BAB I PENDAHULUAN Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut, tuberkulosis asma dan bronkitis masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi merupakan penyebab yang tersering. Kemajuan dalam bidang diagnostik dan pengobatan menyebabkan turunnya insidens penyakit saluran napas akibat infeksi. Di lain pihak kemajuan dalam bidang industri dan transportasi menimbulkan masalah baru dalam bidang kesehatan yaitu polusi udara. Bertambahnya umur rata-rata penduduk, banyaknya jumlah penduduk yang merokok serta adanya polusi udara meningkatkan jumlah penderita bronkitis kronik. 1 Bronkitis kronik termasuk kelompok penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Di negara maju penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang besar, karena bertambahnya jumlah penderita dari tahun ke tahun. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar
di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran
napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut, tuberkulosis asma dan bronkitis
masih menduduki peringkat tertinggi. Infeksi merupakan penyebab yang tersering.
Kemajuan dalam bidang diagnostik dan pengobatan menyebabkan turunnya
insidens penyakit saluran napas akibat infeksi. Di lain pihak kemajuan dalam
bidang industri dan transportasi menimbulkan masalah baru dalam bidang
kesehatan yaitu polusi udara. Bertambahnya umur rata-rata penduduk, banyaknya
jumlah penduduk yang merokok serta adanya polusi udara meningkatkan jumlah
penderita bronkitis kronik. 1
Bronkitis kronik termasuk kelompok penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Di negara maju penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang besar, karena
bertambahnya jumlah penderita dari tahun ke tahun.
1
BAB II
BRONKITIS KRONIS
DEFINISI
Bronkhitis kronik didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yan
berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama dua tahun berturut-turut.
Bronkhitis kronis adalah gangguan sebagai suatu gangguan peru yang
obtruktif yang ditandai oleh produksi mokus berlabihan saluran napas bawah
selama panjang kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun
berlarut-larut.
Bronkhitis kronis merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh
pembentukan-pembentukan mucus yang berlebihan dalam bronkus dan
bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya
3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam 2 tahun berturut-turut.
Bronkhitis kronis adalah inflamasi luas jalan napas dengan penyempitan
atau hambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum mukoid,
menyebabkan ketidakcocokan ventilasi perfusi dan memyebabkan
sianosis. Inflamasi merupakn Inflamasi bronkus.
Bronkhitis kronis adalah batuk persisten dengan produksi sputum selama
paling sedikit 3 bulan dalam 2 tahun berturut-turut.
Bronkitis kronik berhubungan dengan hipertrofi dari kelenjar penghasil
mukus pada mukosa jalan nafas. Di Negara barat, symptom bronchitis kronis
sering memburuk pada musim sejuk.4
EPIDEMIOLOGI
Di Negara barat, kekerapan bronkitis diperkirakan sebanyak 1,3% di
antara populasi (WHO,2003). Di Amerika Serikat, menurut National Center for
Health Statistics, kira-kira ada 14 juta orang menderita bronkitis. Lebih dari 12
juta orang menderita bronkitis akut pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi
Amerika Serikat.4 Di dunia bronkitis merupakan masalah dunia. Frekuensi
bronkitis lebih banyak pada populasi dengan status ekonomi rendah dan pada 2
kawasan industri.5 Bronkitis lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding
wanita. 4 Di Indonesia belum ada laporan tentang angka presentase yang pasti
mengenai penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini sering ditemukan di klinik.6
FAKTOR RESIKO7,8
Asap rokok
Perokok aktif
Perokok pasif
Polusi udara
1) Polusi dalam ruangan
Asap rokok
Asap kompor
2) Polusi luar ruangan
Gas buang kenderaan bermotor
Debu jalanan
3) Polusi tempat kerja ( bahan kimia, zat iritasi, gas beracun,
Infeksi salur nafas bawah berulang
Social ekonomi
GEJALA DAN TANDA7,8
Anamnesis
1.Batuk yang sangat produktif, purulen dan mudah memburuk dengan inhalasi
iritan, udara dingin atau infeksi
2. produksi mucus dalam jumlah yang sangat banyak
3. dyspnea
4. riwayat merokok, paparan zat iritan di tempat kerja.
PEMERIKSAAN FISIK
3
Pada stadium awal, pasien belum ada keluhan. Pada stadium yang lebih lanjut,
didapatkan fase ekspirasi yang memanjang dan mengi. Didapatkan juga tanda-
tanda hiperinflasi seperti barrel chest dan hipersonor pada perkusi. Pasien yang
dengan obstruksi jalan nafas berat akan menggunakan otot-otot pernafasan
tambahan duduk dalam posisi tripod.5 Didapatkan juga sianosis pada bibir dan
kuku pasien.8
1. Inspeksi
Pursed lips breathing.
Barrel chest
Penggunaan otot bantu pernafasan
Hipertrofi otot bantu pernafasan
JVP meningkat
Edema tungkai bawah
Penampilan blue bloater. Gambaran khas bronchitis kronis, gemuk,
sianosis, edema tungkai dan ronki basah di basal paru. Sianosis di sentral
dan perifer.8
2. Palpasi
Fremitus melemah
3. Perkusi
Hipersonor
4. Auskultasi
Suara nafas vesikuler normal atau melemah
Ronki dan mengi saat nafas biasa atau eskpirasi paksa
Eskpirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh
PATOGENESIS
4
Asap rokok dan zat iritan5,7,8
Asap rokok, debu di tempat kerja dan polusi udara merupakan bahan-bahan iritan
dan oksidan yang menyebabkan terjadinya bronkitis kronik. Dari semua ini asap
rokok merupakan penyebab yang paling penting. Tidak semua orang yang
terpapar zat ini menderita bronkitis kronik, hal ini dipengaruhi oleh status
imunologik dan kepekaan yang bersifat familial. Di dalam asap rokok terdapat
campuran zat yang berbentuk gas dan partikel. Setiap hembusan asap rokok
mengandung radikal bebas yaitu radikal hidroksida (OH). Sebagian bebas radikal
bebas ini akan sampai ke alveolus. Partikel ini merupakan oksidan yang dapat
merusak pry; kerusakan parenkim paru oleh oksidan ini terjadi karena :
1) Kerusakan dinding alveolus
2) Modifikasi fungsi anti elastase pada saluran napas.
Antielastase seharusnya menghambat netrofil, oksidan menyebabkan fungsi ini
terganggu sehingga timbul kerusakan jaringan interstitial alveolus. Partikulat yang
terdapat dalam asap rokok dan udara yang terpolusi mempunyai dampak yang
besar terhadap pembersihan oleh sistem mukosilier. Sebagian besar partikulat
tersebut mengendap di lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus, sehingga
mengharnbat aktivitas silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa bronkus
akan sangat berkurang, mengakibatkan meningkatnya iritasi pada epitel mukosa
bronkus. Kelenjar mukosa dan sel goblet dirangsang untuk menghasilkan mukus
yang lebih banyak, hal ini ditambah dengan gangguan aktivasi silia menyebabkan
timbulnya batuk kronik dan ekspektorasi. Produksi mukus yang
berlebihan memudahkan terjadinya infeksi dan memperlambat proses
penyembuhan. Keadaan ini merupakan suatu lingkaran dengan akibat terjadi
hipersekresi. Di samping itu terjadi penebalan dinding saluran napas sehingga
dapat timbul mucous plug yang menyumbat jalan napas, tetapi sumbatan ini masih
bersifat reversibel. Bila iritasi dan oksidasi di saluran napas terus berlangsung
maka terjadi erosi epitel serta pembentukan jaringan parut. Disamping itu terjadi
pula metaplasia skuamosa dan penebalan lapisan submukosa. Keadaan ini
mengakibatkan stenosis dan obstruksi saluran napas yang bersifat ireversibel.
5
Infeksi 5,8
Infeksi pada saluran nafas bukan penyebab pada brokitis kronis tapi merupakan
factor pencetus terjadinya eksaserbasi akut pada penyakit ini. Infeksi akan
memperparah gejala dan memperburuk fungsi paru. Infesi pada traktus
respiratorius pada waktu anak merupakan factor predisposisi munculnya
bronchitis kronis saat dewasa. Ini mungkin menjelaskan kenapa bronchitis kronis
tidak muncul pada semua perokok. Infeksi pada traktus respiratorius waktu anak
mungkin mengganggu perkembangan dan fungsi paru yang berakibat pada
terjadinya bronchitis kronis saar dewasa.
PATOFISIOLOGI 5,8
Asap mengiritasi jalan nafas dan menyebabkan hipersekresi dan inflamasi. Karena
iritasi konstan menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia kelenjar yang mensekresi
mucus. Secara umummnya, jumlah sel goblet pada saluran pernafasan turut
bertambah pada pasien dengan bronchitis kronis terutama di di bagian perifer dari
saluran pernafaan dengan fungsi silia yang menurun. Perubahan ini menyebabkan
sekresi mucus meningkat dan dengan komposisi yang lebih kental. Sebagai akibat
lumen bronkiolus menyempit dan tersumbat. Selain itu, alveoli yang berdekatan
bronkiolus menjadi rusak dan membentuk fibrosis yang kemudian mengakibatkan
perubahan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan
partikel asing. Hal ini menyebabkan pasien lebih rentan terhadap infeksi
pernafasan. Pada dinding bronchial juga ditemukan terjadinya proses inflamasi
dengan infiltrasi sel-sel radang dan jaringan fibrosis yang menyebabkan
penyempitan lebih lanjut pada bronchial. Pada waktunya mungkin terjadi
perubahan yang irreversible. Temuan patologis utama pada bronchitis kronis
adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus, hipertrofi dan hyperplasia sel-sel
goblet, infiltrasi sel-sel radang dengan edema pada mukosa bronkus.
Pembentukan mucus yang meningkat meyebabkn gejala yang khas yaitu batuk
produktif.
6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin : Hb, Ht dan leukosit boleh didapatkan meningkat7
Analisa gas darah : hipoksia dan hiperkapnia
2) Pemeriksaan faal paru
Spirometri : Ditemukan adanya penurunan kapasitas vital (VC) dan volume
ekspirasi kuat (FEV) serta peningkatan volume residual (RV) dengan kapasitas