BUDIDAYA IKAN PATIN Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BUDIDAYA IKAN PATIN
Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih
perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang
berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan
patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini
cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam
bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak
membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang
tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk
membesarkan ikan ini.
Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak,
punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala
agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua
pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba.
A. MANFAAT.
1. Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
2. Sebagai ikan hias.
B. PERSYARATAN LOKASI.
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang disungai maka
lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus
diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan
penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
5. Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26–
28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater
(pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
6. Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.
C. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA.
1. Persiapan Sarana dan Peralatan.
a. Pembuatan Kolam
Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Dimensi kolam
adalah 16M X 4M X 1M = 64M2.
Kolam tersebut dapat menampung 1000-1500 ekor ikan patin.
Pipa dipasang di sisi kolam sebagai saluran pembuangan, agar kolam tidak kepenuhan
dan tumpah.
Setelah kolam diisi dengan air, campurkan air kolam dengan kapur yang telah dilarutkan
sebanyak ± 2kg secara merata. Agar kadar keasaman air sesuai dengan habitat asli ikan
patin.
b. Pembuatan Pabrik dan Mesin Pembuat Pakan.
Pabrik dibuat dengan ukuran 4MX4M. Mesin yang digunakan untuk membuat pakan adalah
mesin Domping.
Gbr. Pabrik pakan
2. Penyiapan Bibit
Bibit ikan patin didapat/ dibeli dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu.
Gbr. Bibit Patin
3. Pemeliharaan dan Pembesaran.
Tahap awal yang dilakukan pada pemeliharaan dan pembesaran adalah dibuatkan tempat
khusus di kolam yang telah tersedia seluas ±1M2 dengan bahan terbuat dari jala-jala kecil
atau dalam aquarium. Kemudian masukan bibit ikan patin tersebut kedalam kolam kecil
atau aquarium tersebut.
Gbr. Kolam dan Aquarium Pembesaran
Bibit yang didapatkan belum bias makan Pakan Butan/ Voer, sehingga harus diberikan
pakan khusus berupa serbuk halus yang didapat dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Tanah Bumbu pada saat pembelian bibit ikan patin. Pemberian pakan serbuk
husus ini berlangsung selama 2 minggu, sampai bibit sudah bias makan Pakan Buatan/
Voer.
Setelah bibit bisa makan Pakan Buatan/ Voer, barulah bibit ikan patin tersebut dilepaskan
kekolam besar yang telah tersedia.
Pemberian Pakan dilakukan 2 Kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang
diberikan per hari sebanyak 3-5% dari bobot/ berat bibit peliharaan. Jumlah makanan
selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam kolam. Hal
ini dapat diketahuai dengan cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari
ikan yang dipelihara (sampel).
Gbr. Bibit Ikan Patin Umur 2 Minggu
4. Panen.
Ikan patin dapat dipanen setelah berumur 6 bulan dengan berat mencapai 600-700 gram/ekor.
a. Penangkapan.
Penangkapan ikan dengan menggunakan Jaring Bagang.
Gbr. Proses Penangkapan
b. Pembersihan.
Setelah ikan patin dipanen secara keseluruhan,kemudian dibersihkan. Setelah dibersihkan ikan
patin siap di Jual Kepasaran.
Gbr. Proses Pembersihan
E. HAMA DAN PENYAKIT
a. Hama
Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara
lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada usaha
pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam di dasar perairan
relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada
hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain
berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan kecil yang masuk
kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan
memperoleh oksigen.
Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit) sebaiknya
ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat
bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar
lokasi dibersihkan secara rutin. Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-