ane

Index

3455208

4455211

4455207

4455101

Threshold 45

Figure 36 : Comparison of Cetane Index ADO in Yogyakarta for 2005 and 2006

Denpasar

Kota Denpasar semenjak tahun 2001 telahditetapkan sebagai salah satu kota yangbebas bensin bertimbel, namunkenyataannya bensin dengan kadar timbel> 0.013 gr/l kembali ditemukan di Denpasar.Rata-rata timbel dalam bensin di Denpasaradalah 0.020 gr/l. Kemungkinan Denpasarharus di perhatikan kembali kualitas bahanbakarnya khususnya kandungan timbeldalam bensin. Rata-rata RON pada bensindi Denpasar adalah 88.7 dengan range 88.2– 89.5.

Sementara untuk solar, rata-rata belerangdalam solar adalah 1050 ppm. Rata-rataindeks setana di Denpasar adalah 48.8,masih berada diatas angka 45.

Denpasar

Since 2001 Denpasar is established asunleaded city, but the fact is leaded gasolineis found once again in Denpasar. The averagelead level in gasoline in Denpasar is 0.020gr/l. Denpasar city must become a concernon fuel quality monitoring, especially its leadlevel in gasoline. The average RON level inDenpasar is 88.7 with range 88.2 – 89.5.

Meanwhile the average sulfur level inDenpasar is 1050 ppm and the averagecetane index is 48.8, Above thespecification given (45)

Gasoline with lead level exceeds 0.013 gr/lis found once again in Denpasar, althoughthis city has been declared as unleaded citysince 2001. Therefore the government

Page 136: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

129Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Di kota Denpasar kini ditemukan kembalibensin dengan kadar timbel diatas 0.013 gr/l. Kota ini telah ditetapkan sebagai kotabebas bensin bertimbel pada tahun 2001lalu. Untuk itu perlu ketegasan daripemerintah untuk terus mensuplai kotaDenpasar ini dengan bensin tanpa timbel.

Kota Denpasar dari tahun ke tahun memilikirata-rata belerang dalam solar yang rendah.Hal ini perlu dipertahankan agar kotaDenpasar tetap memiliki emisi PM

10 yang

rendah.

must re-supply Denpasar with unleadedgasoline.

For several years Denpasar has low sulfurlevel in diesel fuel, and it needs to bemaintained in order to control the low PM

10

emission in Denpasar.

0

0,005

0,01

0,015

0,02

0,025

0,03

0,035

2004 2005 2006

Pb

gr/

l

5480305

5480121

5480107

5480101

Threshold 0.013 gr/l

Figure 37 : Comparison of Lead Content in Gasoline in Denpasar for 2004, 2005 and 2006

Page 137: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

130Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

87

87,5

88

88,5

89

89,5

90

90,5

2005 2006

RO

N5480305

5480121

5480107

5480101

Threshold 88

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2005 2006

Su

lfu

r p

pm

5480305

5480121

5480107

5480101

Threshold 3500 ppm

Threshold Euro 2

Figure 38 : Comparison of RON Gasoline in Denpasar in 2005 and 2006

Figure 39 : Comparison of Sulfur Content ADO in Denpasar for 2005 and 2006

Page 138: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

131Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2005 2006

Dis

tillat

ion

5480305

5480121

5480107

5480101

Threshold 370

0

10

20

30

40

50

60

2005 2006

Cet

ane

Index

5480305

5480121

5480107

5480101

Threshold 45

Figure 40 : Comparison of Distillation Characteristic ADO in Denpasarfor 2005 and 2006

Figure 41 : Comparison of Cetane Index ADO in Denpasar for 2005 and 2006

Page 139: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

132Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Makassar

Didapatkan data bahwa rata-rata kadartimbel dalam bensin di Makassar adalah0.005 gr/l. Dibandingkan dengan tahun 2005lalu terjadi penurunan timbel dalam bensinsebesar 98.2% dari 0.273 gr/l pada tahun2005 menjadi 0.005 gr/l pada tahun 2006.Dapat disimpulkan bahwa Makassar padatahun ini telah disuplai dengan bensin tanpatimbel. Sementara untuk RON, rata-ratanyaadalah 88.9 dimana rata-rata ini masihmemadai berdasarkan spesifikasi RON 88.

Untuk jenis bahan bakar solar, kadarbelerang dalam solar di Makassar jugamengalami penurunan yang cukupsignifikan. Rata-rata belerang dalam solardi Makassar pada tahun 2005 adalah 1.140ppm dan pada tahun 2006 ini rata-ratanyaturun menjadi 820 ppm. Hal ini tentunyaakan membawa pengaruh yang sangat baikterhadap upaya pengendalian pencemaranudara di Makassar. Sementara rata-ratadistilasi pada solar di Makassar adalah 65.8dan rata-rata indeks setana adalah 50.96.

Makassar

The data shows that the average lead levelin Makassar is still 0,005 gr/l. Compared withyear 2005 there has been 98,2% decreasingof lead level in gasoline from 0,273 gr/l in2005 into 0,005 gr/l in 2006. It can beassumed that in 2006 Makassar has beensupplied with unleaded gasoline. Meanwhilefor RON, the average is 88,9 and it can becategorized as a proper number based onspecification given (RON 88).

For diesel fuel, the sulfur level has beenreduced significantly. The average sulfurlevel in 2005 was 1.140 ppm and in 2006the average sulfur is 820 ppm. This couldbring a good influence on the effort forcontrolling air pollution in Makassar.Meanwhile the average distillation in dieselfuel is 65,8 and the average cetane index is50,96.

Page 140: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

133Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

0,3

0,35

2004 2005 2006

Pb

gr/

l7490205

7490295

7490203

7490122

7490222

Threshold 0.013

Figure 42 : Comparison of Lead Content in Gasoline in Makassar for 2004, 2005 and 2006

86,5

87

87,5

88

88,5

89

89,5

90

90,5

91

91,5

2005 2006

RO

N

7490205

7490295

7490203

7490122

7490222

Threshold 88

Figure 43 : Comparison of RON Gasoline in Makassar for 2005 and 2006

Page 141: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

134Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2005 2006

Su

lfu

r p

pm

7490205

7490295

7490203

7490122

7490222

Threshold 3500 ppm

Threshold Euro 2

Figure 44 : Comparison of Sulfur Content ADO in Makassar for 2005 and 2006

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2005 2006

Dis

tillat

ion

7490205

7490295

7490203

7490122

7490222

Threshold 370

Figure 45 : Comparison of Distillation Characteristic ADO in Makassarfor 2005 and 2006

Page 142: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

135Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

40

42

44

46

48

50

52

54

56

2005 2006

Cet

ane

Index

7490205

7490295

7490203

7490122

7490222

Threshold 45

Bandung

Pada tahun 2006 ini rata-rata kadar timbeldalam bensin di kota Bandung adalah 0.026gr/l, kendati masih berada diatas level 0.013gr/l kadar timbel dalam bensin di Bandungtelah mengalami penurunan yang cukupsignifikan dibandingkan dengan tahun-tahunsebelumnya. Sementara rata-rata RONbensin adalah 89.13.

Penurunan juga terjadi pada kandunganbelerang dalam solar. Pada tahun 2005 lalurata-rata kandungan belerang pada solar diBandung adalah 2950 ppm sementara rata-rata tahun 2006 adalah 700 ppm danpenurunan yang terjadi sebesar 76.3%.Rata-rata indeks setana pada solar diBandung adalah 52 dengan nilai minimum51.4 dan maximum 52.5.

Bandung

In 2006 the average lead level in gasoline inBandung is 0,026 gr/l, although it is stillexceeds 0,013 gr/l the lead level in gasolinein Bandung has been reduced comparedwith the previous years. Meanwhile theaverage RON is 89,13.

The increasing rate also occurred on sulfurlevel in diesel fuel Bandung was 2950ppm,but in 2006 the average is 700 ppm. Itmeans that there is 76,3% of sulfur leveldecreasing. The average cetane index inBandung is 52 with range minimum 51,4 andmaximum 52,5.

Figure 46 : Comparison of Cetane Index ADO in Makassar in 2005 and 2006

Page 143: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

136Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

0,05

0,1

0,15

0,2

0,25

2004 2005 2006

Pb

gr/

l3440207

3440218

3440204

3440208

Threshold 0.013 gr/l

Figure 47 : Comparison of Lead Content in Gasoline in Bandungfor 2004, 2005 and 2006

87

87,5

88

88,5

89

89,5

90

90,5

2005 2006

RO

N

34-40207

34-40218

34-40204

34-40208

Threshold 88

Figure 48 : Comparison of RON Gasoline in Bandung for 2005 and 2006

Page 144: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

137Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2005 2006

Su

lfu

r p

pm

3440207

3440218

3440204

3440208

Threshold 3500 ppm

Threshold Euro 2

Figure 19 : Comparison of Sulfur Content ADO in Bandung for 2005 and 2006

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2005 2006

Dis

till

atio

n

34-40207

34-40218

34-40204

34-40208

Threshold 370

Figure 50 : Comparison of Distillation Characteristic ADO in Bandungfor 2005 and 2006

Page 145: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

138Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

40

42

44

46

48

50

52

54

2005 2006

Cet

ane

Index

34-40207

34-40218

34-40204

34-40208

Threshold 45

Figure 51 : Comparison of Cetane Index ADO in Bandung for 2005 and 2006

Page 146: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

139Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Surabaya

Untuk kota Surabaya, rata-rata timbel dalambensin adalah 0.003 gr/l dengan nilaiminimum 0.00133 gr/l dan maximum0.00668 gr/l. Dapat dipastikan pada tahunini kota Surabaya telah dipasok denganbensin tanpa timbel. Rata-rata RON padabensin di Surabaya adalah 88.9.

Untuk solar, rata-rata belerangnya adalah800 ppm. Ada penurunan kadar belerangdalam solar di Surabaya antara tahun 2005dengan 2006. sementara rata-rata indekssetana pada solar di Surabaya adalah 50.84.

Surabaya

The average lead level in Surabaya is 0,003gr/l with range minimum 0,00133 gr/l andmaximum 0,00668 gr/l. It can be assuredthat in this year Surabaya has been suppliedwith unleaded gasoline. Meanwhile theaverage RON in gasoline in Surabaya is 88,9.

For diesel fuel, the average sulfur level is800 ppm. There has been decreasing ofsulfur level between 2005 and 2006 periodsfor cetane index, the average is 50,84.

0

0,005

0,01

0,015

0,02

0,025

0,03

0,035

0,04

2004 2005 2006

Pb

gr/

l

5461203

5160265

5460261

5460248

5460106

Threshold 0.013 gr/l

Figure 52 : Comparison of Lead Content in Gasoline in Surabayafor 2004, 2005 and 2006

Page 147: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

140Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2005 2006

Su

lfu

r p

pm

5461203

5160265

5460261

5460248

5460106

Threshold 3500 ppm

Threshold Euro 2

Figure 53 : Comparison of Sulfur Content in Diesel Fuel in Surabayafor 2005 and 2006

86,5

87

87,5

88

88,5

89

89,5

90

90,5

91

91,5

2005 2006

RO

N

5461203

5160265

5460261

5460248

5460106

Threshold 88

Figure 54 : Comparison of RON in Gasoline in Surabaya for 2005 and 2006

Page 148: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

141Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

0

50

100

150

200

250

300

350

400

2005 2006

Dis

tillat

ion

5461203

5160265

5460261

5460248

5460106

Threshold 370

Figure 55 : Comparison of Distillation Characteristic ADO in Surabayafor 2005 and 2006

0

10

20

30

40

50

60

2005 2006

Cet

ane

Index

5461203

5160265

5460261

5460248

5460106

Threshold 45

Figure 56 : Comparison of Cetane Index ADO in Surabaya for 2005 and 2006

Page 149: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

142Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Manado

Rata-rata kadar timbel dalam bensin diManado adalah 0.004 gr/l. Nilai ini beradadibawah angka 0.013 gr/l yang merupakanambang batas timbel dalam bensinberdasarkan spesifikasi dari ESDM. Dengandata tersebut dapat disimpulkan bahwa kotaManado telah disuplai dengan bensin tanpatimbel. Sementara rata-rata angka oktan diManado adalah 88.7.

Untuk jenis solar, rata-rata kadar belerangnyaadalah 775 ppm, dengan range minimum 700ppm dan maximum 800 ppm. Angka initergolong rendah bila dibandingkan dengankota-kota lainnya. Rata-rata indeks setanapada solar di Manado adalah 56.25, biladibandingkan dengan standar indekssetana sebesar 45 maka nilai tersebutberada diatas standar.

Palu

Sama seperti halnya Makassar danManado, rata-rata kadar timbel dalam bensindi Palu berada dibawah angka 0.013 gr/l.Rata-rata timbel dalam bensin di Paluadalah 0.005 gr/l, dengan demikian kota palujuga dapat diasumsikan telah disuplaidengan bensin tanpa timbel. Sementararata-rata RON pada bensin di Palu adalah89.25 dan tergolong baik karena beradadiatas spesifikasi RON 88.

Manado

In Manado, the average lead level is 0,004gr/l. This value is below 0,013 gr/l which isthe threshold of unleaded gasoline basedon specification given by ESDM. With thedata, it can be assumed that Manado hasbeen supplied with unleaded gasoline.Meanwhile the average RON in gasoline inManado is 88,7.

For diesel fuel, the average sulfur level is775 ppm, with range minimum 700 ppm andmaximum 800 ppm. The average sulfur levelin Manado can be categorized as low level,compared with other cities. Meanwhile theaverage cetane index in Manado is 56,25,still above the standard of 45.

Palu

Similar with Makassar and Manado, theaverage lead level in gasoline in Palu issimilar 0,005 gr/l, below the threshold of0,013 gr/l. Therefore, it can be assumed thatPalu has been supplied with unleadedgasoline. Meanwhile the average RON ingasoline in Palu is 89,25, still above thespecification of RON 88.

For diesel fuel, the average cetane index inPalu is 59,15 withrange minimum 57,9 andmaximum 60,9 the average sulfur level is875 ppm.

Page 150: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

143Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Untuk jenis solar, rata-rata indeks setanaadalah 59.15 dengan range minimum 57.9dan maximum 60.9 dan kadar belerang rata-rata adalah 875 ppm.

Padang

Meskipun kota Padang baru tahun 2006 inimasuk kedalam daftar kota-kota yangdijadikan lokasi pemantauan kualitas bahanbakar, namun kota Padang langsungmendapatkan tempat tertinggi karenamemiliki nilai rata-rata timbel dalam bensinyang paling rendah. Seluruh contoh uji darikota Padang menunjukan angka tidakterdeteksi untuk kandungan timbel dalambensin dan angka paling rendah yangterdeteksi adalah 0.001347 gr/l. Sementarauntuk RON, nilai rata-rata di kota Padangadalah 89.3 dengan range antara 88.5 – 90.3.

Untuk jenis solar, nilai rata-rata belerangdalam solar adalah 2560 ppm dengan range1900 – 3000 ppm. Nilai rata-rata belerangdalam solar ini termasuk tinggi dan dapatmenyebabkan berbagai masalah terutamamasalah pencemaran udara. Nilai rata-rataindeks setana di kota Padang adalahsebesar 53, dan nilai ini masih berada diatas spesifikasi yang ditentukan yaitu 45.

Pekan Baru

Sama seperti halnya kota Padang, kotaPekanbaru juga baru tahun ini masuk ke

Padang

Although Padang is a new city that listed inthe fuel quality monitoring activity, Padanghas a very good fuel quality. The averagelead level in gasoline in Padang is the lowestamong other cities. All samples form Padangshowing ND (Not Detectable) mark for leadanalysis. It means that Padang is suppliedwith unleaded gasoline. Meanwhile theaverage RON in Padang is 89.3 with range88.5 – 90.3.

The average sulfur level in diesel fuel inPadang is 2560 ppm with range 1900 ppm –3000 ppm. The average value can beassumed high and can potentially causeseveral problem especially air pollutionproblems. The average cetane index inPadang is 49.8, above the specificationgiven (45)

Pekan Baru

Similar as Padang, Pekan Baru is a newcomer on the fuel quality monitoringactivities. From the data, Pekan Baru has ahigh average lead level in gasoline; theaverage is 0.1386 gr/l. The high lead level inPekan Baru must be reduced to thelowest level bellow threshold level as soonas possible. Meanwhile the average RONis 88.9, still above the specification given(88)

Page 151: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

144Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

dalam daftar kota yang diuji kualitas bahanbakarnya. Dari data yang didapatkan, nilairata-rata timbel dalam bensin di kotaPekanbaru tergolong tinggi yaitu sebesar0.1386 gr/l. Hal ini tidak dapat dibiarkanberlangsung terus menerus, kadar timbel dikota ini harus dihilangkan sesegeramungkin. Untuk nilai RON kota Pekanbarumemiliki nilai rata-rata 88.9, masih diatasspesifikasi yang ditentukan yaitu sebesar88.

Mataram

Kota Mataram menorehkan catatan yanggemilang pada pemantauan kualitas bahanbakar tahun 2006 ini. Meskipun kota ini barudimasukan sebagai kota yang menjadilokasi pengambilan contoh uji, Matarammemiliki bensin dengan rata-rata timbel yangsangat rendah, yaitu 0.007 gr/l. Rata-ratatersebut jauh berada dibawah angka 0.013gr/l yang merupakan syarat bagi bensintanpa timbel. Karena itu pemerintah perlumengumumkan bahwa Mataram merupakansalah satu kota yang bebas bensinbertimbel. Sementara rata-rata RON padabensin di Mataram adalah 89.3.

Untuk jenis solar, rata-rata belerang padasolar di Mataram adalah 1275 ppm denganrange 1000 – 1500 ppm. Hal ini jugamenandakan bahwa kota Mataram memilikikualitas solar yang cukup baik. Rata-rata

Mataram

Mataram has created a brilliant record in the2006 fuel quality monitoring, although thecity is not predicted to be one of theunleaded cities, but the data shows thatMataram has the average lead level of 0.007gr/l, far below the unleaded gasolinethreshold of 0.013 gr/l. Therefore thegovernment needs to declare Mataram asone of the unleaded cities. Meanwhile theaverage RON level in Mataram is 89.3

For diesel fuel, the average sulfur level inMataram is 1275 ppm with range 1000 –1500 ppm, also at the low level compared toother cities. And the average cetane indexin Mataram is 50.5.

Kupang

Kupang, which located near next to Mataramalso has the low lead level in gasoline. Theaverage lead level in Kupang is 0.011 gr/l. Itmeans that kupang has already supplied withunleaded gasoline. The average RON levelin Kupang is 89.3

For diesel fuel, the average sulfur level is1700 ppm with range 1200 ppm – 2100 ppm.Sulfur level in diesel fuel in Kupang needsto be reduced up to the lowest level in orderto reduce PM10

Page 152: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

145Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

indeks setana pada kota Mataram adalah50.5.

Kupang

Sama halnya seperti Mataram, kota Kupangjuga memiliki kualitas bensin yang baik. Nilairata-rata timbel dalam bensin di kotaKupang adalah 0.011 gr/l yang berarti kotaKupang telah disuplai dengan bensin tanpatimbel. Sementara rata-rata RON padabensin di kota Kupang adalah 89.3

Untuk jenis solar, nilai rata-rata belerang padasolar adalah 1700 ppm dengan range 1.200– 2.100 ppm. Kandungan belerang padasolar di kota Kupang harus dapat ditekanserendah mungkin agar emisi PM

10 dapat di

kurangi. Nilai Rata-rata indeks setanapadasolar di kota Kupang adalah 50.9, masihberada diatas spec 45.

Banjarmasin

Sampai dengan tahun 2006 ini Banjarmasinmasih disuplai dengan bensin bertimbel. Nilairata-rata kandungan timbel pada bensin diBanjarmasin adalah 0.087 gr/l. Kandungantimbel pada bensin di kota Banjarmasin perluterus di pantau agar mutunya dapat terus ditingkatkan lagi. Sementara rata-rata RONpada bensin di kota Banjarmasin adalah 90,dapat dikategorikan cukup baik.

emission. Meanwhile the average cetaneindex for Kupang is 50.9.

Banjarmasin

At these present days, Banjarmasin is stillsupplied with leaded gasoline. The averagelead level in gasoline in Banjarmasin is 0.087gr/l. Lead level in Banjarmasin needs to bemonitored regularly, so the fuel quality canbe enhanced in the coming years. Theaverage RON level in Banjarmasin is 90.

For diesel fuel, the average sulfur level is2240 ppm with range 1000 ppm – 3100 ppmand the average cetane index forBanjarmasin is 59.2.

Balikpapan

Balikpapan as one of the oil and produceris supposed to be supplied with high qualityfuel. The average lead level in Balikpapanis 0.032 gr/l, still above the threshold of 0.013gr/l. The average RON in Balikpapan is 90.8.

For diesel fuel, the average sulfur level is2060 ppm with range 1900 ppm – 2500 ppm,still at the high level and the average cetaneindex for Balikpapan is 60.2.

Ambon

For Ambon, the average lead level ingasoline is 0,058 gr/l, still exceeds the

Page 153: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

146Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

unleaded gasoline threshold of 0,013 gr/l.The average RON in gasoline in Ambon is89,3.

Meanwhile for diesel fuel, the average sulfurlevel is 900 ppm and the average cetaneindex is 50,85.

Sorong

The average lead level in Sorong is 0,032gr/l, still above the level of 0,013 gr/l.Meanwhile the average RON in Sorong is89,25. It is worth questioning why Sorongwhich is close to the Kasim refinery designedto produce unleaded gasoline is still suppliedwith gasoline having lead level exceeding0.013 gr/l?

For diesel fuel, the average sulfur level indiesel fuel in Sorong is 866,6 ppm and theaverage cetane index is 51,76.

Untuk solar, nilai rata-rata belerang padasolar di Banjarmasin adalah 2.240 ppmdengan range 1.000 ppm – 3.100 ppm,masih merupakan angka yang tinggi. Nilairata-rata indeks setanapada solar diBanjarmasin adalah 59.2.

Balikpapan

Balikpapan sebagai salah satu kotapenghasil minyak dan gas terbesar diIndonesia seharusnya memiliki kualitasbahan bakar yang baik. Rata-rata timbeldalam bensin di kota Balikpapan adalah0.032 gr/l, masih diatas spesifikasi bensintanpa timbel sebesar 0.013 gr/l. Untuk RON,rata-rata di kota Balikpapan adalah 90.8.

Sementara nilai rata-rata belerang pada solardi Balikpapan adalah 2060 ppm dengankisaran 1.900 ppm – 2.500 ppm, masihcukup tinggi. Rata-rata indeks setana padasolar di Balikpapan adalah 60.2.

Ambon

Untuk kota Ambon, rata-rata kadar timbeldalam bensin adalah 0.058 gr/l. Angka inimasih melewati 0.013 gr/l yang merupakanambang batas timbel dalam bensin.Sementara rata-rata RON pada bensin diAmbon adalah 89.3.

Page 154: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

147Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Untuk solar, rata-rata belerang dalam solaradalah 900 ppm dan rata rata indeks setanaadalah 50.85.

Sorong

Rata-rata timbel dalam bensin di Sorongadalah 0.032 gr/l, masih berada diatas level0.013 gr/l. Hal ini perlu dipertanyakan karenasuplai bensin untuk wilayah Sorong berasaldari kilang Kasim yang dirancang untukmemproduksi bensin tanpa timbel.Sementara rata-rata RON pada bensin diSorong adlah 89.25.

Untuk jenis solar, rata-rata kadar belerangpada solar di Sorong adalah 866.6 ppm danrata-rata indeks setana adalah 51.76.

Page 155: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

148Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1.Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis kualitasbahan bakar di 20 kota di Indonesia, makadapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pencemaran udara saat ini masihmenjadi ancaman bagi sebagian besarwilayah di Indonesia, terutama di kota-kota besar yang padat lalu lintas.

2. Kualitas bahan bakar sangat berkorelasidengan tingkat pencemaran udara.Semakin baik kualitas bahan bakar disuatu kota maka akan semakin baik pulakualitas udara di kota tersebut.

3. Timbel dalam bensin merupakansenyawa yang sangat besarpengaruhnya terhadap kondisi kualitasudara, karena dengan bahan bakar yangmasih bertimbel kendaraan bermotortidak dapat dilengkapi catalyticconverter. Di samping timbel itu sendirimerupakan zat pencemar udara yangsangat beracun dan dengan tidakberfungsinya catalytic converter makaparameter pencemar udara lainnyaseperti HC, CO NOx akan tetap tinggi.

4. Berdasarkan data hasil pengujian di 20kota menunjukkan bahwa bahan bakar

CHAPTER IV

CONCLUSION ANDRECOMMENDATION

4.1.Conclusion

Based on the data and analysis of fuel qualityin 20 cities in Indonesia, the conclusionsare listed below:1. The air pollution at present is still a

threat for most regions in Indonesia,especially in major cities with heavytraffic.

2. The fuel quality is correlated with airpollution level. The better the quality ofthe fuel, the lesser air pollution isemitted.

3. The lead in gasoline is a substance thathas an enormous effect on the airquality. If lead still exists in the fuel, thenthe motor vehicle cannot be applied withcatalytic converter. Lead in itself is atoxic in ambient air. Without catalyticconverters, several pollutants such asHC, CO, and NOx will still be high.

4. Based on the monitoring in 20 cities,most regions of Indonesia are stillsupplied with leaded gasoline with detailsas shown below:

a) The average lead level in gasolineis 0,038 g/L, above the threshold ofunleaded gasoline (0,013 g/L)

Page 156: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

149Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

bensin di sebagian wilayah Indonesiamasih dipasok oleh bensin bertimbeldengan rincian sebagai berikut:

a) Nilai rata-rata kadar timbel dalambensin sebesar 0.038 gr/l, nilaitersebut berada di atas ambangbatas bensin tanpa timbel yaitumaksimum 0.013 gr/l. Secaraumum terjadi penurunan kadartimbel rata-rata dalam bensinsecara bertahap antara tahun 2004,2005 dan 2006.

i) Nilai rata-rata timbel dalambensin tahun 2005 adalah0.133 gr/l, sementara rata-ratatahun 2006 adalah 0.038 gr/l,dan diartikan sebagaipenurunan kadar timbel dalambensin.

ii) Beberapa kota di Pulau Jawaseperti Semarang danYogyakarta belum disuplaidengan bensin tanpa timbel,untuk Yogyakarta nilai rata-ratatimbel dalam bensinya tidakberbeda jauh dengan tahunlalu, sementara untuk kotaSemarang cenderungmemburuk.

iii) Hal tersebut tidak terlaluberbeda dengan kota Batamdan kota Denpasar yang

generally there has been a reductioneffect of lead level in gasolinegradually in period 2004, 2005, and2006.

i) The average lead level ingasoline in 2005 was 0,133 g/Lmeanwhile in 2006 was 0,038g/L. It can be referred as areduction of lead level ingasoline.

ii) Several cities in Java such asSemarang, and Yogyakarta arenot supplied with unleadedgasoline. The average leadlevel in Yogyakarta is still thesame with last year, while inSemarang the lead level ingasoline is getting worst.

iii) The phenomenon in Java issimilar with Batam andDenpasar. These cities weredeclared as unleaded city, butnow gasoline with lead levelexceeds 0,013 g/L can befound again in Batam &Denpasar. The average leadlevel in gasoline in Batam is0,015 g/L and Denpasar 0,020g/L.

b) The good news is finally come fromPadang, Medan, Mataram, Kupang,Makassar, Palu and Manado.

Page 157: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

150Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

semula dinyatakan sebagaikota bebas bensin bertimbel.Kedua kota tersebut kinikembali disuplai dengan bensinyang kadar timbelnya melebihi0.013 gr/l. Nilai rata-rata timbeldalam bensin untuk Batamadalah 0.015 gr/l dan Denpasar0.020 gr/l.

b) Kabar gembira justru datang darikota Padang, Medan, Mataram,Kupang, Makassar, Palu danManado nilai rata-rata timbel dalambensin dari kota:

i) Padang menunjukan angkatidak terdeteksi. Sementara diMedan rata-rata timbel dalambensin menunjukan angka0.0336 gr/l, dibandingkandengan rata-rata tahun 2005sebesar 0.213 gr/l pada tahunini terdapat penurunan sebesar0.1794 gr/l atau 84.23%.

ii) Kota Mataram telah dipasokdengan bensin tanpa timbel danjuga sebagian besar kotaKupang. Nilai rata-rata kadartimbel dalam bensin di kotaMataram adalah 0.007 gr/lsementara rata-rata Kupangadalah 0.011 gr/l.

i) In Padang lead level in gasolineis marked with ND or NotDetectable. Meanwhile inMedan the average lead level is0,0336 g/L, last year theaverage lead level for Medan is0,213 g/L. It means that thereis 0.179 g/L or 84,23% of leadlevel reduction in Medan.

ii) Mataram has already suppliedwith unleaded gasoline, thesimilar condition is also foundin Kupang. The average leadlevel in gasoline in Mataram is0,007 g/L and Kupang is 0,011g/L.

iii) In Makassar the average leadlevel in gasoline is significantlydecreased, the entire samplefrom Makassar shows lead level< 0,013 g/L. In 2005 theaverage lead level in Makassarwas 0,273 g/L, meanwhile inthis year the average is 0,005g/L. It means that there is 98,2%reduction of lead level inMakassar.

iv) Similar with Makassar , Manadoand Palu have already suppliedwith unleaded gasoline. Theaverage lead level in gasolinein Manado is 0,004 g/L andPalu is 0,005g/L.

Page 158: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

151Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

iii) Di kota Makassar kadar timbeldalam bensinnya telah menurundengan tajam, bahkan dariseluruh contoh uji yang diambildari Makassar kadar timbelnyaadalah < 0.013 gr/l. Pada tahun2005 lalu rata-rata kadar timbeldalam bensin di Makassaradalah 0.273 gr/l sementarapada tahun 2006 ini rata-ratakadar timbel dalam bensin diMakassar adalah 0.005 gr/l, iniberarti ada penurunan kadartimbel rata-rata sebesar 98.2%di Makassar.

iv) Seperti halnya Makassar,Manado dan Palu juga telahdisuplai dengan bensin tanpatimbel. Rata rata kadar timbeldalam bensin di Manado adalah0.004 gr/l dan Palu 0.005 gr/l.Data di atas menandakanbahwa wilayah Pulau Sulawesitelah disuplai dengan bensintanpa timbel.

v) Untuk kawasan Maluku danPapua yang diwakili kotaAmbon dan Sorong masihditemukan bensin dengan kadartimbel yang melebihi 0.013 gr/l. Rata-rata kadar timbel dalambensin di Ambon adalah 0.058gr/l dan Sorong 0.032 gr/l.

v) For Mollucas and PapuaRegions that represented byAmbon and Sorong, gasolinewith lead level exceeds 0,013gr/l can be found once again.The average lead level inGasoline in Ambon is 0,058 gr/l and Sorong is 0,032 gr/l. It isworth questioning why Sorongwhich is close to the Kasimrefinery designed to produceunleaded gasoline is stil lsupplied with gasoline havinglead level exceeding 0.013 gr/l?

c. For RON in gasoline, it can beassumed that the entire city hasalready supplied with proper RON ingasoline. The average RON for 20cities 89,57 , however there is onesample from Semarang that hasRON 87.9.

d. Meanwhile for diesel fuel, mostregions are still supplied with highsulfur (exceeds 1900 ppm) dieselfuel, with range between 700 ppmand 3300 ppm. It is a tragic fact thatin this year there has beenincreasing of sulfur level in dieselfuel compared with previous year.

i. Sulfur influence significantly tothe engine age and also

Page 159: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

152Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Patut dipertanyakan mengapakota Sorong yang memilikiKilang Kasim yang dirancangdan dioperasikan untukmemproduksi bensin tanpatimbel ternyata masihditemukan kadar timbel dalambensin yang melebihi 0.013 g/l?

c) Untuk nilai RON dapat dikatakanbahwa seluruh kota tersebut telahdipasok dengan bensin yangmemiliki RON memadai. Nilai rata-rata RON secara keseluruhanadalah 89.57, dan hanya terdapat 1contoh uji dari Semarang yangmemiliki nilai RON 87.9.

d) Sementara untuk solar, sebagianwilayah masih dipasok solarberkadar belerang tinggi yaitu di atas1900 ppm dengan range minimum700 ppm dan maksimum 3300 ppm.Sangat disayangkan bahwa padatahun ini terjadi peningkatan kadarbelerang dalam solar dibandingkandengan tahun lalu.

i) Belerang dapat memberikanpengaruh signifikan terhadapusia mesin dan juga sangatsignifikan terhadap keberadaanemisi partikulat (PM). Dalamprogram European Auto Oil,

significant on ParticulateEmission (PM) existence. In theEuropean Auto Oil Progam, itwas predicted that a reductionof sulfur content from 500 ppminto 30 ppm will reduceparticulate Emission into 7%.Therefore the existence of sulfurlevel above 1000 ppm, as itmeasured in several cities, willimplicating on high particulateemissions in ambient air. Theambient air quality monitoringin those cities also indicatesthat particulate matter is thedominant critical parameter.

ii. There are several cities thathave increasing sulfur levelsuch as, Jakarta, Batam,Palembang, and Yogyakarta. In2005 the average sulfur levelwas 1000 ppm. On the contrary,there is also a significantreduction of sulfur level, forinstance Bandung, Surabaya,and Makassar. In 2005 theaverage sulfur level in Bandungwas 2950 ppm, but in this yearthe average is 700 ppm. Itmeans that there is 76,3% ofsulfur level reduction inBandung.

Page 160: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

153Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

diprediksi pengurangankandungan belerang dari 500ppm menjadi 30 ppm akanmenurunkan emisi partikulatmenjadi 7%. Dengan demikiankeberadaan belerang di atas1000 ppm sebagaimana yangterukur di banyak kota akanberimplikasi pada tingginyaemisi partikulat di udara ambienkota-kota tersebut. Hal tersebuttercermin dari kondisi kualitasudara ambien kota-kotasebagai tersebut di atas,dimana menunjukan partikulatsebagai parameter kritisdominan.

ii) Ada beberapa kota yangmengalami kenaikan rata-ratasulfur dalam solar sepertiJakarta, Batam, Palembangdan Yogyakarta. Pada tahun2005 lalu rata-rata belerangdalam solar di Jakarta adalah1000 ppm namun tahun ini rata-ratanya dalah 2700 ppm.Namun dibalik itu juga terjadipenurunan kadar belerangdalam solar yang cukupsignifikan seperti di Bandung,Surabaya dan Makassar. Padatahun 2005 lalu rata-ratabelerang pada solar di Bandung

iii. Cetane Index in diesel fuel isstill in the range of 47 to 67 withaverage 55,61. Although it hascomplied with the specificationfrom MIGAS Directorate, CetaneIndex must be increased morein order to improve air quality.Cetane number besidesdetermining the emission andfuel consumptions, it is alsosignificantly influencing the NOxemissions, especially at lowduty.

An increasing cetane numberfrom 50 to 58 will reduce 26%of Hydrocarbon emission andcarbon monoxide. In relationwith fuel consumption propercetane number will reduce thefuel consumption and alsoreduce engine noise.

5. Pertamina has demonstrated its goodintention although the political willconsistency from this company andother related institutions on fuel qualityimprovement is still required. Althoughseveral regions have been supplied withunleaded gasoline, the fuel qualityimprovement program (both gasolineand diesel fuel) must be accelerated soit can go on to meet Euro 2 standard,as referred to the Minister ofEnvironment Decree No 141/2003/

Page 161: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

154Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

adalah 2950 ppm sementararata-rata tahun 2006 adalah 700ppm dan penurunan yang terjadisebesar 76.3%.

Indeks setana pada solarmasih dalam kisaran 47 hingga67 dengan nilai rata-rata 55.61.Angka ini sekalipun sesuaidengan spesifikasi yangdikeluarkan oleh Ditjen Migas,Dept. ESDM, harusditingkatkan apabila inginmemperbaiki kualitas udara.Angka setana selainmempengaruhi emisikendaraan dan konsumsi bahanbakar juga berpengaruh secarasignifikan terhadap emisi NOxterutama pada beban rendah.Peningkatan Angka setana dari50 menjadi 58 akanmenurunkan 26% emisiHidrokarbon (HC) dan KarbonMonoksida (CO). Dalamkaitannya dengan konsumsibahan bakar, kenaikan angkasetana akan mengurangikonsumsi bahan bakar dan jugamenurunkan kebisingan mesin.

5. Telah ada itikad baik dari Pertamina,sekalipun harus dibuktikan konsistensipolitical will dari perusahaan yangmenjadi aset nasional di samping dari

regarding emission standard for newtype vehicles.

6. Weak fuel quality monitoring activitiesremain one of the factors resulting inlow fuel quality.

7. The results from the monitoring showthat there is disinformation regarding fuelquality, where the public cannotmaximize its right on information aboutfuel quality. The unavailable informationabout fuel compositions, which shouldbe displayed in every public gas stationis a mistake made by fuel producer anddistributor, and it will make theconsumer loose some of their rights.This condition will make the public roleon air pollution control, especially fromfuel quality aspect, cannot reachoptimum level.

8. The subsidy problem, besides being aburden for the state finance will alsoinhibit the development of high qualityfuel market since high quality fuelcannot complete objectively withsubsidized fuel which is stil lmonopolized.

9. The inconsistency of unleaded gasolineimplementation proves the weakness ofMIGAS quality control. Beside that, theregions that were initially supplied withunleaded gasoline and have becomeleaded again will provide difficulties for

Page 162: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

155Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

instansti terkait lainnya dalam kontekspeningkatan kualitas bahan bakar.Sekalipun beberapa wilayah telahdipasok dengan bensin tanpa timbelnamun program peningkatan kualitasbahan bakar (baik bensin maupun solar)masih harus didorong sehingga berjalanseiring dengan keingingan menerapkankebijakan Standard Euro 2 merujuk padaSK Menteri Lingkungan Hidup Nomor141/2003 tentang Standar EmisiKendaraan Tipe Baru.

6. Faktor rendahnya intensitaspengawasan terhadap kualitas bahanbakar untuk kendaraan bermotor, jugamenjadi penyebab menurunnya kualitasbahan bakar sehingga tidak memenuhistandard atau spesifikasi yang telahditetapkan.

7. Hasil pemantauan menunjukan adanyadisinformasi tentang kualitas bahanbakar dimana masyarakat kurangmemperoleh haknya atas informasikualitas bahan bakar. Belum adanyadaftar tentang kandungan bahan bakaryang dapat dipampang di setiap SPBUmerupakan keteledoran dari produsendan pengecer bahan bakar sehinggaakan mengurangi hak-hak konsumen.Kondisi ini akan menyebabkan peranserta masyarakat dalam menanggulangipencemaran udara dari segi kualitasbahan bakar menjadi tidak optimal

local government and citizen in reducingair pollution.

4.2 Recommendation

Related with the conclusions mentionedabove the recommendations are as follow:

1) As has been proven from monitoringresults in several cities which havealready been supplied with unleadedgasoline or still in the clean up process,the Government should declareIndonesia as unleaded gasoline thismonth based on the consistency ofPertamina’s policy.

2) Under the consumer protection law(Regulation No.8/1999 regardingConsumer Protection), producers suchas Pertamina has an obligation toprovide periodic information on fuelquality both gasoline and diesel fueldistributed in Indonesia based onlaboratory test of samples from publicgas stations.

3) Pertamina must provide information onfuel distribution along with its productquality.

4) Following the President’s instructionduring the launching of the BalonganBlue Sky Refinery in August 28, 2005,Pertamina and other fuel producers mustreplace lead with biofuel additives. This

Page 163: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

156Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

disamping berpretensi membodohimasyarakat.

8. Permasalahan subsidi, selainmembebani finansial negara jugamenghambat berkembangnya pasarbahan bakar yang berkualitas karenabahan bakar yang berkualitas tidakdapat bersaing secara objektif denganbahan bakar bersubsidi yang carapemasarannya pun masih monopolistik.

9. Tidak konsistennya penerapan kebijakanbensin tanpa timbel membuktikanlemahnya quality control oleh MIGAS.Di samping itu, dengan beralihnyadaerah yang semula bebas timbelmenjadi bertimbel menyebabkankesulitan bagi masyarakat danpemerintah setempat dalammemulihkan kualitas udara.

4.2. Rekomendasi

Sehubungan dengan kesimpulan tersebut diatas, maka di rekomendasikan hal-halsebagai berikut:

1) Sebagaimana terbukti dari hasil temuanpemantauan ini dimana beberapa kotatertentu telah dipasok bensin tanpatimbel atau dalam proses clean-up,Pemerintah perlu segera merealisasikandan meresmikan Indonesia bebasbensin bertimbel pada bulan ini dengan

was eventually spelled out in thePresidential Instruction No.1/2006regarding the supply and usage of biofuelas a solution for fuel crisis which alsohas been stated in The PresidentialInstruction No.1/2006 regarding thesupply and usage of Bio-Fuels as asolution for the fuel crisis.

5) Based on the government financialcapability, Pertamina in implementinglead phase-out in gasoline should carryout the strategies below:

a) Short term, with time span between1 to 3 years:

i) If the government/ Pertaminafinancial condition is stable,HOMC

(High octane mogascomponent) import must beconducted to replace tetra ethyllead (TEL).

ii) It is time to starts the use ofrenewable octane booster,which is ethanol, based on theavailability of supply from theproducers in Indonesia (approx176.000 KL/year4).

4 PT Rekayasa Industri, 17 Juni 2006; BPPT

Page 164: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

157Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

berpijak pada konsistensi kebijakanyang telah digulirkan Pertamina.

2) Dalam kerangka perlindungankonsumen (UU Nomor: 8/1999 TentangPerlindungan Konsumen), produsenseperti Pertamina wajib memberikaninformasi secara berkala tentangkualitas bahan bakar baik bensinmaupun solar yang ada di pasar diseluruh kota di Indonesia dengandidasarkan pada hasil uji laboratoriumatas contoh uji yang diambil dari SPBUdan Depo.

3) Pertamina agar dapat memberikaninformasi mengenai pendistribusianbahan bakar minyak berikut informasimengenai kualitas produknya.

4) Menindaklanjuti seruan Presiden RIpada saat meresmikan Kilang LangitBiru Balongan pada tanggal 28 Agustus2005 maka Pertamina dan produsenbahan bakar di Indonesia sudah saatnyamenggunakan octane booster penggantitimbel yang berasal dari bahan nabati(bio-fuels). Hal tersebut selanjutnyadituangkan ke dalam Instruksi PresidenNomor 1/2006 tentang Penyediaan danPemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Bio-Fuels) sebagai Bahan Bakar Lainsebagai solusi atas krisi BBM,).

5) Melihat kemampuan keuanganPemerintah, Pertamina dalam

Long term, with time spanbetween 3 to 5 years with thefollowing options:

i) The use of renewable octanebooster, which is ethanolproduced by local ethanolproducers. If the PresidentialInstruction No.1/2006 isimplemented now, with thesupport from Department ofFinance (financing),Department of Energy andMineral Resources (policy,blending and distribution),Department of Agricultures (rawmaterial) and Department ofIndustry (production) within 3years there will be 1,5 millionKL of ethanol supply per year.This amount is predicted tocover the demand of unleadedgasoline (gasohol) in nationalscale.

ii) Reformulated gasoline, bymodifying Pertamina’s refineryto produce high qualityunleaded gasoline for engineperformance enhancement, fuelefficiency and air qualityimprovement.

6) Immediately prepare the implementationof catalytic converter policy for region

Page 165: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

158Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

menghapuskan bensin bertimbel,sebaiknya menempuh strategi sebagaiberikut:

a) Jangka Pendek; yaitu masa antara1 hingga 3 tahun sebaiknyaditempuh dengan opsi sebagaiberikut:

i) Apabila kondisi keuanganP e m e r i n t a h / P e r t a m i n amemungkinkan makaditempuh dengan impor HOMC(high octane mogascomponent) sebagai octanebooster pengganti tetra ethyllead (TEL).

ii) Dimulai penggunaan renewableoctane booster yaitu ethanolberdasarkan ketersediaanpasokan yang telah dihasilkanoleh produsen ethanol dalamnegeri (sekitar 176.000 KL pertahun4).

b) Jangka Panjang (masa antara 3 – 5tahun) sebaiknya ditempuh dengan:

i) Penggunaan renewable octanebooster yaitu ethanol yangdiproduksi oleh produsenethanol dalam negeri. ApabilaInpres No 1/2006 tersebut di

4 PT Rekayasa Industri, 17 Juni 2006; BPPT

that have been supplied with unleadedgasoline especially Greater Jakarta.

7) Diesel fuel with low sulfur should bemarketed along with the implementationof unleaded gasoline policy alloverIndonesia, in complying with theconditions as stated in The Minister ofEnvironment Decree No.141/2003regarding Emission Standard for NewType Vehicle and Current Production.The Decree is an implementation of LawNo.23/1997 regarding EnvironmentManagement and GovernmentRegulation No.41/1999 on Air PollutionControl. The effort for producing lowsulfur diesel fuel can be carried out bymodifying the refineries.

8) The rights for production and distributionof PSO (public service obligation) fuelto fuel operators must be immediatelyopened.

9) Immediately published the MIGASDirectorate Decision Letter regardingfuel specification that the use of leadas octane booster on Gasoline andrestrict the sulfur on diesel fuel(maximum 500 ppm).

10) Create the transparency in fuel pricingpolicy especially in allocating thesubsidies for each fuel type, besidesavoiding the unfair business. This will

Page 166: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

159Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

atas diterapkan mulai saat inidengan dukungan dariDepartement Keuangan(financing), Departemen Energidan Sumber Daya Mineral(policy, blending dandistribution), DepartemenPertanian (raw material) danDepartemen Perindustrian(production), maka 3 (tiga)tahun mendatang akandihasilkan ethanol 1,5 juta KLper tahun dan diharapkan dapatmemenuhi kebutuhan bensintanpa timbel (gasohol) secaranasional.

ii) Reformulate gasoline yaitudengan memodifikasi kilangyang dimiliki oleh Pertaminasehingga mampu memproduksibensin tanpa timbel dengankualitas tinggi, baik untukpeningkatan performa mesin,efisiensi bahan bakar maupununtuk peningkatan kualitasudara.

5) Segera dipersiapkan penerapankebijakan penggunaan catalyticconverter untuk wilayah yang telahdipasok dengan bensin tanpa timbel,terutama Jabodetabek.

6) Solar berkadar belerang rendahhendaknya segera dipasarkan seiring

create equal opportunity for national fuelproducers.

11) Provides information to educate thepublic to be more responsible inconsuming fuel.

12) Fuel quality monitoring must beconducted annually by adding samplingpoints throughout the nation as an effortto control fuel distributed by various fuelproducers that will involve the LocalGovernment. Therefore the target forair pollution control can be achievedsimultaneously with the efforts topromote fuel consumer rights.

Page 167: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

160Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

dengan diterapkannya kebijakan bensintanpa timbel di seluruh wilayahIndonesia, setidaknya agar memenuhiprasyarat penerapan KepmenLingkungan Hidup Nomor 141/2003tentang Ambang Batas Emisi GasBuang Kendaraan Bermotor Tipe Barudan Kendaraan Bermotor yang SedangDiproduksi (Current Production). SK inimencoba mengimplementasikan pesanUU Nomor: 23/1997 tentangPengelolaan Lingkungan Hidup dan PPNomor: 41/1999 tentang PengendalianPencemaran Udara agar dapat berlakusecara efektif.

Upaya memproduksi solar berkadarbelerang rendah ini ditempuh denganmemodifikasi kilang yang ada.

8) Perlu segera dibuka hak produksi dandistribusi bahan bakar PSO (publicservice obligation) bagi perusahan yangbergerak di bidang pengadaan bahanbakar minyak.

9) Segera diterbitkan keputusan dariDirektorat Jenderal MIGAS tentangspesifikasi bahan bakar yang tidakmembolehkan timbel sebagai octanebooster pada bensin dan membatasikandungan belerang pada solar(maksimal 500 ppm).

10) Adanya keterbukaan dalam penentuanpricing policy bahan bakar terutama

Page 168: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

161Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

dalam mengalokasikan subsidi per jenisbahan bakar, disamping untukmenghindari praktik unfair businesssehingga memberikan peluang yangsama terhadap berbagai produsenbahan bakar minyak lainnya diIndonesia.

11) Memberikan informasi yang dapatmendidik masyarakat untuk lebihbertanggung jawab dalam menggunakanbahan bakar.

12) Pemantauan kualitas bahan bakar perludilakukan setiap tahun denganpenambahan jumlah titik sampling diberbagai daerah di Indonesia sebagaiupaya pengawasan terhadap kualitasbahan bakar yang dipasarkan olehberbagai produsen dan distributor bahanbakar. Dengan demikian sasaran yanghendak dicapai dari pengendalianpencemaran udara dapat dicapai seiringdengan upaya melindungi hak-hakkonsumen bahan bakar.

Page 169: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

162Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Referensi / References

Ann Carroll, MPH, Environmental Health Center – National Safety Council, “Lead PoisioningPrevention in Indonesia

Ahmad Safrudin, “Penghapusan bensin bertimbel: langkah pertama strategi penurunan emisikendaraan bermotor””

Agency for Toxic Substances and Disease Registry. (1999) Toxicological profile for lead. Atlanta:ATSDR.

CDC. (2000) Blood lead levels in young children and selected sites, 1996-

1999. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 49:1133-1137

Courtis, “Lead phase-out and the challenges of developing future gasoline specification”

Direktorat Niaga Migas, “Spesifikasi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Indonesia”

Dr. Umar Fahmi Achmadi, “Analisis Resiko Pencemaran Udara (CO dan Pb) Terhadap PendudukPerkotaan”

Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara BAPEDAL, Kemajuan Pelaksanaan ProgramPengapusan Bensin Bertimbel di Indonesia, Masih Mungkinkah 2003?,

Exxon mobile corporation, FAQ Automotive diesel fuel

“Dampak Positif dan Negatif Pengadaan Bensin Tanpa Timbel di DKI Jakarta”

Jurnal KPBB, “a long way to unleaded gasoline”

KPBB, “Lembar Fakta Kampanye Penghapusan Bensin Bertimbel”

KPBB, Dokumen-dokumen pada pertemuan Café Kemang, Menyongsong Era PenghapusanTimbal dalam Bahan Bakar Bensin Demi Masyarakat dan Lingkungan

Pirkle JL, Brody DJ, Gunter EW, et al (1994) The decline in blood lead levels in the UnitedStates. JAMA 272: 284-291

Paper Hasil Studi Dampak Letter Of Intent RI – IMF Terhadap Perekonomian Indonesia: IsuImplementasi UULH Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Udara Melalui ProgramKonversi Energi Bersih, Bensin Tanpa Timbel.

Pertamina, “Kemungkinan penerapan bensin TT tahun 2003 di Indonesia”

Purwosutrisno, “Perbaikan mutu bensin tanpa timbal di Indonesia”

Page 170: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan

163Pemantauan Kualitas Bahan Bakar Bensin dan Solar di 20 Kota

Fuel Quality Monitoring for Gasoline and Diesel Fuel in 20 Cities

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS, “Analisaspesifikasi Tanpa Timbal untuk pasokan Jakarta mulai 1 Juli 2001”

Sistem Bahan Bakar Motor Diesel, Swisscontact CAP

US-EPA, Implementer’s Guide to Phasing Out Lead in Gasoline.

Wiranto Wiromartono, “Spesifikasi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor di Indonesia”

World Bank Technical Paper No. 508, Masami Kojima dan Magda lovei

World Wide Fuel Charter (WWFC),”Technical Papper”, Desember 2002

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 1 Tahun 2005 tentang Organisasi dan TataKerja Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

SK Menteri Pertambangan dan Energi No 1585.k/32-MPE/1999

Surat Keputusan Dirjen Migas No: 12 K /43/DDJM/1991 tentang Tatacara Pengawasan MutuBahan Bakar Minyak di Dalam Negeri.

Website Pertamina

www.pertamina.com pertamina.php?irwcontents=webpage&menu=106&page_id=36&menu=106&page_id=36

Kep. Men LH No. 35 tahun 1993 mengenai Emisi Gas Buang Kendaran Bermotor.

SK Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No 3674 K/24/DJM/2006 mengenai Standar danMutu (spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Bensin yang Dipasarkan di Dalam Negeri.

SK Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No 3675 K/24/DJM/2006 mengenai Standar danMutu (spesifikasi) Bahan Bakar Minyak Jenis Solar yang Dipasarkan di Dalam Negeri.

Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 141/2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas BuangKendaraan Bermotor Tipe Baru dan Kendaraan Bermotor yang Sedang Diproduksi (CurrentProduction).

Page 171: Buku Pemantauan B.Bkar 20 Kota-OKlangitbiru.menlh.go.id/upload/publikasi/pdf/FQM2006.pdf · Laporan Kualitas Bahan Bakar 2006 disusun berdasarkan kegiatan pemantauan kualitas bahan