BENTUK LAPISAN BATUBARA Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi. Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Potensi batubara Indonesia masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan lagi dengan memberikan prioritas yang lebih besar pada pengembangan dan pemanfaatannya untuk meningkatkan peranan batubara. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi. Di Indonesia produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta ton. Sekitar 33 juta ton dieksport dan sisanya sebesar 11
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BENTUK LAPISAN BATUBARA
Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi
lingkungan pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai
pengaruh-pengaruh synsedimentary dan post-sedimentary. Akibat pengaruh-
pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat (rank) dan
kerumitan struktur yang bervariasi.
Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk
melalui proses pembatubaraan. Potensi batubara Indonesia masih
memungkinkan untuk lebih ditingkatkan lagi dengan memberikan prioritas
yang lebih besar pada pengembangan dan pemanfaatannya untuk
meningkatkan peranan batubara.
Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di
cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk
Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara
ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen
atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau
sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu
geologi.
Di Indonesia produksi batubara pada tahun 1995 mencapai sebesar 44 juta
ton. Sekitar 33 juta ton dieksport dan sisanya sebesar 11 juta ton untuk
konsumsi dalam negeri. Dari jumlah 11 juta ton tersebut 60 % atau sekitar
6.5 juta ton digunakan untuk pembangkit listrik, 30 % untuk industri semen
dan sisanya digunakan untuk rumah tangga dan industri kecil.
Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis
tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah
sebagai berikut:
•Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal.
Hasil endapan batubara dari periode ini sangat sedikit.
•Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari
alga. Sedikit endapan batubara dari periode ini.
•Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama
pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tumbuh-
tumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh
di iklim hangat.
•Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti
gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian
seperti di Australia, India dan Afrika.
•Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang
dapat terawetkan.
Potensi batubara di Indonsia masih memungkinkan untuk lebih ditingkatkan
lagi dengan memberikan prioritas yang lebih besar pada pengembangan dan
pemanfaatannya untuk meningkatkan peranan batubara menjelang tinggal
landas pada awal Pelita VI. Salah satu dukungan yang disarankan adalah
pemantapan perencanaan dan pelaksanaan produksi secara terpadu,
sehingga kapasitas produksi selalu dapat memenuhi peningkatan
permintaan batubara baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan
waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah pengaruh
fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Untuk memahami bagaimana
batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui di mana batubara
terbentuk dan factor-faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk
lapisan batubara.
Pembentukan Batubara
Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari
cellulose. Proses pembentukan batubara atau coalification yang dibantu oleh
factor fisika, kimia alam akan mengubah cellulosa menjadi lignit,
subbitumine dan antrasite. Gas-gas yang terbentuk selama proses
pembentukan batubara akan masuk ke dalam celah-celah vein batulempung
dan ini sangat berbahaya. Gas metan yang sudah terakumulasi di dalan
celah vein, terlebih-lebih apabila terjadi kenaikan temperature, karena tidak
dapat keluar, sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi kebakaran. Oleh
karena itu, mengatahui bentuk deposit batubara dapat menentukan cara
penambangan yang akan dipilih dan juga meningkatkan keselamatan kerja.
Tempat Terbentuknya Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat
proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena
itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses
yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan
pembatubaraan (coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman
geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan
lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan
panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan
menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam.
Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan
lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).
Gambar 1. Proses Terbentuknya Batubara
Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon
(Carboniferous Period) --dikenal sebagai zaman batu bara pertama-- yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari
setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama
waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses
awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang
selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu
bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan jenis
maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama
jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara
muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi
dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan
warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau
antrasit (anthracite).
Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin
tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit. Dalam proses
pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan