This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Blok 19
Kardiovaskular-2
Gagal Jantung Kronik
Universitas Kristen Krida Wacana
Fakultas Kedokteran
Jl. Arjuna Utara No. 6, Tel. 56942061, Fax. 5631731, Jakarta 11510
Kelompok D4 :
Daniel Ricardo 102008080
Putri Chairani 102008219
Yehiel Flavius Kabanga 102011063
Keren marthen 102011056
Meryn 102011133
Alvivin 102011215
Alvin Wijaya Rustam 102011239
Jelita Septiawati Sitanggang 102011385
Mohammad Fajar A 102011426
Pendahuluan
I. Latar Belakang
Jantung merupakan alat pompa darah yang sangat efisien, berdaya tahan lama, dan
mampu mendorong lebih dari 6000 liter darah ke seluruh tubuh setiap hari dan berdenyut
lebih dari 40 juta kali setahun selama hidup seserang, sehingga dapat memberi pasokan
nutrien vital jaringan secara terus-menerus dan mempermudah ekskresi produk sisa. Oleh
karena itu, jika adanya disfungsi jantung dapat menimbulkan konsekuensi fisiologik yang
sangat merugikan.
Disfungsi jantung bisa terjadi akibat kurangnya fungsi pompa jantung, sehingga terjadilah
kongesti akibat cairan di paru dan jaringan perifer, dan itulah hasil akhir yang sering
terjadi pada banyak proses penyakit jantung. Penyakit jantung inilah yang seringkali
dijumpai di dunia sehingga akan dibahas dalam makalah ini terkhusus yang berkaitan
dengan kasus.
II. Skenario
Tn. D, 60 tahun datang dibawa berobat ke RS UKRIDA dengan keluhan sering sesak saat
aktivitas, batuk, dahak tidak ada, demam tidak ada, nyeri dada tidak ada. Pasien merasa
nafasnya sering tersengal-sengal sejak 6 bulan lalu, terutama bila berjalan agak jauh, dan
sangat mengganggu kesehariannya namun saat istirahat, sesaknya jauh berkurang. saat mala
hari, pasien juga lebih merasa enak bila tidur dengan bantal yang agak tinggi. Pasien juga
mengeluhkan bahwa selama 2 bulan ini kakinya sering bengkak. Riwayat merokok tidak ada.
Riwayat penyakit kencing manis sejak usia 40 tahun, penyakit darah tinggi sejak usia 36
tahun, penyakit jantung koroner diketahui sejak 2 tahun lalu, dan sudah menjalani CABG.
III. Identifikasi Istilah
CABG (Coronary Artery Bypass Graft) merupakan salah satu metode revaskularisasi yang
umum dilakukan dengan membuat pembuluh darah baru atau bypass terhadap pembuluh
darah yang tersumbat sehingga melancarkan kembali aliran darah yang membawa oksigen
untuk otot jantung yang diperdarahi pembuluh tersebut.1
IV. Rumusan Masalah
Tn D 60 Thn sering sesak saat aktivitas & berkurang pada saat beristirahat,batuk tidak
berdahak,kaki bengkak,napas sering tersengal-sengal sejak 6 bulan yang lalu.
V. Hipotesis
Bayi 2 bulan sehabis minum susu sering mengeluarkan kembali melalui mulut, lebih kurang
2-3 sdm, terjadi setiap kali bayi menyusu, BB tidak naik, tanpa gejala penyerta mengalami
Refluks Gastroesofagus.
Pembahasan
A. Anamnesis2
Anamnesis mengambil peran besar dalam menentukan diagnosis. Oleh sebab itu,
anamnesis harus dilakukan sebaik mungkin sehingga dapat mengambil diagnosis dengan baik
pula dan mampu memberikan pertolongan bagi pasien.
Dalam melakukan anamnesis, terkandung pengertian komunikasi antar dokter pasien. Dalam
berkomunikasi, terdapat dua aspek yang penting, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal.
Komunikasi verbaldalam proses wawancara dan nonverbal misalnya menganggukkan kepala.
Dalam proses anamnesis, terjadi komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien yang
dapat disingkat dalam tiga proses, yaitu: pasoen bercerita, dokter mendengar dan
memperhatikan, dan tanya jawab.
Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan Alloanamnesis.
Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik autoanamnesis yaitu anamnesis yang
dilakukan langsung dengan pasiennya. Pasien sendirilah yang paling tepat untuk
menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah
yang paling tepat untuk menceritakan apa yang sesungguhnya dia rasakan.
Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan. Pada
pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab pertanyaan, atau
pada pasien anak – anak, maka perlu orang lain untuk menceritakan permasalahannya. atau
Heteroanamnesis. Tidak jarang dalam praktek sehari – hari anamnesis dilakukan bersama –
sama auto dan alloanamnesis. Anamnesis yang baik terdiri dari :
1. Identitas : meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pendidikan, pekerjaan, status, agama, dan suku bangsa.
2. Keluhan utama : keluhan yanng dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai
dengan indikator waktu.
3. Riwayat penyakit sekarang : riwayat perjalanan penyakit yang berupa cerita
kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
keluhan utama sampai pasien datang berobat.
4. Riwayat penyakit dahulu : untuk mengetahui kemungkinan – kemungkinan adanya
hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.
5. Riwayat penyakit keluarga : untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial
atau penyakit infeksi atau riwayat atopik..
6. Riwayat pribadi : meliputi data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan.
Berdasarkan kasus :
“Tn.D, 60 tahun datang dibawa berobat ke RS UKRIDA dengan keluhan sering sesak saat
aktifitas, batuk, dahak tidak ada, demam tidak ada, nyeri dada tidak ada. Pasien merasa
nafasnya sering tersengal – sengal sejak 6 bulan yang lalu, terutama bila berjalan agak jauh,
dan sangat mengganggu kesheariannya namun saat istirahat sesaknya jauh berkurang. Saat
malam hari pasien juga merasa lebih enak bila tidur dengan bantal agak tinggi. Pasien juga
mengeluhkan bahwa selama 2 bulan ini kakinya sering bengkak. Riwayat merokok tidak ada,
riwayat penyakit kencing manis sejak usia 40 tahun, penyakit darah tinggi sejak usia 36
tahun, penyakit darah tinggi sejak usia 36 tahun, penyakit jantung koroner 2 tahun lalu, dan
sudah menjalani CABG”
Maka dokter bisa melakukan autoanamnesis kepada pasien.
Pertanyaan yang ditanya adalah seputar keluhan yang disebutkan pasien yaitu sesak saat
aktivitas:
Keluhan sesak sejak kapan? Sesaknya terus menerus atau hilang timbul? Apakah
disertai nyeri dada? Semakin hari semakin parah atau tidak?
Apakah disertai dengan keluhan lain?
Riwayat penggunaan obat sebelumnya untuk meringankan keluhan? Pernah kedokter
sebelumnya?
Apa pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya?
Pola makan bagaimana? Sering terlambat makan? Sering makan makanan yang asam
atau pedas? Merokok? Minum alcohol? Olahraga? Keadaan lingkungan rumah dan
tempat kerja bagaimana?
B. Pemeriksaan Fisik
Untuk melakukan pemeriksaan kardiovaskuler yang cermat, pasien harus nyaman dan rileks.
Pastikan ruangan tidak terlalu dingin. Pertama, lihat tangan pasien, periksa leher, nadi dan
tekanan darah, kemudian lakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Mulai pemeriksaan dengan mengamati keadaan umum pasien. Apakah ia tampak sehat atau
sakit, apakah ia merasa nyaman atau sesak saat istirahat? Apakah terdapat sianosis sentral?
Lalu ukur suhu tubuh dan lihat tangan pasien untuk melihat adanya sianosis perifer pada jari
tubuh dan perdarahan splinter. Kemudian cari anemia di konjungtiva, dan periksa ulang untuk
sianosis sentral.3
Selanjutnya melakukan palpasi iktus kordis menggunakan telapak tangan dan ujung jari
dengan pasien berbaring 45º. Iktus cordis normal terletak di sela antariga ke-5 dari garis
midclavicula. Bila teraba jauh keluar bearti ada pembesaran 1 atau 2 ventrikel atau
pergeseran jantung ke kiri akibat deformitas toraks atau penyakit paru.3
Lalu menilai kualitas denyut, yaitu iktus cordis yang kuat menunjukkan peningkatan curah
jantung. Pada hipertrofi ventrikel kiri, iktus cordis jelas teraba disertai dengan dorongan kua
(kua angka/heaving) dan meneap dibandingkan dengan denyut lazim (tajam dan singkat).
Pada stenosis mitral, ikttus cordis sering digambarkan sebagai ketukan akibat pembesaran
ventrikel kiri yang bergeser lebih dekat ke tangan pemeriksa dan terabanya bunyi jantung
pertama.2
Hipertrofi ventrikel kanan dideteksi dengan menekankan telapak tangan pada tepi sternum
kiri. Pada orang dewasa, ventrikel kanan normal tidak menimbulkan denyut yang nyata,
sedangkan pada hipertrofi ventrikel kanan dapat teraba denyut parasternum yang kuat angkat.
Kadang ventrikel kanan membesar ke anterior dan membentuk iktus cordis menggantikan
ventrikel kiri. Denyut yang teraba perlu dikonfirmasi dengan menggunakan pemeriksaan
bimanual, yaitu meletakkan telapak tangan kiri di batas sternum dengan tangan kanan meraba
iktus cordis bila kedua ventrikel membesar, teraba dua denyut yang terpisah. Saat palpasi
prakordium, dapat meraba thrill, komponen frekuensi-rendah dari bising keras yang lebih
mudah diketahui dengan auskultasi.2
Selanjutnya untuk melakukan perkusi jantung, gunanya untuk menentukan besar dan bentuk
jantung secara kasar. Untuk perkusi prekordium biasan tidak bermanfaat, kecuali guna
menetukan posisi mediastinum pada kasus pergeseran mediastinum, misalnya hambatan
aliran udara kronis atau kolaps paru kanan.2,3
Pemeriksaan auskultasi dengan menggunakan stetoskop. Fungsi utama untuk menyalurkan
suara dari dinding dada diserati eksklusi bising lain dan memperkuat bunyi berfrekuensi
tertentu. Bagian stetoskop tanpa diafragma (bell) baik untuk mendengar bunyi nada-rendah,
sedangkan diafragma menyaring bunyi nada rendah dan memperkuat bunyi nada tinggi.2
Bunyi Jantung
Bunyi jantung pertama ditimbulkan terutama oleh penutupan katup mitral dan trikuspid,
akibat katup mendadak menjadi rigid saat tiba-tiba berhenti dalam perjalanannya ke atrium
saat permulaan sistol. Kekerasan bunyi penutupan katup mitral, yang normalnya adalah
komponen utama bunyi jantung pertama, bergantung pada gaya yang mendorong katup
tersebu kembali ke atrium. Kekerasan bunyi penutupan katup mitral tersebut, dapat berubah,
misalnya pada stenosis mitral. Panjang interval antara sistol atrium dan ventrikel juga
mempengaruhi kekerasan bunyi jantung pertama.2
Bunyi jantung kedua ditimbulkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonaris. Bila daun
katup kehilangan mobilitas, seperti pada stenosis aorta kalsifikans, bunyi katup yang terkena
akan berkurang dan mungkin hilang. Bunyi jantung kedua terpisah menjadi 2 komponen saat
inspirasi, dan menyatu saat ekspirasi. Pemisahan (splitting) fisiologis ini akibat perubahan
kecil pada isi sekuncup ventrikel kiri dan kanan selama siklus pernapasan normal. Saat
inspirasi, aliran balik vena ke sisi kanan jantung meningkat sehingga isi sekuncup ventrikel
kanan meningkat dan penutupan katup pulmonaris terlambat. Pada saat yang sama,
penumpukan darah di vena pulmonaris menurunkan pengisian venttrikel kiri dan membuat
penutupan katup aorta sedikit lebih awal dibandingkan saat ekspirasi.2
Bunyi jantung ketiga biasanya adalah frekuensi rendah yang paling jelas didengar dengan
bell, dan terjadi tepat setelah bunyi jantung kedua akibat peregangan ventrikel yang
mendadak pada akhir fase pengisian cepat saat awal diastol. Bunyi jantung ketiga yang
lembut dapat terdengar di apeks sebagian besar anak normal dan orang dewasa berusia
<30tahun. Namun, pada orang yang lebih tua, bunyi ini abnormal dan menandakan pengisian
venrikel yyang terlalu cepat dan tidak biasanya. Bunyi jantung ketiga pada orang tua dapat
terjadi akibat isi sekuncup yang terlalu besar atau peningkatan tekanan pengisian ventrikel
kiri akibat gagal ventrikel kiri.2
Bunyi jantung keempat juga berfrekuensi rendah yang paling baik didengar sesaat sebelum
bunyi jantung pertama dan menandakan bahwa sistol atrium terlalu kuat. Bunyi jantung
atrium (keempat) menandakan tekanan diastolik akhir meningkat di venttrikel terkait, misalna
pada ventrikel kiri pada hipertensi sistemik.2
Irama Gallop. Ini berarti terdapat tiga bunyi jantung dalam siklus, dan bunyi tambahan
tersebut adalah bunyyi janung ketiga atau bunyi atrium (ke-4). Bising terdengar seperti
Kentucky (“ken-ta-ki”). Pada frekuensi jantung yang cepat, bunyi jantung ketiga dan bunyi
atrium mungkin terjadi bersamaan sehingga terdengar summation gallop-menyerupai
Tennessee. Pada praktik klinis, irama gallop menandakan gangguan fungsi ventrikel.2
Bising jantung. Terjadi akibat turbulensi abnonormal aliran darah atau getaran struktur di
dekat aliran turbulensi. Faktor yang mempermudah pembentukan turbulensi sehingga ttimbul
bising yaitu peningkatan kecepatan aliran, penurunan kekentalan darah, permukaan tempat
drah mengalir menjadi kasar, dan adanya konstriksilokal lumen tempat darah mengalir,
disertai dengan pembentukan turbulensi di tempat lumen kembali membesar. Saat terjadinya
bising sangat penting untuk membedakan bising. Untuk menetukan saat terjadinya bising,
perlu dibedakan antara bising sistol attau bising diastol.2
Bising sistolik disebabkan oleh salah satu dari tiga faktor :
a. Bising pansistolik. Kebocoran darah melalui katup yang biasanya menutup saat sistol
sehingga intensitas bising tidak berubah sepanjang sistol.\
b. Bising sistolik ejeksi. Aliran melalui suatu katup yang biasanya terbuka saat sistol,
tetapi mengalami penyempitan abnormal. Pada awal sistol, bising tidak terengar,
kemudian menjadi kresendo selama pertengahan sistol, dan akhirnya menghilang pada
akhir sistol.
c. Peningkatan aliran darah melalui suatu katup normal, bising fisiologis gambarannya
identik dengan bising sistolik ejeksi.
Bising diastolik dibagi menjadi bising diastolik dini dan mid diastolik.
a. Bising diastolik dini hampir selalu disebabkan oleh inkompetensi katup aorta atau
pulmonaris. Bising terdengar paling kerasa pada awal diastol saat tekanan aorta atau
pulmonaris paling tinggi, dan menghilang dengan cepat seiring dengan penurunan
tekanan.
b. Bising mid diastolik biasanya disebabkan oleh aliran darah melalui katup mitral atau
trikuspid yang menyempit, bernada rendah dan “gaduh”, serta terdengar di sepanjang
sisa diastol.
Pemeriksaan dada dan pergelangan kaki. Pada akhir pemeriksaan sistem kardiovaskular,
pasien harus diminta untuk duduk guna memeriksa ronki dan atau efusi pleura di basal paru.
Pergelangan kaki juga harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya edema pitting-tekan kuat di
daerah tibia, dan lihat apakah ada cekungan yang tertinggal setelah jari diangkat.2
C. Pemeriksaan Penunjang4
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pasien dengan onset gagal jantung yang baru atau dengan gagal jantung kronis dan
dekompensasi akut sebaiknya melakukan pemeriksaan darah rutin lengkap, elektrolit,