Imunologi By Elni Sumarni, S.Si SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI Program Study S1 Keperawatan https://stikeskotasukabumi.wordpress.com
ImunologiBy
Elni Sumarni, S.Si
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Program Study S1 Keperawatan
https://stikeskotasukabumi.wordpress.com
Imunologiilmu yang mempelajari serum spesifik dan faktor-faktor jaringan yang mempertahankan tubuh terhadap bahan-bahan asing.
Antibodisuatu subtansi (Protein) yang dihasilkan oleh hewan sebagai tanggapan terhadap masuknya suatu antigen
Dasar Imunologi
Infeksimasuknya penyakit kedalam tubuh,(terutama mikroba) / ketularan penyakit yang belum diketahui penyebabnya.
Faktor-faktor terjadinya infeksi1. Agen penyakit2. Reservoir / sumber3. Lingkungan4. Penularan
Kekebalan dibagi dalam 2 golongan besar:1. Kekebalan alam (natural immunity), sudah ada sejak
lahir2. Kekebalan didapat (acquired immunity), didapat
selama hidup
Kekebalan
alam(natural) didapat(acquired)
aktif pasif
alam buatan alam
buatan
sakit vaksinasi transplasenta
serum
Pembagian Imunitas
Reaksi umumnya spesifik, ada beberapa ditemui reaksi silang (cross-reaction)
Reaksi reversibel Antigen dan antibodi bergabung dalam
jumlah yang variable Merupakan reaksi kimia karena yang
bergabung merupakan gugus-gugus spesifik Molekul-molekul antibodi yang sama sering
merefleksikan aktivitas yang sama.
Reaksi Imunologi
Sistem imun pada tubuh terdiri atas 2 komponen utama, yaitu :
1. Limfosit B, limfisit B berasal dari sel-sel sum-sum tulang pada hewan yang lebih tinggi dan dari bursa fabrikus pada burung
2. Limfosit T, limfosit T berasal dari kelenjar timus. Limfosit T dipersiapkan oleh atau mempunyai
ketergantungan dari kelenjar timus dan berperan dalam kekebalan seluler
Limfosit-B, mempunyai ketergantungan dari bursa dan berperan dalam sistesis antibodi humoral.
Limfosit-T terlibat dalam berbagai proses imunologik yang diperantarai oleh sel. Seperti penolakan terhadap cangkok jaringan, reaksi hiversensitivitas pertahanan tubuh terhadap sel-sel ganas serta virus.
Sistem Imun Tubuh
Struktur dasar imunoglobulin terdiri dari 4 rantai polipeptida :2 rantai berat (heavy chain = H)2 rantai ringan (light chain = L)Yang disatukan sebagai tetramer (L2H2) oleh rantai disulfida
(ringan) …….
(berat) ……….
(berat) ………
(ringan) ………
Struktur Dasar Imunoglobulin
S
S
S
S
S
S
Rantai L dibedakan menjadi 2:1. Rantai-ќ (kapa) 2. Rantai-λ (lambda)
Yang dapat dibedakan berdasarkan perbedaan struktur pada regio CL. Pada setiap orang sehat ditemukan perbandingan rantai-ќ 65% dan rantai-λ 35%
Rantai L
Ada 5 tipe rantai berat (H), dan semua kelompok ini dapat dibedakan berdasarkan perbedaan pada regio CH nya.
1. Imunoglobulin G (IgG) disebut rantai-γ (gamma)
2. Imunoglobulin A (IgA) disebut rantai-α (alpha)
3. Imunoglobulin M (IgM) disebut rantai-μ (mu)
4. Imunoglobulin D (IgD) disebut rantai-δ (delta)
5. Imunoglobulin E (IgE) disebut rantai-ε (epsilon)
Rantai H
Pada reaksi imun sekunder yang diproduksi terbanyak adalah IgG.
IgG mampu menembus jaringan plasenta, memberikan proteksi utama pada bayi terhadap infeksi.
IgG dikeluarkan melalui cairan kolostum dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah daya kekebalan
IgG mudah menyebar kedalam celah-celah ekstravaskuler, menetralisir toksin kuman
IgG dibedakan menjadi 4 subclasses yaitu, IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4. perbedaannya terletak pada rantai berat.
Imunoglobulin G
Anti bodi utama dalam respons sekunder Menggalakan pembunuhan bakteri Menetralkan toksin bakteri dan virus.
Melintasi plasenta
Fungsi IgG
Terdapat dalan serum sebagai monomer 7S Dapat dikeluarkan secara selektif didalam
sekresi, seperti saliva, keringat air mata, lendir hidung, sekresi saluran pernafasan dan sekresi saluran pencernaan
Fungsi IgA,bergabung dengan antigen, dalam pencegahan melekatnya mikroorganisme pada sel mukosa
Imunoglobulin A
IgM terdapat dalam bentuk polimer terdiri dari 5 subunit molekul 4-peptida, dhubungkan dengan rantai –J
Polimer IgM dalam bentuk bebas berbentuk seperti binatang, bentuk terikat pada permukaan sel seperti kepiting
IgM mempunyai valensi tinggi, efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik
Isohemaglutinin (anti-A, anti-B) pada golongan darah terdiri dari IgM
Imunoglobulin M
IgD sebagai antibodi terhadap inti sel
IgD terdapat pada permukaan sel limfosit dalam tali pusar, merupakan reseptor pertama dalam permulaan kehidupan sebelum diambil alih oleh fungsinya oleh IgM.
Imunoglobulin D
Didalam serum konsentrasinya sangat rendah, kadarnya akan naik pada infeksi parasit tertentu, terutama oleh cacing
Jika disuntikan pada kulit akan terikat pada mast cells.
Kontak dengan antigen akan menyebabkan degranulasi dari mast cell dengan pengeluaran zat amin yang vaso-aktif.
Imunoglobulin E
Antigen Adalah bahan yang asing untuk badan, yang didalam manusia atau organisme multi seluler lain dapat menimbulkan pembentukan antibodi terhadapnya dengan antibodi itu antigen dapat bereaksi secara khas (sujudi)
Antigenadalah zat yang dapat merangsang pembentukan antibodi jika di injeksikan kedalam tubuh. Antibodi ini dapat bereaksi secara spesifik dengan antigen yang dapat menyebabkan pembentukan antibodi tersebut (koes irianto)
Antigen
Hapten suatu senyawa dengan molekul kecil, yang secara tersendiri tidak dapat menimbulkan pembentukan antibodi, tetapi dapat bergabung dengan antibodi yang ditimbulkan oleh suatu molekul besar yang memiliki suatu satuan struktur yang sama atau identik dengan hapten
- Adalah satuan struktur pada molekul besar yang menentukan kespesefikan imunologis.
- Dapat merupakan sebagian atau keseluruhan dari hapten.
- kespesifikan antigen ditentukan oleh susunan kimia dari sebagian kecil molekul.
- Mengandengkan gugus-gugus seperti COOH, -ASO3H2 pada suatu cincin benzena dengan protein serum (dengan reaksi diazo)
Determinan Antigen
SpesiesEx: zat dekstran, suatu polimer dari glukosa, bersifat antigen pada manusia dan tikus tetapi tidak pada kelinci dan marmut
Jenis Cara dan dosis
cara memberikan suntikan dan waktu yang berlalu diantara 2 suntikan dapat mempengaruhi pembentukan antibodi selain jumlah antugen sendiri
Adjuvan bahan yang berupa emulsi yang mampu memperkuat antigen dalam kemampuanya merangsang terbentuknya antibodiContoh : emulsi-air minyak presipitat alumunium, emulsi partikel bentonit
Faktor-faktor yang mempengaruhi imunopotensi
1. Berdasarkan sifat kimiawi : seperti antigen protein, antigen polipeptida sintetik, antigen karbohidrat.
2. Berdasarkan hubungan genetik dari asal antigen dan penerima antigen:a. antigen histokompatibilitas, yaitu antigen yang menimbulkan reaksi pada transpantasi jaringan.b. Auto-antigen, yaitu antigen yang dimiliki oleh seseorang akan tetapi karena sesuatu hal menimbulkan pembentukan antibodi terhadapnya.c. Iso-antigen, antigen yang terdapat dalam individu lain dalam spesies yang sama namun secara genetik, dapat dikenal oleh penerimanya.d. Allo-antigen, antigen yang terdapat pada individu tertentu dan dapat menimbulkan antibodi pada individu lain dalam satu spesies.
Pembagian dan Pemberian nama antigen
Pengertian alergialergi adalah suatu tipe reaksi antigen / antibodi yang ditandai dengan suatu respons fisiologis yang berlebihan terhadap suatu zat pada individu yang rentan.
Jenis alergiberdasarkan kecepatan timbulnya reaksi alergi dibedakan menajadi 2 golongan:1.Tipe cepat (immediate type, antibody-immediated)2. Tipe lambat (delayed type, cell-mediated)
Hubungan sistem imun dengan beberapa kelainan dalam klinik
Bedasarkan reaksi hipersensitivitas dibedakan menjadi 5 golongan
- Tipe I : anafilaksis- Tipe II: Cytotoxic-Tipe III: complex-mediated- Tipe IV: cell-mediated (delayed type)- Tipe V: Stimulatory hypersensitivity
pada manusia ditemukan berupa alergi lokal bila berjkontak dengan debu, bulu binatang.
kontak antigen IgE pada sel mukosa saluran pernapasan dapat menimbulkan gejala asma.
obat antihistamin umumnya dapat meningkatkan gejala alergi
Tipe I-Anafilaksi
Reaksi antara antibodi dengan antigen pada permukaan sel, contonya hemaglutinasi dan hemolisis.
Pada tranfusi darah dengan golongan darah yang tidak sesuai, isoaglutinin pada resipien akan bereaksi dengan antigen pada permukaan sel darah merah donor menyebabkan reaksi yang berat.
Reaksi obat, disebabkan timbulnya ikatan antara obat dengan permukaan sel di dalam peredaran darah dan meragsang terbentuknya antibodi yang mengakibatkan reaksi sitotoksis
TiPe II-Cytotoxic hypersensitivity
Pembentukan suatu kompleks oleh antigen dan antibody dapat menyebabkan pengaktifan sistem komplemen dan penggumpalan trombosit
Pada keadaan antibodi yang berlebih komplek yang dibentuk akan berpesipitasi ditempat masuknya antigen.
Jika antigen yang berlebih akan dibentuk komplek yang dapat larut dan menyebabkan reaksi sistemik serta ditimbun di dalam ginjal, sendi dan kulit.
Kompleks antibodi-antigen menyebabkan penyakit glomerulo-nefritis
Tipe III-Complex Mediated
Sel limfosit –T dengan reseptor sfesifik pada permukaan akan dirangsang oleh antigen mengeluarkan zat limfokin
Limfosit yang terangsang mengalami transformasi menjadi besar seperti limfoblas yang mampu merusak sel target yang mengandung antigen dipermukaannya
Tipe IV-Cell mediated
Pada penderita tirotoksikosis terdapat auto-antibodi terhadap antigen di permukaan sel tiroid dan apabila menempel di permukaan sel tiroid maka akan terjadi kelainan yang merangsang aktinitas sel itu, seperti perangsangan oleh TSH.
Pada keadaan ini rangsangan terjadi tidak terkontrol (LATS= Long Acting Thyroid Stimulator)
Tipe V-Stimulatory Hypersensitivity
Kelainan pada kadar imunoglobulin disebabkan oleh terganggunya kecepatan produksi atau sekresi imunoglobulin.
Mieloma, terbentuk oleh tumor klonal sel-sel plasma
Hipogamaglobulinemia, kekurangan produksi IgA atau IgG.
Penyakit glomerulo-nefritis (antigen berlebih)
Penyakit lupus eritematosis sistematik (SLE) AIDS, akibat kehabisan berat dari sel T
Imunodefisiensi