Top Banner
http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324 @pertanian_aceh @Penyuluhan_aceh pertanian aceh Bidang Penyuluhan Distanbun Aceh Distanbun_aceh Bidluhdistanbunaceh [email protected] 11 11 HABA TANI Informasi Pertanian Terbaru EDISI IV/2020 14 Jamur Tiram, Bahan Pangan Eksotis yang Makin Digemari Aceh Terima Pin Emas dari Mentan Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu kelompok jamur yang sudah banyak dikenal karena bentuknya sangat familiar. Pemerintah Aceh meraih pin emas dari Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo. Distanbun Aceh Terima Bantuan dari Kementan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, menerima sejumlah bantuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI. 03 Bitata Food, Pelopor Bawang Goreng Premium Aceh Kembangkan Pertanian Hulu Hilir
16

Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

May 12, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

PB DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

1DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

11 11

Email: distanbun[at]acehprov.go.id

HABA

TANIInformasi Pertanian Terbaru EDISI IV/2020

14

Jamur Tiram, Bahan Pangan Eksotis yang Makin Digemari

Aceh Terima Pin Emas dari Mentan

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu ke lompok jamur yang sudah banyak dikenal karena bentuknya sa ngat familiar.

Pemerintah Aceh meraih pin emas dari Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo.

Distanbun Aceh Terima Bantuan dari KementanDinas Pertanian dan Per kebunan (Distanbun) Aceh, me nerima sejumlah bantuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI.

03

Bitata Food, Pelopor Bawang Goreng Premium

Aceh Kembangkan Pertanian Hulu Hilir

Page 2: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

2 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

3DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI OPINI

HABATANI

PENGARAH: Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A. Hanan, SP, MMPENANGGUNG JAWAB: Kabid Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Perkebunan Distanbun Aceh, Mukhlis, SP, MAPEMIMPIN REDAKSI: Nurlisma, SP, MP DEWAN REDAKSI: Sabri, S.Hut, M.Si dan Syafiie Saleh, SP, MMSEKRETARIAT: Junaidi, SP dan Ir. RosdianaREPORTER/LAYOUTER/ILUSTRATOR: Tim Serambi IndonesiaEMAIL: [email protected], [email protected]

Salam Redaksi

Nurlisma, SP, MPPemimpin Redaksi

D alam sistem agribisnis ada sub­sistem agroindustri hulu, per­tanian, agroindustri hilir, pe­masaran dan subsistem pe nun­

jang. Mengembangkan sistem agri bisnis yang utuh dapat memperkuat keman dirian dan kedaulatan agri bisnis, meningkatkan nilai tambah, meningkat kan pertumbuhan ekonomi, mengurangi pengangguran, serta meningkatkan kese jah teraan petani dan masyarakat. Agro industri hulu mempunyai pasar yang besar yaitu sektor pertanian. Sedangkan agroindustri hilir mempunyai bahan baku yang berlimpah yaitu sektor pertanian. Tapi, mengapa agroindustri hulu dan hilir belum berkembang?.

Pertanian hulu dan hilir atau yang lebih dikenal dengan agroindustri hulu dan hilir merupakan titik lemah dalam sistem agribisnis di Indonesia dan ber­bagai provinsi termasuk Aceh. Padahal, ka lau sistem ini bisa dikembangkan akan me ningkatkan efek multiplier pertanian, mem perkuat kemandirian sistem agri­bisnis itu sendiri, dan meningkatkan kese­jahteraan masyarakat.

Agroindustri hulu adalah kegiatan eko nomi yang menghasilkan bahan/input yang diperlukan pertanian. Sedang kan agroindustri hilir adalah kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian menjadi barang setengan jadi dan ba rang jadi. Agroindustri hulu antara lain meliputi industri pupuk, obat­obatan tana man/hewan/ikan, pakan ternak dan ikan, bibit tanaman maupun hewan dan ikan, serta alat dan mesin pertanian (alsintan).

Industri pupuk sudah memproduksi urea, phosphate, kalium (KCl), NPK, dan lain­lain. Namun baru pupuk urea yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pupuk phosphate dan KCl masih be lum cukup, sehingga masih impor. Karena itu, perlu ada pengembangan pa­brik pupuk phosphate dan kalium. Di Aceh sudah ada pabrik PT Pupuk Iskandar Muda dan dulu ada pabrik pupuk ASEAN.

Pabrik obat­obatan yang dikenal de­ngan insektisida, pestisida, herbisida, miti­sida dan lain­lain sudah banyak dipro­duksi di dalam negeri. Umumnya pabrik tersebut merupakan pabrik formulasi obat­obatan, dan sebagian besar dikelola oleh perusahaan multinasional seperti Mon santo, Dupon, Bayern dan lain­lain. Yang memprihatinkan adalah ham pir semua bahan aktifnya masih di impor. Mengembangkan pa brik obat­obatan di da lam negeri ha rus bekerja sama dengan per usa haan multi nasi onal tersebut dan perlu meng gali bahan aktif yang terdapat di

dalam negeri.Bibit tanaman su dah banyak

diproduksi di dalam negeri, tapi impor masih besar baik langsung maupun tidak langsung me lalui produksi perusahaan multi nasional. Perusahaan multinasional penghasil bibit antara lain PT Bisi, PT East West Seed, dan PT Syngenta. East West Seed berkiprah di 14 negara dengan omzet 150 miliar dolar AS dan menghasilkan 975 varietas. Sedangkan Syngenta terdapat di 90 negara dengan omzet 13,6 billion dolar AS yang menghasilkan 2500 varietas sayuran.

Pengembangan pabrik bibit dalam negeri perlu menggunakan tenaga ahli dari berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia termasuk Balitbang Provinsi Aceh dan Universitas Syah Kuala (Unsyiah).

Penggunaan alsintan mengikuti perkembangan teknologi mekanisasi, mulai dari pengolahan manual (cang­kul), dengan bantuan hewan (ba­jak), dan penggunaan mesin & lis­trik (traktor). Revolusi industri 4.0 meng introdusir penggunaan Cobot (Collaborative robot), Drone Technology, IoT(internet of think), nano technology dan lain­lain. Karena industri nasional/lokal belum berkembang, penyediaan alsintan masih didominasi oleh per usa­haan multinasional seperti John Deere dan Kubota. John Deere terdapat di 30 negara dengan omset tahunan 39 billion dolar AS (2019). Sedangkan Kubota ada di 130 negara dengan omzet tahunan 18 billion dolar AS (2019). Pengembangan pabrik alsintan dapat dilaksanakan atas kerja sama dengan perusahaan multi­nasional tersebut. Beberapa pa kar pergu­ruan tinggi seperti Universitas Gajah Ma­da Yogyakata, su dah mengembangkan teknologi re vo lusi indistri 4.0.

Agroindustri hilir pada dasarnya memproduksi produk turunan yang terdapat dalam pohon industri. Pe­nulis sudah mengunjungi pabrik ke­lapa di Thailand dan pabrik jahe di Quensland, Australia. Semua produk dalam pohon industri kelapa dan jahe sudah diproduksi oleh kedua pabrik tersebut. Bahkan, showroom di pabrik jahe Quensland tersebut ber­upa supermall yang ha nya berisikan seluruh produk turunan dari jahe.

Kita terlalu bang ga dengan ekspor pro­duk perkebunan se bagai penghasil devisa seperti kelapa sawit, ka ret, kakao, kopi, teh, dan lain­lain. Padahal, sebagian besar pro duk tersebut masih merupakan pro­duk setengan jadi. Pabrik turunan produk itu belum dikembangkan. Pabrik produk

final diusahakan oleh negara lain dan produknya diekspor ke Indonesia. Jadi, nilai tambah produk pertanian dinikmati negara lain.

Contoh menarik pada kasus pabrik cokelat kecil ‘Monggo’ di Yogyakarta. Bahan baku pasta cokelat impor dari Eropa, padahal pabrik pasta coklat di Eropa itu bahan bakunya yakni biji cokelat impor dari Indonesia. Karena itu, agroindustri hilir perlu dikembangkan. UGM telah merintis pabrik butter dan pasta cokelat dengan revolusi indistri 4.0. Dengan hanya mempekerjakan 7 karyawan, pabrik tersebut dapat me­ngolah biji cokelat 25 ton/hari .

Pasta cokelat dapat digunakan oleh ribuan UMKM (Usaha mikro, kecil dan menengah) untuk di olah menjadi berbagai produk ola han cokelat. Itulah perpaduan peng­gunaan teknologi maju tanpa harus me ngenyampingkan penyerapan te­naga kerja. Rintisan tersebut dapat dikem bangkan di Aceh, tidak hanya cokelat tapi juga untuk berbagai ba­han baku hasil pertanian yang ada.

Sebenarnya ada contoh sebalik­nya, di mana hasil pertanian tidak ada atau tidak berkembang tapi agro industrinya berkembang di Indonesia yaitu tekstil dan gandum. Kalau industry tekstil dan gandum tersebut dapat diterapkan pada pro­duk hasil pertanian yang lain, maka pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional akan berkembang. Aceh pu nya kopi gayo yang terkenal. Itu merupakan modal dasar yang kuat untuk mengembangkan agroindustri hilir. Dengan mengembangkan agro­industri hulu dan hilir ditambah sis­tem pemasaran yang terintegrasi dan penunjang yang kuat, maka sistem agribisnis akan mandiri dan da pat me­ningkatkan pertumbuhan ekonomi. (*)

nPenulis adalah Guru Besar Eko nomi Pertanian dan Agribisnis Univer sitas

Gadjah Mada Yogyakarta

Membangun Pertanian Terintegrasi

Oleh: Prof. Dr. Ir. Masyhuri

A CEH termasuk salah satu provinsi yang sudah berhasil memproduksi padi guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya dan bahkan di beberapa kabupaten/kota bisa

surplus. Sehingga, selama ini banyak gabah dari bumi Serambi Mekkah yang dijual ke provinsi tetangga seperti Sumatera Utara. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka masalah yang muncul kemudian adalah harga gabah tidak pernah memihak kepada petani.

Karena itu, Menteri Pertanian (Mentan) RI, Dr Syahrul Yasin Limpo SH MH, di sela­sela melakukan panen raya padi musim gadu di hamparan sawah seluas 8.000 hektare kawasan Desa Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar, pada Rabu (30/9/2020) lalu, menyatakan siap memberi dukungan penuh terhadap upaya peningkatan perekonomian petani di Aceh. Guna mendukung ekonomi petani, Syahrul berjanji akan membangun tiga pabrik penggilingan padi (rice milling) di Aceh. Sehingga, ke depan gabah Aceh tidak perlu lagi dikirim lagi provinsi tetangga seperti Sumatera Utara. Dengan demikian, pendapatan petani juga akan menjadi lebih besar.

“Aceh memiliki tanah yang subur, pengairan juga tidak kalah. Jadi, saya kira potensi untuk mengembangkan sektor pertanian di Aceh menjadi lebih baik, sangat terbuka,” ungkap Mentan. Karena itu, Syahrul berharap, produksi pertanian di Aceh tidak hanya mampu mencukupi kebutuhan daerah saja, namun juga diharapkan dapat berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Dukungan yang diberikan Menteri Pertanian pada panen raya tersebut merupakan awal yang baik bagi Aceh untuk mengintensifkan pertanian dengan sistem dari hulu ke hilir. Artinya, Aceh tak hanya bisa memproduksi gabah lalu dijual ke sejumlah provinsi tetangga seperti Sumatera Utara. Tapi, Pemerintah dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh bersama seluruh stakeholder terkait harus bergandengan tangan menyukseskan pertanian dari hulu ke hilir seperti yang diharapkan oleh Menteri Pertanian.

Sehingga, dalam waktu yang tidak terlalu lama Aceh tidak lagi hanya mengirim gabah atau hasil pertanian lainnya ke luar daerah. Tapi, lebih dari itu, provinsi di ujung barat Indonesia, ini bisa menghasilkan berbagai produk turunan dari sejumlah komoditas pertanian dan perkebunan. Salah satunya beras. Jika ini bisa dilakukan, maka ke depan Aceh tak hanya dikenal sebagai daerah yang surplus gabah, tapi juga sebagai provinsi yang menghasilkan beras berkualitas.

Jika ini bisa dilakukan, pendapatan petani akan meningkat dan juga membuka lapangan kerja baru di berbagai industri turunan yang mengolah hasil pertanian. Jadi, sekali lagi ini adalah kesempatan ini yang harus dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan di Aceh agar kesejahteraan petani semakin membaik dan tingkat pertumbuhan ekonomi daerah juga terdongkrak.

Kita optimis, dengan kerja sama semua pihak rencana ini akan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Apalagi, Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh pada tahun ini kembali melaksanakan pola tanam tiga kali setahun (IP­300) dengan hasil 8,2 ton gabah kering panen (GKP) per hektare. (*)

Mengintensifkan Pertanian Hulu ke Hilir

Page 3: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

2 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

3DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI KARTUN

Pin emas dari Menteri Pertanian untuk Aceh.

Pemerintah Aceh meraih pin emas dari Menteri Pertanian (Men­tan) RI, Syahrul Yasin Limpo. Peng­hargaan itu diperoleh setelah Aceh masuk dalam 10 provinsi dengan produksi padi tertinggi di Indone­sia selama tahun 2019. Aceh bera­da di peringkat kedelapan. Tahun lalu, dengan luas panen 310.012 hektare, Aceh mampu menghasil­kan 1.714.438 ton gabah kering

Produksi Padi Meningkat, Aceh Terima Pin Emas

dari Mentan

giling (GKG) atau setara dengan 982.570 ton beras.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Kadistanbun) Aceh, A Hanan SP MM, menjelaskan, rencana awal, pin emas itu akan diserahkan kepada 10 gubernur yang daerahnya mampu mempro­duksi padi tertinggi di Indonesia. Namun, sebutnya, karena pan­demi Covid­19, acara seremonial

kami mengucapkan terima kasih kepada petani, kelompok tani, pernyuluh pertanian, dan para pihak lain termasuk TNI yang sudah turut mendukung peningkatan produksi gabah di

Aceh pada tahun lalu.”

A. HANAN, SP, MMKadistanbun Aceh

tersebut batal dilaksanakan.“Ren­cana awal, Pin Emas akan diser­ahkan kepada 10 Gubernur yang daerahnya mampu menghasilkan beras tertinggi se­Indonesia, salah satunya Gubernur Aceh pada per­ingatan Hari Pangan Sedunia (HPS) dalam bulan ini. Namun, karena masih dalam kondisi pandemi Covid­19, maka acara seremonial tersebut ditiadakan dan tidak dib­uat acara khusus penerimaan Pin Emas,” ungkap A Hanan.

Menurutnya, lahan baku sawah Aceh pada tahun 2019 sel­uas 213.997 hektare (Ha) dengan luas panen 310.012 Ha, merupakan indeks panen terbesar keenam na­sional. Produksi rata­rata Aceh, se­but A Hanan, meningkat dari 5,43 ton/Ha menjadi 5,53 ton/Ha pada tahun 2019. Jumlah itu berada di atas rata­rata produksi Sumatera Utara dan nasional. “Kondisi inilah yang menjadikan Aceh sebagai produsen beras peringkat ke­8 na­sional,” jelas A Hanan seraya men­yampaikan rasa syukur atas hasil tersebut.

Penghargaan pin emas yang diberikan Mentan kepada Pe­merintah Aceh pada tahun ini, menurut A Hanan, tak lepas dari kerja keras petani dan Distanbun Aceh dan dinas di 23 kabupaten/kota, serta stakeholder terkait. “Mewakili Bapak Plt Gubernur dan Sekda Aceh, kami mengucapkan terima kasih kepada petani, kelom­pok tani, pernyuluh pertanian, dan sejumlah pihak lain termasuk TNI yang sudah turut mendukung pen­ingkatan produksi gabah di Aceh pada tahun lalu,” pungkas Kadis­tanbun Aceh.

Untuk diketahui, Jawa masih menjadi produsen beras tertinggi di Indonesia. Berikut 10 provinsi pro­dusen beras tertinggi di Indonesia tahun 2019. Jawa Tengah menghasil­kan padi 9.655.653 ton GKG atau setara 5.539.448 beras. Jawa Timur menghasilkan padi 9.580.933,88 ton GKG atau setara 5.496.581 ton beras. Jawa Barat menghasilkan padi 9.084.957 ton GKG atau setara 5.212.039 ton beras.

Selanjutnya, Sulawesi Selatan

menghasilkan padi 5.054.166 ton GKH atau setara 2.899.575 ton ber­as. Sumatera Selatan menghasilkan padi 2.603.396 ton GKG atau se­tara 1.493.568 ton beras. Lampung menghasilkan padi 2.164.089 tin GKG atau setara 1.241.538 ton ber­as. Sumatera Utara menghasilkan padi 2.078.901 ton GKG atau setara 1.192.665 ton beras. Aceh dengan luas panen 310.012 Ha menghasil­kan padi 1.714.438 ton GKG atau setara 982.570 ton beras. Sumatera Barat menghasilkan padi 1.482.996 ton GKG atau setara 850.794 ton beras, serta Banten menghasilkan padi 1.470.503 ton GKG atau setara 843.627 ton beras. (*)

Page 4: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

4 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

5DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI KEBIJAKAN

Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang me­miliki sumber daya genetik lokal yang sangat banyak jumlahnya dari berbagai komoditi baik ta­naman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peter­nakan, dan perikanan yang tersebar secara merata di 23 kabupaten/kota. Informasi ke­beradaan sumberdaya genetik lokal Aceh dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan inventarisasi tanaman, baik me­lalui inventarisasi tanaman dan ternak yang berada di lahan petani maupun kebun koleksi.

Data inventariasi mencakup identitas petani, lokasi, je nis/spe sies tanaman yang dibu­didayakan, cakupan dan des­kripsi serta pemanfaatan. Hasil inventarisasi keanekaragaman Sumber Daya Genetik (SDG) lokal dapat memberikan informasi tingkat keberagaman/diversitas dan potensi pemanfaatan serta sumber keberadaannya berupa peta sebaran secara spesial.

Penguatan Komda untuk Mendukung Program

Desentralisasi

Kami berharap, proses desentralisasi dengan

diberlakukannya undang-undang otonomi daerah akan membawa Aceh ke era baru pengelolaan

plasma nutfah yang baik.”

MEHRAN, SP, M.SiPenyuluh Pertanian Muda pada

BPTP Aceh

Sumber Daya Genetik (SDG) se bagai wujud keanekaragaman ha yati yang merupakan bahan ge­netik yang terdiri atas ta na man, he wan, jasad renik, dan lain­lain yang mempunyai kemampuan pe ­warisan sifat (here ditas). Peru ba­han iklim ber potensi meng ancam keter sediaan SDG tanaman. Karena itu, SDG tanaman perlu diles tarikan agar dapat tersedia se cara berkelanjutan dalam men­dukung ketersediaan dan keta­

hanan pangan. “Langkah awal dalam upaya

me lestarikan SDG tanaman ada­lah melakukan inventarisasi dan doku mentasi data SDG tanaman. Ke mudian, dilanjutkan dengan ke giatan koleksi dan konservasi (pemeliharaan), baik secara in­situ atau ex­situ (koleksi bank gen,” ujar Penyuluh Pertanian Muda pa da BPTP Aceh, Mehran SP MSi, kepada Haba Tani, pekan lalu.

Menurutnya, SDG pertanian (agrobiodevesity) merupakan sa lah satu plasma nutfah yang sangat mendesak untuk di­amankan dari kepunahan atau erosi potensi genetiknya. Aceh sebagai provinsi mega­biodi versity seharusnya ka ya akan ko leksi plasma nutfah, ta pi kenya taannya sangat miskin koleksi plas ma nutfah yang dapat di man faatkan secara riil dalam pro ses perakitan varietas atau bi bit unggul.

Kondisi tersebut, sambung Meh ran, perlu disikapi dengan te­pat. Karenanya, diperlukan suatu ke bijakan yang kondusif agar pe­ngelolaan dalam memanfaatkan maupun melestarikan plasma nut ­fah pertanian merupakan ba gian integral dari proses pem bangunan nasional atau wilayah. “Dalam hal ini, kebijakan harus memposisikan masyarakat seba gai pemilik dan pengelola plasma nutfah, sebagai

subyek yang harus memperoleh manfaat yang paling besar, bukan sebaliknya,” tandas Mehran.

Ia berharap, proses desen tra­lisasi dengan diberlakukannya undang­undang otonomi daerah akan membawa Aceh ke era ba­ru pengelolaan plasma nutfah yang baik. Pergeseran kebijakan pemerintah menuju pelibatan ma syarakat dalam pengelolaan plas ma nutfah akan membawa dam pak luas pada upaya penge­lolaan plasma nutfah yang ber­ke lanjutan. Desentralisasi mem­beri kesempatan bagi daerah untuk mengelola sumber daya ge netik secara lebih leluasa. Na­mun ke mudian, kewenangan daerah un tuk mengelola sumber daya ge netik bila tak terkontrol dapat mengarah kepada ek sploi­tasi yang sangat intensif demi meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

Jadi, menurutnya, reformasi dan penguatan kelembagaan pe ­nge lolaan sumber daya ge ne tik (Ko­misi Daerah atau Kom da) sangat

diperlukan un tuk mendukung pro gram desentra lisasi. Di anta ra ­nya, sebut Mehran, pemben tu kan kelembagaan pengelolaan keane­karagaman hayati, pen ciptaan me­kanisme koordinasi, pe nye suaian alokasi kewenangan dan sumber daya pengelola, dan pene rapan valuasi yang akurat terhadap sum­ber daya.

Susunan Komda Plasma Nutfah

terdiri atas pengarah (Bappeda), pelaksana harian, dan anggota yang mencakup bidang pertanian dan perkebunan, perikanan, pe ter­nakan, kehutanan, biologi, keane­ka ragaman hayati dan lingkungan hidup. Sementara pelaksana ha­rian meliputi personel berbagai bidang kepakaran dan mencakup berbagai disiplin ilmu dalam pe­ngelolaan plasma nutfah. (*)

Aceh Berpeluang Miliki Bank Genetik

Kita berharap, pemerintah membuka peluang diskusi lanjutan

dalam menyikapi pembangunan Bank Genetik di Aceh dengan

perencanaan yang sistematis dan melibatkan berbagai stakeholder.”

HABIBURRAHMAN, STP, M.ScSekretaris Umum MPPI Wilayah Aceh

Sekretaris Umum Masya­rakat Perbenihan dan Per­bibitan Indonesia (MPPI) Wila­yah Aceh, Habiburrahman STP MSc, mengungkapkan, secara umum populasi Sumber Daya Genetik lokal Aceh mencapai ribuan varietas. Dari jumlah ter­sebut, menurutnya, ada komo­diti yang sudah dilestarikan di luar negeri. Seperti, Padi lo kal Seulawah yang berhasil dibu­didaya oleh petani Jepang pada lahan yang bersalju.

“Salah satu SDG yang poten­sial adalah tanaman pangan varietas lokal padi yang jum lah­nya sudah mencapai 568 jenis. Namun, yang terdaftar di Pusat Perlindungan Vari etas Tanaman Pangan dan Per izinan Pertanian Kemen te rian Pertanian RI baru sekitar 21 jenis. Ironisnya, selama ini varietas lokal tersebut ter­simpan di Bank Benih (BB) Bi ogen sebanyak 268 je nis, di Fakultas Pertanian 230 jenis, dan sisanya 70 je nis masih konvensional di la han masyarakat,” jelas Habi­

burrahman.Diungkapkan, Pasal 1 ayat

(3) Undang­Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlin du­ngan Varietas Tanaman, dise­butkan bahwa varietas tanaman adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun bunga, biji dan eksperesi karakteristik genotype atau kom binasi genotype yang da­pat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang­kurangnya satu sifat yang menentukan dan bila di­per banyak tidak mengalami pe rubahan.

Sesuai dengan pengertian itu, sambung Habiburrahman, dapat diketahui bahwa varietas tanaman yang dihasilkan ha­rus berbeda dengan varietas ta naman lain yang ditandai dengan perbedaan bentuk fi­sik sampai perbedaan karak te­ristik tanaman.

“Atas keadaan tersebut, ka­

mi menyarankan sudah saat­nya Aceh mempunyai suatu lo kasi yang representatif un­tuk membangun Bank Gene­tik dengan tujuan sebagai tem pat penyimpanan SDG lo­kal Aceh. Tujuannya, agar va­rietas lokal tersebut menjadi warisan yang bermanfaat bagi masyarakat, terutama sebagai bahan edukasi dan menjaga ke tahanan pangan lokal Aceh sambil berkontribusi untuk ma­sa depan Aceh dan nasional,” tan das Habiburrahman.

Bank Genetik tersebut, tam­bahnya, nanti diharapkan mem­beri kontribusi dalam peles­tarian, pengembangan, peman­faatan, dan rekayasa genetik berbagai varietas yang akan men jadi aset berharga bagi Aceh. Sebab, SDG lokal akan men jadi kekayaan hakiki yang ti­dak ternilai harganya untuk ma­sa depan generasi Aceh.

“Insya Allah mereka (ge­ne rasi penerus) tetap bisa me­nikmati hasil warisan enda­

tunya yang akan berprospek dari segi komersil, riset, dan edukasi dengan perkembangan zaman. Kita berharap, peme­rintah membuka peluang dis­kusi lanjutan dalam menyi­kapi pembangunan Bank Ge netik di Aceh dengan pe­ren canaan yang sistematis ser­ta melibatkan berbagai sta­ke holder agar hasilnya bisa diman faatkan secara maksimal oleh berbagai kalangan,” pung­kas Habiburrahman yang juga Kepala Seksi (Kasie) Benih dan Perlindungan Tanaman Pa­ngan Dinas Pertanian dan Per­kebunan (Distanbun) Aceh. (*)

Penyuluh Pertanian Muda pada BPTP Aceh, Mehran SP MSi, saat berada di kebun pala.

Page 5: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

4 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

5DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI EDUKASI

Kelapa merupakan satu da­ri lima komoditi perkebunan andalan Aceh selain kelapa sawit, karet, kakao, dan ko­pi. Karena hampir semua ka­bupaten/kota memiliki kebun kelapa dengan luas yang ber­variasi, maka komoditi ini sa­

ngat mungkin dijadikan salah satu sumber ekonomi tetap bagi masyarakat. Sebab, kelapa mu lai mulai buah hingga lim bahnya dapat dijadikan barang bernilai ekonomis dan dapat menambah pendapatan pemiliknya.

Sementara itu, Kabid Penyu­luhan dan Pengembangan SDM Pertanian Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dis tanbun) Aceh, Mukhlis SP MA, mengungkapkan, pela­tihan teknologi tepat guna (pe­manfaatan limbah kelapa) kepada anggota kelompok tani juga merupakan terobosan yang dilakukan Pemerintah Aceh melalui Distanbun Aceh da lam rangka menanggulangi pencemaran lingkungan yang dise babkan oleh limbah kelapa.

“Sabut kelapa kita sebut sebagai limbah karena selama ini sebagian besar warga mem­

bakar atau membuangnya be­gitu saja. Padahal, di bebe rapa daerah sabut kelapa di olah secara kreatif menjadi ba rang berharga dan bernilai eko no­mis,” ujarnya.

Jika diolah dengan baik, sam bung Mukhlis, sabut ke­lapa bisa dijadikan barang ke ra jinan, serta bahan isi jok mo tor dan matras. Bahkan, bisa juga dimanfaatkan oleh peru sahaan sebagai bahan rek lamasi pascatambang batu ba ra, di mana sabut kelapa dija dikan pelapis di bekas tam­bang agar dapat ditanami tum­buhan. “Peluang inilah yang

Terobosan untuk Menanggulangi Pencemaran Lingkungan

Memanfaatkan Limbah Kelapa Jadi Barang

Bernilai Ekonomis Setelah mengikuti pelatihan

ini, peserta kita harapkan mampu mengolah limbah kelapa menjadi

produk bernilai ekonomis dan dapat disebarluaskan ke

komunitasnya masing-masing.”

IR. SAFITRIKasie Pelatihan dan Pendidikan

Distanbun Aceh

kami manfaatkan daripada sa­but kelapa menjadi sampah yang mencemari lingkungan,” Mukhlis.

Menurutnya, Pemerintah Aceh melalui Distanbun Aceh ber usaha melakukan pendam­pingan dengan melatih anggota kelompok tani agar mereka serius menjadikan limbah ke­lapa sebagai sumber ekonomi ba ru yang dapat menambah pen dapatan mereka.

Muklis menambahkan, pe­man faatan limbah kelapa men­jadi barang bernilai ekonomis sangat mungkin dilakukan di Aceh karena hampir semua kabu paten/kota memiliki ke bun

kelapa. “Kita juga berharap pelatihan yang kita laksanakan ini bisa menjadi contoh ba gi daerah­daerah untuk melak­sanakan kegiatan serupa. Se­hingga, semua petani atau pe­

milik kebun kelapa di Aceh akan terberdayakan. Dan, jika ini bisa terlaksana, maka tak ada lagi limbah kelapa yang mencemari lingkungan,” pungkas Mukhlis SP MA. (*)

Karena itulah, Peme­rintah Aceh melalui Di­nas Pertanian dan Perke­bunan (Distan bun) Aceh mengadakan pelatihan teknologi tepat guna (pe manfaatan limbah ke lapa) kepada anggota kelompok tani. Kegiatan ini dilaksanakan Peme­rintah Aceh dalam rang­ka memberdayakan ma­sya rakat tani.

Pelatihan yang ber­langsung pada 25­27 Sep tem ber 2020, itu di­ikuti 50 peserta yang berasal dari dua ke­lompok tani (masing­ma sing kelompok tani 25 orang) di Kecamatan Seu limuem, Aceh Be sar, yaitu Kelompok Tani ‘Makmu Beusare’ Desa Lampanah, dan Kelom­pok Tani ‘Akar Kelapa’ Desa Leungah. Kegiatan yang dipusatkan di Desa Lampanah Le ungah, kecamatan yang sama, dibuka Kadistan bun Aceh yang diwakili Ka bid

Penyuluhan dan Pengem­bangan SDM Pertanian Perke­bunan, Muklis SP MA.

Adapun narasumber yang di undang yaitu Ir Safitri (Kasie Pelatihan dan Pendidikan Bi­dang Penyuluhan dan Pengem­bangan SDM PP Distanbun

Aceh), Ir Elvinalita (UPTD BPT PHP Distanbun Aceh), Muham mad Jamil (Pelaku Usa­ha Olahan Sabut Kelapa ), dan Benni Bàihaqi SP (Ketua Umum Petani Millenial Aceh).

Kasie Pelatihan dan Pen­didi kan pada Bidang Penyu­luhan dan Pengembangan SDM Pertanian Perkebunan Distan­bun Aceh, Ir Safitri, menye­butkan, tujuan dari pelatihan ini adalah, membantu peserta memahami dasar dan prinsip­prinsip dari pemanfaatan dan pengolahan limbah kelapa, mem bantu peserta memahami dasar­dasar dan prinsip pe ngen ­dalian OPT tanaman ke lapa, serta membantu pe serta untuk malakukan peraktek pem bu atan pupuk cair dan apli kasi pe nga­dalian organisme peng gang gu tanaman (OPT) ta na man kelapa.

Tujuan lain, tambah Safitri, adalah membantu peser ta un­tuk melakukan praktek pengo­lahan limbah kelapa menjadi tali sabut kelapa, keset kaki dari sabut kelapa, kokopeat, kokopot, dan kompos dari sabut kelapa. “Setelah mengikuti pela­tihan ini, peserta kita ha rap kan memahami secara kompre­hensif serta mampu me man­faatkan atau mengolah limbah kelapa menjadi produk olahan dan bernilai ekonomis dan selanjutnya disebarluaskan ke komunitasnya di tempat tinggal

masing­masing,” harap Safitri.Sementara materi yang dipa­

parkan oleh narasumber kepada peserta, tambah Safitri, meliputi: Pertama, Materi pem buatan dan aplikasi pengen dalian OPT kelapa dengan menggunakan agen hayati ber bahan dasar air kelapa dan praktek pembuatan pu puk cair organik NPK yang meng gunakan bahan dasar sabut kelapa. Materi ini disam­paikan oleh pemateri dari UPTD­BPTP distanbun Aceh

Kedua, Praktek pembuatan tali sabut kelapa dan keset kaki dari sabut kelapa yang di sampaikan oleh M Jamil. Ketiga, Materi pemanfaatan lim bah kelapa dan praktek pem buatan kokopeat, kokopot, koko dema, disampaikan oleh pe tani milenial, Beni Baihaqi. Sedangkan pembuatan kompos dari sabut kelapa disampaikan oleh pemateri dari kalangan praktisi. (*)

Peserta pelatihan teknologi tepat guna (pemanfaatan limbah kelapa) mengikuti praktek lapangan.

Page 6: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

6 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

7DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI INSPIRASI

sederhana yang memiliki prospek cerah di masa mendatang. “Budi­daya jamur tiram memiliki pros­pek ekonomi yang baik. Jamur tiram merupakan salah satu pro duk komersial yang dapat di­kembangkan dengan teknik se­derhana,” ujarnya.

Apalagi, menurut Muksal­mina, jamur tiram dapat diolah men jadi berbagai macam maka­nan seperti tumis jamur, mi ja­mur, jamur krispy, kerupuk jamur, bakso jamur, sate jamur, kaldu jamur tiram, dan berbagai jenis makanan olahan lain hingga bisa dibuka satu restoran yang menunya serba jamur tiram.

“Dari usaha ini, kita juga ber­peluang dapat tambahan pen­

Usaha Sederhana yang Berprospek Cerah

Melihat permintaan yang makin tinggi, saya

yakin budidaya jamur tiram adalah usaha sederhana yang

memiliki prospek cerah di masa mendatang.”

MUKSALMINA, A.MdPetani Milenial

dapatan selain dari hasil menjual jamur. Pendapatan tambahan itu bisa berasal dari limbah bag log jamur yang bisa diolah meng gunakan miselium jamur menjadi bahan menyerupai kulit sapi yang umumnya bisa digunakan untuk berbagai produk fashion,” ungkapnya.

Dengan melihat prospek yang ada, Muksalmina berharap ke­pada pemerintah untuk memberi perhatian kepada warga yang memiliki usaha budidaya jamur. Perhatian, sebutnya, bisa berupa bimbingan usaha atau modal se hingga masyarakat dapat me­ngem bangakan usahanya men­jadi lebih maju lagi.

Ia menyebutkan, permintaan

Jamur Tiram, Bahan Pangan Eksotis yang Makin Digemari

Jamur tiram (Pleurotus ostre­atus) merupakan salah satu ke lompok jamur yang sudah banyak dikenal karena bentuk dan ukuran tubuh buahnya sa­ngat familiar di masyarakat. Ja­mur tiram merupakan salah satu jenis jamur yang dapat di ma­kan (edible) dan memiliki rasa yang cukup khas. Jamur ini ju ga termasuk jamur kayu yang ba­nyak tumbuh di pepohonan la­puk atau dapat tumbuh dengan tergantung dari sumber nutrien, suhu, kelembapan, air, cahaya, uda ra, dan keasaman.

Jamur dikenal sebagai ba­han pangan eksotis dan kini pa­

mornya makin menanjak. Banyak restoran, kafe, dan hotel yang menghidangkan jamur sebagai salah satu menunya. Jamur me­ngandung serat, betaglucan, vitamin B, mineral, kalium dan be berapa jenis karbohidrat. Pe­minat dan penikmat jamur pun ki ni makin banyak dari berbagai kelas sosial.

Petani Milenial asal Desa Meu nasah Teungoh, Kecamtan Pante Bidari, Aceh Timur, Muk­sal mina AMd, makin sukses me­ngembangkan usaha budidaya jamur tiram. Selain itu, jaringan pemasarannya juga tidak ha­nya di Aceh Timur saja, tapi

sudah merambah ke beberapa kabupaten/kota lain. Melalui Aceh Agro Mandiri yang didirikannya pada 2018, Muksalmina makin fokus pada usaha budidaya jamur tiram

Melalui usaha tersebut, alum­ni Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK­PP) Negeri Saree, Aceh Besar, ini sekarang sudah memiliki omset atau pendapatan Rp 5 juta per bulan. Setiap hari, ia bisa menjual 4­7 kilogram (Kg) jamur tiram dengan harga Rp 35 ribu per Kg.“Sekarang, saya membudidaya jamur tiram di areal seluas 100 meter persegi dan memiliki dua

kumbung jamur tiram yaitu satu kumbung untuk produksi baglog jamur dan satu kumbung lagi untuk budidaya jamur tiramnya,” jelas Muksalmina kepada Haba Tani, pekan lalu.

Awalnya, sebut Muksalmina, pada tahun 2018 ia coba memproduksi 100 baglog jamur dengan membeli baglog jamur tiram dari Medan (Sumatera Utara). “Saat itu, saya panen ja­mur setengah 1/2 kilogram sa­ja sudah untuk menjualnya ka­rena kurang peminat. Se bab, masyarakat jarang mau me­ngonsumsi jamur tiram karena takut beracun seperti jamur liar padan umunya,” ungkap Muk­salmina.

Padahal, sambung Muksal­mina, pada kenyataannya jamur tiram adalah jamur budidaya yang aman untuk dikomsumsi dan bahkan memberikan ber­bagai manfaat bagi kesehatan seperti menurunkan kolesterol dalam darah. Sebab, jamur ti­ram mengandung serat 7,4 sam­pai 24,6 persen, antitumor, dan antioksidan, yang sangat baik untuk pencernaan. “Karena tak laku, pada saat itu usaha budi­daya jamur tiram saya hanya sanggup bertahan selama seta­hun (sejak awal hingga akhir 2018). Setelah kandas, kala itu saya memilik berhenti sementara dari usaha budidaya jamur tiram selama satu tahun,” timpalnya.

Pada akhir 2019, kata Muk­sal mina, dirinya mendapat ke­sempatan untuk mengikuti ma gang petani milenial Aceh un tuk belajar

tentang kelapa pan dan wangi dan pertanian intergrasi ke Provinsi Shonkla, Thailand. Selama magang yang difasilitasi Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, menurut Muksalmina, pihaknya mempelajari bagaimana kema­juan teknologi dan sistem agri­bisnis pertanian di Thailand yang terstruktur dengan baik.

Setelah pulang dari Thailand, tambah Muksalmina, seluruh pe serta magang termasuk diri­nya mendapat bantuan mo dal dari Pemerintah Aceh agar dapat mengembangakan usa ha di bidang pertanian. “Pada awal 2020, saya kembali mengem ba ngakan usaha budidaya ja mur tiram. Kali ini saya me mulai kembali usaha dengan mem budidaya 1.000 baglog ja mur. Alhamdulillah, usaha saya mulai menampakkan ha sil. Sa lah satu buktinya, saya se ka rang sudah menbudidaya 2.000 baglog dengan panen 4 sam pai 7 kilogram per hari,” jelas Muksalmina dengan nada gembira dan bahagia.

Dengan makin intens me­lakukan promosi berbagai me­dia sosial maupun media mas sa, menurut Muksalmina, permintaan jamur tiram yang dihasilkannya makin hari makin meningkat. Bahkan, katanya, sekarang ia agar kewalahan dalam memenuhi permintaan dari pelanggan yang terus bertambah. “Jamur tiram yang saya budidaya ini juga saya jual ke pasar­pasar tradisional, pedagang jamur kispy, penjual mi, dan langsung dijual ke masyarakat dengan menyediakan layanan antar ke tempat,” imbuhnya. (*)

jamur yang sangat tinggi be­lum bisa diimbangi dengan pro duksi yang sesuai dengan ke butuhan pasar. Sepertinya, ja mur jenis ini akan laku keras di pasaran. Apalagi, orang yang mem budidaya jamur dalam ska­la besar masih sedikit, dan ke­banyakan dari mereka hanya me lakukannya dalam skala ru­mah tangga.

“Karena itulah, menurut sa ya, usaha ini menjadi bisnis yang memiliki peluang besar di pasar. Sebab, budidaya ini tidak membutuhkan biaya dalam jum lah besar, dan caranya juga sangat mudah,” tutup petani mi lenial asal Aceh Timur, ter­sebut. (*)

Melihat permintaan yang ma­kin tinggi, Muksalmina yakin, bu­didaya jamur tiram adalah usaha

Muksalmina menyiram jamur tiram di tempat budidaya miliknya kawasan Desa Meunasah Teungoh, Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur.

Jamur tiram hasil budidaya muksalmina yang sudah dikemas dalam plastik.

Page 7: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

6 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

7DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI INOVASI

Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Kemen­terian Koordinator Bidang Pe­reko nomian, Yuli Sri Wilanti, me nye butkan, salah satu contoh pe ngem bangan rantai pasok pa­ngan berbasis digital yang sudah dila kukan adalah Pliot project Pengembangan Closed loop Cabai di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sebanyak 13 institusi berkolaborasi untuk melaksanakan program ber sama sesuai fungsi dan peran masing­masing yang dituangkan dalam nota kesepahaman yang ditan datangani oleh para pihak pa­da 7 Oktober 2020.

Model bisnis rantai pasok ter­integrasi dari hulu hingga hilir me ng­gambarkan proses bisnis yang dila­kukan dalam ekosistem rantai pasok

pangan mulai dari penyediaan bibit oleh Eastwest, penyiapan pupuk oleh Pupuk Kujang, pembiayaan KUR BRI, sistem aplikasi Petani di­gital oleh 8 Villages, dukungan lo­gistik KAI untuk distribusi bahan pa ngan, pengembangan jaringan kerja oleh KADIN, pendampingan oleh Pemda, IPB, Unpad, dan Mercy Corps Indonesia, serta kepastian penyerapan hasil petani oleh Indo­food dan Paskomnas yang se muanya dikoordinasikan oleh Kemenko Per­ekonomian.

Menurut Yuli, penerapan di­gitalisasi rantai pasok pangan ini dapat meningkatkan efisiensi biaya, kualitas produk dan akses pasar bagi petani. “Informasi dari hulu ke hilir dapat dimanfaatkan petani untuk manajemen agribisnis. Kegiatan

Pengembangan Losed Loop Cabai di Garut Jadi Pilot Project

penanaman sampai panen direkam secara rutin oleh sistem digital yang sudah dirancang dalam aplikasi,” ujarnya. Pada saat panen, sambung Yuli, informasi pasar dapat diakses

dengan baik, dan untuk mendukung kelancaran tansportasi barang, sistem logistik berbasis kereta api yang efi­sien dapat dimanfaatkan de ngan optimal. Pembiayaan yang dibu tuh­

kan petani juga dapat diakses me lalui aplikasi yang dibangun.

Secara khusus keunggulan mo­del bisnis sinergi rantai pasok pangan berbasis digital ini dapat memberikan manfaat yang besar untuk petani, yaitu, petani mam pu mengakses pem biayaan per bankan, dapat mem peroleh dan menggunakan bi­bit terbaik, menggunakan pupuk berkualitas dan lebih efisien, dapat memonitor perkembangan tanaman hingga pemasaran secara digital, adanya kepastian pasar dan harga yang layak bagi petani, dan adanya tran sportasi angkutan bahan pangan yang murah, cepat, dan terjangkau.

Ke depan, tambah Yuli, pengem­bangan pilot project ini diharapkan menjadi contoh keberhasilan yang akan direplikasi ke daerah lain secara luas. Tujuannya, agar petani dapat meningkatkan produksi dan mampu bekerja sama dengan offtaker, sehingga hasil produksinya dapat dipasarkan dengan baik dan mereka mendapatkan kepastian harga yang layak. (*)

Sinergi Rantai Pasok Pangan untuk Agribisnis

dari Hulu ke Hilir Pengembangan ekosistem rantai pasok digital menjadi

penting dalam rangka memastikan semua proses

agribisnis dari hulu hingga hilir dapat dipantau dengan baik dan

transparan.

YULI SRI WILANTI, S.Pi. MPAsdep Pengembangan Agribisnis Hortikultura

Sektor pertanian sering meng­hadapi persoalan mismatch antara produksi dan pemasaran. Hal ini terjadi karena adanya time lag yang cukup panjang antara waktu penanaman dengan saat produk dikonsumsi. Jarang sekali ditemui petani atau sekelompok petani dapat memenuhi secara per sis apa yang diinginkan oleh pasar, baik dalam hal kuan titas maupun kualitas. Akibat nya, baik petani maupun kon sumen se ring menghadapi ketidak pas ­tian pasokan dan harga. Ini me­merlukan upaya serius yang melibatkan berbagai aktor untuk dapat memberikan perubahan pa da produktivitas pertanian dan jaminan pasar.

Asisten Deputi (Asdep) Pe­ngem bangan Agribisnis Horti kul­tura Kementerian Koordinator Bi dang Perekonomian, Yuli Sri Wilanti, mengatakan, pengem­bangan model rantai pasok pa­ngan yang terintegrasi dapat

memberikan nilai tambah dari sisi efisiensi agroinput dan pe­ningkatan produktifitas yang ber dampak pada peningkatan pen dapatan. “Pengembangan eko­sistem rantai pasok digital men jadi penting dalam rangka memastikan semua proses agribisnis dari hu lu hingga hilir dapat dipantau de­ngan baik dan transparan. Dengan perkembangan situasi global dan domestik yang semakin vulnerable dan uncertain, menurut Yuli Sri Wilanti, perlu sinergi antar ak­tor untuk menciptakan iklim ber­usaha yang berdaya saing, seka li­gus berkeadilan.

Persoalan kunci yang masih dihadapi oleh petani dalam budi­daya dan pemasaran produknya, sebut Yuli, antara lain dalam tek­nologi produksi, petani masih me­ngandalkan pengetahuan yang dipe roleh secara turun­te mu run. “Selan jutnya, belum semua pe­tani menggunakan benih unggul yang menghasilkan produk yang berkualitas, minimnya keter se­diaan air pada saat musim ke­marau, fluktuasi harga dari musim ke musim, serta akses petani ter­hadap pasar dapat dikatakan juga masih terbatas,” jelasnya.

Pengembangan digitalisasi ran tai pasok pangan, menurut Yuli, perlu didasarkan pada dela­pan pilar. Pertama, Adanya peru­ba han paradigma agribisnis, yaitu perubahan dari lahan ke cil men jadi konsolidasi lahan (se­

hingga memenuhi skala ekonomi yang efisien) dan dikelola secara cor porate farming; perubahan da­ri bisnis budidaya semata men jadi bisnis terintegrasi hulu­ hilir; dan perubahan dari ha nya mena nam tanaman padi men jadi mixed farming. Kedua, Kon soli dasi kelembagaan, yaitu terbentuknya kelembagaan/mane jemen pengelola sebagai or ganisasi bisnis; adanya pengu­atan kelembagaan petani; ada nya edukasi petani menjadi entre­preneur; ser ta adanya pendam­

pingan dan ke mitraan.Ketiga, Adopsi inovasi tek­

nologi, yaitu berupa kebaruan input produksi dan praktik budi­daya; kebaruan teknologi pasca­panen; packaging/kemasan. Ke­empat, Dukungan akses pembiaya­an berupa pembiayaan usaha tani; pembiayaan pascapanen; pe­ngolahan produk; dan pembayaran hasil pemasaran serta asuransi pertanian.

Kelima, Pelibatan off taker yaitu adanya penjamin hasil

pro duksi sekaligus sebagai ava­lis. Keenam, Penerapan IT, yaitu pemanfaatan Internet of Things (IoT) yang mendukung sis tem informasi pertanian yang ter­integrasi dari hulu sampai hilir. Ketujuh, Dukungan logistik, yaitu adanya sistem logistik yang efisien dan pemasaran berbasis digital. Terakhir (kedelapan), Sinergi, yang diperlukan untuk menentukan visi bersama dan implementasi kegiatan secara terpadu di antara pelaku dan pendukung. (*)

Perwakilan 13 institusi memperlihatkan naskah kerja sama terkait pengembangan closed loop komoditas cabai seusai ditandatangani di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Model bisnis pengembangan closed loop cabai di Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Page 8: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

8 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

9DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI UTAMA

Menteri Pertanian (Mentan) RI, Dr Syahrul Yasin Limpo SH MH, Rabu (30/9/2020) lalu, melakukan panen raya padi musim gadu di hamparan sawah seluas 8.000 hek­tare kawasan Desa Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar. Mentan melakukan panen ber sama Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, Pang dam Iskandar Muda, Mayjen TNI Hassanuddin, Bupati Aceh Besar, Mawardi Ali, dan Anggota DPR RI, Salim Fakhri.

Selain ratusan petani setem­pat, panen raya itu turut disaksikan unsur Forkopimda Aceh Besar, pe jabat eselon II Kementerian Per tanian (Kementan) RI, Staf Khusus Menteri Pertanian, Kadis

Pelaksana Tugas (Plt) Guber­nur Aceh, Nova Iriansyah, menya­takan, pertanian merupakan sa lah satu sektor prioritas di Aceh. Karena itu, ia meminta Men teri Pertanian (Mentan) RI, Dr Syahrul Yasin Limpo SH MH,

untuk mendukung program ter­sebut, sehingga Aceh dapat men­jadi lumbung pangan nasional.

Pada tahun ini, sebut Nova, Aceh menargetkan penanaman padi di areal seluas 372.000 hek­tare, dengan luas panen 353.000

Aceh Kembangkan Pertanian Hulu Hilir

Potensi bagus, cuaca bagus, tanah bagus, ini modal Aceh untuk jadi lumbung pangan

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(petani).”

DR. SYAHRUL YASIN LIMPO, SH, MH

Menteri Pertanian RI

Pertanian Aceh Besar, perwakilan Bank BNI 46, Bank BRI, dan Bank Mandiri, utusan Bulog dan Pupuk, serta ratusan tamu undangan lainnya.

Mentan menyatakan siap mem beri dukungan penuh ter­ha dap upa ya peningkatan per­ekonomian petani di Aceh. Guna mendukung ekonomi petani, Syahrul berjanji akan membangun tiga pabrik peng gilingan padi (rice milling) di Aceh. Dengan adanya pabrik tersebut, ke depan gabah petani Aceh tidak perlu lagi dikirim lagi provinsi tetangga seperti Sumatera Utara. Dengan demikian, income yang diperoleh oleh petani menjadi lebih besar.

“Tolong pak dirjen, kalau bisa

tahun ini kita bangun tiga rice milling di Aceh. Nanti, terserah Pak Gubernur dan Bupati mau bangun di mana. Saya ingin hasil petani di Aceh dihitung dengan beras, jangan gabah lagi,” ujar Syahrul. Ia juga meminta Pemerintah Aceh segera mengajukan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) untuk pengembangan sektor pertanian.

Menurut Mentan, langkah itu perlu dilakukan demi mem­per cepat dan memajukan tek­nologi di sektor pertanian. Un­tuk mengawasi penggunaan KUR, Syah rul menyatakan siap ber tang gung jawab. “KUR sudah disiapkan pemerintah. Karena itu, kita akan dorong KUR lebih ba nyak diserap. Sehingga modal

Komit Menjaga Ketahanan Pangan di Masa Pandemi

Harapan kami, tahun ini surplus padi lebih meningkat, sehingga Gerakan Aceh Mandiri Pangan yang kita canangkan berjalan

dengan baik dan pada gilirannya dapat berkontribusi untuk menjaga

ketahanan pangan nasional.”

IR. NOVA IRIANSYAH, MTPlt Gubernur Aceh

pro duksi untuk petani akan ter­tangani,”kata Syahrul.

Mentan menyatakan, sektor per tanian harus dikembangkan. Se­bab, sambungnya, pertanian men­jadi satu­satunya sektor yang pa ling survive pada saat sektor lain ter­dampak pandemi Covid­19 secara signifikan. “Aceh memiliki tanah yang subur, pengairan juga tidak kalah. Jadi, saya kira potensi untuk mengembangkan sektor pertanian di Aceh menjadi lebih baik, sangat terbuka,” ungkap Mentan.

Syahrul juga berharap, pro­duksi pertanian di Aceh tidak hanya mam pu mencukupi kebu­tuhan daerah saja. Namun, juga diharapkan dapat berkontribusi untuk memenuhi kebu tuhan pa­ngan nasional. “Poten si bagus, cuaca bagus, tanah ba gus, ini mo dal Aceh untuk jadi lum bung pangan dan meningkatkan kesejah teraan masyarakat (pe tani),” tim pal nya seraya menya ta kan perlu ada nya korporasi agar hasil pertanian di Aceh menjadi lebih baik.

Pada kesempatan itu, Men­tan bersama Plt Gubernur Aceh, Pang dam IM, Bupati Aceh Be sar, Anggota DPR RI, awalnya me­motong padi secara tradisional menggunakan sa bit. Mentan ter­lihat piawai me megang sabit, me motong padi, kemudian me­ngangkat dua ikat besar padi yang sudah dipotongnya. Syahrul bersama pejabat lain juga ber­kesempatan mengoperasikan me­sin pemotong padi modern, com­bine harvester.

Dukungan dan bantuan yang dijanjikan oleh Menteri Pertanian pada acara panen raya tersebut

se pertinya menjadi awal yang baik bagi Aceh untuk mulai menerapkan pertanian dari hulu ke hilir. Siap tidak siap, mau tidak mau, tapi seluruh stakeholder terkait harus mendukung rencana ini. Sebab, dengan menerapkan pertanian dari hulu ke hilir, Aceh tak lagi hanya mengirim gabah ke luar daerah. Tapi, lebih dari itu, provinsi di ujung barat Pulau Sumatera, ini bisa menghasilkan berbagai produk turunan. Salah satunya beras.

Selama ini, walau gabah ber­asal dari Aceh, namun se telah menjadi beras, maka iden titas Aceh hilang dari be ras tersebut. Sebab, proses penggilingan padi menjadi beras dilakukan di luar daerah. Sangat disa­yang kan jika kesempatan ini tidak dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan di Aceh. Sebab, penerapan per ta nian dari hulu ke hilir secara tidak langsung akan men dongkrak pendapatan petani dan perekonomian bumi Se rambi Mekkah menjadi lebih baik di masa­masa mendatang. Semoga! (*)

hektare. “Sementara produksi padi pada tahun ini, kami target kan sebanyak 2 juta ton gabah ke ring giling. Hitungan kami, ting kat produktivitas lahan pa di di Aceh berkisar 5,6 ton per hektare. Produksi padi Aceh tahun ini memang kita targetkan meningkat dari tahun lalu karena ada kecenderungan cuaca relatif lebih bersahabat bagi petani,” jelas Plt Gubernur

Aceh dalam sambutannya pada panen raya padi musim gadu di hamparan sawah seluas 8.000 hektare ka wasan Desa Tumbo Baro, Keca matan Kuta Malaka, Aceh Besar, Rabu (30/9/2020).

Untuk menjaga ketahanan pa­ngan di masa pandemi Covid­19, kata Nova, pada Agustus lalu, pihaknya mencanangkan Ge­rakan Aceh Mandiri Pangan (GAM PANG). Gerakan itu fokus

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, saat tiba di lokasi panen raya persawahan Gampong Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, bersama pejabat lainnya melakukan panen raya di lahan IP-300 kawasan Gampong Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar.

Page 9: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

8 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

9DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI UTAMA

te rus digalakkan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pe­merintah Provinsi. Selain pro­gram Luas Tambah Tanam (LTT), pemerintah juga mendorong pe tani untuk meningkatkan In deks Pertanaman dari satu ka li menjadi dua kali setahun dan dari dua kali menjadi ti ga kali setahun. Dorongan ini ditu­jukan kepada daerah­daerah yang sawahnya dialiri irigasi.

Dinas Pertanian dan Perke­bunan (Distanbun) Aceh pa da tahun 2020 ini kembali me­laksanakan pengembangan klas ter padi unggul dengan po la tanam tiga kali setahun (IP­300) pada areal seluas 1.600 hek tare (Ha), dan kegiatan du­kungan sekitar lokasi klaster pa di unggul seluas 4.700 Ha.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Kadistanbun) Aceh, A Hanan SP MM, menye but­kan, kegiatan IP­ 300 tahun ini berlokasi di empat kabupaten yaitu Aceh Besar dengan areal seluas 500 Ha, Pidie Jaya seluas 300 Ha, Aceh Utara seluas 500 Ha, dan Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) seluas 300 Ha. “Program IP­300 tetap menjadi program andalan kita dalam upa ya meningkatkan produksi dan produktivitas padi. Untuk menyukseskan program ini, kita juga memberikan sejumlah bantuan kepada petani berupa benih sebesar 25 kilogram (Kg)/hektare (Ha), pupuk NPK 100 Kg/Ha, dan biaya pengolahan lahan digratiskan,” jelas A Hanan.

Menurutnya, program klas­

ter padi unggul didukung de­ngan teknologi budidaya meng ­gunakan benih varietas ber mutu dan bersertifikat yang berpotensi produksi ting gi, pe nerapan pemupukan ber im bang, pupuk organik, kecu kupan pengelolaan air secara optimal, pengendalian organis me pengganggu tanaman (OPT), penerapan teknologi pengelola tanaman sumber daya terpadu (PTT), alat dan mesin pertanian, serta penanganan panen dan pascapanen.

Pada lahan IP­300 yang su­dah terlaksana pada tahun ini, sebut A Hanan, produktivitas pa di yang dicapai rata­rata 8,2 ton/Ha gabah kering pa nen (GKP). Jika program ini ter­laksana dengan baik, A Hanan yakin akan meningkat kan pen­dapatan petani.

“Jika produktivitas padi rata­rata 8,2 ton per hektare GKP per setiap musim tanam, dan harga gabah sekitar 4.800/Kg, maka setiap hektare akan menghasilkan uang Rp 39 juta. Dengan demikian, roduksi pa­di Aceh akan meningkat se­cara signifikan dan tentunya pendapatan petani juga akan meningkat,” tutup Kadis­tan bun Aceh seraya menya­ta kan panen raya yang dila­kukan Menteri Pertanian RI, Dr Syahrul Yasin Limpo SH MH, bersama sejumlah pejabat lainnya, di persawahan Desa Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar, pada Rabu (30/9/2020), termasuk dalam lokasi IP­300. (*)

Program IP-300 Tetap Jadi Andalan

pada beberapa komoditas se­perti padi dan jagung, budidaya ikan lele, sayur­sayuran de ngan memanfaatkan lahan peka ra­ngan, ketersediaan telur ayam, serta memastikan ketersediaan air untuk lahan pertanian.

“Harapan kami, tahun ini surplus padi lebih meningkat,

se hingga Gerakan Aceh Mandiri Pa ngan yang kita canangkan ber jalan dengan baik dan pada gili rannya dapat berkontribusi un tuk menjaga ketahanan pangan nasional,” kata Nova.

Plt Gubernur juga menyam­paikan terima kasih karena Men­teri Syahrul Yasin Limpo yang

sudah bersedia hadir ke Aceh un tuk melakukan panen raya ber sama petani. “Alhamdulillah, hari ini kami sangat bangga ka­rena Bapak Menteri berkenan melakukan panen raya padi di sini. Bapak Menteri tentu bi­sa melihat sendiri betapa antu­siasnya petani menyambut pa­

nen raya ini,” demikian Nova Iriansyah.

Sementara itu, Bupati Aceh Besar, Mawardi Ali, mela­porkan, pengembangan sektor pertanian di Aceh Besar masih mengalami sejumlah kendala. Seperti ma sih kurangnya alat dan mesin per tanian (Alsintan)

serta ke mam puan irigasi yang belum mak simal. Begitu juga dengan pu puk subsidi dan pembagian bibit gratis. “Karena itu, dengan hadirnya Pak Menteri, kami ber harap masalah yang dialami pe tani di Aceh Besar bisa terse lesaikan,” harapnya. (*)

Program IP-300 tetap menjadi program andalan kita dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas padi. Untuk menyukseskan program ini, kita juga memberikan sejumlah bantuan kepada petani.”

A. HANAN, SP, MMKadistanbun Aceh

Dalam rangka menyejah­te rakan petani dan meng anti ­sipasi krisis pangan se ba gai dam pak pan demi Covid­19, In do nesia di tuntut meme­

nuhi seluruh kebu tuhan pa­ngan dalam negeri. Un tuk me­wujudkan hal tersebut, langkah utama yang harus dila ku kan adalah meningkatkan pro­

duk si pangan nasional ber ba­sis pertanian rakyat dan ke­berpihakan pada petani kecil.

Program peningkatan pro­duksi dan produktivitas padi

Pengembangan UPH berbasis kelompok akhirnya

dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus meningkatkan kesempatan

atau lapangan kerja.”

SAFRIZAL, SP, MPAKabid Tanaman Pangan

Distanbun Aceh

Kembangkan Fasilitas UPH untuk Tingkatkan Pendapatan Petani

Penanganan pengolahan ha sil meru pa kan proses lan­jutan yang perlu dilakukan un­tuk mem pe roleh nilai tambah produk tanaman pangan. Un­tuk men capai maksud ter se­but. Pe merintah Aceh me lalui Di nas Pertanian dan Per ke­bunan (Distanbun) Aceh mem ­berikan bantuan kepada ke­lompok tani/pelaku usaha ta­naman pangan berupa alat pe­ngolahan dan bangunan unit pengolahan hasil (UPH).

Kepala Bidang Tanaman Pa­ngan Distabun Aceh, Safrizal SP MPA, kepada Haba Tani, bebe rapa waktu lalu, meng ung­kapkan, pemberian ban tuan ini dimaksudkan agar petani/ke­lompok tani mendapatkan nilai tambah pada komoditi tanaman pa ng an seperti jagung, kedelai dan tanaman pangan lain nya. Penguatan nilai tam bah me­lalui pengolahan hasil, me nurut Safrizal, dapat men dorong vari­asi produk ber basis sumber da ya lokal, me ning katkan daya saing, daya simpan, kemudahan dis­tribusi, perluasan pasar pro duk, pemenuhan nutrisi, pe ning katan keamanan pro duk, op timalisasi sumber daya dan peningkatan nilai eko nomi.

“Pengembangan UPH ber ­basis kelompok pada akhir nya dapat meningkatkan pen da­patan pe tani seka ligus mening­katkan ke sempatan atau la­

pangan ker ja. Pemberdayaan dalam usaha yang dilakukan dapat bermanfaat un tuk semua anggota kelompok,” ujar Safrizal.

Selain memberikan fasilititasi UPH, sambung Safrizal, pembi­naan secara berkelnajutan opti ma­lisasi pemanfaatan UPH tana man pangan perlu dilakukan untuk mendukung penguatan pro ses bisnis, seperti membantu mem­perluas pasar produk de ngan cara memfasilitasi kelom pok untuk mendapatkan pe luang pasar dan

memfasilitasi kepengurusan sertifikat Halal. “Pen cantuman lebel halal ini adalah salah satu poin uta ma untuk mendapatkan keper ca yaan konsumen terha­dap pro duk,” imbuhnya.

Salah satu penerima ban tuan Fasilitasi UPH, sebut Safrizal, adalah Kelompok Tani ‘Jaya Miko’ Desa Tebes Lues, Ke camatan Bies, Aceh Tengah. Me nurutnya, ke lompok ini me mulai usaha pengolahan tempe pada tahun 2015 secara manual dengan kapa sitas produksi 10­20 kilogram (Kg)/hari. Pada ta­hun 2019, lanjut Safrizal, ke lompok tersebut men da pat ban tuan berupa Fasilitasi UPH. Ha silnya, saat ini kapasitas pro duksinya bertambah men jadi 25­30 Kg/hari dengan wilah pe masaran yang masih lokal dan antarkecamatan dalam Kabupaten Aceh Tengah.

Kelompok yang berang go ­takan 26 orang ini, kata Safrizal, memberdayakan se lu ruh ang­gotanya dalam se tiap ta hapan pe ngolahan ke de lai menjadi tem­pe, se hing ga dapat me nambah pen dapatan mereka. Dalam per­kembangannya, ke lom pok ini berhasil mem per ta hankan kon­tinuitas dan diharap kan ke de pan dapat terus berinovasi, menambah ka pasitas pro duksinya, mem­per luas pemasaran dengan cara meningkatkan promosi dan penge­nalan produknya kepada usaha­usaha retail terdekat dan memiliki sertifikat halal.(*)

Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, bersama Pangdam IM, Mayjen TNI Hassanudin SIP MM, mengoperasikan mesin pemotong padi (combine harvester), saat panen raya di persawahan Gampong Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar.

Page 10: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

10 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

11DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI INVESTIGASI

Secara geografis, Kota Lhok seu­mawe merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata­rata kurang lebih 24 meter di atas permukaan laut (dpl). Dengan luas wilayah 181,06 km2, Lhokseumawe terdiri atas 4 kecamatan dengan 68 gam­pong. Keempat kecamatan itu adalah Banda Sakti, Blang Mangat, Muara Dua, dan Kecamatan Muara Satu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ‘Lhokseumawe da­lam Angka 2020,’ luas lahan sawah di kota ini adalah 1.080 hektare (Ha) yang tersebar di tiga kecamatan yakni Blang Mangat 1.147 Ha (747 Ha lahan sawah semi irigasi dan 400 Ha lahan sawah tadah hujan), Muara Dua 90 Ha (sawah tadah hujan), dan Kecamatan Muara Satu 590 Ha (sawah tadah hujan).

Salah satu desa yang meng­ha silkan padi di Lhokseumawe adalah Desa Cot Trieng, Kecamatan Muara Satu. Secara geografis, desa ini tidak berbatasan dengan laut. Namun, menurut tofografi, wilayahnya berada di lembah (desa yang sebagian besar wilayah­nya merupakan daerah rendah yang terletak di antara dua pe­

Dari hasil penelitian, didapati juga bahwa semakin padat bibit padi yang dimasukkan ke dalam satu lubang, maka akan se makin banyak pula menghasilkan pa­di yang berkualitas baik dan

siap berkompetisi dengan bibit yang dihasilkan dengan sistem lain. “Salah satunya, dapat me­mi nimalkan serangan hama keong yang suka pada tanaman padi yang masih muda,” ujar

Dapat Meminimalkan Serangan Hama Keong

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Cot Trieng, Sri Sapta Murniati SPt.

Ia menyebutkan, metode Haz ton memiliki beberapa ke­unggulan yaitu hasil produksi meningkat, penanaman mudah, tanaman tidak mudah stress dan cepat beradaptasi, tahan terhadap hama seperti keong karena menggunakan bibit ber usia tua, gulma akan sulit tum buh karena jarak tanaman

sa ngat rapat, mempercepat ma­sa panen hingga 15 hari, dan ga bah yang dihasilkan bernas.

Namun, sambung Sri, di ba­lik kelebihannya, metode ini ju ga memiliki beberapa kele­ma han. Seperti: metode ini me­merlukan banyak benih, karena tanaman rimbun maka per lu dikawal dengan agensia hayati, perlu pupuk tambahan dari dosis normal, dan perlu keahlian khusus dalam pemeliharaan.

“Tanaman padi meng gu­nakan sistem Hazton seperti yang sudah dilakukan di Bireuen mampu meng hasilkan gabah 12 ton gabah per hektare. Jum­lah itu me ningkat hampir 50 persen dari sebelumnya yang hanya 5­6 ton per hektare. Insya Allah, di Desa Cot Trieng, kami berharap bisa menyamai apa yang dihasilkan oleh petani di Bireuen,” pungkas Sri Sapta Murniati. (*)

Hazton, Cara Baru Tingkatkan Produksi Padi

di Lahan Pasang Surut Kebanyakan orang

berpendapat, bibit tua tidak menghasilkan bulir padi yang

banyak. Namun, pendapat tersebut dapat ditepis oleh metode

Hazton. Sebab, dengan sistem ini, makin tua bibit padi, justru

semakin tahan terhadap penyakit.”

SRI SAPTA MURNIATI, SPtPPL Desa Cot Trieng

gunungan atau daerah yang mem­punyai kedudukan lebih rendah dibanding daerah lain).

Banyak lahan di Cot Trieng yang masih dalam bentuk rawa rawa. Dengan kondisi demikian, desa ini akan banjir­­lahan sawah ikut tergenang­­bila diguyur hujan terus menerus dan lahan sawah akan mengalami kekeringan jika kemarau melanda. Sehingga, pro­duksi padi di Cot Trieng hanya 4­5 ton per hektare per tahun.

Selama ini, peran Pemerintah Pusat, Pemerintah Aceh, dan Pem­ko Lhokseumawe Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian, dan Pangan (DKP3) setempat sudah berjalan. Peran itu terlihat dalam bentuk pem banguan jalan usaha tani, serta pembangunan tempat long sto rage dan sumur bor. Meski de­mikian, masih perlu dukungan dan perhatian dari pemerintah un tuk menunjang keberhasilan per tanian di Kecamatan Muara Sa tu pada umumnya dan Desa Cot Trieng pada khususnya.

Peningkatan prouksi padi terus diupayakan antara lain melalui kegiatan demplot dan denfarm dengan metode Jarwo 2:1 maupun jarwo Super. “Alhamdulillah, saat ini Desa Cot Trieng mendapat per­hatian dari Bank Indonesia de­ngan memfasilitasi pelaksanaan budidaya padi menggunaakan me tode Hazton pada areal seluas lima hektare (Ha),” ujar Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Cot Trieng, Sri Sapta Murniati SPt, kepada Haba Tani, pekan lalu.

Menurutnya, Metode Hazton mungkin tidak setenar metode ja ­jar legowo atau SRI dalam hal pena­naman padi. Namun, sambung

Sri, metode hasil karya dua putra Kalimantan Barat (Ir H Hazairin MS dan Anton Kamarudin SP M.Si), ini bisa menjadi harapan baru untuk meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya tanaman pa­di. “Metode itu mereka temukan se­telah melakukan riset yang he bat,” katanya.

Untuk diketahui, Hazton adalah suatu metode dalam budidaya tanaman padi dengan jumlah bibit 20­30 batang per lubang tanam, dimana bibit sudah berumur 30­35 hari. Hazton mempunyai dua arti yaitu singkatan dari hasil berton­ton dan singkatan dari nama dua penemu yaitu Hazairin dan Anton.

Metode Hazton, kata Sri, lebih menekankan pada jumlah bibit

yang ditanam dengan tujuan meng hasilkan indukan yang pro­duktif dan tidak terfokus terhadap jumlah anakan pada tiap rumpun. Sehingga akan menghasilkan in­du kan produktif yang sama dan ha sil panen yang maksimal.

Dengan memanfaatkan adap­tasi fisiologi dari tanaman padi, me nurut Sri Sapta Murniati, jum­lah bibit yang ditanam tersebut akan sulit mengeluarkan anakan untuk bibit yang berada di tengah rumpunan padi. Sehingga bibit tersebut akan menjadi indukan produktif. Namun, sambungnya, un tuk bibit yang berada di ping­gir rumpunan padi akan meng­hasilkan 2­3 anakan dengan tujuan menjadikan anakan tersebut se­

bagai anakan yang produktif de­ngan hasil maksimal.

Dengan menggunakan meto­de Hazton, bibit padi yang dibu­tuhkan untuk satu hektare lahan adalah sekitar 125 kilogram (Kg). Jumlah ini jauh lebih banyak di­banding cara bercocok tanam padi pada umumnya yakni sekitar 25 Kg/hektare.

Kebanyakan orang berpen­dapat, bibit tua tidak menghasilkan bulir padi yang banyak. Namun, tambah Sri Sapta Murniati, pen­dapat tersebut dapat ditepis oleh metode Hazton. “Sebab, pada ke nya taaannya, dengan sistem Hazton, makin tua bibit padi, jus­tru semakin tahan terhadap pe­nyakit,” tandasnya. (*)

Penyuluh Pertanian Desa Cot Trieng, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Sri Sapta Murniati SPt, foto bersama dengan petani seusai meninjau tanaman padi yang ditanam dengan sistem Hazton di desa tersebut.

Tanaman padi di Desa Cot Trieng, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, yang ditanam menggunakan sistem Hazton.

Page 11: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

10 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

11DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI PROMOSI

Dinas Pertanian dan Perke­bunan (Distanbun) Aceh melalui Bidang Hortikultura, Senin (12/10/2020), menyalurkan ban­tuan berupa produk hortikultura (sayuran­sayuran) kepada 250 orang yang berasal dari sejumlah kalangan. Kegiatan itu dipusatkan

Distanbun Aceh Terima Program PATB dari Kementan

Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementan RI atas pemberian program ini. Sebab, program tersebut

sangat bermanfaat untuk mendukung pembangunan sektor pertanian di Aceh.”

A. HANAN, SP, MMKadistanbun Aceh

Salurkan Produk Hortikultura untuk Sejumlah Kalangan

Karena itu, kami berharap bantuan ini dapat meringankan

beban para penerima dalam memenuhi kebutuhan sehari-

hari bagi keluarganya.”

A. HANAN, SP, MMKadistanbun Aceh

Kantor Distanbun Aceh Unit I, ka­wasan Lampineung, Banda Aceh.

Penyerahan bantuan yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB

itu dihadiri Kadistanbun Aceh, A Hanan SP MM, Pelaksana tugas (Plt) Kabid Hortikultura, Fakhrurrazi SP MSc, dan Kasie PPHH, Yuni Saputri STP, be serta sejumlah staf Bidang Horti kul tura, serta para penerima bantuan.

Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis oleh Kadistanbun Aceh, A Hanan SP MM, dan Plt Kabid Hortikultura, Fakhrurrazi SP MSc. “Adapun penerima ban­tuan adalah staf Bidang Horti­kultura 31 orang, tenaga kontrak Unit I se banyak 62 Orang, tenaga kontrak Unit II sebanyak 14 orang, tenaga harian lepas 10 orang, dan pelaku usaha di Pasar Tani sebanyak 133 orang,” rinci Fakhrurrazi, dalam laporannya pada acara tersebut.

Kadistanbun Aceh, A Hanan SP MM, dalam sambutannya antara lain menyampaikan, karena ma sih dalam suasana pandemi Covid­19, harga sejumlah bahan

ke butuhan pokok seperti sayur­sayuran, melonjak naik. Karena itu, A Hanan berharap bantuan ini dapat meringankan beban para penerima dalam memenuhi kebutuhan sehari­hari bagi ke­luarganya.

“Menyalurkan produk hor­ti kul tura, sama artinya de ng­an menam pung hasil perta­nian langsung dari petani agar dapat mensejahterakan me reka. Sehingga, produk yang diba­gikann kepada penerima masih baik dan segar,” jelasnya.

Dengan adanya bantuan ini, A Hanan berharap dapat mem bantu mengurangi biaya ope rasional masyarakat untuk membeli sayur­sayuran. Apalagi, selama masa pandemi ini har ganya meningkat drastis. “Pe nyaluran bantuan ini juga men jadi bagian dari upaya mem­pererat silaturahmi antara peme­rintah, petani, dan masyarakat,” demikian Kadistanbun Aceh. (*)

Dinas Pertanian dan Perke­bunan (Distanbun) Aceh, me­nerima sejumlah program terkait perluasan area tanam baru (PATB) dari Kementerian Pertanian (Ke­mentan) RI. Komitmen program tersebut diserahkan Menteri Per­tanian (Men tan) RI, Syahrul Yasin Lim po, kepada Kadis Pertanian dan Perkebunan (Kadistanbun) Aceh, A Hanan SP MM, seusai me­lakukan panen raya padi di tengah hamparan sawah seluas 8.000 hektare, kawasan De sa Tumbo Baro, Kecamatan Ku ta Malaka, Aceh Besar, Rabu (30/9 /2020) lalu.

Kadistanbun Aceh, A Hanan SP MM, menyebutkan, program yang diberikan adalah mesin peng gilingan padi (rice milling) tiga unit serta sarana produksi (seperti be nih, pupuk, dan her­bisida) untuk pelaksanaan per­luasan areal tanam baru (PATB) sebanyak 50 ribu hektare (Ha) di seluruh kabupaten/kota di Aceh.

“Pemberian saprodi ter sebut dalam rangka mendukung ope­rasional alat dan mesin per tanian di lokasi PATB,” ujarnya di dam­pingi Kabid Tanaman Pangan, Safrizal SP MPA.

A Hanan mengungkapkan, un­tuk pengadaan dan pelaksanaan program tersebut semuanya ber­ada atau dilakukan oleh Kemen­teria Pertanian (Kementan) RI me lalui Ditjen Tanaman Pangan. “PATB di lak sanakan di luar la­han baku sawah yang ada. Arti­nya, penanaman di perluas ke lahan tegalan baik yang ada di perkebunan maupun pe gunungan. Program ini dilakukan da lam rang­ka peningkatan produksi tanaman pangan di masa pandemi Covid­19 ini,” ungkap A Hanan

Karena program ini sepenuh­nya dilaksanakan di kabupaten/kota se­Aceh, menurut A Hanan, masing­masing pemerintah ka­bu paten/kota melalui dinas yang mem bidangi per tanian su­dah menyiapkan usulan ca lon petani dan calon lo kasi un tuk PATB. “Kabupaten/kota me nyam­paikan usulan itu ke pro vinsi dan selanjutnya kami me nyam­paikan ke Kementan me lalui Dirjen Tanaman Pangan,” tim pal Ka distanbun Aceh seraya me­nyebutkan hingga kini sudah ter­kumpul calon lokasi PATB seluas 24 ribu hektare (Ha) lebih.

Ia berharap, program yang di serahkan Kementan ini dapat di serap atau direalisasikan oleh petani di seluruh Aceh. Untuk itu, A Hanan memohon dukungan dari bantuan dari penyuluh perta­nian, dinas yang membidangi per­tanian di 23 kabupaten/kota, serta stakeholder terkait lainnya, agar

program PATB yang diberikan Ke­mentan terlaksana dengan baik dan sesuai harapan.

Soal tiga unit kilang padi yang dijanjikan Mentan saat ber­kunjung ke Aceh beberapa wak­tu lalu, kata A Hanan, saat ini sedang dilakukan pendataan un tuk kesesuaian lokasi dengan calon penerima manfaat. Ia ber­harap program tersebut dapat terlaksana pada tahun ini. “Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar­besarnya kepada Ke mentan RI atas pemberian pro­gram ini. Se bab, program ter sebut sangat ber manfaat untuk men­dukung pem bangunan sektor per­tanian di Aceh,” imbuhnya.

A Hanan juga berharap agar ke depan Kementan RI terus

memberikan berbagai program lain yang dapat menunjang akti­vitas sektor pertanian di Ta nah Rencong. Sebab, tambah Kadis­tanbun Aceh, dalam beberapa waktu terakhir banyak petani di provinsi ujung barat barat Pulau Sumatera, ini kurang maksimal menjalankan usahanya akibat berbagai faktor. Salah satunya, sebut A Hanan, program dari peme rintah masih kurang memadai.

Sementara itu, Menteri Per tanian Syahrul Yasin Limpo, me ngatakan, pemberian pro gram tersebut diha­rapkan da pat membantu pening­katan pro duksi pertanian guna me me nuhi kebutuhan dalam ne­geri, mengurangi impor, dan me­ning katkan volume ekspor. “Dalam peningkatan produksi, Kementan

juga melakukan beberapa upaya dengan menyalurkan sarana pro­duksi (saprodi), alat pra­panen dan pascapanen, mendorong petani un tuk menggunakan fasilitas kre­dit usaha rakyat (KUR) serta pe­ngembangan pertanian berbasis kor porasi dan klaster,” ungkap Men­teri yang akrab disapa SYL, ini.

Syahrul juga berharap kepada Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh untuk melakukan gerakan di lapangan dan menggerakkan Kostratani di kecamatan sebagai ujung tombak sektor pertanian. “Komitmen yang kuat dari semua pihak yang terlibat di masing­masing tingkatan akan menjadi indikator keberhasilan pencapaian sasaran penanaman padi,” jelas Mentan.(*)

Kadistanbun Aceh, A Hanan SP MM, menerima bantuan dari Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, di sela-sela panen raya kawasan persawahan Gampong Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Aceh Besar.

Pelaksana tugas (Plt) Kabid Hortikultura Distanbun Aceh, Fakhrurrazi SP MSc (kanan), menyerahkan produk hortikultura kepada masyarakat di Kantor Distanbun Aceh Unit I, kawasan Lampineung, Banda Aceh.

Page 12: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

12 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

13DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI pROTEKSI

Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rum­pun berbatang semu. Jahe ber asal dari Asia Pasi fik yang tersebar dari India sam pai ke Cina yang dike nal se bagai bangsa yang per­tama kali memanfaatkan ja­he terutama sebagai bahan mi nu man, bumbu masak dan obat­obatan tradisional. Jahe termasuk dalam suku temu­temuan (Zingiberaceae). Nama daerah dari tanaman jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali),jhai (Ma­dura), melito (Gorontalo), dan geraka (Ternate).

Penanaman jahe di Aceh ter­sebar hampir di semua kabu­paten/kota dengan luas areal mencapai ratusan ribu hek tare pada tahun 2019.Pa da tahun 2020, popularitas kon sumsi ta­naman ini ma kin meningkat aki bat mewabah nya virus Covid­19. Hal itu ter jadi karena re busan ek strak jahe dipercayai dapat me ningkatkan imunitas tubuh da lam melawan gejala virus Corona.

Kondisi ini tentu saja mem­beri keuntungan secara eko­nomi bagi petani yang giat

Jika Ada Kendala, Hubungi Fungsional POPT

Adapun penyakit yang sering dijumpai pada tanaman jahe antara lain:1. Penyakit layu bakeri

Gejala yang disebabkan oleh penyakit ini mula­mula he­laian daun bagian bawah me­lipat dan menggulung kemu­dian terjadi perubahan war­na dari hijau menjadi kuning dan mengering. Selanjutnya tu nas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman ma­ti rebah. Rimpang yang sakit akan berwarna gelap dan se dikit membusuk, jika rim­pang dipotong maka akan me­ngeluarkan lendir berwarna pu tih susu sampai kecoklatan. Penyakit ini biasanya menye­rang tanaman jahe pada umur 3­4 bulan yang dipengaruhi

adalah faktor suhu udara yang dingin, genangan air dan kon­disi tanah yang terlalu lem bab. Cara pengendalian pe nyakit layu bakteri adalah, meng­gunakan bibit jahe yang sehat, tanaman jahe yang terkena pe­nyakit harus dikaran tina, pe­ngolahan tanah yang baik serta budidaya tanaman yang sehat, serta pengendalian dengan peng gunaan fungisida yang berbahan aktif Mankozeb 80% dan Carbendazin 50%.

2. Penyakit busuk rimpangPenyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan tumbuh de­ngan baik pada suhu uda­ra 20­25 derajat oC dan te rus berkembang akhirnya me­nyebabkan rimpang menjadi

busuk. Gejala: daun bagian ba wah yang berubah menjadi ku ning dan layu hingga akhir­nya tanaman mati. Pengen­dalian dapat dilakukan de ngan penggunaan bibit yang se hat, penerapan pola tanam yang baik, dan penggunaan fungi sida.

3. Penyakit bercak daunPenyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, kemu­dian masuk melalui luka mau ­pun tanpa luka. Gejala se rangan pada daun yang ber cak­bercak berukuran 3­5 mm, selanjutnya

bercak­ber cak itu berwarna abu­abu dan ditengahnya terdapat bintik­bintik berwarna hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yang terserang bisa mati. Pengendalian da pat dilakukan dengan tinda kan pencegahan maupun penyem­protan penyakit bercak daun sama halnya dengan cara­cara yang dijelaskan di atas.Bagi petani/kelompok ta­

ni yang mengalami kendala me­nge nai hama dan penyakit pa da tanaman jahe di lapangan da pat

menghubungi petugas lapa ngan Pengendali Organisme Peng­ganggu Tumbuhan (POPT) yang ter sebar di setiap Kecamatan di Aceh. Untuk konsultasi dan reko­mendasi pengendalian dapat juga menghubungi Fungsional POPT pa da UPTD BPTPHP ACEH dengan ala mat Jalan P Nyak Makam No­mor 24A Lampineung, Banda Aceh, telepon (0651)7551004. (*)

nPenulis adalah Pengelola Organisme Penganggu Tanaman

pada UPTD BPTPHP Aceh

Penyakit Layu Bakteri Penyakit Busuk Rimpang Penyakit Bercak Daun

Mengenal Hama dan Penyakit pada Tanaman Jahe

Oleh: Bintra Mailina, SP, M.Sc

membudidaya tanaman ja he di Aceh. Dalam budidaya tana­man jahe sering dijumpai se­rangan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tum­buhan (OPT) berupa hama dan penyakit. Sehingga akhirnya mempengaruhi produksi, pro­duk tivitas, serta kualitas jahe. Berikut dipaparkan bebe ra pa jenis hama dan penya kit do­minan yang sering menye rang tanaman jahe.1. Kepik yang menghisap cai ran

daun tanaman jahe hing ga menyebabkan bercak keco­kelatan dan berlubang.

2. Ulat penggesek akar yaitu Aspi diotus hartii, Formosina flavipes, Chalcidomyia atri­

cornis, Eumerus albifrons, Mimegralla coeruleifrons, Ca ­lo bata sp., Celyphus sp. me ­nyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan tana­man jahe menjadi ke ring dan mati.

3. Kum bang pada tanaman jahe, Holotrichia longipennis (tem payak putih) dan Cono­gethes punctiferalis (peng­gerek tunas).Sementara pengendalian da­

pat dilakukan menggunakan bahan­bahan yang ramah ling­ku ngan serta diaplikasikan se cara terpadu sejak awal per tanaman un tuk menghindari se rangan ha ma tersebut yang dikenal de­ngan pengendalian hama ter­

padu (PHT). Adapun langkah­langkah pengendalian yang dapat dilakukan sebagai berikut:1. Mengusahakan pertum bu­

han tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari ha­ma serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman.

2. Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh alami dari hama.

3. Menggunakan varietas ung­gul yang tahan terhadap se­rangan hama.

4. Menggunakan pengen da­lian fisik/mekanik yaitu de ngan mengumpulkan ke­lompok telur, larva, pupa

dan imago dari hama.5. Menggunakan teknik budi­

daya tanaman sehat misal­nya budidaya tumpang sari, rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya un­tuk memutuskan siklus pe­nyebaran hama potensial.

6. Penggunaan insektisida ala mi yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu pada tanaman yang dipanen maupun pada tanah. (*)

Kepik yang menyerang daun tanaman jahe. Gejala serangan yang disebabkan oleh ulat Aspidiotus hartii pada akar jahe

Divisi : SpermatophytaSub-divisi : AngiospermaeKelas : MonocotyledoneaeOrdo : ZingiberalesFamili : ZingiberaceaeGenus : ZingiberSpecies : Zingiber officinale

KLASIFIKASI TANAMAN JAHE

Page 13: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

12 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

13DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI MEKANISASI

Salah satu tahapan dalam ke­giatan penanganan pascapanen biji­bijian pertanian seperti padi, ja gung, kedelai, dan kacang ada­lah proses penyimpanan. Pe­nyim panan biji­bijian tidak bisa di hindari, karena umumnya biji­bijian tersebut dimanfaatkan se­tiap hari, baik untuk dikonsumsi maupun untuk keperluan industri, se mentara panen hanya dapat di­lakukan satu sampai tiga kali da­lam setahun.

Karena itu, untuk memenuhi ke butuhan antarwaktu panen ter­sebut, maka biji­bijian harus di­simpan. Biji­bijian hasil pertanian akan melewati beberapa tahap pe nanganan pascapanen sebelum dapat disimpan. Secara umum, setelah biji­bijian dipanen, maka perlu dilakukan perontokan atau pemipilan, kemudian pengeringan untuk menurunkan kadar air sam­pai batas aman untuk penyim­pa nan, dilanjutkan dengan pem­bersihan kemudian setelah bersih dan kering baru dapat disimpan.

Metode penyimpananSecara garis besarnya terdapat

dua metode penyimpanan, yaitu

Selama penyimpanan, perlu dila kukan beberapa kegiatan untuk menjaga agar kualitas biji­bijian yang disimpan tetap terjaga dengan baik. Minimal ada tiga perlakuan yang harus dilaksanakan selama proses penyimpanan yaitu: aerasi, fumigasi, dan monitoring suhu. Na­mun demikian, umumnya masya­rakat masih belum melaksanakan ketiga perlakuan tersebut dengan baik, atau bahkan sama sekali tidak pernah melakukannya.

Karena itu, sering kita temukan biji­bijian hasil penyimpanan de­ngan kualitas yang jelek seperti ber bau apek, banyak serangga, dan warnanya menjadi kusam. Hal ini terjadi sebagai akibat dari tidak dilakukannya perlakuan­perla kuan perawatan selama proses penyim­panan tersebut. Berikut dijelaskan secara rinci tentang ketiga jenis perlakuan tersebut.

AerasiSelama dalam penyimpanan

biji­bijian tersebut masih mela ku­kan respirasi sehingga mengha­sil kan uap air dan panas. Bila uap

Teknologi Penyimpanan Biji-Bijian Hasil Pertanian

Oleh: Dr. Ir. Nursigit Bintoro, M.Sc

Tiga Perlakuan agar Kualitas Tetap Terjaga

penyimpanan dengan karung da­lam gudang (bag storage) atau penyimpanan curah da lam silo (bulk storage). Kedua cara penyim­panan tersebut dapat dilaku kan, namun untuk kepentingan perlin­dungan kualitas serta kemudahan operasional dan penanganannya selama penyimpanan, maka pe­nyimpanan curah dalam silo akan jauh lebih menguntungkan.

Namun sayang sekali, di Indo­nesia metode penyimpanan cu­rah dalam silo ini masih belum di praktekan secara luas, hanya ter batas pada perusahaan­perusa haan besar saja seperti pada pe ru sahaan pakan ternak atau te pung gandum. Untuk keperluan penelitian, pe nulis bersama de ngan bengkel las di wilayah Sle man, Yogyakarta telah membuat beberapa macam silo ter utama dari bahan pelat besi yang di lengkapi dengan sistem aerasi uda ra dingin. Silo telah diuji untuk penyimpanan biji jagung kering dan dapat bertahan hingga 6 bulan tanpa kerusakkan yang berarti.

PersyaratanSelama penyimpanan kualitas

biji­bijian tidak dapat ditingkatkan, apabila kualitas awal biji­bijian buruk, maka hasil penyimpanan akan tetap buruk meskipun cara

menyimpannya bagus. Karena itu sebelum dilakukan penyimpanan, biji­bijian pertanian tersebut ha ­rus ditangani dengan baik. Bebe ­rapa hal penting yang ha rus diper hatikan sebelum biji­bi jian disimpan yaitu: biji­bijian ha rus kering dengan kadar air mak­simum 14% untuk gabah dan ja­gung; bersih dari bahan­bahan

pengotor; bersih dari serangga dan jamur; serta bersih dari biji­biji yang patah/pecah, karena bagian terbuka dari biji yang pecah akan cepat mendatangkan serangga.

Sedangkan faktor penting yang harus diperhatikan dari ba­ngunan penyimpan baik gudang maupun silon adalah: bangunan penyimpanan harus benar­benar

rapat dan kedap air; bangunan harus bersih dan perlu disemprot dengan iksektisida sebelum pe­nyimpanan; bangunan mampu menjaga suhu dan kelembabannya agar tidak meningkat sehingga per­lu dilengkapi dengan sis tem aerasi; dan bangunan harus mampu mem­berikan perlindungan sehingga hama tidak mudah masuk. (*)

air dan panas ini terus teraku­mulasi didalam massa bijian yang disimpan, maka akan dapat me­ningkatkan kelembaban dan suhu udara ruang simpan. Peningkatan kelembaban dan suhu ini akan me micu timbulnya jamur dan ju­ga serangga. Karena itu, perlu dila­kukan pembuangan uap air dan panas tersebut dengan cara mela ku­kan aerasi.

Aerasi dilakukan dengan ca­ra meng alirkan udara kedalam ba ngu nan simpan untuk tujuan men dinginkan biji­bijian dan mem­buang akumulasi uap air dari da­lam bangunan simpan. Pada pe­nyimpanan dalam silo, aerasi dapat dilakukan dengan mudah, karena umumnya silo yang baik sudah di­lengkapi dengan sistem aerasi yang terdiri dari kipas penghembus uda­

ra, saluran­saluran udara, serta mesin pendingin udara (chiller).

Untuk daerah tro pis sebaiknya udara lingkungan di dinginkan de ngan chiller ter lebih dahulu, ba ru kemudian di ma sukkan ke­da lam bangunan pe nyimpan un­tuk keperluan aerasi. Da pat ju ga menggunakan udara dingin dari air conditioner (AC) de ngan ke­lembaban yang rendah. Aerasi hanya akan efektif dilakukan untuk bangunan silo, penerapannya un­tuk penyimpanan karung dalam gudang tidak akan banyak memberi manfaat. Hal ini juga merupakan salah satu sisi kelemahan dalam penyimpanan dalam gudang.

Fumigasi Di daerah tropis, dimana suhu

dan kelembaban yang tinggi setiap hari, merupakan kondisi yang me­rugikan untuk penyimpanan biji­bijian, karena kondisi tersebut men­dukung perkembangan serangga maupun jamur. Karena itu, kita akan dapat menjumpai serangga setiap hari sepanjang tahun. Demikian pu la yang terjadi pada bangunan simpan biji­bijian, umumnya se­rang ga akan tetap muncul meskipun cara penyimpanan yang baik telah dipraktekan, untuk itu diperlukan perlakuan fumigasi.

Fumigasi merupakan suatu per lakuan untuk memberantas se­rangga pada massa biji­bijian yang

disimpan. Kegiatan ini salah satunya dilakukan dengan cara memasukan uap obat fumigant yang beracun kedalam bangunan simpan. Untuk bangunan silo, fumigasi ini dapat dilakukan dengan mudah, obat fumigant ini bekerja seperti kapur barus dan cukup diletakkan pada saluran masuk udara aerasi.

Monitoring suhuSuhu biji­bijian yang disimpan

perlu dimonitor dengan melakukan pengukuran setiap hari. Suhu massa bijian merupakan petunjuk yang baik untuk mengetahui tingkat kerusakkan biji­bijian dalam penyimpanan. Suhu yang tinggi biasanya timbul akibat dari adanya serangan serangga, ja­mur, peningkatan kadar air atau ter jadinya akumulasi air dan panas didalam massa biji­bijian yang disimpan.

Dengan melakukan pengukuran suhu massa biji­bijian, maka bila terjadi kenaikkan suhu yang tidak wajar bisa segera diambil tindakan untuk penyelamatan. Tindakan tersebut dapat berupa pengaliran udara aerasi, fumigasi, atau bahkan mengeluarkan biji­bijian untuk dikeringkan lagi.

nPenulis adalah Dosen Teknik Pertanian dan Biosistem,

Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada (UGM)

Yogyakarta

Silo hasil konstruksi penulis untuk keperluan penelitian dari kapasitas 0,5-20 ton jagung pipil.

Kondisi jagung yang masih bagus setelah disimpan dalam silo selama enam bulan.

Page 14: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

14 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

15DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI MILENIAL

B itata merupakan sing ka tan dari “Biar Tambah Taq wa.” Tujuannya sebagai

ma ta pencarian yang berkah ber bentuk harta, pahala, dan man faat bertambah. Bitata Food adalah usaha yang bergerak di bidang kuliner, didirikan oleh Anshar Zulhelmi MA, pada 28 Maret 2017. Lulusan S2 Inter­national Islamic University Islam abad, Pakistan, ini men­jalan kan usaha bersama istrinya Ratu Nur Annisa SH.

Bitata Food dengan tagline ‘Selera Khas Aceh’ ini memiliki lima produk terlaris (best seller) yaitu bumbu nasi minyak ori ­ginal khas Aceh, bawang go ­reng premium, crispy gar lic, stik keju, dan keripik kentang.

Bitata Food, Pelopor Bawang Goreng Premium

Un tuk me menuhi per min taan kon­su men yang ma kin hari ma kin me­ningkat, usaha mi lik pasangan sua­mi istri ini se tiap bulan mem butuh­kan ba han baku ber upa bawang me rah 2 ton, bawang pu tih setengah ton, dan kentang 1 ton.

“Saat memulai usaha ini, saya dan suami yang kerja sen­diri. Tapi, lama kelamaan per­min taan produk kami mulai me ningkat. Seiring dengan itu, se cara bertahap kami juga me­nam bah tenaga kerja. Saat ini ada tujuh pekerja tetap dan 10 pekerja lepas. Sekarang, rumah produksi kami berlokasi di Gam­pong Peunyerat, Kecamatan Ban­da Raya, Banda Aceh,” jelas CEO Bitata Food, Ratu Nur Annisa SH, menjawab Haba Tani, pekan lalu.

Menurut Ratu­­sapaan akrab

Ratu Nur Annisa­­, bahan baku un tuk produk yang dihasilkan pi haknya ada yang dibeli dari se jumlah pasar tradisional di Banda Aceh serta ada juga yang di beli langsung dari petani di Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. “Kita sengaja membeli bahan baku di beberapa tempat, agar banyak pihak yang ikut menerima manfaat dari usaha yang kami jalankan,” ujarnya.

Untuk area pemasaran pro­duk, Ratu mengatakan, saat ini produk Bitata Food sudah ter­sedia di 47 stores yang ada di Aceh, seperti Suzuya Banda Aceh, Indomaret, se jumlah mini mar ket, dan be be ra pa to ko lain. “Ka mi ju­ga ada mem buka Sub Distributor di Medan, Jakarta, dan Bandung. Se dang kan me­la lui on line, ane­ka makanan yang kami produksi bisa dipesan me lalui Shopee, Bukalapak, dan Tokopedia,” timpal Ratu.

Soal strategi pemasaran yang digunakan hingga usaha Bitata Food bisa berkembang dengan cepat, Ratu mengatakan, pihaknya memasarkan produk me lalui berbagai me dia (wahana) baik online mau pun offline. “Ka lau media online, ka mi mema sar kan produk me lalui face book dan in stagram @bita tafood, market pla ce (Shopee, Buka lapak, dan Toko pedia), media cetak melalui

brosur, pameran (Banda Aceh Expo, Aceh Cullinary Festival, PKA, AgroExpo, dan UMKM Expo), serta promo seba potong,” rincinya.

Ditanya berapa harga jual masing­masing produk yang di­hasilkan pihaknya, Ratu me­nye butkan, untuk bumbu nasi minyak khas Aceh dijual 1 botol isi 200 mililiter (ml) Rp 30.000 dan 1 sachet isi 70 ml Rp 12.000. “Bumbu nasi minyak dari Bitata Food hadir untuk memudahkan masyarakat yang ingin menikmati ‘bu mi nyeuk’ khas Aceh dengan ce­pat dan har ga ter jangkau,” kata

Ratu. Bawang go reng pre mium yang

d i p r o d u k s i de ngan re­sep khusus da ri nenek

( n e k t u ) , m e n u r u t Ratu, meng­gunakan ba­wang merah Aceh berkualitas pilihan, sudah teruji proses produksinya secara modern, dan ada sertifikat halal dari LPPOM MPU Aceh. Bawang goreng pre­mium 100 gram dikemas dalam botol yang menarik/ekslusif,

se hingga mu dah dibawa dan disantap dimana saja dan dengan menu apa saja. “Satu bo tol bawang go reng pre mium isi 100 gram har­ganya Rp 35.000,” im buh nya.

Adapun stik ke ju dengan va­rian rasa original, ba lado, jagung bakar, dan cokelat, sebut Ratu, dijual Rp 20.000 untuk 1 kemasan isi 80 gram. Sementara harga 1 botol crispy garlic premium isi 100 gram Rp 30.000. Sedangkan keripik kentang organik memakai bumbu tabur alami rasa balado dan jagung bakar, tambah Ratu, harga satu kemasan isi 100 gram Rp 20.000. “Dalam menjalankan usaha ini, kami juga bermitra dengan Pemerintah Aceh dan Pemko Banda Aceh, Bank Indonesia, serta koperasi,” ujar Ratu.

Selain menjual dengan bebe­rapa cara dan di sejumlah tempat, tambah Ratu, pihaknya juga me­

nerima order untuk semua pro­duk pa da hari­hari be sar

Islam ter utama Hari Raya Idul Fitri dan

Idul Adha ser ta berbagai aca ra lainnya. “Ta pi, pesannya harus ce pat karena kami harus

menyetok bahan bakunya. Jika ada

yang ingin mencoba snack khas Aceh produksi

Bitata Food, bisa menghubungi admin melalui nomor 082259679534. Untuk info katalog produk kami juga bisa dilihat di website www.bitatafood.com,” pungkas Ratu Nur Annisa. (*)

Sekolah Lapangan Agribisnis untuk Petani Kentang

Kentang (Solanum tube­rosum L) merupakan salah sa­tu komoditi prioritas untuk di kembangkan karena dapat di gunakan sebagai sumber kar­bohidrat, bernutrisi tinggi ter­utama vitamin dan mineral, yang mempunyai potensi da­lam diversifikasi pangan. Per­mintaan kentang dalam bebe­rapa tahun terakhir ini juga cen derung meningkat seja lan dengan banyaknya makanan yang diproduksi oleh masyarakat, selain untuk sayuran. Dalam konteks Aceh, kentang menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat dataran tinggi (Bener Meriah dan Aceh Tengah).

Karena itu, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh melalui Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM Per­tanian Perkebunan, pada 7­9

Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh, Mukhlis SP MA, mengatakan, tujuan dari pelatihan ini adalah membantu peserta me­mahami dasar­dasar dan prinsip berbudidaya kentang, serta pe­ngen dalian HPT, membantu pe­serta untuk malakukan peraktek budidaya dan pengendalian HPT, serta meningkatkan keterampilan petani tentang tehnik pengolahan pasca panen komoditi kentang menjadi produk olahan berupa do nat kentang, stik kentang, dan keripik kentang. Sehingga pe tani memperoleh penghasilan tam ba­han dari olahan kentang.

Selanjutnya, sebut Muklis, ke giatan ini diadakan guna me­ningkatkan keterampilan petani tentang teknik pengemasan pro­duk olahan komoditi kentang serta fungsi dan manfaat ke­masan. “Se telah mengikuti pelati­han ini, peserta kita harapkan me ma hami secara komprehensif dan mampu melakukan budidaya dan pengolahan pascapanen ken­tang menjadi produk olahan dan menyebarluaskan ke komunitas­nya di lokasi masing­masing,” jelas

Muklis didampingi Kasie Pela tihan dan Pendidikan, Ir Safitri.

Adapun narasumber yang di ha dirkan pada kegiatan pela­tihan sekolah lapang agribisnis komo diti kentang ini berasal dari Dis tanbun Aceh serta Dinas Per­ta nian dan Pangan Bener me riah. Materi budidaya komoditi ken tang dan pengendalian hama penyakit tanaman, sebut Safitri, disam­paikan oleh petani berhasil di wilayah itu, Syahrial, bersama Ko­ordinator BPP Redelong, Ikhsan SP.

Materi tentang peranan pu­puk organik untuk memper baiki kesuburan tanah dan mening­katkan hasil panen dijelaskan oleh Kasie Penyuluhan Dinas Pertanian dan Pangan Bener Meriah Ma­teri mengenai pengemasan dan pe masaran komoditi ken tang disampaikan oleh Kasie Pengo­lahan dan Pemasaran horti­kul tura Distanbun Aceh, Yuni Safitri SPT. Sedangkan materi soal pengolahan dan praktek pe ngo lahan komoditi kentang men jadi produk olahan kentang disampaikan oleh Rita dari SMK­PP Negeri Saree, Aceh Besar. (*)

Oktober 2020, mengadakan pela­tihan sekolah lapang agribisnis komoditi kentang untuk petani di Bener Meriah. Peserta pelatihan ini sebanyak 50 orang peserta yang berasal dari Kelompok Tani ‘Permata Tani’ Desa Bale Purnama,

Kecamatan Permata, dan Kelompok Tani Cempaka ‘Cempaka’ Desa Kute Tanyung, Kecamatan Bukit. Masing­masing kelompok tani mengirim 25 peserta.

Kabid Penyuluhan dan Pengem­bangan SDM Pertanian Perkebunan

Peserta pelatihan petani dan pelaku agribisnis komoditas kentang di Bener Meriah memperlihatkan produk olahan mereka.

Page 15: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

14 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

15DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI LUAR NEGERI

Gandum adalah tanaman yang banyak tumbuh di Eropa uta ra. Roti gandum adalah hasil olahan gan dum yang menjadi ma kanan pokok dengan sejarah panjang. Mengapa gandum sejak lama sering disebut sebagai je­nis Serealian (padi­padian) ung­gul? Menjawab pertanyaan ter se­but, singkatnya karena gan dum adalah material yang mem buat roti jadi istimewa. Sejarah telah

menjawabnya. Kan dungan di dalamnya memungkinkan gan­dum (beragi atau tidak) menye­suaikan diri dengan panggangan yang berbeda, seperti panggangan yang berbeda di Mesir atau Ro­mawi.

Itu akhirnya memungkinkan variasi bentuk roti yang berbeda­beda di banyak tempat, seperti yang dilihat pada perbedaan pretzel dan roti panggang (toast). Warisan

Wakil Sekretaris Jenderal Pusat Administrasi Provinsi Perbatasan Thailand Selatan (SBPAC), Chon­than Saengphum, menggelar per­te muan dan lokakarya dengan lima federasi petani di Thailand Sela tan di Hotel Garden, Distrik Hat Yai, Provinsi Songkhla, bebe­rapa waktu lalu. Prtemuan terse­but membahas pembangunan eko nomi di lima provinsi perba­tasan Thailand Selatan, yakni Yala, Pattani, Narathiwat, Songkhla, dan Provinsi Satun. Pertemuan juga mendiskusikan fondasi pemba ngu­nan ekonomi di Thailand Selatan.

Chonthan Saengphum menga­takan, pertanian industri di pro­vinsi perbatasan Thailand se la tan adalah salah satu cara pen ting untuk menyelesaikan perma­sa lahan ekonomi. Pertanian in­dus tri bertujuan meningkatkan kua litas hidup dan kesejahteraan masyarakat Thailand Selatan se­suai dengan kebijakan peme rintah Thailand. Industri perta nian di Thailand Selatan, menurutnya, akan diperbaiki dan diintegrasikan dari hulu ke hilir. Hubungan pro­duksi dan perdagangan akan ter integrasi agar menghasilkan pem bangunan ekonomi yang men­sejah terakan masyarakat Thailand Selatan.

SBPAC telah memulai lokakarya untuk mengembangkan dasar eko nomi di 5 provinsi perbatasan Thailand Selatan. Tujuannya agar para petani di 5 provinsi per ba­tasan Thailand Selatan bisa me­lihat gambaran yang jelas ten tang keberhasilan bersama di masa depan. Para petani juga di ajak berkontribusi secara te rus menerus

Gandum, Roti Eropa Utara yang Berubah dari Masa ke Masa

budaya telah membentang di se­luruh dunia soal roti gandum. Itu mengapa roti gandum jadi sa ngat dicintai. Ia menawarkan begitu banyak hal untuk dipelajari. Eropa Utara, misalnya, lekat sekali dengan kultur kuliner roti gandum. Kawasan itu, dari Finlandia sampai Irlandia, adalah rumah bagi gan­dum dan jelai musim semi.

Korn berarti jelai dalam bahasa Swedia dan Norwegia, sementara di Skotlandia corn berarti gandum. Keduanya memang sering dipadu­kan, baik di ladang pertanian mau pun ketika sudah jadi tepung. Bahan­bahan tersebut banyak dikon sumsi sebagai bubur atau bir. Jenis roti di sana adalah roti tipis tak beragi yang dikeringkan untuk penyimpanan jangka panjang, serta

roti goreng tradisional bannock yang berbentuk bundar dan tipis. Roti itu dipanggang di batu datar atau pelat besi di atas api, biasanya di perapian rumah.

Di utara Swedia dan Irlandia, bannock dimiringkan menghadap api dan dipanggang lewat hantaran panasnya saja. Roti tipis biasanya dipanggang dua kali setahun dan disimpan, atau dikonsumsi ketika terdapat kelangkaan pasokan. Pada abad pertengahan, roti gandum mengalami kelangkaan dan hanya tersedia untuk sedikit orang yang punya hak istimewa. Penemuan puisi yang berasal dari kawasan Eropa Utara sekitar tahun 1.100 M menjelaskan dewa Heimdall mengunjungi dunia dalam bentuk manusia bernama Rig. Kemanapun

Rig pergi, dia dijamu denga baik, meski menunya berbeda.

Di rumah para budak Rig dila­yani “bannock pucat yang berat dan tebal, penuh dengan sekam gan dum, tepung kasar dicampur dengan air, tanpa ragi dipanggang di atas bara yang diselimuti daun ka­yu atau kubis.” Roti seperti itu dite­mukan di Swedia bagian tengah, diper kirakan berasal dari tahun 700 M.

Di mansion Earl, Rig ditawarkan makanan yang lebih enak. Meja itu ditaruh dengan kain lenan halus dan roti yang diberikan adalah tuna hleifa, roti tawar tipis dan putih. Diceritakan bannock dipanggang di atas batu datar atau wajan besi, teksturnya halus dan warnanya putih hasil ayakan gandum. (kulineria.id)

Industri Pertanian Sejahterakan Petani Thailand

dalam “Pertanian indus tri” untuk kebutuhan lokal dan ekspor.

Lebih dari 1 juta masyarakat Thailand Selatan berprofesi seba­gai petani. Dibutuhkan pengem­bangan bidang pertanian yang terarah dan berkelanjutan. Dibu­tuhkan pula pedoman yang dapat menghubungkan semua organisasi untuk saling bekerja sama.

Chonthan Saengpum menga­takan menghubungkan industri per­tanian di Thailand Selatan ada lah hal penting, karena provinsi perbatasan selatan memiliki la han yang subur dan berpotensi dikem bangkan men­

jadi perta nian industri. Tujuan dari perta nian industri itu sendiri untuk kese jahteraan masyarakat Thailand Selatan.

Ia mengungkapkan, dalam loka­karyaa itu dibahas rencana kerja mencakup; pengalokasian lahan subur untuk petani agar dapat se­penuhnya memanfaatkan lahan pertanian; memperkuat struktur dasar pertanian seperti sistem irigasi, sistem struktur tanah, teknik cocok tanam, dan agroindustri; memecahkan masalah utang pe tani dengan sistem keuangan masya­rakat berbasis dana petani di tingkat

desa.Selain itu menghubungkan

sek tor pertanian ke pertanian in dustri dengan berbagai per­usahaan pertanian untuk me­masok kebutuhan lokal dan ek­spor; serta mempersiapkan sum­ber daya manusia yang unggul di bidang pertanian. SBPAC, tam­bah Chonthan Saengpum, sudah bekerja sama dengan sektor swas ta untuk meningkatkan per­tanian di Thailand Selatan, ter­masuk pertanian industri di Cha­na, Songkhla. Daerah­daerah lain juga akan dikembangkan

un tuk pertanian industri yang akan membawa stabilitas dan ke­makmuran bagi para petani Thai­land Selatan di masa depan.

“SBPAC telah bekerja sama dengan sektor swasta untuk me­ningkatkan pertanian di Thailand Selatan, termasuk pertanian in dustri di Chana, Songkhla. Daerah­daerah lain juga akan dikembangkan untuk pertanian industri yang akan membawa stabilitas dan kemakmuran bagi para petani Thailand Selatan di masa depan,” pungkasnya. (suarapatani.com)

FOTO PIONEER.COM

Peneliti melihat serangan hama pada tanaman jagung di Thailand.

FOTO DOKTER.ID

Gandum dan roti dari gandum.

Page 16: Bitata Food, - Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh

16 DISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

PBDISTANBUN ACEHEdisi IV/2020

http://www.distanbun.acehprov.go.id/ - http://www.penyuluhanaceh.com Jl. T. Nyak Makam No. 24 Lampineung / Jl. T. Nyak Arief (Komp. Keistimewaan Aceh) No.4 WA: 0823 1199 1200 Telp: (0651) 7552041 - 7555324

@pertanian_aceh@Penyuluhan_aceh

pertanian acehBidang Penyuluhan Distanbun Aceh

[email protected]

HABATANI Iklan

AlhamdulillahAtas rahmat Allah SWT

dan kerja keras serta dukungan semua pihak khususnya para petani,

Aceh menerima penghargaan PINEMAS atas Kinerja Capaian Produksi

Beras Peringkat � NasionalTahun ����

PEMERINTAH ACEH

Plt Gubernur Aceh

Ir. Nova Iriansyah, MT

Sekretaris Daerah Aceh

dr. Taqwallah, M.Kes