35
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangStroke dapat menyebabkan kelumpuhan atau bahkan
mematikan dan dalam hitungan detik dapat mengubah nasib dan jalan
hidup seseorang. Dewasa ini stroke cenderung menjadi masalah
kesehatan dikalangan masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota
besar. Stroke merupakan istilah klinik penyakit peredaran darah
otak (PPDO) atau cerebrovascular disease (CVD) yang ditandai dengan
timbulnya kelainan fungsi otak secara mendadak, menetap serta
mempunyai kecenderungan memburuk, bahkan kematian dalam kurun waktu
24 jam pertama. Penyebab kematian dalam minggu pertama disebabkan
oleh pembengkakan jaringan otak akibat stroke yang luas di
supratentorial atau di batang otak (Muljadi, et. al., 2007).Stroke
merupakan penyebab kematian ketiga di dunia dan penyebab kecacatan
pada usia produktif dan usia lanjut. Berdasarkan sifat lesi
serebral, stroke dibagi menjadi 2 yaitu stroke iskemik dan
hemoragik (perdarahan). Sekitar 80% kasus stroke adalah iskemik dan
20% lainnya merupakan hemoragik (Indiyarti. 2011). Prevalensi
stroke dapat bergeser dan bertambah banyak pada negara berkembang
akibat meniru kebiasaan negara barat yang dianggap sebagai cermin
pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan
siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan
merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga
dan stress, telah menjadi gaya hidup seseorang terutama di
perkotaan, padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan
faktorfaktor risiko penyakit stroke ( Sitorus, 2006).Menurut Al
Rasyid (2007) di Indonesia, stroke adalah penyebab kematian utama
untuk kasus dirumah sakit dan juga dikatakan sebagai penyebab utama
kecacatan pada kelompok usia dewasa ( Pamela K, 2008).Dalam suatu
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Bulan Desember 2008, disebutkan bahwa Prevalensi
stroke di Indonesia ditemukan Sebesar 8,3 per 1000 penduduk, dan
yang telah terdiagnosis oleh Tenaga Kesehatan adalah 6 per 1000
penduduk (Depkes, 2008). Saat ini angka kejadian stroke di
Indonesia meningkat tajam dari urutan ketiga penyebab kematian,
melampaui penyakit yang selama ini mendominasi angka kematian
terbesar di Indonesia seperti jantung dan kanker. Ini sebagai
akibat perubahan gaya hidup serta stres berat yang dihadapi
masyarakat karena beban hidup yang semakin berat
(Gemari.2008).Adapun Prevalensi Nasional untuk Strok berdasarkan
diagnosis Tenaga Kesehatan dan gejala yang ditemukan adalah 0,8%.
Dimana di Indonesia terdapat 11 provinsi yang memiliki prevalensi
Stroke diatas prevalensi Nasional, dimana salah satunya adalah
Propinsi Sulawesi Tengah ( Depkes, 2008). Stroke terjadi akibat
defisit neurologik yang biasanya terjadi secara mendadak. Stroke
tersebut di bedakan atas dua macam yaitu Stroke iskemik dimana
dapat terjadi karena oklusi fokal pembuluh darah ke otak yang
menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang
mengalami oklusi. Dan Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan
intraserebral atau perdarahan subrakhnoid (Ismail. 2011).Dalam
sebuah artikel yang dipublikasikan oleh UPT Balai Informasi
Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan (2009) mengemukakan bahwa
Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, dimana 80 % dihasilkan
dari dalam tubuh yaitu organ hati dan sebanyak 20 % lainnya dari
luar tubuh misalnya zat makanan.Kolesterol darah pada umumnya dapat
dibagi menjadi 2 bagian utama yang penting yaitu kolesterol LDL
(Low Density Lipoprotein) yang dikenal sebagai kolesterol jahat dan
kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) yang biasanya dikenal
sebagai kolesterol baik ( Bethesda Stroke Center, 2012).Dari
berbagai hasil penelitian, disebutkan bahwa Kolesterol merupakan
faktor risiko terjadinya stroke yang secara konsisten . Kolesterol
LDLyang tinggi, kolesterol HDL yang rendah, dan rasio kolesterol
LDL dan HDL yang tinggi akan memiliki hubungan dengan peningkatan
risiko terkena stroke. Hal ini akan lebih diperkuat bila ditemukan
faktor risiko stroke lainnya misalnya: hipertensi, merokok, dan
obesitas ( Bethesda Stroke Center, 2012). Menurut Lang (2005) dia
berpendapat bahwa Hubungan antara kolesterol dan stroke sebenarnya
dapat dilihat dari berbagai penelitian terapi kolesterol.
Menurutnya keberhasilan terapi penurunan kadar kolesterol darah
akan menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung sebesar 60%
(Bethesda Stroke Center, 2012).Sedangkan menurut Lawrence M. Brass,
M.D. dalam sebuah artikel yang ditulisnya bahwa penelitian telah
menemukan hubungan antara lipid darah tinggi dan aterosklerosis
pada arteri serebral, tetapi masih belum jelas apakah tingkat
kolesterol tinggi secara signifikan meningkatkan risiko
stroke.Begitupun dalam buku yang ditulis oleh Abdul Gofir ( 2011)
di katakan dalam buku tersebut bahwa LDL kolestrol mungkin sebagai
resiko yang baru untuk stroke iskemik dan tidak disebutkan untuk
faktor resiko pada stroke perdarahan.Masih adanya pertentangan
pendapat atau masih belum jelasnya pandangan mengenai bagaimana
hubungan kadar LDL kolesterol pada penderita stroke non hemoragik
maupun stroke hemoragik dan kemudian peneliti melihat bahwa
prevalensi stroke Sulawesi Tengah merupakan salah satu prevalensi
Stroke diatas prevalensi nasional, serta masih kurangnya informasi
dan penelitian mengenai masalah tersebut di Sulawesi Tengah, hal
inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk tertarik melakukan
penelitian hubungan antara tingkat kolesterol LDL pada penderita
stroke non hemoragik di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu tahun 2011.
B. Rumusan MasaalahBerdasarkan latar Belakang masaalah yang telah
diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:Apakah ada hubungan antara kadar LDL-Kolesterol
dengan kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu tahun
2011.
C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan
antara kadar LDL-Kolesterol dengan kejadian Stroke dirumah sakit
umum anutapura palu tahun 2011.2. Tujuan Khususa. Mengetahui
distribusi frekwensi kejadian stroke hemoragik dan non hemoragik
berdasarkan jenis kelamin dan usia dirumah sakit umum anutapura
palu tahun 2011.b. Mengetahui kadar LDL-Kolestrol antara stroke
hemoragik dan non hemoragikc. Mengetahui hubungan antara kadar LDL
kolestrol dengan kejadian strokeD. Manfaat PenelitianAdapun manfaat
yang diharapkan pada penelitian ini antara lain:1. Bagi Instansi
KesehatanSebagai bahan masukan bagi instansi kesehatan dalam hal
membantu untuk penatalaksanaan yang tepat dan cepat pada stroke.2.
Bagi penelitiDapat di jadikan sebagai sarana belajar untuk
memperoleh pengetahuan baru, serta sebagai salah satu pengalaman
yang memberikan manfaat.3. Bagi pembacaDapat memberikan pengetahuan
menganai hubungan antara kadar LDL-Kolesterol pada penderita
Stroke. Sehingga dapat menjaga pola hidup sehingga mengurangi atau
mencegah penderita stroke di Indonesia umumnya dan sulawesi Tengah
khususnya.4. Bagi peneliti selanjutnyaDapat memberikan informasi
dan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya.E. Keaslian
PenelitianPenelitian mengenai hubungan antara kadar LDL-Kolesterol
pada penderita Stroke sudah pernah dilakukan yaitu di Rumah Sakit
Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 17 Mei -19Juni 2010. Dari
penelitian didapatkan 60 sampel yang memenuhi kriteria inklusi
sebagai subjek penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan secara
statistik didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara
kadar LDL dengan penderita stroke non hemoragik. Selanjutnya
menurut penelitinya bahwa hasil penelitian tersebut tidak
signifikan kemungkinan disebabkan oleh karena populasi yang diambil
selektif, bersifat untuk daerah tertentu atau tidak universal dan
mengabaikan faktor risiko stroke seperti Index Masa Tubuh (IMT),
tekanan darah, diabetes mellitus, merokok dan penyakit
jantung.Selanjutnya pada penelitian yang akan dilakukan di Rumah
Sakit Umum Anutapura Palu dimana lokasi penelitian yang akan
dilakukan adalah berbeda dengan daerah penelitian sebelumnya, juga
metode yang digunakan serta jumlah sampel dan lama penelitian.
BAB IITINJAUN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka1. Stroke1.1 DefinisiMenurut Warlow et al
(2007) stroke secara umum adalah suatu sindrom yang ditandai dengan
gejala atau tanda klinis yang berupa gangguan fungsional otak fokal
atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam, yang disebabkan
oleh vaskuler (Gofir, 2011).Menurut De Freitas et al (2009) tanda
dan gejala stroke jenis apapun akan menimbulkan defisit neurologis
yang bersifat akut. Seperti:a. Hemidefisit motorikb. Hemidefisit
sensorikc. Penurunan kesadarand. Kelumpuhan nervus fasialis (VII)
dan hipoglosus (XII) yang bersifat sentrale. Gangguan fungsi luhur
seperti kesulitan berbahasa (afasia) dan gangguan fungsi
intelektual (demensia)f. Buta separuh lapangan pandang
(hemianopsia)g. Defisit batang otak. ( Ismail, 2011).
1.2 PenyebabPenyebab terjadinya stroke terdiri atas beberapa hal
antara lain sebagai berikut:1.2.1 Infark otak dimana menyebabkan
stroke sekitar 80% dari semua kasus stroke meliputi:a. Emboli
terdiri atas :1. Emboli kardiogenik: fibrilasi atrium atau aritmia
lain, thrombus mural ventrikel kiri, penyakit katub mitral atau
aorta, endokarditis (infeksi atau non infeksi)2. Emboli paradoksal
(foramen oval paten): penyumbatan arteri sistemik oleh thrombus
berasal dari vena sistemik, yang telah melalui defek yang
menyebabkan hubungan langsung antara rongga jantung sebelah kanan
dan kiri, biasanya berupa foramen oval yang terbuka.b.
Aterotrombolitik yaitu penyakit pembuluh darah sedang-besar
meliputi :1. Penyakit ekstrakranial: arteri karotis interna, arteri
vertebralis.2. Penyakit intrakranial: arteri karotis interna,
arteri cerebri media,arteri basalis, lakuner (oklusi arteri
perforans besar)1.2.2 Perdarahan intra serebral menyebabkan sekitar
15% untuk terjadinya stroke yang disebabkan oleh : hipertensi,
malformasi arteri-vena, angiopati amiloid1.2.3 Perdarahan
Subaraknoid memegang peran sebanyak 5% pada kasus Stroke1.2.4
Adapun penyebab lain yang di yakini dapat menyebabkan infark atau
perdarahan sehingga menyebabkan stroke adalah: Trombosis sinus
dura, diseksi arteri karotis atau vertebralis, vaskulitis susunan
saraf pusat, penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial
yang progresif), migrain, kondisi hiperkoagulasi, penyalahgunaan
obat (kokain atau aftetamin), kelainan hematologist (anemia sel
sabit, polisitemia atau leukimia ), dan miksoma atrium (Mansjoer
et. al., 2007).1.3 Faktor ResikoMenurut guidelines for the primary
prevention of stroke yang dikeluarkan AHA dan ASA Goldstein (2011)
faktor resiko stroke diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :1.3.1
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasia. Usia Menurut
Goldstein (2011) stroke adalah penyakit yang banyak terjadi pada
usia tua, namun angka insidensi stroke pada anak akhir-akhir ini
menunjukan adanya peningkatan, namun kelompok usia antara 25-44
tahun lebih memiliki angka insidensi stroke yang rendah. Dengan
bertambahnya usia, maka resiko stroke iskemik dan stroke perdarahan
intraserebral juga meningkat, ditunjukan bahwa resiko stroke
iskemik dan perdarahan intraserebral meningkat 2x lipat setalah
usia 55 tahun (Gofir, 2011).b. Jenis kelaminMenurut Roquer et al
(2003) stroke iskemik dan stroke perdarahan lebih sering terjadi
pada pria dibanding wanita, namun perkecualian pada usia 35-44
tahun dan usia > 85 tahun (Gofir, 2011).c. Berat badan
rendahMenurut Goldstein (2011) angka kematian stroke meningkat pada
pasien dewasa di Inggris dan Wales yang memiliki riwayat berat
badan lahir rendah. Selanjutnya pada penelitian disouth carolina
madicaid didapatkan peningkatan resiko stroke 2x lipat pada pasien
dengan berat badan lahir < 2500g dibandingkan pasien dengan
berat badan lahir sekitar 4000g (Gofir, 2011).d. RasPada pasien
dengan ras negro dan hispanik memiliki angka insidensi stroke lebih
tinggi dan angka mortalitas stroke lebih tinggi dari pada pasien
ras kulit putih. Menurut Goldstein (2011) Populasi kulit hitam
lebih beresiko terkena stroke karena terkait tingginya prevalensi
hipertensi, obesitas, dan DM ( Gofir, 2011).
e. Faktor genetikPasien yang memiliki riwayat keluarga stroke
akan memiliki resiko stroke sekitar 30%. Untuk kembar monozigot
memiliki resiko 1,65x lipat dibanding kembar dizigot.Adapun
mekanisme terjadinya adalah karena (1) sifat genetik faktor resiko
stroke yang diturunkan; (2) sifat genetik kerentanan terhadap
faktor resiko yang diturunkan;(3) faktor gaya hidup, budaya dan
lingkungan yang ada dalam keluarga; (4) interaksi faktor genetik
dan faktor lingkungan ( Gofir, 2011).1.3.2 Faktor resiko yang dapat
diubah dan terdokumentasi dengan baik.a. Diabetes mellitus (DM)
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua -duanya. Diabetes
mellitus sering menimbulkan banyak komplikasi salah satunya adalah
stroke. Dengan makin banyaknya kasus diabetes, sudah pasti angka
kejadian stroke juga akan makin bertambah. Di Instalasi rawat inap
penyakit dalam RSU Haji Surabaya, diabetes mellitus merupakan
penyakit dengan kunjungan tertinggi yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Pengetahuan mengenai faktor risiko kejadian stroke
pada penderita diabetes mellitus merupakan hal yang sangat penting
sebagai tindakan pencegahan terhadap timbulnya kejadian stroke pada
penderita diabetes mellitus. Tujuan dari penelitian ini untuk
mempelajari pengaruh faktor risiko kejadian stroke pada penderita
diabetes mellitus(Rachmawati. 2009).b. TIA (Transient Ischemic
Attack) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dennis et al ( 1989)
adalah resiko stroke rekuren atau kematian lebih tinggi pada stroke
iskemik minor dari pada pada pasien dengan TIA (Gofir, 2011). c.
Merokok Menurut Goldstein hubungan merokok dan stroke berdasarkan
study epidemiologi yang telah dilakukan menunjukan adanya penurunan
kejadian stroke dengan penghentian merokok (Gofir, 2011).d.
Dislipidemia Menurut penelitian yang dilakukan framingham kenaikan
38,7 mg% LDL kolesterol akan meningkatkan angka stroke sebesar 25 %
s sedangkan kenaikan HDL 1mmol (38,7mg%) akan menurunkan terjadinya
stroke setinggi 47% ( Supriyatna, 2010).e. HipertensiMenurut
Indiana Stroke Prevention (2007) Hipertensi merupakan faktor resiko
sangat penting pada semua stroke, hal ini terjadi peningkatan
resiko stroke berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan darah.
Biasanya resiko stroke meningkat 1,6 kali setiap peningkatan 10
mmHg tekanan darah sistolik , dan sebesar 50% kejadian stroke dapat
diatasi dengan pengendalian tekanan darah (Gofir, 2011).f. Atrial
fibrilasiMenurut Gage et al (2004) Atrial fibrilasi (AF) adalah
gangguan irama yang sering terjadi pada pria dewasa. AF biasanya
ditemukan pada 1-1,5% populasi dinegara barat dan merupakan faktor
resiko independen stroke. Prevelensi AF terjadi peningkatan seiring
dengan bertambahnya umur, didapatkan 1% pada usia 80 Tahun (Gofir,
2011).g. Patent foramen ovaleMenurut overrel et al (2000) terjadi
peningkatan prevalensi Patent foramen ovale pada pasien stroke
kriptogenik yang berusia 55 Tahun atau lebih muda, tetapi tidak
yang berusia lebih dari 55 Tahun (Gofir, 2011).h. Stenosis arteri
carotis asimtomatikPada penelitian terbaru angka kejadian tahunan
stroke pada Stenosis arteri carotis asimtomatik yang ditangani
secara medis menujukan penurunan mencapai 1% (Gofir, 2011).i.
Sickle cell diseaseMenurut Indiana Stroke Prevention Task Force
(2007) Sekitar 15-25% pasien dengan Sickle cell disease akan
mengalami TIA atau stroke. Terjadinya stroke, baik stroke infark
maupun perdarahan (Gofir, 2011).j. Obesitas dan distribusi lemak
tubuhDari hasil penelitian Seung-han et al (2003) dengan
menggunakan penelitian kohort observasional prospektif terhadap
21.144 laki-laki Amerika Serikat yang di follow-up selama 12,5
tahun (rerata) untuk kejadian 631 stroke iskemik menemukan bahwa
BMI > 30 kg/mm3 berhubungan dengan adjusted relative risk ( RR)
stroke iskemik sebesar 2,0 ( 95% CI: 1,5 hingga 2,7) dibandingkan
laki0laki dengan BMI < 30 kg/mm3 (Gofir, 2011).1.3.3 Faktor
resiko yang dapat diubah dan kurang terdokumentasi dengan baik.a.
MigrenMenurut Goldstein (2011) migren diperkirakan adalah salah
satu penyebab terjadinya stroke, karena mungkin berhubungan dengan
gangguan serebrovaskuler seperti perdarahan serebri, diseksi arteri
karotis atau vertebralis dan stroke iskemik (Gofir, 2011).b.
Konsumsi alkoholMenurut Goldstein (2011) dalam suatu penelitian
dikatakan bahwa penurunan komsumsi alkohol yang berat dapat
menurunkan resiko stroke (Gofir, 2011).c. Penyalahgunaan
obat-obatanMenurut Goldstein (2011) bahwa penyalahgunaan
obat-obatan berhubungan dengan kejadian stroke iskemik dan stroke
perdarahan. Akan tetapi belum ada data yang menyatakan kaitan
resiko stroke iskemik terhadap penggunaan spesifik obat-obat
tertentu dan juga belum ada penelitian yang menyatakan penghentian
obat-obatan dapat menurunkan resiko stroke (Gofir, 2011).d.
Obstruksi sleep apnea ( OSA)Menurut Goldstein (2011) Sleep apnea
memiliki hubungan terjadinya resiko stroke dan kejadian
kardiovaskuler, bahkan Sleep apnea dapat secara independen menjadi
faktor resiko stroke. Dengan penanganan yang tepat terhadap sleep
apnea dapat menurunkan tekanan darah , walaupun begitu belum
terdapat studi prospektif yang menyatakan terapi sleep apnea dapat
menurunkan resiko stroke (Gofir, 2011).e.
HyperhomocysteinemiaMenurut Goldstein (2011) dalam suatu penelitian
yang mempelajari hubungan efek terapi penurunan homosistein
menggunakan vitamin B-kompleks pada resiko stroke masih belum
pasti. Adapun resiko stroke mengalami penurunan pada durasi terapi
yang lebih dari 3 tahun akan terjadi penurunan konsentrasi plasma
homosistein sebanyak 20% ( Gofir, 2011).f. Peningkatan lipoprotein
(a)Menurut Goldstein (2011) Lipoprotein (a) merupakan partikel
lipoprotein densitas rendah dimana apolipo protein B-100 mengikat
secara kovalen dengan glikoprotein (a). Struktur dan bentuk kimiawi
dari partikel lipoprotein hampir sama dengan LDL. Lipoprotein (a)
berkontibusi dalam proses aterogenesis dan berkaitan dengan
peningkatan resiko penyakit serebro-kardio-vaskuler (Gofir,
2011).g. HiperkoagulabilitasBerdasarkan penelitian larue et al
(1987) pasien dengan yang memilki kadar hematokrit yang tinggi akan
memiliki resiko yang besar untuk terkena infark lakuner.
diperkirakan kenaikan hematokrit akan meningkatkan fiskositas
darah, kemudian terdapat hubungan terbalik antara fiskositas dengan
aliran darah otak, sehingga terjadi peningkatan hematokrit yang
saling berinteraksi sehingga menimbulkan stroke infaklakuner
(Gofir, 2011).h. Inflamasi dan Infeksi1. Hitung leukosit dan
monosit2. Peningkatan kadar fibrinogenMenurut penelitian bahwa
peningkatan fibrinogen pasian diatas median berhubungan dengan
resiko stroke iskemik.3. High-sensitivity-C-reaktif
proteinHigh-sensitivity-C-reaktif protein adalah prediktor
independen untuk sroke,MI dan kematian vaskuler pada individu yang
tampak sehat (Gofir, 2011).i. Kemampuan filtrasi glomelurus.Menurut
penelitian Bos et al (2007) hubungan antara GFR dan resiko stroke
yaitu pada penurunan GFR dimana resiko stroke pendarahan meningkat
sangat tinggi. Namun, untuk faktor resiko stroke iskemik tidak ada
hubungan antara GFR dengan faktor resiko stroke (Gofir, 2011).j.
Polutan udaraHong et al (2002) telah meneliti hubungan antara
polutan udara dengan stroke. Hasilnya adalah bahwa polutan udara
memilki hubungan yang signifikan dengan moralita stroke iskemik.
Penelitian itu menunjukan sebuah proses patogenik akut dalam sistem
serebrovaskuler yang dipicu oleh polusi udara (Gofir, 2011).1.4
Klasifikasi Berdasarkan jenisnya stroke terbagi atas:1.4.1 Stroke
non hemoragikStroke non hemoragik pada dasarnya disebabkan oleh
oklusi pembuluh darah otak yang kemudian menyebabkan terhentinya
pasokan oksigen dan glukosa ke otak. Stroke ini terjadi akibat
trombosis pada plak aterosklerosis pada arteri otak atau yang
memvaskularisasi otak, atau suatu emboli dari pembuluh darah diluar
otak yang tersangkut diarteri otak. Stroke jenis ini merupakan
stroke paling banyak ditemukan, yaitu sekitar 80% dari seluruh
stroke. Stroke jenis ini juga bisa disebabkan oleh terhentinya
aliran darah ke otak. Contohnya seperti syok atau hipovolemia dan
juga penyakit lain (Sudoyo et. al., 2009).1.4.2 Stroke
hemoragikStroke hemoragik ditemukan sekitar 20% dari semua stroke,
stroke ini terjadi akibat pecahnya suatu mikro aneurisma dari
charcot atau etat crible diotak. Yang meliputi perdarahan
intraserebral, subdural, dan subaraknoid ( Sudoyo et. al.,
2009).1.5 Tanda dan Gejala Menurut lawrence M.B, M.D. tanda dan
gejala stroke terdiri atas:a. stroke non hemoragik Tanda dan gejala
stroke non hemoragik meliputi adanya kelumpuhan mendadak atau mati
rasa pada daerah wajah, lengan, dan kaki pada satu sisi tubuh.
Dapat pula terjadi gangguan berbicara, atau kesulitan berbicara.
Selain itu terjadi pula gangguan penglihatan yang meliputi
hamianopia atau monokuler atau diplopia, sehingga bisa menyebabkan
gangguan penglihatan kabur secara mendadak. Selain itu dapat pula
berupa adanya vertigo, mual dan muntah atau nyeri kepala (pusing),
atau bisa terjadi perubahan mendadak pada status mental pasien
misalnya konvulsi, delirium, letargi, stupor atau koma dan bahkan
juga bisa terjadi kehilangan memori.b. Stroke hemoragikPada
perdarahan intraserebral biasanya menimbulkan gejala yang bersifat
akut seperti sakit kepala yang parah serta terjadi penurunan
kesadaran. Adapun gejala lainnya tergantung pada ukuran dan lokasi
perdarahan. Misalnya bila terdapat lokasi perdarahan pada otak
kecil bisa menyebabkan gangguan keseimbangan yang meliputi
kesulitan berjalan, sakit kepala dan mual muntah.Adapun pada
perdarahan subarachnoid biasanya gejalanya dapat berupa sakit
kepala yang luar biasa atau sangat parah yang biasa terjadi secara
mendadak, kekakuan pada leher, terjadi penurunan kesadaran, mual
muntah, dan bisa mempengaruhi gangguan intelektual dan biasanya
terjadi kejang.1.6 Diagnosis dan Pemeriksaan PenunjangDiagnosis
stroke pada dasarnya berguna untuk mencari keterangan atau
informasi apakah seorang pasien menderita stroke atau
tidak.Pemeriksaan standar atau baku emas pada stroke adalah
pemeriksaan pencitraan tomografi terkomputer (CT-SCAN), namun pada
beberapa keadaan misalnya stroke akibat gangguan pada batang otak
biasanya pada hari pertama pemeriksaan tidak ditemukan kelainan
apapun, sehingga harus menggunakan pemeriksaan MRI yaitu pencitraan
dengan menggunakan resonansi magnetik untuk menemukan kelainan atau
lesi pada daerah tersebut, namun dilakukan setelah 24 jam
kemudian.Selanjutnya pemeriksaan pada pasien stroke harus dilihat
juga dari segi status pasien secara keseluruhan diantaranya tekanan
darah, kadar gula darah, keadaan kardiorespirasi, keadaan hidrasi,
elektrolit, asam basa, keadaan ginjal dan lain sebagainya.Selain
pemeriksaan diatas ada juga skor yang digunakan untuk melakukan
diagnosis berdasarkan jenis, letak dan besarnya lesi pada pasien
stroke antara lain seperti ; skor siriraj, skor gajah mada, dan
lain-lain. namun ketepatannya dalam mendiagnosis stroke belum bisa
diandalkan( Sudoyo et. al., 2009).Selanjutnya menurut Harsono ada
beberapa pemeriksaan penunjang yang biasanya digunanakan pada
pemeriksaan stroke antara lain;a. Pemeriksaan lumbal
pungsiPemeriksaan lumbal pungsi adalah pemeriksaan yang dilakukan
pada kimia sitologi, mikrobiologi, dan virologi. Disamping itu
dapat dilihat tetesan cairan serebrospiinal saat keluar baik
kecepatannya, kejernihannya, warna dann tekanan yang mengambarkan
proses terjadinya di intraspinalis. Pada stroke non hemoragik akan
ditemukan tekanan normal dari cairan serebrospinal.b.
Elektrokardiografi (EKG)Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan
jantung dimana jantung berperan dalam suplai darah ke otak.c.
ElektroencephalografiPemeriksaan dengan elektroencepalografi
berfungsi untuk mengetahui masaalah berdasarkan gelombang otak yang
menunjukan area lokasi secara spesifik.d. Angiografi
CerebralPemeriksaan ini dilakukan untuk membantu secara spesifik
dalam mencari penyebab stroke seperti perdarahan atau obstruksi
arteri, dimana akan memperlihatkan secara tepat letak oklusi atau
daerah ruptur.e. Ultrasonografi DoplerPemeriksaan yang dilakukan
untuk mengidentifikasi penyakit malformasi arteri dan vena (
Puri.2008).1.7 PencegahanPencegahan yang dilakukan untuk
menghindari terjadinya stroke terdiri atas:1.7.1 Pencegahan
primera. Biasanya dengan melakukan kampanye nasional yang
terintegrasi pada program pencegahan penakit vaskuler.b.
Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke dengan cara:1.
Menghindari rokok, stres mental, alkohol, kegemukan, komsumsi garam
berlebihan, obat-obat golongan amfetamin, kokain dan lain-lain.2.
Mengurangi kolestrol dan lemak dalam makanan.3. Mengendalikan
hipertensi, DM, penyakit jantung, dan penyakit vaskuler
aterosklerotik lainnya.4. Menganjurkan komsumsi gizi seimbang dan
olah raga teratur.1.7.2 Pencegahan sekundera. Modifikasi gaya hidup
beresiko stroke dan faktor resiko misalnya pada pasien hipertensi
dianjurkan diet dan mengkonsumsi obat anti hipertensi yang
sesuai.b. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin.c.
Dengan menggunakan obat-obatan misalnya asetosal yang merupakan
obat pilihan pertama atau antikoagulan oral (warfarin) diberikan
pada pasien dengan resiko penyakit jantung (Mansjoer et. al.,
2007).2. LDL Kolestrol2.1 DefinisiMenurut UPT Balai Informasi
Teknologi LIPI Pangan dan Kesehatan Kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein) adalah Jenis kolesterol yang mengangkut kolesterol
paling banyak didalam darah. Tingginya kadar LDL dalam darah
menyebabkankan pengendapan kolesterol dalam arteri. Selanjutnya
akan menyebabkan terjadinya proses aterosklerosis, dimana
aterosklerosis akan mengurangi aliran darah dan menyebabkan pasokan
oksigen ke berbagai organ menjadi berkurang sehingga organ tersebut
tidak dapat berfungsi ( eleanor bull et. al., 2005).Adapun untuk
Perhitungan Konsentrasi Kolesterol-LDL adalah sebagai berikut:
Konsentrasi kolesterol-LDL (LDL-C) dihitung dari kadar kolesterol
total (TC), HDL-kolesterol (HDL-C) dan trigliserida (TG) Menurut
Rumus Fried & Wald :LDL-C = TC (HDL-C) TG/5 mg / dlLDL-C = TC
(HDL-C) TG/2.2 mmol / lTabel 1 Klasifikasi nilai kadar LDL
kolesterol menurut National Stroke Association (2009) adalah
sebagai berikut .LDL ("Kolesterol jahat)
Kurang dari 100Optimal
100-129Mendekati optimal
130-159Batas normal tertinggi
160-189Tinggi
Lebih dari 190Sangat tinggi
2.2 PenyebabHal yang menyebabkan kadar kolestrol LDL dalam darah
tinggi diantaranya adalah sebagai berikut:a. Usia TuaPada
prinsipnya peningkatan kadar kolestrol merupakan hal yang alami
yang terjadi sesuai dengan pertambahan usia, namun dengan kita
tidak melakukan usaha untuk menurunkan kadar kolestrol tersebut
akan menyebabkan terjadinya kerusakan tubuh sesuai dengan
perjalanan waktu (Bull et. al., 2005).b. Jenis kelaminJenis kelamin
juga turut andil memberikan pengaruh pada peningkatan kadar
kolestrol yaitu dimana menurut hasil penelitian di Inggris
peningkatan kadar kolestrol pria lebih tinggi dari wanita biasanya
pada umur anatara 45-54 tahun, namun pada usia antara 55- 64 tahun,
kadar kolestrol pada wanita akan lebih tinggi dari pria. Hal
tersebut menunjukan untuk terjadinya faktor resiko akibat kolestrol
pada wanita lebih lambat sepuluh tahun dibanding pria (Bull et.
al., 2005).c. Faktor genetikFaktor genetik berkaitan dengan
penyakit yang dikenal dengan hiperkolesterolemia familial (HF).
Pada penderita hiperkolesterolemia familial mekanisme pengeluaran
kolestrol LDL kolestrol dari sirkulasi bekerja tidak sesuai
mestinya, sehingga hal ini akan menyebabkan kadar LDL kolestrol
dalam darah akan mencapai 2-3 kali dari batas nilai normal (Bull
et. al., 2005).d. Kurang melakukan aktifitas fisikOrang yang
melakukan olahraga secara teratur yaitu olah raga aerobik seperti
berjalan cepat, atau bersepeda akan akan meningkatkan Kolestrol HDL
yaitu kolestrol yang baik untuk tubuh (Bull et. al., 2005).e. Pola
makan yang kurang baik Pola makan yang kurang baik ini berkaitan
dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak jenuh yang
nantinya akan menyebabkan kelebihan berat badan (Bull et. al.,
2005).3. Hubungan LDL Kolestrol dengan StrokeKadar kolesterol LDL
yang tinggi akan memicu terjadinya penimbunan kolesterol pada sel,
yang menyebabkan munculnya aterosclerosis atau disebut juga
pengerasan dinding pembuluh pada darah arteri. dan selanjutnya
terjadi penimbunan plak di dinding pembuluh darah. Aterosclerosis
kemudian akan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit akibat
gangguan pembuluh darah misalnya: penyakit jantung koroner, stroke,
gangguan pembuluh darah tepi.Atherosklerosis adalah penyakit akibat
terbentuknya plak di dinding arteri besar, sehingga mempersempit
lumen pembuluh darah dan mengakibatkan aliran darah terganggu dan
menurunkan elastisitas pembuluh darah. Plak terdiri dari sel otot
polos, jaringan ikat, lemak, dan kotoran yang tertimbun dalam
intima dinding arteri (Fatmawati, 2008).Proses terjadinya
aterosklerosis menurut Kumalasari adalah sebagai berikut :a. Sel
endotel arteri mengalami cedera, baik secara mekanis maupun karena
adanya bahan-bahan sitotoksin yaitu termasuk LDL teroksidasi.
Daerah yang terluka terkadang ke darah dan akan menarik monosit,
kemudian berubah menjadi makrofag dan memakan bahan-bahan di
sekitarnya termasuk LDL teroksidasi. Sel makrofag tersebut berubah
menjadi sel busa yang tertimbun dan menimbulkan fatty streak di
dalam pembuluh darah yang diakibatkan dipenuhinya sel makrofag oleh
sel lemak.b. Sel endotel yang rusak tersebut mengakibatkan
trombosit menggumpal dan melepaskan tromboksan A2 yaitu suatu zat
yang mendorong penggumpalan trombosit lebih lanjut. Sel tersebut
juga melepaskan platelet-platelet growth factor. Makrofag ini
menghasilkan pertumbuhan yang mengakibatkan proliferasi sel otot
polos, yang berintegrasi dari lapisan medial ke intimal dinding
arteri.c. Sel di dalam lapisan intima melepaskan lemak yaitu
triasilgliserol ditambah dengan kolesterol yang menumpuk di dalam
plak yang sedang tumbuh. LDL terus masuk ke lesi dan ikut berperan
menambah timbunan lemak.d. Sel di lesi mensekresi kolagen, elastin
dan glikosaminoglikan membentuktudung fibrosa dan muncul kristal
kolesterol di bagian tengah plak. Sel terperangkap dan mati
sehingga terbentuk kotoran plak, dan juga terjadi klasifikasi.
Ruptur dan pendarahan plak berkapsul tersebut di pembuluh koroner
dapat menyebabkan pembentukan akut bekuan darah (trombus), yang
semakin lama semakin menyumbat. Berikut ini adalah gambar dari
penyumbatan pembuluh darah arteri (Fatmawati, 2008). A B
C D
Gambar 1 Potongan melintang ArteriKeterangan:A. Potongan
melintang arteri normal.B. Robekan pada dinding arteri.C.
Penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah.D. Pembuluh tersumbat
oleh bekuan darah (trombus).(Fatmawati, 2008).Kadar kolesterol
darah yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut adalah seperti genetik, diet tinggi lemak,
kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok.
Sebagai contoh merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan
menurunkan kadar kolesterol HDL. Selain itu, Kadar kolesterol LDL
yang tinggi dapat pula disebabkan oleh konsumsi alkohol atau
obat-obatan misalnya seperti steroid atau pil kontrasepsi (
Bethesda Stroke Center, 2012).Sedangkan menurut Alam R et al dan
Woo J et al tingginya kadar LDL tidak hanya sebagai faktor risiko
penyebab stroke iskemik, tetapi juga berpengaruh pada keluaran
setelah serangan stroke, selain hipertensi, hiperglikemia,
hipertemia, usia lanjut, dan keparahan stroke (Pamela K.2008).
4. Kerangka TeoriBerdasarkan uraian diatas, maka kerangka teori
pada Penelitian ini adalah:
Faktor resiko yang dapat diubah dan kurang terdokumentasi dengan
baikFaktor resiko yang dapat diubah dan terdokumentasi dengan
baik
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
Dislipidemia `
UsiaJenis kelaminMigrenKonsumsi alkoholPolutan udaraDll
LDL-KOLESTEROL
S T R O K E
Keterangan : Diteliti Tidak diteliti Gambar 2 Kerangka Teori5.
Kerangka konsepDalam penelitian ini peneliti akan menggunakan dua
variabel yaitu variabel independen dalam hal ini LDL Kolestrol dan
variabel dependen dalam hal ini Stroke.
Berdasarkan uraian tersebut dirancang kerangka konsep sebagai
berikut :
Variabel dependenVariabel independen
LDL Kolestrol
Stroke
Gambar 3 Kerangka KonsepB. Landasan TeoriKolesterol LDL (Low
Density Lipoprotein) adalah Jenis kolesterol yang berbahaya
sehingga sering disebut juga sebagai kolesterol jahat. Kolesterol
LDL mengangkut kolesterol paling banyak didalam darah. Tingginya
kadar LDL menyebabkankan pengendapan kolesterol dalam
arteri.Selanjutnya, LDL akan menembus dinding pembuluh darah
melalui lapisan sel endotel, masuk ke lapisan dinding pembuluh
darah yang lebih dalam yaitu intima. LDL disebut lemak jahat karena
memiliki kecenderungan melekat di dinding pembuluh darah sehingga
dapat menyempitkan pembuluh darah.Timbunan lemak di dalam lapisan
pembuluh darah atau plak kolesterol membuat saluran pembuluh darah
menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar. Plak kolesterol
pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah,
meninggalkan luka pada dinding pembuluh darah yang dapat
mengaktifkan pembentukan bekuan darah. Karena pembuluh darah sudah
mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka
bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total.Adapun
stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala-gejala dan
atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan
fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam ( kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian), yang
tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler. Definisi
ini mencakup stroke akibat infark otak(strok iskemik), perdarahan
intraserebral (PIS) non traumatik, perdarahan intraventrikuler dan
beberapa kasus perdarahan subarachnoid.Berdasarkan atas jenisnya
stroke terbagi atas:a. Stroke non hemoragik Jenis stroke ini pada
dasarnya disebabkan oleh oklusi pembuluh darah otak yang
menyebabkan terhentinya pasokan oksigen dan glukosa ke otak.b.
Stroke hemoragikStroke jenis ini merupakan sekitar 20% dari semua
stroke, diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma dari
charcot atau etat crible diotak. Dibedakan antara: perdarahan
intraserebral, subdural, dan subaraknoid.Selanjutnya hubungan
antara Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu penimbunan
kolesterol di sel, yang menyebabkan munculnya atherosklerosis dan
penimbunan plak di dinding pembuluh darah. Hal ini dihubungkan
dengan peningkatan risiko penyakit akibat gangguan pembuluh darah
yaitu salah satunya stroke.C. HipotesisAda hubungan antara kadar
LDL Kolesterol dengan kejadian Stroke dirumah sakit umum anutapura
palu tahun 2011BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.
Menurut Ahmad Watik Pratiknya (2010) Penelitian cross sectional
merupakan penelitian non-eksperimental dalam rangka mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang
berupa penyakit atau status kesehatan tertentu, dengan model
pendekatan point time. Dalam hal ini adalah bagaimana hubungan
antara kadar LDL-Kolesterol pada penderita Stroke di Rumah Sakit
Umum Anutapura Palu.B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
Umum Anutapura Palu Propinsi Sulawesi Tengah2. Waktu
PenelitianWaktu penelitian dilaksanakan pada Tanggal 23 Mei 2012.C.
Instrumen PenelitianAdapun Instrumen penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah data sekunder atau dalam hal ini data rekam
medis pasien stroke periode Januari 2011-Desember 2011.
D. Populasi dan Sampel1. PopulasiPopulasi adalah keseluruhan
obyek penelitian atau obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini
populasi adalah semua pasien stroke yang datang berkunjung di rumah
sakit umum anutapura pada bulan Januari 2011- Desember 2011.2.
Sampel Sampel penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu
semua penderita stroke yang tercatat kadar LDL kolestrolnya dalam
rekam medis pada bulan Januari 2011- Desember 2011 yang mana
pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.3.
Kriteri Inklusi dan Ekslusia. Adapun kriteria inklusi pada
penelitian ini adalah : Pasien stroke yang memiliki umur 45- 84
tahun Pasien stroke rawat inap dan rawat jalan yang tercatat dalam
rekam medis LDL Kolestrolnyab. Adapun kriteria ekslusi pada
penelitian ini adalah Faktor resiko lain seperti berat badan , ras,
faktor genetik,diabetes melitus,sindrom metabolik,merokok,atrial
fibrilasi, patent foramen ovale, dan lain-lain karena tidak
tercatat dalam rekam medis.
E. Definisi Operasional1. Variabel bebas ( LDL Kolestrol
)Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) adalah Jenis kolesterol
yang mengangkut kolesterol paling banyak didalam darah. Tingginya
kadar LDL dalam darah menyebabkankan pengendapan kolesterol dalam
arteri.2. Variabel terikat ( Stroke)Stroke adalah suatu sindrom
yang ditandai dengan gejala atau tanda klinis yang berupa gangguan
fungsional otak fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24
jam, yang disebabkan oleh vaskuler.F. Rancangan Penelitian
Populasi
Stroke hemoragiksampelStroke non hemoragik
Kadar LDL kolesterol rendah
130mg/dlKadar LDL kolesterol rendah 130mg/dl
Gambar 4 Rancangan Penelitian.G. Teknik pengumpulan DataData
yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medis
pasien stroke yang tercatat LDL kolestrolnya di Rumah Sakit Umum
anutapura palu.
H. Pengolahan DataMenurut Budiarto (2003) kegiatan dalam proses
pengolahan data meliputi:1. EditingMemeriksa kelengkapan data,
memeriksa kesinambungan data, dan memeriksa keseragaman serta
melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.2.
CodingMenyederhanakan data yang terkumpul dengan cara memberi kode
atau simbol tertentu.3. Entri Memasukan data untuk diolah
menggunakan computer.4. TabulasiMengelompokan data yang diperoleh
kedalam suatu label tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya,
sesuai dngan tujuan penelitian agar dengan mudah dapat dijumlah,
disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.I. Teknik
Analisis DataHasil penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik dengan uji analisa varian, dengan rumus chi square
menggunakan program SPSS 17.0 for window.J. Etika PenelitianAdapun
etika penelitian dalam peneliti melakukan penelitian adalah:1.
Mengambil surat pengantar penelitian dari program studi pendidikan
dokter fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas tadulako
palu.2. Membawa dan menyerahkan surat pengantar penelitian tersebut
dibagian rekam medis rumah sakit umum anutapura palu.3. Melakukan
penelitian di bagian ruangan penyimpanan data rekam medis setelah
mendapat persetujuan dari bagian rekam medis rumah sakit umum
anutapura palu.4. Data yang didapatkan harus dirahasiakan dan hanya
di pergunakan untuk keperluan penelitian semata.
1