i PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LIDAH BUAYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL HDL DAN LDL SERUM TIKUS PUTIH HIPERKOLESTEROLEMI SKRIPSI Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Disusun Oleh Nama : Umi Kotiah NIM : 4450402020 Program Studi : Biologi Jurusan : Biologi Fakultas : MIPA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK LIDAH BUAYA TERHADAP
KADAR KOLESTEROL HDL DAN LDL SERUM TIKUS PUTIH HIPERKOLESTEROLEMI
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata I
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains
Disusun Oleh
Nama : Umi Kotiah
NIM : 4450402020
Program Studi : Biologi
Jurusan : Biologi
Fakultas : MIPA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya Terhadap Kadar
Kolesterol HDL dan LDL Serum Tikus Putih Hiperkolesterolemi.
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada,
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris Drs. Kasmadi IS., M.S Ir. Tuti Widianti, M.Biomed NIP. 130781011 NIP. 130781009 Pembimbing I Anggota Penguji Dra. Aditya Marianti, M.Si 1. Ari Yuniastuti, S.Pt, M.Kes NIP. 132046851 NIP. 132207401 Pembimbing II 2. Dra. Aditya Marianti, M.Si NIP. 132046851 Dra. Retno Sri Iswari, SU 3. Dra. Retno Sri Iswari, SU NIP. 130781007 NIP. 130781007
iii
ABSTRAK
Pola dan gaya hidup masyarakat yang serba instan berdampak pada peningkatan kadar kolesterol dalam darah atau hiperkolesterolemi merupakan tahap awal aterosklerosis yang dapat menimbulkan penyakit jantung. Lidah Buaya mengandung glukomanan yang berpotensi menurunkan LDL-kolesterol dan menaikkan HDL-kolesterol. Glukomanan dapat menurunkan kolesterol dengan 2 cara. Pertama, dengan mengikat kolesterol dalam asam empedu. Kedua, mengikat asam lemak sehingga menghalangi sintesis kolesterol.
Penelitian ini menggunakan desain Post Test Randomized Control Design. Sampel adalah tikus putih jantan dewasa strain wistar yang dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan (dosis 0,5 ml/200grBB/hari, 1 ml/200grBB/hari dan 1,5 ml/200grBB/hari). Ada 4 variabel dalam penelitian ini, dosis pemberian ekstrak Lidah Buaya (variabel bebas), kadar HDL-kolesterol dan LDL-kolesterol (variabel tergantung), strain, jenis kelamin, umur, jenis pakan dan ukuran kandang (variabel kendali), keadaan kandang (variabel rambang), tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Data diuji dengan anava satu jalan dan diuji lanjut dengan uji BNT.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar kolesterol-HDL setelah perlakuan pada perlakuan A (44,8 mg/dl), B (48,2 mg/dl), C (57,2 mg/dl), D (66 mg/dl). Rata-rata kadar kolesterol-LDL setelah perlakuan pada perlakuan A (121,2 mg/dl), B (84,2 mg/dl), C (32,6 mg/dl), D (25,4 mg/dl). Dilakukan uji lanjut dengan BNT pada kadar kolesterol-HDL menunjukkan perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan C dan D, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan B. Sedangkan pada kadar kolesterol-LDL menunjukkan perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A dan B, dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan D. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Lidah Buaya pada dosis 1,5 ml/200grBB/hari efektif menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL serum tikus hiperkolesterolemi.
Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak Lidah Buaya efektif menurunkan kadar kolesterol-LDL dan meningkatkan kolesterol-HDL darah tikus putih hiperkolesterolemi. Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekstrak Lidah Buaya terhadap manusia penderita hiperkolesterolemi.
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
”Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya”(Al-Isra’ :36).
”Jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya
dengan yang lebih baik”(HR. Ahmad).
Sesuatu yang kita harapkan kadang tidak bisa diraih......... Itu artinya bahwa hidup ini
memang bukan milik kita, tapi milik-Nya. (Penulis)
Persembahan :
Ibu dan Bapakku yang telah bersabar membesarkan, mendidikku tentang cinta,
kesopanan dan menghalalkan makan minumku.
Mbak Qorry, mbak Yat, mbak har atas dukungan dan bantuannya untukku selama ini.
Kemenakanku Lilik, Uyun, Raihan dan Andin yang dengan kehadirannya membuat
hidupku lebih berarti.
Seluruh warga ”Fadhillah Cost”, Kos yang begitu sederhana bila dilihat dari luar tetapi
di dalamnya ada kedamaian yang tak dapat ditemukan di tempat lain.
v
KATA PENGANTAR
Selayaknya puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul ” Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya Terhadap Kadar Kolesterol
HDL dan LDL Serum Tikus Putih Hiperkolesterolemi”.
Penyakit jantung merupakan penyakit mematikan yang diawali dengan
gejala hiperkolesterolemi yang dicirikan dengan peningkatan kadar kolesterol
LDL dan penurunan kadar kolesterol HDL, sehingga banyak dilakukan usaha
untuk meminimalisir terjadinya hiperkolesterolemi, usaha tersebut antara lain
dengan mengkonsumsi makanan yang memiliki sifat hipokolesterolemi. Lidah
Buaya merupakan salah satu diantaranya, sehingga perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap kadar kolesterol LDL
dan HDL darah penderita hiperkolesterolemi.
Pada kesempatan ini penulis menyatakan rasa terima kasih teramat dalam
kepada berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan, terutama
kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
menyelesaikan studi di UNNES.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Kepala Jurusan Biologi yang telah memberikan kemudahan kepada penulis
dalam menyusun skripsi ini.
vi
4. Ibu Dra. Aditya Marianti, M.Si, sebagai Dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Dra. Retno Sri Iswari, SU, Dosen pembimbing II yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Ari Yuniastuti, S.Pt, M.Kes, selaku Dosen Penguji atas kesediaan dan
waktunya untuk memberi saran yang bermanfaat dalam skripsi ini.
7. Segenap Pengurus Laboratorium Biologi FMIPA UNNES, atas bantuan baik
berupa sarana maupun tenaga selama penulis melakukan penelitian untuk
skripsi ini.
8. Drs. Bambang Priyono, M.Si, selaku Dosen wali atas kerjasama, bantuan dan
dukungannya pada penulis.
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Biologi yang telah memberikan banyak ilmu
yang bermanfaat bagi penulis.
10. Keluarga besarku yang telah memberikan doa dan bantuan selama studi.
11. Teman-temanku, khususnya angkatan 2002 yang telah memberikan masukan
dan bantuannya selama penulis studi dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas kebaikan dan
bantuannya pada penulis selama penyusunan skripsi ini.
Saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan saya terima dengan
senang hati. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Semarang, April 2007
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Permasalahan................................................................................ 4
C. Penegasan Istilah .......................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian.......................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian........................................................................ 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 6
dengan asiltransferase akan berjalan ke kiri sehingga kolesterol banyak
terbentuk (reaksi 8 berjalan ke kiri). Biosintesis reseptor lipoprotein naik
karena jumlah molekul reseptor bertambah (reaksi 6 dan 7 dirangsang). Proses
pemasukan kolesterol ke dalam membran berkurang mengakibatkan
pengangkutan kolesterol ke dalam membran menurun (Wirahadikusumah,
1985).
Apabila seseorang tidak mengkonsumsi kolesterol maka hati akan
mensintesisnya dari asam lemak. Masukan kolesterol merupakan faktor
terpenting yang menentukan kadar kolesterol dalam darah. Peningkatan
kolesterol dalam darah merupakan faktor risiko yang penting pada penyakit
jantung, terutama yang berhubungan dengan peningkatan kadar LDL dan
Penurunan kadar HDL-kolesterol (Krisnatuti dan Rina, 1999).
Pengaturan metabolisme kolesterol akan berjalan normal apabila
jumlah kolesterol dalam darah mencukupi kebutuhan dan tidak melebihi
jumlah normal yang dibutuhkan. Kadar kolesterol serum darah tikus putih
adalah 10 – 54 mg% (Smith, 1998). Kadar kolesterol normal pada manusia
16
adalah < 200 mg%. Kadar kolesterol dikatakan tinggi apabila kadarnya
melebihi 240 mg%. Berbagai sumber menyebutkan apabila kadar kolesterol
melebihi normal, bahkan melebihi 240 mg% maka beresiko terserang penyakit
jantung koroner (Alhanin, 2001).
Bambang (2004), menyebutkan bahwa selama dalam peredaran darah,
ada kecenderungan kolesterol menempel pada dinding pembuluh darah
sehingga mempersempit pembuluh tersebut. Proses ini terjadi karena sifat dari
LDL yang sangat arterogenik. Kondisi demikian akan membuat aliran darah
menjadi tidak lancar dan lemak terlarut dalam darah semakin tidak mencukupi
proses metabolisme sehingga mengganggu keseimbangan kebutuhan oksigen
dan penyediaan oksigen.
Salah satu upaya untuk menjaga kadar kolesterol darah tetap normal
adalah dengan mengatur pola makan, yaitu dengan mengurangi makanan yang
banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Apabila mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung kolesterol sebaiknya disertai dengan
mengkonsumsi Lidah Buaya (Purbaya, 2003).
3. Pengaruh Glukomanan Terhadap Kadar LDL dan HDL Serum Darah
Glukomanan adalah serat tinggi yang penting untuk membersihkan
sistem pencernaan. Glukomanan merupakan serat larut (Selube Dietary Fiber,
SDF), karena glukomanan dapat menyerap 200 kali berat air. Glukomanan
dapat mengontrol kegemukan, kadar gula darah, membantu mencegah kanker,
sembelit, dan mereduksi kolesterol. Glukomanan juga efektif untuk obat
pencahar atau laxative (Anonim, 2000).
17
Serat makanan (dietary fiber), termasuk Glukomanan adalah
komponen dalam tanaman yang tidak tercerna secara enzimatik menjadi
bagian-bagian yang dapat diserap oleh saluran pencernaan. Serat secara alami
terdapat dalam tanaman. Kebanyakan diantaranya adalah karbohidrat
kompleks (Siagan, 2003).
Glukomanan dipakai seperti penahan lapar, karena ia menimbulkan
perasaan kenyang. Apabila serat ini dimakan, maka akan membentuk gel di
dalam lambung dan membantu melambatkan perjalanan zat makanan
meninggalkan lambung untuk memasuki usus kecil. Satu gram glukomanan
dapat menyerap 200 ml air, sehingga dapat digunakan untuk menyerap
partikel, termasuk karsinogen. Fermentasi serat dalam usus besar
meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat yang membantu
mencegah akumulasi zat racun dan bakteri patogen (penyebab penyakit)
(Arrahman, 2005).
Glukomanan merupakan polisakarida yang terdiri dari glukosa (G) dan
Mannosa (M) dengan proporsi 5 : 8 dalam ikatan β (1→ 4). Contoh unit
polimer basa adalah GGMMGMMMMMGGM. Rantai pendek terdiri dari 11-
16 monosakarida dengan interval antara 50-60 unit yang tersebar dengan
ikatan rantai 1β → mata rantai nomor 4. Kemudian, kelompok asetat pada
atom karbon ke-6 di setiap 9-19 unit rantai. Hidrolisis bentuk intermolekul
kelompok asetat terjadi saat gel-nya berpengaruh (Zamora, 2005). Struktur
glukomanan dapat dilihat pada Gambar 3.
18
Gambar 3. Susunan Glukomanan Dengan Unit (GGMM), Glukosa
yang ke dua Mengikat Kelompok Asetat (Zamora, 2005).
Seperti serat larut lainnya, glukomanan dapat menurunkan kadar
kolesterol darah dengan dua cara. Pertama, glukomanan bergabung dengan
kolesterol di dalam asam empedu (cairan berwarna kekuningan yang
diproduksi oleh hati untuk memecah lemak di dalam usus kecil). Sebagian
besar kolesterol di dalam asam empedu akan dikeluarkan bersama serat
sebagai bahan buangan dan tidak diserap lagi. Kolesterol merupakan bahan
dasar pembentuk asam empedu. Untuk menggantikan asam empedu yang
hilang, kolesterol dikeluarkan dari peredaran darah. Peristiwa ini dapat
menurunkan kadar kolesterol. Kedua, serat di dalam usus mengikat asam
lemak sehingga menghambat penyerapan asam lemak yang akhirnya
menghalangi sintesis kolesterol (Anonim, 2000).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol
dalam darah ada hubungannya dengan kandungan serat makanan. Secara
fisiologis, serat makanan yang larut (SDF) lebih efektif dalam mereduksi
plasma kolesterol yaitu low density lipoprotein (LDL), serta meningkatkan
kadar high density lipoprotein (HDL) (Joseph, 2002).
19
Beberapa studi tentang penggunaan suplemen glukomanan dengan
beberapa gram/hari akan efektif menurunkan kolesterol total darah, LDL-
kolesterol dan trigliserida, dan dalam beberapa kasus dapat menaikkan HDL-
kolesterol (Anonim, 2005).
Oksidasi LDL merupakan tahap awal terjadinya aterosklerosis.
Peroksid lipid bermula dari serangan radikal Hidroksil pada asam lemak tak
jenuh pada LDL-surface phospolipid. LDL ekstraseluler dapat mentransfer
peroksida lipid seluler, sebagai akibat dari peroksidasi lipid (parameter radikal
bebas) yang meningkat. Penelitian Zainal Musthofa dkk. Telah menyimpulkan
bahwa radikal bebas dapat digunakan sebagai prediktor aterosklerosis pada
umumnya dan aterosklerosis pada penyakit diabetes mellitus maupun penyakit
jantung koroner pada khususnya. Radikal bebas dapat merusak lipid kemudian
menghasilkan bentuk partikel proetherogenesis, khususnya LDL teroksidasi
(Suhartono, 2006).
Adanya kadar HDL yang tinggi akan mencegah terjadinya
penimbunan LDL pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat mengurangi
resiko terjadinya penyakit jantung koroner (Wirahadikusumah, 1985).
20
B. Kerangka Berpikir
Ekstrak Lidah Buaya (Glukomanan)
Gambar 4. Mekanisme penurunan kolesterol oleh ekstrak Lidah
Buaya.
Tikus dengan kadar kolesterol normal
Tikus dengan kadar kolesterol normal
Pellet + Minyak Babi
Hiperkolesterolemi Hiperkolesterolemi
Mengikat asam empedu dan asam lemak dalam usus
Menurunkan LDL Menaikkan HDL
Kadar LDL di dalam darah relatif rendah dan
kadar HDL di dalam darah relatif tinggi
Kadar LDL di dalam darah relatif tinggi dan kadar HDL di dalam darah relatif rendah
Peningkatan LDL dan Penurunan
HDL
Tanpa Ekstrak Lidah Buaya
(Glukomanan)
21
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan permasalahan yang ada, maka
hipotesis yang dikemukakan adalah :
Ekstrak Lidah Buaya dapat meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan
menurunkan kadar LDL-kolesterol serum darah tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan dewasa hiperkolesterolemi.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan selama ± 2 bulan.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan dewasa yang
ada di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Universitas Negeri
Semarang. Sampel yang digunakan yaitu tikus jantan strain wistar berumur 2
bulan dengan berat badan awal antara 183 - 262 gram sebanyak 20 ekor yang
diperoleh dari Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi UNNES.
Sampel dikelompokkan secara acak menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok
kontrol dan 3 kelompok perlakuan dengan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada 4 variabel yaitu :
1. Variabel bebas : Dosis pemberian ekstrak Lidah Buaya 0,5
ml/200grBB/hari, 1 ml/200grBB/hari, dan 1,5
ml/200grBB/hari.
22
23
2. Variabel Tergantung : Kadar HDL-kolesterol dan LDL-kolesterol
serum darah tikus putih.
3. Variabel Kendali : Strain, jenis kelamin, umur, jenis pakan, dan
ukuran kandang.
4. Variabel Rambang : Keadaan kandang.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Desain yang digunakan
yaitu Post test Randomized Control Design dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Dalam penelitian ini terdapat 4 kelompok perlakuan dan masing-
masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan.
Keterangan : R : Randomized I : Kelompok kontrol II : Kelompok perlakuan 1 III : Kelompok perlakuan 2 IV : Kelompok perlakuan 3 A : Tanpa ekstrak Lidah Buaya B : Pemberian dosis 0,5
ml/200grBB/hari C : Pemberian dosis 1
ml/200grBB/hari D : Pemberian dosis 1,5
ml/200grBB/hari
E. Alat dan Bahan Penelitian
Alat :
1. Timbangan (Ohaus) dengan kapasitas 2610 gram dengan skala terkecil
0,19 untuk menimbang berat badan tikus.
I
II
III
IV
R
Diberi perlakuan
Diberi perlakuan
Diberi perlakuan
Diberi perlakuan
A
B
C
D
24
2. Timbangan elektrik dengan ketelitian 0,01 gram untuk menimbang ekstrak
Lidah Buaya.
3. Kandang tikus (ukuran 50 X 30 cm) lengkap dengan tempat pakan dan
minum sebanyak 4 buah sebagai tempat pemeliharaan tikus.
4. Mikrohematokrit untuk mengambil darah.
5. Rak dan tabung reaksi untuk menampung sampel darah.
6. Ependrof untuk menampung serum darah.
7. Mikropipet (Sacorex dengan volume 10μl) untuk mengambil zat dengan
milimeter terkecil.
8. Sentrifuge (Scientific model 3621 dengan kecepatan maksimum 4000
rpm) untuk memisahkan serum darah tikus.
9. Spektrofotometer (Clinicon 4010 panjang gelombang 340-600 nm) untuk
memeriksa kadar kolesterol serum darah.
10. Juser merek Crown untuk mengambil sari Lidah Buaya.
11. Gelas ukur untuk mengukur sari Lidah Buaya.
12. Seperangkat alat ekstraksi untuk mengekstrak sari Lidah Buaya.
13. Jarum sonde untuk memasukkan ekstrak Lidah Buaya melalui oral tikus
percobaan.
14. Cawan Petri sebagai tempat pengeringan ekstrak.
15. Oven untuk mengeringkan ekstrak.
Bahan :
1. Pakan (pellet + minyak babi) untuk menaikkan kadar kolesterol tikus.
2. Pakan standar (pellet) sebagai pakan sehari-hari.
25
3. Air minum ad libitum, diberikan setiap hari.
4. Asam Pikrat untuk menandai tikus.
5. Tikus putih jantan (umur 2 bulan), berat 183 - 262 gram.
6. Ekstrak Lidah Buaya, diberikan sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
7. Aquades untuk melarutkan ekstrak.
F. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Penentuan dosis ekstrak Lidah buaya berdasarkan dosis aman Lidah buaya
yang dikonsumsi oleh manusia, yaitu 2 kali sehari 2 sendok makan (1 sdm
≈ 10 ml) (Kathi et al,1999) setara dengan 40 ml/hari. Pemberian dosis
ekstrak Lidah buaya untuk tikus dengan menggunakan tabel perbandingan
luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis manusia
dengan berat badan 70 kg ke berat badan tikus 200 gram (Donatus, 1994)
adalah 0,018. Dengan demikian perhitungan konversi dosis jus Lidah
buaya adalah sebagai berikut : 40 ml × 0,018 = 0,72 ml/200gBB ≈ 1
ml/200gBB. Selanjutnya dosis tersebut dipakai sebagai nilai tengah
perlakuan, sehingga didapatkan dosis untuk perlakuan lainnya adalah 0,5
ml/ekor/hari dan 1,5 ml/ekor/hari.
b. Memilih hewan uji (tikus putih jantan) sejumlah 20 ekor, umur 2 bulan,
berat badan awal 183 - 262 gram.
c. Menyiapkan kandang tikus putih lengkap dengan tempat pakan dan minum.
26
d. Membuat ekstrak Lidah Buaya : 1). Mengambil daging daun Lidah Buaya
sebanyak 1 kg setelah dibersihkan dari lendirnya; 2). Daging Lidah Buaya
diiris kecil-kecil kemudian diblender dengan menggunakan juser merek
crown; 3). Sari Lidah Buaya diambil, ditambah Aquadest (dengan
perbandingan 1:1) dan dieramkan selama semalam (maserasi selama 24
jam); 4). Larutan di atas didestilasi dengan seperangkat alat ekstraksi
soxhlet sampai larutan tinggal 1/4 dari volume larutan awal; 5). Hasil
ekstraksi dituang ke dalam beberapa cawan petri kemudian di oven pada
suhu 75oC sampai larutan kering; 6). Ekstrak Lidah Buaya yang masih
menempel pada cawan petri diambil dan diencerkan dengan Aquadest
dengan perbandingan 1:1 (1 gram ekstrak ke dalam 1 ml Aquadest).
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengelompokkan tikus putih percobaan yang berjumlah 20 ekor secara
random dengan undian menjadi 4 kelompok, yaitu satu kelompok kontrol
dan 3 kelompok perlakuan.
b. Tiap tikus dinaikkan kadar kolesterol darahnya dengan cara memberikan
pakan yang mengandung kolesterol (pellet + minyak babi = 500 gram : 50
ml) selama 1 bulan (Iswari, 1995).
c. Setelah 1 bulan, kolesterol masing-masing kelompok tikus diukur untuk
mengetahui bahwa tikus telah mengalami hiperkolesterolemi (kadar
kolesterol > 54 mg/dl), kemudian diukur kadar kolesterol HDL dan LDL-
nya.
27
d. Tikus Hiperkolesterolemi diperlakukan sebagai berikut :
Kelompok I : Sebagai kontrol negatif tanpa diberi ekstrak Lidah
Buaya.
Kelompok II : Diberi ekstrak Lidah Buaya dengan dosis 0,5
ml/200grBB/hari.
Kelompok III : Diberi ekstrak Lidah Buaya dengan dosis 1
ml/200grBB/hari
Kelompok IV : Diberi ekstrak Lidah Buaya dengan dosis 1,5
ml/200grBB/hari.
Pemberian ekstrak Lidah Buaya dilakukan per oral, dengan cara
gavage selama 14 hari (2 minggu). Pada hari ke-15 tikus ditimbang dan
darahnya diambil dengan mikrohematokrit melalui plexus retro orbitalis
sebanyak 2 ml untuk diukur kadar LDL dan HDL-kolesterolnya. Selama
perlakuan, tikus diberi pakan pellet biasa dan air minum ad libitum.
G. Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur kadar LDL-
kolesterol dan HDL-kolesterol serum darah tikus putih menggunakan
CHODPAP (Cholesterol Oxidase Para Aminophenazone) yang
direkomendasikan oleh Europen Atherosklerosis Society. Metode ini
menggunakan larutan utama, yaitu larutan sampel berupa serum dan larutan
reagen yang terdiri dari larutan blangko dan larutan standar (serum).
28
Setelah dilakukan pengujian terhadap kadar kolesterol-LDL dan
kolesterol-HDL, data-data yang diperoleh disusun dalam tabel berikut ini :
Tabel 1. Kadar Kolesterol LDL dan Kolesterol HDL Setelah Perlakuan.
Perlakuan Kadar LDL Kadar HDL
I II III IV
Untuk pengukuran kadar LDL-kolesterol dan HDL-kolesterol
diperiksa di Laboratorium Biologi FMIPA UNNES.
H. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Lidah Buaya dengan
berbagai dosis terhadap kadar LDL dan HDL serum darah tikus putih,
dilakukan Analisis Varians (ANAVA) satu jalan dengan taraf kepercayaan 5
% (Sudjana, 1988).
Tabel 2. Rumus Anava Menurut Schefler (1987).
F tabel Sumber Varians
Derajat Kebebasan
db
Jumlah Kuadrat
JK
Kuadrat Tengah
KT
F hitung
5% Perlakuan T – 1 JKP KTP Galat T (t – 1) JKG Total (r) (t) - 1 JKT
KTG KTP
KTG
Keterangan :
db : derajat kebebasan
JK : jumlah kuadrat
KT : kuadrat tengah
29
F : nilai frekuensi
t(1-1/2α) : treatment
r : replikasi atau ulangan
1. Faktor koreksi (FK)
(∑ ∑x )2 FK = N N : jumlah pengamatan
2. Jumlah Kuadrat (JK)
JKT = ∑∑x ij2 – FK
∑ ( ∑Xi)2
JKP = ∑ - Fk r
3. Kuadrat Tengah (KT)
JKP KTP = db JKG KTG = db
4. F Hitung
KTP Fhit = KTG
30
Selanjutnya untuk dapat menolak atau menerima hipotesis, maka
Fhitung yang telah diketahui harus dikonsultasikan dengan membandingkan
nilai Fhitung dengan Ftabel, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah :
1. Bila Fh › Ft = Signifikan → Ho ditolak, Ha diterima
2. Bila Fh ‹ Ft = tidak Signifikan → Ho diterima, Ha ditolak
Apabila perhitungan dengan uji ANAVA memiliki perbedaan
signifikan maka perhitungan dilanjutkan uji BNT 1% dengan rumus :
Selanjutnya selisih rata-rata setiap perlakuan dibandingkan dengan harga BNT
1%. Apabila nilai selisih rata-rata tersebut lebih besar dari BNT 1%, maka
dapat disimpulkan bahwa kedua perlakuan tersebut berbeda.
Untuk mengetahui dosis ekstrak Lidah Buaya yang paling efektif
terhadap penurunan kadar kolesterol-LDL dan peningkatan kadar kolesterol-
HDL serum darah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa
hiperkolesterolemi dengan mengunakan uji regresi linier, dengan rumus :
Y = a + bx
Keterangan :
Y : Berat tikus putih
a dan b : Konstanta
x : Nilai dosis Lidah Buaya
r
KTG2 t BNT
)1/2-(1 αα =
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil pengukuran kadar HDL dan LDL-kolesterol setelah
perlakuan tersaji pada tabel 3.
Tabel 3. Kadar HDL dan LDL-Kolesterol Setelah Perlakuan (mg/dl).*)
Rerata Perlakuan
HDL-Kolesterol LDL-Kolesterol
A 44,8 121,2
B 48,2 84,2
C 57,2 32,6
D 66 25,4
Keterangan :
Perlakuan A : Tanpa diberi ekstrak Lidah Buaya. Perlakuan B : Diberi ekstrak Lidah Buaya dosis 0,5 ml/200grBB/hari. Perlakuan C : Diberi ekstrak Lidah Buaya dosis 1 ml/200grBB/hari. Perlakuan D : Diberi ekstrak Lidah Buaya dosis 1,5 ml/200grBB/hari. *) : Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
Dari tabel 3. dapat dilihat bahwa kadar HDL dan LDL-kolesterol
setelah pemberian ekstrak Lidah Buaya dengan dosis yang berbeda tersebut
berbeda. Untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut signifikan dilakukan
uji Anava satu jalan.
1. Kadar HDL-Kolesterol Sesudah Pemberian Ekstrak Lidah Buaya.
Rerata kadar HDL-kolesterol sesudah pemberian ekstrak Lidah Buaya
mengalami peningkatan. Apakah peningkatan ini berbeda signifikan atau
31
32
tidak, data diuji dengan uji analisis varians (ANAVA) satu jalan. Hasilnya
tersaji pada tabel 4.
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Anava Satu Jalan Kadar HDL-Kolesterol Sesudah Perlakuan.*)
F tabel Sumber
Variasi db JK KT F hitung 5% Perlakuan 3 1362.55 454.18Galat 16 196.40 12.28 37.00** 3.239
Total 19 1558.95 Keterangan :
*) Data selengkapnya dapat dilihat dari lampiran 10.
Data tabel 4 dapat dilihat bahwa pengujian anava satu jalan
menunjukkan adanya perbedaan peningkatan yang signifikan. Untuk itu
dilanjutkan dengan uji BNT, hasilnya disajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Lanjut BNT Kadar HDL-Kolesterol Pada Setiap Kelompok Perlakuan.*)
Perlakuan Nilai Tengah
D 66a
C 57,2b
B 48,2c
A 44,8c
a,b,c menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
Keterangan :
Perlakuan A : Tanpa diberi ekstrak Lidah Buaya. Perlakuan B : Diberi ekstrak Lidah Buaya dosis 0,5 ml/200grBB/hari. Perlakuan C : Diberi ekstrak Lidah Buaya dosis 1 ml/200grBB/hari. Perlakuan D : Diberi ekstrak Lidah Buaya dosis 1,5 ml/200grBB/hari. *) : Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11.
33
2. Kadar LDL-Kolesterol Setelah Pemberian Ekstrak Lidah Buaya.
Rerata kadar LDL-kolesterol sesudah pemberian ekstrak Lidah Buaya
mengalami penurunan. Apakah penurunan ini berbeda signifikan atau tidak,
data diuji dengan uji analisis varians (ANAVA) satu jalan. Hasilnya tersaji
pada tabel 6.
Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Anava Satu Jalan Kadar LDL-Kolesterol Sesudah Perlakuan.*)
F tabel Sumber
Variasi db JK KT F hitung 5% 1% Perlakuan 3 30710.55 10236.85Galat 16 1368.00 85.50 119.73** 3.239 5.292
Total 19 32078.55 Keterangan :
*) Data selengkapnya dapat dilihat dari lampiran 13.
Data tabel 6 dapat dilihat bahwa pengujian anava satu jalan
menunjukkan adanya perbedaan penurunan yang signifikan. Untuk itu
dilanjutkan dengan uji BNT, hasilnya disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Lanjut BNT Kadar LDL-Kolesterol Pada Setiap Kelompok Perlakuan.*)
Perlakuan Nilai Tengah
D 25,4a
C 32,6a
B 84,2b
A 121,2c
a,b,c menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
Keterangan :
Perlakuan A : Tanpa diberi ekstrak Lidah Buaya. Perlakuan B : Diberi ekstrak Lidah Buaya dosis 0,5 ml/200grBB/hari. Perlakuan C : Diberi ekstrak Lidah Buaya dosis 1 ml/200grBB/hari. Perlakuan D : Diberi ekstrak Lidah Buaya dosis 1,5 ml/200grBB/hari. *) : Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14.
34
3. Hasil Analisis Regresi Pegaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya
Terhadap Kadar HDL-kolesterol dan LDL-kolesterol.
Hasil analisis regresi kadar HDL-kolesterol setelah perlakuan adalah
sebagai berikut : karena pada tabel anova nilai sig(0,000) < 0,05 maka ho
ditolak yang berarti persamaan bersifat linear. Besarnya pengaruh pemberian
ekstrak lidah buaya terhadap HDL adalah 0,843 atau 84,3%.
Diperoleh persamaan regresi, Y= 42,84 + 14,68 x
Hasil analisis regresi kadar LDL-kolesterol setelah perlakuan adalah
sebagai berikut : karena pada tabel anova nilai sig(0,000) < 0,05 maka ho
ditolak yang berarti persamaan bersifat linear. Besarnya pengaruh pemberian
ekstrak lidah buaya terhadap LDLadalah 0,896 atau 89,6%.
Diperoleh persamaan regresi, Y= 116,7 - 67,8x
B. Pembahasan
Dalam penelitian ini, tikus diinduksi hiperkolesterolemi dengan
penambahan kolesterol pada pakan. Baraas (1994) menyebutkan bahwa
peningkatan kadar kolesterol dapat disebabkan oleh 3 hal. Pertama, diet yang
terlalu banyak mengandung kolesterol dan lemak sehingga tubuh tidak mampu
untuk mengendalikannya. Kedua, ekskresi kolesterol ke kolon melalui asam
empedu terlalu sedikit. Ketiga, apabila produksi kolesterol dalam hati terlalu
banyak. Penambahan kolesterol sebesar 200 mg tiap 100 gram pakan dapat
meningkatkan kadar kolesterol serum sebelum perlakuan bahkan mencapai
hiperkolesterolemi.
35
Pada saat penelitian ini digunakan ekstrak Lidah Buaya, karena
dengan teknik pembuatan ekstrak akan didapatkan kandungan bahan aktifnya.
Dengan teknik pembuatan ekstrak Lidah Buaya, kandungan serat glukomanan
yang didapatkan akan lebih tinggi dalam ukuran yang sama dengan
kandungan glukomanan yang diambil langsung dari gel Lidah Buaya.
Hasil analisis varians satu jalan terhadap kadar kolesterol HDL dan
LDL serum darah tikus putih (Rattus norvegicus) menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak Lidah Buaya berpengaruh terhadap kadar kolesterol tikus
putih (Rattus norvegicus) hiperkolesterolemi. Menurut Agarwal (2005), Lidah
Buaya memiliki sifat hipokolesterolemi karena mengandung glukomanan , zat
yang merupakan serat larut. Karenanya Lidah Buaya ini dapat menurunkan
kadar LDL-kolesterol dan menaikkan kadar HDL-kolesterol serum darah
tikus.
Glukomanan merupakan polisakarida terbesar pada tanaman Lidah
Buaya. Zat ini secara alami terdapat pada tanaman dan tidak dapat tercerna
secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat dicerna oleh saluran
cerna. Glukomanan sangat efektif dalam menyerap asam empedu yang akan
mengemulsi lemak dan membawanya keluar bersama feses.
Kolesterol merupakan bahan dasar yang diperlukan tubuh untuk
mensintesis asam empedu untuk pencernaan lemak. Dengan adanya
penyerapan asam empedu oleh glukomanan, maka kadar asam empedu dalam
tubuh akan turun. Kondisi ini menyebabkan tubuh secara alami membentuk
asam empedu dari kolesterol yang diambil dari peredaran darah. Penyerapan
36
kolesterol darah menyebabkan kadar VLDL yang terbentuk menjadi lebih
sedikit. Karena LDL disintesis dari VLDL, maka penurunan VLDL ini
menyebabkan penurunan kadar LDL-kolesterol dalam darah.
Data hasil penelitian menunjukkan kadar HDL-kolesterol pada
kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan kadar HDL-kolesterol pada
kelompok yang lain. Pada hasil uji BNT menunjukkan bahwa kadar HDL-
kolesterol pada perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan C dan D, tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan B. Hal ini terjadi karena jumlah asupan
glukomanan yang terlalu rendah pada dosis 0,5 ml/200grBB/hari , sehingga
tidak menyebabkan peningkatan yang berarti terhadap peningkatan kadar
HDL-kolesterol.
Sedangkan kadar LDL-kolesterol pada kelompok perlakuan A ini
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang lain. Hal
ini disebabkan karena pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan
pemberian ekstrak Lidah Buaya, yang artinya tidak ada pasokan glukomanan
atau serat lain sama sekali pada kelompok ini.
Glukomanan mengikat asam lemak pada unit glukosa pada atom
karbon nomor 6. Pengikatan ini terjadi saat gel-nya berpengaruh. Asam lemak
merupakan unsur utama dari lemak (lipid), sehingga bila asam lemak diserap
maka penyerapan kolesterol pun akan terhalangi. Terhalangnya sintesis
kolesterol oleh glukomanan akan menyebabkan VLDL yang terbentuk lebih
sedikit. Karena LDL-kolesterol disintesis dari VLDL, maka menurunnya
VLDL yang terbentuk akan menyebabkan penurunan kadar IDL dan akhirnya
37
LDL-kolesterol yang terbentuk pun menjadi lebih sedikit. Hal ini dapat
menyebabkan kadar LDL-kolesterol dalam darah menjadi turun.
Menurut berbagai penelitian, jenis bahan makanan yang mengandung
serat yang larut (selube fiber) seperti Lidah Buaya yang mengandung
glukomanan sebagai serat larut, mempunyai kemampuan menarik senyawa
kolesterol dari dalam pencernaan dan dikeluarkan bersama tinja (feces).
Akibatnya kolesterol yang diikat oleh serat glukomanan tersebut tidak sampai
ke cairan darah (Suharto, 2000).
Krisnatuti dan Rina (1999), menjelaskan bahwa kolesterol tidak dapat
dioksidasi di dalam tubuh. Oleh karena itu, satu-satunya cara menurunkan
kadar kolesterol dalam darah adalah dengan memperbesar jumlah ekskresi
asam empedu. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi Lidah Buaya
lebih banyak.
Pada kelompok 1 (perlakuan B), yaitu kelompok dengan perlakuan
pemberian ekstrak Lidah Buaya dengan dosis 0,5 ml/200grBB/hari terbukti
ada penurunan terhadap kadar LDL-kolesterol dan peningkatan kadar HDL-
kolesterol. Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
Lidah Buaya dengan dosis 0,5 ml/200grBB/hari menyebabkan peningkatan
HDL-kolesterol yang berbeda nyata dengan dosis 1 ml/200grBB/hari dan
dosis 1,5 ml/200grBB/hari, tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok
kontrol (perlakuan A). Hal ini disebabkan karena asupan glukomanan yang
terlalu rendah sehingga memiliki pengaruh yang tidak begitu nyata terhadap
peningkatan kadar HDL-kolesterol dalam darah.
38
Pada kelompok 2 (perlakuan C), yaitu kelompok dengan perlakuan
pemberian ekstrak Lidah Buaya dengan dosis 1 ml/200grBB/hari terbukti
efektif dalam meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan menurunkan kadar
LDL-kolesterol. Pada kelompok ini terjadi peristiwa penyerapan kolesterol
oleh glukomanan. Pertama, glukomanan akan bergabung dengan kolesterol di
dalam asam empedu. Sebagian besar kolesterol di dalam asam empedu akan
dikeluarkan bersama serat sebagai bahan buangan dan tidak diserap lagi.
Kolesterol merupakan bahan dasar pembentuk asam empedu. Sehingga untuk
menggantikan asam empedu yang hilang, kolesterol dikeluarkan dari
peredaran darah. Peristiwa ini dapat menurunkan kadar kolesterol. Kedua,
serat glukomanan di dalam usus mengikat asam lemak sehingga menghambat
penyerapan asam lemak yang akhirnya menghalangi sintesis kolesterol
(Anonim, 2000).
Hasil uji BNT pada kadar kolesterol-LDL menunjukkan bahwa antara
kelompok 2 (perlakuan C) dan kelompok 3 (perlakuan D) tidak berbeda nyata.
Hal ini disebabkan karena selisih konsentrasi antara kelompok perlakuan ini
tidak terlalu banyak, sehingga asupan glukomanan tidak berbeda jauh. Efek
penekanan terhadap tingginya kadar kolesterol-LDL serum darah hampir
sama.
Pada kelompok 3 (perlakuan D), yaitu kelompok perlakuan pemberian
ekstrak Lidah Buaya dengan dosis 1,5 ml/200grBB/hari terbukti paling efektif
dalam meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan menurunkan kadar LDL-
kolesterol. Hal ini karena pasokan glukomanan pada kelompok ini lebih
39
banyak dibandingkan dengan kelompok lain. Asupan serat glukomanan yang
tinggi akan semakin efektif dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Banyaknya glukomanan dalam saluran cerna akan meningkatkan penyerapan
asam empedu oleh zat tersebut, dan pengeluarannya melalui saluran buang.
Dengan demikian penurunan kadar kolesterol dalam darah yang kebanyakan
terdiri dari LDL-kolesterol akan semakin efektif.
Penurunan kadar kolesterol akan meningkatkan penyerapan kolesterol
dalam jaringan tubuh melalui peningkatan kadar HDL-kolesterol. HDL dalam
plasma darah akan mengikat kolesterol bebas maupun ester kolesterol dan
mengangkutnya kembali ke hati. Selanjutnya, kolesterol yang terikat akan
mengalami perombakan menjadi cadangan kolesterol untuk sintesis VLDL.
Tingginya kadar HDL dalam darah akan mempercepat proses pengangkutan
kolesterol ke hati, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penimbunan
kolesterol dalam pembuluh darah (Wirahadikusumah, 1985).
Dari hasil uji analisis regresi pada kadar HDL-kolesterol (lampiran 16)
didapatkan koevisien yang positif, hal ini menunjukkan bahwa kadar HDL-
kolesterol pada serum tikus percobaan berbanding positif dengan peningkatan
dosis ekstrak Lidah Buaya. Dengan kata lain, semakin tinggi dosis ekstrak
Lidah Buaya semakin tinggi pula peningkatan kadar HDL-kolesterol.
Dari hasil uji analisis regresi pada kadar LDL-kolesterol (lampiran 17)
didapatkan koevisien yang negatif, hal ini menunjukkan bahwa kadar LDL-
kolesterol pada serum tikus percobaan berbanding negatif dengan peningkatan
40
dosis ekstrak Lidah Buaya. Dengan kata lain, semakin tinggi dosis ekstrak
Lidah Buaya semakin rendah kadar LDL-kolesterol.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dosis ekstrak
Lidah Buaya yang paling efektif untuk menaikkan kadar HDL-kolesterol dan
menurunkan kadar LDL-kolesterol adalah dosis tertinggi yaitu 1,5
ml/200grBB/hari.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pemberian ekstrak Lidah Buaya dapat meningkatkan kadar HDL-
kolesterol dan menurunkan kadar LDL-kolesterol pada tikus putih jantan
dewasa hiperkolesterolemi.
2. Dosis ekstrak Lidah Buaya yang paling baik untuk menurunkan LDL-
kolesterol dan menaikkan HDL-kolesterol serum darah tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan dewasa hiperkolesterolemi adalah 1,5
ml/200grBB/hari.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat diajukan
saran sebagai berikut :
1. Perlu diadakan penelitian serupa pada manusia atau uji klinis, karena
sudah diketahui sebelumnya bahwa konsumsi Lidah Buaya tidak
membahayakan bagi manusia, sehingga dalam meningkatkan kadar HDL-
kolesterol dan menurunkan kadar LDL-kolesterol dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi Lidah Buaya.
41
42
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh ekstrak
Lidah Buaya terhadap kandungan lipid peroksida dalam serum darah tikus
jantan dewasa hiperkolesterolemi.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh ekstrak Lidah
Buaya terhadap jenis penyakit lain, misalnya hiperglikemia, kanker, dan
sebagainya.
4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang kandungan glukomanan
pada Lidah Buaya yang diolah dengan berbagai cara dan bagaimana cara
pengolahan yang tepat untuk mendapatkan hasil yang baik.
5. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang adanya keefektifan
penggunaan glukomanan dibandingkan dengan obat-obatan.
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Glucomannan. Availabel from : URL : http://170.107.206.70/drug_info/nmdrugprofiles/ nutsupdrugs/glu_0121.shtml
Bambang, M. 2004. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Jantung. Jakarta
: Penebar Swadaya. Bangun, A. P. 2003. Vegetarian : Pola Hidup Sehat Berpantang Daging.
Jakarta : Agromedia Pustaka. Baraas, F. 1993. Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Danhof, I. E. 2001. Information of Aloe vera. Jakarta : Department of Biology
Faculty of Mathematics and Sciences University of Indonesia Depok Internal Uses of Aloe vera.
Donatus, I.A. 1994. Petunjuk Praktikum Toksikologi. Edisi I. Yogyakarta :
Lab. Farmakologi dan Toksikologi. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.
43
44
Elizabeth JB (author). 2001. Aloe vera : Understanding it’s Proposed Mecanism of Action and Clinical Importance. Availabel from : URL : http://www.pediatry.curtin.edu.au/encyclopedia/aloe vera
Ganong, W. F. 1983. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Adji Dharma. Jakarta
: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Heslet, L. 1996. Kolesterol. Terjemahan Anton Adiwijoto. Jakarta : PT.
Kesaint Blanc Indah. Ishii, K; Tanizawa H; Takino Y. 2004. Studies of Aloe V. Mechanism of
Cathartic Effect. Biological and Pharmaceutical Bulletin 47 : 651-653.
Iswari, RS. 1995. Lemak dan Kolesterol, Keterkaitannya Dengan Penyakit
Jantung Koroner. Laporan Penelitian. Semarang : IKIP Semarang Press.
Joseph, G. 2002. Manfaat Serat Makanan Bagi Kesehatan Kita. From : URL :
http://tumoutou.net/702_04212/godlief_joseph.htm Krisnatuti, D & Rina Yenrina. 1999. Perencanaan Menu Bagi Penderita
Jantung Koroner. Jakarta : Trubus Agriwidya. Kathi J, Kemper MD, Chiou V. 1999. Aloe vera. Longwood Herbal Task
Force. Availlable from : URL : http://www.mcp.edu/herbal/dafault.htm
Lehninger, A.L. 1990. Dasar-dasar Biokimia Jilid I. Alih Bahasa Magy
Thenawidjaya. Jakarta : Penerbit Erlangga. Marks, B D; A. D. Marks; dan C. M. Smith. 1996. Biokimia Kedokteran
Dasar : Sebuah Pendekatan Klinis. Alih Bahasa Brahm U. Pandit. Jakarta : EGC Penerbit Buku kedokteran.
Muchtadi, D; N. S. Palupi; dan M. Astawa. 1993. Metabolisme Zat Gizi :
Sumber, Fungsi, dan Kebutuhan Bagi Tubuh Manusia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Murray, R. K; D. K. Granner; P. A. Mayes; dan V. W. Rodwell. 1997.
Biokimia Harper. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran. Nanies. 2006. Semasa : Lidah Buaya Penawar Segala Penyakit. Availabel
from : URL : http://66.102.7.104/search?q=cache:x65TrlvqBuUJ:www.idesa.net.
Purbaya, J. R. 2003. Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Aloe Vera (Lidah
Buaya). Bandung : Penerbit PIONIR JAYA. Rahman, S. 2004. Lidah Buaya : Atasi Serangan Jantung dan Diabetes.
Availabel from : URL : http://www.kompas.com/kesehatan/news/0407/25/132654.htm.
Schefler, W. C. 1987. Statistika Untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran, dan
Ilmu Yang Bertautan. Bandung : Penerbit ITB. Siagan, A. 2003. Tentang Serat Makanan. From : URL :
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0306/12/ilpeng/362242.htm. Sitepoe, M. 1993. Kolesterol Fobia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Smith, J. B. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan
Percobaan Daerah Tropis. Jakarta : UI Press. Stryer, L. 1996. Biokimia. Terjemahan FKUI. Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Sudjana. 1988. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Penerbit
”TARSITO”. Suharto, I. 2000. Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Suhartono, E dan Bambang S. 2006. Radikal Bebas, Antioksidan dan
Penyakit. Banjarmasin : Pustaka Bauna. Sunarto. 1999. Klasifikasi Tumbuhan dan Pusat Asal Sejumlah Tanaman.
Semarang : CV. IKIP Semarang Press. Wirahadikusumah. 1985. Biokimia Metabolisme Karbohidrat dan Lipid.
Bandung : ITB. Wiryowidagdo, S & Sitanggang, M. 2002. Tanaman Obat Untuk Penyakit
Jantung, Darah Tinggi dan Kolesterol. Jakarta : Agromedia Pustaka.
46
Zamora, A. 2005. Carbohydrates-Chemical Structure. Availabel from : URL : http://www.cchs.net/health/health-info/docs/0500/0558.asp?index=4247
47
Lampiran 1. Tabel Konversi Dosis Antar Hewan
Mencit 20 gr
Tikus 200 gr
Marmot 400 gr
Kelinci 1,5 kg
Kera 4 kg
Anjing 12 kg
Manusia70 kg
Mencit 20 gr
1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 142,2 387,9
Tikus 200 gr
0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0
Marmot 400 gr
0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
Kelinci 1,5 kg
0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,9 14,2
Kera 4 kg
0,016 0,11 0,19 0,24 1,0 1,9 6,1
Anjing 12 kg
0,008 1,06 0,1 0,22 0,52 1,0 3,1
Manusia 70 kg
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
Sumber : Donatus, 1994
48
Lampiran 2. Proses Pembuatan Ekstrak Lidah Buaya
Daging Daun Lidah Buaya (1 kg)
Dicuci Bersih
Dipotong Kecil-kecil
Diblender
Diambil Sarinya
Ditambah Aquadest (1:1)
Maserasi (dieramkan 24 jam)
Perkolasi (disaring)
Didestilasi Sampai 1/4 volume Awal
Dioven (75oC)
Ekstrak Lidah Buaya
49
Lampiran 3. Penentuan Kolesterol Untuk Membuat Hiperkolesterolemi Dan Tahap Prosedur Pembuatan Pakan Tinggi Kolesterol.
A. Penentuan kolesterol untuk membuat hiperkolesterolemi
Penentuan kolesterol untuk membuat hiperkolesterolemi adalah 200
mg tiap 100 gram pakan. Hal ini berdasarkan penelitian Iswari (1995) yang
menunjukkan bahwa untuk induksi hiperkoplesterolemi dapat dilakukan
dengan pemberian 200 mg kolesterol tiap 100 gram pakan.
B. Tahap prosedur pembuatan pakan tinggi kolesterol
Pellet (500 gram) + Minyak Babi (50 ml)
Dicampur
Ditambah Air Hangat (Secukupnya)
Dicampur Sampai Rata
Dicetak
Dikeringkan / Oven (65oC) Selama 24 jam
Dipotong-potong
Pakan Tikus Hiperkolesterolemi
50
Lampiran 4. Pengukuran kadar HDL dan LDL-Kolesterol
A. HDL-Kolesterol (CHOD-PAP)
1. Darah yang diambil dibiarkan selama 10 menit pada suhu 15-25oC.
Selanjutnya disentrifugasi selama 10 menit pada kecepatan 4000 rpm.
2. Mengambil serum (cairan yang bening) sebanyaknya dan ditempatkan ke
dalam Ependrof, lalu disimpan.
3. Menyiapkan tabung reaksi sebanyak sampel yang diuji + 1untuk blanko,
tabung I, sebagai blanko diisi 100 µl aquabidest dan ditambahkan 1000 µl
larutan pereaksi. Tabung lain ,diisi sampel berupa serum sebanyak 100 µl
dan ditambah 1000 µl larutan pereaksi.
4. Semua tabung diinkubasi selama 20 menit pada suhu 25oC. Selanjutnya
ditentukan Optical dencity (OD)nya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 546 nm.
5. Kadar HDL-kolesterol serum ditentukan dengan rumus :
Abs. Sampel Kadar HDL-kolesterol : 175 × mg/dl
Abs. Standar
B. LDL-Kolesterol (CHOD-PAP)
Kadar LDL-kolesterol ditentukan sesuai dengan penggunaan reagen kit.
Kadar LDL-kolesterol = (kolesterol total –kolesterol dalam supernatan) (mg/dl)
51
Lampiran 5. Kadar HDL dan LDL-Kolesterol Sebelum Perlakuan (mg/dl)
No. Sampel Kadar HDL Kadar LDL
1. Kepala 38 231
2. Punggung 27 165
3. Ekor 28 182
4. Kaki Depan 34 216
5. Polos 30 220
Keterangan :
Kepala, Punggung, Ekor, Kaki depan, Polos : Tanda pada tikus putih percobaan.
52
Lampiran 6. Kadar HDL dan LDL-Kolesterol Setelah Perlakuan (mg/dl)
Perlakuan Ulangan HDL-Kolesterol LDL-Kolesterol
1 42 118
2 45 105
3 44 121
4 46 129
A
5 47 133
1 46 69
2 46 98
3 49 92
4 49 71
B
5 47 91
1 54 41
2 54 23
3 62 33
4 62 33
C
5 54 33
1 69 27
2 70 28
3 69 26
4 60 21
D
5 62 25
53
Lampiran 7. Data Sisa Pakan Hiperkolesterolemi Per-Hari Pada Tikus Sebelum Perlakuan (gram/hari)
analisis uji linear hipotesis: ho: data tidak linear ha: data linear kriteria uji bila sig> 0,05 maka h0 diterima karena pada tabel anova nilai sig(0,000) < 0,05 maka ho ditolak yang berarti persamaan bersifat linear besarnya pengaruh pemberian ekstrak lidah buaya terhadap HDL adalah 0,843 atau 84,3% persamaan regresinya Y= 42,84 + 14,68 x
65
Lampiran 17. Analisis Regresi Pengaruh Pemberian Ekstrak Lidah Buaya Terhadap Kadar LDL-kolesterol.
analisis uji linear hipotesis: ho: data tidak linear ha: data linear kriteria uji bila sig> 0,05 maka h0 diterima karena pada tabel anova nilai sig(0,000) < 0,05 maka ho ditolak yang berarti persamaan bersifat linear besarnya pengaruh pemberian ekstrak lidah buaya terhadap LDLadalah 0,896 atau 89,6% persamaan regresinya Y= 116,7 - 67,8x
66
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian.
Pengambilan Sari Daun Lidah Buaya.
Pembuatan Ekstrak Lidah Buaya Pada Tahap Destilasi.
67
Pengeringan Ekstrak Lidah Buaya Dengan Oven.
Kelompok Tikus Percobaan.
68
Pemberian Ekstrak Lidah Buaya Peroral Pada Tikus Percobaan Dengan
Metode Gavage.
Pengambilan Sampel Darah Tikus Percobaan.
69
Pengambilan Serum Darah Tikus Percobaan.
Pengujian Kadar Kolesterol HDL dan LDL Sampel Serum Darah Tikus Percobaan.