HUKUM DALAM TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL LATAR BELAKANG Perkembangan ekonomi dunia selalu berkembang dalam mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berfikir manusia. Transaksi bisnis didunia semakin mudah untuk dilakukan. Seiringnya dengan perkembangan perdagangan bebas didunia tidak membatasi individu atau kelompok untuk melakukan transaksi internasional. Akan tetapi, perdagangan bebas tetap memiliki hukum-hukum yang mengikat didalamanya. Diantaranya hukum dalam transaksi bisnis internasional yang dimana mengatur kegiatan komersial lintas batas negara yang dilakukan individu atau perusahaan yang berkewarganegaraan yang berbeda. Hukum transaksi bisnis internasional, dalam kaitannya, mempunyai hubungan erat dengan hukum perdata internasional, yaitu sebagai kajian hukum perdata internasional yangbehubungan dengan perbedaan bahasa, yang harus dituntaskan melalui kontrak bisnis internasional. Dalam dunia perdagangan internasional, terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai salah satu sarana transaksi dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah hukum transaksi internasional harus
79
Embed
blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/kidungs/files/2013/12/materi-hukum-FIX.docx · Web viewPEMBAHASAN HUKUM TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL Hukum Bisnis atau Business Law adalah keseluruhan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUKUM DALAM TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL
LATAR BELAKANG
Perkembangan ekonomi dunia selalu berkembang dalam mengalami
kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berfikir
manusia. Transaksi bisnis didunia semakin mudah untuk dilakukan. Seiringnya
dengan perkembangan perdagangan bebas didunia tidak membatasi individu atau
kelompok untuk melakukan transaksi internasional.
Akan tetapi, perdagangan bebas tetap memiliki hukum-hukum yang
mengikat didalamanya. Diantaranya hukum dalam transaksi bisnis internasional
yang dimana mengatur kegiatan komersial lintas batas negara yang dilakukan
individu atau perusahaan yang berkewarganegaraan yang berbeda.
Hukum transaksi bisnis internasional, dalam kaitannya, mempunyai
hubungan erat dengan hukum perdata internasional, yaitu sebagai kajian hukum
perdata internasional yangbehubungan dengan perbedaan bahasa, yang harus
dituntaskan melalui kontrak bisnis internasional. Dalam dunia perdagangan
internasional, terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai salah satu sarana
transaksi dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah hukum transaksi
internasional harus dikembangkan salah satu instalasi untuk mewujutkan transaksi
internasional.
PEMBAHASAN
A. HUKUM TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL
Hukum Bisnis atau Business Law adalah keseluruhan dari peraturan -
peraturan hukum,baik yang tertulis maupun tidak tertulis,yang mengatur hak
dan kewajiban yang timbul dari perjanjian- perjanjian maupun perikatan-
perikatan yang terjadi dalam praktik bisnis.
Hukum transaksi bisnis internasional adalah hukum yang dipergunakan
sebagai dasar transaksi bisnis lintas antar negara, yaitu perangkat kaidah, asas-
asas, dan ketentuan hukum, termasuk institusi dan mekanismenya, yang
digunakan hak dan kewajiban para pihak dalam suatu transaksi bisnis dalam
hubungan dengan objek transaksi, prestasi pada pihak, serta segala akibat yang
timbul akibat transaksi.
Menurut pengertian diatas hukum sebagai dasar transaksi bisnis yang
digunakan sebagai kewajiban dalam suatu transaksi bisnis.
B. PERLINDUNGAN KEPENTINGAN BISINIS MELALUI MEKANISME
HUKUM
Perlindungan hukum terhadap hubungan antar orang atau antar-perusahaan
yang bersifat lintas batas negara dapat dilakukan secara publik maupun privat.
Perlindungan secara publik dilakukan dengan cara memanfaatkan fasilitas
perlindungan yang disediakan oleh ketentuan-ketentuan yang bersifat publik,
seperti peraturan perundangan domestik dan perjanjian-perjanjian internasional,
bilateral maupun universal, yang dimaksudkan demikian. Perlindungan secara
privat dapat dilakukan dengan cam memanfaatkan fasilitas perlindungan hukum
yang bersifat privat, yaitu dengan cara berkontrak secara cermat.
Dalam dunia bisnis, jenis hukum yang kedua justru merupakan jenis yang
sangat populer. Jenis ini digunakan secara luas oleh masyarakat bisnis yang
terlibat transaksi lintas batas negara. Beberapa alasan yang mengakibatkan
penggunaan seperti itu adalah: pertama, berubahnya orientasi masyarakat
internasional pasca Perang Dunia II ke arah pembangunan ekonomi global;
Kedua,pesatnya pertumbuhan kebijakan, bentuk dan materi transaksi bisnis
internasional;Ketiga, kurang lengkapnya materi hukum publik (sistem perundang-
undangan) berkaitan dengan variasi bentuk dan materi transaksi.
Alasan yang ketiga berkaitan dengan masalah kekosongan, ketidakpastian,
dan lemahnya perlindungan hukum publik terhadap pihak-pihak yang melakukan
transaksi. UU No. 1 Tahun 1967, tentang Penanaman Modal Asing, misalnya,
kurang menampung aspek-aspek materi penanaman modal asing sehingga pelaku
transaksi untuk melindungi kepentingan bisnisnya, merasa perlu mengembangkan
bentuk kontrak tertentu seperti joint venture agreement, untuk mengatur dan
melindungi kepentingan mereka.
Akan tetapi, pada sisi lain, luasnya kesempatan untuk menentukan perlindungan
hukum sendiri, dengan cara menentukan sendiri hukum yang dipilih untuk
mengatur dan melindungi kepentingan mereka melalui sistem kontrak yang
mereka bentuk, juga merupakan persoalan tersendiri. Kebebasan berkontrak
sering kali menimbuikan risiko yang justru timbul dari sifat - sifat hukum
kontrak.Risiko ini sering kali berakibat fatal terhadap pelaksanaan prediksi -
prediksi bisnis, bahkan dapat menimbulkan berbagai kerugian yang sering kali
tidak diperhitungkan karena risiko demikian itu dapat menghadirkan
ketidakefisienan.Oleh karena itu, pengetahuan tentang hukum kontrak adalah
faktor yang sangat penting dalam rangka transaksi bisnis yang aman dan dalam
rangka pelaksanaan akibat-akibat transaksi secara konsisten.
C. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
Perdagangan internasional, secara umum , berkembang kearah
perdagangan yang lebih bebas dan terbuka. Negara – Negara semakin memahami
arti pasar bebas (free trade), termasuk manfaat – manfaat yang dapat diperoleh
dari mekanisme perdagangan tersebut.
Contoh kebijakan perdagangan internasional : kehadiran WTO, dan
kerjasama – kerjasama perdagangan lainnya, seperti AFTA dan APEC,
mengakibatkan perdagangan dunia terdorong kearah perdaganga yang lebih bebas
dan terbuka. Perdagangan, melalui bentuk – bentuk kerjasama itu, juga
diusahakan terbebas dari praktik bisnis curang (unfair business practices) seperti
system proteksi, tariff dan non tarif sehingga dapat berkembang dalam iklim yang
lebih kondusif.
Keadaan ini menghadapkan semua Negara dan perusahaan domestic pada
dua pilihan tertutup, yaitu bersaing memanfaatkan peluang pasar atau menjadi
korban dan dimanfaatkan sebagai peluang.
Indonesia sendiri telah lama mengubah strategi perdagangan luar
negerinya, antara lain :
1. Ditandai peningkatan peran aktif Indonesia dalam pendesainan pasar bebas
(free trade) baik pada kawasan ASEAN (ASEAN free trade area), asia
pasifik (Asia Pasific Economics Cooperation), maupun dunia (WTO).
2. Mendorong ekspansi produk dan pasar perusahaan – perusahaan
domestiknya.
PENUTUP
KESIMPULAN
Hukum transaksi bisnis internasional pada dasarnya adalah hal yang
mengikat sebuah transaksi lintas antar negara agar terjadi/tercipta perdagangan
yang adil (fair trade). Pentingnya pengenalan akan hukum transaski bisnis
internasional agar terhindar dari unfair trade. Oleh karenanya dibuatlah
kebijakan-kebijakan yang berlaku di masing-masing negara demi kepentingan
perdagangan negara itu sendiri.
Perlindungan transaksi bisnis dibutuhkan bagi pelaksana transaksi bisnis
internasional. Perlindungan hukum terhadap hubungan antar individu atau antar-
perusahaan yang bersifat lintas batas negara dimaksudkan agar kepentingan-
kepentingan antar individu atau perusahaan dapat terlindungi, sehingga luasnya
kesempatan untuk menentukan perlindungan hukum sendiri, dengan cara
menentukan sendiri hukum yang dipilih untuk mengatur dan melindungi
kepentingan mereka melalui sistem kontrak yang mereka bentuk, juga merupakan
persoalan tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://search.4shared.com/postDownload/BKvdXgA0/perlindungan_kepentingan_bisni s .html
Kerja sama melalui Negara-negara Asia Afrika ,dalam unifikasi perdata
dilakukan melalui suatu komite konsultatif hokum yang di sebut Asian African
Legal Consultative Committee .komite didirikan di New Delhi (1951) bertujuan
untuk menyiapkan ususlan-usulan amandemen dan modifikasi yang telah
disiapkan oleh UNCITRAL ,untuk menyesuaikan draft itu dengan karakteristik
kebutuhan Asia Afrika ..hasil kerja nyata dari komite ini adalah Arbitration
Center. Berkedudukan di kuala lumpur dan kairo (1979)
3.Usaha Negara-negara ASEAN
Kendatipun telah memiliki ASEAN Concord ,sebagai dasar kerjasama
hokum, ini belum menunjukan hasil .Olehkarenaitu kerjasama pada tingkat
regional harus secepatnya direalisasikan .Hal ini penting terutama setelah
terbentuknya AFTA (ASEAN Free Trade Area)
USAHA ORGANISASI – ORGANISASI NON PEMERINTAH
1. Usaha International Chamber of Commerce
Rules of Conciliation and Arbitration of The ICC adalah salah satu hasil
penting dari usaha komite ini dalam bidang penyeragaman pandangan tentang
penyellsaian sengketa dagang .
2. Usaha International Maritime Committee (IMC)
Komite ini menyelenggarakan unifikasi hokum maritime perdata pada
tingkat global .salah satu hasilnya adalah convention for the unification of Certain
Rules Relating to Bills of Lading.
3. Dalam bidang angkutan udara
Dalam bidang angkutan udara adalah Konvensi Warsawa 1929
(convention for the Unification of Certain Rulles Relating to International
Transportion Warsaw Convention 1929) di tandatangani di warsawa pada 12
oktober 1929
Konvensi ini menganut prinsip berkewajiban membayar ganti rugi dalam hal
terjadi kerugian atau meninggalnya penumpang selama proses pengangkutan ,
kecuali pengangkut telah mengambil tindakan pencegahan sebagaimana
seharusnya (psl 17,18,20 konvensi)
Konvensi ini setelah perang dunia II mengalami banyak perubahan
misalnya :perubahan yang dilakukan dengan protokol The Hauque 1955
PERLINDUNGAN KEPENTINGAN BISNIS
MELALUI KECERMATAN BERKONTRAK
(CHOICE OF LAW)SumberMasalah dalam Berkontrak
Kontrak tidak selalu menguntungkan pihak pemakainya. Dalam keadaan
tertentu bentuk hukum ini bahkan dapat menyulitkan pemakainya. Mereka harus
berhadapan dengan risiko-risiko, yang kadang-kadang sulit diperhitungkan sejak
awal, yang timbul dan sifat-sifat dasar kontrak. Dua sumber masalah yang sering
menjadi pemicu timbulnya sengketa adalah: pertama, kecermatan dalam
berkontrak, dan kedua, itikad baik para pihak (good faith).
Sumber pertama berkaitan dengan wawasan hukum pihak-pihak
pembentuk kontrak, keahlian para pihak menggunakan saluran-saluran hukum
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas kontrak, Kemampuan para
pihak atau kuasa hukumnya memperhitungkan risiko yang dapat timbul dan setiap
klausula yang ditetapkan dalam kontrak, kemampuan bernegosiasi, kemampuan
memperhitungkan kelengkapan materi kontrak dan kecermatan dalam membuat
rumusan-rumusan klausula yang dapat memperkecil risiko dan membangun
kontrak yang bersifat bersih, terbuka, dan adil (bonaficle).
Sumber kedua berkaitan dengan kejujuran dn kualitas mental para pihak.
Tidak sedikit pelaku bisnis menyimpan niat atau strategi bisnis, untuk
mewujudkan
Pengertian mi ditransformasikan dan pengertian hukum perdata irternasonai.
Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasioncal Indonesia, 1987
(seianjutnya disebut Sudnrgo Gautama H) him. 3, 21 dan 26. Lihat juga Sunaryati
Hartono, Pokokpokok Hukum Perdata Intentasional, 1989 him. 12. Juga Sudargo
Gautama, Kantrak Dagang Inte,nasionai, 1976 (seianjumya disebut Sudargo
Gautama 111), him. 7.
° Sudargo Gautama I, oci, him. 175.
° Sudargo Gautama, Kapita Seiecta Hukum Perdata Internasionai, 1983
(aeianjumya disebut Sudargo Gautama IV), hIm. 72.
target-target bisnisnya, yang secara sengaja disembunyikan atau tidak
dimasukkan sebagai item pembicaraan dalam negosiasi. Target-target demikian
dalam dunia bisnis sering disebut irrtplied target, yaitu target bisnis yang secara
sengaja tidak ditawarkan Secara eksplisit dalam proses negosiasi dan secara diam
- diam hendak diwujudkat melalui kelemahan-kelemahan klausula pihak lawan
yang secara sengaja dikoridisikan demikian,
Sumber tersebut juga berkaitan dengan konsistensi atau perubahan sikap
mental (mental stream) para pihak. Dalam kondisi tertentu, entah karena keadaan
yang terdesak yang membuat suatu pihak terpaksa berbuat apa saja sekadar untuk
mempertahankan kelanjutan usahanya atau karena ingin melipatkan keuntungan
dengan jalan pintas, pihak-pihak tententu sering kali berubah pikir dan
menyimpangi apa yang semula disepakatmnya dalam kontnak. WaIaupun sangat
dikecam, karena bertentangan dengan prinsip-pninsip hukum kontrak, praktek-
praktek itu sangat sulit dihapuskan. Para penganut teori hukum alam (natural law)
memaklumi keadaan demikian sebagai sifat almiah suatu tradisi bisnis. Oleh
karena itu, sebagai kompensasinya, mereka menganjurkan masyarakat untuk tidak
berusaha melenyapkannya, tetapi meredam dampak buruk sifat demikian melalui
pemanfaatan kecerdasan dan kecermatan benkontrak. Sebuah kontrak harus
dibentuk dengan memperhitungkan segala kondisi yang berpengaruh, baik yang
ada pada saat kontrak dibentuk maupun yang mungkin timbul di kemudian hari
saat kontrak dilaksanakan. Hakikat suatu negosiasi bisnis dan pembentukan
kontrak bisnis adalah pengaturan materi bisnis dan perhitungan terhadap risiko
yang mungkin timbul.
Sumber penting masalah yang juga sangat berpenganuh terhadap
penyusunan kontrak yang adil adalah berkembangnya fenomena kontrak standar.
Kontrak ini, dalam perspektif praktek bisnis Indonesia, umumnya disodorkan
secara sepihak oleh pihak mitra asing kepada pihak mitra Indonesia. Pihak
Indonesia, terhdap kontrak-kontrak demikian ini, sering kali lalai, atau jika
disadari, sering kali gagal melakukan koreksi terhadap bagian-bagian kontrak
yang dapat meruikan. Kelalaian atau kegagalan itu umumnya disebabkan oleh dua
hal: pertama, kuatnya bargaining position mitra asing; atau kedua, lalainya mitra
Indonesia terhadap rumusan-numusan perjanjian yang dapat merugikan pihaknya.
Sebab pertama, umumnya disebabkan oleh keterpusatan modal, keahlian,
manajemen, informasi, dan faktor-faktor produksi lainnya pada pihak mitra asing,
serta kelebihan mereka dari segi pengalaman berkontrak atau bernegosiasi.
Sementara itu sebab yang kedua umumnya disebabkan oleh keahlian pihak asing
dalam merumuskan klausula kontrak sehingga tampak sederhana, lugas, dan
mutualistis.
Sumber-sumber masalah demikian, untuk keperluan perlindungan
kepentingan bisnis, pembentukan kontrak yang wajar dan adil, sebaiknya
dipelajari secara cermat agar dapat digunakan sebagai upaya untuk menghindari
risiko-risiko berkontrak yang merugikan.
Lemahnya Perlindungan Hukum di Indonesia
Masalah lemahnya jaminan perlindungan hukum Indonesia terhadap
kepentingan pihak mitra Indonesia merupakan akibat dan lemahnya sistem hukum
kontrak yang berlaku di Indonesia, termasuk kurang progresifnya Indonesia dalam
memanfaatkan potensi hukum internasional untuk keperluan perlindungan
demikian itu.
Sistem hukum kontrak Indonesia, hingga saat ini, masih didasarkan
kepada Pasal 1338 KUH Perdata (BW) yang mensyaratkan terbentuk dan sahnya
perjanjian berdasarkan kesepakatan para pihak. Padahal dewasa ini cenderung
berkembang bentuk-bentuk kontrak standar yang umumnya, diberlakukan oleh
pihak mitra asing. Kontrak standar adalah formulasi kontrak yang rumusannya
telah ditentukan (ditetapkan) secara sepihak oleh salah sam pihak transaksi, dalam
konteks mi, mitra asing yang akan menjadi mitra bisnis pihak mitra Indonesia.
Pihak Indonesia, umumnya, memiliki kesempatan sangat kecil untuk
menegosiasikan kepentingannya. Transaksi yang berlaku adalah transaksi take it
or leave it, mau menerima atau tidak, dan karena alasan-alasan tertentu, pihak
Indonesia umumnya cenderung menerima. Pola-pola seperti ini harus dihindari
dengan cara-cara berkontrak yang lebih baik. Pihak mitra Indonesia harus
mengusahakan perlindungan hukum sendiri, sementara ketentuan hukum nasional
belum mengakomodasikan kebutuhan demikian itu, untuk keperluan perlindungan
kepentingan bisnisnya melalui mekanisme dan cara-cara berkontrak yang lebih
cermat.
Sebab-sebab lain yang juga sangat berpengaruh terhadap kelemahan
demikian itu adalah kurang progresifnya Indonesia memanfaatkan fasilitas -
fasilitas perlindungan hukum yang disediakan oleh hukum internasional. Terdapat
sejumlah ketentuan yang dapat dimanfaatkan untuk mengisi kekosongan itu,
seperti: GATT Anti-Dumping Code, dau beberapa konvensi intemasional penting
lamnnya seperti Convention on the law applicable tointernational sales of goods
(1955).
Kendatipun kini terdapat perkembangan yang sangat menggembirakan,
yaitu dengan aktifnya keterlibatan Indonesia dalam pendesainan dan
penandatanganan perjanjian-perjanjian yang bersifat melindungi pelaku bisnis,
seperti penandatanganan WTO Agreement, harus disadani bahwa kapasitas
perjanjian itu sangatlah terbatas, yaitu terbatas pada transaksi-transaksi bisnis
yang dilakukan dalam kerangka WTO. Dalam hal penyelesaian sengketa, juga
ditentukan bahwa Badan Penyelesaian Sengketa (Disputes Settlement Body) WTO
hanya berurusan dengan sengketa-sengketa yang timbul dan akibat pelaksanaan
perjanjian
( WTO Agreement) dan sama sekali tidak berkaitan dengan penjanjian yang
bersifat privat, yang dibuat untuk suatu transaksi antar perusahaan. Jika suatu
perusahaan merasa dirugikan akibat tindakan proteksi suatu negara, keluhan itu
harus disampaikan kepada pemerintahnya yang akan menyelesaikan hal tersebut
melalui kenangka penyelesaiari sengketa WTO.
Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa untuk masalah-masalah yang
bersifat privat; yang berkaitan dengan transaksi bisnis internasional, tetap berlaku
hukum kontrak. Oleh karena itu, subyek bisnis, tetap harus mengusahakan
perlindungan sendiri melalui kontrak yang dibentuk dan akibat-akibat perilaku
curang mitra bisnisnya.
Cara Berkontrak
Masalah di atas tidak dapat dihindari dengan cara menghindarkan
penggunaan kontrak dalam suatu transaksi bisnis. Hingga saat ini belum ada
instrumen hukum lain yang dapat digunakan sebagai instrumen pengganti, untuk
menggantikan kedudukan kontrak sebagai instrumen pengikat suatu hubungan
bisnis. Sejak abad ke-16 masyarakat bisnis telah mengakui instrumen itu sebagai
satu-satunya instrumen yang paling sesuai dengan sifat-sifat bisnis yang
mengutamakan kelenturan dan efisiensi.
Belakangan, pengakuan tersebut dikukuhkan oleh berbagai kecenderungan
yang muncul dalam praktek bisnis internasional, seperti perkembangan berbagai
bentuk kontrak, sesuai dengan obyek atau materinya.
Masyarakat bisnis sebaiknya mengetahui tata cara berkontrak14yang aman, yang
dapat menghindarkan mereka dan risiko-risiko merugikan. Secara praktis dapat
digunakan cara-cara berikut. Pertama, memilih mitra bisnis secara selektif.
Hendaknya dipilih mitra yang bonafide atau memiliki neputasi dan kapasitas
“GATT 1994, Tantangan dan Peluang, XI-1. ‘ Mengensi tahap-tahap dan
cara-cara mi, dapat diperiksa Schaber, Gordon D and Rohwer, Claude D.,
Contracts in a Nutshell, Second Edition, West Publishing Co, St. Paul. Minn.,
1984. Jugs Lusk, Harold F., Business Law, Richard D. Irwin, INC., Homewood,
Illinois, 1966, hIm. 82-323.
bisnis yang baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjaring informasi
yang selengkap-lengkapnya. Kedua, memanfaatkan jasa konsultan yang memiliki
kualifikasi keahlian untuk menyusun draft maupun untuk me-view kontrak.
Ketiga, menyediakan informasi selengkap-Iengkapnya tentang sifat dan kapasitas
bisnis yang akan digelar. Keempat, memanfaatkan jasa negosiator yang
profesional. Jasa ini umumnya tersedia pada konsultan tertentu yang sekaligus
menyediakan jasa mediasi. Kelima, merumuskan kontrak secara ringkas, cermat
dan selengkap-Iengkapnya, termasuk pencantuman klausula-klausula pilihan
hukum dan penyelesaian sengketa.
Secara ringkas, upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu, pertama, memilih mitra bisnis yang bonafide, dan kedua, memanfaatkan
jasa konsultan yang memiliki kualifikasi keahlian dalam bidang itu.
Dalam kehidupan praktis, para pelaku bisnis sebaiknya mengetahui
berbagai aspek yang harus diperhatikan dalam membentuk kontrak, seperti status,
kapasitas, dan bonafiditas setiap pihak, karakteristik obyek kontrak, serta masalah
pilihan hukum dan pilihan terhadap bentuk penyelesaian sengketa yang akan
digunakan.
Setiap pihak sebaiknya mengetahui secara pasti status dan potensi
ekonomis pihak yang akan dijadikan mitra kontraknya. Dalam hal kerja sama
modal atau pemasaran, sebaiknya diketahui: statusnya, sebagai induk atau cabang
perusahaan; permodalan, omset, dan luas pasarnya; bonafiditas serta riwayat
perkembangan dan praktek bisnisnya. Kelalaian terhadap hal ini dapat melahirkan
berbagai masalah yang berkaitan dengan penuntutan tanggung jawab terhadap
akibat pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh salah satu pihak, luas kewajiban
yang harus dilaksanakan sehubungan dengan kerja sama yang dibentuk, porsi
pembagian keuntungan yang dihasilkan kerja sama, luas tanggung jawab setiap
pihak terhadap pihak ketiga, dalam hal tirnbul kerugian terhadap pihak ketiga
akibat penerapan kontrak yang dibuat.
Hal kedua yang harus dicermati adalah masalah obyek kontrak. Para pihak
sebaiknya mengetahui dengan pasti karakteristik obyek kontrak yang akan
diperjanjikannya, serta implikasi dan setiap rumusan kontrak yang dibentuk
sehubungan dengan obyek tersebut. Kelalaian terhadap hal ini dapat menimbulkan
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan serta akibat - akibat
pelaksanaan kontrak, termasuk keuntungan yang seharusnya diperoleh.
Para pihak juga perlu menentukan hukum yang akan digunakan sebagai
dasar dan kontrak yang dibentuk, termasuk sistem hukum dan cara penyelesaian
sengketa yang akan dipilih untuk menyelesaikan sengketa yang timbul, secara
langsung maupun tidaklangsung, dan akibat penerapan kontrak. Masalah ini
sangat penting terutama dalam kaitan dengan kontrak yang dibuat untuk keperluan
transaksi bisnis internasional. Untuk keperluan ini, para pihak sebaiknya
mengetahui dengan pasti sistem hukum (dornestik nasional) suatu negara yang
akan dipilih sebagai dasar kontrak maupun dasar penyelesaian sengketa.
Pengalaman terhadap hal ini dapat menimbulkan masalah berupa kekaburan status
atau kesahan kontrak yang dibentuk; kekacauan dalam penyelesaian sengketa,
karena kekaburan sikap terhadap lembaga penyelesaian sengketa yang akan
digunakan; dan ketidakjelasan hukum yang dipilih sebagai dasar penyelesaian
sengketa. Simpul akhir dan masalah-masalah ini adalah inefisiensi, yang dapat
berpengaruh buruk terhadap pelaksanaan prediksi - prediksi bisnis serta
pewujudan keuntungan.
Penyelesaian Sengketa Bisnis Internasional Melalui Arbitrase
PendahuluanPenyelesaian sengketa yang bersifat sederhana dan efektif adalah idaman penyelesaian yang menjadi favorit bagi setiap pihak yang terlibat dalma suatu transaksi bisnis. Sudah tak bisa disangkal lagi bahwa suatu sengketa adalah penghambat mutlak bagi perwujudan ide-ide bisnis.Hal ini menjadi sangat pwerlu diperhatikan terutama dalam kaitan dengan visi bisni yang mendasari kegiatan demikian itu, yaitu efisiensi dan profit.PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
A. Melalui ArbitraseKelebihan Arbitrase adalah setiap sengketa hukum yang muncul dari kontrak dagang internasional pada dasarnya dapat diselesaikan melalui peradilan nasional suatu Negara atau arbitrase, yang sepenuhnya dapat ditentukan oleh pihak-pihak bersangkutan.Akan tetapi pada kenyataanya terdapat kecenderungan pihak asing lebih memilih arbitrasesebagai forum penyelesaian sengketa.Alasan dari seringnya kecenderungan ini adalah:a. Tidak terdapat badan peradilan internasional yang dapat mengadili
sengketa-sengketa dagang internasional.b. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase bersifat cepat dan murah. Sifat
cepat berhubungan dengan proses dan prosedur arbitrase yang cenderung lebih sederhana dibandingkan dengan prosedur biasa. Sifat ini sangat dibutuhkan masyarakat bisnis sehubungan dengan sifat bisnis internasional yaitu efisiensi dan berorientasi kepada profit.
c. Tidak banyak formalitas.d. Dapat dihindarkan dari efek negatif suatu publikasi. Hal ini sangat
penting sehubungan dengan sifat confidentio dari pertimbangan-pertimbangan arbiter dalam memutuskan perkara. Tidak seluruh hal yang berkaitan dengan sengketa yang diputus baik untuk diketahui umum.
e. Kekhawatiran terhadap kualitas forum peradilan nasional.f. Pembebasan diri dari forum hakim nasional. Hal ini dilakukan dengan
menetapkan arbitration clause dalam kontrak, yaitu klausula tentang forum yang akan digunakan dalam penyelesaian sengketa. Melalui klausula itu para pihak menentukan bahwa mereka, jika kelak timbul sengketa dari ikatan bisnis yang dibentuknya, akan menggunakan
forum arbitrase luar negeri, seperti arbitrase menurut ICC (International Chamber of Commerce) Paris.
g. Pencegahan terjadinya forum shopping. Forum Shopping adalah cara pemilihan forum penyelesaian sengketa oleh para pihak, yang dimaksudkan untuk menguntungkan dirinya.
h. Pencegahan pengadilan ganda terhadap kasus yang sama. Hal ini sering timbul akibat perbedaan penafsiran para pihak.
Kelemahan Arbitrase dan Jalan KeluarnyaKelemahan paling mendasar dari forum arbitrase adalah pada pelaksanaan keputusannya. Misalnya, pelaksanaan keputusan arbitrase luar negeri berkenaan dengan asset atau harta perusahaan yang terletak di negara pihak yang dikalahkan.Suatu keputusanarbitrase dapat sama sekali kehilangan kekuatannya jika salah satu pihak atau pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa tidak memenuhi syarat bonafiditas. Jika hal demikian tidak ada, suatu forum arbitrase dapat menjadi forum yang sangat lemah, seperti:
a. Berubahnya forum arbitrase menjadi forum yang sangat mahal. Hal ini dapat terjadi jika pihak yang kalah mengelak untuk melaksanakan kewajiban, tidak mentaati keputusan.
b. Forum ini digunakan untuk menghindari kewajiban, misalnya dengan cara membuat penafsiran-penafsiran yang berbeda tentang unsur-unsur perjanjian, misalnya terhadap unsur penentuan adanya sengketa dan unsur kewenangan arbitrase.
c. Forum ini digunakan untuk melakukan penyelundupan hukum . Misalnya, menggunakan forum itu untuk forum shopping. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat penafsiran-penafsiran yang berbeda terhadap syarat penentuan adanya sengketa dan yurisdiksi arbitrase.
Perumusan Klausula ArbitrasePenentuan penggunaan dan pilihan arbitrase akan digunakan dalam menyelesaikan sengketa bisnis sebaiknya dinyatakan dengan tegasdalam kontrak bisnis yang dibentuk. Hal ini penting berkenaan dengan keragaman jenis arbitrase, nasional, regional, universal, seperti: URA (Uncitral Arbitration Rules);Arbitrase AALCC(Asian African Legal Concultative Committee); dan Arbitration rules dari ICC (International Chamber of Commerce), disamping masing-masing ketentuan itu memang menghendaki agar arbitration clause dalam setiap kontrak yang dibentuk dinyatakan dengan tegas.
Prosedur Arbitrase Menurut ICC (ARICC)
1. Pengajuan PermintaanPermintaan dapat diajukan langsung atau melalui suatu komite nasional kepada Sekretariat Arbitrase. Permintaan harus berisi:a. Nama lengkap,keterangan, dan alamat-alamat para pihak.b. Tuntutan penuntut.c. Persetujuan, khususnya ersetujuan tentang pilian arbitrase atau
dokumen dan informasi lainnya yang dapat menjelaskan sengketa.d. Hal-hal yang bersifat khusus, seperti masalah kebangsaan arbiter,
jumlah arbiter, dan lain-lain.2. Sekretariat
Sekretariat akan mengirim dokumen gugatan itu kepada tergugat untuk dijawab sebagaimana mestinya.
3. Jawaban TergugatTergugat, dalam jangka waktu 30 hari sejak penerimaan dokumen gugatan, harus membuat komentar tentang jumlah arbiter, prosedur pemilihan, dan penunjukannya. Bersamaan dengan itu ia juga harus membuat sanggahan dan melengkapinya dengan dokumen yang relevan.
4. Counterclaim Jika tergugat ingin sekaligus mengajukan sanggahan(counterclaim), dalam waktu yang sama, tergugat juga harus mengirim sanggahan demikian itu kepada Sekretariat.
5. Pemeriksaan Pemeriksaan perkara oleh hakim arbitase dilakukan segera setelah para pihak memenuhi syarat dan prosedur pendahuluan.
6. KeputusanPemeriksaan tersebut akan diakhiri dengan pengambilan keputusan atas persetujuan pihak-pihak. Batas pengambilan keputusan adalah 6 bulan. Keputusan yang telah ditandatangani hakim akan diberitahukan kepada para pihak oleh Sekretariat. Keputusan itu bersifat final.
Prosedur Arbitrase Menurut BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia)Prosedur penggunaan jasa badan arbitrase menurut Peraturan Prosedur Arbitrase pada Badan Arbitrase Nasional Indonesia (PRABANI) adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan Permohonan
Permohonan itu harus memuat:
a. Nama lengkap dan tempat tinggal para pihak.b. Uraian singkat tentang duduk perkara.c. Petitum.
d. Dilampiri perjanjian yang memuat klausula arbitrase.e. Dilampiri surat kuasa, dalam hal permohonan itu diajukan melalui
pihak lain yang diberi kuasa untuk itu.f. Penunjukan arbiter atau penyerahan hal itu kepada BANI.
2. Pemeriksaan PerkaraArbitrase akan memeriksa perkara, sesuai dengan PRA-BANI, melalui suatu proses persidangan setelah para pihak memenuhi seluruh proses atau syarat pendahuluan. Proses dan syarat pendahuluan itu antara lain:a. Melunasi biaya administrasi pendaftaran.b. Penetapan yurisdiksi arbitrase, menyatakan penerimaan atau
penolakan terhadap hal itu.c. Jika diterima, dilanjutkan dengan penetapan arbiter.
Sidang tersebut diakhiri oleh para pihak.3. Gugurnya Gugatan
Gugatan dinyatakan gugur jika pada hari yang ditetapkan penggugat tanpa alasan yang sah tidak dating menghadiri siding.
4. Penetapan Keputusan Penetapan keputusan dilakukan berdasarkan proses pemeriksaan perkara. Keputusan itu berlaku sebagai keputusan final (menikat secara langsung) bagi para pihak.
5. Isi KeputusanKeputusan berisi antara lain:jangka waktu pelaksanaan kewajban menurut keputusan, serta jalan keluarnya dalam hal kewajiban pemenuhan demikian tidak dilakukannya.
UNCITRAL Arbitration RulesArbitration Rukes of Nations Commission on International Trade Law
(AR UNCITRAL-UAR) adalah Kaidah hukum yang dimaksudkan untuk mengatur penyelesaian sengketa dagang yang timbul dari sengketa dagang internasional, yang oleh para pihak, melalui suatu arbitration clause, ditunjukkan oleh para pihak sebagai kaidah untuk dasar penyelesaian sengketanya. Kidah ini bersifat optional, artinya tidak mengikat para pihak untuk memilih atau memakainya. UNCITRAL tidak mendirikan lembaga arbitrase (arbitration institution) berkenaan dengan rules itu. Sistem yang dianut adalah bahwa para pihak dapat memilih lembaga arbitrase tertentu (ad hoc arbitration) untuk menyelesaikan sengketanya, yang dalam melaksanakan fungsinya melakukan UAR. Hal ini dilakukan dengan cara menempatkan klausula tertentu, berkaitan dengan hal itu, didalam kontraknya.
Ruang Lingkup UAR
UAR hanya berlaku untuk sengketa antara para pihak yang secara tegas ( in writing) menyatakan di dalam kontraknya bahwa sengketa mereka akan diselesaikan melalui rules tersebut.
Komposisi Badan ArbitraseKomposisi arbitrase yang dibentuk didasarkan kepada persetujuan pihak-pihak. Jumlah arbiter dapat 1 atau 3.
Pengangkatan ArbiterJika dalam waktu 15 hari belum diperoleh kesepakatan tentang jumlah arbiter bersifat tunggal (1 orang), akan diangkat 3 arbiter.
Penyalahgunaan terhadap ArbiterPenyalahgunaan ini dapat dilakukan dalam hal arbiter yang telah dipilih bersikap tidak adil atau dalam pengaruh pihak lain.
Tempat ArbitraseDalam hal para pihak tidak menentukan tempat arbitrase, temat itu akan ditentukan oleh panitia arbitrase.
BahasaBahasa yang akan ditentukan oleh arbiter setelah pengangkatannya.
Statement of ClaimHarus dinyatakan secara tertulis. Statement demikian harus berisi:a. The name of the partiesb. A statementof the facts supporting the claimc. The pont at issuesd. The relief of remedy sought
Hal ini juga berlaku terhadap statement of defence.
Amandement of ClaimAmandemen terbatas hanya berkaitan dengan arbitration clause yang dibuat itu tidak diperkenankan. Kepada para pihak dapat pula diminta dokumen-dokumen yang diperlukan.
Keputusan ArbitraseJika arbitrase dipimpin oleh 3 orang hakim, keputusan akan diambil berdasarkan pola mayoritas. Keputusan dapat menyangkut seluruh atau sebagian substansi tuntutan. Keputusan itu dibuat dalam bentuk tertulis. Keputusan tidak akan memuat pertimbangan-pertimbangan dan akan dimumkan dengan persetujuan para pihak.
Pengakhiran PemeriksaanPemeriksaan perkara atau acara arbitrase dapat diakhiri selama prosesnya berlansung jika para pihak memintanya demikian atau telah membuat perjanjian damai selama prose situ.
Koreksi Putusan
Koreksi putusan dapat dilakukan berdasarkan permintaan para pihak. Permintaan itu diajukan kepada Panitia Arbitrase.
Keputusan TambahanPara pihak dalam waktu 30 hari sejak keputusan diumumkan, dapat meminta keputusan tambahan, jika ada elemen-elemen tuntutan yang diberi putusan.
Biaya ArbitraseBiaya Arbitrase hendaknya reasonable, dipertimbangkan berdasar factor kesulitan kasusu. Biaya perkara umumnya dibayar oleh pihak yang kalah.
ARBITRASE DAGANG INTERNASIONALSuatu arbitrase dapat dikatakan internasional bila
1. Para pihak saat membuat perjanjian memiliki tempat usaha di negara yang berbeda
2. Tempat arbitrase saat perjanjian ditentukan terletak di luar Negara masing-masing pihak.
3. Tempat pelaksanaan perjanjian sebagian besar berada di luar Negara asal kedua belah pihak yang berhubungan paing erat dengan obyek sengketa
4. Obyek perjanjian arbitrase berhubungan dengan lebih dari satu Negara
Dengan demikian, arbitrasi dagang internasional adalah arbitrase yang menangani sengketa-sengketa yang timbul dari perdagangan internasional.
Hukum yang Harus DipakaiOleh karena kontrak dagang internasional melibatkan pihak-pihak yang terikat hukum yang berbeda, masalah pilihan hukum yang harus dipakai adalah masalah pertama yang akan timbul pada arbitrase. Partij Autonomie adalah suatu prinsip yang mengakui kewenangan perseorangan untuk memilih sendiri hukum yang berlaku bagi perjanjian yag mereka buat. Para arbiter tidak bisa melanggar atau memakai hukum lain yang tela disepakati sebelumnya. Katakanlah kedua belah pihak telah memilih hukum Cina untuk diterapkan dalam sengketa mereka, maka hukum Cina-lah yang harus mereka jadikan pedoman untuk semua pengambilan keputusan yang akan mereka buat.
Penentuan Hukum yang Dipakai Dalam Hal Tidak Adanya Pilihan Hukum1.Presumed Intention of the Parties
Salah satu cara yang digunakan oleh hakim-hakim Inggris adalah dengan melakukan analisis terhadap hukum yang hendak kedua belah pihakberlakukan, hukum yang ada di pikiran kedua belah pihak untuk diterapkan tetapi tidak ada ke-absahan sama sekali bahwa mereka memilih hukum tersebut.
Masalah fatal dalam cara kerja ini adalah kemungkinan menjelmanya hipotesis bahwa pilihan hukum yang hakikatnya merupakan pilihan hukum para hakim, bukan pilihan hukum para pihak
2.Lex Loci ContractusMenurut prinsip ini, hukum yang seharusnya dipakai adalah hukum tempat
dimana suatu kontrak terbentukPrinsip ini mempunyai kelemahan bahwa di kebanyakan kasus, para
pelaku bisnis yang membuat kontrak seringkali tidak bertatap muka secara langsung, bisa melalui web-cam, telfon seluler atau semua media komunikasi yang telah menjadi keharusan di zaman modern ini
3.Post Box Theory and Theory of ArrivalTeori ini adalah teori yang terbentuk untuk mengatasi kelamahan dari teori
Lex Loci Contraxus. Teori ini mengatakan hukum yang diterpkan dalam suatu perjanjian bilamana tidak adanya pilihan hukum oleh para pihak adalah system hukum dimana pihak yang menerima tawaran berada atau hukum tempat dimana pihak penawar berada.
4.Lex Loci SolutionisPrinsip ini juga diarahkan untuk mengatasi kelemahan dari Lex Loci
Contractus. Menurut teori ini, hukum yang harus diterapkan adalah hukum tempat dimana substansi kontrak dilaksanakan.
Persoalan yang kemudian timbul adalah berkenaan dengan kenyataan bahwa suatu kontrak tidak selalu dilaksanakan di suatu tempat.
5.The Most Characteristic Connection TheoryMenurut teori ini, hukum yang diterapkan adalah hukum dari pihak yang
memiliki titik taut yang paling karakteristik dari suatu kontrak ataupun pelaksanaannya.