Top Banner
Budidaya Kerapu di KJA | Keramba Jaring  Apung BUDIDAYA KERAPU DALAM KERAMBA JARING APUNG  PENDAHULUAN  Ikan Kerapu adalah komoditas penting untuk budidaya laut di Asia Tenggara karena memiliki pangsa pasar yang besar dan nilai ekonomi tinggi. Pada mulanya, lebih dari 10 jenis kerapu sudah dibudidayakan namun menggunakan benih dan gelondongan ikan yang ditangkap dari alam di daerah yang bersangkutan. Pada tahun 1999, penelitian dan pengembangan untuk multi spesies hatchery yang dilakukan bersama oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut-Gondol dengan JICA pertama kali sukses memproduksi masal benih kerapu bebek, Cromileptes altivelis dan benih kerapu macan (Kawahara, et.al ., 2000; Sugama et.al.,2001). Sedangkan untuk memproduksi masal benih kerapu sunu pada tahun 2005. Pengembangan teknologi telah didesiminasikan kepada hatchery pemerintah maupun swasta, sehingga produksi benih kerapu bebek meningkat secara drastis dan lebih dari 1 juta benih pada tahun 2001 (Kawahara dan Ismi, 2003). Teknologi ini juga diterapkan untuk produksi benih kerapu macan, Ephinephelus fuscoguttatus oleh hatchery-hatchery swasta. Pada tahun 2002, produksi benih kerapu macan lebih dari 2,6 juta (Kawahara dan 2003). Untuk kerapu sunu sampai saat ini tahun 2006 lebih dari 0,5 juta (Kominikasi Suko Ismi, 2006) Sebagai hasil suplai benih secara kontinyu dari perbenihan, beberapa penduduk mulai budidaya kerapu, utamanya menggunakan system budidaya keramba jaring apung diberbagai lokasi di Indonesia. Terutama di propinsi Lampung, Batam telah berhasil dalam mengembangkan budidaya laut di keramba jaring apung dengan menggunakan benih dari hatchery. Pada tahun 2002, sejumlah 42 pembudidaya dengan menyerap tenaga sebanyak 250 orang dan beberapa diantaranya panen 4,8 ton untuk kerapu bebek dan 30,2 ton untuk kerapu macan (Kawahara dan Ismi, 2003). Meskipun produksi ini relatif kecil, namun kenyataan ini menunjukkan bahwa budidaya kerapu berkembang menjadi industri perikanan yang menjanjikan di propinsi tersebut. Selama melakukan kegiatan budidaya ternyata terjadi beberapa masalah. Antara lain sintasan kerapu yang dibudidayakan terutama kerapu bebek, pada saat ini masih jauh lebih rendah daripada ikan laut lainnya seperti seabream dan kakap putih. Untuk kerapu bebek sintasan hanya 10-30% pada umumnya terjadi di lapangan, bahkan kadang-kadang gagal total/ sintasan 0% (hasil wawancara dengan petani). Pembudidaya umumnya menyatakan bahwa kendala terbesar adalah wabah penyakit. Hal ini disadari pada saat survei di Riau, Lampung, Jawa Timur dan Lombok, akan tetapi kebanyakan penyakit memungkinkan untuk dikontrol jika pembudidaya memiliki pengetahuan cukup dan teknologi yang sesuai. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menyediakan petunjuk budidaya kerapu bagi petani pembudidaya. Tulisan ini
15

Budidaya Kerapu di KJA

Apr 04, 2018

Download

Documents

Kenshin Himura
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 1/15

Budidaya Kerapu di KJA | Keramba Jaring Apung

BUDIDAYA KERAPU DALAM KERAMBA JARING APUNG 

PENDAHULUAN Ikan Kerapu adalah komoditas penting untuk budidaya laut di Asia Tenggara karena

memiliki pangsa pasar yang besar dan nilai ekonomi tinggi. Pada mulanya, lebih dari 10 jenis

kerapu sudah dibudidayakan namun menggunakan benih dan gelondongan ikan yang ditangkap

dari alam di daerah yang bersangkutan.

Pada tahun 1999, penelitian dan pengembangan untuk multi spesies hatchery yang

dilakukan bersama oleh Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut-Gondol dengan JICA

pertama kali sukses memproduksi masal benih kerapu bebek, Cromileptes altivelis dan benih

kerapu macan (Kawahara, et.al ., 2000; Sugama et.al.,2001). Sedangkan untuk memproduksi

masal benih kerapu sunu pada tahun 2005. Pengembangan teknologi telah didesiminasikan

kepada hatchery pemerintah maupun swasta, sehingga produksi benih kerapu bebek meningkat

secara drastis dan lebih dari 1 juta benih pada tahun 2001 (Kawahara dan Ismi, 2003). Teknologi

ini juga diterapkan untuk produksi benih kerapu macan, Ephinephelus fuscoguttatus oleh

hatchery-hatchery swasta. Pada tahun 2002, produksi benih kerapu macan lebih dari 2,6 juta

(Kawahara dan 2003). Untuk kerapu sunu sampai saat ini tahun 2006 lebih dari 0,5 juta(Kominikasi Suko Ismi, 2006)

Sebagai hasil suplai benih secara kontinyu dari perbenihan, beberapa penduduk mulai

budidaya kerapu, utamanya menggunakan system budidaya keramba jaring apung diberbagai

lokasi di Indonesia. Terutama di propinsi Lampung, Batam telah berhasil dalam

mengembangkan budidaya laut di keramba jaring apung dengan menggunakan benih dari

hatchery. Pada tahun 2002, sejumlah 42 pembudidaya dengan menyerap tenaga sebanyak 250

orang dan beberapa diantaranya panen 4,8 ton untuk kerapu bebek dan 30,2 ton untuk kerapu

macan (Kawahara dan Ismi, 2003). Meskipun produksi ini relatif kecil, namun kenyataan ini

menunjukkan bahwa budidaya kerapu berkembang menjadi industri perikanan yang menjanjikan

di propinsi tersebut.

Selama melakukan kegiatan budidaya ternyata terjadi beberapa masalah. Antara lain

sintasan kerapu yang dibudidayakan terutama kerapu bebek, pada saat ini masih jauh lebih

rendah daripada ikan laut lainnya seperti seabream dan kakap putih. Untuk kerapu bebek

sintasan hanya 10-30% pada umumnya terjadi di lapangan, bahkan kadang-kadang gagal total/

sintasan 0% (hasil wawancara dengan petani). Pembudidaya umumnya menyatakan bahwa

kendala terbesar adalah wabah penyakit. Hal ini disadari pada saat survei di Riau, Lampung,

Jawa Timur dan Lombok, akan tetapi kebanyakan penyakit memungkinkan untuk dikontrol jika

pembudidaya memiliki pengetahuan cukup dan teknologi yang sesuai. Tujuan dari tulisan ini

adalah untuk menyediakan petunjuk budidaya kerapu bagi petani pembudidaya. Tulisan ini

Page 2: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 2/15

dipersiapkan berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman budidaya kerapu di keramba jaring

apung dan Pegametan selama survei lapang.

PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA 

Pemilihan lokasi budidaya laut yang dilakukan dengan benar, merupakan langkah awalkeberhasilan budidaya. Dalam pemilihan lokasi dua aspek teknis penting yaitu penilaian

kelayakan lahan budidaya dan aspek daya dukung lahan budidaya. Meskipun kita memiliki

potensi lahan budidaya yang sangat besar, namun menjadi pertanyaan yang umum, berapa

sebenarnya lahan budidaya yang layak untuk pengembangan. Kelayakan budidaya secara fisik

tidak berarti layak untuk pengembangan secara keseluruhan, karena manakala lahan budidaya

yang memiliki kelayakan fisik ini akan dikembangkan, harus dipertimbangkan aspek sosial-

ekonomi masyarakat. Oleh karena itu areal lahan pengembangan akan jauh lebih kecil

dibandingkan dengan potensi lahan yang ada. Belum lagi harus mempertimbangkan buffer area .

Kelayakan fisik diperoleh dengan mempertimbangkan faktor-faktor kunci seperti pasang surut,

kedalaman (batimetri), keterlidungan, arus, gelombang, mutu air memberikan informasi

karakteristik lahan terhadap kebutuhan biologis ikan yang akan dipelihara.

Daya dukung lahan budidaya bisa diartikan sebagai kemampuan suatu habitat atau

kawasan budidaya yang dinyatakan dalam jumlah individu ikan yang mampu hidup normal dan

berkelanjutan. Dengan demikian dalam evaluasi daya dukung kita harus mampu memprediksi

secara ilmiah jumlah ikan, jumlah keramba yang diijinkan untuk keberlanjutan usaha budidaya

(sustainable aquaculture ). Dalam hal ini dipertimbangkan juga tata letak dan konstruksi.

Pekerjaan ini merupakan tugas bagi tim yang memiliki kemampuan penentuan faktor 

oceanografis, GIS, dan beberapa pendekatan penilaian daya dukung seperti kapasitas DO dan

pendugaan kuantitatif limbah organik sertaloading nutrient .

TATA LETAK DAN KONTRUKSI. 

Tata Letak Jumlah unit KJA dan tata letak KJA berhubungan erat antara lain dengan: (a) Kelayakan

dan daya dukung lahan; (b) Target produksi dalam rencana pengembangan budidaya; (c) Arah

arus, gelombang dan pemecahan gelombang; (d) kedalaman lokasi.

Tata letak keramba terhadap keramba lainnya merupakan hal yang penting untukmenjaga kualitas air yang baik di dalam keramba. Dua prinsif yang perlu diperhatikan meliputi :

1) meningkatknya kepadatan keramba akan meningkatkan biomas ikan, yamg mengakibatkan

penurunan kualitas air didalam dan disekitar keramba. 2) Meningkatnya keramba akan

menurunkan pertukaran air didalam keramba. Keseluruh pertimbangan tersebut adalah untuk

perolehan sirkulasi air yang baik, kemudahan operasional dan keberlanjutan usaha. Misalnya

dalam satu kawasan akan ditarget produksi satu ton per siklus produksi 1 tahun, maka

pertimbangannya adalah (a) ukuran tebar awal agar setelah satu tahun mencapai ukuran pasar;

(b) Jumlah unit keramba agar target produksi satu ton per bulan bisa tercapai; (c) Suplai benih

secara kontinue; (d) jumlah jaring dan ukuran jaring untuk pendederan, penjarangan dan

penggantian jaring.

Page 3: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 3/15

Konstruksi Rakit 

Sebuah rakit terdiri dari rangka untuk menggantung jaring dan pelampung untuk

mengapungkan kerangka. Model dan ukuran rakit tergantung dari kondisi alam tempat budidaya,

seperti arus air dan petani pemilik. Rakit satu bisa dihubungkan dengan yang lain akan tetapi

masing-masing bagian jangan terlalu besar, untuk menghindari berhentinya sirkulasi air pada

rakit bagian tengah. Hal ini harus diingat karena susunan rakit juga sangat mempengaruhi

mudahnya penyebaran penyakit.

Kerangka rakit bisa dibuat dari bambu, kayu balok, pipa galvanis, plastik spesial dan lain-

lain tergantung dari kesenanngannya. Bahan bambu lebih murah akan tetapi tidak bisa dipakai

dalam jangka waktu yang lama.

Bentuk keramba bukan factor utama dalam menentukan potensi pertukaran air, tetapi

hubungan antara bentuk keramba dan pettkaran air diatur oleh seperangkap prinsif-prinsif dsar 

yang harus dipahami. Kebanyakan keramba berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar,

tetapi keramba berbentih selindris kadang-kadang digunakan pula. Bentuk kerangka rakit segi

empat/empat persegi panjang dan lingkaran bisa dipakai untuk pemeliharaan kerapu. Bentuk

rangka segi empat/empat persegi panjang mudah dibagi untuk jaring yang mempunyai ukuran

lebih kecil dengan hanya memakai balok sebagai penyekat.

Untuk kerangka rakit persegi empat/persegi panjang biasanya mempunyai ukuran jaring

3-5 x 3-5 m. Sebaiknya antara rakit satu dengan yang lainnya dibuat lebar dan mudah untuk

 jalan antar rakit sehingga memudahkan dan aman untuk bekerja sehari-hari misalnya: memberi

pakan, pergantian jaring, seleksi ikan dan treatmen untuk penyakit.

Pada umumnya ada dua macam pelampung untuk rakit sterofoam dan drum plastik.Steroform mempunyai daya apung lebih tinggi dan tahan lama dari pada drum plastik akan tetapi

harganya lebih mahal. Untuk menjaga dari penempelan organisme sterofoam harus diberi

lapisan plastik, biasanya pelampung dari drum plastik memerlukan perawaaatan yang lebih

intensif.

Untuk menambatkan rangkaian rakit pada tempat tertentu bisa menggunakan blok

semen, jangkar besi, pipa galvanise dan sebagainya. Pipa galvanise ditancapkan/dipatok di

dasar laut khususnya dasaar perairan berlumpur, dibentang dengan tali sebagai jangkar.

Panjang dari tali jangkar adalah sangat menentukan untuk menambatkan rakit agar tidak

bergoyang. Untuk tali jangkar disarankan dari bahan polyethylene (PE).

Disamping atau di atas rakit disarankan ditempatkan pondok untuk ruang jaga, ruang

kerja, gudang dan sebagainya. Jika di atas rakit mempunyai tempat tinggal yang layak, pekerja

akan merasa kerasan untuk tinggal. Kondisi bekerja akan membaik dan akan mendatangkan

keuntungan dari ikan yang dipelihara.

Persiapan Jaring 

Beberapa ukuran mata jaring yang berbeda harus disiapkan selama pemeliharaan ikan.

Polyethylene (PE) adalah bahan yang baik untuk jaring. Pemakaian jaring tanpa simpul

dianjurkan untuk menghindari luka pada ikan terutama benih yang baru masuk. Pemakaian

Page 4: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 4/15

 jaring dengan simpul tidak masalah jika penanganan ikan dengan cara hati-hati. Stok jaring

cadangan sebagai pengganti secara rutin harus dipersiapkan untuk memudahkan operasional.

Ukuran jaring mempengaruhi pertumbuhan ikan. Menurut penelitian di Balai Besar Riset

Perikanan Budidaya Laut Gondol, pemeliharaan pada ukuran jaring 2 x 2 meter mempunyai

pertumbuhan lebih cepat bila dibanding pada jaring dengan ukuran 1x1 meter (untuk ikan ukuran10-50 g), dan kerapu yang dipelihara pada ukuran jaring 4 x 4 meter mempunyai pertumbuhan

lebih cepat bila dibandingkan 2 x 2 meter (untuk ikan ukuran 150-300 g). Untuk mengantisipasi

pertumbuhan ikan dan memudahkan pengelolaan seperti pengamatan ikan dan pergantian

 jaring, ukuran mata jaring menurut ukuran ikan dapat dilihat seperti tabel di bawah ini.

Ukuran Jaring sesuai ukuran ikan

Sebaiknya

kedalaman

 jaring

disesuaika

n dengan kecerahan perairan lokasi budidaya, sehingga ikan yang berada di dasar jaring masih

bisa dilihat. Karena pengamatan ikan adalah sangat penting untuk melihat kondisi kesehatan

ikan. Apabila kecerahan air rendah kedalaman jaring harus disesuaikan dengan kondisi

perairan. Penentuan ukuran mata jaring yang tepat adalah sangat

penting. Ukuran mata jaring yang benar memudahkan sirkulasi air di dalam jaring pada rakit,tidak mudah kotor sehingga dapat mencegah serangan penyakit khususnya yang disebabkan

oleh parasit, kerapu dengan kepala yang kecil mudah masuk dan terjerat jika ukuran jaring tidak

sesuai. Disamping itu juga jika ukuran jaring tidak sesuai, ikan akan mudah terjerat oleh

 jaring terutama saat ikan panik akibat gangguan ikan besar yang ada di luar jaring.

Pemberat untuk jaring harus tersedia, biasanya dibuat dari blok semen cor, pemberat

diletakkan pada tiap sudut jaring dibentang sampai dasar.

Persiapan Perlengkapan 

Selain rakit terdapat beberapa perlengkapan yang harus disiapkan untuk memudahkan

mengoperasikan selama pemeliharaan. Di bawah ini beberapa perlengkapan penting yang

diperlukan:

a.  Perahu : sebuah perahu yang agak besar yang dipergunakan untuk mengangkut juvenile/

benih, pakan, jaring, hasil panen dan sebagainya.

b.  Freezer dan kulkas : untuk menyimpan pakan, obat-obatan, bahan aditif seperti vitamin,

perlengkapan tersebut bisa disimpan di daratan unuk tempat mensupport kegiatan di KJA. Jika

menggunakan pakan pelet kering freezer tidak begitu diperlukan.

c.  Generator: beberapa peralatan di KJA memerlukan listrik, sehingga keberadaan generator 

harus ada di KJA.

Berat ikan

(g)

Ukuran jaring

(m)

Ukuran mata

 jaring

(inc)

Jumlah

benang

Periode

(bulan)

4-10 2 x 2 x 2 0.5 8-10 1

10-50 3 x 3 x 2.5 0.75 10-12 3

50-150 4 x 4 x 3 1 12-14 3-4

150-500 4 x 4 x 3 1.5 16-20 9-10

> 500 4 x 4 x 3 2 20-24 ---

Page 5: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 5/15

d.   Aerator : Diperlukan selama treatment ikan dengan perendaman air tawar atau obat-obatan

untuk menanggulangi penyakit.

e.  Mesin penyemprot jaring untuk mempercepat pembersihan jaring sehingga pengantian jaring

yang kotor selama pemeliharaan bisa cepat diganti.

f.  Para net penutup jaring : Untuk mengurangi sinar matahari masuk dalam jaring. Untuk penutupini bisa dipakai material yang lain.

g.  Peralatan yang lain: Beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari

diantaranya serok dengan berbagai ukuran (tanpa simpul), timbangan untuk menimbang ikan,

sprayer untuk mencampur obat dan vitamin dengan pakan, tangki untuk perendaman ikan, sikat

untuk mencuci jaring, ember dan lain-lain.

BENIH 

Ketersediaan Benih. 

Benih kerapu di alam susah didapat. Akan tetapi benih kerapu yang diproduksi dari

hatchery dapat memenuhi kebutuhan untuk budidaya ikan di Indonesia. Teknik produksi benihtelah dijelaskan dalam buku “Petunjuk Teknis Produksi Benih Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes 

altivelis )” (Sugama et al 2001). Sepanjang induk kerapu dapat bertelur setiap bulan maka benih

ikan kerapu akan tersedia sepanjang tahun. Berturut- turut produksi benih dari hatchery tahun

2001 dan 2002 adalah masing-masing 1,1 dan 0,7 juta benih.

Pemilihan benih Pertama yang perlu diperhatikan selain ketersediaan dana, fasilitas pemeliharaan, sistem

transportasi, kondisi lingkungan budidaya juga ukuran benih sangat menentukan, semakin kecil

ukuran benih selain susah menanganinya juga sangat rentan terhadap serangan penyakit

terutama penyakit virus VNN. Pada ukuran benih kecil susah untuk melihat cacat pada tubuhnya.

Yang terpenting dalam pemilihan benih adalah (1) tidak sakit atau membawa penyakit

khususnya virus VNN. (2) bentuk badan normal (3) tidak mengkonsumsi pakan hidup, (4) pakan

benih selalu dalam kondisi baik dengan kandungan nutrisi bagus. Berdasarkan tes dengan

membiarkan ikan tanpa air yang telah dicoba benih yang baik pada ukuran 5-6 cm dapat

bertahan hidup tanpa air antara 3- 3,5 menit. Ikan yang terserang virus, cacat dan kekurangan

nutrisi mati saat dicoba, karena itu dianjurkan sebaiknya melihat langsung kondisi ikan di

hatchery sebelum membeli.

Biasanya jika pada suatu hatchery ikan banyak yang mati besar kemungkinan terserang

VNN. Pada kondisi yang normal benih di hatchery tidak banyak kematian akibat penyakit atau

kanibalisme. Benih terserang VNN biasanya badan kehitaman dan selalu tiduran di dasar tangki.

Pada budidaya ikan selama pemeliharaan biasanya ikan yang cacat kondisi-nya lemah

dan mudah terserang penyakit. Serangan penyakit biasanya terjadi pada ikan yang cacat,

kemudian berkembang secara intensif dan kemudian penyakit menular pada ikan yang sehat.

Ikan yang cacat nampaknya juga mempunyai pertumbuhan yang lambat. Selain itu pada berat

tubuh yang sama ikan tersebut mempunyai harga yang lebih murah bila dibanding dengan ikan

yang normal.

Kebanyakan cacat tubuh yang dialami dari benih yang berasal dari hatchery diantaranya cacat

pada mulut, mulut tidak simetris dan cacat lain seperti gambar. 3 :

Page 6: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 6/15

Mengetahui jenis pakan yang dipergunakan juvenil selama berada di hatchery adalah

sangat penting. Untuk pemeliharaan ikan di KJA menggunakan pakan yang tidak hidup seperti,

ikan rucah dan pellet kering. Jika di hatchery pemeliharaan benih menggunakan pakan hidup

seperti rebon (mysis) yang diambil dari tambak selain pakan yang tidak hidup, banih yang

demikian tidak direkomendasikan untuk dipakai pada pembesaran ikan. Meskipun nampaknyaikan makan pakan yang tidak hidup yang diberikan, tetapi besar kemungkinannya beberapa ikan

hanya bisa makan pakan yang hidup. Ikan yang demikian nantinya akan mempunyai masalah

yang serius di KJA.

Yang perlu diketahui bahwa benih yang dipelihara dengan pakan ikan rucah biasanya tidak

bisa makan pelet kering. Jika pada pembesaran ikan budidaya menggunakan pelet sebagai

pakan maka harus memilih benih yang telah terbiasa dengan pakan pellet, tetapi benih yang

terbiasa makan pellet akan dengan mudah makan ikan rucah.

Benih dari hatchery yang diberi pakan rucah tanpa tambahan seperti vitamin mix atau

pellet untuk pakan udang akan menghasilkan benih dengan kualitas yang kurang bagus. Benih

yang demikian besar kemungkinannya akan mengalami masalah nutrisi dan banyak mengalami

kematian selama transportasi.Penebaran 

Kondisi benih waktu datang dari transportasi adalah sangat menentukan kualitas benih.

Jika benih lemah selama transportasi maka akan mudah terserang penyakit. Selama transportasi

benih mendapatkan banyak stres maka harus menanganinya secara hati-hati. Dari penanganan

baru datang ke dalam rakit dan aklimatisasi/ penyesuaian suhu waktu penebaran harus

disesuaikan dengan lingkungan perairan.

Karamba jaring apung yang telah ada adalah sumber penularan bibit penyakit terutama

untuk ikan yang baru ditebar, karena itu harus dibuat satu sistem penebaran. Biasanya pada

KJA skala usaha yang besar dipelihara ikan dengan berbagai umur/ generasi dengan beberapa

 jenis ikan itu adalah merupakan sumber penularan penyakit. Maka sebaiknya dibuat satu tempat

pemeliharaan dengan umur dan jenis ikan yang sama. Untuk penebaran benih sebaiknya

dilakukan pada pagi hari karena pada sore ikan bisa mulai makan dan juga mempunyai waktu

yang cukup untuk beradaptasi pada tempat yang baru sebelum malam.

Untuk menambah kekebalan dan mengurangi stress benih ke dalam rakit (Ikeda, 1985)

menyarankan untuk mencampur/ memperkaya makanan dengan vitamin C selama 5  – 7 hari,

saat ikan baru disebar. Jika terdapat luka-luka dibadan pada benih harus dicegah dengan

antibiotik dengan cara melalui makanan.

MANAJEMENT PEMELIHARAAN. 

Perkiraan Padat Penebaran 

Padat tebar pada pemeliharaan ikan akan mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup

dan konversi pakan (FCR), jika padat penebaran tinggi, produksi tinggi per unit bisa dicapai dari

biasanya, akan tetapi kemungkinan ikan akan lambat tumbuh, kelangsungan hidup rendah dan

FCR menjadi tinggi. Kemungkinan terserang penyakit lebih besar.

Menurut penelitian padat tebar yang dilakukan oleh BBRPBL-Gondol, pada ikan dengan

berat tubuh 50-150 g yang ditebar dengan kepadatan 40; 60 dan 80 ekor/m3mempunyai

Page 7: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 7/15

pertumbuhan, kelangsungan hidup dan FCR yang tidak berbeda nyata. Akan tetapi mempunyai

perbedaan yang nyata dengan padat tebar yang lebih rendah yaitu 20 ekor/m3. dimana pada

padat tebar ini mempunyai pertumbuhan yang lebih kecil dan FCR yang lebih tinggi (Sutarmat, T

2004). Hal ini sesuai dengan sifat alami kerapu yang selalu bersembunyi di suatu tempat. Pada

saat diberi makan kerapu menghampiri pakan, bergerombol dan bersembunyi diantara yang lain.Karena itu jika kepadatannya rendah biasanya ikan kerapu ketakutan untuk menghampiri pakan

sehingga tidak bisa makan dengan baik. Karena itu pada kepadatan sangat rendah juga

bermasalah.

Kepadatan tebar yang disarankan untuk kerapu bebek  . 

Berat ikan (g) Kepadatan ikan

(ekor/m3)

5 - 10 150 - 200

10 - 50 80 - 100

50 - 150 30 - 40

150 - 500 15 - 20

Pakan 

1.  Pemilihan Jenis Pakan 

Untuk pemeliharaan kerapu secara tradisional menggunakan pakan ikan rucah. Akan

tetapi penggunaan ikan rucah mempunyai beberapa masalah yaitu:

keberadaan/ketersediaannya tidak kontinyu, memerlukan waktu dan tenaga untuk penyiapan,

mutu pakan tidak terjamin, mempunyai resiko tinggi terhadap penularan penyakit dan mudah

menimbulkan pencemaran pada lingkungan

Saat ini pelet kering untuk kerapu telah dikembangkan oleh Balai Besar Riset Perikanan

Budidaya Laut -Gondol bekerja sama dengan perusahaan pakan dan sekarang secara komersial

telah tersedia di Indonesia. Percobaan yang dilakukan di keramba jaring apung di Teluk

Pegametan membuktikan bahwa perkembangan kerapu dengan pakan pelet kering lebih bagus

dibanding dengan pakan rucah. Untuk pemeliharaan kerapu dengan pakan pelet kering harus

menggunakan benih yang telah terlatih dengan pakan pellet, untuk benih yang terbiasa dengan

pakan ikan rucah tidak bisa berubah atau susah memakan pelet.

Pemberian pakan pelet pada ikan memiliki beberapa kelebihan antara lain: (a) mudah

diperoleh dalam jumlah banyak dan kontinyu; (b) mudah penyimpanan, tidak memakan banyak

tempat; (c) mudah memperbaiki mutu melalui produsen pakan (pabrik). Dalam hal cara

pemberiannya, faktor yang sangat penting untuk diperhatikan adalah takaran, waktu dan respon

ikan terhadap pakan.

Page 8: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 8/15

Pertumbuhan, biaya produksi ikan kerapu bebek dengan pakan pelet dan ikan segar 

Pertumbuhan,biayaproduks

i ikan kerapu

macan dengan pakan pelet dan ikan segar.

2. PemilihanPakan ikanrucah 

Jikamenggunakan ikan rucah sebagai pakan agar tidak kesulitan untuk mendapatkan pakan secara

kontinyu pemilihan lokasi untuk budidaya adalah sangat penting. Kualitas ikan rucah yang jelek

ditandai dengan ikan yang membusuk, bau yang tidak sedap dan ikan yang telah teroksidasi

sebaiknya tidak digunakan sebagai pakan.

Untuk mencegah masalah kekurangan nutrisi dan kematian secara mendadak dikarenakan

kualitas pakan rucah yang tidak bagus, dianjurkan untuk menambah/ memberi vitamin mix pada

ikan rucah secara terus menerus sebelum pemberian pakan.

Hal penting yang harus dilakukan adalah memilih ikan rucah beberapa ikan seperti lemuru

dan teri yang mempunyai enzim theamimase yang dapat merusak theamine (vitamin B1). Jikasecara terus menerus pada pemeliharaan kerapu hanya memakai jenis ikan tersebut kerapu

akan menderita kekurangan vitamin B1

Ikan rucah segar mempunyai kualitas nutrisi yang lebih baik dari ikan rucah yang telah

dibekukan, akan tetapi harus diingat ikan rucah segar yang langsung diberikan sebagai pakan

mempunyai resiko yang tinggi sebagai sumber penularan bibit penyakit pada ikan budidaya FCR

untuk ikan rucah adalah 5-6: yang berarti untuk memproduksi 1 kg kerapu bebek memerlukan 5-

6 kg pakan ikan rucah.Metode pemberian pakan ikan rucah pada ikan kerapu

Ukuran ikan Rata-rata pakan per Frekwensi pemberian

Page 9: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 9/15

(g) hari*

(%)

pakan

(kali)

5 - 10 15 – 20 3 - 4

10 - 50 10 – 15 2 - 3

50 - 150 8 – 

10 1 - 2

150 - 300 6 – 8 1

300 - 600 4 – 6 1

* Pemberian pakan : pemberian pakan sesuai dengan prosentasi berat ikan. 

3. Pakan Pelet kering 

Pakan pelet kering memungkinkan untuk dipakai sebagai pakan untuk mengembangkan

budidaya ikan kerapu yang mantap dan berkesinambungan.

Secara alami ikan kerapu mempunyai sifat penakut jika pakan pelet kerapu mempunyai sifatmengapung dipermukaan air maka kerapu akan sulit untuk mengkonsumsinya sehingga banyak

pelet yang terbuang keluar jaring terbawa oleh angin, ombak dan arus yang akhirnya

pertumbuhan ikan akan lambat dan FCR akan menjadi tinggi. Karena itu untuk budidaya kerapu

dipilih pelet dengan sifat tenggelam secara pelan-pelan.

Selama pemeliharaan kerapu jika terjadi stress setelah sampling dan selama cuaca/

musim kurang bagus, pemberian pakan dengan pelet dapat ditambah vitamin C dengan dosis

0,5 – 2,0 gr/ kg pakan. Penambahan dilakukan sesaat sebelum pemberian pakan dan kelebihan

sisa pellet tersebut jangan disimpan terlalu lama.

Nilai FCR pelet tergantung ukuran ikan seperti berturut-turut adalah berat ikan 10-

50 g=1,2-1,3; 50-150 g =1,3-1,4; 150-600 g =1,6-1,7.

Metode pemberian pakan kerapu dengan pelet kering

MAN

AJE

MEN

PEM

ELIH

ARA

AN

YAN

G

LAIN 

1.  Pengelolaan Jaring 

Di dalam air laut jaring cepat tersumbat dengan lumpur dan penempelan organisme lain

seperti alga dan kepiting. Untuk menjaga agar sirkulasi air berjalan lancar di dalam jaring maka

Bentuk Ukuran

(mm)

Ukuran ikan

(g)

Jumlah pakan

per hari (%)

Frekuensi

pemberian

pakan (hari)

Crumble 1.6 1-5 4.0-10.0 3-5

Pellet 3.0 5-20 2.0-4.0 2-3

Pellet 5.0 20-100 1.5-2.0 2

Pellet 7.0 100-200 1.2-1.5 1-2

Pellet 10.0 200-300 1.0-1.2 1

Pellet 12.0 > 300 0.8-1.0 1

Page 10: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 10/15

harus sering diadakan pergantian jaring dan dicuci. Ini adalah salah satu cara pengelolaan untuk

menjaga kesehatan ikan khususnya mencegah penyakit yang disebabkan parasit

Jarak waktu penggantian jaring tergantung dari kondisi perairan tempat pemeliharaan,

seperti jaring pada fasilitas Balai-Gondol diganti setiap 2-3 minggu, tergantung dari kondisi

tempat pemeliharaan dan organisme. Pada jaring dengan mata yang kecil lebih cepat terjadipenyumbatan.

Jika jaring kotor harus dicuci di tempat pencucian jaring yang telah tersedia. Setelah

dicuci jaring dikeringkan dengan dijemur sempurna di bawah sinar matahari untuk membunuh

penyakit khususnya telur-telur parasit yang menempel pada jaring.

Yang harus diingat saat pergantian jaring adalah pada waktu kondisi ikan dalam keadaan sehat.

Biasanya saat perendaman dengan air tawar untuk menghilangkan parasit pada saat itu juga

dipakai untuk memisahkan ikan yang kecil dan lemah untuk disimpan pada jaring yang lain pada

waktu yang sama dilakukan monitoring pertumbuhan ikan dengan cara menimbang berat badan

ikan.

2. Seleksi Ikan 

Kerapu bebek tidak memiliki sifat kanibalisme seperti ikan kerapu yang lain. Akan tetapi

memiliki variasi ukuran yang besar selama pemeliharaan, pertumbuhan ikan yang kecil

ukurannya akan terlambat dari ikan seumurannya. Setelah dua minggu ikan ditebar harus

diadakan penyeleksian untuk dipilih. Seleksi ikan perlu dilakukan paling sedikit satu bulan sekali

bersamaan setelah dilakukan pergantian jaring.

3. Pengamatan Pertumbuhan Ikan 

Pengamatan pertumbuhan ikan adalah salah satu aktivitas pengelolaan untuk kesehatan,

karena ikan dengan kondisi kurang sehat mempunyai pertumbuhan yang kurang. Selain itudengan mengetahui berat ikan memudahkan pemberian obat melalui pakan. Karena itu berat

ikan harus diketahui untuk menghitung jumlah obat yang diberikan.

Untuk mengetahui berat rata-rata ikan dengan cara menimbang 10-30 ekor ikan secara

bersamaan kemudian dirata-rata.

4. Pengendalian Penyakit dan penanggulangannya. 

Prinsip yang dilakukan di KJA BBRPBL Gondol dalam pengendalian penyakit adalah

“deteksi secara dini dan ambil tindakan secara cepat”. Teknisi yang sudah terlatih dan

berpengalaman sangat membantu dalam penerapan prinsip ini. Sebagai tambahan, pengelolaan

usaha budidaya yang baik, terutama persiapan secara baik, mendukung terwujudnya prinsip ini.

Di KJA BBRPBL Gondol, seluruh obat-obatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk treatmen

selalu disimpan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi setiap saat.

Untuk ikan dengan berat tubuh kurang

dari 50 g Sampai ikan kerapu bebek yang ditebar tumbuh mencapai berat 50 g (3-4 bulan), VNN

merupakan penyakit yang paling sering terjadi dan sangat berbahaya. Cara yang terbaik untuk

mengendalikan penyakit ini adalah mencegah masuknya penyakit tersebut ke lokasi budidaya,

akan tetapi dengan teknologi yang ada sekarang, adalah hampir tidak mungkin memproduksi

Page 11: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 11/15

atau memilih benih yang bebas virus. Karena itu, benih harus dipertimbangkan sebagai

pembawa virus dan harus ditangani dengan baik. Sebagai tambahan, usaha yang terus menerus

untuk mengurangi stress pada ikan adalah sangat penting.

Di Balai Gondol, setiap kali benih baru akan ditebar di KJA (sampai sekarang sudah 5

kali), VNN paling tidak sudah terdeteksi sekali dari benih (hasil positif dengan uji polymerase

chain reaction, PCR) dalam bulan pertama: akan tetapi, penyakit ini sekarang sudah dapat

diatasi. Kunci dalam pengendalian penyakit ini adalah pemberian ampicillin dan vitamin C

melalui oral secara dini. Bila beberapa ikan lemah dan mati terjadi tanpa tanda-tanda luar,

pemberian obat secara oral harus segera dilakukan; dengan cara ini kematian dapat ditekan

atau berhenti sama sekali pada besok harinya ketika hasil uji PCR keluar. Dari pengalaman

dilapangan, jika pemberian terlambat walaupun hanya setengah hari, kematian ikan akan

meningkat dan akan terus berlanjut walaupun pemberian obat dilakukan. Karena itu, waktu

merupakan factor yang penting. Pemberian dengan hanya vitamin C tidak dapat menghentikan

kematian.Sudah diketahui secara luas bahwa antibiotik seperti ampicillin tidak dapat berpengaruh

terhadap virus. SEAFDEC (2000) menerangkan bahwa kematian akibat infeksi virus dapat

ditekan dengan mencegah infeksi sekunder oleh bakteri. Akan tetapi, bakteri yang spesifik tidak

pernah terdeteksi pada ikan yang terinfeksi virus di Balai Gondol. Dalam kenyataannya,

pengendalian VNN dengan metode di atas ditemukan secara kebetulan. Penelitian selanjutnya

dibutuhkan untuk menjelaskan bagaimana pengaruh treatmen antibiotik dalam mengatasi

penyakit VNN.

Sekali penyakit VNN jadi masalah serius akibat keterlambatan penanganan maka akan

sangat sulit untuk menghentikan kematian ikan. Cara yang dapat dilakukan dalam hal inihanyalah membuang ikan sakit dan mati secepat mungkin guna mengurangi kepadatan virus

dalam lokasi budidaya dan menurunkan tingkat kepadatan ikan untuk mengurangi stress kronis.

Penanganan ikan yang sering seperti perlakuan pemindahan dan perendaman dengan bahan

kimia harus dihindari untuk mengurangi stress. Ikan yang mati karena sakit sebaiknya dikubur 

atau dibakar didarat dan jangan dibuang keperairan.

Kecuali untuk VNN, ikan dengan berat tubuh kurang dari 50 g jarang mengalami masalah

di KJA Balai Gondol., Luka ringan pada kulit dan busuk ekor sangat jarang ditemukan, tetapi

pemberian ampicillin secara oral (dengan dosis yang sama sebagaimana pada kasus VNN),

dapat mengatasi masalah ini dalam beberapa hari. Infeksi parasit yang memerlukan perlakuan

tidak pernah terjadi selama periode ini. Belakangan, infeksi iridovirus terjadi di Lampung dan

menyebabkan kerugian serius. Pengembangan teknologi untuk mengatasi masalah ini baru saja

dimulai.

Untuk ikan berukuran di atas 50 g Setelah ikan tumbuh mencapai 50 g, infeksi cacing kulit secara kronis terjadi di KJA Balai

Gondol. Walaupun jumlah cacing kulit dapat diturunkan melalui perendaman dalam air tawar,

adalah tidak mungkin untuk memusnahkan semua parasit tersebut dari lingkungan budidaya.

Karena itu treatmen secara berkala setiap 2 - 4 minggu sekali harus dilakukan.

Page 12: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 12/15

Penyakit bakterial di KJA selalu terjadi dihubungkan dengan terjadinya infeksi cacing

insang. Cacing insang biasanya terjadi pertama akan tetapi pada ikan yang terinfeksi bakteri

akan dengan mudah berkembang cacing kulit. Jika tidak parah, semua infeksi bakteri yang

terjadi di KJA dapat diatasi dengan pemberian antibiotik secara oral; akan tetapi, ikan yang

terserang cacing kulit secara serius dimana nafsu makannya berkurang maka metode ini tidakdapat diterapkan.

Untuk mengobati penyakit bacterial, adalah sangat penting untuk menyeimbangkan

kombinasi perendaman dalam air tawar dan pemberian antibiotik. Di KJA Balai Gondol, sekali

ikan kehilangan nafsu makannya, maka tindakan pertama yang harus dilakukan adalah

memeriksa adanya infestasi cacing kulit. Jika tingkat serangannya tinggi maka perendaman

dalam air tawar dilakukan sebelum pemberian antibiotik secara oral. Jika tingkat serangan

cacing kulit rendah berarti penyakit bakterial pada ikan tersebut sudah parah, maka penyuntikan

antibiotik secara intra-muskular atau perendaman dalam suspensi antibiotik harus dilakukan.

 Akan tetapi, metode pengobatan ini memerlukan banyak penanganan sehingga menyebabkanstress bagi ikan dan pada akhirnya infeksi virus, seperti iridovirus misalnya, tidak dapat lagi

ditanggulangi. Karena itu disarankan untuk tidak melaksanakan metode ini secara kaku. Apa

yang harus dilakukan untuk pengendalian penyakit bacterial adalah mendeteksi penyakit

tersebut sebelum nafsu makan terganggu.

Sekali masalah terjadi, teknisi di KJA harus melakukan pengamatan di lapangan

berdasarkan diagram tersebut dan segera mengambil tindakan setelah mengambil contoh untuk

diagnosis yang lebih akurat di laboratorium.

Metode Penentuan Jenis-Jenis Penyakit atau Abnormalitas untuk Pencegahan / Pengobatan

yang dilakukan di KJA BBRPBL

 Antibiotik yang digunakan pada budidaya kerapu di KJA

Page 13: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 13/15

Antibiotik Kegunaan

Ampicillin Pengendalian berbagai bakteri secara oral, VNN

Oxolinic acid Pengendalian bakteri gram-negatif 

Erythromycin Pengendalian bakteri gram-positif 

Prefuran (nifurpirinol) Pengendalian bakteri eksternal melalui perendaman

PANEN Kerapu bebek mulai siap dipanen setelah mencapai ukuran berat 500 g. jika ukuran berat

kurang adari 500 g mempunyai harga yang sangat rendah. Sebelum panen pemilihan harus

dilakukan untuk memilih kualitas ikan. Jika terjadi kematian selama transportasi setelah panen

itu berarti selama pemeliharaan ikan kekurangan nutrisi. Sebelum panen ikan harus dipuasakan

selama 1-2 hari untuk mencegah terjadinya rusak kerusakan kualitas air akibat muntah dan

excresi yang dikeluarkan.

Waktu penghentian antibiotik sebelum panen

Nama antibiotik Selama periode (hari)

Ampicillin 5

Oxolinic acid 16

Erythromycin 30

Sodium niturstyrenate 2

Oxytetracyclin 20

Sumber Dep. Pertanian Kehutanan dan Perikanan di Jepang (1994)

ANALISIS USAHA 

Komponen penting dalam analisis usaha adalah biaya investasi, biaya tetap dan biaya

variable atau tidak tetap. Analisis usaha akan sangat dipengaruhi oleh harga pasar pada saat itu

dan di lokasi tertentu Sedangkan harga pasar sendiri akan berbeda di satu lokasi dengan lokasi

yang lain. Oleh karena itu analisis usaha yang dilakukan dengan kondisi di Gondol, sebagai

acuan karena nilainya bisa berubah.

Contoh analisis usaha budidaya pembesaran kerapu bebek dan kerapu macan di KJA-

laut. Analisis usaha dengan target produksi 4 ton per lokasi yang terdiri dari 4 unit KJA ukuran

10x10, dengan jumlah cage per unit 4 buah ukuran masing-masing ukuran 4x4m.

Kita ketahui bahwa produksi kerapu hidup melaui budidaya memerlukan waktu lama 1

hingga 1.5 tahun. Sementara produksi benih bisa dilakukan setiap 2-3 bulan saja. Oleh karena

itu pola pengembangan perlu mempertimbangkan target produksi (skala usaha), waktu

pemasaran (tiap bulan, dua bulan dst) sehingga pola dan jadwal tanam perlu diatur dengan

mempersiapkan jumlah unit KJA yang memadai. Sebagai contoh target produksi setiap bulan 1

ton, maka diperlukan sedikitnya 24 unit ukuran 10x10m bila siklus produksi setiap tahun.

Page 14: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 14/15

 Analisis ekonomi pada pembesaran kerapu bebek.

Uraian Kerapu bebek Kerapu macan

a. Biaya investasi Rp. 200.000.000 Rp. 200.000.000

b. Biaya tetap Rp. 105.000.000 Rp. 56.000.000

c. Biaya operasional Rp. 308.000.000 Rp.186.000.000A. Total (a + b + c) Rp. 613.000.000 Rp. 442.000.000

B. Pendapatan kotor *Rp.1.000.000.000 **Rp.320.000.000

C. Pendapatan bersih = B – (A - a) Rp. 587.000.000 Rp. 78.000.000*(Kerapu bebek Rp. 0,25 jt/kg ikan hidup x 4.000kg)**(Kerapu macan Rp. 0,08jt/kg ikan hidup x 4.000kg)

References 

Ikeda, S 1985. Vitamins. In: Fish Nutrition and Diets. Suisangaku series No. 54 Kouseisha-kouseikaku,Tokyo. Pp. 43-53. (In Japanese).

Kawahara, S., S. Ismi. 2003. Grouper seed production statistics in Indonesia. Japan InternationalCooperation Agency and Ministry of Marine Affairs and Fisheries of Indonesia. 10 pp.

Kawahara, S., E. Setiadi, S. Ismi., Tridjoko and K. Sugama. 2000. Successful mass fry production of humpback grouper, Cromileptes altivelis. LOLITKANTA-JICA Bookl;et No. 10. 15 pp.

Sugama, K., Tridjoko, B. Slamet, E. Setiadi, K. Kawahara. 2001 Manual for the seed production for humpback grouper, Cromileptes altivelis . Gondol Reasearch Institutes for Mariculture and JapanInternational Cooperation Agency, Bali, Indonesia. 37 pp.

Sutarmat. T, Suko Ismi. A. Hanafi dan Kawahara (2003). Manual for Humpback Grouper Culture(Chromileptes altivelis ) in Floating Net Cages. Gondol Reasearch Institutes for Mariculture and

Japan International Cooperation Agency, Bali, Indonesia. 51 pp.

Sutarmat. T, A. Hanafi, Wawan Adriyanto dan Kawahara (2003). Study pendahuluanpengaruh pakan buatan terhadap performansi ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscogutataus ) di keramba jaring apung. Laporan Penelitian Balai Besar RisetPerikanan Budidaya Laut Gondol 

Sutarmat. T, Suko Ismi. A. Hanafi dan Kawahara (2002). Study frekuensi pemeberian pakanikan Kerapu bebek (Chromileptes altivelis ) dengan ukuran yang berbeda. JurnalPenelitian Perikanan Indonesia. Pusat Riset Perikanan Budidaya. DepartemenKelautan dan Perikanan. Vol 10, No. 3. Tahun 2004. 

Sutarmat. T, A. Hanafi K. Suwirya, Suko Ismi, Wardoyo dan Kawahara (2002). Pengaruhbeberapa jenis pakan terhadap performansi ikan kerapu bebek (Chromileptes altivelis ) Di keramba jaring apung. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. PusatRiset Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Vol 9, No. 4.Tahun 2003. 

Sutarmat, T, A. Hanafi, and S. Kawahara 2003. Growt-out of hampback grouper (Cromileptes altivelis ) cultured in floating net cage with commercial pellet.International Seminar on Marine and Fisheries. 15-16 December 2003. JakartaConvention Center.p. 101-104. 

Sutarmat, T, N. Adiasmara Giri, Wawan Andriyanto and Adi Hanafi. 2005. Study on the

Effect of Artificial Diet on Growth of Tiger Grouper (Ephinephelus fuscogutataus )

Page 15: Budidaya Kerapu di KJA

7/30/2019 Budidaya Kerapu di KJA

http://slidepdf.com/reader/full/budidaya-kerapu-di-kja 15/15

Cultured in Floating Net Cage. Gondol Reasearch Institutes for Mariculture, Bali,Indonesia. 3 pp. 

Sutarmat, T. W. Andriyanto, Suko Ismi, Adi Hanafi, dan Wardoyo, S. 2004. Studi Kepadatanpada pembesaran ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis ) di keramba jaring apungdengan ukuran ikan yang berbeda. Laporan Penelitian Balai Besar Riset PerikananBudidaya Laut Gondol. 

Sutarmat, T. dan Adi Hanafi. 2003. Usaha Pendederan Benih Kerapu Bebek di KerambaJaring Apung sebagai salah satu Alternatif Peningkatan Pendapatan pembudidaya.Warta Penelitian Perikanan Penerbit Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Vol. 9.No. 3. 5 pp. 

Sutarmat, T. 2004. Beberapa Kunci Sukses pada Budidaya Kerapu di Keramba Jaring Apung. Warta Penelitian Perikanan Penerbit Badan Riset Kelautan dan Perikanan.Vol.10. No. 4. Hal. 4-10. 

Sutarmat, T. W. Andriyanto, dan Zafran. 2004. Studi Kasus Penanggulangan Penyakit Pada

Pembesaran Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis ) Keramba Jaring Apung di TelukPegametan Bali. Disampaikan Pada Seminar Nasional Penyakit pada Ikan danUdang Berbasis Immunisasi dan Biosecurity. Purwekerto, 18-19 Mei . 7 pp. 

Sutarmat, T 2005. Analisis Finansial Produksi Yuwana Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogutataus ) dengan Pakan Pelet Komersial dan Ikan Rucah dalam KerambaJaring Apung. Journal of Fisheries Sciences, Vol.VII No. 2. Hal.144. 

Sutarmat. T, A. Hanafi dan Wawan Adriyanto (2005). Pengaruh Pemberian Pelet Keringyang Berbeda terhadap Respon Biologi Pada Pembesaran ikan Kerapu Bebek(Cromileptes altivelis ). Buku Perikanan Budidaya Berkelanjutan. Pusat RisetBudidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hal. 173.