Hilmy Bakar Bersama Al-Qur'an Menggapai Kesuksesan Dunia-Akhirat 1
Hilmy Bakar
Bersama
Al-Qur'anMenggapai
Kesuksesan
Dunia-Akhirat
1
Kata PengantarAlhamdulillah, segala kemuliaan dan puja puji hanyalah milik Allah, Robb al-Alamin,
Penguasa jagat raya yang telah menurunkan al-Qur'an, Kitab yang tidak terdapat sedikitpun
cacat dan keraguan padanya, sebagai petunjuk dan pembimbing bagi mereka yang hendak
menggapai kemenangan hidup di dunia dan akhirat. Sholawat dan salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi besar, junjungan alam, Muhammad Rasulullah yang telah
menyampaikan amanah, membimbing umat manusia menuju kemenangan bersama dengan
al-Qur'an. Demikian pula semoga terlimpahkan sholawat kepada keluarga Nabi saw, para
shohabat, pengikut setia dan penyambung perjuangan menegakkan al-Qur'an sampai hari
qiyamat. Amin.
Hidup dalam kemenangan dan kesuksesan adalah menjadi obsesi setiap manusia
waras dalam kehidupannya. Karena tidak ada seorangpun yang ingin gagal dalam
kehidupan ini apalagi menjadi orang-orang yang terpinggir dan tidak memiliki peranan.
Namun kenyataannya, lebih banyak manusia yang mengalami kegagalan dalam kehidupan
ini daripada yang mendapatkan kesuksesan dan kemenangan dalam arti yang sebenarnya.
Memang banyak kita saksikan manusia-manusia yang telah dianggap sukses dalam
kehidupannya, mereka memiliki kekayaan yang melimpah ruah, kekuasaan yang besar serta
hidup dalam gemerlapnya dunia modern. Tapi apakah mereka telah mendapatkan apa yang
mereka cita-citakan, apakah mereka telah mendapatkan kesuksesan dalam arti yang
sebenarnya.
Kenyataannya, manusia yang dipenuhi dengan segala bentuk tumpukan
perbendaharaan material ini, baik berupa kekayaan, kekuasaan, pengetahuan, teknologi dan
2
lainnya, tidak menemukan kebahagian dalam kehidupan mereka. Bahkan mereka ditimpa
segala bentuk kecemasan dan ketakutan dengan apa yang diperolehnya. Apakah orang
yang merasa tidak bahagia dapat dikatakan telah mencapai kesuksesan hidup? Tentu tidak,
karena buah dari kesuksesan sejati tentunya adalah kebahagian itu sendiri.
Untuk mencapai kesuksesan, banyak cara yang ditempuh oleh manusia ini
sepanjang sejarahnya. Ada yang berlomba-lomba menumpuk harta kekayaan dengan
harapan harta yang melimpah ruah dapat mengantarkannya menuju kebahagian. Ada yang
menghimpun kekuatan untuk mendapatkan kekuasaan sehingga menjadi orangt-orang yang
dapat melakukan apapun, sebagaimana dalam sejarah kita dengar cerita tentang Yulius
Caesar, Raja Namrud, Fira'un sampai zaman modern kita mengenal Stelin, Hitler dan
sejenisnya. Demikian pula ada yang mengembangkan berbagai bentuk pengetahuan dan
teknologi yang telah memudahkan kehidupan umat manusia, dengan berkembangnya
pengetahuan dan lahirnya peradaban akan mengantarkan kebahagian kepada umat
manusia. Banyak jalan untuk menggapai kesuksesan hidup, namun apakah hanya
kesuksesan sebatas ini saja yang diinginkan manusia ?
Ternyata setelah manusia mendapatkan segalanya, baik kekayaan, kekuasaan,
pengetahuan dan lainnya, mereka tidak dapat merasakan kebahagian sejati sebagaimana
yang dirasakan oleh manusia modern yang mendasarkan kehidupan mereka pada materi
semata. Jadi tidak selamanya kekayaan, kekuasaan dan sejenisnya dapat mengantarkan
manusia menuju kebahagian sejati, bahkan sebaliknya, kadangkala semua itu justru
mengantarkannya kepada jurang kenestapaan ataupun keangkuhan yang pada akhirnya
berujung pada kehancuran dan kebinasaan sebagaimana yang dialami hartawan angkuh
seperti Qarun ataupun penguasa tiran macam Fir'aun. Untuk itu, manusia perlu
mendapatkan sebuah kesuksesan sejati yang akan mengantarkannya menuju kebahagian
sejati, yaitu kebahagian di dunia dan di akhirat kelak. Inilah kesuksesan dan kemenangan
sebenar-benarnya yang harus di raih oleh umat manusia.
Untuk memahami sekaligus meraih kesuksesan sejati ini, manusia memerlukan
bimbingan dari Yang Maha Mengetahui tentang dirinya. Dan tentu tidak ada yang lebih
3
mengetahui tentang diri manusia, kecuali Pencipta manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT.
Kepada Sang Penciptalah sepatutnya manusia belajar tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan dirinya. Itulah sebabnya Sang Pencipta telah menurunkan kitab-kitab yang
senantiasa menjadi panduan hidup manusia melalui para utusan-Nya sejak pertama kali
mereka diciptakan. Dan dengan kasih sayang-Nya pula, Dia telah menurunkan al-Qur'an,
kitab terakhir yang tiada keraguan dan kekurangan sedikitpun padanya sebagai pemimpin
dan pembimbing manusia dalam menggapai kesuksesan sejati. Hanya al-Qur'anlah yang
akan mengantarkan manusia menuju kesuksesan sebagaimana dicita-citakannya. Itulah
sebabnya, al-Qur'an sepatutnya dipelajari, difahami, diimani dan diamalkan segala
perintahnya agar manusia mendapatkan kesuksesan sejati.
Itulah tujuan utama ditulisnya buku ini, agar mereka yang ingin menggapai
kesuksesan sejati menjadikan al-Qur'an sebagai pedoman dalam menggapai cita-citanya.
Bukan dengan mencari jalan-jalan yang kelihatannya mengantarkan manusia pada
kesuksesan, namun hakikatnya hanya kesuksesan semu yang akan menambah nestapa
mereka. Karena kesuksesan sejati adalah apabila manusia sukses menjalani hidupnya di
dunia sesuai dengan kehendak Allah yang telah menciptakannya. Memang Allah tidak
melarang hamba-hamba-Nya untuk memperoleh kekayaan sebanyak-banyak yang mereka
mampu kumpulkan, tidak pernah melarang agar mereka menjadi penguasa-penguasa agung
yang memiliki daerah kekuasaan yang luas, demikian pula Sang Pencipta tidak melarang
manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan teknologi setinggi-tingginya. Bahkan
Allah senantiasa memerintahkan manusia agar memiliki semua itu untuk memudahkan
mereka mengabdikan diri kepada-Nya. Inilah yang terpenting, agar harta, kekuasaan,
pengetahuan dan nikmat-nikmat lainnya dapat menjadi sarana bagi manusia dalam
menyembah kepada Allah SWT. Apabila manusia telah sampai pada drajat ini, yang
menjadikan segala apa yang ada padanya sebagai sarana untuk menggapai keridhoan Allah
Sang Pencipta, maka inilah sebenar-benar dan sesejati-sejatinya keseuksesan dan
kemenangan sebagaimana diajarkan al-Qur'an.
4
Untuk mencapai pemahaman ini, manusia, terutama yang telah meyakini al-Qur'an,
wajib mengikuti segala tuntutan yang diajarkan al-Qur'an. Karena hanya al-Qur'an dengan
segala keutamaan dan kelengkapannyalah yang akan mampu membimbing manusia
menggapai cita-cita agung yang telah ditetapkan Sang Pencipta ini. Kesuksesan sejati
sebagai hamba-hamba Allah yang menjadikan sarana pengabdian apa-apa yang dimilikinya,
baik berupa harta, kekuasaan, pangkat, pengetahuan dan lainnya. Inilah yang diajarkan al-
Qur'an kepada manusia agar mereka dapat merasakan kebahagian sejati dan menggapai
kesuksesan dalam hidupnya, baik di dunia maupun akhirat.
Buku ini terdiri dari delapan bab. Bab pertama merupakan pendahuluan dari buku ini
yang membahas latar belakang permasalahan ditulisnya buku ini. Bab kedua membahas
hakikat al-Qur'an sebagaimana yang dimaksudkan al-Qur'an dan pembahasan para
cendekiawan dan ulama. Bab ketiga membahas tentang bukti-bukti kebenaran al-Qur'an dari
berbagai sisi dan pendekatan ilmiyah yang menggambarkan bagaimana sempurnanya al-
Qur'an sebagai wahyu Allah SWT. Bab keempat membahas bagaimana cara beriman
kepada al-Qur'an dengan segala implikasi yang menyertainya. Bab kelima membahas
masalah manhaj Qur'ani, metode menerapkan al-Qur'an dalam kehidupan nyata, metode
yang telah dicontohkan Rasulullah dan para shahabatnya. Bab keenam membahas masalah
ciri khas masyarakat Qur'ani yang telah dibina oleh Rasulullah berdasarkan ajaran al-Qur'an
pada masa-masa awal priode Islam. Bab ketujuh membicarakan masalah keunggulan al-
Qur'an sebagai pedoman hidup manusia sepanjang zaman, pedoman yang akan
mengantarkan manusia menuju kesuksesan sejati sebagaimana dikehendaki Sang Pencipta
alam. Bab kedelapan adalah kesimpulan dan penutup dari semua pembahasan.
Sebagai sebuah upaya manusia yang lemah, tentunya buku ini tidak terlepas dari
segala bentuk kekurangan dan kelemahan. Apabila terdapat kebenaran di dalamnya, maka
tidak lain hal ini bersumber dari Allah dan Rasul-Nya semata, namun apabila ada kesalahan
dan kekeliruan, maka pasti ia berasal dari kelemahan dan kebodohan penulis. Itulah
sebabnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
melengkapi buku ini.
5
Penulis berharap mudah-mudahan buku kecil ini akan mendorong para pembaca
untuk mencintai al-Qur'an, dan menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan, petunjuk
dalam menggapai kemenangan dan kesuksesan. Dengan demikian, mudah-mudahan
penulis dilimpahkan karunia yang besar oleh Allah dan senantiasa ditambah kecintaan dan
pemahamaan kepada al-Qur'an nan agung. Dan Sang Pencipta mencatatnya sebagai amal
sholeh yang senantiasa mengalir sampai akhir zaman, amin.
Demikian pula, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua fihak yang telah membantu keberadaan buku ini, yang tidak mungkin disebut
satu persatu, karena banyaknya. Tidak lupa pula penulis haturkan doa keselamatan kepada
Abahanda dan Uminda yang telah tiada, semoga karya kecil ini dapat menjadi amal sholeh
yang selanjutnya akan menjadi doa anak sholeh.
Kepada Allahlah kita serahkan semua urusan.
Jakarta, 01 Agustus 2004
Hilmy Bakar Almascaty
6
DAFTAR ISI
I. KATA PENGANTAR
II. BAB I : PENDAHULUAN
III. BAB II : HAKIKAT AL-QUR'AN
IV. BAB III : BUKTI KEBENARAN AL-QUR'AN
V. BAB IV : BERIMAN KEPADA AL-QUR'AN
VI. BAB V : MANHAJ QUR'ANI
VII. BAB VI : MASYARAKAT QUR'ANI BINAAN RASULULLAH
VIII. BAB VII : AL-QUR'AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP MANUSIA SEPANJANG MASA
IX. BAB VIII : AL-QUR’AN DAN FENOMENA PERUBAHAN MANUSIA
X. BAB IXI : KESIMPULAN DAN PENUTUP
XI. LAMPIRAN-LAMPIRAN
7
Bab I : PendahuluanKini dunia telah memasuki babak baru dalam perjalanan sejarahnya yang penuh
kompleksitas dengan segala perbendaharaan material yang menyertainya, sebuah babak
yang dikenal luas sebagai milenium ketiga. Babak yang merupakan awal mulai terjadinya
perubahan-perubahan drastis dalam orientasi dan pola kehidupan umat manusia dalam
mengatur eksistensi mereka. Orientasi dan pola lama ditinggalkan akibat kerancuan dan
kegagalan yang ditimbulkannya. Dalam era yang dipenuhi dengan berbagai bentuk
kecanggihan sain dan teknologi, manusia benar-benar haus akan hakikat diri mereka yang
kian terasing dan terpinggirkan dalam glemournya kehidupan modern. Ternyata kehidupan
yang dipenuhi materi ini tidak dapat mengantkan mereka untuk mengetahui hakikat diri
mereka sebagai manusia, siapa sebenarnya mereka ? Untuk apa keberadaan mereka di
muka bumi ? Dan kemanakah mereka akan pergi setelah berakhirnya kehidupan dunia ini?
Pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat dalam kehidupan manusia
modern ternyata belum mampu menjawab secara tuntas pertanyaan-pertanyaan abadi dan
mendasar yang senantiasa diajukan generasi demi generasi oleh umat manusia sejak awal
keberadaannya di muka bumi ini. Bahkan lebih jauh dunia modern telah mengantarkan
manusia kebingungan demi kebingungan yang menimbulkan kekecewaan dan keputusasaan
yang menjadi gejala global saat ini. Keadaan ini diperparah dengan munculnya manusia-
manusia perusak yang mengeksploitasi alam, menghancurkan lingkungannya, sanggup
memerangi dan membunuh manusia-manusia tak berdosa, yang pada akhirnya
memusnahkan peradaban yang dibangun berabad-abad oleh generasi terdahulu. Dan
manusia modern dengan perbendaharaan pengetahuan dan teknologinya ternyata telah
mengantarkan kehancuran pada alam raya, memusnahkan makhluk hidup dan membunuh
sesama manusia.
8
Bersamaan dengan krisis global ini, banyak terjadi perubahan-perubahan besar dan
mendasar yang mencengangkan dan mengejutkan umat manusia. Peristiwa-peristiwa
besar telah terjadi yang akan merombak tatanan dunia masa depan yang mencemaskan
manusia modern. Umat manusia sudah mulai hilang kepercayaan pada semua jenis sistem
hidup ciptaan manusia, baik yang dianjurkan oleh Barat ataupun Timur, yang Kapitalis
ataupun Sosialis dan sistem sekuler sejenisnya, yang pada hakikatnya telah mengantarkan
pengikutnya menuju kerancuan demi kerancuan, yang pada akhirnya menimbulkan bencana
demi bencana kemanusiaan. Bahkan tidak diragukan, bencana yang ditimbulkan manusia
modern dengan perbendaharaan pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya sangat
mengerikan akibat dampak luas kehancuran yang ditimbulkannya.
Karena semua sistem manusiawi itu pada hakekatnya mengarahkan manusia menuju
jurang kehancuran dengan segala problematika yang ditimbulkannya. Sistem hidup
manusiawi itu tidak mampu menyelesaikan problematika yang dihadapi manusia modern,
bahkan menambah problematika baru di atas segala bentuk problematika yang sudah ada.
Teori-teori yang disanjung dan diagungkan hari ini, pada kemudian hari dikecam
habis-habisan oleh pendukung-pendukung setianya sendiri. Konsep hidup yang pada
awalnya berslogankan kebebasan, keadilan, samarata-samarasa, keamanan, kedamaian
dan kata-kata indah lainnya, hanya melahirkan kediktatoran, penyelewengan, penindasan
golongan kelas elit baru dan membentuk manusia-manusia perusak yang tidak berperike-
manusiaan. Mereka menciptakan teknologi canggih untuk saling memusnahkan. Akhirnya,
sistem yang diagungagungkan itu mendorong lahirnya eksploitasi bangsa atas bangsa lain
yang dikenal sebagai imprialisme dan kolonialisme. Konsep manusiawi itu pada hakikatnya
mengubah sifat manusia menjadi hewan yang tidak mengenal malu terhadap pelanggaran
nilai-nilai moral, sehingga lahirlah manusia yang lebih kejam dan lebih sadis dari binatang
buas.
Akibat kepalsuan dan kegagalan yang ditimbulkannya, masyarakat modern yang penuh
dengan perbendaharaan materi sudah mulai ragu dan menolak dengan kerasnya sistem
hidup manusiawi itu. Karena sistem yang mengantarkan mereka pada dunia modern ini telah
9
menjadikan mereka sebagai manusia-manusia yang kehilangan arah, kehilangan jati diri,
kehilangan hakikat hidup, bahkan lebih jauh mereka telah ditimpa penyakit yang sangat
membahayakan kehidupan manusia, krisis spiritual. Modernisme yang dilahirkan dari
sekulerisme yang menolak peranan agama, ternyata tidak mampu memenuhi tuntutan hakiki
manusia yang memerlukan kebahagian dan ketenangan sejati. Walaupun Peradaban
modern dengan segala produknya telah mengantarkan mereka menuju puncak
kegemilangan material, namun kegelisahan dan ketakutan telah menghantui masyarakat
yang menamakan dirinya modern. Akhirnya tidak diragukan mereka amat merindukan sistem
hidup yang akan membawa mereka menuju kedamaian abadi di dunia dan akhirat.
Itulah sebabnya, masyarakat modern kini mulai mengkritisi keberadaan dan pencapaian
yang tengah mereka alami. Apakah kemodernan yang dicapainya mampu melahirkan
kebahagian dan ketenangan sejati pada masyarakatnya. Apakah mampu mengantarkan
manusia menuju kesuksesan hidup yang mereka cita-citakan, sebuah tatanan masyarakat
yang harmonis, aman, damai dan berkembang sesuai dengan segala potensi yang mereka
miliki. Apakah modernisme yang berdasarkan sekulerisme ini benar-benar mampu
menciptakan kesuksesan dalam arti yang sebenarnya, kesuksesan dalam kehidupan di
dunia dan kesuksesan dalam kehidupan setelahnya.
Namun kenyataannya masyarakat modern yang menganut faham sekulerisme dengan
segala cabangnya telah mengalami kegagalan dalam menggapai kesuksesan sejati dalam
kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Mereka lahir menjadi manusia dan sekumpulan
masyarakat yang sangat egois, mementingkan diri sendiri, penuh penyakit jiwa dan
eksploitatif serta agresif. Mereka sangat takut dengan produk peradaban yang mereka
ciptakan sendiri, terutama teknologi persenjataan yang dapat memusnahkan umat manusia
dan alam sekitarnya dalam hitungan detik. Akhirnya kemodernan (modernisasi) yang
ditawarkan dunia Barat kepada dunia terbelakang dan berkembang telah menimbulkan
konflik baru, yang diistilahkan oleh Huntington sebagai "The Clash of Civilizations",
terjadinya pergesekan antar peradaban yang akan memicu perang dunia.
10
Sehubungan dengan masalah ini, kaum Muslimin yang selalu menjadi obyek modernisasi
dari kaum imprialis Barat, kini mulai membuka matanya dari mimpi panjang. Setelah
berabad-abad dibohongi Barat dengan segala janji-janji kosongnya yang telah
menghancurkan identitas dan keagungan mereka, kini kaum Muslimin mulai menyakini
hanya Islamlah ideologi, cara hidup, filsafat yang terunggul dan tersempurna. Panduan hidup
yang akan mampu menjawab permasalahan masyarakat modern dengan segala
nestapanya, mengobati segala penyakit yang telah menimpa mereka. Bahkan tidak
diragukan akan mengantarkan mereka menjadi manusia-manusia modern dalam arti
sebenarnya, yaitu manusia-manusia agung yang menguasai peradaban modern yang
berlandaskan pada spiritualisme Islam.
Mereka benar-benar telah sadar, selama ini dibohongi Barat dengan segala
propaganda-propaganda sesatnya yang telah mendoktrin mereka dengan berbagai sistem
manusiawi yang kemudian berakhir dengan kegelisahan, kekacauan dan kehancuran.
Mereka mulai sadar bahwa materialisme dan cabang-cabangnya yang diajarkan Barat
kepada kaum Muslimin telah melahirkan manusia bingung yang penuh dengan tragedi,
menanggalkan fitrahnya sebagai pemakmur alam raya. Mereka telah diperbudak oleh materi
yang mereka ciptakan sendiri. Kenyataan-kenyataan ini telah mengukuhkan kesadaran kaum
Muslimin bahwasanya Islam adalah sumber kekuatan yang akan membawa mereka menuju
kejayaan, kesuksesan hidup sejati di dunia dan akhirat.
Hari demi hari kesadaran kaum Muslimin ini semakin meluas, menjangkau semua
lapisan masyarakat, dari para profesor di universitas, politisi, pengusaha, mahasiswa sampai
masyarakat awam. Mereka telah sepakat bahwa ad-dinul Islam adalah sumber kekuatan
yang akan menjadikan mereka sebagai penguasa dunia yang agung sebagaimana
generasi-generasi Islam terdahulu yang telah menguasai dunia dan menegakkan kalimah
Allah di atasnya sehingga terwujudnya keadilan, kedamaian dan kemakmuran yang meluas.
Mereka telah menyadari bahwa mereka adalah Khalifatullah, wakil Allah di muka bumi yang
akan mengatur alam ini sesuai menurut kehendak-Nya. Kebangkitan kembali Islam dan
kaum Muslimin telah menjadi kenyataan, tidak ada siapapun yang mampu menahan ge-
11
lombang kebangkitannya, karena menjadi rahmat Allah yang telah dilimpahkan kepada kaum
Muslimin. Bersamaan dengan gema kebangkitan Islam yang semakin kuat ini, kaum
Muslimin di penjuru dunia mulai berusaha untuk memahami ajaran Islam dari sumbernya
yang asli, yaitu al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah. Mereka berusaha memahami secara pasti
inti ajaran Islam menurut sumbernya yang asli, bukannya dari pemahaman-pemahaman
musuh-musuh Islam yang senantiasa berusaha menghancurkan Islam dengan segala tipu
muslihatnya.
Para orientalis, agen Yahudi dan Nasrani sejak lama menyajikan Islam menurut
pemahaman mereka dengan metode yang sangat menarik agar umat tersesat dan tetap
dalam kemunduran serta terjajah pemikirannya. Mereka menghendaki umat tetap menjadi
budak-budak Yahudi dan Nasrani sebagaimana yang telah menimpa intelektual Muslim
terdahulu yang terlalu mengagungkan Barat dan segala pemikirannya.
Agen Yahudi dan Nasrani ini telah berhasil menghilangkan ruh Islam dari pengikutnya,
sehingga mereka menyamakan Islam dengan ilmu-ilmu lainnya, bukannya Islam sebagai
panduan hidup yang akan membawa mereka menuju kemenangan dunia dan akhirat.
Bahkan kebanyakan intelektual Muslim hari ini telah terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran
orientalis sehingga mereka menjadi musuh Islam tanpa menyadarinya. Universitas--
universitas yang dikelola kaum Muslimin ini lebih tertarik merujuk kepada mereka, sehingga
lahirlah intelektual yang namanya Muslim namun pemikirannya seperti para orientalis yang
memusuhi Islam. Sesungguhnya dengan berpandukan hanya kepada al-Qur'an dan Sunnah
Rasulullah, kaum Muslimin akan dapat memahami ajaran agama mereka dengan ruhnya dan
sekaligus akan mengangkat martabat mereka menjadi pemimpin-pemimpin dunia.
Untuk melemahkan arus kebangkitan Islam ini sejak awal para orientalis Barat, agen
Yahudi dan Nasrani berusaha menghilangkan sumber kekuatan kaum Muslimin. Mereka
sangat menyadari bahwa sumber kekuatan kaum Muslimin tidak lain adalah al-Qur'an yang
diturunkan Allah s.w.t. kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai panduan hidup umat
manusia. Dengan seribu satu cara, mereka berusaha menjauhkan al-Qur'an dan ruh yang
terkandung di dalamnya. Mereka menimbulkan keraguan-keraguan terhadapnya dengan
12
berbagai teori ilmiyah yang mereka ciptakankan agar kaum Muslimin menjauhi al-Qur'an,
agar mereka menganggap al-Qur'an buatan Nabi Muhammad s.a.w. yang sudah ketinggalan
zaman. Jika mereka berhasil menjauhkan semangat al-Qur'an sebagai panduan hidup dari
umat, berarti mereka telah berhasil menghalangi kebangkitan Islam. Kaum Muslimin tidak
akan mencapai kebangkitannya sebelum mereka menjadikan al-Qur'an sebagai pedoman
hidup mereka.
Sejarah telah membuktikan al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
telah berhasil mengubah bangsa Arab jahiliyah menjadi penguasa-penguasa agung
sepanjang masa. Sebelum diturunkan al-Qur'an, bangsa Arab adalah bangsa terbelakang
yang tidak pernah diperhitungkan di gelanggang peradaban dunia. Mereka adalah bangsa
kecil yang bertekuk lutut di bawah Imperialis Romawi dan Parsi. Namun setelah Allah s.w.t.
menurunkan al-Qur'an kepada mereka sebagai pedoman hidup, dalam tempo waktu singkat
mereka menjadi bangsa besar yang menguasai Romawi dan Parsi, menjadi lambang
peradaban baru dunia.
Kaum Muslimin terdahulu menjadi agung bukan karena mereka menyimpan lembaran-
lembaran al-Qur'an di rumah-rumah mereka, namun karena mereka telah menerapkan
al-Qur'an dalam kehidupan nyata mereka, menjadikan al-Qur'an sebagai panduan hidup,
sehingga mereka menjadi 'al-Qur'an hidup'. Maka jika kaum Muslimin hendak memimpin
dunia kembali dalam semua lapangan kehidupan, mereka harus kembali kepada
pemahaman yang telah menjadikan generasi terdahulu sebagai pemimpin. Mereka harus
menjadikan al-Qur'an sebagai pedoman hidup mereka, pedoman yang mengatur seluruh
langkah kehidupan mereka di alam nyata sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan
mengkabarkan berita gembira kepada orang-orang yang mukmin yang beramal salih, bahwa
bagi mereka ada ganjaran besar, (Q17:9)
13
Maka dalam keadaan seperti sekarang, di mana dunia modern sedang mengalami
kerancuan, kebingungan dan ketakutan, kehadiran manusia-manusia agung, masyarakat
baru yang modern dan berperadaban, yang menjadikan al-Qur'an sebagai pedoman
hidupnya sangat diharapkan kehadirannya dan dinanti-nantikan oleh seluruh umat manusia.
Kerena merekalah yang diharapkan akan menyelesaikan problematika manusia modern dan
segala krisis yang menimpanya. Dan tidak diragukan bahwa al-Qur'an dengan segala
keutamannya pasti mampu melahirkan masyarakat modern dalam arti yang sebenarnya.
Masyarakat yang menguasai dan mampu berinteraksi dengan perbendaharaan peradaban
modern berdasarkan kekuatan spiritual yang datangnya dari al-Qur'an.
Kebangkitan Islam yang dilaungkan dengan penuh semangat oleh kaum Muslimin di
penjuru dunia akhir-akhir ini akan hanya menjadi slogan-slogan kosong yang tak bermakna
jika mereka tidak mendidik dan membina dengan serius generasi baru dengan al-Qur'an,
menguasai dan memahaminya dengan benar, menggunakan manhaj al-Qur'an yang telah
diwariskan oleh Rasulullah s.a.w. dan para Sahabatnya. Maka tidak diragukan baghwa tugas
terbesar kaum muslimin saat ini adalah mencetak manusia-manusia agung berdasarkan
nilai-nilai keagungan al-Qur'an. Tidak ada satu ayatpun yang mencegah seorang muslim
menjadi manusia yang maju, sukses, berperadaban dan menguasai dunia, bahkan dengan
tegasnya al-Qur'an memerintahkan agar para pengikutnya menjadi penghulu-penghulu umat
manusia yang akan membimbing mereka menuju kebahagian sejati. Namun jika modern
diidentikkan dengan Barat dengan segala bentuk kebebasan hidupnya yang permissif dan
hedonis, maka jelas al-Qur'an mencegah pengikutnya menjadi manusia yang berperilaku
rendah seperti binatang.
Menjadi manusia yang ingin menggapai kesuksesan hidup sejati, tidak ada cara lain,
kecuali seseorang harus menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah,
mengikuti petunjuk Rasul-Nya, melaksanakan ajaran Islam dan meninggalkan perbuatan
yang dilarang agama. Namun pada saat yang sama dapat menguasai dan berinteraksi
dengan dunia modern, bahkan mengarahkan dunia modern dengan segala
perbendaharaannya menuju keridhoan Allah dibawah naungan Islam. Dengan kata lainnya,
14
manusia harus benar-benar mengikuti petunjuk yang dibawa al-Qur'an, karena hanya al-
Qur'an dengan segala kemukzijatan yang menyertainyalah yang akan dapat mengantarkan
manusia menuju kesuksesan sejati, kesuksesan di dunia dan kesuksesan di akhirat. Sukses
sebagai pribadi dan komponen masyarakat yang akan membangun dunia baru berdasarkan
al-Qur'an.
BAB2
HAKIKAT AL-QUR'AN
Dalam dunia modern yang penuh dengan perbendaharaan peradaban manusia saat ini, banyak
orang yang mempermasalahkan kitab suci umat Islam, al-Qur'an serta peranannya dalam membangun
peradaban dan kemajuan umat manusia. Apakah al-Qur'an memang benar sebuah kitab suci yang
diturunkan Allah Sang Pencipta kepada umat manusia? Jika memang benar kitab suci dari Allah,
apakah masih terjaga keasliaannya?
Para ulama biasanya mengartikan al-Qur'an sebagai, "Kumpulan kalam Allah yang diturunkan
secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad s.a.w. melalui perantaraan malaikat Jibril a.s.
sebagai mukjizat dan dipandang ibadah bagi yang membacanya". (lihat, Dr. Shubhi Sholeh, Mabahits
fi 'Ulumil Qur'an, dan Dr. Shabir Thayyimah, Haza al-Qur'an)
Imam Hasan Al-Banna pula menyatakan, "Al-Qur'an Karim adalah kitab Allah Tabaraka wa Taala
yang berisi berita tentang orang-orang sebelum kamu, khabar tentang orang-orang sesudah kamu dan
hukum yang ada di antara kamu. Al-Qur'an adalah kata putus, bukan senda gurau. Barangsiapa yang
meninggalkannya dengan sombong, dia akan dibinasakan Allah s.w.t. Sesiapa yang mencari petunjuk
selain dari al-Qur'an, dia akan disesatkan Allah s.w.t. Al-Qur'an adalah tali Allah yang kukuh, ca-
haya-Nya yang terang-benderang dan peringatan-Nya yang bijaksana. Al-Qur'an adalah Siratul
Mustaqim (jalan lurus). la tidak dapat dipalingkan hawa nafsu, tidak dapat dikaburkan lisan dan tidak
dapat dicerai-beraikan pendapat. Para ulama tidak merasa kenyang terhadapnya dan para muttaqin pun
tidak merasa bosan kepadanya. AlQur'an tidak pernah usang karena banyak diulang dan tidak akan
15
habis keajaiban-keajaibannya. Para jin yang mendengarnya tidak henti-henti mengatakan: "Sesung-
guhnya kami telah mendengar al-Qur'an yang menakjubkan”. Siapa yang mengetahuinya, akan unggul
ilmunya; siapa yang mengatakannya, akan benar ucapannya; siapa yang berhukum kepadanya, akan
adil hukumannya; siapa yang mengamalkannya akan mendapat pahala dan siapa yang menyeru
kepadanya akan mendapatkan petunjuk ke jalan lurus. " (Muqaddimah fi Tafsir ma'a Tafsir al-Fatihah
wa awwalil Surah al-Baqarah, hal.1)
Syeikh Muhammad Rasyid Ridha menulis: "Al-Qur'an adalah sebuah kitab, tetapi tidak seperti
kitab-kitab lainnya. la adalah ayat, tetapi tidak seperti ayat-ayat yang lain. Ia adalah mukjizat, tetapi
tidak seperti mukjizat-mukjizat yang lain. la adalah rahasia, tetapi. tidak seperti rahasia-rahasia yang
lain. la adalah firman, tetapi tidak seperti firman-firman yang lain. la adalah kalam Allah Yang Maha
Hidup dan Maha Pengurus makhluk-makhluk-Nya terusmenerus. la bukan dari Ruhul Amin, Jibril a.s.
pembawa wahyu. Jibril hanya memindahkannya dari langit tertinggi ke atas persada bumi ini. la bukan
pula dari Nabi Muhammad s.a.w., utusan Allah dan penutup sekalian Nabi.
Nabi Muhammad s.a.w. hanya menyampaikannya kepada manusia dengan bahasa yang
diterimanya dari Jibril a.s., Ruhul Amin, lalu menjelaskan al-Qur'an itu kepada manusia dengan ucapan
dan perbuatan agar manusia mendapat petunjuk dengannya. Bahasa al-Qur'an, aturan-aturannya, gaya
susunannya, bimbingannya, pengaruhnya dan ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya merupakan
sesuatu di luar kemampuan manusia untuk meniru dan menandinginya".(al-Wahyul Muhammadi,
hal.225)
Al-Qur'an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada manusia bukan sekedar untuk dijadikan
bahan bacaan yang dipertandingkan, hiasan yang memperindah rumah ataupun dijadikan sebagai
azimat penangkal bala sebagaimana dilakukan kebanyakan kaum Muslimin, tapi ia adalah kitab yang
memberikan petunjuk kepada manusia jalan-jalan yang harus dilaluinya agar mereka mendapat
kemenangan di dunia dan akhirat kelak. la adalah kitab yang akan memberikan petunjuk jalan lurus,
jalan keselamatan dan kesejahteraan bagi siapa yang mengikutinya.
Alif lam mim. Kitab ini (al-Qur'an) tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang
muttaqin. (Q2:2)
16
Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan mengkhabarkan
berita gembira kepada orang-orang yang mukmin yang beramal salih, bahwa bagi mereka ada
ganjaran besar. (Q17:9)
... Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Allah cahaya dan kitab (al-Qur'an) yang nyata. Dengan
kitab itulah Allah hendak memberi petunjuk kepada orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke
jalan kesejahteraan..(Q5:15-16)
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (al-Qur'an) kepada mereka, yang Kami
telah menjelaskannya ilmu pengetahuan Kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (Q7:52)
Al-Qur'an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada manusia dengan kandungannya yang
sempurna, membahas segala permasalahan manusia, dari aspek individu sampai masyarakat,
membahas masalah ekonomi, politik, pendidikan, sosial, budaya, pengetahuan sampai kepada masalah
ketentaraan. Maka al-Qur'an adalah kitab yang tidak meninggalkan satu bagianpun dari kehidupan
manusia.
... Tidaklah Kami tinggalkan di dalam al-Kitab (al-Qur'an) ini sesuatu apa pun... (Q6:38)
... Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu... (Q16:89)
... Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
(Q12:111)
17
Seorang ahli sejarah termasybur, Edward Gibbon di dalam bukunya The History of the Decline
and Fall of the Roman Empire menulis, "Al-Qur'an itu tidak hanya mulia, akan tetapi juga memuat
hukum-hukum Syariah, dan segala yang tertulis di dalamnya itu adalah pangkal peradaban. Al-Qur'an
adalah sebuah kitab agama, kitab kemajuan, kitab kenegaraan, persaudaraan, pengadilan dan
undang-undang ketentaraan di dalam Islam. Al-Qur'an mengandung masalah ibadah sampai kepada
pekerjaan sehari-hari, dari membicarakan soal kerohanian sampai membicarakan soal kejasmanian,
dari hak-hak umat hingga hak-hak anggotanya, membahas soal perilaku hingga soal hukuman, dari
soal dunia ini hingga soal pembahasan alam akhirat nanti. Semua itu disebut di dalamnya".
Dr. Maurice di dalarn bukunya La Press Francaise Romene menulis, "Kita berani menyatakan
bahwa al-Qur'an adalah buku terbesar yang pernah diwahyukan oleh Tuhan kepada Rasul seluruh
umat. Al-Qur'an memuat puji-pujian kepada Pencipta Langit dan Bumi, serta mengagungkan Tuhan
yang Maha Rahman dan Rahim. Al-Qur'an dapat dipandang sebagai sumber ilmu oleh para ilmuwan,
buku kamus bagi ahli etimilogi, buku tatabahasa bagi ahli bahasa, kumpulan syair bagi pujangga dan
ensiklopedia hukum dan perundangan. Sesungguhnya, tiada sebuah buku pun sebelum al-Qur'an yang
setaraf walau hanya sepotong suratnya".
Sesungguhnya tidak dapat disangsikan lagi, bahwa al-Qur'an adalah Kitab Allah yang sempurna,
yang membahas segala permasalahan hidup dan kehidupan manusia, sehingga seorang shahabat
berkata, "Seandainya tali untaku hilang, akan kutanyakan kepada al-Qur'an dan pasti akan kutemukan
kembali".
Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab untuk seluruh umat manusia dimanapun mereka berada
dan kapanpun. la tidak khusus diturunkan hanya untuk orang Arab pada zaman Rasulullah s.a.w. saja
sebagaimana didakwa para propagandis sesat. Tapi ia adalah untuk orang Arab, Habsyi, Parsi, Eropa,
Melayu, Cina, India dan seluruh manusia dari sejak ia diturunkan sehingga dunia ini hancur.
(al-Qur'an) ini satu penjelasan bagi seluruh umat manusia dan satu pimpinan serta nasihat untuk
mereka yang muttaqin. (Q3:138)
18
Bulan Ramadhan yang padanya diturunkan al-Qur'an sebagai petunjuk seluruh umat manusia...
(Q2:185)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Rabbmu dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang-benderang. (Q4:174)
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh manusia. (Q25:1)
Rasulullah s.a.w. pembawa al-Qur'an adalah diutus untuk seluruh umat manusia, maka
dengan demikian al-Qur'an secara otomatis pula ditujukan kepada seluruh umat manusia.
Dan tiadalah Kami mengutusmu kecuali untuk seluruh umat manusia, pembawa berita gembira dan
ancaman... (Q34:28)
Dan tiadalah Kami mengutusmu kecuali untuk rahmat bagi seluruh alam. (Q21:107)
AI-Qur'an adalah kitab agung yang sempurna, tidak ada cacatnya sedikit pun, baik dari segi
kandungannya, proses pembukuannya, keasliannya dan lainnya; semuanya terbukti
kebenarannya. Itulah sebabnya jika ada orang yang masih ragu dengan kebenarannya, Allah
s.w.t. menantang mereka agar membuat sepotong surat yang seumpamanya sebagaimana
firman-Nya:
Dan jika kamu masih ragu-ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami, maka
cobalah kamu buat sebuah surat saja yang seumpama dengannya dan ajaklah penolongpenolong
kamu selain dari Allah, jika memang kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat
membuatnya, dan pasti tidak akan dapat membuatnya, maka hendaklah kamu takut kepada neraka
yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang disediakan untuk orang-orang kafir. (Q2:23-24)
19
Ataukah mereka mengatakan: "Ia (Muhammad) telah mengada-adakannya (al-Quran)?" Maka
katakanlah: "Buatlah sepuluh surat yang seumpamanya dan minta tolonglah kepada siapa saja selain
Allah jika kamu orang-orang yang benar". (Q11:13)
Katakanlah: "jika berkumpul manusia dan jin untuk membuat semisal al-Qur'an ini, mereka tidak
akan mampu membuatnya, walaupun sebahagian dari mereka menjadi penolong bagi sebahagian
yang lainnya. " (Q17:88)
Waheduddin Khan dalam Islam Yatahadda ketika mengulas ayat di atas menulis: "Tantangan
tersebut adalah suatu tantangan paling aneh dalam sejarah dan banyak menimbulkan keheranan. Be-
lum pernah dalam sejarah manusia, sebuah buku dengan sepenuh kemampuan akal dan kesadarannya
berani mengemukakan tantangan yang sedemikian. Tidak mungkin seorang penulis yang
berkeupayaan menghasilkan sebuah buku yang mustahil dihasilkan oleh penulis lain yang sama
nilainya, ataupun lebih baik mutunya. Oleh yang demikian, apabila ada suatu kalam yang tidak
mungkin ditandingi oleh manusia, malah manusia gagal menyahut tantangan tersebut sepanjang
sejarah, dengan sendirinya ini membuktikan bahwa kalam tersebut bukan merupakan kalam manusia,
tetapi merupakan kalam yang berasal dari Tuhan. Tentunya segala sesuatu Yang bersumber dari Tuhan
tidak mungkin ada yang mampu menyahut tantangannya"
J. Sarwar di dalam bukunya Muhammad the Holy Prophet menceritakan mengenai Lubaid ibnu
Rabiah, seorang yang terkenal karena keindahan kata-katanya, kefasihan lidahnya dan kekuatan
syairnya. Pada waktu Lubaid mendengar Nabi Muhammad s.a.w. melancarkan tantangan tersebut
terhadap masyarakatnya, dia pun membuat beberapa untai syair untuk menyahut tantangan tersebut.
Syair itu kemudian digantungkan di pintu Ka’bah dan merupakan suatu penghormatan yang tidak
mudah didapatkan pada masa itu kecuali oleh sekelompok kecil penyair terkenal bangsa Arab.
Kemudian salah seorang kaum Muslimin melihat hal yang diperbuat oleh Lubaid itu, lalu terpanggil
untuk menyanggahnya. Dia menyalin beberapa ayat al-Qur'an dan kemudian menggantungkannya di
20
sisi syair Lubaid. Pada hari berikutnya Lubaid melalui pintu Ka’bah (pada waktu itu dia belum masuk
Islam), lalu ia terpesona oleh ayat-ayat tersebut sehingga dia berteriak dengan kerasnya: "Demi Allah,
ini bukan kata-kata manusia, dan saya termasuk orang yang menyerahkan diri (Islam)". Akhirnya pada
tahun 9H, Lubaid masuk Islam.
Kemudian di dalam buku As Syi’ir Wasy Syuara', jilid I karya Ibnu Quthaibah, diceritakan bahwa
di antara akibat pengaruh balaghah al-Qur'an terhadap penyair besar bangsa Arab ini ialah Lubaid
tidak mau lagi membuat syair. Pada suatu hari Umar bin Khattab berkata kepadanya: "Hai Abul Aqil,
bacakanlah aku beberapa syairmu!" Lubaid pun membaca surah al-Baqarah dan berkata: "Sejak Allah
mengajariku surah al-Baqarah dan surah Ali Imran, aku tidak pernah membaca syair lagi".
Wallastaine di dalam bukunya Muhammad : His Life Doctrine menceritakan mengenai
sekelompok orang yang tidak beragama dan orang-orang zindik yang merasa tidak senang melihat
pengaruh al-Qur'an terhadap masyarakat luas. Mereka bersepakat untuk menyambut tantangan
al-Qur'an. Untuk tujuan tersebut, mereka menemui Abdullah ibnul Muqaffa (727 M). Ibnul Muqaffa
adalah seorang sastarawan besar dan penulis yang terkenal. Ibnul Muqaffa mengatakan bahwa karya
beliau untuk menandingi al-Qur'an akan memakan waktu setahun, dan beliau memberi syarat bahwa
mereka harus menanggung semua keperluannya selama setahun itu.
Ketika perjanjian tersebut mendekati waktu setengah tahun, mereka pun datang kepada Ibnul
Muqaffa. Mereka ingin mengetahui perkembangan usaha yang telah dikerjakan oleh sastrawan
tersebut untuk menyabut tantangan al-Qur'an. Pada waktu mereka masuk ke kamar sastrawan Parsi
tersebut, mereka menemuinya sedang duduk memegang pena. Beliau sedang tenggelam dalam alam
fikiran yang dalam. Kertas-kertas tulis bertebaran di hadapan beliau. Kamar beliau penuh dengan
kertas-kertas yang telah ditulis kemudian beliau robek-robek!!!
Penulis yang terkenal tersebut telah mencoba mencurahkan semua daya dan tenaganya untuk
mencapai tujuannya dalam rangka menghadapi tantangan yang diajukan al-Qur'an. Tetapi beliau gagal
dalam usaha tersebut, sehingga beliau mengakui di hadapan para shahabatnya dengan rasa malu dan
menyesal bahwa setelah lebih setengah tahun, satu ayat pun tidak dapat dihasilkan yang menyamai al -
Qur'an! !!
21
Al-Qur'an adalah satu-satunya petunjuk dan panduan hidup yang akan membawa manusia menuju
kebenaran hakiki, kebenaran yang sangat dihajatkan oleh seluruh umat manusia dalam menempuh
kehidupan di dunia yang penuh tantangan dan rintangan.
Kebenaran itu hanya dari Allah saja dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu,
(Q2:147)
Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (al-Qur'an) dari
Robbmu, sebab itu barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya untuk kebaikan
dirinya.. (Q10:108)
Alif lam mim raa, inilah ayat-ayat al-Kitab (al-Qur'an) dan Kitab yang diturunkan kepadamu dari
Robbmu itu adalah benar, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman. (Q13:1)
Maka itulah Allah Robbmu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan
kesesatan... Q10:32)
Dan inilah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalanjalan lain,
karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu darijalan-Nya... (Q6:153)
AI-Qur'an adalah kitab Allah yang jelas kebenarannya, yang terang isinya, sempurna
kandungannya, maka siapa yang berpaling ataupun menentangnya, sedikit ataupun banyak,
maka merekalah orang-orang yang mendapat kerugian, orang-orang yang jahil dan zalim.
Sebenarnya, al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.
Dan tiada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. (Q29:49)
22
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu,
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim. (Q2:145)
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Zikr (al-Qur'an) ketika datang kepadanya, mereka
celaka dan sesungguhnya al-Qur'an itu adalah Kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya
kebatilan baik dari depan, maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Terpuji. (Q41:41-42)
Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk dan pedoman al-Qur'an dengan sempurna,
mereka akan mendapat kebahagiaan dan ketenteraman, sedangkan mereka yang berpaling
akan mendapat kecelakaan dan kesempitan.
Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (Q20:123)
Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, nescaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak
pula mereka bersedih hati. (Q2:38)
Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkan pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah mereka:
"Ya Rabbi mengapa Engkau menghimpun aku dalam keadaan buta, padahal aku dulunya adalah
seorang yang melihat? "Allah berfirman: "Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat kami, maka
kau melupakannya, dan begitu pula pada hari ini kamu pun dilupakan. " (Q20:124-126)
Al-Qur'an adalah Kitab Allah yang sempurna sebagai petunjuk dan pedornan hidup kepada
manusia yang akan membawa mereka menuju kemenangan di dunia dan akhirat. Maka itulah sebabnya
orang-orang yang menghendaki kemenangan, mesti menyakininya dengan seyakin-yakinnya,
kemudian mengamalkan apa yang diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya.
23
Ikutilah apa yang diturunkan kepada kamu dari Tuhan kamu dan janganlah kamu mengikuti
penolong-penolong selain dari-Nya, tetapi sedikit sekali kamu mengingat. (Q7:3)
Dan al-Quran itu adalah Kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan
bertawakkal agar kamu diberi rahmat. (Q6:155)
Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Robbmu. Tidak ada Ilah (Tuhan) selain Dia; dan
berpalinglah dari orang-orang musyrik. (Q6:106)
Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan, dan
Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (Q10:109)
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya
mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.
(Q5:49)
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dar ijalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikut ipersangkaan belaka, dan
mereka tidak lain hanyalah berdusta (Q6:116)
Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. (Q5:48)
24
Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur'an) ini, melainkan agar kamu dapat
menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk serta rahmat
bagi kaum beriman. (Q16:64)
Maka sesungguhnya al-Qur'an adalah sumber kekuatan kaum Muslimin, karena ia datang dari
segala sumber Kekuatan Yang Maha Kuat. Ia adalah kitab yang akan menggerakkan manusia untuk
berfikir, bekerja, berjuang, berkorban, menegakkan keadilan, memberantas kelalaian, menyeru
kemakrufan dan mencegah kemungkaran dengan bahasanya yang indah, yang menuntun dan me-
nyentuh relung terdalam hati manusia. Walaupun pesanannya disampaikan berulang-ulang, namun
tidak pernah membosankan, karena disarnpaikan dengan bahasa berbeda yang sangat memikat. Inilah
kekuatannya yang luar biasa.
Al-Qur'an dengan gayanya yang khas mengajak manusia berfikir, menggunakan akalnya dalam
kehidupan ini, menjadikan mereka manusia-manusia dinamis dan kreatif. Sesungguhnya generasi
Islam terdahulu yang telah berhasil dengan gemilang menjadi pemimpin peradaban dunia, adalah
karena mereka menjadikan al-Qur'an sebagai panduan hidup mereka, menjadikannya sebagai sumber
inspirasi dalam mengembangkan pengetahuan, menjadikannya sebagai semangat untuk menguasai
dunia. Segala permasalahan, mereka kembalikan kepada al-Qur'an. Al-Qur'an telah membentuk
pribadi mereka yang jahiliah menjadi peribadi muslim yang agung. Namun generasi sesudah mereka
menjadi generasi yang jumud karena mereka menjadikan al-Qur'an hanya sebagai bahan bacaan saja,
hanya sebatas sebagai ilmu pengetahuan yang diperdebatkan, bukannya sebagai panduan hidup.
Kenyataan seperti inilah yang akhirnya menghancurkan mereka, dan kepemimpinan yang ada di
tangan mereka dirampas Barat yang sebenarnya mewarisi peradaban mereka.
Maka tidak dapat diragukan, jika al-Qur'an dijadikan pedoman hidup, dijadikan sebagai sumber
kekuatan yang dinamis oleh generasi masa kini, maka mereka pasti akan menjadi manusia-manusia
unggul sebagaimana yang telah dicetak al-Qur’an terdahulu. Dengan segala kemukjizatan yang
terkandung di dalamnya, al-Qur’an akan membimbing dan memimpin pengikutnya menuju
kesempurnan dan keunggulan hidup. Mereka akan menjadi mercusuar umat manusia, sebagaimana
telah dijanjikan Allah dan telah dibuktikan oleh Rasul-Nya dan para shahabatnya.
25
Bab 3BUKTI KEBENARAN AL-QUR'AN
Sejak diturunkan sampai saat ini masih banyak orang yang ragu dengan kebenaran al-
Qur'an. Mereka menganggap al-Qur'an sebagai hasil karya Nabi Muhammad s.a.w. yang
lahir dari inspirasi dan imajinasi beliau sebagai seorang manusia, ataupun pengaruh
keadaan psikologis alam bawah sadarnya, mendengar pengalaman-pengalaman dari
orang-orang sebelumnya hingga mampu menceritakannya kembali dan berbagai bentuk
prasangka sesat lainnya. Bahkan banyak di kalangan kaum Muslimin yang terbius dengan
tipu muslihat yang menyesatkan ini, sehingga mereka menjadi antek dan agen yang
memusuhi al-Qur'an. Namun demikian tidak kurang para cendekiawan Muslim yang bangkit
membela kebenaran al-Qur'an dengan dalil-dalil pasti serta menelanjangi kebohongan dan
kesesatan mereka yang memusuhi al-Qur'an. Diantaranya yang terkenal adalah Syeikh
Muhammad Rasyid Ridha dalam al-Wahyu al-Muhammadi, Malik ben Nabi dalam al-Dzahir
al-Qur'aniyyah sampai Dr. Harun Yahya yang telah menerbitkan beberapa seri buku tentang
bukti-bukti kebenaran al-Qur'an.
Di zaman milenium ketiga ini, zaman yang mengutamakan ilmu pengetahuan, di mana
fakta-fakta kebenaran dinilai dan diukur menurut pengetahuan dengan metode ilmiyah, maka
di sini akan dikemukakan beberapa fakta ilmiyah bukti kebenaran al-Qur'an.
26
KEINDAHAN BAHASA AL-QUR'AN
Bahasa al-Qur'an adalah bahasa Arab, namun berbeda dengan bahasa Arab yang
lazim digunakan masyarakat Arab, bahasa yang digunakan al-Qur'an adalah babasa baku
yang amat tinggi nilai sastranya, sangat memikat dan mempesona. Bahasa al-Qur'an yang
indah dan tinggi ini telah banyak menjinakkan hati-hati yang keras menjadi manusia beriman,
seperti Umar bin Khattab. Para ahli bahasa telah sepakat menyatakan bahwa bahasa yang
digunakan al-Qur'an adalah bahasa terindah dari seluruh kitab di muka bumi. (lihat, M.
Rasyid Ridho, al-Wahyul Muhammadi).
Dalam hal ini, mungkinkah seorang manusia seperti Rasulullah s.a.w. yang ummi,
yang tidak dapat membaca dan menulis mampu membuat sekumpulan syair tinggi dengan
gaya bahasa yang sangat memikat, sampai-sampai jinpun tertakluk, menulis sedemikian
banyaknya kata-kata hikmah yang telah membuat tercengang dan menimbulkan kekaguman
para sastrawan-sastrawan hebat dari zaman dahulu sampai sekarang. Kitab yang telah
mengubur syair-syair jahiliyah yang sangat dibanggakan bangsa Arab,
memporakporandakan kebanggaan yang mereka pelihara turun temurun. Al-Qur'an telah
menunjukkan mukjizatnya dengan gaya bahasa yang digunakannya, pasti bersumber dari
Yang Maha Mengetahui, Allah Sang Pencipta alam.
AL-QUR'AN SESUAI DENGAN FAKTA SEJARAH
Dalam surat Yunus ayat 90-92, al-Qur'an menyatakan bahwa pada suatu saat nanti
mayat Fir'aun yang tenggelam sewaktu mengejar Nabi Musa akan dikembalikan kepada
manusia (dapat disaksikan dengan mata) untuk menjadi bukti kebenaran ayat-ayat Allah.
Dan Kami sebrangkan Bani Israil melintasi lautan, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan
bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas mereka; hingga ketika Fir'aun itu
telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan
Tuhan yang dipercayai oleh bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri
(kepada-Nya)." Apakah sekarang kamu percaya, padahal sesungguhnya kamu telah durhaka
sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini
27
Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami. (Q 10:90-92)
Ayat ini turun kepada Rasulullah s.a.w. 2100 tahun sesudah zaman Fir'aun,
sedangkan di dalam Taurat maupun Injil tidak pernah disebutkan bahwa "tubuh Fir'aun" akan
diselamatkan sebagai tanda kepada generasi mendatang. Setelah turunnya ayat ini,
Rasulullah mendapat ejekan dari orang-orang yang mengingkarinya, karena kaum Musyrikin
tidak dapat mempercayai bahwa tubuh Fir'aun, yang sudah berusia ribuan tahun akan tetap
utuh.
Tapi demikianlah kehendak Allah s.w.t. Setelah lebih 4000 tahun Fir'aun mati, namun
tepat pada 6 Juli 1879, mayat Fir'aun telah ditemukan di dalam Piramid, dan masih dalam
keadaan utuh. The Historian's History of teh World Jilid 1 edisi 1926 menerangkan
penemuan dahsyat tersebut :
"Muhammad Ahmad Abdul-Rasul, seorang arkeolog Mesir yang menyerahkan hidupnya
untuk melakukan penelitian tanpa jemu-jemunya, telah berhasil pada akhirnya memberikan
petunjuk kepada ekspedisi ilmiyah Jerman-Mesir di bawah pimpinan Emil Brugsch dan
Ahmad Efendi Kamal itu, sebuah lubang kecil yang terletak tinggi pada dinding batu karang
di "Lembah Raja-Raja" (Valley of Kings). Dengan peralatan dan tenaga manusia yang
seadanya, pada 6 Juli 1879 mereka telah berhasil menembus terowongan sempit yang
berliku-liku, dan di ujung terowongan itu mereka sampai ke ruangan besar yang
menempatkan puluhan mummi para pharaoh, termasuk mummi Ramses II (Fira'un) yang
hidup pada masa Nabi Musa, yakni pharaoh terbesar dan teragung dalam sejarah dinasti-di-
nasti Pharaoh di tanah Mesir. "
Berdasarkan bukti penemuan tersebut dapatkah kita menerima tuduhan bahwa al-Qur'an
adalah ciptaan Nabi Muhammad s.a.w.? Itulah sebenarnya kehebatan dan mukjizat al-Qur'an
yang datang dari Allah s.w.t. dengan segala kebenaran faktanya.
Di samping cerita Firaun masih banyak lagi fakta-fakta sejarah di dalam al-Qur'an yang
terungkap; di antaranya yang terakhir ialah pada awal tahun 1992 ditemukan runtuhan
28
bangunan kuno di jazirah Arab, yang ditengarai sebagai peninggalan bangsa 'Ad (Iram) yang
disebutkan al-Qur'an di dalam Surah Al-Fajr ayat 7 hingga 8.
AL-QUR'AN SESUAI DENGAN PENGETAHUAN MODERN
Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. 1500 tahun lalu memiliki
persamaan dengan teori-teori ilmu pengetahuan modern yang dikembangkan sekarang.
Seorang astronomi terkenal, George Gusmow pada sekitar abad ke-18 mengemukakan
teori kejadian alam raya. Menurutnya, alam raya ini asalnya merupakan satu kesatuan yang
padu yang sangat kecil sekali. Kemudian, karena adanya kepadatan massa yang tinggi,
maka terjadilah ledakan yang maha dahsyat. Hal ini menyebabkan massa yang ada tercerai
berai menjadi bagian-bagian yang paling kecil, yaitu proton dan elektron. Bagian-bagian
inilah yang selanjutnya berperanan dalam pembentukan zat-zat kimia yang lainnya, dan
seterusnya.
Namun pada abad ketujuh, Rasulullah s.a.w. telah memetik ayat al-Qur'an:
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahawasanya langit dan bumi itu keduanya
adalah suatu yang menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Q21:30)
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih berupa gas (dukhon),
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perin-
tah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka
hati". (Q4 1:11)
Demikian pula halnya ahli fisika terkenal, Albert Einstein pada tahun 1917 telah
mengemukakan teori pengembangan alam dengan menggunakan persamaan-persamaan
29
matematika. Namun dia hanya mampu mengemukakan model persamaan matematikanya
saja, tetapi tidak berhasil memecahkannya.
Lima tahun kemudian, pada tahun 1922 seorang ilmuwan Soviet, Friedman telah
berhasil, menunjukkan bahwa persamaan matematika alam raya harus bersifat dinamis,
sehingga penemuannya dianggap lebih maju dibandingkan Einstein.
Tujuh tahun kemudian, pada tahun 1929, seorang astrofisika Amerika, Edwin B. Hubble,
berdasarkan pengamatannya terhadap galaksi-galaksi di alam raya menyimpulkan bahwa
alam raya ini berkembang menurut model matematika seperti yang dikemukakan Einstein
dan Friedman. Hubble telah membuktikan alam ini berkernbang terus.
Kenyataan ini mendorong para ilmuwan untuk mengadakan penelitian secara intensif,
dan akhirnya mereka menyimpulkan alam raya ini benar-benar berkembang dengan
kecepatan tinggi. Prof. Eddington mengatakan: "Perumpamaan bintang-bintang dan
planet-planet adalah seperti lukisan yang ditempel pada permukaan balon yang ditiup secara
terus mneru. Demikianlah keadaan seluruh benda-benda angkasa, semakin menjauh
dengan gerakannya sendiri dalam proses perluasan alam".
Namun 15 abad silam teori ini telah dikemukakan Nabi Muhammad s.a.w. yang ummi
dengan menyampaikan firman Allah:
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami, dan sesungguhnya Kami telah
meluaskannya. (Q51:47)
Demikian pula halnya, para ilmuwan yang mengemukakan teori kosmologi yang
menyatakan bahwa apabila alam raya ini "tertutup" bila pengembangannya terhenti maka
akan terjadi penyusutan hingga akhirnya alam raya ini kembali seperti asalnya.
Galaksi-galaksi akan merapat kembali, suhu akan menjadi tinggi bahan-bahan kosmos yang
merapat itu menjadi terlalu rapat sehingga akhirnya seluruh alam raya akan lenyap seperti
asalnya.
Namun al-Qur'an telah pun mengungkapkannya, jauh lebih awal sebelum teori modern
ini dikemukakan dengan firman Allah s.w.t.:
30
Pada hari Kami menggulung (mengecilkan) langit bagaikan menggulung lembaran kertas.
Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah satu janji yang pasti Kami tepati, sesungguhnya Kamilah yang
melaksanakan. (Q21:104)
Di samping itu, al-Qur'an yang turun pada zaman Rasulullah, yang pada ketika itu belum
ditemui segala teknologi modern seperti sekarang ini, telah memberikan anjuran untuk
menjelajah ruang angkasa, sebagaimana firman Allah s.w.t.:
Hai masyarakat jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Q 55:33-34)
Apakah yang terbayang di benak masyarakat ketika turunnya ayat ini. Tentu mereka
tidak mampu memahaminya secara benar. Namun pada zaman kita sekarang, pada abad
teknologi, tentu ayat ini tidak asing, karena manusia modern sudah dapat menjelajahi ruang
angkasa dan planet menggunakan roket. Apakah informasi yang berusia 15 abad ini tidak
mengandungi kebenaran?
Bukti kebenaran al-Qur'an dari sisi pengetahuan yang dikemukakan para ilmuwan yang
telah bekerja keras mengungkap kebenaran kandungan al-Qur'an, pasti akan menambah
keyakinan tentang keagungan dan kesucian al-Qur'an. Salah seorang ilmuwan Muslim besar
abad ini, Harun Yahya dari Turki telah melakukan penelitian masalah ini. Bersama ini kami
kutipkan beberapa perkara yang berkaitan dengan pembahasan bukti keangungan dan
kesucian al-Qur'an.
Al-Qur'an dan Sejarah
Menceritakan sejarah Kemanusiaan Sebelum Terjadi
Sisi keajaiban lain dari al-Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sejumlah peristiwa
yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya, memberi
31
kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukkan Mekah,
yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala:
"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya
dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil
Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan
mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada
kamu ketahui, dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (Q 48:27)
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan
lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana
dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng
Khaibar, yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah.
Kemenangan Bizantium
Penggalan berita lain yang disampaikan al-Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan
dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur
Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah
mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan
sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Q 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah
kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan
Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat
menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga
nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi
merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia,
32
dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang
hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah
memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang
untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar
Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia,
Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh
bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford
University Press, 1997, s. 287-299.)
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di
saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa
Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa tahun lagi. Kemenangan ini
tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai
bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan al-Qur'an
takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada
Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di
Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia.
Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium,
yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium.
(Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press,
1997, s. 287-299.)
Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam al-Qur'an,
secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta geografis
yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
33
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah
paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab, diartikan sebagai
"tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari
kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab
diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi". Karena itu,
ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah di bumi".
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium
dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di
titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang
terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut
Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti
dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur
dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui
bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam al-Qur'an,
daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan
bukti lagi bahwa al-Qur'an adalah wahyu Ilahi.
Al-Qur'an dan Biologi
Otak Sebagai Sumber Penggerak Aktivitas Manusia
Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-
ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (Q 96:15-16)
Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" dalam ayat di atas sungguh
menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa
34
bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian
depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini selama
kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan al-Qur'an telah menyebutkannya 1400 tahun lalu.
Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan kita temukan
daerah frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of Anatomy and Physiology,
yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang fungsi bagian ini, menyatakan:
Dorongan dan hasrat untuk merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan lobi
frontal, dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi…(Seeley, Rod R.; Trent D.
Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis,
Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback, Charles R.; N. L. Strominger; and R. J. Demarest,
1991, The Human Nervous System, Introduction and Review, 4. edition, Philadelphia, Lea &
Febiger , s. 410-411)
Buku tersebut juga mengatakan:
Berkaitan dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal juga
diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang…(Seeley, Rod R.; Trent D.
Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St. Louis,
Mosby-Year Book Inc., s. 211)
Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi dorongan, dan memulai
perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta.
Jelas bahwa ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" benar-benar
merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama 60
tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam al-Qur'an sejak dulu.
Jenis Kelamin Manusia
35
Hingga baru-baru ini, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh sel-sel ibu. Atau
setidaknya, dipercaya bahwa jenis kelamin ini ditentukan secara bersama oleh sel-sel lelaki
dan perempuan. Namun kita diberitahu informasi yang berbeda dalam al-Qur'an, yang
menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki atau perempuan diciptakan "dari air mani apabila
dipancarkan".
"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila
dipancarkan." (Q 53:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler
telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan al-Qur'an ini. Kini
diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa
wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang
menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom
ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk
kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-
gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang
mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari
kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita,
kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa
kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang
berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur
berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y,
maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.
36
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang
bergabung dengan sel telur wanita.
Tak satu pun informasi ini dapat diketahui hingga ditemukannya ilmu genetika pada abad ke-
20. Bahkan di banyak masyarakat, diyakini bahwa jenis kelamin bayi ditentukan oleh pihak
wanita. Inilah mengapa kaum wanita dipersalahkan ketika mereka melahirkan bayi
perempuan.
Namun, tiga belas abad sebelum penemuan gen manusia, al-Qur'an telah mengungkapkan
informasi yang menghapuskan keyakinan takhayul ini, dan menyatakan bahwa wanita
bukanlah penentu jenis kelamin bayi, akan tetapi air mani dari pria.
Penciptaan Manusia
Dalam al-Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim
ibunya.
"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.
Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan?" (Q 39:6)
Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia
diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern
telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang
berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di
berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam
buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi,
fakta ini diuraikan sebagai berikut:
37
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu
pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan
sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi.
Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah
segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring
pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka
sendiri guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut
sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-
lapisan sel tersebut.
- Tahap Fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak
kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini
adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya.
Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini
berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu
kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah
serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana
sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat al-Qur'an
38
dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan akurat diberikan
dalam al-Qur'an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang kedokteran,
merupakan bukti nyata bahwa al-Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi Firman Allah.
Al-Qur'an dan Astronomi
Asal Mula Penciptaan Alam
Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al-Qur'an pada ayat berikut:
"Dialah pencipta langit dan bumi." (Q 6:101)
Keterangan yang diberikan al-Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu
pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa
keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai
hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal
dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu.
Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal.
Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan
masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana
alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana
materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara
metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli
fisika modern, diberitakan kepada kita dalam al-Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun
1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan
bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa
alam semesta diciptakan dari ketiadaan
39
Sungguh, al-Qur'an adalah Kebenaran yang Nyata
Semua yang telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu kenyataan pasti: al-
Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya terbukti benar. Fakta-
fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang tak mungkin dapat diketahui
di masa itu, dinyatakan dalam ayat-ayatnya. Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa al-
Qur'an bukanlah perkataan manusia.
Al-Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan.
Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan
dalam al-Qur'an "Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ? Kalau kiranya al-
Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya." (Q 4:82) Tidak hanya kitab ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap
penggal informasi yang dikandung al-Qur'an semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci
ini hari demi hari.
Apa yang menjadi kewajiban manusia adalah untuk berpegang teguh pada kitab suci yang
Allah turunkan ini, dan menerimanya sebagai satu-satunya petunjuk hidup. Dalam salah satu
ayat, Allah menyeru kita:
"Dan Al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Q 6:155)
Dalam beberapa ayat-Nya yang lain, Allah menegaskan:
"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Q
18:29)
40
"Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu
peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya." (Q
80:11-12)
Sebenarnya masih banyak lagi teori-teori pengetahuan modern yang dikemukakan para
ilmuwan dengan penelitian-penelitiannya bersesuaian dengan ayat-ayat al-Qur'an, tapi tidak
mungkin diungkapkan di sini semuanya. Semua ini jelas membuktikan bahwa al-Qur'an
adalah mutlak kebenarannya, dan hingga sampai hari ini tidak ada satu pun ayat-ayat al-
Qur'an yang ditolak kebenarannya.
KEASLIAN TEKS AL-QUR'AN
Sejak diturunkannya al-Qur'an sampai hari ini, teks al-Qur'an tidak pernah berubah,
walaupun banyak orang jahat yang ingin mengubahnya. Tidak seperti kitab-kitab agama lain
yang tidak jelas, bahkan teks aslinya pun tidak diketahui, teks al-Qur'an yang asalnya ditulis
di pelepah/kulit kurma, kulit binatang (onta/kambing) dan lainnya masih utuh tersimpan
sampai saat ini, tanpa mengalami sedikitpun perubahan. Hal ini juga diperkuat dengan
mukjizat al-Qur'an yang mudah dihafal banyak orang sehingga keaslian al-Qur'an tetap
terpelihara. Bahkan Allah s.w.t. tetap akan menjaganya sampai hari kiamat kelak.
Sesungguhnya Kami yang telah menurunkan Al-Zikr (al-Qur'an), maka Kami pulalah yang
akan menjaga (keaslian)nya.(Q15:19)
KANDUNGAN AL-QUR'AN SANGAT LENGKAP
Sesungguhnya al-Qur'an yang diturunkan Allah s.w.t. kepada Nabi Muhammad s.a.w.
yang berjumlah 30 juz dengan jumlah 6666 ayat itu, mengandung segala permasalahan
kehidupan manusia. Tidak ada satu pun yang tertinggal di dalamnya. Di sana dibahas
masalah-masalah ekonomi, moral, pendidikan, politik, ilmu pengetahuan, budaya, seni,
41
sosial, kemanusiaan, ketentaraan dan lainnya. Sungguh berbahagialah orang-orang beriman
yang diberikan al-Qur'an.
Sebenarnya masih banyak lagi fakta-fakta ilmiah yang tidak mungkin diungkapkan di sini
yang menguatkan kebenaran al-Qur'an, sebagai satu-satunya Kitab Allah yang akan
memimpin manusia menuju kemenangan dunia akhirat. Dari aspek mana pun dinilai al-
Qur'an, ia pasti akan menimbulkan kekaguman para peneliti wahyu Allah ini.
Bab 4
BERIMAN KEPADA AL-QUR'AN
Jika diperhatikan secara saksama perlakuan sebahagian besar kaum Muslimin pada
hari ini terhadap al-Qur'an, kitab Allah yang diturunkan kepada mereka sebagai petunjuk
yang harus diamalkan, sungguh menyedihkan sekali. Banyak diantara mereka yang telah
menyelewengkan hakikat diturunkannya al-Qur'an, sehingga tidak berfungsi sebagaimana
yang dikehenclaki Allah s.w.t. yang telah menurunkannya. Merekalah orang-orang yang
dikeluhkan Rasulullah s.a.w. sebagai orang-orang yang mengacuhkan al-Qur'an.
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Qur'an ini sebagai
sesuatu yang diacuhkan (Q25:30)
Di antara mereka ada yang mengakui dengan penuh keyakinan bahwa al-Qur'an adalah
wahyu Allah yang suci dan memuliakannya. Namun sayang, cara mereka memuliakannya
salah. Mereka tidak berusaha memahami kandungannya, perintahnya, kehendaknya terha-
dap mereka, bahkan ada yang tidak bisa sama sekali membacanya dan tidak berusaha
42
seupaya mungkin untuk mempelajarinya. Dalam urusan ini mereka mengacuhkannya, tapi
jika menyangkut kepentingan duniawi, mereka akan berusaha sedaya upaya mencapainya.
Generasi muda kaum Muslimin sangat berbangga jika dapat menguasai bahasa Inggris,
Jepang, Francis, Jerman dan lainnya. Tapi untuk mempelajari bahasa al-Qur'an, mereka
beranggapan sudah kuno dan ketinggalan zaman. Mereka beranggapan mempelajari al-
Qur'an tidak mendatangkan keuntungan. Ironisnya banyak orang yang mengaku dirinya
muslim, namun tidak mau mempelajari petunjuk yang akan menjadikan mereka seorang
Muslim sejati.
Demikian pula halnya di kalangan masyarakat awam; mereka sangat marah jika
lembaran atau buku yang bertuliskan ayat-ayat al-Qur'an dihina, diremehkan. Mereka
sanggup mengorbankan nyawa untuk membela kehormatan tulisan al-Qur'an yang dihina itu.
Sayangnya, mereka berdiam diri, tidak bertindak jika kandungan al-Qur'an diinjak-injak dan
dipermain-mainkan. Mereka membisu, bahkan menjadi pendukung-pendukung, jika syari'at
dan hukum Allah yang termaktub jelas di dalam al-Qur'an diinjak-injak, diremehkan,
disenda-guraukan dan disingkirkan dari kehidupan mereka oleh agen-agen musuh yang
mengaku sebagai Muslim. Apalah artinya mereka menghormati tulisan-tulisan al-Qur'an,
namun membiarkan kandungannya ternoda dan dihina?
Mereka membaca al-Qur'an dengan suara nyaring, indah dan merdu, mempesona
banyak orang, namun mereka tidak mengerti apa yang dibacanya. Mereka tidak mengerti
apa yang dikehendakinya, apa yang dimaksudkannya dan tidak mengamalkan perintahnya.
Lihat sahaja betapa lucunya para pemimpin negara yang mengangguk anggukkan kepala
mereka ketika menikmati bacaan al-Qur'an yang indah pada hari-hari besar Islam, padahal
ayat-ayat yang dibaca itu mengkritik orang-orang seperti mereka yang tidak mau
menerapkan ajaran al-Qur'an, hukum dan syari'at Allah dalam seluruh aspek kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Orang-orang yang menentang dan menyingkirkan ajaran al-
Qur'an ini apabila ditanya akan tetap menyatakan bahwa mereka beriman kepada al-
Qur'an!!!
43
Demikian pula halnya dengan mereka yang menganggap dirinya sebagai intelektual
Muslim. Sebagian mereka dengan penuh keberanian menafsirkan al-Qur'an menurut akal
dan hawa nafsunya. Ayat-ayat Allah yang suci dan mulia itu dipelintir, dikotak-katik hingga
menjadi teori-teori asing dan aneh, yang membingungkan umat, bertentangan maksudnya
dengan apa yang dikehendaki Allah s.w.t. agar al-Qur'an menjadi petunjuk jalan yang nyata
dan terang.
Mereka mengkaji ayat-ayat Allah dengan begitu terperinci, diulas dengan metode ilmiah
bebas ala-Barat, seperti Barat memperlakukan al-Qur'an. Mereka mengkaji al-Qur'an
sekedar sebagai sains dan pengetahuan tanpa ada usaha mengamalkannya. Bahkan
metode penelitian mereka didasarkan kepada prasangka dan kebencian Barat terhadap al-
Qur'an sebagaimana dilakukan para orientalis. Akibatnya ada di antara. mereka yang mulai
menggugat atau meragukan ayat-ayat al-Qur'an. Namun yang paling sesat di antara mereka
adalah kelompok yang menyimpulkan al-Qur'an tidak sesuai dengan keadaan masyarakat
modern, karena diturunkan untuk masyarakat primitif zaman lalu, bukan untuk masyarakat
era irformatika seperti sekarang. Mereka telah memperlakukan al-Qur'an sebagaimana
manusia-manusia Barat memperlakukan Injil palsu yang penuh kebohongan itu. Mereka
membuang al-Qur'an sebagaimana manusia Barat membuang Injil yang dikatakannya
sebagai sumber keterbelakangan, padahal keduanya amat jauh berbeda.
Sebenarnya masih banyak lagi perlakuan-perlakuan aneh yang dilakukan kaum Muslimin
terhadap alQur'an, dan ironisnya mereka semua beranggapan itulah yang dituntut dalam
mengimani al-Qur'an. Akibatnya al-Qur'an kehilangan fungsi mulianya sebagai perombak ke-
hidupan manusia, yang akan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, dari
keterbelakangan menuju kemajuan. Ruh al-Qur'an yang demikian hebatnya dalam
membimbing manusia menjadi sirna tak berarti, karena kaum Muslimin telah salah dalam
memahami hakikat keimanan mereka terhadap al-Qur'an.
PENGERTIAN BERIMAN KEPADA AL-QUR'AN
44
Beriman kepada al-Qur'an adalah salah satu Rukun Iman yang wajib dilaksanakan
oleh mereka yang telah mengikrarkan dirinya sebagai seorang Muslim, sebagaimana
diterangkan oleh Rasulullah s.a.w.
Iman itu adalah kamu beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya, Hari Akhirat dan mengimani takdir baik dan buruk. (HR. Muslim)
Al-Qur'an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang
membenarkan kitab-kitab sebelumnya, merupakan petunjuk bagi orang-orang yang
mempercayainya. Beriman kepada al-Qur'an mengandung pengertian mempercayai al-
Qur'an dengan sepenuh keyakinan tanpa ragu sedikitpun, bahwa al-Qur'an adalah wahyu
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Dan Allah s.w.t. telah memerintahkan
agar manusia beriman kepada al-Qur'an dengan firman-Nya:
Hai ahli Kitab, berimanlah kamu semua kepada apa yang telah Kami turunkan ini (al-Qur'an)
yang membenarkan apa yang telah ada pada kamu, sebelum Kami hancurkan kamu dan
Kami paksa mundur ke belakang. (Q4:47)
Rasul sudah beriman kepada apa yang telah diturunkan Allah kepadanya. Demikian pula
sepatutnya orang-orang mukmin, semuanya sudah beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab
Suci dan Rasul. (Q2:285)
(Tanda-tanda orang muttaqin) Yang beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (al-
Qur'an) dan yang diturunkan sebelummu.(Q2:4)
Beriman kepada al-Qur'an tidak cukup hanya sekedar diucapkan saja sebagaimana yang
difahami kebanyakan orang. Tapi harus ditambatkan di dalam hati, dibuktikan dengan
perbuatan, sebagaimana diterangkan Rasulullah s.a.w.:
Iman itu bukan hanya sekedar angan-angan belaka, namun harus ditambatkan dalam hati,
diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan. (HR. Bukhari)
45
Iman yang dikehendaki di sini bukan sekedar iman ikut-ikutan (taqlid) saja, di mana
keimanan seperti ini masih dapat dipengaruhi. Iman yang dikehendaki adalah iman yang
mantap, keyakinan yang seyakin-yakinnya, tidak dapat diragu-ragukan oleh siapapun dan
apapun; keimanan yang lahir dari pengetahuan yang mendalam dan ilmu yang hak. Maka
untuk mencapai drajat ini tidak ada jalan lain kecuali al-Qur'an harus dipelajari, difahami
isinya, diketahui kehebatan mukjizatnya dan selanjutnya diamalkan dalam kehidupan.
Semakin orang mengenal al-Qur'an dengan kehebatan-kehebatannya, semakin orang
mengetahui kandungannya yang luar biasa, semakin orang mendalami hikmah-hikmah
kemuliaan di dalamnya, semakin orang merenunginya dengan bersungguh-sungguh,
semakin orang menelitinya dari berbagai aspek pengetahuannya, maka semakin bertambah
keyakinan mereka kepada al-Qur'an.
CARA BERIMAN KEPADA AL-QUR'AN
1. Menyakini bahwasanya al-Qur'an adalah benar-benar wahyu Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai petunjuk umat manusia.
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran
supaya engkau mengadili antara orang-orang dengan apa yang telah diwahyukan Allah
kepadamu. (Q4:105)
Dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya sendiri.
Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu (yang diwahyukan Allah) kepadanya. (Q53:3-4)
46
Dan bacakanlah apa-apa yang diwahyukan kepadamu yaitu kitab Tuhanmu (al-Qur'an).
Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimah-kalimah-Nya. (Q18:27)
2. Tidak meragukan sedikitpun kandungan al-Qur'an. Segala yang ada padanya adalah
mutlak kebenarannya.
Alif lam mim, Kitab ini (al-Qur'an) tidak ada keraguan sedikit pun padanya, petunjuk bagi
orang-orang yang muttaqin. (Q2:1-2)
Kebenaran itu hanyalah datang dari Tuhanmu dan janganlah kamu termasuk orang-orang
yang ragu. (Q2:147)
Dan tiadalah al-Qur'an ini dibuat-buat oleh selain daripada Allah. Akan tetapi ia
membenarkan apa yang telah terdahulu daripadanya, Kitab yang memberikan penjelasan
dan tiada keraguan sedikitpun padanya dari Tuhan semesta alam. (Q10: 3 7)
Al-Kitab (al-Quran) yang diturunkan itu, tiada keraguan sedikitpun padanya adalah daripada
Tuhan seru sekalian alam. (Q32:2)
3. Menjunjung tinggi semua keputusan/ajarannya dengan mutlak. Semua faham manusiawi
harus tertakluk di bawahnya.
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya. (Q7:3)
Dan orang-orang yang berilmu berpendapat bahwa apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu itulah kebenaran yang mutlak (al-Haq). (Q34:6)
47
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa al-Huda (al-Qur'an) dan agama yang
benar untuk mengalahkan ad-din (agama dan faham) seluruhnya, walaupun orang-orang
yang musyrik tidak menyukainya. (Q61:9)
Hai orang-orang yang beriman, taatlah pada Allah dan taatlah pada Rasul-Nya dan Ulil Amri
di antara kamu. Kalau kamu berselisih pendapat tentang segala sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul-Nya jika kamu beriman kepada Allah dan
hari kiamat. (Q4:59)
4. Mempelajari al-Qur'an, mengetahui hakikatnya, kandungannya, perintah dan
larangannya.
Dialah yang mengutus kepada kaum yang ummi, seorang Rasul di antara mereka untuk
membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, membersihkan mereka dan mengajarkan me-
reka al-kitab (al-Qur'an) dan al-Hikmah. (Q62:2)
Rasulullah s.a.w. pernah bersabda
Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya. (HR.
Bukhari)
5. Merenungi (tadabbur) hakikat al-Qur'an dengan mendalami rahasia-rahasia yang
terkandung di dalamnya sehingga terbentuk keimanan yang kokoh.
Al-Kitab (al-Qur'an) yang telah Kami turunkan kepadamu yang diberkati, agar mereka
merenungkan (mentadabburkan) ayat-ayat-Nya dan orang-orang yang mempunyai fikiran
agar mengambil peringatan darinya. (Q38:29)
48
Apakah mereka tidak merenungkan al-Qur'an itu, atau hati mereka tertutup. (Q47:24)
Ulama besar, Imam Ibnu Thaimiyah berkata: "Barangsiapa yang membaca al-Qur'an,
namun tidak difahami artinya, maka tidaklah dia termasuk orang yang membacanya.
Barangsiapa yang membaca al-Qur'an, memahami artinya, namun tidak direnungkannya
(tadabbur) maka dia tidaklah termasuk orang yang membacanya. "
6. Melaksanakan ajaran-ajaran al-Qur'an dalam kehidupan nyata, mematuhi
perintah-perintahnya dan menjauhi larangannya serta menjadikan al-Qur'an sebagai
panduan hidup.
Hai orang-orang yang beriman, taatlah Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling
daripada-Nya, padahal kamu mendengar. (Q8:20)
Hai orang-orang yang beriman, taatlah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu merusak
amal-amal kamu. (Q4 7:3 3)
Tidak ada perkataan lain orang-orang beriman apabila diajak kepada Allah dan Rasul-Nya
untuk berhukum di antara mereka, melainkan mereka berkata: "Kami mendengar dan kami
taati". Maka mereka itulah orang-orang yang akan memperolehi kejayaan.(Q24:51)
Dan tiadalah patut bagi orang beriman baik lelaki maupun perempuan, jika Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu hukum, ada hak bagi mereka untuk memilih dalam
urusan mereka, kerana barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka
sesatlah dia suatu kesesatan yang nyata. (Q3 3:3 6)
49
Mentaati Allah s.w.t. dalam ayat-ayat diatas tidak lain maksudnya, adalah mentaati dan
mengamalkan al-Qur'an, karena al-Qur'an adalah Kitab Allah. Dalam melaksanakan perintah
al-Qur'an ini, haruslah secara kaffah, menyeluruh, tidak boleh setengah-setengah seperti
melaksanakan setengah ajarannya dan meninggalkan setengah ajaran yang lain.
Apakah kamu beriman kepada sebahagian Kitab (al-Quran) dan mengingkari sebagian
lainnya? Maka tidak adalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari kamu melainkan
mereka akan ditimpa kehinaan pada kehidupan dunia dan pada hari kiamat nanti mereka
akan dilemparkan ke dalam azab yang pedih dan Allah tidaklah lalai dari apa yang kamu
kerjakan. (Q2:85)
Hai orang-orangyang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan.
(Q2:208)
Oleh karena di dalam melaksanakan ajaran al-Qur'an ini, tidak boleh satu ayatpun yang
ditinggalkan, bahkan harus dilaksanakan semuanya secara konsisten sebagaimana yang
diajarkan Allah dan Rasul-Nya.
7. Menyampaikan ajaran-ajaran al-Qur'an kepada orang lain, menyeru seluruh manusia
agar mengikuti ajaran-ajaran mulianya dengan senang hati, tanpa paksaan dan
ancaman.
Para Rasul diperintahkan Allah s.w.t. untuk menyampaikan Risalah kepada manusia, maka
demikian pula halnya dengan orang-orang beriman.
Hai para rasul, sampaikanlah apa-apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika itu
tidak kamu kerjakan, maka berarti engkau tidak menyampaikan tugas risalah-Nya, (Q5:67)
50
Aku sampaikan kepada kamu ajaran-ajaran Tuhanku. (Q7:68)
Demikian pula halnya, kaum Muslimin adalah umat terbaik karena mereka menyeru
kepada kebaikan.
Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan di antara manusia karena kamu mengajak
kepada kebaikan. (Q3:1 10)
Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah. (Q16:125)
Rasulullah s.a.w. bersabda:
Sampaikanlah apa yang dariku walaupun satu ayat. (HR. Bukhari)
8. Menjaga kesucian dan keasliannya dari perbuatan orang-orang yang hendak
mengubahnya, atau menimbulkan keraguan kepadanya. Sejak zaman permulaan
diturunkannya al-Qur'an, sudah banayak musuh yang hendak melenyapkannya, baik
orang Yahudi, Nashrani dan kini para orientalis sesat yang hendak meragukan kaum
muslimin dengan memutarbalikkan al-Qur'an;
Dan berkatalah orang-orang kafir itu,, janganlah kamu mendengarkan al-Quran itu, dan
buatlah kekacauanlkekeliruan padanya, semoga kamu mendapat kemenangan (Q41:26)
Dan tidaklah akan ridha orang Yahudi dan Nasrani itu kepadamu sehingga kamu mengikuti
ajaran mereka.(Q2:120)
Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu akan membelanjakan harta-harta mereka untuk
menghalangi manusia dari jalan Allah. (Q8:36)
Kaum muslimin harus berusaha menjawab segala bentuk tantangan yang dikemukakan
orang-orang yang sakit hatinya demi memelihara kemurnian al-Qur'an, dalam rangka
51
membuktikan keimanan mereka pada al-Qur'an. Pada zaman modern ini telah muncul
banyak penyeru kebatilan yang mengajak umat jauh dari al-Qur'an dengan mendakwa al-
Qur'an sudah ketinggalan zaman, bahkan ada yang bertindak lebih jauh lagi dengan
merendahkan al-Qur'an, seperti buku Salman Rushdie "Ayat-ayat Syaitan" (The Satanic
Verses). Kaum Muslimin harus menghadapi orang-orang ini dengan hujah atau de-
ngan'mengorbankan nyawa, demi membuktikan keimanannya kepada al-Qur'an.
MEMIKIRKAN AYAT-AYAT AL-QUR'AN, REALISASI KEIMANAN PADA AL-QUR'AN
Salah satu bentuk mengimani al-Qur'an adalah memikirkan ayat-ayatnya. Sehubungan
dengan perkara ini, disini penulis kutipkan tulisan Dr. Harun Yahya yang membahas masalah
ini dengan sangan indah dan konfrehensif.
Al-Qur'an adalah kitab terakhir yang Allah turunkan bagi semua manusia.
Setiap orang yang hidup di bumi wajib mempelajari al-Qur'an dan melaksanakan
perintah-perintahnya. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mempelajari
ataupun melaksanakan apa yang Allah perintahkan dalam al-Qur'an kendatipun
mereka menerimanya sebagai sebuah kitab yang diwahyukan. Ini adalah akibat
dari belum memikirkan tentang al-Qur'an tetapi sekedar mengetahui dari
informasi yang didapat dari sana sini. Sebaliknya, bagi orang yang berpikir, al-
Qur'an memiliki kedudukan dan peranan yang sangat besar dalam kehidupannya.
Pertama-tama, orang yang "berpikir" ingin mengetahui tentang Pencipta yang
telah menciptakan dirinya dan jagad raya di mana ia tinggal dari ketiadaan, yang
telah memberinya kehidupan ketika dirinya belum berwujud, dan yang telah
menganugerahkan kepadanya nikmat dan keindahan yang tak terhitung
jumlahnya; dan ia pun mempelajari tentang bentuk-bentuk perbuatan yang
diridhai Allah. Al-Qur'an, yang Allah wahyukan kepada Rasul-Nya, adalah
petunjuk yang memberikan jawaban atas pertanyaan manusia di atas. Dengan
alasan ini, manusia perlu mengetahui kitab Allah yang diturunkan untuknya
52
sebagai petunjuk yang dengannya ia membedakan yang baik dari yang buruk,
merenungkan setiap ayatnya dan melaksanakan apa yang Allah perintahkan
dengan cara yang paling tepat dan diridhai.
Allah berfirman tentang tujuan diturunkannya al-Qur'an untuk manusia:
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (Q 38: 29)
"Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya al-Qur'an itu adalah
peringatan. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil
pelajaran daripadanya (al-Qur'an). Dan mereka tidak akan mengambil
pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah)
adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi
ampun." (Q74: 54-56)
Banyak orang membaca al-Qur'an, namun yang penting adalah sebagaimana
yang Allah nyatakan dalam ayat-Nya yakni merenungkan tiap ayat al-Qur'an,
mengambil pelajaran dari ayat tersebut dan memperbaiki perilaku seseorang
sesuai dengan pelajaran yang terkandung di dalamnya. Orang yang membaca
ayat: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Q94: 5-6), misalnya, akan
merenungkan ayat ini: ia paham bahwa Allah menciptakan kemudahan
disamping setiap kesulitan, karena itu yang ia harus lakukan ketika menemui
sebuah kesulitan adalah percaya penuh kepada Allah dan menantikan
kemudahan yang akan datang kemudian. Dengan janji Allah ini, ia melihat bahwa
putus harapan atau menjadi panik di saat munculnya kesulitan adalah sebuah
tanda dari lemahnya iman. Setelah membaca dan merenungkan ayat di atas,
perilakunya selalu sejalan dengan ayat tersebut sepanjang hidupnya.
53
Dalam al-Qur'an, Allah mengisahkan beberapa pelajaran dari kehidupan para
nabi dan rasul yang hidup di masa lampau agar manusia dapat melihat
bagaimana perilaku, pembicaraan dan kehidupan manusia yang diridhai Allah,
dan menjadikan mereka sebagai panutan. Allah berfirman dalam beberapa ayat-
Nya bahwa manusia hendaknya memikirkan dan mengambil pelajaran dari kisah-
kisah para rasul tersebut:
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal." (Q12: 111)
"Dan juga pada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika Kami
mengutusnya kepada Fir'aun dengan membawa mu'jizat yang nyata." (Q
51: 38)
"Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan
Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia." (Q29: 15)
Dalam al-Qur'an, disebutkan beberapa ciri bangsa-bangsa kuno, akhlaq serta
bencana-bencana yang menimpa mereka. Adalah sebuah kesalahan yang besar
untuk memahami ayat-ayat ini hanya sebagai peristiwa sejarah dengan berbagai
peristiwa yang menimpa mereka. Sebab, sebagaimana di semua ayat yang lain,
Allah mengisahkan kehidupan bangsa-bangsa di masa lampau untuk kita
renungkan dan ambil pelajaran dari berbagai bencana yang menimpa bangsa-
bangsa ini sebagai pedoman dalam memperbaiki perilaku kita:
"Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan
kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" (Q54: 51)
"Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan
paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi
orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan
kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil
54
pelajaran? Maka alangkah dahsyatnya adzab-Ku dan ancaman-ancaman-
Ku. Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran?" (Q54: 13-17)
Allah telah menurunkan al-Qur'an untuk semua manusia sebagai petunjuk. Oleh
karena itu, memikirkan setiap ayat al-Qur'an dan menjalani hidup sesuai al-
Qur'an dengan mengambil pelajaran dan peringatan dari setiap ayatnya adalah
satu-satunya cara untuk mendapatkan keridhaan, kasih sayang dan surga Allah.
Tentang Apakah Manusia Diajak Berfikir dalam Al-Qur'an
"Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur'an), agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan supaya mereka memikirkan." (Q16: 44)
Sebagaimana dalam ayat di atas, di banyak ayat-Nya yang lain, Allah mengajak
manusia untuk merenung. Memikirkan tentang apa-apa yang Allah perintahkan
kita untuk berpikir, dan melihat makna tersembunyi dan keajaiban ciptaa-Nya
adalah salah satu bentuk ibadah. Setiap hal yang kita renungkan akan membantu
kita untuk lebih mengetahui dan mengakui akan Kekuasaan, Kebijaksanaan, Ilmu,
Seni dan sifat-sifat Allah yang lain.
Allah mengajak manusia untuk memikirkan penciptaan dirinya sendiri
"Dan berkata manusia: "Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku
sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?" Dan
tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah
menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?" (Q19: 66-67)
Allah Mengajak Manusia untuk Memikirkan Penciptaan Alam Semesta
55
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,
lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (Q 2: 164)
Allah Mengajak Manusia Memikirkan Sifat Kehidupan Dunia yang
Sementara
"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air
(hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya
karena air itu tanam-tanaman bumi, diantaranya ada yang dimakan
manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna
keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya
mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah
kepadanya adzab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan
(tanaman-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit,
seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang
berpikir." (Q10: 24)
"Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun
kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia
mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian
datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang
masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api,
56
lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
kamu supaya kamu memikirkannya." (Q2: 266)
Allah Mengajak Manusia Untuk Memikirkan Nikmat Yang Mereka Miliki
"Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-
gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua
buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada
siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat
bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-
tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang,
disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-
tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum
yang berpikir." (Q13: 3-4)
Allah Mengajak manusia Untuk Berfikir Bahwa Seluruh Alam Semesta Telah
Diciptakan Untuk Manusia
"Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang berpikir." (Q45: 13)
"Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman;
zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi
kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari
57
dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu)
dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya), dan
Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini
dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil
pelajaran. Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar
kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu
mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu
melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari
(keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. Dan Dia
menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang
bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar
kamu mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan).
Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka
apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat
menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran."
(Q16: 11-17)
"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu.
Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)." (Q16: 12)
"Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak
mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan Kami hamparkan bumi itu dan
Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan
padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk
58
menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali
(meningat Allah)." (Q50: 6-8)
Allah Mengajak Manusia Untuk memikirkan Tentang Dirinya Sendiri
"Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?"
(Q30: 8)
Allah Mengajak Manusia Untuk Berfikir Tentang Akhlaq yang Baik
"Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada
sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata,
maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu ingat." (Q6: 152)
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran." (Q16: 90)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat." (Q24: 27)
59
Allah Mengajak Manusia untuk Berfikir Tentang Akhirat, Kiamat dan
Hari Penghisaban
"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan
(dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin
kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah
memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang
kepada hamba-hamba-Nya." (Q3: 30)
"Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang
mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlaq yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia)
kepada negeri akhirat." (Q38: 45-46)
"Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu)
kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya
telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka
kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang?" (Q47: 18)
(Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nya lah segala
penentuan dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan." (Q28: 70)
Allah Mengajak Manusia untuk Memikirkan Makhluk Hidup yang Dia
Ciptakan
"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut
60
lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (Q16: 68-69)
Orang yang berpikir akan dapat melihat sifat-sifat luar biasa pada makhluk hidup
ciptaan Allah. Dengan demikian, ia akan megetahui Kekuasaan dan Ilmu Allah
yang tak terbatas.
Allah Mengajak manusia untuk memikirkan Adzab yang dapat secara
tiba-tiba menimpanya
"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu,
atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain
Allah; jika kamu orang-orang yang benar!" (Q6: 40)
"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran
dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang
kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah bagaimana Kami
berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian
mereka tetap berpaling (juga). (Q 6: 46)
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu
dengan sekonyong-konyong, atau terang-terangan, maka adakah yang
dibinasakan (Allah) selain dari orang yang dzalim?" (Q6: 47)
61
"Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa
mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga)
bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?" (Q10: 50)
"Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa
mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga)
bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?" (Q9: 126)
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat)
sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi
pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat." (Q28:
43)
"Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan
kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" (Q54: 51)
"Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya
dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan
buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. (Q7: 130)
Allah Mengajak manusia untuk Memikirkan tentang Al-Qur'an
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an? Kalau kiranya al-
Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan
yang banyak di dalamnya." (Q 4: 82)
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau
apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada
nenek moyang mereka dahulu?" (Q23: 68)
62
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (Q38: 29)
"Sesungguhnya Kami mudahkan al-Qur'an itu dengan bahasamu supaya
mereka mendapat pelajaran." (Q44: 58)
"Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya al-Qur’an itu adalah
peringatan.Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil
pelajaran daripadanya (al-Qur’an)." (Q56: 54-55)
"Dan demikianlah Kami menurunkan al-Qur'an dalam bahasa Arab, dan
Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian
dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) al-Qur'an itu
menimbulkan pengajaran bagi mereka.". (QS. Thaahaa, 20: 113)
Rasul-Rasul Allah Mengajaak Umatnya yang kurang dalam Pemahaman
untuk Berfikir
"Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan
Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak
(pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah
sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak
memikirkan(nya)?" (Q6: 50)
"Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak
membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi
petunjuk kepadaku". Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari)
63
sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di
kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan
Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) ?" (Q6: 80)
Allah Mengajak Manusia Berfikir untuk Melawan Pengaruh Syaitan
"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was
dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya. Dan teman-teman mereka (orang-orang
kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka
tidak henti-hentinya (menyesatkan)." (QS. Al-A‘raaf, 7: 200-202)
Perintah Allah untuk Mengarahkan Orang Berpengetahuan agar
Berfikir Mendalam
"Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan
janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua
kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Q20: 42-44)
Allah Mengajak Manusia untuk Berfikir tentang Kematian dan Mimpi
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa
(orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang)
64
yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain
sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir." (Q 39: 42)
BAB 5MANHAJ QUR'ANI
-Metode Penerapan al-Qur'an Dalam Kehidupan-
Tidak diragukan lagi bahwa manusia adalah makhluk terbaik dan tersempurna yang
diciptakan di alam raya ini. Itulah sebabnya, ketika awal penciptaannya terdahulu seluruh
65
makhluk diperintahkan untuk sujud kepadanya, terutama malaikat yang mewakili seluruh
makhluk terbaik. Hal ini merupakan lambang atas pengakuan atas keagungan penciptaan
makhluk yang bernama manusia. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Pe-
nyayang kepada manusia yang telah diciptakan-Nya, setelah disempurnakan penciptaannya
dengan segala kemampuannya, lalu diberikan-Nya amanah sebagai khalifah di muka bumi.
Salah satu kasih sayang Allah s.w.t. terbesar kepada manusia adalah Dia menurunkan
panduan hidup yang akan memimpin umat manusia menuju kemenangan hidup di dunia dan
di akhirat. Sejak pertama diciptakan umat manusia telah diberikan bekal oleh Pencipta
sesuai dengan tingkat peradaban yang mereka miliki. Panduan hidup yang berbentuk syari'at
dan manhaj sebagaimana firmannya:
... Tiap-tiap umat telah Kami jadikan baginya syari'at dan manhaj... (Q5:48)
Syari'at adalah undang-undang Allah s.w.t. yang mengatur kehidupan umat manusia agar
tercipta keamanan, kedamaian dan keadilan di muka bumi, yang meliputi hubungan manusia
dengan Allah s.w.t., manusia dengan manusia dan manusia dengan seluruh makhluk.
Sedangkan manhaj adalah metode dalam melaksanakan syari'at tersebut di dalam
kehidupan nyata secara sistematik sesuai dengan tahap-tahapnya.
Para nabi terdahulu, baik Nuh a.s., Ibrahim a.s., Musa a.s., Isa a.s., masing-masing
membawa syari'at dan manhaj. Syari'at mereka adalah sama, yaitu untuk menegakkan tau-
hid, keesaan Allah s.w.t. dalam segala masalah dan menjauhi thoghut. Namun manhaj
mereka, yaitu perlaksanaan syari'at mereka adalah berbeda menurut keadaan masyarakat
yang dibimbingnya. Maka manhaj yang turun kepada para nabi dalam rangka menegakkan
tauhid ini juga berbeda. Sebagai contoh, Nabi Ibrahim a.s. membawa tugas menegakkan
tauhid, demikian pula halnya dengan Nabi terakhir, Muhammad s.a.w., namun manhaj (cara)
mereka melaksanakan tauhid ini adalah berbeza. Nabi Ibrahim a.s. tidak membawa perintah
salat lima waktu, puasa pada bulan Ramadhan dan lain-lain perintah Allah s.w.t.
sebagaimana diperintahkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
66
Para nabi dan rasul silih berganti diutus Allah s.w.t. dengan membawa syari'at dan
manhaj yang akan membimbing umat manusia menuju kehidupan ideal di bawah pancaran
keredhaan Allah s.w.t. Apabila manusia menyimpang dan melupakan syari'at dan manhaj
para rasul terdahulu, Allah s.w.t. dengan kasih dan sayang-Nya senantiasa mengutus
kembali nabi dan rasul bagi membawa syari'at dan manhaj yang meluruskan, menggantikan
ataupun menyempurnakan syari'at dan manhaj rasul terdahulu.
Oleh karena syari'at dan manhaj yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. adalah
yang terakhir, maka tentunya bersifat sempurna, universal, tidak ketinggalan zaman se-
hingga hari penghabisan kelak. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui maka itulah
sebabnya Dia menurunkan al-Qur'an yang mengandung ajaran sempurna dan lengkap
untuk membahas seluruh aspek kehidupan manusia. Tidak ada satu aspek kehidupan
manusia pun yang ketinggalan. Syari'atnya tidak akan ketinggalan zaman, walau zaman silih
berganti, karena ia diturunkan dalam bentuk global dan mengandung pokok-pokok
kehidupan manusia yang terpenting.
Dengan syari'at dan manhaj inilah, Rasulullah s.a.w. membimbing bangsa Arab Jahiliyah
yang lemah dan terkebelakang dengan penuh ketekunan. Sejarah telah membuktikan,
bagaimana bangsa Arab jahiliyah itu menjadi bangsa besar dan utama serta kuat, memiliki
wilayah kekuasaan yang luas, menghancurkan Super Power besar Romawi serta Parsi dan
memakmurkan alam ini dengan penuh keadilan dan kasih sayang. Semua ini berkat syari'at
dan manhaj yang diturunkan Allah s.w.t. kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Sejarah juga telah membuktikan, generasi-generasi setelah mereka, walaupun tetap
memelihara dan menjalankan syari'at Allah, namun lalai melaksanakan sepenuhnya rnanhaj
yang menyertai syari'at itu, manhaj yang terkandung di dalam al-Qur'an, manhaj Qur'ani. Di
sinilah awal kemunduran kaum Muslimin, pada saat mereka mengganti metode al-Qur'an
dengan metode-metode selainnya, yang bercorak filsafat, sufi, kalam ataupun fiqh. Keadaan
menjadi lebih buruk ketika pintu ijtihad turut ditutup, karena ijtihad merupakan salah satu
cara dinamis metode al-Qur'an yang akan mempertahankan keuniversalannya hingga akhir
zaman.
67
Setiap penyimpangan atau campur tangan manusia di dalam metode ini, bukannya
menambah keunggulannya, namun semakin menghancurkannya, menghilangkan
keutamaan-keutamaan Ilahiah yang terkandung di dalamnya yang telah disusun dengan
amat sempurna oleh Maha Pencipta Alam. Itulah sebabnya Islam melarang sejak awal lagi
penambahan-penambaban semacam ini yang dikenal dengan bid'ah, bahkan Rasulullah
s.a.w. menyatakan bahwa setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap yang sesat dimasukkan ke
dalam neraka (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim). Ini jelas karena syari'at dan manhaj yang
ada di dalam al-Qur'an telah sempurna; tidak perlu tambahan-tambahan ataupun
perubahan-perubahan. Setiap keputusan yang telah ditetapkan Allah s.w.t. dan RasulNya di
dalam syari'at dan manhaj adalah mutlak, tidak dapat diubah, ditambah dan diganti, karena
ini di luar kemampuan dan pengetahuan manusia, sebagaimana ditegaskan Allah s.w.t. di
dalam firman-Nya.
Sesungguhnya tiada perkataan lain yang diucapkan orang-orang Mukmin jika diseru agar
mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam berhukum di antara mereka, kecuali: "Kami mendengar
dan kami mentaatinya".(Q24:51)
Dan tiadalah patut bagi laki-laki mukmin dan perempuan-perempuan mukmin, jika Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu keputusan, untuk memilih selainnya dari urusan
tersebut, dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah
sesat, sesat yang nyata.(Q33:36)
Aku tinggalkan padamu dua perkara, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, maka
kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah (al-Qur'an) dan Sunnah Basulullah.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia mengikuti apa-apa yang aku
bawa padanya. (HR. Tirmiziy)
68
Berpegang teguh kepada syari'at dan manhaj merupakan realisasi dari ketaatan kepada
Allah s.w.t. dan Rasul-Nya yang seringkali ditegaskan al-Qur'an. Penyelewengan dari syari'at
dan manhaj yang diajarkan al-Qur'an adalah sama artinya dengan tidak mentaati Allah s.w.t.
dan Rasul-Nya. Ini berarti penentangan terhadap Allah s.w.t. dan Rasul-Nya, yang pasti akan
mengakibatkan kecelakaan dan kehinaan bagi siapa yang melakukannya, di dunia dan
akhirat.
Sejak generasi terdahulu sampai kini, sejak kaum Muslimin meninggalkan metode
al-Qur'an (manhaj al-Qur'an) yang unik dan sempurna dalam melaksanakan syari'at, mereka
tidak pernah mengalami kecemerlangan sebagaimana generasi awal, kecuali sekelompok
kecil yang belum mampu mengubah dunia yang penuh dengan kejahiliyahan dan kekufuran,
padahal al-Qur'an, sumber utama syari'at dan manhaj yang digunakan generasi Muslim
terdahulu masih tetap utuh di tangan kaum Muslimin hari ini. Demikian pula Sunnah
Rasulullah. Namun mengapa mereka menjadi umat yang terkebelakang, umat yang
terbodoh, termiskin, teraniaya dan terendah kualitasnya di kalangan seluruh umat manusia?
Mengapa mereka tidak mampu menjadi seperti generasi-generasi Muslim terdahulu, yang
merupakan umat terbaik, umat termaju, terpandai, tercemerlang, paling berkualitas dan
menjadi mercusuar peradaban dunia?
Jawabannya jelas; semua ini adalah akibat terlalu banyak penyimpangan dan campur
tangan manusia dalam metode al-Qur'an. Mereka telah mengubah metode al-Qur'an yang
sempurna menjadi metode beku ala-fiqh, hayali ala-filsafat dan retorik ala-kalam ataupun
pasif ala sufi. Mereka telah mengembangkan metode-metode baru yang bertentangan
dengan semangat metode Qur'ani, yang melemahkan nilai Ilahiah al-Quran. Metode Ilahiah
yang suci dan sempurna dicampur aduk dengan metode rekaan manusia yang serba lemah
dan kurang. Metode al-Qur'an yang sempurna dicampur dengan metode filsafat Yunani,
metode kerahiban Nasrani, metode akliah Israiliyat dan metode-metode manusiawi lainnya,
sehingga metode al-Qur'an hilang terkubur di antara tumpukan metode manusiawi tersebut
dan menjadi metode statis yang tertinggal di dalam al-Qur'an sebagai teori yang tak
69
bermakna. Sejak itulah tidak pernah muncul generasi al-Qur'an yang lahir dari metode
al-Qur'an.
Generasi produk metode non Qur'ani ini akhirnya menguasai perjalanan sejarah umat.
Mereka dengan mudah menutup ikhtiar pembaharuan pemikiran (ijtihad) yang senantiasa
diserukan al-Qur'an. Mereka sibuk memperdebatkan masalah-masalah cabang (furu) dengan
perincian-perincian (syarah-syarah min syarah) yang rumit, yang tidak perlu diperdebatkan
panjang lebar, yang akhirnya hanya menimbulkan firqah-firqah baru yang saling sesat -
menyesatkan dengan rasa fanatik yang berlebihan. Bahkan disebabkan masalah kecil dan
remehpun seringkali terjadi pertumpahan darah sesama Muslim, sementara masalah
fundamental (ushul) terabaikan. Salah satu fakta yang sampai kini masih diwarisi
turun-temurun ialah kaum Muslimin sibuk menyerang dan memberantas apa yang mereka
namakan taqlid, bid'ah dan khurafat tanpa toleransi sedikitpun, namun masalah akidah,
masalah manhaj hidup yang fundamental terus diabaikan.
Macam-macam metode non Qur'ani telah dicoba generasi Muslim terakhir ini, namun
metode tersebut belum dan tidak akan mampu melahirkan generasi agung sebagaimana
generasi yang lahir dari metode al-Qur'an di zaman kegemilangannya. Kaum Muslimin kini
telah mengadopsi metode non-Qur'an peninggalan pendahulu mereka yang bercorak fiqh,
kalam, sufi ataupun filsafat, demikian pula mereka telah mengadopsi metode Imperialis Barat
yang sekuler, liberal, sosial, nasional dan lain-lainnya yang campuradukkan dengan Islam,
bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Islam dan umatnya sebagai pemimpin peradaban
dunia. Namun hasilnya sangat jauh dari memuaskan. Bahkan dengan metode-metode
semacam itu, telah lahir generasigenerasi penentang Islam yang berani menyeru penolakan
ayat-ayat Allah dengan alasan tidak sesuai dengan zaman dan masyarakat. Mereka
beranggapan ayat-ayat Allah dengan segala kesempurnaannya itu hanya untuk masyarakat
Arab, bukan untuk seluruh makhluk di muka bumi ini.
Oleh sebab itu, metode pembinaan umat yang diterapkan generasi terakhir ini perlu
dirubah dan dirombak, dikembalikan sebagaimana metode generasi terdahulu yang telah
berhasil gilang-gemilang dalam tempo waktu singkat. Hanya inilah satu-satunya jalan untuk
70
mengembalikan kejayaan Islam dan umat, serta mengangkat mereka dari kehinaan dan
keterbelakangnya hari ini, sebagaimana dikatakan Imam Malik: "Tidak akan bangkit
kembali umat ini, kecuali dengan metode (manhaj) yang telah membangkitkan umat
terdahulu". Hanya dengan metode al-Qur'an saja umat ini akan bangkit kembali
sebagaimana Allah telah menetapkannya :
Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang amat lurus. Maka ikutilah, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan selainnya, maka pasti kamu akan terpecah-belah...(Q6:153)
PENGERTIAN MANHAJ MENURUT AL-QUR'AN
Di dalam al-Qur'an, kata manhaj hanya disebut sekali saja, yaitu pada surat al-Maidah, ayat
48:
Dan Kami turunkan al-Kitab (al-Qur'an) kepadamu dengan membawa kebenaran, yang
membenarkan kitab-kitab suci terdahulu, sebagai penimbang atas kitab-kitab itu. Maka
berilah hukum kepada mereka menurut hukum yang telah diturunkan Allah kepadamu.
janganlah kamu menuruti kemauan mereka yang menyeleweng dari kebenaran yang ada
padamu. Tiap-tiap umat telah Kami jadikan padanya syari'at dan manhaj. Jikalau Allah
menghendaki, maka Dia dapat jadikan kamu satu umat saja, tetapi Dia mau menguji kamu
tentang apa yang telah diberikan-Nya...(Q5:48)
Umumnya para Mufassirin seperti Ibnu Abas, Thabari, Qurthubi, al-Qasyimi, Ar-Radzi,
lbnu Katsir, Al-Naisaburi, al-Alusyi, Imam Jalalain, Khazin, al-Baghawi, Asy-Syaukani,
an-Nasaibury, al-Wahidi, al-Qushairi, al-Baidhawi, al-Zamakhsari, al-Mudzkari, Ibnu Abi
Hayyan, Thanthowi Jauhari, ath-Thaba'taba'i, Al-Sabzawari, M. jawad Al-Mughniyah,
asy-Shabuni, aI-Maraghi, Muhamad Abduh, Sayyid Qutb, Said Hawwa1 dan lainnya
1 Lihat : Ibnu Abbas, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas, (Teheran : Intatsorot Istiqlal, tt) hlm. 95, Thabari, Tafsir al-Thabari, Jil. 10 (Kaherah : Dar al-Maarif, tt) hlm. 384, Qurthubi, al-Jami’ al_Ahkam al-Qur’an, juz. 5 (Beirut : Dar Ihya’ al-Turats al-Arbi, 1965) hlm. 211., Jamaluddin al-Qashimi, Mahasin
71
mengartikan manhaj sebagai Thariqan Wadhihan (jalan yang terang benderang) atau
Sabilan (jalan).
Di antara mereka ada pula yang menukilkan pendapat, bahwasanya manhaj satu makna
dengan syari'at, di mana manhaj berfungsi sebagai penguat (taukid) dari kata syari'at yang
mendahuluinya, sebagaimana dinukilkan al-Alusyi dan Khazin.
Ath-Thabari menyebutkan ada perbedaan di antara para Mufassirin tentang arti likulli
minkum (pada tiap-tiap kamu). Ada yang mengartikan kamu (kum) dengan arti seluruh umat
manusia dari zaman dulu telah diturunkan kepada mereka syari'at dan manhaj, namun ada
yang mengartikannya sebagai umat Nabi Muhammad s.a.w. saja.
Namun dalam hal ini, sebagaimana dikemukakan Khazin, jika dilihat konteks ayatnya
secara menyeluruh, maka jelaslah ayat tersebut membahas tentang umat terdahulu dengan
disebutkannya kitab-kitab terdahulu mereka dan juga kalimat "dan jika sekiranya Allah
menghendaki, maka Dia dapat jadikan kamu satu umat saja". Maka yang lebih kuat adalah
al-Ta’wil,juz 6. (Beirut : Dar Ihya’ al-Kutub al-Arbi,1958) hlm.2017, al-Radzi, al-Tafsir al-Kabir, juz III,(Beirut : Dar Fiqr, 1878) hlm. 412-413, Ibnu Katsir,Tafsir al-Qur’an al-Adzim. juz II. (Kaherah: Dar al-Khairat, 1988) hlm.63, al-Naisaburi, Gharaib al-Qur’an wa Raghaib al-Furqan, (Hulfa : M.Nashir al-Halbi, 1962) hlm. 107-108. al-Alusyi al-Bagdadi, Ruh al-Ma’ani, juz V-VI (Beirut : Dar Ihya’ al-Turats al-Arbi, Thaba’ah Rabi’ah, 1985) hlm.153, al-Jalalayn, Tafsir Jalalayn, (Beirut : Dar Fiqr, 1981) hlm.102. Khazin (Ibrahim al-Bagdadi), Tafsir al-Khazin, juz II (Beirut : Dar Fiqr, 1979) hlm.61, al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi, juz II, (Beirut : Dar Fiqr, 1979) hlm.61, al-Syaukani, Fath al-Qadir, jil.II (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.48, al-Nasafi, Tafsir al-Nasafi, jil.I (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.286, al-Wahidi, Marah labid Tafsit al-Nawawi, jil.I (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.207, al-Qushairi, Lataif al-Isyarah, Tafsir Shauf Kamil li al-Qur’an al-Karim, jil.I (Mesir : Markaz Tahqiq al-Turats, Thabaah Tsaniyah, 1981) hlm.429. al-Baidhawi, Tafsir Baidhawi, (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.152. al-Zamakhsari, al-Khasysyaf, jil I, (Beirut : Dar al-Ma’rifah, tt) hlm.618, al-Mudzkari, Tafsir al-Mudzkari, jil.III, (Pakistan : Masjid Ruud, 1982)hlm.123, Ibn Abi Hayyan, Tafsir al-Bahr al-Muhith, juz III (Beirut : Dar Fiqr, Thaba’ah Tsaniyah, 1988) hlm.102, Thanthawi Jauhari, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, juz II (Teheran : Intasyarat Aatab, Thaba’ah Tsaniyah, 1350 H) hlm.190, al-Thaba’thaba’i, al-Mizan, jil V,(Beirut : Muassasah al-A’lami, Thaba’ah Tsaniyah, 1974) hlm.351, al-Sabzawari, al-Jadid fi Tafsir al-Qur’an al-Majid, juz III (Beirut : Dar al-Ta’aruf li al-Batba’ah, 1982)hlm.476, Jawad al-Mughniyah, al-Tafsir al-Kasysyaf, jil III (Beirut : Dar Ilm li al-Maliyin, thaba’ah tsaditsah, 1980) hlm.67, al-Shabuni, Shafwat al-Tafasir, jil.I (Beirut : Dar al-Qur’an al-Karim,tt) hlm.346, al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, juz. VI (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.129-130, Abduh, M, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Asyakir bi Tafsir al-Manar, juz.VI, (Beirut : Dar Ma’rifah, tt) hlm.312-313, Sayyid Qutb, Fi Zilal al-Qur’an, juz II. (Jeddah : Dar Ilm li al-Thaba’ah, Thaba’ah al-Tsaniyah asyarah, 1987) hlm.901-902, Said Hawa, al-Asas fi al-Tafsir, juz.III, (Kaherah : Dar Salam, 1985)hlm.1397.
72
diartikan kum di sini sebagai seluruh umat manusia sebagaimana difahami jumhur
mufassirin.
Di antara para Mufassirin, pendapat yang dinukilkan Khazin mungkin berkaitan erat
dengan pembahasan di sini, yaitu ketika dia memberikan penjelasan lebih lanjut perbedaan
antara syari'at dan manhaj dalam menyanggah mereka yang berpendapat syari'at dan
manhai itu sama. Dia menulis:
"Dan telah berkata yang terakhir, di antara keduanya (syari'at dan manhaj) berbeda jauh,
yaitu sesungguhnya syari'at adalah apa yang diperintahkan Allah s.w.t. kepada hamba
hamba-Nya, sedangkan manhaj jalan terang dalam merealisasikan syari'at tersebut".
Demikian juga pendapat ar-Radzi dan ar-Maraghi.
Al-Alusyi telah menukilkan: "Ada yang berpendapat bahwa pengertian manhaj pada ayat
tersebut dengan jelas Minhajul Kitab (manhaj Kitab), yang jelas maksudnya adalah manhaj
Kitab Allah, salah satunya adalah manhaj al-Qur'an".
Menurut pendapat terakhir ini, jelaslah maksud perkataan manhaj pada ayat di atas
menunjukkan pengertian manhaj (metode) dalam merealisasikan syari'at ataupun al-Kitab.
Pengertian ini diperkuat dengan pendapat beberapa Mufassirin yang disebutkan terdahulu
yang mengartikan manhaj sebagai Thariqun Wadhihan ataupun Sabilan yang dapat diartikan
sebagai jalan terang-benderang dalam merealisasikan syari'at ataupun Kitab-Nya. Maka
dengan demikian beberapa pendapat para Mufassirin ini dapat dihubungkan dan saling me-
nguatkan, dengan kesimpulannya manhaj adalah thariqlsabil (jalan/cara/metode) dalam
merealisasikan syari'at ataupun Kitab Allah.
Maka dengan pengertian ini, manhaj al-Qur'an diartikan sebagai jalan/metode yang
diturunkan Allah s.w.t. bersamaan dengan diturunkan al-Qur'an dalam merealisasikan
pesan-pesan yang terkandung di dalam al-Qur'an yang harus dilaksanakan pengikutnya
secara mutlak, sebagaimana mutlaknya syari'at.
PENGERTIAN MANHAJ MENURUT HADITS RASULULLAH
73
Ada beberapa hadits Rasulullah s.a.w. yang menggunakan perkataan manhaj ini. Di
antaranya, hadits yang diriwayatkan dari Khuzaifah Al-Yaman, bahwasanya Rasulullah
s.a.w. bersabda:
Tegaklah pada kamu zaman Nubuwwah (Kenabian) sampai beberapa masa yang
dikehendaki Allah, maka terjadilah ia, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah sesudah itu
pada kamu zaman khalifah atas Manhaj Nubuwwah, maka terjadilah padamu beberapa lama
yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian terjadilah pada kamu Mulkun
Adhudhan (Kerajaan yang menggigit), maka terjadilah beberapa lama yang dikehendaki
Allah kemudian diangkat. Kemudian tegaklah sesudah itu Mulkan Jabbariayan (kerajaan
diktator), terjadilah beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian
setelah itu tegaklah padamun Manhaj Nubuwwah. (HR. Ahmad)
Manhaj Nubuwwah di dalam hadits ini diartikan sebagai cara-cara yang telah ditempoh
oleh Rasulullah s.a.w. dalam melaksanakan pemerintahannya. Hal ini sama dengan
pengertian hadits: Kemudian datanglah setelahmu seorang lelaki yang berjalan di atas
manhajmu. (HR. Ahmad)
Maka dengan demikian, perkataan manhaj dalam hadits yang digunakan oleh Rasulullah
s.a.w. mengandung pengertian jalan, cara, metode, jejak dan sejenisnya.
PENGERTIAN MANHAJ MENURUT BAHASA
Ibnu Manzhur dalam Lisanul Arab menukilkan: "Manhaj berasal dari pangkal kata
'Nahjun', yang diartikan sebagai 'thariq (jalan); 'Bayyinun wadhihun (jelas, terang-benderang)
jamaknya 'nahjaatun wa nujuhun wa nuhuu-jun, 'Thariqun nahjatun' atau sabilun manhajun
sama artinya 'wadhihuhu' (meneranginya). Manhaj dengan Minhaj adalah sama artinya. Jika
dikatakan 'anhajuth-thariq', maka artinya 'wadhaha wastabaana wa shara nahjan wadhihan
bayyinan (dijelaskan, diterangi, diterangi dengan jelas). Dan Al-Manhaj/Al-Minhaj artinya
'ath-thariqan al-Wadhihah' (jalan yang terang- benderangl metode yang jelas).
Demikian pula, ahli-ahli bahasa lainnya mengartikan manhaj sebagai thariqan wadhihan
(jalan yang terang). Di antara mereka adalah Imam ar-Radzi dalam Mukhtasar Ash-Shihah,
74
Fairuzzabadi dalam al-Qamus al-Muhith, Ibnu Faris dalam Mujam Muqayisul Lughah,
al-jauhari dalam Ash-Shihah Tajul Lughah, Farid Wajdi dalam Dairah Maariful Qur'an dan
lain-lainnya. Sementara Abdul Fattah Hadhor mengartikan manhaj sebagai "Seni
penyusunan yang bernas (sahih) untuk merumuskan susunan pemikiran-pemikiran yang
bijak".
Maka dengan demikian, pengertian manhaj menurut al-Qur'an, al-Hadits ataupun
bahasa, mengandung maksud, metode dalam merealisasikan sesuatu. Jika dikatakan
manhaj al-Qur'an, maka mengandung pengertian metode yang ditempuh dalam
merealisasikan/menjelaskan al-Qur'an.
KESIMPULAN PENGERTIAN MANHAJ QUR'ANI
Pada pembahasan ini, yang dimaksudkan dengan manhaj Qur'ani adalah jalan, cara
atau metode yang telah ditempoh Rasulullah s.a.w. dan para Sahabat dalam merealisasikan
al-Qur'an serta perintah-perintah Allah, di dalam kehidupan mereka, baik sebagai individu,
keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Jadi manhaj Qur'ani adalah manhaj (metode) yang diturunkan Allah s.w.t. kepada Nabi
Muhammad s.a.w. bersamaan dengan turunnya al-Qur'an ke muka bumi ' Manhaj al-Qur'an
berfungsi sebagai metode dalam merealisasikan ajaran yang terkandung di dalam al-Qur'an
Karim dengan syari'atnya yang sempurna.
Al-Qur'an yang mengandung ajaran-ajaran sempurna, membicarakan seluruh aspek
kehidupan umat manusia dengan teori-teori suci yang dibawanya secara global kepada umat
manusia, mutlak memerlukan pedoman nyata dalam pelaksanaannya. Mungkin dapat diba-
yangkan, bagaimana jadinya jika Allah s.w.t. hanya menurunkan al-Qur'an tanpa pedoman
pelaksanaannya - dari mana memulai pengamalan ajarannya yang sangat kompleks itu - dan
pasti akan membingungkan mereka karena tidak mengetahui susunan sistematikanya.
Maka pedoman pelaksanaan al-Qur'an inilah yang dimaksudkan dengan manhaj
al-Qur'an. Pedoman ini akan menjelaskan dari mana harus memulai penerapan ajaranajaran
al-Qur'an, peringkat pelaksanaannya, sistemnya, susunannya, bagian-bagiannya dari awal
75
hingga akhir dan lain-lain hal yang menyentuh realisasi al-Qur'an di muka bumi. Manhaj
al-Qur'an inilah, yang diterapkan Rasulullah s.a.w. kepada para Sahabatnya dalam
merealisasikan teori-teori al-Qur'an yang turun kepadanya dengan peringkat-peringkatnya
yang unik sehingga al-Qur'an terbentuk dalam peribadi mereka dan mereka menjadi
"al-Qur'an hidup."
Maka jelaslah manhaj al-Qur'an adalah jalan atau metode memindahkan ajaran al-Qur'an
dari alam teori ke alam nyata, di dalam kehidupan umat manusia. Rasulullah s.a.w. dan para
Sahabatnya telah berhasil dengan amat gemilang menerapkan manhaj al-Qur'an ini di dalam
kehidupan mereka dan merealisasikan ajaran al-Qur'an, sehingga mereka menjadi manusia
utama, sebaik-baik umat di muka bumi ini. Mereka memahami benar cara menerapkan
al-Qur'an ke alam nyata - dari mana memulainya dan peringkat-peringkatnya. Mereka
benar-benar mengikuti manhaj al-Qur'an yang diturunkan Allah s.w.t. melalui utusan-Nya,
Nabi Muhammad s.a.w. Mereka mengikuti dengan penuh kesungguhan dan tersistematik
manhaj al-Qur'an yang diajarkan Rasulullah s.a.w. dengan peringkat-peringkatnya. Mereka
tidak akan melampaui peringkat-peringkat itu sebelum diperintahkan Allah s.w.t. menuju ke
peringkat yang lain. Mereka bagaikan tentara yang amat patuh kepada jendralnya,
melaksanakan dengan penuh ketaatan apa pun juga yang diperintahkan kepada mereka.
Mereka tidak akan meminta tambaban perintah sebelum perintah yang terdahulu mereka
amalkan. Mereka sangat menyakini, manhaj al-Qur'an adalah manhaj yang tersempurna, ter-
baik dan terunggul, karena ia diturunkan dari Allah Yang Maha Sempurna.
Mereka yakin Allah s.w.t. telah menjadikan mereka sebagai umat teladan terbaik
sepanjang masa, dan Allah s.w.t. berkenan berhubungan dengan mereka melalui wahyu
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan tiadalah kemuliaan tertinggi bagi mereka yang
melebihi karunia ini. Allah Maha Pencipta berkenan berhubungan dengan mereka lalu
mengajarkan hal-hal terbaik demi kebaikan mereka. Allah s.w.t. telah berkenan mengatur
mereka secara langsung dengan manhaj-Nya, manhaj al-Qur'an yang telah menjadikan
mereka generasi-generasi agung sepanjang masa.
76
Namun berbeda halnya dengan generasi-generasi sesudah mereka, yang melalaikan
manhaj al-Qur'an yang unik ini. Walaupun al-Qur'an yang diturunkan kepada generasi
terdahulu masih tetap utuh di tangan mereka namun mereka tidak mencapai taraf
keagungan sebagaimana generasi terclahulu. Bahkan sejarah membuktikan mereka adalah
generasi yang menyimpang dari jalan generasi terdahulu mereka. Mereka menggunakan
kekuasaan untuk kepentingan peribadi dan keluarganya, menindas penegak-penegak kea-
dilan sejati karena cita-cita duniawi dan seribu satu penyimpangan yang tidak pernah dikenal
generasi terdahulu mereka. Hal ini terjadi, karena mereka tidak menerapkan al-Qur'an
menurut manhajnya sebagaimana generasi Rasulullah s.a.w. dan para Sahabat yang telah
mengikuti semua tingkatannya dengan cemerlang. Generasi ini mengadopsi manhaj-manhaj
asing ke dalam al-Qur'an, yang telah menghasilkan generasi-generasi yang kualitasnya jauh
di bawah standar al-Qur'an yang menghendaki generasi-generasi agung berjiwa Khalifatullah
dan Abid.
Mereka telah memperlakukan al-Qur'an sebagai objek pengetahuan yang diulas panjang
lebar dengan perincian-perincian yang rumit, sehingga menghasilkan pemahaman al-Qur'an
yang asing, bahkan menyimpang jauh dari kehendak manhaj al-Qur'an. Akibatnya lahirlah
generasi-generasi asing pula, yang jauh berbeda dari generasi agung terdahulu yang lahir
dari manhaj al-Qur'an yang murni dan asli, yang tidak tercemar manhaj-manhaj manusiawi
sebagaimana telah dibuktikan sejarah. Kemurnian manhaj al-Qur'an dengan nilai Ilahiahnya
mutlak dipertahankan, tidak dapat diubah-ubah menurut selera manusia, karena metode ini
adalah konsep terunggul yang diturunkan Allah Yang Maha Mengetahui dengan Ilmu-Nya
Yang Maha Sempurna.
Manhaj generasi pasca-Sahabat yang menjadikan al-Qur'an sebagai objek pengetahuan
belaka harus diluruskan, karena dengan menerapkan al-Qur'an di dalam kehidupan nyata,
secara otomatis pasti akan menghasilkan perbendaharaan pengetahuan juga sebagaimana
yang dialami generasi Sahabat. Mereka menerapkan al-Qur'an di dalam kehidupan nyata
mereka, lalu mendapat segala-galanya: pengetahuan, kekayaan dan kekuasaan.
77
Namun bukan itu semata-mata tujuan manhaj Qur'ani. Sebaliknya untuk mewujudkan al--
Qur'an ke alam nyata, sehingga lembaran-lembaran al-Qur'an itu nuzul pada manusia, hidup
dan berperanan aktif di tengah-tengah kehidupan umat manusia yang akan mengarahkan
mereka menjadi umat terbaik. Ini bukannya berarti penafian terhadap segala perbendaha-
raan ilmu dan pengetahuan yang telah dicapai generasi terdahulu dengan segala
kegemilangannya, namun sebagai pelengkap sehingga al-Qur'an dan manhajnya tegak
kembali, melahirkan generasi agung sepanjang masa, sebagaimana generasi terdahulu.
Generasi Rasulullah s.a.w. dan para Sahabat berhasil menuju kegemilangan karena
mereka memahami benar hakikat manhaj al-Qur'an, kemudian menerapkannya di dalam
kehidupan mereka. Sebaliknya generasi sesudah mereka berpaling dari manhaj al-Qur'an
dan menciptakan manhaj-manhaj baru. Maka logikanya, jika kaum Muslimin hari ini ingin
mendapatkan kembali kegemilangannya sebagaimana generasi terdahulu, mereka harus
kembali menerapkan manhaj yang telah diterapkan generasi terdahulu, manhaj yang telah
menjadikan mereka gemilang, manhaj al-Qur'an yang diturunkan bersama al-Qur'an, dan
dipraktikkan Rasulullah s.a.w. dan para Sahabatnya, manhaj yang masih tersimpan utuh
bersama al-Qur'an sampai hari ini.
HUKUM MENGIKUTI MANHAJ AL-QUR'AN
Sebagai makhluk Allah s.w.t. yang diberi akal, manusia berhak untuk berfikir dan
bertanya mengenai kehidupannya. Apalagi telah diciptakan sebagai khalifah, wakil Pencipta
yang akan mengelola alam ini dengan sebaik-baiknya, memimpin menuju kesejahteraan.
Maka adalah wajar jika timbul pertanyaan di dalam benaknya haruskah dia mengikuti
panduan hidup yang diturunkan Allah s.w.t. kepadanya? Wajibkah manusia mengikuti
metode al-Qur'an yang diturunkan kepada generasi yang terdahulu sebagai metode yang
harus diterapkan, dan pertanyaan lain-lain lagi.
78
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam ini, harus dilakukan pendekatan
secara akliyah (rasional) dan naqliyah (dalil-dalil wahyu).
Dalil Akliyah (Rasional) Penerapan Manhaj AI-Qur'an
Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan awalnya dari saripati tanah,
kemudian dari segumpal darah, diperkuat dengan tulang-belulang, akhirnya dia lahir ke
muka bumi dari rahim ibunya. Semua manusia yang lahir awalnya adalah lemah, tidak dapat
mendengar, tidak melihat, bahkan tidak mampu berbuat sesuatu. Dia lahir tidak mengetahui
apa-apa, bodoh sama sekali. Dengan rahmat Allah, sejak bayi manusia mulai diajar Allah
s.w.t. melalui berbagai bentuk perantaraan di alam ini dan ada juga secara langsung. Dalam
perjalanan hidupnya, manusia meningkat dari tidak tahu, menjadi tahu sedikit demi sedikit
menurut kadar kemampuan akalnya; kemampuannya untuk menerima ilmu-ilmu yang telah
diturunkan Maha Pencipta. Dalam mengarungi kehidupannya yang serba tidak pasti,
manusia belum tahu apa yang harus diperbuatnya, kemudian dia mengadakan
penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan dan sebagainya untuk mencari jawaban
kepada segala kemusykilannya yang dialaminya. Sebagai contoh, manusia generasi
pertama, Qabil, anak Adam a.s., setelah membunuh saudaranya, menjadi bingung tidak tahu
apa yang harus dilakukannya terhadap saudaranya yang sudah mati. Kemudian dia diajar
oleh Allah s.w.t. melalui perantaraan burung gagak.
Demikianlah manusia mendapat pengetahuan sedikit demi sedikit, dan para generasi
sesudahnya meneladani apa yang telah dilakukan generasi terdahulu mereka. Kini banyak
pengalaman manusia terdahulu yang telah dijadikan pedoman dan teladan dalam
melaksanakan suatu perkara. Namun adalah wajar apabila manusia ingin meneladani
generasi terdahulu, mereka perlu mengetahui hakikat keujudan suatu perkara itu. Bahkan
mereka harus meneladaninya jika perkara itu sudah dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya karena dengan demikian mereka tidak perlu lagi mencari-cari pengetahuan
baru tentang masalah yang sama. Mereka hanya perlu mengembangkan pengetahuannya
yang sudah ada. Ini adalah cara berfikir yang sangat logis.
79
Misalnya, seseorang yang sangat ahli di dalam suatu masalah, dan dapat
dipertanggungjawabkan keahliannya dengan berbagai cara dan metode, telah merumuskan
suatu teori dengan cermat serta terbukti kebenarannya, apakah teori tersebut akan ditolak
begitu saja? Tentulah tidak! Maka adakah di alam raya ini, yang lebih mengetahui segala
sesuatu kecuali Maha Pencipta Alam Raya ini? Adakah yang lebih mengetahui hakikat
manusia dan keujudannya selain Pencipta manusia itu? Adakah yang lebih hebat dalam
merancang program kehidupan alam dan manusia selain Yang Maha Mengetahui segala
sesuatu? Adakah yang lebih baik menciptakan teori-teori tentang kehidupan selain Pencipta
kehidupan itu sendiri? Tentu akal waras akan mengatakan Maha Penciptalah yang Maha
Mengetahui tentang ciptaan-Nya dari ciptaan-Nya terhadap diri mereka sendiri.
Jika Maha Pencipta manusia Yang Maha Mengetahui merumuskan teori-teori untuk
kebaikan manusia, untuk kemakmurannya, kebahagiaannya dan kesejahteraannya, maka
adakah teori yang lebih hebat dari teori-Nya? Adakah teori-teori manusia yang serba
terbatas ini lebih hebat dan lebih benar dari teori Maha Pencipta Yang Maha Mengetahui?
Akal sehat pasti akan menyatakan Maha Penciptalah yang jauh lebih unggul dalam segala
hal dari ciptaan-Nya.
Maka demikian pula halnya dengan metode kehidupan manusia. Bukankah Allah s.w.t.
melalui utusan-Nya, Nabi Muhammad s.a.w. telah menurunkan petunjuk bagi kehidupan
manusia, agar manusia dapat hidup sebagai pemimpin makhluk di muka bumi? Metode Ilahi
yang telah terbukti kebenarannya berabad-abad, mengalahkan segala bentuk teori
manusiawi; apapun bentuk dan namanya. Adalah kesalahan yang amat besar jika manusia
tidak mau mengambil metode Ilahi ini sebagai petunjuk jalannya, sebaliknya mencari metode
lain ciptaan manusia dengan segala kelemahan dan keterbatasannya.
Manusia dengan kekuatan akalnya, wajar sekali membandingkan teori-teori dan
metode-metode manusiawi dengan metode Ilahi; baik kandungannya, hakikatnya,
kebijaksanaannya, pengaruhnya terhadap manusia dan lainnya. Adalah wajar
membandingkan tokoh penggeraknya masing-masing, masyarakat yang dihasilkannya dan
80
kesannya terhadap perkembangan peradaban umat manusia dan alam. Bandingkan semua
itu dan mereka akan dapat menilai manakah yang lebih unggul dari berbagai aspek.
Metode al-Qur'an telah melahirkan tokoh seperti Nabi Muhammad s.a.w. dan
pemimpin-pemimpin umat sesudahnya, pemimpin-pemimpin agung yang diakui dunia
kebesarannya dan telah melahirkan masyarakat Islam, masyarakat utama dan ideal yang
pernah wujud di muka bumi ini. Demikian pula kandungan risalah yang diajarkannya, sampai
kini belum ada yang dapat menandinginya. Namun cobalah teliti metode-metode manusiawi
itu. Lihatlah tokoh-tokohnya dengan cermat, kehidupannya, kebajikannya ataupun
penyelewengan-penyelewengannya. Pemimpin-pernimpin komunis senantiasa menyerukan
slogan "sama rata sama rasa", namun merekalah orang yang pertama sekali menikmati
kemewahan di antara penderitaan dan kesengsaraan para pengikut setianya, menggantikan
borjuis lama yang ditumbangkannya, menduduki dan meneruskan kemewahannya dengan
alasan revolusi, membentuk golongan elit baru yang memiliki kekuasaan mutlak. Demikian
pula halnya dengan metode-metode manusiawi lainnya. Masyarakat kapitalis adalah
masyarakat yang individualistik dan eksploitatif, yang memeras tanpa belas kasih dengan
semboyannya "dengan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya", telah melahirkan golongan masyarakat penindas yang tidak
berperi-kemanusiaan.
Cobalah amati dengan teliti di antara seluruh metode tersebut, manakah yang lebih
unggul? Maka tidak ada keraguan sedikitpun bahwa metode al-Qur'an dengan ciri khasnya
yang unik telah dan akan terus mengatasi sernua metode manusiawi itu, sebagaimana Allah
s.w.t. telah menetapkannya:
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (al-Huda) dan Din
Al-Haq untuk dimenangkannya atas Din seluruhnya walaupun orang-orang Musyrik tidak
menyukainya. (Q61:9)
Maka yang demikian adalah tepat sekali bagi manusia yang diciptakan oleh Yang Maha
Mengetahui, mengembalikan segala urusan mereka kepada Yang Maha Mengetahui, karena
81
hanya Dia-lah yang mengetahui dengan pasti, fitrah manusia yang telah diciptakan-Nya.
Manusia wajib mengikuti segala petunjuk yang telah diturunkan-Nya untuk mencapai
kebahagiaan sejati dalam mengarungi kehidupan dunia yang penuh dengan tantangan ini.
Tidak seorangpun, atau makhlukpun yang lebih mengetahui keadaan manusia, kecuali Yang
Maha Pencipta. Manusia adalah makhluk unik yang kompleks yang hanya diketahui
rahasianya oleh Allah s.w.t. saja, Sang Penciptanya.
Oleh sebab itu sekiranya manusia ingin mencapai kesempurnaan dan kebahagian sejati
di dalam kehidupannya; tidak ada jalan lain,kecuali harus mengikuti metode (manhaj) yang
telah dirumuskan Maha Penciptanya. Hanya inilah jalan mutlak satu-satunya. Hanya dengan
mengikuti metode Allah s.w.t., manusia akan terangkat martabatnya dari 'hamba hina'
sesama makhluk menjadi khalifah, wakil Allah yang akan memimpin alam ini.
Maka orang-orang yang memiliki akal waras dan mau mempergunakan akalnya dengan
baik, pasti tidak akan mengambil segala bentuk metode manusiawi dengan segala
kelemahannya. Mereka pasti hanya akan mengambil metode yang datangnya dari Yang
Maha Sempurna, yang telah menciptakan segala sesuatu di alam ini, kemudian dengan
kasih sayang-Nya diberikan petunjuk agar tercapai cita-cita manusia - kebahagiaan dan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak.
Dalil Naqli Penerapan Manhaj Al-Qur'an
Orang-orang yang telah mengikrarkan dirinya sebagai mukmin, diwajibkan tunduk
dan patuh kepada peraturan-peraturan Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada pilihan lain bagi
mereka kecuali mengikuti seluruh yang diperintahkan Allah s.w.t. dan Rasul-Nya, karena
inilah pengertian mukmin yang dikehendaki Islam, sebagaimana Allah s.w.t. telah berfirman:
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya..(Q7:3)
82
Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu, dan sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q3 3:2)
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semua dalam Islam secara keseluruh annya
dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan, sebab ia musuhmu yang nyata. (Q2:208)
Hai orang-orang yang beriman, terimalah ajakan Allah dan Rasul-Nya yang menyeru kamu
kepada apa yang menghidupkan kamu...(Q8:24)
Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya...(Q4 7:3 3)
Ayat-ayat di atas dengan tegas dan jelas memerintahkan orang-orang yang beriman agar
mengikuti semua yang diajarkan Allah s.w.t. dan Rasul-Nya. Salah satu ajaran Allah dan
Rasul-Nya adalah manhaj (metode/cara) dalam merealisasikan perintah-perintah yang akan
membimbing mereka menuju kemenangan. Maka dengan demikian, mengikuti manhaj
(metode/cara) yang diturunkan Allah s.w.t. dan Rasul-Nya adalah mutlak, sebagaimana
mutlaknya mengikuti ajaran Islam yang lainnya, sebagaimana ditegaskan Sayyid Qutb dalam
Maalim Fi al-Thariq:
"Manhaj (metode) dalam Islam sama dengan hakikat (kenyataan). Keduanya tidak dapat
dipisahkan. Setiap manhaj yang asing pada akhirn.ya tidak mungkin dapat menegakkan
(mewujudkan) Islam. Manhaj-manhaj asing mungkin dapat mewujudkan sistem-sistem yang
bersifat manusiawi, tetapi tidak mungkin untuk dapat mewujudkan manhaj kita. Maka
berpegang teguh kepada manhaj (metode) itu adalah sama pentingnya dengan berpegang
teguh kepada akidah, dan seperti berpegang teguh kepada sistem dalam setiap gerakan
ajaran Islam.
CIRI KHAS METODE AL-QUR'AN
83
Proses pembinaan dan pembentukan generasi Islam terdahulu tidak dapat dipisahkan sama
sekali dari metode yang diterapkan al-Qur'an. Metode tersebut sengaja disusun dan
diprogram untuk keperluan manusia sepanjang masa, baik dia seorang Arab, Parsi, Eropa,
Cina, Melayu atau lainnya. Pada dasarnya manusia adalah sama dari segi ciri-cirinya.
Ciri-ciri dasar inilah yang dibentuk dan dipimpin metode al-Qur'an agar manusia mengetahui
hakikat hidup dan kehidupannya, hubungan antara dirinya dengan Tuhan Penciptanya,
sesama manusia serta seluruh makhluk lainnya.
Metode al-Qur'an memerlukan tahap-tahap tertentu untuk melahirkan generasi Islam
yang akan menjadi teladan sepanjang masa. Metode al-Qur'an bukan sekedar teori untuk
dipelajari dan dihafal serta dibincangkan saja. Sekiranya Allah s.w.t. menghendaki al-Qur'an
menjadi perbendaharaan ilmu saja, tentu al-Qur'an tidak akan diturunkan dalam tempo masa
23 tahun - tentu diturunkan 30 juz sekaligus - kemudian manusia dibiarkan menelaahnya
sendiri dari pelbagai bidang ilmu, sehingga ilmu al-Qur'an memenuhi kepala mereka dan
mereka menjadi pakar-pakar al-Qur'an yang handal, yang dapat menjelaskan
maksud-maksud al-Qur'an tersebut secara terperinci, sehingga tidak mampu difaharni oleh
masyarakat awam.
Namun bukan itu yang dikehendaki metode al-Qur'an. Al-Qur'an diturunkan
beransur-ansur sesuai dengan keperluan dan tahap pembinaan generasi al-Qur'an yang
selanjutnya melahirkan masyarakat Islam. Dan al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan
beransur-ansur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.(Q1 7:106)
Metode al-Qur'an adalah metode yang telah digariskan Allah s.w.t. untuk membentuk
generasi yang akan mewakili-Nya memimpin dan mengarahkan alam menurut kehendakNya,
bukan hanya sekedar melahirkan ulama penghafal teks kitab-kitab kuning ataupun
intelektual-intelektual yang hanya pandai berbicara tentang ilmu al-Qur'an. Namun Allah
s.w.t. menghendaki agar al-Qur'an terwujud di dalarn realitas kehidupan sehari-hari, bukan
sekadar untuk dihafal dan dipelajari saja, apalagi sekedar untuk dilagukan dan
84
dipertandingkan. Akan tetapi al-Qur'an hendaklah terwujud di dalam individu, selanjutnya di
dalam keluarga dan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya.
Itulah sebabnya Allah Yang Maha Mengetahui dengan metode-Nya membentuk generasi
yang dikehendaki-Nya dalam tempo 23 tahun, bermula dari hal-hal fundamental dalam
kehidupan manusia sampai masalah-masalah kemasyarakatan lainnya agar al-Qur'an
tertanam di dalam dada dan dijadikan sebagai sistem dalam realitas kehidupan. Ini
memerlukan tahap-tahap yang panjang sehingga terbentuknya pernimpin dunia yang
mewakili Allah di muka bumi ini.
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacakannya bagian demi bagian.(Q25:32)
TAHAP-TAHAP METODE AL-QUR'AN
Tahap metode al-Qur'an secara global dibedakan menjadi metode al-Qur'an Makkiyah dan
metode al-Qur'an Madaniah. Metode al-Qur'an Makkiyah adalah metode yang diterapkan
Allah s.w.t. di dalam al-Qur'an untuk membina dan membentuk generasi Islam ketika mereka
berada pada fase Makkah. Manakala metode al-Qur'an Madaniah adalah metode yang
diterapkan Allah s.w.t. di dalam al-Qur'an untuk membentuk generasi Islam ketika mereka
berada pada fase Madinah.
Kedua metode ini memiliki ciri khas masing-masing dengan penekanan, sasaran, tujuan
dan fase yang khusus dan berbeda. Kedua metode ini terpisah, tidak dapat dicampur aduk
sesuka hati. Tahapan-tahapan di dalamnya tersusun rapi.
Ciri Metode AI-Qur'an Makkiyah
85
Al-Qur'an Makkiyah dengan ciri khasnya diturunkan dalam tempo 13 tahun dan
membicarakan persoalan yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia. Dalam tempo
tersebut, hanya membicarakan satu persoalan besar yang terus diulang-ulang dengan
bahasa dan pendekatan berbeda. Al-Qur'an Makkiyah hanya membicarakan masalah
akidah, masalah Ketuhanan Allah dan Kehambaan manusia serta hubungan di antara
keduanya yang terlambang di dalam kalimah La ilaha illallah.
La ilaha illallah tidak hanya bermakna sempit; "tiada Tuhan selain Allah" saja. La ilaha
illallah adalah proklamisi menyeluruh seorang hamba untuk mengangkat Tuan di atas segala
tuan, membebaskan diri sepenuhnya dari tuan-tuan selain Allah s.w.t. Penghambaan menye-
luruh manusia kepada Allah s.w.t. tidak akan menyekutukan penghambaannya kepada
sesuatu pun. Allah s.w.t. adalah satu-satunya Tuan yang paling ditaati, dicintai dan ditakuti,
tempat manusia memperhambakan diri dalam, segala bentuk kehidupannya. Seluruh tujuan
dan orientasi kehidupannya semata-mata untuk memperhambakan dirinya kepada Allah
yang memiliki alam.
La i1aha illallah adalah pernyataan manusia untuk menjadikan Allah s.w.t. sebagai
Penguasa dan Pemerintah mutlak yang mengatur seluruh kehidupannya dan menyingkirkan
sejauh-jauhnya penguasa dan pemerintah selain-Nya, baik dia seorang dukun, raja, tokoh
bangsawan, tokoh agama, pemuka adat ataupun pemerintah dan penguasa. Hanya Allah
s.w.t. yang paling berhak menentukan segala bentuk perundangan, hukum peraturan dan
segala ketetapan. Penguasa dan pemerintah selain-Nya harus dilucuti dari hak-hak yang
bukan miliknya dan menerima segala yang telah diputuskan-Nya tanpa bantah, karena
Dialah Penguasa Tertinggi yang memiliki kekuasaan mutlak yang paling berhak memutuskan
segala sesuatu. Seluruh peraturan hidup yang tidak datang dari-Nya harus disingkirkan.
La ilaha illallah bermakna hanya Allah s.w.t yang menjadi Tuhan, Rabb
(Pendidik/Pemelihara), Pengatur Kehidupan, Penguasa dan Pemerintah. Hal ini wajib di-
percayai dalam hati nurani, diperlihatkan di dalam ibadah dan dinyatakan dalam bentuk
hukum pada kehidupan seharian. Manusia tidak berhak memutuskan sendiri apa pun di
dalam kehidupannya. Mereka wajib kembali kepada peraturan dan hukum Allah mengambil
86
semua bentuk peraturan tentang kehidupannya dari sumber asalnya, dari yang
menyampaikannya kepada manusia, yaitu Nabi Muhammad s.a.w. yang terlambang di dalam
kalimah syahadat kedua, Muhammad Rasulullah, Muhammad Utusan Allah.
Makna akidah seperti ini difahami benar oleh bangsa Arab. Itulah sebabnya mereka,
terutama pemuka-pemuka suku melancarkan serangan yang sangat dahsyat untuk
menghapuskan akidah ini dan para penyerunya. Para pemuka ini menyadari jika akidah ini
tegak, mereka akan kehilangan hak-hak istimewa yang telah diwarisi turun temurun karena
akidah ini menghapuskan hak kebangsawanan dan status sosial. Seluruh manusia adalah
sama di sisi akidah ini; tidak ada keistimewaan bangsawan dari budaknya, tidak ada
kelebihan Arab, Parsi, Rom dari Habsyah. Yang membedakannya adalah pemahaman dan
amalan mereka terhadap akidah ini.
Semua hak untuk memerintah dan membuat peraturan hidup akan dilucutkan,
dikembalikan kepada yang memiliki hak mutlak yaitu Allah s.w.t. Seluruh tradisi nenek
moyang yang diagungkan dari generasi ke generasi harus dimusnahkan, diganti dengan
tradisi yang berdasarkan akidah ini. Kebanggaan kaum yang selama ini menjadi kehormatan,
harus dikuburkan dan diganti dengan kebanggaan memeluk akidah ini. Namun yang paling
dikhuatiri para pemuka itu adalah apabila tegak akidah ini, seluruh berhala jahiliyah yang
berabad-abad disembah dan dipuja wajib dihancurkan, karena akidah tidak menghendaki
hadirnya tuhan-tuhan selain dari Allah Yang Maha Tunggal.
Itulah sebabnya, para pemuka itu pun mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuan
mereka untuk menghancurkan akidah ini dan para penyerunya. Mereka tidak pandang bulu,
hatta keluarga dekatpun ditindas dan dibunuh dengan cara yang amat keji. Peristiwa
penindasan dan pembunuhan keluarga Ammar bin Yasir adalah contoh nyata. Ayah dan
ibunya rela menjadi syuhada untuk mempertahankan akidahnya. Darah harum mereka telah
menyuburkan dakwah dan penyebaran akidah ini.
Peristiwa-peristiwa seperti ini akan berlanjut terus sampai akidah ini menemui
kejayaannya. Keadaan seperti ini akan terus berulang sampai bumi ini berhenti berputar. Di
mana muncul generasi Islam seperti Rasulullah s.a.w., keluarga Ammar dan para Sahabat,
87
pasti akan muncul pula penentang-penentangnya seperti Abu Jabal, Abu Lahab dan
kakitangannya yang siap menindas penegak akidah ini. Ini sudah Sunnatullah sejak akidah
ini dibawa pertama kali oleh Adam a.s.; setiap penegak akidah pasti akan ditentang dengan
hebat, diusir dan dibunuh. Kejadian seperti ini adalah salah satu fase tahap al-Qur'an
Makkiyah yang wajib dilalui oleh mereka yang hendak mencapai ketinggian akidah, karena
jalan ini adalah jalan yang penuh kesusahan yang memerlukan pengorbanan.
Mengapa metode al-Qur'an menghendaki jalan sukar lagi berbahaya dan memakan
waktu panjang untuk membina generasinya? Bukankah ada banyak lagi jalan yang lebih
realistik dan konsepsional? Bukankah bangsa Arab telah sepakat untuk mengangkat
Rasulullah s.a.w. sebagai pemimpin mereka dengan syarat tidak mendakwahkan akidah ini?
Syarat itu boleh saja diterima untuk sementara waktu dan setelah Rasulullah s.a.w. kuat dan
berkuasa mengendalikan bangsa Arab, barulah beliau mengarahkan manusia menuju akidah
ini dengan kekuasaan yang ada padanya. Rasulullah s.a.w. dan para pengikutnya tidak perlu
bersusah payah dan menderita akibat menentang arus masyarakat jahiliyah dalam
mendakwahkan akidah ini. Bukankah ini jalan yang sangat bijaksana, menghindari
kesusahan namun misinya tetap tegak dalam tempo masa yang singkat?
Sama halnya dengan mereka yang menyatakan: Mengapa metode al-Qur'an tidak
memulai langkah perjuangannya dengan aktivititas sosial kemasyarakatan ataupun ekonomi.
Bukankah ini sangat penting artinya dalam mendukung suatu gerakan? Bagaimana mungkin
sesuatu gerakan dapat berjalan, jika tidak ada dukungan masyarakat dan dukungan ekonomi
yang kuat? Atau sama haInya dengan mereka yang menyatakan: kenapa tidak dimulai de-
ngan persiapan-persiapan ketentaraan yang kuat agar seluruh manusia bertekuk lutut
kepadanya. Atau Rasulullah s.a.w. yang terkenal sebagai al-Amin, dipercaya dan dihormati,
menyerukan nasionalisme Arab, dengan demikian banyak suku-suku besar dan kuat akan
menyertainya. Setelah semua itu berhasil, barulah Rasulullah s.a.w. menanamkan akidah ini
sebagaimana diperintahkan Allah s.w.t. Menurut akal, tentu akan mendapat sambutan baik
karena diserukan oleh tokoh masyarakat, tokoh ekonomi, tokoh ketentaraan ataupun tokoh
88
nasionalisme. Maka generasi itu tidak perlu lagi bersusah payah menanggung penderitaan.
Semua itu sangat mudah dilakukan oleh seorang besar seperti Muhammad Rasulullah s.a.w.
Namun wujudnya metode al-Qur'an tidak menghendaki jalan yang mudah itu. Metode ini
menghendaki dan memilih jalan sukar lagi berbahaya dan memerlukan masa panjang.
Memulai langkah awaInya adalah dengan menegakkan kalimat La ilaha illallah, ajaran yang
sangat dibenci oleh bangsa Arab, yang mengakibatkan kesusahan, kesempitan dan
penderitaan, bahkan pembunuhan serta peperangan.
Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, dengan metode yang digariskan
menghendaki lahirnya generasi-generasi utuh yang ditempa dengan kesusahan dan
dibesarkan dalam penderitaan. Generasi yang dididik seperti inilah yang akan mampu
memikul beban berat melengkapi dan menyempurnakan ajaran Islam nantinya. Allah s.w.t.
tidak menghendaki ajaran tinggi ini dianut dan diperjuangkan oleh generasi oportunis yang
manja, bermentalitas lemah akibat berkumpulnya kekuasaan dan kesenangan material.
Begitulah Allah s.w.t. tidak menghendaki generasi yang berjiwa tirani yang haus kekuasaan,
yang akan menggantikan para tirani sebelumnya.
Persoalan besar ini, akidah La ilaha illallah Muhammad Rasulullah dengan segala
pengertian logisnya diterjemahkan dengan indahnya ke dalam kehidupan para generasi
Islam terdahulu. Al-Qur'an Makkiyah tidak pernah melampaui persoalan ini kepada
persoalan-persoaIan lainnya, sampai terbentuk pasti generasi yang bersedia memikul beban
tugas besar. Generasi yang berpegang teguh pada akidah ini dengan pemahaman yang se-
benarnya dan disertai pengamalan dan kesediaan menerima akibat penentangan dari
masyarakat jahiliyah yang menentangnya.
Al-Qur'an Makkiyah dengan tahapnya yang panjang, selama 13 tahun menghendaki
akidah ini menjadi fundamen bagi ajaran Islam keseluruhannya. Dengan dasar akidah inilah,
kemudian akan tertegak bangunan sosial, politik, pendidikan, ekonomi, budaya, peradaban,
sains, ketentaraan dan sistem kehidupan lainnya. Kehidupan manusia seluruhnya wajib
bersumber dari akidah ini. Akidah ini harus benar-benar kukuh untuk menopang bangunan
Islam yang merangkumi segala aspek kehidupan manusia. Inilah metode al-Qur'an Makkiyah
89
dengan segala tahapannya yang wajib dilalui, diwujudkan dalam kehidupan nyata, bukan
sekadar dihafal sebagaimana teori dan perbendaharaan ilmu seperti ilmu Tauhid dan ilmu
Kalam yang dikenal selama ini.
Ciri Metode Al-Qur'an Madaniah
Al-Qur'an Madaniah, diturunkan selama 10 tahun adalah lanjutan dari al-Qur'an
Makkiyah. Pada fase ini dibicarakan bangunan keseluruhan ajaran Islam karena masyarakat
yang dibina atas akidah telah tegak dan oleh itu memerlukan peraturan-peraturan khusus di
dalam kehidupan bermasyarakatnya. Masa seperti itulah al-Qur'an Madaniah diturunkan
memenuhi keperluan masyarakat. Al-Qur'an Madaniah membicarakan masalah hukum,
peraturan bermasyarakat, sistem politik, ekonomi, ketentaraan dan sistern kehidupan
lainnya.
Pada keadaan seperti ini, sistem sosial secara menyeluruh sangat diperlukan untuk
menyempurnakan metode terdahulu. Bangunan Islam ini dapat terlaksana karena telah ada
sekumpulan masyarakat yang memiliki akidah dan menang mempertahankan akidahnya
dalam berinteraksi dengan masyarakat jahiliyah. Namun yang terpenting, mereka telah
bersedia secara mental maupun fisik untuk menerima sistem kehidupan ajaran Islam yang
dibawa al-Qur'an Madaniah dengan segala kesempurnaannya.
Al-Qur'an Madaniah tidak mungkin dapat terlaksana di dalam sekumpulan masyarakat,
jika al-Qur'an Makkiyah belum terwujud di dalam kehidupan nyata mereka. Kaum Muslimin
tidak terlalu perlu bersusah payah membahas al-Qur'an Madaniah dan menjelaskannya
secara terperinci satu demi satu sistemnya selagi belum ada masyarakat yang akan
menerapkannya di dalam kehidupan nyata mereka. Metode al-Qur'an tidak menghendaki
perbuatan seperti itu, karena tidak dilakukan oleh Rasulullah dan Sahabatnya. Metode
al-Qur'an ini perlu diterapkan dalam kehidupan nyata dan niscaya akan kelihatan hasil
semua itu dengan sendirinya, tanpa melalui perdebatan teoritis yang akan menambah
kebingungan dan kesesatan. Di sinilah letaknya keunikan metode al-Qur'an yang tidak dapat
dijangkau teori manusia dengan segala perbendaharaan ilmunya.
90
Demikianlah wujudnya metode al-Qur'an yang telah melahirkan generasi baru, generasi
yang mampu memimpin dunia dan menghancurkan segala bentuk kejahiliyahan yang
sepatutnya direnungkan dalam-dalam, terutamanya oleh mereka yang terlibat secara
langsung membina umat.
Membina manusia yang berpegang teguh pada Islam secara menyeluruh memerlukan
waktu yang panjang dengan sistematika pembinaannya yang konprehensif. Generasi Islam
yang paripurna sebagaimana generasi Islam terdahulu tidak akan lahir, jika tidak digunakan
metode yang telah mereka gunakan untuk membentuk diri mereka. Generasi Islam
terdahulu, telah hidup bersama metode al-Qur'an, dibesarkan dalam metode al-Qur'an
dengan segala peringkat serta sukadukanya. Inilah satu-satunya jalan. Kaum Muslimin tidak
perlu mencari-cari metode yang tidak pernah dikenal Islam, karena metode itu hanya akan
membawa akibat buruk kepada perkembangan generasinya. Masyarakat Qur'ani yang
berharkat dan bermartabat, hanya dapat dilahirkan dengan metode yang telah diturunkan
Allah bersama al-Qur'an, manhaj Qur'ani, metode al-Qur'an.
BAB 6MASYARAKAT QUR'ANI BINAAN RASULULLAH
Sejarah telah membuktikan 15 abad silam telah lahir di muka bumi ini masyarakat yang
tidak pernah ada sebelumnya. Jikalaupun ada, belum pernah terkumpul sedemikian
banyaknya manusia-manusia agung dengan keunggulannya masing-masing pada satu
91
waktu, di dalam sebuah kumpulan masyarakat yang tersusun indah. Masyarakat yang penuh
persaudaraan, kejujuran menjadi hiasan, mengutamakan keadilan, toleransi dijunjung tinggi,
perbedaan dijadikan rahmat, berharkat dan bermartabat. Masyarakat yang mencerminkan
kesempurnaan dan keagungan al-Qur'an, sehingga masyarakat ini menjadi mercusuar umat
manusia dan pengembangan peradaban. Mereka hidup, berjuang dan berinteraksi langsung
dengan masyarakat jahiliyah. Mereka adalah masyarakat agung yang telah menggoncang
dunia, memporak-perandakan segala bentuk jahiliyahan dan memimpinnya menuju
kedamaian abadi di bawah keridhaan Maha Pencipta Alam.
Masyarakat utama ini sebelumnya adalah sekelompok kecil suku bangsa di padang pasir
tandus, yang peradabannya terkebelakang dan tidak pernah diperhitungkan dalam arena
politik dunia. Mereka saling memerangi antara satu sama lain; yang kuat memperbudak yang
lemah. Mereka menyembah berbagai Tuhan yang diciptakan sendiri. Tindakan-tindakan
tidak bermoral merupakan pemandangan umum yang menjadi kebanggaan mereka.
Keadaan mereka berubah, ketika Maha Pencipta Alam menurunkan utusan-Nya, Nabi Mu-
hammad s.a.w. untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, dari
kejahiliyahan menuju Islam. Berkat kesabaran dan ketekunan Rasulullah s.a.w., bangsa
yang lemah dan terbelakang ini dapat dipimpin menuju kebenaran hakiki. Segala bentuk
kemusyrikan, beliau gantikan dengan kalimat tauhid, "Tiada Ilah kecuali Allah" berpedoman
kepada panduan hidup yang telah ditetapkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui.
Masyarakat baru ini lahir dari sistem pembinaan yang diajarkan al-Qur'an dengan
pendekatannya yang sangat khas. Mereka adalah masyarakat Qur'ani yang kelahirannya
ditunggu-tunggu para penegak kebenaran dan mencemaskan penegak kebatilan.
Masyarakat Qur'ani ini memiliki ciri-ciri khas yang sangat membedakan mereka dengan
masyarakat lainnya dahulu dan kini. Ciri-ciri khas ini telah menjadikan mereka masyarakat
utama yang tak tertandingi. Di antara ciri-ciri khas itu adalah menjadikan al-Qur'an sebagai
panduan hiclup, menerapkan al-Qur'an di dalam kehidupan nyata, menggantikan
kejahiliyahan dengan Islam dan membentuk masyarakat ideal.
92
MENJADIKAN AL-QUR'AN SEBAGAI PANDUAN HIDUP
Masyarakat Qur'ani yang dibina Rasulullah s.a.w., hanya mau mengambil dari satu
sumber saja sebagai rujukan dalam segala aspek kehidupan mereka, yaitu al-Qur'an.
Sunnah Rasulullah adalah sebagian dari sumber utama itu. Sekiranya mereka menghadapi
suatu masalah, mereka akan segera kembali kepada al-Qur'an. Mereka akan merujuk
kepada al-Qur'an terlebih dahulu untuk segala urusan sebelum merujuk kepada
sumber-sumber lain. Mereka tidak akan terburu-buru mengerjakan sesuatu sebelum alQur'an
memerintahkannya dan mereka akan segera meninggalkan suatu urusan jika al-Qur'an
melarangnya.
Masyarakat ini menolak segala bentuk sumber selain al-Qur'an, walaupun pada saat
itu telah wujud ajaran-ajaran nabi sebelumnya ataupun filsafat-filsafat Yunani yang tetap
dijadikan rujukan sampai hari ini. Mereka tidak mau sumber-sumber utama pengambilan
selain al-Qur'an yang akan mewarnai kehidupan dan menguasai fikiran mereka, hatta kitab-
kitab terdahulu yang dibawa para nabi. Itulah sebabnya Rasulullah s.a.w. menegur Umar ibn
Khattab ketika mengetahuinya membaca lembaran Taurat dan bersabda dengan tegasnya:
"Demi Allah, seandainya Musa a.s. masih hidup di antaramu, maka niscaya dia pasti akan
mengikuti ajaranku." (HR. Abu Yala).
Rasulullah s.a.w. sebagai pembina utama masyarakat Qur'ani memang sengaja
membatasi sumber pengambiIan masyarakat utama ini hanya kepada al-Qur'an saja, agar
mereka tetap bersih dari pencemaran pemikiran dan pefahaman di luar al-Qur'an. Rasulullah
s.a.w. mengetahui sekiranya al-Qur'an dicampuadukkan dengan berbagai filsafa manusiawi
saat itu, maka umat binaannya akan mengalami kemunduran dan tidak akan mencapai
sasaran yang telah ditetapkan al-Qur'an.
Demikianlah kenyataannya, masyarakat yang dibina Rasulullah s.a.w. yang dibangun
hanya berpandukan konsepsi yang diajarkan al-Qur'an semata-mata telah menjadi
masyarakat agung sepanjang masa dengan segala keutamaan mereka. Sebaliknya
masyarakat sesudah mereka; yaitu ketika masyarakat ini mencampuradukkan al-Qur'an
dengan filsafat-filsafat manusiawi lainnya, pada saat itulah masyarakat ini mengalami
93
kemunduran yang sangat drastis. Mereka telah kehilangan ruh al-Qur'an yang akan
menjadikan mereka manusia utama akibat bercampurnya al-Qur'an dengan filsafat dan
produk pemikiran manusiawi yang penuh dengan kekurangan dan tragedi.
Rasulullah s.a.w. membatasi sumber utama pengambilan masyarakat binaannya hanya
kepada al-Qur'an saja, karena masyarakat ini pada mulanya dikehendaki memiliki fondasi
yang kokoh dalam mengembangkan sebuah bentuk masyarakat ideal sepanjang masa.
Fondasi yang kokoh itu hanya dapat diperoleh dari al-Qur'an saja, dan tidak mungkin
diperoleh dari sumber-sumber selainnya karena melibatkan masalah keimanan, akidah dan
keyakinan manusia kepada Allah s.w.t., hari pembalasan, syurga, neraka dan segala hal
yang ghaib, yang tidak mungkin mampu disingkap kekuatan manusia, bagaimanapun
jeniusnya. Oleh sebab itu, perlu ada penjelasan langsung dari Yang Maha Mengetahui dan
Maha Pencipta alam raya ini. Hanya Sang Maha Penciptalah yang mampu menjelaskan
segala permasalahan ini kepada manusia agar mereka benar-benar yakin. Atas dasar keya-
kinan inilah, kemudian mereka membangun peradaban dunia sebagai Khalifah, wakil Allah di
atas bumi. Penjelasan masalah keyakinan ini tidak mungkin mampu diuraikan dengan tepat
oleh filosuf-filosuf terkemuka, walaupun mereka telah berusaha dengan segala kemampuan
yang ada pada mereka, karena manusia tetaplah manusia yang diciptakan dengan segala
kekurangan.
Sekiranya Rasulullah s.a.w. berkeinginan untuk mencampurkan sumber pengambilan
masyarakat binaannya dengan sumber filsafat manusiawi yang ada, tentu beliau telah
melakukannya karena produk filsafat pada masa itu tersebar luas dan menguasai peradaban
dunia. Namun sejarah membuktikan Rasulullah s.a.w. tidak berhuat seperti itu, bahkan
beliau menolak segala bentuk sumber pengambilan selain al-Qur'an, hatta kitab Taurat yang
diturunkan kepada Musa a.s. Dengan ruh dan metode al-Qur'anlah Rasulullah s.a.w.
membimbing masyarakat Islam terdahulu sehingga mereka menjadi masyarakat utama yang
terlepas dari segala bentuk kesesatan dan krisis yang telah menimpa masyarakat jahiliyah
sebagaimana dijelaskan Allah di dalam firman-Nya:
94
Dialah yang telah membangkitkan di kalangan masyarakat ummi seorang Rasul yang
membacakan ayat-ayat-Nya, membersihkan mereka dan mengajarkan mereka Al-Kitab (al--
Qur'an) dan Hikmah, dan padahal mereka sebelum itu dalam kesesatan yang nyata. (Q62:2)
Masyarakat ini menjadikan al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber rujukan utama karena
mereka sangat yakin kepada al-Qur'an. Mereka sangat yakin al-Qur'an akan dapat
menyelesaikan segala problematika dan krisis yang mereka hadapi. Sikap inilah yang telah
menjadikan mereka sebagai masyarakat utama sepanjang masa.
MENERAPKAN AL-QUR'AN DALAM KEHIDUPAN NYATA
Masyarakat al-Qur'an yang dibina Rasulullah s.a.w. menerima al-Qur'an, membaca
al-Qur'an, mempelajari al-Qur'an dan memahami al-Qur'an semata-mata untuk diamalkan,
untuk diterapkan di dalam kehidupan nyata mereka sehingga mereka menjadi 'al-Qur'an
hidup'. Setelah masyarakat ini menerima ayat-ayat al-Qur'an dari Rasulullah s.a.w., mereka
langsung mengamalkannya tanpa mempertanyakan aspek-aspek filosofisnya yang rumit.
Ayat-ayat yang diturunkan kepada masyarakat ini adalah ayat-ayat amali yang praktis, yang
dapat langsung diterapkan di dalam kehidupan nyata mereka, bukannya teori-teori rumit
yang membingungkan mereka. Itulah sebabnya seluruh lapisan masyarakat mudah sekali
memahaminya dan mudah melaksanakannya di dalam kehidupan nyata mereka.
Masyarakat ini menerima al-Qur'an ibarat seorang perajurit yang menerima perintah harian
dari panglima tertingginya. Perintah-perintah harian itu harus segera dilaksanakan di dalam
kehidupan. Mereka menerima al-Qur'an untuk menjalankan perintah Allah, Maha Penguasa
Tertinggi, tentang segala aspek kehidupan untuk dirinya, keluarganya, masyarakatnya dan
seluruh umat manusia. Mereka akan melaksanakan segera apa saja yang diperintahkan
tanpa menangguhkannya ataupun meminta tambahan perintah-perintah baru yang akan
memberatkan mereka. Mereka menerima ayat-ayat Allah yang disampaikan Rasulullah
s.a.w. dengan penuh perhatian dan kesungguhan, kemudian mereka menghafalnya dan
selanjutnya mempraktekkannya di dalam kehidupan nyata. Jika mereka tidak memahaminya,
95
maka Rasulullah s.a.w. akan menjelaskan maksudnya, agar mereka dapat
melaksanakannya dengan mudah.
Itulah sebabnya, Allah Yang Maha Mengetahui menurunkan al-Qur'an bagian demi
bagian, ayat demi ayat menurut keperluan pembinaan masyarakat waktu itu, sebagaimana
dijelaskan al-Qur'an.
Dan al-Qur'an itu Kami turunkan sebagian demi sebagian, supaya engkau bacakan kepada
manusia dengan beransur-ansur dan Kami turunkan terus-menerus. (Q17:106)
Dan orang-orang yang kafir itu berkata: Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya
dengan sekaligus? Demikianlah (Kami turunkan berangsur-angsur) karena dengannya itu
Kami hendak meneguhkan hatimu, dan kami bacakan ia dengan berangsur-angsur.(Q25:32)
Ayat demi ayat diturunkan kepada masyarakat melalui utusan Allah, Nabi Muhammad
s.a.w. agar masyarakat mengamalkannya sampai ayat itu terlambang kehidupan nyata.
Mereka tidak akan meminta tambahan ayat-ayat kepada Rasulullah s.a.w. selain dari apa
yang diberikan kepada mereka, karena mereka mengetahui ayat-ayat yang diturunkan
kepada mereka adalah pembinaan yang telah disusun dan dirancang turunnya dengan
sangat teliti sesuai menurut keperluan mereka.
Allah yang Maha Mengetahui menurunkan ayat-ayat al-Qur'an menurut keadaan
pertumbuhan masyarakat yang dibina Rasulullah s.a.w. Satu atau beberapa ayat diturunkan
pada suatu peristiwa, keadaan ataupun kejadian tertentu untuk menceritakan kepada
manusia tentang apa yang mereka kerjakan demi kebaikan mereka dunia akhirat. Ayat-ayat
al-Qur'an menggambarkan keadaan hati mereka, ataupun kejadian-kejadian yang sedang
dialami dan menggariskan untuk mereka cara bekerja dalam keadaan tersebut ataupun
membetulkan kesalahan pemikiran dan tindakan mereka, menghubungkan mereka dalam
semua perkara dengan Allah s.w.t. Al-Qur'an telah menghubungkan hamba dengan
Tuhannya secara langsung, mereka berinteraksi.
96
Masyarakat ini menerima al-Qur'an bukan hanya sekedar untuk tujuan menambah
khazanah pengetahuan ataupun untuk memperluas wawasan mereka saja. Bukan pula
sekedar untuk menikmati keindahan bacaan dan sastaranya yang sangat memukau.
Demikian pula tidak ada di antara mereka yang mempelajari al-Qur'an untuk menambah per-
bendaharaan ilmunya dengan segala pembahasannya yang terperinci, sehingga mereka
terkenal sebagai pakar ilmu al-Qur'an. Bukan semua itu tujuan para Sahabat menerima
al-Qur'an!
Mereka menerima al-Qur'an dan mempelajarinya semata-mata untuk diamalkan dan
dipraktekkan dalam kehidupan nyata mereka. Itu yang terutama. Namun karena mereka
menerima al-Qur'an untuk diamalkan, maka al-Qur'an memberikan mereka khazanah
pengetahuan, wawasan intelektual, petunjuk hidup, kisah-kisah teladan, kesenangan,
keindahan, kemukzijatan, kekuatan spiritualitas bahkan memberikan segala jawaban
terhadap pernasalahan yang mereka hadapi. Karena mereka telah menjadi 'al-Qur'an hidup',
segala perbendaharaan al-Qur'an mereka dapatkan, sehingga mengantarkan mereka
menjadi masyarakat agung sebagaimana yang ditulis sejarah kemanusiaan.
MENGGANTIKAN KEJAHILIYAHAN DENGAN ISLAM
Masyarakat al-Qur'an yang dibina Rasulullah s.a.w. setelah menerima Islam sebagai
panduan hidup, secara otomatis mereka menolak dan meninggalkan segala bentuk
kejahiliyahan yang lahir maupun batin. Mereka sangat takut kembali kepada kejahiliyahan
sebagaimana takutnya mereka dicampakkan ke dalam api yang berkobar. Setelah masuk
Islam, mereka mencampakkan semua tuhan palsu jahiliyah, kepemimpinan jahiliyah,
teori-teori pemikiran jahiliyah, hubungan ashobiah jahiliyah, pergaulan jahiliyah dan segala
yang berbau jahiliyah. Mereka merombak seluruh sistem kehidupan mereka menurut
kehendak Allah s.w.t. dan Rasul-Nya.
Jahiliyah bukanlah suatu zaman sebelum kedatangan Islam sebagaimana difahami
kebanyakan orang. Bahkan mereka mendakwa bahwa sekarang tidak ada lagi kejahiliyahan
yang mereka artikan sebatas kebodohan. Masyarakat sebelum kedatangan Islam dikatakan
97
sebagai masyarakat jahiliyah bukan karena mereka bodoh dan tidak memiliki peradaban.
Bahkan mereka telah memiliki peradaban yang menjulang tinggi yang masih dijadikan
rujukan sampai hari ini.
Jahiliyah hakikatnya adalah faham hidup yang tidak bercorak Islam, yang bertentangan
dengan ajaran Islam. Masyarakat sebelum kedatangan Islam dikatakan jahiliyah karena
mereka tidak menjadikan Islam sebagai panduan hidup mereka. Jadi seseorang yang
menganut ideologi selain dari Islam, walaupun dia mengaku Muslim, maka tetap dikatakan
sebagai orang jahiliyah. Orang yang mengamalkan teori-teori pemikiran yang bukan
bersumber dari Islam dapat juga orang jahiliyah.
Segala bentuk akar kejahiliyahan inilah yang dicabut Rasulullah s.a.w. dari masyarakat
yang dibinanya. Beliau mengawalinya dengan mencabut akar kejahiliyahan tertinggi yaitu
menghilangkan tuhan-tuhan jahiliyah, dan menggantikannya dengan La ilaha illallah, tiada
Tuhan kecuali Allah. Rasulullah s.a.w. berjuang siang malam membersihkan segala bentuk
kejahiliyahan pada masyarakat binaannya sehingga benar-benar menjadi masyarakat Islam
ideal. Kehidupan masyarakat Islam terdahulu benar-benar bebas dari segala bentuk penyakit
kejahiliyahan sehingga mereka mampu menjadi masyarakat utama yang mernimpin dunia.
Demikian pula masyarakat Qur'ani yang dibina Rasulullah s.a.w. tidak pernah
mencampurkan antara Islam dan kejahiliyahan dengan mengambil Islam sehagian dan
sebagiannya lagi jahiliyah. Allah s.w.t. dengan tegas melarang pencampur adukan ini
sebagaimana firman-Nya:
Dan janganlah kam u campurkan antara yang hak (Islam) dengan yang batil (jahiliyah),
karena kamu pasti akan menyembunyikan yang hak padahal kamu mengetahui.(Q2:42)
Pencampuran antara Islam dengan jahiliyah akan menghancurkan kesucian ajaran Islam
serta menghilangkan keutamaan dan kesempurnaan yang terkandung di dalamnya karena
Islam adalah sistern hidup yang telah dijamin kesempurnaannya dan tidak memerlukan
tambahan-tambahan dari sistern selainnya. Orang yang beranggapan Islam akan kuat
dengan sistem jahiliyah, pada hakikatnya telah menghancurkan Islam, menghilangkan ruh
98
yang akan menggerakkan manusia sebagai makhluk sempurna. Mencampurkan sistem
jahiliyah ke dalam sistem Islam sama artinya dengan memasukkan racun ke dalam susu.
Bergunakah susu yang sudah dicemari racun? Itulah sebabnya masyarakat Qur'ani yang
dibina Rasulullah s.a.w. menolak keras segala bentuk kehidupan jahiliyah yang datang dari
landasan filsafat selain Islam. Bagi mereka, Islam adalah sistem kehidupan sempurna yang
akan membawa manusia menuju kebahagiaan sejati. Menerima kejahiliyahan bersama Islam
adalah sama halnya dengan mencampakkan diri ke dalam jurang kebinasaan.
MEMBENTUK MASYARAKAT IDEAL
Rasulullah s.a.w bersama masyarakat Qur'ani yang dibinanya membentuk
sekumpulan masyarakat tersendiri yang berbeda cirinya dengan masyarakat jahiliyah pada
masa itu. Mereka membentuk sekumpulan masyarakat yang menegakkan ajaran Allah dan
Rasul-Nya dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Lingkungan masyarakat mereka bebas
dari segala pengaruh masyarakat jahiliyah, dan memiliki sistem kehidupan tersendiri, sistem
politik tersendiri, ekonomi tersendiri, pendidikan tersendiri, sosial tersendiri sehingga memiliki
kepemimpinan tersendiri yang menjadikan Allah s.w.t. sebagai pemimpin tertingginya.
Masyarakat ini tidak menggantungkan sedikitpun keperluan mereka kepada masyarakat
jahiliyah, sehingga mereka menjadi merdeka sepenuhnya dari ancaman dan tekanan
masyarakat jahiliyah yang mengitari mereka.
Masyarakat Qur'ani yang diwujudkan Rasulullah s.a.w. tidak lahir dengan sendirinya.
Bahkan kelahiran mereka di bawah bimbingan Rasulullah s.a.w. dengan proses
pembinaannya yang sangat mengagumkan. Pembinaan masyarakat yang dipraktikkan
masyarakat Qur'ani terdahulu ini dimulai dari pembentukan pribadi Qur'ani (Syakhsiyah
Qur'aniyah) yang memahami dengan benar pesan-pesan al-Qur'an dan melaksanakannya
dalam kehidupan nyata. Menegakkan ajaran al-Qur'an dalam seluruh aspek kehidupan
mereka. Rasulullah s.a.w. dengan penuh ketekunan membina individu-individu jahiliyah,
mengeluarkan mereka dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam berpedoman wahyu
yang diterimanya dari Allah s.w.t. Kumpulan individu ini kemudian melahirkan
99
keluarga-keluarga Muslim yang merealisasikan ajaran al-Qur'an dalam kehidupan mereka.
Kumpulan keluarga inilah yang akan menjadi masyarakat yang memiliki sistem hidup,
tersendiri sebagaimana yang dikehendaki Allah s.w.t. dan Rasul-Nya, berbeda dengan
sistem hidup masyarakat jahiliyah.
Proses pembinaan masyarakat Qur'ani ini digambarkan dengan indahnya oleh Allah
s.w.t. di dalam al-Qur'an:
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah
tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka
ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada
muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan Injil, yaitu
seperti sebuah pohon yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan pohon itu
kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati
penanampenanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kofir (dengan
kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang salih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.(Q48:29)
Masyarakat Islam yang dibina Rasulullah s.a.w. diibaratkan sebagai sebuah pohon yang
amat rindang, yang dapat menaungi orang yang berteduh di bawahnya. Namun tentu pohon
itu tidak langsung besar dan rindang, pasti mengalami proses pertumbuhan secara alamiyah,
dari benih sampai menjadi pohon besar. Demikian pula dengan masyarakat Qur'ani, tidak
muncul dengan sendirinya akan tetapi dibina bersusah payah dengan penuh ketekunan oleh
Rasulullah s.a.w. berpandukan wahyu yang diterimanya dari Allah s.w.t.
Masyarakat yang telah dibentuk al-Qur'an ini bukanlah masyarakat statis yang memisah-
kan diri dari segala bentuk kehidupan dunia. Masyarakat ini tidak tinggal di gunung dan
hutan belantara yang terpencil tanpa menghiraukan sama sekali perubahan dunia.
Sebaliknya masyarakat ini adalah masyarakat dinamis yang berhubungan langsung dengan
dunia jahiliyah dan berinteraksi dengannya. Mereka memberi contoh nyata kepada
100
masyarakat jahiliyah tentang sistem kehidupan terbaik yang harus diterapkan untuk menuju
kebahagiaan sejati. Mereka memberi rumusan-rumusan tepat untuk mengobati dan
menyelesaikan segala krisis dan problematika yang telah menimpa masyarakat jahiliyah.
Itulah sebabnya, masyarakat yang dibentuk al-Qur'an terdahulu adalah masyarakat idial
yang dapat dijadikan contoh sepanjang zaman. Mereka hidup di bawah naungan
peraturan-peraturan sempurna yang datang dari Allah, Pencipta Alam, yang Maha
Mengetahui segala seluk-beluk manusia. Masyarakat ini lebih mengutamakan kebenaran
dan keadilan, dan tidak membeda-bedakan manusia dalam melaksanakan undang-undang.
Penguasa dan rakyat adalah sama di sisi undang-undang; semuanya takluk dibawahnya.
Keutamaan dan kemuliaan seseorang hanya diukur melalui tingkat ketakwaannya kepada
Allah s.w.t. Masyarakat ini tidak membeda-bedakan ras dan suku, sehingga dapat
menghimpun berbagai ras dan suku menjadi sebuah kekuatan yang maha dahsyat.
Masyarakat idial ini tidak membataskan kewarganegaraannya atas dasar batasan sempit
geografi wilayah atau pun ashabiah sempit sebuah bangsa, namun ditentukan oleh akidah
mereka. Siapapun yang mengaku beriman kepada Allah s.w.t. dan Rasul-Nya, maka secara
otomatis menjadi sebagian dari masyarakat Islam, walaupun mereka datang dari ujung dunia
yang lain. Masyarakat yang dibina atas dasar keimanan dan ketakwaan inilah yang telah
berhasil mengeluarkan bangsa Arab dari kejahiliyahan dan keterbelakangan peradaban
menjadi pemimpin-pemimpin agung dunia yang disegani dan ditakuti. Mereka menjadi mercu
suar peradaban dunia, karena anggota masyarakatnya adalah pencinta-pencinta ilmu
pengetahuan yang pengaruhnya wujud sampai hari ini. Masyarakat idial yang telah dibina
al-Qur'an inilah masyarakat pilihan sepanjang zaman yang menjadi contoh umat manusia
dan dijuluki sebagai khoiro Ummah, umat terbaik, oleh Allah Pencipta alam di dalam al-
Qur'an.
101
BAB 7AL-QUR'AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
MANUSIA SEPANJANG MASA
Mungkin akan banyak orang yang akan tersentak, khususnya mereka yang menamakan
dirinya sebagai kaum modern, jika dikatakan bahwa al-Qur'an dapat menjadi pedoman hidup
masyarakat modern, masyarakat berteknologi tinggi seperti sekarang ini. Bagaimana
mungkin, menurut dakwaan mereka, sebuah kitab suci yang diturunkan 15 abad silam untuk
102
mengatur masyarakat terbelakang di gurun pasir Arab dapat menjadi pedoman hidup
masyarakat modern berperadaban yang serba canggih dengan teknologinya yang menjulang
tinggi. Masyarakat yang mereka juluki sebagai masyarakat beradab yang telah sampai ke
puncak kemajuan pengetahuan dan perbendaharaan materi.
Mereka beranggapan al-Qur'an hanya tepat untuk mengatur masyarakat Arab Baduwi
yang primitif, bodoh dan terbelakang. Bahkan mereka telah menyatakan bahwa abad ini
adalah era sains dan teknologi, sedangkan era agama, termasuk yang diajarkan al-Qur'an
sudah ketinggalan zaman. Dakwaan ini mereka perkuat lagi dengan kenyataan terkini,
terutama peristiwa-peristiwa dramatis yang telah menimpa mereka dalam kehidupan
modern, terutama kegagalan sistem hidup sekulerisme yang mereka anut. Sistem
komunisme yang diciptakan kurang seabad lalupun sudah tidak mampu menjawab
problematika masyarakat modern sehingga dikubur oleh pengikut setianya sendiri. Demikian
pula halnya dengan kapitalisme yang sudah berada di ambang sakratul maut padahal baru
seabad lebih usianya.
Apakah al-Qur'an mampu menjawab problematika masyarakat modern yang penuh
dengan krisis dan tragedi ini, sedangkan usianya sudah 15 abad? Mampukah a-Qur'an
menjadi alternatif untuk semua sistem kehidupan manusia yang telah mengalami
kebangkrutan dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat modern yang demikian
kompleksnya? Mampukah ia menggantikan konsep hidup masyarakat modern yang sudah
mapan (establish)? Mampukah al-Qur'an memberikan alternatif pada sistem pendidikan,
ekonomi, politik, sosio-budaya, filsafat dan semua produk masyarakat modern lainnya?
Mampukah al-Qur'an merombak struktur masyarakat modern yang telah berakar?
Mampukah al-Qur'an memberikan penyelesaian baru pada masyarakat modern agar mereka
menjadi manusia agung yang mencintai keadilan dan kedamaian? Mampukan al-Qur'an
mengobati segala bentuk penyakit kronis yang telah disebarkan kaum atheis, sekuler dan
hedonis dengan segala akar-akarnya? Bahkan ada seribu satu pertanyaan lainnya yang
menghantui pemikiran mereka.
103
Kenyataannya masih banyak orang yang ragu atas kemampuan al-Qur'an untuk
menyelesaikan problematika dan krisis manusia modern. Bahkan di kalangan kaum Muslimin
sendiri dan mereka berusaha mencari konsep-konsep selainnya serta menolak ajakan
kembali kepada al-Qur'an.
Untuk menjawab segala bentuk keraguan itu, pertama sekali perlu difahami hakikat
sumber dari segala krisis yang menimpa manusia modern saat ini ataupun sumber
permasalahan utama masyarakat modern yang telah menimbulkan menimbulkan segala
bentuk krisis dan problematika lainnya. Apakah sama dengan sumber problematika dan
krisis masyarakat terdahulu di zaman awal kebangkitan Islam?
Jika ditelaah kehidupan masyarakat sebelum diturunkan al-Qur'an, masyarakat yang
dikatakan sebagai masyarakat jahiliyah, maka akan kelihatan realitas problematika yang
mereka hadapi dengan jelasnya. Untuk mengetahui keadaan mereka, beberapa fakta
sejarah dibawah ini akan membantu kita untuk mengenal pasti keadaan mereka.
Robert Briffault di dalam bukunya Making of Humanity, halaman 159 menggambarkan
kerajaan Romawi pada waktu itu: "Sebab yang mendasari kemunduran dan kejatuhan
Kekaisaran Romawi bukanlah karena kerusakan yang baru timbul seperti korupsi dan
sejenisnya melainkan karena kerusakan, kejahatan dan kerakusan yang sudah ada sejak
kekaisaran itu mulai berdiri. Memang sudah semestinya setiap organisasi yang didirikan di
atas dasar yang palsu dan buruk oleh orang-orang yang sudah rusak budi pekertinya,
pastilah akan cepat runtuh walaupun mereka itu memiliki intelektualitas dan bertahan dengan
kekerasan. Kita semua tau, bahwa Kekaisaran Romowi, hanyalah merupakan alat golongan
kecil elit penguasa untuk memeras dan menghisap darah rakyatnya, demi kemewahan
mereka semata-mata. "
Dr. Alfred G. Butler menulis tentang kekuasaan Romawi di Mesir: "Pemerintahan Romawi
di Mesir hanya mempunyai satu tujuan saja, yaitu untuk mengisap kekayaan rakyat untuk
kemewahan segelintir penguasa".
Seorang ahli sejarah Syria menulis tentang penjajahan Romawi di sana: "Romawi
menjajah negeri Syam selama 700 tahun. Waktu yang panjang itu ditandai dengan
104
meluasnya perbudakan, yang tentu saja pada akhirnya menimbulkan penderitaan rakyat.
Mereka melakukan penindasan dan memerintah dengan sombong. Yunani menjajah Syam
selama 369 tahun. Waktu itu ditandai oleh berkecamuknya peperangan dan kezaliman.
Tempo waktu ini dapat dikatakan sebagai zam an yang paling hitam sepanjang sejarah
Syam.
Keborosan penguasa-penguasa pada zaman itu, dapat digambarkan dari keterangan
mengenai permadani Kaisar Parsi yang dirampas tentara Islam yang dilukiskan para pakar
sejarah sebagaimana berikut: Permadani itu hanya sehelai, tetapi berukuran 60 x 60 hasta.
Lukisannya berupa pemandangan yang indah. Dasarnya disulam dengan benang emas,
diselingi dengan mutiara. Ada gambar pohon yang buahnya disulam dengan permata,
sedangkan daunnya dengan benang sutra yang dicelup emas. Di dalam lukisan itu ada juga
jajan-jalan dan tembok-tembok serta sungai-sungai yang diukir dengan mutiara, ada
lembah-lembah yang ditumbuhi tanam-tanaman dan sayur-sayuran, yang semuanya terukir
dari emas. Tiang-tiang lampunya terbuat dari perak. Permadani ini digunakan untuk jalan-
jalan, seakan-akan berada di dalam taman yang sesungguhnya".
Hasan bin Thabit menceritakan keadaan dalam majlis Jabalah bin Alham al-Ghassani:
"Aku melihat sepuluh orang penyanyi wanita, lima di antara mereka dari Romawi menden-
dangkan Iagu-Iagu Romawi dengan gitar, dan lima orang membawakan Iagu-Iagu dari Hirah
yang dihadiahkan oleh Iyas bin Khaishah. Terkadang berkunjung pula penyanjd-penyanyi
wanita Arab dari Makkah dan lainnya. Apabila masuk pada majlis minumnya, dibentangkan
permadani-permadani yang terbuat dari sutra "As" dan "Yasmin ", ditaburkan berma-
cam-macam bunga, dituangkan minyak wangi ambar dan kasturi dimangkok perak dan
emas, dibakar kayu cendana yang harum. Pada musim panas diletakkan es di bawah tempat
duduknya. Masuklah dia bersama-sama pengiring-pengiringnya dengan pakaian musim
panas, khusus untuknya dan rombongannya saja, apabila musim dingin mereka memakai
pakaian dingin dan sejenisnya."
105
Al-Syaby berkata: "Orang Parsia membuat topinya menurut kedudukannya. Seorang
bangsawan biasanya memakai topi berharga seratus ribu. Hurmuz, sebagai bangsawan
tertinggi, memakai topi yang berharga seratus ribu dan ditaburi dengan mutiara.
Para pemuka agama juga telah menyelewengkan ajaran-ajaran mulia dan suci agama
Allah yang telah diturunkan kepada para nabi daan rasul terdahulu. Mereka telah
mencampurkan ajaran-ajaran suci itu dengan kehendak rendah hawa nafsu mereka, demi
untuk kepentingan dunia ataupun menuruti kehendak pata pembesar kerajaan yang
menggunakan agama untuk menindas masyarakat. Al-Nadwi di dalam bukunya, Madza
Khasira al-Alam menulis tentang keadaan agama Kristen pada waktu itu: "Dengan adanya
campuran yang aneh ini, maka samarlah ajaran al-Masih yang sederhana itu, sebagaimana
hilangnya setetes nila di lautan besar. Akhirnya berubah dan bercampur dengan ajaran yang
membingungkan, terdiri dari keyakinan dan tradisi-tradisi yang tidak menghidupkan ruh, tidak
mengembangkan akal dan tidak pula mengghairahkan perasaan serta tidak mampu
menyelesaikan problematkna kehidupan. Bahkan dengan tambahan-tambahan kaum yang
kacau balau dan penafsiran orang-orang bodoh, jadilah agama sebagai penghalang antara
manusia dengan ilmu, dan dalam perputaran zaman yang terus-menerus jadilah seperti
agama para penyembah berhala. Kaum Masehi telah berlebihan dalam menyembah
orang-orang sucinya dan gambar al-Masih, sehingga melebihi penganut Katolik pada waktu
ini."
Bahkan, agama akhirnya menjadi sumber perpecahan dan peperangan pada waktu itu
sebagaimana digambarkan Dr. Alfred G. Batler terhadap agama di Mesir: "Sebenarnya
urusan agama di Mesir pada abad ke tujuh lebih berbahaya dari urusan politik. Ketika itu
bukan urusan pemerintahan yang menyebabkan tumbuhnya golongan-golongan yang
berselisih antara satu dengan lain, tetapi seluruh perpecahan dan pertengkaran bersumber
dari masalah akidah agama. Mereka tidak memandang agama itu sebagai sumber yang
menggerakkan amal salih, tetapi agama hanya sekedar keyakinan lurus mengenai hal-hal
terentu. Maka seluruh perselisihan dan pertengkaran yang sengit di antara rakyat itu berkisar
pada soal-soal yang tidak nyata untuk menggambarkan perbedaan-perbedaan yang halus
106
antara akidah yang bermacam-macam. Mereka sedia mengorbankan jiwa raganya dalam
masalah-masalah yang tidak ada harganya, dan pebedaan yang tidak beraerti tentang
agama serta filsafat metafisika yang susah difahami dan sukar didapatkan."
Demikian pula halnya dengan moral masyarakat yang sudah hancur. Kemaksiatan dan
kemungkaran meluas. Bahkan mereka sanggup melakukan perbuatan-perbuatan keji yang
tidak pernah dilakukan binatang buas sekalipun, seperti perbuatan kaum Arab jahiliyah yang
sampai hati menanam anak perempuan mereka hidup-hidup. Demikian pula minuman keras,
judi, riba dan perzinaan adalah cara hidup mereka.
Labid berkata: "Semalaman aku sibuk bersenang-senang dengan khamar, Aku menemui
panji Gahyah telah berkibar, dan aku pun menikmatinya." Karena meluasnya perdagangan
khamar pada waktu itu, maka kalimat tijarah (perdagangan) dapat disamakan dengan
pedagang khamar seperti apa yang diucapkan oleh Labid di dalam syairnya di atas.
Qatadah berkata: "Seorang (jahiliyah) biasa mempertaruhkan kemuliaan keluarga dan
hartanya di meja judi, kemudian duduklah dia termenung, berdukacita dan hampa melihat
taruhannya berpindah ke tangan lawannya. Demikianlah bibit permusuhan dan kebencian
antara sesama mereka."
Al-Thabari berkata: "Sistem riba pada zaman jahiliyah berjalan dengan cara
melipat-gandakan wang dan menambah umur pada jenis haiwan".
Ibnu Abbas r.a. berkata: "Pada zaman jahiliyah, seseorang memaksa hamba sahayanya
melacur dan memungut sewanya".
Aisyah r.a. berkata: "Nikah pada zaman jahiliyah ada empat macam: Pertama, seorang
meminang pada wali anak perempuannya, kemudian diserahkannya mas kawin, lalu
dilaksanakan akad nikah itu.
Kedua, seorang suami berkata kepada isterinya apabila dia bersih dari haid: "Hubungilah
si fulan dan usahakanlah agar hamil darinya." Suaminya sendiri menjauhkan diri dan tidak
menyentuh istrinya sampai nyata bahwa istri itu telah berhasil mendapat kandungan yang
dimaksudkan. Suami tersebut berbuat dernikian karena ingin mendapatkan anak yang
cerdas. Perkahwinan seperti ini disebut Nikah istibda'a (nikah mengharapkan benih baik).
107
Ketiga, sekelompok lak-lakii yang kurang dari sepuluh orang berkumpul dan sama-sama
menggauli seorang wanita sampai hamil dan melahirkan anak. Apabila anak itu telah lahir,
semua laki-laki itu dipanggil dan mereka tidak bisa mengelak. Apabila mereka telah hadir,
wanita itu pun berkata: "Kamu semua tentu sudah maklum tentang perbuatanmu, dan
akibatnya aku telah melahirkan anak, maka dengan ini kutetapkan, bahwa anak itu adalah
anak si fulan." Maka disebutlah nama salah seorang di antara laki-laki tersebut dan anak itu
pun menjadi anak laki-laki tersebut tanpa dia bisa menolak.
Keempat, sekumpulan laki-laki mendatangi seorang wanita yang disebut baghaya
(pelacur). Wanita ini memasang pengumuman di atas pintu rumahnya sebagai tanda
mengundang para lelaki yang berminat menggaulinya agar masuk. Apabila wanita itu hamil
dan melahirkan anak, maka mereka berkumpul dengan memanggil seorang gaif (tukang
tenung) dan anak itu pun ditetapkan menjadi anak salah seorang yang rupanya mirip anak
itu."
AI-Nadwi di dalam Madza Khasira al-alam menceritakan keadaan dunia sebelum
lahirnya masyarakat Qur'ani: "Kesimpulan bahwa kerusakan telah melanda seluruh dunia,
sehingga tidak ada di atas bumi ini (pada waktu itu) ssebuah umat yang baik wataknya, tidak
ada satu masyarakatpun yang tegak di atas dasar kebajikan dan akhlak luhur, tidak ada
satupun pemerintahan yang bersendikan keadilan dan kasih sayang, tidak ada
kepemimpinan yang mencerminkan ilmu dan hikmah, dan tidak ada satu agama benar yang
sesuai dengan ajaran nabi-nabi."
Keadaan dunia yang gelap gelita dipenuhi segala bentuk kejahiliyahan dan kesesatan
pada waktu itu digambarkan dengan tepatnya oleh seorang pencari kebenaran hakiki, yaitu
Salman al-Farisi. Dia menceritakan pengalamannya dalam mencari kebenaran sejati:
Ketika berada di negeri Syam, maka aku bertanya kepada masyarakat: "Siapakah
pemimpin agama yang ada di sini? "Mereka menunjuk seorang uskup, penguasa sebuah
gereja. Kutemui dia dan aku mengatakan "Sesungguhnya aku ini menyukai agama (Nasrani).
Oleh karena itu aku ingin bersama dan berkhidmat bersama tuan uskup di gereja ini. Aku
ingin sekali belajar dan beribadat bersamamu. "
108
Si uskup menerima kehadiranku itu dengan senanghati. Akan tetapi kemudian ternyata
dia adalah seorang pemimpin agama yang jahat. Dia menyuruh orang mengumpulkan
sedekah dan zakat, untuk diserahkan kepadanya. Sedekah dan zakat itu melimpah ruah,
dan di tangan uskup tersebut terkumpul tidak kurang dari tujuh peti emas dan perak, tetapi
tidak diberikan kepada fakir miskin. Sebaliknya harta sebanyakitu dimakannya sendiri.
Aku menjadi benci sekali kepadanya apabila melihat perbuatannya itu. Ketika dia mati
berkumpullah umat Nasrani untuk menguburkannya. Waktu itu aku berkata kepada mereka:
"Uskup kamu ini orang jahat. Dia menyuruh kamu memberikan zakat dan sedekah, tetapi
harta itu dimakannya sendiri, tidak dibagikan kepada fakir miskin, walau sedikit pun."
"Dari mana engkau mengetahuinya?" tanya mereka. Aku membawa mereka ke tempat
uskup ini menyimpan harta tersebut. Setelah menyaksikan sendiri tujuh peti emas dan tujuh
peti perak tersebut, berkatalah mereka: "Demi Tuhan ! kami tidak mau menguburkan mayat
uskup ini" lalu mereka menyalib mayat itu dan melemparnya dengan batu.
Uskup yang mati itu diganti oleh uskup baru. Dia terlalu baik, jika dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak melaksanakan salat lima waktu di kalangan kita. Waktu itu aku
sangat sayang kepadanya demi melihat ketekunannya beribadat siang dan malam, demi
melihat kesederhanaannya dan kecintaannya kepada akhirat, demi melihat kesolehan dan
kesuciannya. Aku selalu bersama uskup yang soleh ini beberapa tahun.
Ketika dia sakit parah, akupun berkata kepadanya: "Wahai tuan uskup, sudah agak
lama aku bersamamu, dan aku lebih cinta kepadamu dari tuan uskup terdahulu. Sekarang
ketentuan Tuhan telah tiba, engkau akan meninggalkan dunia ini. Kepada siapakah engkau
menyerahkan diriku dan apa pula wasiatmu padaku?"
Uskup itu menjawab, "Hai anakku.… Demi Allah dalam keadaan seperti sekarang ini, di
mana-mana manusia telah dipengaruhi kejahiliyahan, nilai-nilai suci telah tidak bermakna,
agama yang diwariskan nabi-nabi telah diubah oleh tangan-tangan jahil, aku tidak lagi
mengetahui siapa yang masih mengikuti jalanku ini, melainkan hanya seorang yang berada
di negeri Mosul, ikutilah dia."
109
Kemudian uskup, itu menghembuskan nafas terakhir, dan setelah selesai penguburan,
aku segera berangkat ke negeri Mosul. Setelah berkenalan maka kuceritakan kepadanya
pesan dan nasihat uskup negeri Syam tadi.
Pemimpin agama itupun menerima kehadiranku dan mempersilahkan aku tinggal
bersamanya. Dia memang seorang yang soleh, namun tidak berapa lama kemudian dia
wafat. Sebelumnya aku telah lebih dahulu menanyakan kepadanya pertanyaan seperti yang
aku ajukan kepada uskup di Syam dahulu. Dia menunjukkan seorang yang solih di negeri
Nasibain.
Apa yang aku dapati dari orang soleh Nasibain ini sama dengan di Mosul. Dia
menerima kedatanganku dengan suka hati. Akupun tinggal bersamanya di tempat itu. Tetapi
ketentuan Tuhanpun datang memanggil, maka akupun bertanya kepadanya: "Hai Tuan ... !
Aku ini telah dipesan untuk bersamamu, kepada siapakah aku bergabung dan apakah
nasihatmu kepadaku?" Dia menjawab; "Hai anakku ... Demi Allah, aku tidak mengetahui
seorang pun yang mengikuti jejak kami, yang dapat kusuruh engkau mendatanginya,
melainkan seorang di Amuriyah. Dialah setahuku yang mengikuti ajaran yang kami amalkan.
Jika engkau mampu, datangilah dia ... !"
Ketika dikuburkan, aku berangkat menuju Amuriyah. Setelah ketemu, kuceritakan
kepadanya kisahku. Dia berkata: "Tinggallah bersama kami di sini". Kemudian panggilan
Tuhan datang, maka aku berkata kepadanya; "Hai Tuan ... Aku pertama kali masuk jama'ah
uskup dari negeri Syam. Ketika ajalnya tiba, aku disuruhnya pergi ke Mosul. Yang kedua ini
mewasiatkan aku kepada rakannya di Nasibain. Yang ketiga ini pun ketika ajalnya dekat
mewasiatkan aku kepadamu. Sekarang kepada siapakah engkau wasiatkan aku, dan apa
nasihatmu kepadaku ?" Uskup itu menjawab: "Anakku ... ! Demi Allah, aku tidak mengetahui
orang lain yang meneruskan jejak kami yang dapat kupesankan kepadamu untuk
mendatanginya. Akan tetapi engkau sekarang ini berada di ambang pintu suatu zaman di
mana seorang nabi akan dibangkitkan Tuhan untuk memperbarui agama Nabi Ibrahim. Nabi
itu akan bangkit dari tanah Arab Makkah, dan akan hijrah ke suatu tempat yang diapit dua
gunung batu terjal dan dikelilingi kebun-kebun kurma. Dia mempunyai tanda-tanda yang
110
jelas, dia menerima hadiah dan tidak menerima sedekah. Di antara dua belikatnya ada tanda
khataman Nubuwah, tanda nabi terakhir. Dan jika engkau mampu memasuki negeri itu
berangkatlah... "
Masyarakat zaman itu dikatakan masyarakat jahiliyah oleh al-Qur'an bukanlah karena
mereka tidak memiliki perbendaharaan ilmu, peradaban ataupun teknologi. Bahkan pada
zaman itu telah wujud peradaban-peradaban agung yang dikagumi sampai hari ini. Yunani
memiliki pemikir-pemikir besar menakjubkan dengan karya gemilangnya yang masih tetap
dijadikan rujukan sampai hari ini. Demikian pula halnya dengan Romawi, Parsia dan Mesir
dengan peradabannya yang menjulang tinggi. Namun kenapa zaman itu dikatakan oleh
al-Qur'an sebagai zaman jahiliyah?
Jelas zaman itu dinamakan sebagai zaman jahiliyah bukannya karena jahil dalam
pengertian tidak memiliki peradaban ataupun teknologi. Namun ada kejahiliyahan yang
lainnya, sehingga perlu diturunkan obat untuk menyelesaikan kejahiliyahan masyarakat.
Pada kenyataannya, Allah Maha Pencipta Alam Raya yang Maha Mengetahui dengan
segala ciptaan-Nya menurunkan al-Qur'an dengan pendekatannya yang khas untuk
mengobati penyakit masyarakat masa itu. Al-Qur'an tidak mengajarkan mereka teori-teori
sains dan teknologi secara terperinci untuk melengkapi khazanah pengetahuan mereka,
tetapi al-Qur'an mengajarkan kepada mereka sebuah panduan hidup yang lebih mendasar,
yang lebih penting dari semua itu. Allah Maha Mengetahui atas segala kesesatan
makhluk-Nya sehingga Dia menurunkan al-Qur'an dengan ajaran-ajarannya yang agung dan
mulia untuk mengobati segala krisis dan problematika yang mereka yang mereka hadapi.
Apa yang dialami masyarakat jahiliyah pra-Islam terdahulu adalah sama dengan apa
yang dialami masyarakat jahiliyah modern hari ini. Mereka tidak memiliki pedoman hidup
yang akan mengarahkan mereka menuju kebahagiaan sejati, yang akan membimbing
mereka menjadi manusia agung sebagaimana dikehendaki Pencipta-Nya.
Masyarakat modern sudah kehilangan fondasi berpijak dalam kehidupan mereka
sehingga kehidupan mereka penuh dengan segala bentuk problematika, krisis dan tragedi
yang tidak berkesudahan. Oleh karena mereka tidak memiliki panduan hidup yang terang,
111
masyarakat jahilyah modern menjadi masyarakat perusak, merusak alam dengan segala
pengetahuan yang dimilikinya. Masyarakat yang dengan serakahnya mengeksploitasi alam
tanpa batas sehingga mengganggu keseimbangan alam yang akan mengakibatkan
kecelakaan pada seluruh makhluk. Setelah bumi diambang kehancuran akibat perbuatan
mereka yang serakah tidak terkontrol, barulah mereka menyadari dan menyesalinya. Inilah
akibat penemuan dan pengembangan sains dan teknologi yang tidak didasari panduan hidup
Ilahiah yang pasti akan merugikan manusia dan alam.
Masyarakat jahilyah modern hari ini telah menemui berbagai jenis teknologi untuk
memudahkan kehidupan mereka, tetapi mereka tetap merasa cemas, dilanda kesusahan,
kebimbangan, kesedihan serta ketakutan. Mereka tidak merasakan kenikmatan hidup dari
tumpukan perbendaharaan materi yang mereka timbun, yang kononnya untuk kebahagiaan
hidup mereka. Bahkan sebaliknya, mereka sangat takut dan cemas dengan produk mereka
sendiri, terutamanya persenjataan modern yang dapat memusnahkan kehidupan dan
lingkungan mereka dalam sedetik saja! Semua ini terjadi karena penemuan-penemuan
manusia modern itu diciptakan tanpa fondasi yang dapat menentukan tujuan dan arahnya.
Mereka berlomba-lomba menciptakan perbendaharaan materi tapi tidak memahami untuk
apa materi itu mereka ciptakan. Akhirnya pengetahuan mereka mendatangkan malapetaka
bagi sesama makhluk dengan timbulnya kerusakan-kerusakan akibat penemuan mereka
yang bergerak tanpa arah dan tujuan itu.
Demikian pula halnya jika diperhatikan keadaan masyarakat modern yang telah
mendakwa diri sebagai masyarakat maju ini. Masyarakat ala binatang yang perbuatannya
lebih sadis dari binatang sekalipun. Jika zaman jahiliyah dahulu, yang dibunuh hanya anak
perempuan, namun masyarakat modern telah menghalalkan untuk membunuh anak-anak
mereka, baik yang laki maupun perempuan. Kemaksiatan, pelacuran, perjudian, korupsi dan
penyimpangan moral lainnya dikemas sedemikian canggihnya, sehingga tidak dapat
dideteksi. Kaum kapitalis mengeksploitasi dan menimbun kekayaan tanpa mengenal moral
dan belas kasih, mereka menguasai para penguasa dan politisi yang dapat didektenya untuk
kepentingan usahanya. Para generasi muda digiring menuju pola hidup yang hedonistis dan
112
penuh syahwat. Akibatnya muncullah penyakit-penyakit sosial yang mengerikan, demikian
pula berkembangnya virus-virus mematikan yang tidak diketahui penyebab dan obatnya,
seperti HIV yang dapat menjalar dan menjanggiti siapa saja. Akhirnya tidak diragukan bahwa
masyarakat jahiliyah modern sedang menuju jurang kehancuran dengan segala produk
peradaban yang mereka ciptakan.
Itulah sebabnya masyarakat modern sangat membutuhkan sebuah panduan hidup yang
akan membimbing dan memimpin mereka menuju kebahagiaan dan kedamaian sejati.
Mereka memerlukan panduan hidup sebagaimana masyarakat jahiliyah terdahulu
memerlukannya. Mereka memerlukan panduan hidup yang dapat menyelesaikan segala
krisis dan problematika yang mereka hadapi. Mereka memerlukan panduan hidup yang
datangnya dari Yang Maha Mutlak Kebenarannya. Mereka memerlukan panduan hidup yang
diajarkan al-Qur'an, karena hanya al-Qur'an yang dapat membimbing manusia modern
dengan segala perbendaharaan sains dan teknologinya menuju kebahagiaan sejati,
sebagaimana dibimbingnya masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat utama, teladan
sepanjang masa. Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih
lurus... (Q1 7: 9)
Di sini sangat perlu difahami bahwa al-Qur'an adalah panduan hidup yang diturunkan
untuk seluruh umat manusia pada setiap waktu dan tempat, tidak terbatas pada satu
lingkungan geografis dan ras tertentu saja. Karena al-Qur'an membicarakan masalah yang
tidak pernah berubah dari zaman dahulu sehingga akhir zaman, permasalahan mendasar
umat manusia sejak kehadirannya di muka bumi ini!
Manusia, baik yang dahulu, sekarang, maupun yang akan datang tetap sama ciri-cirinya,
apapun ras dan kebangsaannya, dimanapun dia lahir dan tinggal, bagaimanapun bentuk fisik
dan warna kulitnya, manusia tetaplah manusia yang memiliki karakteristik sebagai makhluk
terbaik yang diciptakan Allah Sang Pencipta. Manusia adalah makhluk sempurna yang
diciptakan, makhluk yang berbeda dengan makhluk lainnya, karena manusia adalah makhluk
yang memiliki hati, akal dan hawa nafsu. Sang pencipta telah menganugrahkan manusia
dengan kelengkapan yang tidak diberikannya kepada makhluk lainnya, hatta kepada
113
malaikat sekalipun. Hati, akal dan hawa nafsu inilah yang membedakan manusia dengan
makhluk lainnya. Ketiga komponen penting inilah nantinya yang akan sentiasa menguasai
perjalanan hidupnya. Jika hati dan akalnya yang dominan maka manusia itu akan selamat,
karena hati dan akal lebih cepat mengenal hidayah Allah s.w.t. Namun sebaliknya, jika hawa
nafsunya yang dominan dalam kehidupannya, manusia itu akan mendapat kecelakaan,
karena hawa nafsu senantiasa mengajak manusia menuju kesesatan.
Karakteristik manusiawi yang terdiri dari hati, akal dan hawa nafsu inilah yang dibina
al-Qur'an dengan pendekatannya yang khas dengan tingkatan-tingkatannya yang unik agar
terbentuk makhluk terbaik di muka bumi, yang selanjutnya akan ditugaskan sebagai
Khalifatullah, wakil Allah yang akan mentadbir alam raya ini.
Al-Qur'an akan mendidik dan memimpin hati menuju kebaikan karena demikianlah
fitrahnya untuk melahirkan manusia yang soleh dan berguna bagi umat manusia lainnya.
Al-Qur'an dengan pendekatannya yang khas akan mengisi rongga-rongga hati dengan
hidayah Allah s.w.t. sehingga mampu melihat segala hakikat kehidupan di alam raya ini,
menghilangkan segala bentuk penyakit kejahatan yang melekat padanya sehingga menjadi
hati yang bersih, penuh dengan ketakwaan dan keikhlasan dan sekaligus mengendalikan
hawa nafsu agar tunduk di bawah kehendak Ilahi. Inilah sasaran utama al-Qur'an pada diri
manusia yang tidak akan berubah sepanjang sejarah kehadiran mereka, karena hati, akal
dan hawa nafsu mereka adalah sama pada dasarnya ketika baru lahir ke muka bumi ini.
Itulah sebabnya al-Qur'an akan senantiasa "up to date" (terkini) sepanjang masa untuk
mengobati segala penyakit manusia yang memang berasal dari hatinya sebagaimana di-
terangkan hadits Rasulullah: Pada jasad manusia terdapat segumpal darah, jika ia baik
maka baiklah seluruh jasad itu, jika ia rusak maka akan rusak pula jasad itu, segumpal darah
itu adalah hati (qolbu). (HR. Bukhari)
Demikian pula halnya al-Qur'an dengan pendekatan dan gaya khasnya, akan
membimbing masyarakat modern yang sudah kehilangan panduan hidup menuju
kegemilangan dan keagungan sebagaimana al-Qur'an telah membimbing masyarakat Arab
jahiliyah menjadi pemimpin dunia terdahulu. Al-Qur'an akan menyelesaikan problematika dan
114
krisis yang sedang mereka alami, mengembalikan drajat mereka dari hamba material
menjadi khalifah dan hamba Allah. Ini adalah karena sumber segala krisis yang menimpa
masyarakat jahiliyah modern hari ini adalah jelas berasal dari manusia sendiri. Manusia yang
tidak memahami hakekat diri mereka sebagai pemegang amanah Allah, mengarahkan alam
sesuai dengan petunjuk-Nya dan kelak akan dituntut pertanggungjawabannya dengan
balasan syurga ataupun neraka. Manusia sendiri itulah sumber krisis masyarakat modern
dan manusia itulah yang menjadi sasaran al-Qur'an.
Jika masyarakat modern jahiliyah hari ini menjadikan al-Qur'an sebagai panduan hidup
mereka, menerapkannya di dalam kehidupan mereka sebagaimana yang telah ditunjukkan
oleh generasi terdahulu mereka yang telah berhasil gemilang dibawah pimpinan Muhammad
Rasulullah, maka tidak diragukan segala krisis, problematika, tragedi dan seribu satu
kerancuan yang mereka hadapi akan hilang dengan sendirinya. Karena Allah Yang Maha
Mengetahui, melalui al-Qur'an akan memberikan bimbingan kepada mereka yang telah
menjadikannya sebagai panduan hidup dalam arti yang sebenarnya, yaitu menerapkannya
dalam kehidupan, sehingga al-Qur'an menjadi bagian hidup dan kehidupan mereka.
Al-Qur'an harus nuzul dalam pribadi-pribadi masyarakat, pribadi-pribadi itu menjadi al-
Qur'an yang berjalan, al-Qur'an yang hidup dan menguasai, membimbing hidup dan
kehidupan mereka. Al-Qur'an akan menghubungkan mereka dengan khazanah spiritualitas
yang sangat dibutuhkan umat manusia sepanjang masa. Inilah keunikan dan keagungan
al-Qur'an sebagai mukjizat terbesar yang Allah turunkan kepada manusia, yang tidak
mungkin dimiliki oleh panduan hidup selainnya, dahulu, kini dan akan datang. Dengan
pendekatannya yang khas, al-Qur'an melatih manusia memiliki kekuatan yang menakjubkan
yang tidak mungkin diperoleh dari panduan hidup selainnya. Itulah kekuatan yang telah
melahirkan manusia-manusia agung seperti Muhammad Rasulullah, Abu Bakar Ash-Siddiq,
Umar al-Faruq, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib Karamullah Wajhah, Abdurrahman bin
Auf dan ribuan manusia agung lainnya yang telah merombak kejahiliyahan dan
mengantarkannya menuju masyarakat utama yang menjadi mercusuar peradaban di
zamannya. Al-Qur'an telah memberikan sesuatu yang dahsyat untuk mereka, sebuah
115
kekuatan yang menggerakkan, kekuatan yang merubah karakter serta kekuatan jiwa yang
menakjubkan!
Manusia yang memiliki kekuatan spiritual akan memandang kecil semua permasalahan
yang dihadapinya. Kekuatan spiritual yang dihasilkan al-Qur'an akan menjadikan seseorang
dekat dengan Allah s.w.t. Jika mereka sudah dekat dengan Allah s.w.t., maka apapun
permintaan mereka akan dikabulkan Allah Pemilik Alam ini. Manusia akan diberikan ilmu
oleh Allah s.w.t. tanpa belajar, sebagaimana Allah s.w.t. berikan kepada para nabi, rasul dan
aulia. Jika Allah s.w.t. telah berkenan mengajarkan ilmu-Nya, maka siapakah yang lebih
mengetahui dari Allah Yang Maha Mengetahui di jagat raya ini? Maka sungguh
berbabagialah masyarakat modern yang menjadikan al-Qur'an sebagai panduan hidupnya,
karena mereka akan senantiasa berhubungan dengan Yang Maha Mengetahui untuk
mengadukan segala permasalahan hidup mereka.
Al-Qur'an akan menempa jiwa-jiwa masyarakat modern yang sudah rapuh ini dengan
pendekatannya yang luar biasa sehingga jiwa mereka kukuh, mampu menahan segala
permasalahan hidup yang mereka hadapi. Al-Qur'an dengan ajaran mulianya akan
menjadikan manusia sebagai makhluk yang tegar, tahan ujian dan penderitaan, tidak cepat
mengalah dan berputus asa karena al-Qur'an mengajarkan Allah Yang Maha Perkasa adalah
sebaik-baik tempat memohon pertolongan. Jika jiwa manusia mengalami keresahan dalam
menghadapi realititas kehidupan yang dahsyat ini, maka dengan mengingati Allah s.w.t. saja
jiwa-jiwa itu akan kembali tenang dan tenteram. Inilah kehebatan panduan hidup yang
diajarkan al-Qur'an yang tidak dimiliki panduan hidup selainnya. Inilah keperluan masyarakat
modern yang telah disiapkan al-Qur'an untuk kebahagiaan mereka!
Al-Qur'an akan membebaskan pemikiran masyarakat modern yang dibelenggu dan
diperbudak materi menjadi manusia yang merdeka dan hanya menghambakan dirinya
kepada Maha Pencipta Alam saja. Dengan jiwa dan fikiran yang merdeka inilah, manusia
akan menemui dirinya sebagai sebaik-baik makhluk di muka bumi. Mereka akan
mendapatkan ketenangan hidup yang sebenarnya, jauh daripada krisis dan problematika.
Itulah sebabnya masyarakat Barat yang jenuh dengan segala bentuk perangkap materi
116
berlomba-lomba mencari ketenangan abadi dengan mencari kekuatan spiritual baru.
Muncullah apa yang mereka istilahkan sebagai Spiritual Age, era spiritual umat manusia.
Walaupun mereka telah menemukan apa yang mereka namakan sebagai kecerdasan
spiritual (SQ), namun sejauh ini mereka masih meraba-raba karena ketidaktahuan mereka
tentang spiritualitas yang sebenarnya. Al-Qur'an dengan segala khazanahnya adalah
jawaban tuntas untuk mereka yang merindukan ketinggian spiritualitas.
Al-Qur'an dengan kandungannya yang serba lengkap akan memberikan inspirasi kepada
masyarakat modern untuk mengembangkan sains dan teknologi mereka. Di dalam al-Qur'an
telah dikemukakan pelbagai persoalan hidup manusia secara global, baik yang berkaitan
dengan sains, pendidikan, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan aspek kehidupan
lainnya. Dasar-dasar kehidupan yang diajarkan al-Qur'an secara global inilah yang akan
memandu masyarakat modern menjadi masyarakat ideal yang kamil (sempurna) yang akan
memimpin dan mengarahkan alam menuju keseimbangan sebagai Khalifatullah.
Al-Qur'an akan memberikan jalan keluar dan penyelesaian kepada setiap persoalan
masyarakat modern dengan pendekatannya yang khas, dengan manhajnya yang unik dan
sempurna. Al-Qur'an akan memberikan rumusan-rumusan unik kepada masyarakat modern
dalam perjalanan mereka mencapai kejayaan di dunia dan akhirat sebagaimana yang
diperlukan secara fitrah oleh manusia dari dahulu sehingga sekarang. Al-Qur'an tidak akan
meninggalkan kebingungan bagi mereka yang mengikuti segala petunjuknya, karena
al-Qur'an adalah rumusan teori yang akan mendekatkan manusia pada Pencipta Yang Maha
Mengetahui. Masyarakat modern yang dililit oleh berbagai krisis dan problematika pasti akan
mendapatkan sesuatu yang dicari dan diperlukannya di dalam al-Qur'an. Jika mereka
memerlukan bimbingan menuju kebaikan maka al-Qur'an akan membimbing mereka menuju
kebaikan sejati yang sangat diidam-idamkan fitrah manusia. Jika mereka mencari
kedamaian, maka al-Qur'an akan membawa mereka kepada kedamaian abadi. Jika ma-
syarakat modern memerlukan panduan hidup yang akan menggantikan panduan hidup
mereka yang sudah gagal dan bangkrut, panduan hidup yang akan menyelamatkan mereka
dari kehancuran, maka mereka pasti akan mendapatnya di dalam al-Qur'an. Jika mereka
117
memerlukan teori-teori pendidikan, ekonomi, politik, sosial, sains dan lainnya, mereka pasti
menemukannya di dalam al-Qur'an. Sesungguhnya al-Qur'an akan memberikan kepuasan
kepada mereka yang mengikuti petunjuknya. Al-Qur'an akan memberikan kepuasan kepada
masyarakat modern, karena seluruh keperluan yang berkaitan dengan kehidupan mereka
akan mereka temui di dalam al-Qur'an. Inilah di antara kehebatan al-Qur'an yang tidak dapat
ditandingi oleh panduan hidup selainnya!
Maka tidak semestinya orang-orang yang mendakwa diri mereka sebagai kaum modern
meragukan kemampuan al-Qur'an dalam menyelesaikan problematika masyarakat hari ini
yang sangat kompleks. Pada hakikatnya al-Qur'an adalah kitab petunjuk yang akan
melahirkan manusia-manusia agung, sebaik-baik makhluk di alam raya ini jika mereka
mengikuti segala petunjuknya dengan penuh keikhlasan. Sejarah telah membuktikannya,
bagaimana para Sahabat yang telah dilahirkan al-Qur'an dengan manhajnya yang khas
dapat menjadi manusia unggul dan pemimpin dunia yang dikagumi. Ini semua dapat dicapai
apabila manusia mengikuti petunjuk-petunjuk al-Qur'an dengan teratur. Demikian pula halnya
dengan masyarakat modern, jika mereka mengikuti panduan hidup yang diajarkan al-Qur'an,
mereka pasti akan menjadi sebaik-baik makhluk di alam raya ini dan akan memimpin seluruh
alam sebagai wakil Allah.
Namun demikian, timbul pertanyaan, kenapa kaum Muslimin zaman ini yang memiliki
al-Qur'an sebagai panduan hidupnya tidak mengalarni kemajuan, bahkan mereka menjadi
golongan yang terkebelakang berbanding golongan lainnya?
Di sini perlu diberikan jawaban tegas bahwa keadaan ini terjadi karena kaum Muslimin
tidak menjalankan apa yang diperintahkan al-Qur'an sebagaimana yang dikehendakinya.
Mereka hanya menjalankan bagian-bagian tertentu dari al-Qur'an. Mereka tidak menjalankan
perintah al-Qur'an secara kaffah (menyeluruh) sebagaimana diperintahkan Allah s.w.t.
Mereka telah memisah-misahkan ajaran al-Qur'an yang utuh menjadi bagian-bagian yang
tidak terkait satu dengan lainnya. Itulah sebabnya mereka ditimpa kehinaan sebagaimana
yang telah ditetapkan Allah s.w.t. kepada orang-orang yang menyimpang dari ajaran al-
Qur'an.
118
... Apakah kamu beriman kepada sebagian Kitab dan mengingkari sebagiannya yang lain?
Maka tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian dari kamu, melainkan mereka
akan ditimpa kehinaan pada kehidupan dunia dan pada hari kiamat nanti mereka akan
dilemparkan ke dalam azab yang pedih dan Allah tidaklah lalai dari apa yang kamu kerjakan.
(Q2:85)
Jika kaum Muslimin konsisten menjalankan panduan hidup yang diturunkan Allah s.w.t.,
sebagaimana Rasulullah s.a.w. dan para Sahabat menjalankannya, maka tentu mereka akan
mencapai drajat manusia agung sebagaimana para Sahabat mencapainya terdahulu. Namun
kaum Muslimin sekarang telah menyimpang dari jalan pendahulunya, mereka tidak
menerapkan al-Qur'an dalam kehidupan sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah
dan para Sahabat, maka jadilah mereka seperti sekarang, menjadi umat yang lemah,
terbelakang, dizalimi serta dimain-mainkan musuh-musuhnya.
Jadi jelaslah, umat manusia akan mencapai kemenangan hakiki jika mereka menjadikan
al-Qur'an sebagai panduan hidup mereka, sebagaimana generasi Islam terdahulu yang telah
menwarnai hidup mereka dengan corak al-Qur'an, sehingga mereka disebut sebagai "al--
Qur'an hidup". Dengan demikian al-Qur'an hanya akan memberi makna sebagai panduan
hidup jika ia nuzul (meresap) di dalam individu, keluarga dan masyarakat sehingga
terwujudnya individu Qur'ani, keluarga Qur'ani dan masyarakat Qur'ani yang merealisasikan
pesan-pesan mulia alQur'an di dalam kehidupan mereka sebagaimana yang telah
ditunjukkan dengan indahnya oleh generasi para Sahabat. Seluruh aspek kehidupan mereka
diwarnai al-Qur'an sebagai wahyu Allah kepada hamba-Nya. Mereka Iaksana
lembaran-lembaran al-Qur'an yang berjalan memenuhi bumi dengan indahnya. Mereka
benar-benar menerima al-Qur'an sebagai panduan hidup yang harus diamalkan dalam
kehidupan mereka. Mereka tidak seperti generasi sesudahnya yang hanya menjadikan,
al-Qur'an sebagai khazanah pengetahuan saja hanya untuk meluaskan wawasan pemikiran
sebagaimana yang telah menimpa kalangan intelektual umat pada saat ini di universititas-
universitas yang mengadopsi sistem pendidikan Barat. Akibatnya, sampai hari ini belum lahir
119
masyarakat agung seperti generasi awal Islam yang dapat merombak dunia dan
memimpinnya menuju keadiIan dan kedamaian.
Jadi jelaslah persoalannya, umat manusia atau masyarakat modern saat ini, termasuk
kaum Muslimin tidak akan mendapatkan sesuatu dari al-Qur'an sampai mereka menjadikan
al-Qur'an sebagaimana yang telah dilakukan para Sahabat terdahulu. Kemenangan dan
kejayaan umat tidak akan pernah dicapai, akan tetap menjadi angan-angan kosong dan
mimpi indah akibat tidak sesuai dengan sasaran yang dikehendaki al-Qur'an. Itulah
sebabnya mereka tetap diliputi segala bentuk problematika, krisis dan tragedi. Mereka hanya
memahami al-Qur'an sebagai pengetahuan, bukannya sebagai panduan hidup yang harus
dilaksanakan dalam semua tingkatan. Mereka tidak memahami al-Qur'an sebagaimana yang
telah difahami oleh generasi Islam terdahulu.
Maka masyarakat modern hari ini, terutama mereka yang menghendaki kebahagiaan
sejati sangat memerlukan al-Qur'an yang akan memandu hidup mereka dengan
pendekatannya yang khas. Al-Qur'an akan menyelesaikan segala krisis dan tragedi yang
menimpa masyarakat modern dengan rumusan-rumusannya yang unik. Masyarakat modern
hari ini akan menjadi masyarakat ideal apabila mereka menjadikan al-Qur'an sebagai
panduan hidup.Al-Qur'an akan mengubah masyarakat modern sekiranya mereka mau
menjalankan ajaran-ajaran mulianya, menerapkannya di dalam kehidupan nyata.
Musuh-musuh Islam sangat faham akan perana al-Qur'an bagi kebangkitan kaum Muslimin,
itulah sebabnya mereka berupaya untuk menghancurkan umat dengan cara memisahkan
ajaran al-Qur'an dengan kaum Muslimin. Sehubungan masalah ini, Dr. Nashih Ulwan dalam
bukunya Tarbiyat al-Aulad, menukilkan :
Kedua: Menghancurkan dan Menghapuskan al-Qur’an
Hal ini dilakukan karena ajaran salib beranggapan bahwa al-Qur’an adalah
sumber pokok kekuatan orang-orang Islam, sumber mereka untuk kejayaan,
kekuatan dan kemajuannya yang telah lalu.
120
1. Gladstone, yang menjadit perdana menteri Inggris selama empat kali
(1864-1894) dalam majelis umum (the House of Commons) Inggris, sambil
mengangkat al-Qur’an, berkata : “Selama al-Qur’an ini berada di tangan
orang-orang Islam, maka Eropa sama sekali tidak akan dapat menguasai
Dunia Timur. Bahkan Eropa itu sendiri akan terancam”.
2. Seorang missionaris, William Jeford Balcrof, berkata :”Jika al-Qur’an dapat
disisihkan dan kota Makkah dapat diputuskan hubungannya dari negara-
negara Arab,maka sangat memungkinkan bagi kita untuk melihat seorang
Arab secara bertahap mengikuti kemajuan Barat, terjauh dari Muhammad
dan sekitarnya.”
3. Seorang missionaris lain, Catly, berkata: “Kita harus menggunakan al-
Qur’an sebagai senjata yang paling ampuh dalam Islam untuk melawan
Islam itu sendiri, sehingga kita dapat menghancurkannya. Kita harus
menerapkan kepada kaum Muslimin bahwa yang benar dalam al-Qur’an
bukanlah baru, dan yang baru bukanlah benar.”
4. Seorang penguasa kolonial Prancis di Aljazair, dalam peringatan seratus
tahun pendudukannya, berkata :”Kita harus melenyapkan al-Qur’an yang
berbahasa Arab itu dari kehidupan mereka, dan melenyapkan bahasa
Arab dari lidah mereka agar kita dapat berkuasa penuh”.
Itulah sebabnya, kenapa kaum Muslimin mengalami kemunduran saat ini tidak lain
karena mereka telah dipisahkan dengan al-Qur'an. Memang benar, kaum Muslimin dapat
membaca al-Qur'an, namun sedikit yang dapat memahaminya dengan benar, apalagi yang
melaksanakannya. Bahkan musuh-musuh Islam dengan perencanaan tersistemik telah
mencetak kader-kader yang bernama Muslim, namun fikiran dan pemahannya terhadap al-
Qur'an sama dengan musuh-musuh Islam yang telah menjadi gurunya. Mereka telah menjadi
agen-agen musuh yang menghancurkan umat dengan memberikan pemahaman yang salah
terhadap al-Qur'an.
121
Maka al-Qur'an harus difahami sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya,
bukan hanya sebagai bahan bacaan saja, namun yang paling penting bagaimana agar
terlambang dalam kehidupan nyata. Maka tidak diragukan bahwa al-Qur'an akan menjadikan
kaum muslimin menjadi masyarakat maju, sukses menggapai kemenangan dalam arti yang
sebenarnya, bukan sebaliknya menjadikan mereka sebagai masyarakat terbelakang
sebagaimana yang dituduhkan musuh-musuh Islam. Seorang Muslim yang beriman dan
menerapkan al-Qur'an dalam kehidupannya secara konsisten sesuai dengan manhaj yang
digariskan akan mendapat bimbingan al-Qur'an menjadi masyarakat utama, masyarakat
maju yang menguasai peradaban dengan segala produknya, namun memiliki kekuatan
spiritualitas tinggi yang diperolehnya dari al-Qur'an. Menjadi masyarakat utama bersama al-
Qur'an adalah sebuah kemestian yang tidak dapat dielakkan oleh mereka yang telah
mengikrarkan dirinya sebagai seorang Muslim.
BAB 8
Fenomena Al-Qur'an Dalam Merubah ManusiaSeorang konglomerat ternama yang mampu mempengaruhi kebijakan ekonomi
bangsanya, tiba-tiba resah dan gelisah dalam usianya yang masih sangat muda, menjelang
40 tahunan. Padahal dia memiliki kehidupan yang mapan, keluarga yang bahagia, istri yang
cantik, setia dan penuh pengertian, sementara bangsanya sangat mempercayai dan
122
menghormatinya sebagai pribadi maupun tokoh masyarakat. Keluarga besarnya adalah
keturunan terpandang yang menguasai kehidupan strategis, baik dalam politik maupun
ekonomi. Kekayaan, kemapanan, kehormatan, penghargaan, kepercayaan dan berbagai
bentuk atribut dunia yang ada menambah sesak jiwanya, menambah resah kehidupannya
yang berujuang pada kebingungan demi kebingungan, membuatnya bertambah kecewa
dengan masyarakatnya yang telah menuhankan tuhan-tuhan kecil. Krisis telah menimpanya,
yang menurut Danah Zohar, penulis tentang SQ sebagai Krisis spiritual. Krisis yang sering
menghampiri manusia sukses apabila sudah mencapai puncak keberhasilan materinya.
Apabila ketenaran sudah diraih, harta melimpah sudah di tangan, keluarga bahagia sudah
menyertai, penghormatan dan penghargaan sudah disematkan dan bermacam-macam
kenikmatan hidup sudah tersedia, maka justru pada saat-saat seperti itulah bahaya akan
menerpa kehidupan manusia apabila hidup tanpa makna sejati.
Kegelisahan dan kebingungan hidupnya membuat sang konglomerat muda merana.
Setiap malam dia melihat ke langit lepas, mencari jawaban demi jawaban tentang
kebingungan yang tengah di deritanya, namun jawaban itu tak kunjung datang kecuali
semacam mimpi-mimpi yang menyenangkan dan menenangkannya. Ahirnya dia
memutuskan untuk beberapa waktu meninggalkan keluarga dan masyarakatnya menuju
ketinggian di pinggiran kotanya, menyendiri, meluruskankan hati dan fikiran, mengetahui
dengan pasti ada dengan diri dan masyarakatnya. Dari ketinggian itulah dia melihat
kehidupan masyarakatnya yang penuh dengan penyimpangan dan kerusakan, sementara
dia dapat merasakan keresahan hati mereka terdalam yang menghendaki kebahagian sejati
sebuah tujuan universal manusia.
Pada malam itu, di tengah keheningan dan kesunyian malam, seseorang datang
kepadanya, menegurnya dan mengajaknya berbicara tentang apa yang dirasakan olehnya.
Dengan wajah keheranan, sang konglomerat muda yang kebingungan ini menanyakan apa
maksud kedatangannya ke tempat yang sunyi sepi ini. Namun tanpa banyak berbicara,
seseorang yang berperawakan tegap dan memancarkan kharisma ini memerintahkannya
dengan suara yang menggetarkan dan menembus relung terdalam hatinya, "bacalah".
123
Dengan penuh keheranan dan ketakjuban, dia menjawab dengan nada keheranan; "apa
yang harus aku baca?". Tanpa memberi kesempatan, sang penanya langsung menghampiri
dia yang masih tertegun, kemudian dipeluknya erat-erat sang konglomerat sehingga terasa
sesak nafasnya. Kemudian penanya ini memerintah kembali kepadanya, "bacalah", namun
dia menjawab dengan jawabannya semula, dan diapun dipeluk seperti semula, sampai tiga
kali. Pada kali ketiga, sang penanya dengan pelukannya yang kuat, membacakan
kepadanya seuntaian kalimat yang sangat indah dan menawan: "Bacalah dengan nama
Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan qalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (al-Alaq:1-5)
Tiba-tiba sang konglomerat muda ini telah menemui dirinya kesendirian, kemana perginya
sosok misterius yang memeluknya tadi. Tangan gemetar, tubuhnya berkucuran keringat,
hatinya tergoncang, fikirannya melayang-layang tak menentu, dengan terhuyung-huyung dia
pulang menemui istrinya, dengan gemetar dia berkata "selimutilah aku, selimutilah aku".
Dengan penuh kasih sayang, istrinya yang setia dan pengertian, menyelimutinya sehingga
keadaannya membaik, hatinya tenang dan tentram kembali. Dengan penuh kasih, istrinya
berkata:"Wahai sayang, bergembiralah engkau. Demi Allah, Tuhanmu tidak akan pernah
menghinakanmu. Sesungguhnya engkau adalah orang yang senantiasa menyambung
persaudaraan, senantiasa berkata jujur, gemar membantu kesulitan orang, suka
menghormati tamu dan tetap menegakkan kebenaran". Dengan wajah tenang, sang
konglomerat muda ini tertidur pulas dengan penuh kepuasaan, ketenangan dan
kebahagiaan.
Kalimat demi kalimat yang di terimanya di gunung pinggiran kotanya telah merubah
drastis kehidupannya, memberikannya inspirasi, kekuatan, semangat, kesungguhan untuk
meniti kemenangan dan kesuksesan abadi. Konglomerat muda ini ahirnya terkenal sebagai
Muhammad Rasulullah yang telah membawa pencerahan dan kebangkitan kepada bangsa
Arab, memimpinnya dengan ajaran agung menjadi pemimpin peradaban dunia yang hingga
kini belum terkalahkan kepribadian ataupun pencapainnya, itulah sebabnya, seorang
124
cendekiawan Barat seperti Michel Heart, menempatkannya sebagai orang nomor satu dari
seratus tokoh manusia yang paling berpengaruh sepanjang sejarah peradaban umat
manusia. Dan peristiwa dahsyat yang terjadi 15 abad silam di gua Hiro' ini dikenal sebagai
awal turunnya sebuah kitab tersuci dan terbenar sepanjang masa, yang penuh dengan
keajaiban dan kemukjizatan, yang mampu merombak dan mencetak manusia-manusia
agung sepanjang masa. Itulah al-Qur'an, kumpulan wahyu yang diberikan kepada
Muhammad saw melalui sosok agung, malaikat Jibril as, yang kesucian, keaslian dan
kebenarannya terjada sepanjang masa. Kitab yang telah merombak kehidupan gelap dan
sesat serta terbelakang masyarakat jahiliyah Arab menjadi manusia-manusia agung.
Di Tengah teriknya panas matahari padang pasir, seorang pemuda kuat perkasa yang
memerah matanya karena dendam dan kemarahan membara, berjalan tegap dengan
hentakannya yang khas, yang menakutkan siapa saja yang dilaluinya. Dengan nada tinggi
dia berteriak-teriak, "aku harus membunuhnya", berulang-ulang dengan nada geram,
sementara ditangannya tertenteng pedang mengkilat yang telah meregang nyawa beberapa
orang. Di tengah perjalanannya yang tergesa-gesa, dia berpapasan dengan sahabatnya,
dengan penuh keheranan bertanya, "hendak kemana kau Umar". Dengan nada tinggi penuh
kemarahan dia menjawab, "aku akan pergi membunuh Muhammad yang telah memecah
belah kita, yang telah membuat kekacauan di kota ini", serunya seraya menghentak-
hentakkan pedangnya. Sahabatnyapun berkata kalem, "hei Umar, urus saja keluargamu,
jangan urus orang lain". Dengan penuh keheranan Umar bertanya, "ada apa dengan
keluargaku?". "Apakah kamu tidak tau, adikmu telah menjadi pengikut Muhammad?".
Mendengar kata-kata ini, lelaki yang tempramental ini ibarat mendengar petir menggelegar di
siang hari bolong. Kemarahannya bertambah memuncak yang bercampur dengan rasa malu.
Secepat kilat Umar pergi ke rumah adiknya, Fatimah untuk membuktikan kebenaran
perkataan sahabatnya. Dengan kekasarannya yang khas, Umar langsung mendobrak pintu
rumah adiknya Fatimah. Ternyata Fatimah tidak sendirian, bersama suami dan beberapa
orang temannya sedang membaca sebuah lembaran. Melihat kedatangan Umar yang
membawa pedang, mereka berhamburan dan bersembunyi. Dengan wajah garang dan
125
keras Umar berkata,"apa yang sedang kalian baca?, berikan kepadaku!!". Dengan penuh
ketakutan adiknya yang sudah memar dihajar Umar memberikan selembar kulit yang
bertuliskan Arab. Umar mengambil lembaran itu, kemudian membacanya: Thaa haa, Kami
tidak menurunkan al-Qur'an ini kepadamu agar engkau menjadi susah, melainkan sebagai
peringatan bagi orang yang takut, diturunkan dari Yang Menciptakan bumi dan langit tinggi,
Yang Maha Pengasih, Yang bersemayam di atas Arasy'. Milik-Nyalah apa yang ada di langit,
apa yang ada di bumi, apa yang ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah.
Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh Dia mengetahui rahasia dan yang lebih
tersembunyi. Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang memiliki nama-nama yang terbaik.
(Thaa Haa : 1-8)
Umar tersentak, kaget, merinding bulu romanya, bibirnya tidak dapat berkata-kata, hatinya
bergetar, keadaan menjadi hening."Sungguh indah dan mulia sekali kata-kata ini" katanya
berulang-ulang sambil tetap menatap ayat-ayat yang dibacanya. Dengan serta merta Umar
berkata, "antarkan aku pada Muhammad segera". Dengan tergopoh-gopoh Umar berjalan ke
rumah tempat Muhammad saw dan sahabatnya berada. "Buka pintu" seru Umar sambil
mengetuk-ngetuk pintu dengan gagang pedangnya. Sahabat Muhammad saw ketakutan
ketika melihat Umar berada di depan pintu membawa pedang terhunus, seraya berkata, "
Wahai Rasulullah, Umar datang membawa pedang, habislah kita mau dibunuhnya". Dengan
kalem dan mantap, paman Rasul, Hamzah menyela, "Biarkan dia masuk, kalau tujuannya
baik akan kita sambut, kalau tujuannya jahat, kita akan bunuh dia dengan pedangnya
sendiri". Ketika masuk, Umar terdiam, disaksikan sahabat Rasul saw. Umarpun menemui
Rasul, dengan terbata-bata penuh haru dia beucap, "Rasulullah", katanya dengan nada
rendah, "saya datang untuk menyatakan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya serta segala
yang datang Allah". Rasululah bertakbir, diikuti sahabat berkalai-kali, mendadak suasana
berubah menjadi haru, senang, bahagia dan penuh kasih sayang.
Seorang jagoan yang keras kepala, penuh kemarahan, dendam dan memiliki kehidupan
yang kelam dan tidak teratur seperti Umar bin Khattab, telah dirombak oleh al-Qur'an saat
pertama kali berinteraksi dengannya. Al-Qur'an yang agung telah membuka cakrawala Umar,
126
mengetuk relung hati terdalamnya, membangkitkan hati nuraninya, meluruskan fikiran
sesatnya yang penuh dengan kotoran dan membimbing kehidupannya menjadi manusia
agung, pemimpin besar yang telah mengantarkan Islam kepada kekuasaan besar, menakluki
kekuatan-kekuatan besar seperti Romawi, Parsia, Mesir sampai 2/3 belahan dunia berada di
bawah kekuasaannya. Sekali lagi ayat-ayat suci dan mulia al-Qur'an telah menggetarkan hati
manusia dan menjadikannya sebagai pemimpin yang sukses karirnya dan bahagia hidupnya.
Lain halnya dengan salah seorang paman Muhammad saw bernama Abu Jahal. Dia
adalah manusia yang selalu memusuhi Rasulullah dan menyiksa para pengikutnya, terutama
dari golongan masyarakat bawah. Pada suatu ketika, sang musuh Islam ini dengan
lantangnnya mengancam, "Jika aku melihat Muhammad sholat di Ka'bah, pasti akan aku
injak tengkuknya". Mendengar ancaman Abu Jahal ini, para sahabat merasa gelisah dan
ketakutan. Maka mengenai keadaan ini turunlah wahyu dari Allah saw, "Ketahuilah,
sesungguhnya manusia benar-benar melampau batas. Karena melihat dirinya serba cukup.
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali. Bagaimana pendapatmu tentang orang
yang melarang seorang hamba ketika dia mengerjakan solat. Bagaimana pendapatmu jika
dia berada di atas kebenaran. Atau dia menyuruh bertaqwa. Bagaimana pendapatmu jika
orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?. Tidakkah dia mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya? Ketahuilah, jika dia tidak berhenti
niscaya Kami tarik ubun-ubunnya. Ubun-ubun orang yang mendustakan lagi salah. Maka
biarlah dia memanggil golongannya, kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniah. Sekali-
kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada
Allah). (al-Alaq : 6-19)
Ketika ayat-ayat al-Qur'an yang agung ini sampai di telinga Abu Jahal, diapun gemetaran,
ketakutan menyelimutinya bahkan sampai-sampai dia menderita sakit karena ketakutan yang
menghantuinya. Dia faham, bahwa secara adat kebiasaan, mana mungkin Muhammad yang
masih keponakannya dan tidak memiliki apa-apa berani mengancamnya sedemikian
dahsyatnya dengan ucapan-ucapan yang menghunjam jantung dan menusuk relung hati
terdalam, yang memnggoncangkan jiwa dan membuat badannya sakit tak menentu. Ini pasti
127
sesuatu yang luar biasa, yang memiliki kekuatan dahsyat, bukan kata-kata gertakan biasa,
tapi kata-kata terdahsyat yang melemahkan semangat dan mendirikan bulu roma yang diikuti
dengan keteraturan bahasa dengan tepat sehingga menghasilkan sebuah ancaman
terdahsyat. Namun demikian, karena Abu Jahal tidak mendapat hidayah Allah akibat
kebenciannya yang mendalam kepada Islam dan ambisi pribadinya yang kelewat batas serta
merasa dirinya serba berkecukupan dengan harta yang dimilikinya, maka dia tetap
menentang Rasulullah dan ajarannya, sampai benarlah terlaksana janji Allah swt, ketika
perang Badar, kepala Abu Jahal di penggal sahabat Abdullah bin Mas'ud, dan ubun-ubunnya
ditarik dan diseret-seret sebagaimana dijanjikan al-Qur'an lebih 14 tahun lalu. Ini juga adalah
bukti keagungan al-Qur'an yang mencerikakan peristiwa yang belum terjadi yang ahirnya jadi
kenyataan.
Ibnu Abbas ra berkisah: "Ada seorang lelaki dari Azdsyanuah bernama Dlamad. Dia di
kenal sebagai dukun pemantra yang sangat masyhur. Suatu ketika dia datang ke Makkah,
karena mendengar penduduk Makkah menyebut-nyebut Muhammad terjangkit kegilaan". Dia
lalu mendatangi Muhammad seraya berkata:" Sesungguhnya aku adalah ahli jampi dan bisa
mengobati. Bila engkau suka, aku akan mengobatimu". Rasul kemudia menjawab dan
membacakan beberapa doa dan ayat-ayat al-Qur'an."Segala puji bagi Allah, tempat aku
memuji, meminta tolong, dan beriman serta bertawaqqal kepada-Nya. Aku berlindung
kepada-Nya dari kejelekan diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorangpun yang bisa menyesatkannya. Dan
barangsiapa yang disesatkan oleh-Nya maka tiadalah orang yang bisa memberikan petunjuk
kepadanya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku,
Muhammad, adalah hamba dan utusan-Nya". Dlamad tertegun sejenak seperti orang
terhipnotis, kemudian berkata "Ulangi kata-katamu". Rasulpun lalu mengulangi apa yang
dibacanya. Dlamatpun tertegun kembali seperti kebingungan, kemudian berkata "Ulangilah
kata-katamu lagi", Rasulpun mengulanginya. Dengan berkaca-kaca, Dlamat mengatakan:
"Sungguh sering aku mendengar perkataan tukang tenung, tukang sihir, penyair dan
sastrawan, tetapi aku belum pernah mendengar perkataan dahsyat seperti ini". Dlamat lalu
128
melanjutkan perkataannya:"Ulurkan tanganmu kepadaku, aku akan berbai'at kepadamu".
Kemudian Dlamat berbai'at untuk memeluk Islam. Dlamat menjawab :"Begitu juga kepada
kaumku". Rasul bersabda:".... juga kepada kaummu!." Ayat-ayat Al-Qur'an telah mengubah
keyakinan sang dukun masyur menjadi seorang yang taat menjalankan agamanya dan
menjadi pemimpin dikalangan kaumnya.
Anas ra meriwayatkan; "Suatu saat Abul Arraf al-Yamani yang merupakan salah seorang
tokoh Yaman datang, lalu dia melihat Rasul mengenakan pakaian merah tengah
membacakan ayat-ayat al-Qur'an dan penjelasannya kepada orang banyak. Beliau menyeru
kemudian "Ucapkanlah La ilaha Illallah, niscaya kamu akan bahagia." Tiba-tiba di
belakangnya ada seorang tua yang mengatakan; "Berhati-hatilah kamu, jangan mendekat
kepadanya, sesungguhnya dia gila dan pembohong". Abul Arraf bertanya, "siapa orang tua
itu?." Lalu dikatakan, "Dia Abu Lahab, paman nabi". Lalu Abul Arraf mendatangi Abu Lahab,
mendiskusikan perkataannya dan perkataan Nabi saw. Dengan suara lantang Abu Arraf
berkata: "Celaka kau wahai Abu Lahab. Perkataan orang gila tidak lurus dan tidak bisa
difahami, sedangkan perilaku anak saudaramu ini sedikitpun tidak menyerupai orang gila".
Setelah mendengarkan apa yang dibaca Muhammad saw, dengan tegas Abu Arrat berkata,
"Apa yang dikatakan Muhammad adalah wahyu (al-Qur'an), risalah dan kebenaran. Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya dia adalah hamba dan utusan-
Nya." Sungguh al-Qur'an yang dibacakan Muhammad saw tidak dapat dibohongi
kebenarannya, walaupun yang menenteng dan mempropagandakannya adalah tokoh besar
sekelas Abu Labab, pemuka dan pemimpin suku Quraisy. Al-Qur'an akan senantiasa
merasuki relung hati terdalam insan yang mendengarkannya dengan mata hati, dengan
kejujuran dan kebenaran sebagaimana yang dilakukan Abul Arrat al-Yamani. Selanjutnya,
Abul Arrat menjadi pendakwah Islam yang terkenal dan berhasil mengislamkan suku-suku di
sekitar tempatnya dan mengajak mereka berjuang menegakkan keadilan dan kebenaran
bersama Rasulullah dan sahabatnya.
Abu Said al-Khudri ra telah meriwayatkan: "Sesungguhnya beberapa orang dari kalangan
sahabat Rasulullah saw sedang berada dalam perjalanan. Mereka pergi ke salah satu
129
kampung Arab dan mereka berharap agar bisa menjadi tamu penduduk kampung tersebut.
Namun ternyata penduduk kampung itu tidak mau menerima mereka. Tetapi ada yang
bertanya, "Apakah ada di antara kalian yang bisa menjampi orang sakit? Karena ketua
kampung kami terkena sengatan." Salah seorang dari para sahabat menjawab, "Ya, ada".
Lalu ia menemui ketua kampung tersebut dan membacakannya ayat al-Qur'an surat al-
Fatihah. Kemudian ketua kampung tersebut sembuh, maka sahabat tersebut diberi beberapa
ekor kambing. Ia tidak mau menerimanya dan mengajukan syarat, "Aku akan
menyampaikannya kepada Nabi saw". Dan iapun pulang menemui Nabi saw dan
menceritakan pengalaman tersebut. Ia berkata "Ya Rasulullah, Demi Allah, aku hanya
menjampi dengan surat al-Fatihah". Mendengar kata-kata itu Rasulullah saw tersenyum dan
bersabda, "Tahukah engkau, bahwa al-Fatihah itu memang merupakan jampi". Kemudian
baginda saw bersabda, "Ambillah pemberian dari mereka dan pastikan aku mendapatkan
bagian bersama kamu".
Pada masa Umar bin Khattab ra, seorang bernama Abdul Aziz bin Yahya bin Abdul Aziz
An-Nakhai suatu malam melakukan solat di masjid. Ketika sang Imam membaca ayat: "Dan
bagi orang yang takut di saat menghadap Tuhannya, akan mendapat dua syurga" (al-
Rahman : 46). Tiba-tiba ia menghentikan solatnya, lalu gila. Dan setelah itu tidak terdengar
lagi beritanya. Demikian pula, Shalih al-Murri pernah menceritakan bahwa pada suatu malam
seorang lelaki dari kalangan zahid (ahli zuhud) menjumpai seseorang yang sedang
membaca ayat, "Kini nyatalah bagi mereka azab Allah yang dulunya tidak mereka duga" (al-
Zumar :47). Tiba-tiba ia menjerit sambil merobek bajunya, kemudian hilanglah
kesadarannya. Tak lama kemudian ia ditangkap dan dibelenggu, hingga ahirnya ia mati
dalam keadaan demikian. Dan ada juga kisah tentang Bakar bin Muadz yang suatu hari
berjalan-jalan, tiba-tiba ia berpapasan dengan seorang lelaki yang tengah membaca ayat,
"Peringatkan mereka pada hari kiamat yang dekat. Pada saat itu kerongkongan sama
tersumbat dalam keadaan memendam kemarahan. Bagi orang-orang yang menganiaya tidak
mempunyai teman setia seorangpun dan tidak mempunyai pembela". (Ghafir : 18).
Mendengarnya ia terguncang dan tiba-tiba berteriak histeris, "Ya Allah, kasihanilah orang-
130
orang yang sudah mendapatkan peringatan, tapi belummenghadap kepada-Mu!". Lalu dia
linglung hingga ajal menjemputnya. Dari ketiga kisah ini dapat dibayangkan bahwa ayat-ayat
al-Qur'an memiliki kekuatan yang luar biasa dahsyatnya, kekuatan apakah yang mampu
menembus relung terdalam hati manusia sehingga menimbulkan goncangan dahsyat dalam
kehidupannya. Ini adalah bukti nyata bahwa al-Qur'an itu bukan sembarangan bacaan,
namun sebuah bacaaan yang mengandung kekuatan.
Adalah seorang khalifah yang arif lagi bijaksana, bernama Umar bin Abdul Aziz, yang
memerintah kekhalifahan Islam pada masa Bani Umayyah. Beliau adalah khalifah ke 8 bani
Umayyah dan dikenal juga sebagai Umar II, dia dijuluki demikian karena memiliki hubungan
dengan Umar I, Umar bin Khattab melalui jalur ibu, yaitu nenek perempuannya adalah anak
Umar. Umar II dididik di Madinah di bawah asuhan ulama-ulama besar, terutama kakek dari
ibunya, yaitu Abdullah bin Umar yang sangat terkenal luas ilmu serta kesederhanaannya.
Bahkan seringkali Umar II berkata akan mengikuti jejak kakeknya yang alim lagi sederhana.
Namun suratan taqdir menyatakan lain, karena yang diterapkan sistem pemerintahan adalah
sistem putra mahkota, maka ia terpilih menjadi Khalifah atas saran Perdana Menteri, tanpa
dikehendakinya. Ketika menjadi pemimpin tertinggi negara, maka beliaupun menjual segala
milik pribadinya dan dimasukkan ke dalam kas negara. Pernah suatu malam anaknya datang
menghadap, dia bertanya maksud kedatangannya, apakah urusan pribadi atau negara.
Ketika sang anak mengatakan urusan pribadi, Umar II mematikan lampu di depannya dan
mereka berbicara gelap gulita tanpa lampu. Menurutnya fasilitas negara tidak boleh
digunakan untuk keperluan pribadi, sekalipun untuk lampu yang kelihatannya sepele. Pada
suatu ketika, datanglah bibinya yang terbiasa dengan kehidupan ala kekaisaran Romawi
yang bermewah-mewah sebagaimana dilakukan para pendahulu Umar II. Bibinya mengkritik
kebijakan Umar II yang menurutnya menyimpang dari kebiasaan ini serta menyusahkan
keluarga istana yang tidak mendapat fasilitas melimpah sepertu dulu lagi. Khalifah Umar
terdian sejenak, kemudia beliau membaca ayat-ayat al-Qur'an sambil membuka tutup tungku
pemanas yang penuh dengan bara menyala. Ketika sang bibi melihat bara tersebut langsung
pingsan tidak sadarkan diri. Selanjutnya sang bibi yang tadinya keras mengkritik, ahirnya
131
menjadi pendukung setia kebijakan Khalifah Umar II. Ketika ditanya mengapa, dia
menjawab, "ketika Umar membacakan aku ayat-ayat al-Qur'an tentang api neraka sambil
membuka penutup tunggu, sungguh, aku melihat dari tungku itu kobaran api yang menyala
tak terbayangkan panasnya, sehingga aku pingsan tidak tahan melihatanya." Sang bibi Umar
melihat langsung apa yang dimaksudkan al-Qur'an tentang neraka secara langsung, melalui
perantaraan tungku pemanas.
Itu semua adalah bukti nyata kedahsyatan ayat-ayat al-Qur'an, sebuah kitab suci yang
penuh keagungan dan keajaiban. Apakah di zaman modern ini masih kita dapatkan kisah-
kisah yang menggetarkan mengenai al-Qur'an dengan segala kemukjizatannya. Di bawah ini
akan diceritakan beberapa kisah yang berkaitan dengan al-Qur'an yang telah merombak
jiwa-jiwa yang mendengarnya.
Siapa yang tidak kenal Cat Stevan, seorang pemusik rock dunia kondang yang berasal
dari Inggris. Kehidupan para artis yang gemerlap tentu sudah menjadi rahasia umum tentang
"kerusakannya", apalagi di Barat sana. Namun di tengah-tengah kegemerlapannya sebagai
seorang artis kondang, Cat Stevan tidak menemui kebahagian dalam hidupnya. Ia selalu
merasa resah, gundah gulana, tidak memiliki harapan hidup sehingga seringkali ditimpa
depresi dan frustasi. Sampailah suatu masa, di puncak klimaksnya dia mendengarkan ayat-
ayat al-Qur'an yang indah, yang kemudian mempengaruhi kehidupannya, yang pada ahirnya
dia memeluk Islam dan merubah namanya menjadi Yusuf Islam. Dan sekarang dunia
mengenal Yusuf Islam sebagai seorang pendukung perdamaian, relawan kemanusiaan
sekaligus menjadi pendakwah Islam terkemuka di Barat khususnya. Demikianlah jika al-
Qur'an sudah merasuki jiwa terdalam seseorang, siapapun dia, pasti akan membawa
perubahan.
Jika kita di tanya, siapakah yang pertama kali mendarat di bulan ?, maka jawabannya
adalah Neil Amstrong, astronot dari Amerika Serikat. Ada apa dengan Mr. Amstrong?
Sebuah majalah terbesar Malaysia Star, telah mengisahkan tentang pengalaman Amstrong
ketika mendarat di bulan. Ketika dia sudah sampe ke dataran bulan, sambil berjalan-jalan
dengan perlengkapannya, dia selalu mendengar suara-suara aneh yang belum pernah di
132
dengarnya. Lama sekali dia menyimpan rahasia pribadi ini, sampai beberapa waktu dia
berkesempatan mengunjungi negara-negara Muslim. Alangkah kagetnya dia ketika melalui
masjid, mendengar kembali suara-suara yang pernah didengarnya di bulan. Dengan
setengah tidak percaya, dia menanyakan, suara apakah itu. Pemamndunya dengan jelas
mengatakan "Itu suara orang baca al-Qu'an dan adzan untuk memanggil orang solat". Maha
Suci Allah, rupanya yang di dengar oleh Mr. Amstrong tersebut adalah ayat-ayat al-Qur'an,
dan sejak saat ini dia mendalami Islam dan konon kabarnya ahirnya dia memeluk Islam
karena pengelamannya tersebut.
Aaron Sellers, seorang warga negara Amerika dan penganut Kristen yang fanatik. Cuma
dalam benaknya selalu timbul keraguan padanya, ketika memikirkan tentang penyaliban
Yesus Kristus. Baginya tidak masuk akal, jika Tuhan disalib untuk sekedar menebus dosa
dan seterusnya. Keadaan ini terus berlanjut sampai dia berinteraksi dengan al-Qur'an. Dia
membaca ayat :dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah
membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah. Padahal mereka tidak membunuhnya
dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan
dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang Isa, selalu dalam
keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu, melainkan
mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya". (al-Nisa : 147).
Setelah membaca ayat ini, Aaron berkata :"The impact of al-Nisa: 157 was to dramatically
change my life".
Seorang pengusaha dan politiisi ternama Indonesia, pernah menduduki jabatan Mentri,
Siswono Yudohusodo pernah menceritakan interaksi spiritualnya dengan al-Qur'an dalam
sebuah diskusi dengan beberapa direksi LP3I yang dipimpin Syahrial Yusuf. Beliau memulai
dari kisah hidup dan perjalanan bisnisnya, termasuk jatuh bangunnya sebagai seorang
pengusaha. Pada suatu waktu beliau pernah mengalami masalah yang sangat rumit
diperusahaannya, yang pada intinya mengalami kekuarangan pendanaan yang menjadikan
perusahaan yang dipimpinnya hampir gulung tikar. "Pada saat-saat yang sangat dramatis itu,
tentu sebagai seorang yang beragama, tidak ada tempat yang paling aman, kecuali kembali
133
ke ajaran agama", kenangnya dengan suara rendah dan mata yang berkaca-kaca."Ahirnya
saya menemukan kekuatan kembali pada al-Qur'an dan sejak saat itu dikala susah saya
akan membaca al-Qur'an,". Ketika ditanya tentang ayat-ayat apa yang dibacanya ketika
menghadapi saat-saat kritis usahanya, beliau menjawab, "saya akan membaca beberapa
ayat al-Qur'an, yang dikenal dengan ayat dirham, maka masalah saya pasti akan selesai dan
menemukan jalan keluar". Ujarnya mantap. Adapun yang dikatakan ayat dirham adalah:
'Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar
baginya. Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa bertawaqqal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya
Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap
sesuatu". (al-Talaq : 2-3)
Seorang teman alumni ITB menceritakan tentang pengalaman temannya yang pada
awalnya sangat acuh dengan Islam apalagi al-Qur'an. Dia adalah mahasiswa Geologi yang
mengkaji berbagai hal yang berhubungan dengan gunung-gunung dan sebagainya. Dalam
perjalan hidupnya, ia berinteraksi dengan al-Qur'an dan membaca surat al-Thur ayat 10 yang
menyatakan bahwa gunung berpindah-pindah. Dengan rasa takjub dan bangga ahirnya ia
kembali kepada Islam setelah membaca ayat al-Qur'an yang sesuai dengan pengetahuan
yang dipelajarinya, padahal ilmu ini baru diperoleh manusia pada abad 19 lalu. Bagaimana
mungkin seorang Rasul saw yang dikatakan ummi, tidak dapat membaca dan menulis, serta
hidup di padang pasir pada 15 abad yang lalu dapat mengetahui hal ini, kecuali memang
tidak diragukan bahwa al-Qur'an adalah wahyu dari Allah Yang Maha Mengetahui.
Pengalaman ini membuat sang mahasiswa semakin dekat dengan al-Qur'an dan bertambah
pula keyakinannya.
Teman saya menceritakan tentang seorang eksekutif yang sudah cukup berhasil dan
mapan di Jakarta. Karena kesibukannya yang luar biasa di kota besar macam Jakarta, maka
iapun jarang menemui ibundanya di kampung. Kehidupan metropolis membuatnya lalai
dengan kewajibannya sebagai seorang anak yang harus menyenangkan dan merawat orang
tua, walaupun memang kadangkala dia menyuruh ibunya datang menemuinya ke Jakarta.
134
Namun ketika ibunya datang ke rumahnya, ia tetaplah sibuk sebagai seorang metropolis
yang berangkat pagi pulang malam. Segala materi dan kebutuhan ibunya ia penuhi, dilayani
oleh pembantu bahkan jika bepergian di antar sopir pribadi. Namun ternyata sang ibu tidak
memerlukan itu semua, sang ibu tetap menyayangi dan memahami keadaan anaknya yang
super sibuk. Dalam sebuah perjalannya, sang eksekutif mendengar terjemahan ayat 31 surat
Luqman yang berarti: Dan Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada kedua
orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang tuamu,
hanya kepada-Ku-lah kembalimu". Hatinya langsung bergetar, mengingat ibunya yang
selama ini telah mengandung, menyapih, membesarkannya dan menyayanginya tanpa
pamrih sementara selama ini ia telah lalai. Saat itu juga dia menghubungi ibunya, langsung
pulang, mencium tangannya, memeluknya, mengasihi dan menyayanginya. Ketika ibunya
sakit dialah yang selalu mengantarkannya dan merawatnya sampai ibunya meninggal. "Mulai
saat itu gue hafalin itu ayat Qur'an sambil belajar al-Qur'an dan terjemahannya" katanya.
"Makanya ketika gue mendengar atau mengingat ayat itu, gue langsung menitikkan air mata,
mengingat ibu yang penuh kasih sayang". Al-Qur'an telah merasuk ke dalam jiwanya,
sehingga merubah kepribadian keperibadian sang eksekutif menjadi seorang yang dekat
dengan ajaran agama.
Pada paroh ketiga bulan ramadhon 2003 lalu, beberapa pemuda Islam yang bergabung
dalam sebuah organisasi mahasiswa Islam tingkat nasional menyelenggarakan suatu
pelatihan yang dinamakan dengan "Spiritual Exercise" dengan coba menerapkan beberapa
metode-metode yang terkini yang diharapkan dapat menumbuhkan spiritualitas yang akan
digunakan sebagai bekal dalam menghadapi aktivitas gerakan di lapangan. Salah satu
materi yang diberikan adalah "Spiritualitas al-Qur'an" dengan tujuan sejauh mana al-Qur'an
memiliki kekuatan spiritualitas yang dapat memberikan pengaruh kepada kehidupan. Setelah
solat taraweh dan diisi dengan ceramah pengantar dan diskusi sampai tengah, maka para
peserta diminta untuk bersiap-siap menerima spiritualitas al-Qur'an. Acara dimulai dengan
mandi tobat, dilanjutkan dengan zikir-zikir dan selanjutnya solat berjama'ah. Ketika solat
135
itulah imam membaca surat-surat al-Qur'an yang cukup panjang seperti surat an-Nur,
Muhammad, al-Fath dan lainnya. Ketika imam membaca surat-surat al-Qur'an dengan suara
yang nyaring dan merdu, maka mulailah satu persatu peserta menangis, yang ahirnya
hampir semua peserta meledak dalam tangis mendengar bacaan al-Qur'an, padahal mereka
tidak memahami arti sesungguhnya ayat-ayat al-Qur'an yang dibaca. Mereka semua
merasakan bagaimana seakan-akan ayat-ayat al-Qur'an yang dibacakan merasuk ke dalam
hati mereka sehingga menimbulkan kekuatan dan semangat. Setelah selesai solat, masing-
masing peserta diminta pengalamannya yang beraneka ragam dan mereka umumnya
memiliki tekad yang kuat untuk merubah diri. Program ini dinamakan dengan "Tanzilul
Qur'an", memasukkan ruh al-Qur'an ke dalam jiwa manusia, sehingga al-Qur'an Nuzul dan
hidup bersama mereka. Setelah beberapa lama, ternyata pemuda-pemuda ini memili tekad
yang sangat kuat untuk menegakkan kebenaran dan memiliki keberanian yang luar biasa
dalam berjuang dan beramar makruf. Mereka dijuluki sebagai pasukan "cadangan" yang jika
diperlukan mereka siap syahid untuk Islam.
Dalam beberapa acara TV nasional belakangan ini, kita sering disajikan dengan program-
program pengobatan alternatif yang menggunakan ayat-ayat al-Qur'an. Dalam beberapa
penayangan kita saksikan seorang yang sakit, baik kemasukan jin atau penyakit lainnya,
diberi terapi dengan membacakan ayat-ayat al-Qur'an tertentu oleh sekumpulan ustadz yang
biasanya dibantu oleh jama'ah yang membacakan zikir-zikir atau ayat-ayat al-Qur'an. Kita
dapat menyaksikan bagaimana reaksi pasien ketika dibacakan ayat-ayat al-Qur'an, ada yang
pingsan, menjerit-jerit, histeria dan sejenisnya. Bahkan diantaranya mengeluarkan berbagai
bentuk cairan dari mulutnya yang menandakan keluarnya penyakit tersebut. Terkadang ada
pasien yang melawan ketika diterapi, yang dilakukannya tanpa sadar. Umumnya pasien
merasa baik setelah mereka mendapat terapi dengan ayat-ayat al-Qur'an tersebut.
Pengobatan dengan ayat-ayat al-Qur'an, yang dikenal dengan rukyah memang merupakan
hal yang dipraktekkan sejak zaman Nabi saw dan beliau sendiri tidak melarangnya
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Said al-Khudri di atas.
Inti dari pengobatan ini seperti mentransfer kekuatan ayat-ayat al-Qur'an yang dimiliki
136
perukyah kepada pasiennya, seperti memindahkan energi positif dalam tubuh seseorang.
Hal ini memang jelas menandakan bahwa al-Qur'an memang memiliki energi yang
mengandung kekutan yang dapat menyembuhkan penyakit manusia.
Jika kita perhatikan beberapa fenomena di atas, peristiwa-peristiwa yang terjadi sejak
pertama kali turunnya al-Qur'an, dari zaman Nabi saw, zaman sahabat, tabi'in sampai zaman
sekarang yang digambarkan dengan beberapa kejadian-kejadian dahsyat tentang al-Qur'an,
maka tidak diragukan bahwa al-Qur'an bukan hanya sekedar sebuah sebuah lembaran
mush'af yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas yang hanya untuk dibaca ataupun
dihafalkan saja. Jika dianalogikan, maka lembaran-lembaran tersebut seperti sebuah foto al-
Qur'an, namun bukan al-Qur'annya sendiri, karena sesungguhnya al-Qur'an adalah Kitab
Allah yang hidup, yang memiliki roh, yang memiliki nyawa, yang memiliki
kekuatan/energi meresap ke dalam manusia, menyatu dengannya sehingga antara
manusia dan al-Qur'an menjadi satu. Itulah sebabnya ketika Aisyah ra ditanya tentang
akhlak Rasulullah, beliau menjawab akhlaknya adalah al-Qur'an. Artinya al-Qur'an telah
meresap, menyerap dalam diri Rasulullah saw, keduanya telah menyatu menjadi satu
kesatuan sehingga tidak dapat dibedakan antara diri Rasul dengan al-Qur'an yang sudah
terlambang dari akhlaqnya, al-Qur'an sudah hidup dalam pribadinya, sehingga al-Qur'an
mengontrol segala tingkah lakunya. Demikian pula Allah SWT menyebutkan al-Qur’an
sebagai ruh,: Dan semikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (al-Qur’an)
dengan perintah Kami. (al-Zukhruf : 52)
Disamping menyebutkan al-Qur’an sebagai ruh, disebutkan pula bahwa wahyu yang
diturunkan Allah SWTpun dinyatakan sebagai al-Ruh ; (Dialah) Yang Mahatinggi derajat-
Nya, yang memiliki Arsy’. Yang menurunkan al-Ruh dengan perintah-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, agar memperingatkan manusia tentang
hari pertemuan (hari Kiamat) (al-Mukmin : 15)
Pendapat yang masyhur dikalangan kaum muslimin bahwa al-Qur'an adalah kalam Allah
SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantaraan malaikat Jibril as.
Jika al-Qur'an dikatakan sebagai kalam Allah, maka samalah artinya dengan rahmat Allah
137
ataupun cinta Allah, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Dzat Allah Yang
Maha Suci. Ketika Allah SWT menyatakan bahwa Dia memiliki 100 cinta (al-hubb) dan telah
menurunkan satu cinta-Nya ke dunia yang dibagi-bagikan kepada seluruh alam, maka
artinya cinta itu merasuk ke dalam sanubari makhluknya, sehingga sang makhluk merasakan
cinta, sebagaimana cintanya hewan-hewan buas sekalipun kepada anaknya, ikan-ikan di
laut, burung-burung di udara dan termasuk kepada manusia, cinta seorang ibu kepada
anaknya, cinta rakyat kepada pemimpinnya, cinta pengikut kepada Nabinya, cinta sang
pencinta kepada kekasihnya dan seterusnya. Apakah kemudian yang dikatakan "cinta" itu
adalah apabila tertulis dalam lembaran-lembaran kertas dengan difinisinya yang panjang
lebar? Tentu tidak, dikatakan sebagai cinta apabila sudah terlambang dalam realita, sudah
menyatu dengan kehidupan, yang dilambangkan dengan rasa kasih sayang, pembelaan,
penjagaanm pemeliharaan orang tua terhadap anaknya misalnya.
Demikian pula halnya dengan al-Qur'an yang dikatakan sebagai kalam Allah.
Kesempurnaan tujuan diturunkannya kalam Allah berupa al-Qur'an di muka bumi bukan
hanya apabila ia telah tertulis dalam jutaan mush'af al-Qur'an, dalam buku-buku tentang
ulum al-Qur'an yang berjumlah ribuan jilid, ataupun pengetahuan-pengetahuan berhubungan
dengan al-Qur'an yang tak terhingga jumlahnya itu. Tapi kalam Allah berupa al-Qur'an
dinyatakan sempurna turun apabila telah menjadi pembimbing, pengarah, pengatur,
pengontrol dan penggerak kehidupan manusia. Karena al-Qur'an diturunkan bukan hanya
untuk ditulis, dibukukan, dijabarkan pengetahuannya saja, tapi al-Qur'an harus meresap,
mencerap, menyatu dengan manusia dan bersemayam di qolbunya, di relung hati
terdalamnya, menyatu dengan alam sadar dan alam bawah sadarnya sehingga seluruh
kehidupannya menjadi qur'ani bukan hanya memenuhi aqalnya semata yang melahirkan
berbagai pengetahuan tentang seluk beluk al-Qur'an. Bukan berarti yang kedua ini tidak
penting, karena memang manusia memerlukan pengembangan pengetahuan untuk
keberlangsungan peradabannya. Namun jika yang kedua ini menjadi tujuan utama dengan
meninggalkan masksud diturunkannya al-Qur'an sebagai pengontrol dan penggerak
kehidupan manusia, maka tentu hal ini bertentangan dengan semangat dan tujuan utama
138
diturunkannya al-Qur'an, yang pada ahirnya akan menimbulkan permasalahan dengan
penganutnya sebagaimana yang dialami kaum muslimin saat ini. Mereka memang telah
melahirkan berbagai bentuk pengetahuan al-Qur'an, namun al-Qur'an yang harus
terlambang dalam manusia yang menjalani kehidupan nyata terabaikan. Kita banyak
menyaksikan kitab-kitab tentang al-Qur'an, tapi kemana kita akan mencari manusia-manusia
yang telah menyatu dengan al-Qur'an sebagaimana yang telah dilakukan para sahabat
terdahulu?
Maka jika kalam Allah berbentuk al-Qur'an itu hidup, memiliki roh, memiliki kekuatan,
maka jelas tempatnya bukan di aqal manusia, karena hal ini tidak berhubungan dengan
pengetahuan dan pengembangan peradaban manusia yang digerakkan oleh fungsi-fungsi
otak. Tapi al-Qur'an yang hidup ini tempatnya adalah di qolbu, sebagai sumber pengontrol
kehidupan manusia seperti yang diterangkan oleh sebuah hadits Nabi saw: "Pada jasad
manusia itu terdapat segumpal daging/darah. Apabila dia baik maka baiklah perbuatan
manusia, apabila ia rusak, maka rusaklah manusia, ia adalah qolbu". Roh al-Qur'an yang
hidup harus bersemayang di dalam qolbu, sehingga menjadi semacam piranti lunak
(software) yang akan menggerakkan manusia dalam menjalani kehidupannya. Jika al-Qur'an
menjadi piranti lunak dalam qolbu manusia, maka dijamin kehidupannya akan sesuai dengan
semangat al-Qur'an dan aqalnya pun dipergunakan untuk tujuan-tujuan agung. Namun jika
hanya aqalnya saja dipenuhi dengan al-Qur'an, sementara qolbunya digerakkan dengan
piranti lunak selain al-Qur'an, maka ia akan menjadikan al-Qur'an sebatas pengetahuan
belaka. Itulah sebabnya dijumpai seseorang yang menghafal al-Qur'an atau otaknya penuh
dengan al-Qur'an dan pengetahuan yang berhubungan dengannya, namun kadangkala
kehidupannya jauh dari semangat dan tujuan diturunkannya al-Qur'an.
Jika kita perhatikan dengan seksama fenomena yang terjadi pada diri Rasul saw, Umar
ra, Dlamat atau beberapa kasus yang dikemukakan terdahulu, maka jelaslah bahwa al-
Qur'an itu bukan hanya sekedar ditempatkan di aqal sebagai sebuah pengetahuan saja.
Namun kenyataannya al-Qur'an turun ke tempat yang lebih dalam, yaitu qolbu, tempat yang
paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Itulah sebabnya ketika Jibril as
139
memerintahkan Rasul untuk membaca, bukan hanya diajarkannya dengan kata-kata ayat-
ayat al-Qur'an yang diturunkan, namun Jibril as mendekap keras-keras Rasul saw,
menempelkan dadanya ke dada Rasul saw, dan tidak diragukan ayat-ayat yang dibawa Jibril
as merasuk ke dalam qalbu Rasul sehingga menimbulkan efek psikologis yang sangat kuat
sebagaimana digambarkan terdahulu. Hal itu terjadi juga pada diri Umar ra yang ketika
melihat dan membaca ayat-ayat al-Qur'an dalam lembaran kulit, dia mengalami perubahan,
emosi dan pertimbangan aqalnya terkalahkan oleh kekuatan al-Qur'an, sehingga ayat-ayat
yang dibacanya langsung meresap ke dalam qalbunya yang menimbulkan dampak
sepontanitas keinginannya untuk bertemu rasul saw dan menyatakan keislamannya.
Demikian pula halnya dengan beberapa fenomena yang telah dinyatakan terdahulu yang
meyakinkan bahwa al-Qur'an sebagai kalam Allah SWT memang hidup, memiliki roh, energi,
kekuatan atau sejenisnya yang akan merombak kehidupan manusia.
Nah, jika memang al-Qur'an itu hidup, memiliki roh, dimanakah dia saat ini? Apakah ia
bersama dengan mushaf al-Qur'an yang kita kenal selama ini? Jika al-Qur'an memang
hidup, bagaimana cara berinteraksi dengannya, memasukkan, meresapkan ke dalam diri
manusia sehingga menyatu dengannya? Selanjutnya di bagian-bagian buku ini akan
mencoba memberikan pengetahuan tentang esensi al-Qur'an, bukti tentang hidupnya al-
Qur'an melalui sumber-sumber al-Qur'an sendiri, didukung al-Sunnah, pendapat para ulama,
cendekiawan muslim ataupun dengan pengetahun-pengetahuan modern yang berkaitan
dengannya.
Bab 9
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk ciptaan yang sempurna dan mengagumkan, itulah
sebabnya Allah telah menjulukinya sebagai "sebaik-baik dan sesempurna-sempurna yang
telah diciptakan" di muka bumi ini. Bahkan ketika Allah Sang Pencipta mendapat kritikan dari
para malaikat dalam penciptakan manusia karena dikhawatirkan manusia akan menjadi
140
makhluk yang durhaka dan saling merusak satu sama lainnya, namun Allah Yang Maha
Kuasa telah menjawabnya dengan tegas, bahwa Dia lebih mengetahui tentang apa yang
akan diciptakan-Nya. Maka diciptakanlah manusia dengan segala karakteristik dan
problematika yang menyertainya. Dia telah menciptakan manusia dengan segala keunggulan
yang terdapat padanya, sehingga manusia layak menjadi Khalifah (wakil) Allah di muka
bumi. Karena dimandatkan menjadi wakil Allah di muka bumi, maka manusia diberi segala
keutamaan dan kesempurnaan dari seluruh makhluk berupa aqal, hati dan hawa nafsu
sebagai komponen penggerak manusia. Dengan keutamaan yang diberikan kepadanya,
jadilah manusia sebagai makhluk yang patut dihormati sehingga seluruh malaikat
diperintahkan sujud kepadanya.
Sepanjang sejarahnya, manusia selalu mendapat bimbingan Sang Pencipta agar
hidup dan kehidupannya sesuai dengan maksud dan tujuan diciptakannya. Silih berganti
Allah menurunkan utusan yang akan membimbing umat manusia menuju jalan keselamatan,
kebahagian dan kedamaian sebagaimana yang diperintahkan Sang Penciptanya. Para
utusan dengan penuh kesabaran dan ketabahan membimbing umat manusia menuju jalan
Allah, membimbing mereka menjadi hamba-hamba yang menjalankan perintah-Nya.
Bersama para nabi dan rasul itulah Allah menurunkan ajaran-ajaran agung dan mulia bahkan
diantaranya berupa kitab seperti Taurat, Zabur, Injil dan terakhir adalah al-Qur'an. Kitab-kitab
yang diturunkan telah membimbing mereka yang mengikutinya menuju kesempurnaan hidup
dibawah naungannya, namun kebanyakan manusia ingkar dan kufur kepada nikmat yang
telah diturunkan Allah kepadanya. Mereka mengikuti kehendak hawa nafsu sesatnya
mengikuti jalan-jalan lain yang pada akhirnya menjerumuskan mereka menuju lembah
kebinasaan.
Maka wajar apabila Sang Pencipta adalah Yang Paling Mengetahui segala yang
terbaik maupun terburuk untuk manusia dalam hidup dan kehidupannya di muka bumi
menurunkan panduan hidup sesuai dengan kebutuhan mereka. Siapakah yang lebih
mengetahui tentang keberadaan manusia daripada Yang telah menciptakan manusia itu
sendiri? Adakah yang lebih mengetahui daripada Allah Yang telah menciptakan manusia.
141
Walaupun manusia yang menganggap dirinya serba jenius, sepanjang sejarahnya mereka
tidak mampu mengetahui dengan pasti hakekat dirinya, bahkan di zaman modern seperti
sekarang inipun manusia masih sangat bodoh dengan dirinya sendiri. Itulah sebabnya
kehancuran demi kehancuran terjadi akibat kebodohan manusia dalam mengetahui hakekat
dirinya. Mereka telah menciptakan berbagai bentuk ajaran yang pada akhirnya menyesatkan
dan membingungkan mereka sendiri. Itulah yang terjadi pada masyarakat modern yang
sangat mengagungkan kelemahan manusia ini.
Manusia-manusia modern telah menganggap dirinya mengetahui segala hakekat
yang berkaitan dengan dirinya sehingga mereka menciptakan berbagai bentuk filsafat dan
perabadan dengan segala produknya untuk mempermudah kehidupannya. Mereka
menciptakan berbagai bentuk isme yang katanya akan mempermudah manusia menuju
kebenaran dan kebahagiaan. Namun kenyataannya manusia modern mendapatkan dirinya
tiba-tiba di lembah jurang kehancuran yang sangat mengerikan. Mereka ketakutan dan
cemas dengan penemuan-penemuan dan ciptaan mereka sendiri yang dapat memusnahkan
alam raya ini. Pencapaian-pencapaian material yang menjulang tinggi ternyata tidak mampu
memberikan jawaban pasti dan solusi kepada mereka yang telah menjadi pengabdi-
pengabdi pengetahuan dan teknologi yang mereka ciptakan sendiri. Kemajuan yang dicapai
telah mengantarkan mereka menuju kehampaan hidup, kehilangan jati diri akibat tersesat di
tengah-tengah belantara kemajuan yang senantiasa mendorong mereka menjadi hedonis,
agresif dan eksploitatif. Akhirnya dunia modern yang membanggakan materialisme telah
menyiapkan bom waktu untuk dirinya akibat kesesatan dan kebingungan mereka sendiri.
Maka tidak diragukan, bahwa manusia modern dengan segala perbendaharaan
pengetahuan mereka saat ini sangat membutuhkan sebuah panduan hidup yang akan
membimbing dan memimpinnya menuju kesempurnaan hidup untuk menggapai
kemenangan dan kesuksesan, yang bukan hanya di dunia ini saja, tapi juga dalam
kehidupan abadi setelah kematian kelak. Mereka membutuhkan sebuah kitab yang dapat
menyelesaikan secara pasti dan tuntas permasalahan-permasalahan utama yang tidak dapat
dijawab oleh kemajuan pengetahuan dan teknologi yang mereka kembangkan. Bahkan lebih
142
jauh mereka sangat memerlukan sebuah sarana yang akan menghubungkan mereka
dengan Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui, sebagaimana masyarakat jahiliyah
terdahulu yang membutuhkan bimbingan Tuhannya. Mereka membutuhkan sebuah kitab
yang tidak ada sedikitpun cacat dan keraguan padanya, yang telah berhasil mengantarkan
kemenangan dan kesuksesan pada sebuah bangsa kecil jahiliyah menjadi umat terbaik yang
menjadi mercusuar peradaban dunia.
Sungguh, umat manusia yang tersesat di belantara materialisme saat ini,
membutuhkan al-Qur'an !!!. Hanya al-Qur'anlah yang akan dapat mengantarkan mereka
menuju kemenangan dan kesuksesan sejati, sebagaimana di-idam-idamkan oleh seluruh
umat manusia.
Sesungguhnya al-Qur'an adalah kitab yang diturunkan dari Allah Sang Pencipta,
Yang Maha Mengetahui tentang penciptaan manusia beserta karakteristik dan tugasnya di
muka bumi. Tidak ada keraguan sedikitpun padanya, karena diturunkan oleh Yang Maha
Mutlak Kebenarannya. Al-Qur'an akan membimbing para pengikutnya menuju jalan lurus,
jalan keselamatan dunia dan akhirat. Demikian pula al-Qur'an terbukti telah mampu
melahirkan masyarakat utama, yang keutamaan dan kesempurnaannya tidak akan
tertandingi sepanjuang sejarah umat manusia. Al-Qur'an dengan segala kesempurnaan dan
keunggulannya telah berhasil mencetak manusia-manusia agung yang terhimpun dalam
masyarakat idial yang memberikan rahmat kepada seluruh alam. Rasulullah dan para
Sahabatnya telah menjadi masyarakat percontohan sepanjang masa karena mereka telah
menjadikan al-Qur'an sebagai pedoman hidup mereka. Masyarakat yang telah dibina al-
Qur'an terbukti telah menjadi mercusuar peradaban dan menjadi penggerak keagungan dan
pencapaian manusia sepanjang masa.
Maka tidak diragukan, masyarakat modern yang penuh dengan kejahiliyahan dan
kesesatan ini sangat memerlukan al-Qur'an, agar apa yang mereka capai benar-benar
menjadi bermakna dalam kehidupannya. Al-Qur'an akan membimbing dan memimpin
masyarakat modern dengan segala pencapaian materialnya menuju kehidupan yang agung
dan sempurna. Al-Qur'an akan memberikan jawaban terhadap segala bentuk problematika
143
yang dihadapi manusia dengan pendekatannya yang khas dan unik. Hanya al-Qur'anlah
yang mampu mengobati segala bentuk penyakit kronis yang diderita manusia modern saat
ini, karena al-Qur'an akan mengobati hati dan fikiran mereka yang sakit akibat terlalu
mengikuti kehendak jahat hawa nafsu mereka. Al-Qur'an akan mengarahkan masyarakat
modern menjadi masyarakat berperadaban tinggi, menyempurnakan penemuan dan
penciptaan mereka saat ini yang bersifat material, menjadi masyarakat berperadaban yang
menjadikan kekuatan spiritual sebagai fondasi mereka. Inilah yang dikehendaki al-Qur'an.
Demikian halnya dengan kaum Muslimin, untuk menjadi manusia yang menang dan
sukses, yang maju dan berperadaban, mereka harus berpegang teguh kepada al-Qur'an,
menjalankan perintah dan menjauhi semua larangannya. Meninggalkan al-Qur'an atau
berpaling darinya akan menjadikan mereka sebagai masyarakat yang terbelakang dengan
segala kesesatan yang menyertainya. Maka tidak diragukan bahwa al-Qur'an akan
mengantarkan seorang Muslim menjadi masyarakat utama dengan segala keagungannya
sebagaimana yang telah dicapai oleh generasi pertama Islam terdahulu. Al-Qur'an akan
senantiasa mendorong mereka menjadi manusia-manusia yang senantiasa mencintai
kemajuan dan pengembangan peradaban untuk menciptakan kemudahan dan kebahagian
umat manusia. Bahkan al-Qur'an dengan segala kemukjizatan dan keutamaan yang
terkandung didalamnya, akan menjadikan kaum Muslimin, terutama yang berpegang teguh
pada ajaran al-Qur'an, sebagai pemimpin-pemimpin umat manusia yang sedang mengalami
kebingungan dan kesesatan saat ini. Karena pada hakekatnya mereka sangat membutuhkan
al-Qur'an yang akan menjadikan mereka sebagai manusia dan masyarakat modern dalam
arti yang sebenarnya.
Hanya al-Qur'anlah yang akan menjadikan kaum Muslimin sebagai manusia dan
masyarakat yang berperadaban, yang modern, berharkat dan bermartabat. Itulah sebabnya
al-Qur'an harus mereka fahami dengan benar, kemudian dilaksanakan dalam kehidupan
nyata sehingga terlambang dalam kehidupan, dan mereka menjadi al-Qur'an yang hidup dan
berjalan. Hanya dengan al-Qur'anlah manusia dapat menggapai kemenangan dan
kesuksesan, baik di dunia maupun akhirat kelak.
144
Sesungguhnya al-Qur'an ini akan memberikan petunjuk kepada jalan yang paling
lurus………..
145