Top Banner
BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Pasal 23 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak) SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGAIMANA PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR SARJANA STARATA SATU (S1) HUKUM ISLAM OLEH EKA ZEZEN HELAYANI NIM : 09370049 PEMBIMBING : DR. OCKTOBERRINSYAH, M.AG. JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013
61

BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

Jan 15, 2017

Download

Documents

doankiet
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN

1997 TENTANG PENGADILAN ANAK PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi Pasal 23 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak)

SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGAIMANA PERSYARATAN MEMPEROLEH GELAR

SARJANA STARATA SATU (S1) HUKUM ISLAM

OLEH

EKA ZEZEN HELAYANI

NIM : 09370049

PEMBIMBING :

DR. OCKTOBERRINSYAH, M.AG.

JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

ii

Abstrak

Lahirnya Undang-Undang tentang Pengadilan Anak yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 merupakan salah satu pengembangan atau pembaharuan dalam sistem pemidanaan anak di Indonesia. Tujuan dikeluarkannya undang-undang tersebut antara lain memberikan perlindungan bagi masa depan anak demi tercapainya kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Salah satu pasal yang mengatur ketentuan tersebut adalah pasal 23 No. 23 Tahun 1997 yang menjelaskan tentang ancaman pidana dan sanksi tindakan.

Penerapan pasal untuk anak yang melakukan tindak pidana bukan bukan sebagai pembalasan hukuman, akan tetapi untuk melindungi masa depan anak. Salah satu hak asasi anak adalah jaminan memperoleh perlindungan hukum yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Jaminan perlindungan hak asasi tersebut sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan tujuan negara sebagaimana diatur dalam UUD 1945. Perlindungan anak tersebut bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan martabat dan harkat kemanusiaan, serta demi terwujudnya anak Indonesia yang berakhlaqul karimah, berkualitas, dan bermoral.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research).Dilakukan dengan mengkaji bahan-bahan pustaka seperti buku, jurnal, skripsi, surat kabar dan sumber pustaka lain yang relevan dan merujuk pada permasalahan penelitian. Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analistik, yang berupa menafsirkan kandungan pasal 23 UU No 3 tahun 1997 yang ternyata terdapat beberapa kelemahan substansial dan implementatif menyangkut hak-hak anak.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah normatif-yurisdis, yang dilakukan dengan melihat Undang-Undang dan ketentuan yang terdapat dalam hukum Islam. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan beberapa sumber data, baik sumber primer maupun sekunder. Analisa dilakukan dengan metode content analysis (analisa isi) dengan melakukan penganalisaan kandungan pasal 23 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak perspektif hukum Islam

Penelitian ini memberikan penjelasan bahwa ancaman pidana yang diberlakukan dalam pasal 23 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 menurut perspektif Islam termasuk hukuman ta’zir. Penjatuhan hukuman ta’zir lebih menitikberatkan dalam tujuan untuk pencegahan dan pendidikan. Namun demikian, bentuk pemidanaan berupa hukuman penjara dan kurungan sudah tidak sesuai dengan dinamika perkembangan zaman karena pada kenyataanya penjara dan kurungan memberikan dampak negatif dan mengancam hak serta jaminan kesejahteraan anak. Oleh karena itu, ancaman pidana pokok berupa penjara dan kurungan yang diberlakukan pada anak dalam pasal 23 tidak sesuai lagi dengan tujuan pemidanaan hukum Islam dan tujuan penerapan hukuman takzir sehingga memerlukan pembaharuan kembali agar penerapan hukumannya berdasarkan pertimbangan al-istiadah anak untuk mewujudkan maslahah.

Page 3: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

(J Universtitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM- -IRO

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI

Dr. OCKTOBERRINSY AH. M. Ag Dosen Fakultas Syari' ah dan Hukum UINSunan Kalijaga Yogyakarta

Nota Dinas Hal : Skripsi Saudari Eka Zezen Helayani Lamp : Satu Eksemplar

Kepada Ytb. Dekan Fakultas Syari'ab dan Hukom UIN Sunan KaUjaga D.l. Y ogyakarta

Assalamu 'alaikum Wr. Wb Setelah membaca, meneliti, mengoreksi serta menyarankan

perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara: Nama : Eka Zezen Helayani NIM : 09370049 Judul Skripsi : Betltuk-Bentuk Pemidanaan Anak dalam UU

No.3 Tabon 1997 Perspektif Hukum Islam (Studi Pasal 23 UU No.3 Tabun 1997 tentang Pengadilan Anak)

Sudah dapat diajukan ke depan sidang munaqasah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dengan ini kami berharap agar skripsi saudara terse but di atas dapat dimunaqasahkan. Atas perhatiaannya ka~i ucapkan terima kasih Wassalamu 'alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 14 Rajab 1434

Pembimbing

f) Dr. Ocktoberrinsyah. M. Ag NIP: 19681020 199803 1 002

Page 4: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

KEMENTERlAN AGAMA UNIVERSIT AS ISLAM NEGERl SUNAN KALlJAGA

FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM JURUSAN JINA YAH SLYASAH

]1. Marsda Adisudpto TelpjFax. (0274) 512840 YOGYAKARTA 55281

PENGESAHAN SKRIPSI Nomor: UIN.02IDSHlPP.OO.91101 .CI2013

SkripsilTugas Akhir dengan judul : Bentu-Bentuk Pemidanaan Anak Dalam UU No 3 Tahun 1997 Perspektif Hukum Islam ( Studi Pasal 23 UU No 3 Tahun 1997 Tetang Pengadilan Anak)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama Eka Zezen He1ayani NIM 09370043 Telah dimunaqasyahkan pada 26 Jun i 2013 dengan nilai 90/ A-

Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Syari 'ah dan Hukum UIN Sunan KatUaga

SIDANG DEWAN MUNAQASYAH:

Penguji I Ketua Sidang,

Dr. Ocktoberrinsyah, M.Ag. NIP. 19681020 199803 1 002

Y ogyakarta,26 Jun i 2013

IV

Page 5: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

-a:.~ !.t~ '''~•.:·11

diG Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-OS-06 / RO

SURAT PERNYATAAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : t ka leIen NIM : o~ teo "1CJ Jurusan: Jinayah Siyasah

Fakultas: Syari'ah dan Hukum

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau laporan

penelitian yang saya lakukan sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya orang lain. Kecuali yang

secara tertulis diacu dalam penelitian ini dan disebutkan dalam acuan daftar pustaka.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, .?-:! ....Jqn.I.. )O\ j

Page 6: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada

Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

ز

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

Alîf

Bâ’

Tâ’

Sâ’

Jîm

Hâ’

Khâ’

Dâl

Zâl

Râ’

zai

sin

syin

sâd

dâd

tâ’

zâ’

‘ain

gain

fâ’

qâf

kâf

tidak dilambangkan

b

t

ś

j

kh

d

ż

r

z

s

sy

g

f

q

k

tidak dilambangkan

be

te

es (dengan titik di atas)

je

ha (dengan titik di bawah)

ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas)

er

zet

es

es dan ye

es (dengan titik di bawah)

de (dengan titik di bawah)

te (dengan titik di bawah)

zet (dengan titik di bawah)

koma terbalik di atas

ge

ef

qi

ka

Page 7: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

ق

ك

ل

م

ن

و

هـ

ء

ي

lâm

mîm

nûn

wâwû

hâ’

hamzah

yâ’

l

m

n

w

h

Y

`el

`em

`en

w

ha

apostrof

ye

B. Konsonan rangkap karena syaddah ditulis rangkap

دة #"ّ!�

%ّ�ة

ditulis

ditulis

Muta‘addidah

‘iddah

C. Ta’ marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h

&'()

'*%

ditulis

ditulis

Hikmah

‘illah

(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam

bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal

aslinya).

2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis

dengan h.

’ditulis Karâmah al-auliyâ ا0و/.-ء آ+ا#'

3. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t

atau h.

Page 8: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

ditulis Zakâh al-fiţri ا/12+ زآ-ة

D. Vokal pendek

__َ_

4!5

__ِ_

ذآ+

__ُ_

:9ه8

fathah

kasrah

dammah

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

A

fa’ala

i

żukira

u

yażhabu

E. Vokal panjang

1

2

3

4

Fathah + alif

;-ه*.'

fathah + ya’ mati

<=>?

kasrah + ya’ mati

آـ+:@

dammah + wawu mati

5+وض

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

â

jâhiliyyah

â

tansâ

î

karîm

û

furûd

F. Vokal rangkap

1

2

Fathah + ya’ mati

@)>.A

fathah + wawu mati

BCل

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

ai

bainakum

au

qaul

G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

Page 9: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

@"Dأأ

أ%�ت

FG/ @?+)H

ditulis

ditulis

ditulis

A’antum

U‘iddat

La’in syakartum

H. Kata sandang alif + lam

1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.

ا/I+Jن

/J.-سا

ditulis

ditulis

Al-Qur’ân

Al-Qiyâs

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang

mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.

ا/=)Kء

L(M/ا

ditulis

ditulis

As-Samâ’

Asy-Syams

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat

Ditulis menurut penulisannya.

ا/2+وض ذوي

ا/=<' أه4

Ditulis

Ditulis

Żawî al-furûd

Ahl as-Sunnah

Page 10: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

PERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHANPERSEMBAHAN

Karya kecil ini didedikasikan kepada:Karya kecil ini didedikasikan kepada:Karya kecil ini didedikasikan kepada:Karya kecil ini didedikasikan kepada:

Ibuku Asih Sri PurwantiIbuku Asih Sri PurwantiIbuku Asih Sri PurwantiIbuku Asih Sri Purwanti

My dear mother, I will always be devoted to youMy dear mother, I will always be devoted to youMy dear mother, I will always be devoted to youMy dear mother, I will always be devoted to you

Bapak RubaniBapak RubaniBapak RubaniBapak Rubani

May God always give you the powerMay God always give you the powerMay God always give you the powerMay God always give you the power

Ayahku Amsim Rangga PermanaAyahku Amsim Rangga PermanaAyahku Amsim Rangga PermanaAyahku Amsim Rangga Permana

I will always be waiting for you in my longings and strugglesI will always be waiting for you in my longings and strugglesI will always be waiting for you in my longings and strugglesI will always be waiting for you in my longings and struggles

Deddi WahyudiDeddi WahyudiDeddi WahyudiDeddi Wahyudi

Do not ever stop steps to pursue a dream in the spirit that we createDo not ever stop steps to pursue a dream in the spirit that we createDo not ever stop steps to pursue a dream in the spirit that we createDo not ever stop steps to pursue a dream in the spirit that we create

Seluruh pengajar dan mahasiswa/i Fakultas Syri’aSeluruh pengajar dan mahasiswa/i Fakultas Syri’aSeluruh pengajar dan mahasiswa/i Fakultas Syri’aSeluruh pengajar dan mahasiswa/i Fakultas Syri’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga h dan Hukum UIN Sunan Kalijaga h dan Hukum UIN Sunan Kalijaga h dan Hukum UIN Sunan Kalijaga

YogyakartaYogyakartaYogyakartaYogyakarta

Page 11: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

MOTTO

• I have learned silence from the talkative, toleration from

the intolerant and kindness from the unkind.

• You see things that are and say WHY?

But I dream things that never were and say WHY NOT!!!

Life stars here…………..

Page 12: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

KATA PENGANTAR

ا��� ا��� ا� ���

�� � ود�� ����ى ر��� أر�� ا�ي � ا � ا��� � ! ��� .آ � ا

��ا أن وأ#�� .� %#�& و��� ا� ا% ا� % أن أ#��' ��(! � .ور��

�� ,أ,�+�� و( )� أ� و! � ' �� *� ��� ! � و� � (� ا

�+� أ'�

Kami memuji-Mu, duhai Dzat Yang memang telah terpuji sebelum dipuji

oleh para pemuji. Kami mengharapkan ampunan-MU, duhai Dzat Yang ampunan-

Nya diharapkan oleh para pendosa. Kami memohon perlindungan-Mu, duhai Dzat

Yang menjadi tempat perlindungan orang-orang yang takut. Puji syukur untuk-

Mu, wahai Tuhan, atas limpahan karunia-Mu yang begitu besar dan curahan

anugerah-Mu yang tiada terkira. Ya Allah, sampaikan shalawat dan salam kepada

hamba dan rasul-Mu yang mulia, Muhammad Ibnu Abdullah, sang revolusioner

sejati yang syafa’atnya senantiasa kami nanti.

Beribu Syukur rasanya tak mampu mewakili rahmat dan petunjuk yang

telah Allah SWT berikan kepada penyusun atas terselesaikannya penyusunan

skripsi ini. Sebagai manusia biasa, tentunya penyusun tidak luput dari kesalahan

dan kekurangan. Penyusun menyadari hal tersebut seraya memohon kepada Allah

SWT, bahwa tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan-Nya, terutama

dalam penyusunan skripsi dengan judul: “BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN

ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN 1997 PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (

Studi Pasal 23 UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak)” yang

merupakan petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT yang diberikan kepada

penyusun.

Page 13: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

Selanjutnya, penyusun sadari skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dengan setulus

hati penyusun sampaikan kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu atas

terselesaikannya laporan ini. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’arie, M.A., selaku rektor Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D., selaku dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Bapak Dr. H. M. Nur, S.Ag., M.Ag. dan Bapak Subaidi Qomar, S.Ag.,

M.Si. selaku ketua dan sekretaris jurusan sekaligus sebagai pembimbing

akademik yang akan selalu penulis hormati.

4. Bapak Dr. Ocktoberrinsyah, M.Ag. selaku pembimbing yang dengan

ikhlas dan sabar mencurahkan waktu dan perhatianya untuk membimbing

dan mengarahkan penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan pengajar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan ilmu yang barokah dengan

sabar dan penuh keikhlasan.

6. Seluruh pegawai Tata Usaha Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta, khususnya kepada bapak R. Sunaryo, S.Hi. Yang

telah dengan ikhlas turut memberikan dan mencurahkan waktu dan

ilmunya demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan pendidikan

akademik.

Page 14: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

7. Yang teristimewa untuk ayah Amsim Rangga Permana yang selalu ada

dalam kerinduan dan penantian, untuk ibunda tercinta Asih Sri Purwanti

yang senantiasa memberikan segalanya yang terbaik, serta Bapak Rubani

yang menjadi sosok pelindung bagi kami dalam setiap langkah.

8. Yang teristimewa dan sepenuhnya untuk Deddi Wahyudi yang telah

memberikan semangat, kasih sayang, do’a, nasihat, nilai-nilai kehidupan

motivator dan inspirator besar dalam langkah hidup penyusun.

9. Untuk Kedua adik yang selalu penyusun sayangi, (Fitri: Belajarlah

menghargai arti hidup, memaknai arti kesederhanaan, menjadi pribadi

yang lembut dan taat terhadap Agama; Rizka: Semoga tumbuh menjadi

wanita sholekhah, cerdas, taat, dan selalu ikhlas dalam menghadapi cobaan

), untuk uti dan akong yang sangat penyusun hormati juga sayangi,

semoga Allah selalu memberikan perlindungan.

10. Untuk keluarga besar Bapak Sadiono dan Ibu Sumarah, Mbak Tari, Mbak

U’ut, Mas Nano, Mas Itong, Mas Slamet, Mas Azis, Mbak Tatik yang

telah memberikan dukungan dan motivasi penuh dalam semua bidang.

Spesial untuk keponakan-keponakan baru Salwa, Aswan, Panji, Fadil,

Zaqi, Nehan, Diah, Dava yang lucu-lucu.

11. Sahabat pena tercinta, (Fida, Sari, Lia, Tri, Eni, Lela, Rahman, Ismail,

Sutiknyo, dan semuanya), tetap semangat, bersama-sama mengejar

matahari, menjadi laskar pelangi dalam kesederhanaan, go...go....go...girl

power!.

Page 15: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

12. Teman-teman terkasih, (Dede Tika, Mbak Tia, Bulek siti,dan semuanya),

jangan berhenti untuk bermimpi dan terus berusaha menjadi teladan yang

baik.

13. Teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Tiada suatu hal apapun yang sempurna yang diciptakan seorang hamba

karena kesempurnaan itu hanyalah milik-Nya. Dengan rendah hati penyusun

menyadari betul keterbatasan pengetahuan serta pengalaman berdampak pada

ketidak sempurnaan skripsi ini. Akhirnya harapan penyusun semoga skripsi ini

menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya rabbal ’alamin.

Yogyakarta, 11 Sya’ban 1434 H

17 Juni 2013

Eka Zezen Helayani NIM 09370049

Page 16: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN ABSTRAKSI ........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................. v

HALAMAN MOTTO .............................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................... viii

HALAMAN KATA PENGANTAR .........................................................

HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 9

D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 9

E. Telaah Pustaka ................................................................................ 10

F. Kerangka Teoretik .......................................................................... 14

G. Metode Penelitian ........................................................................... 17

H. Sitematika Pembahasan .................................................................. 20

BAB II: PEMIDANAAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Konsep Anak dalam Hukum Islam ................................................... 49

B. Hak Asasi dan Perlindungan Anak dalam Hukum Islam .................. 56

C. Konsep Pemidanaan dalam Islam ..................................................... 68

D. Tujuan Pemidanaan restoratif (al-isti’adah) dalam Hukum Islam ..... 70

E. Bentuk Penjatuhan Sanksi Pidana pada Anak dalam

Hukum Islam ................................................................................... 74

Page 17: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

BAB III: TINJAUAN PEMIDANAAN ANAK PASAL 23 NOMOR 3

TAHUN 1997

A. Sejarah lahirnya UU Nomor 3 Tahun 1997 ...................................... 22

B. Pengertian Anak dalam UU Nomor 3 Tahun 1997 ........................... 26

C. Tujuan Pemidanaan Anak dalam UU Nomor 3 Tahun 1997 ............. 32

D. Sistem Pemidanaan dalam Pasal 23 Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1997 ....................................................................... 35

E. Jenis Pidana dan Tindakan Hukum bagi Anak Nakal ...................... 38

F. Kelemahan Substantif dan Implementatif Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1997 ...................................................................... 44

BAB IV: PANDANGAN HUKUM ISLAM TENTANG PEMIDANAAN

ANAK DALAM PASAL 23 UNDANG-UNDANG NOMOR 3

TAHUN 1997

A. Analisis Batas Usia Diberlakukannya Sanksi Pidana Anak

dalam Hukum Islam ......................................................................... 78

B. Analisis Pertanggungjawaban Pidana Anak dalam Hukum Islam ..... 86

C. Analisis Kesesuaian Bentuk Pemidanaan Anak dalam Pasal 23

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Perspektif Hukum Islam ..... 92

D. Analisis Konsep Keadilan Restoratif bagi Anak Nakal

Perspektif Hukum Pidana Islam ...................................................... 100

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 111

B. Saran-Saran .................................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 115

Page 18: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

CURRICULUM VITAE ...........................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................

A. Terjemahan

B. Biografi Tokoh

Page 19: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, tindakan kejahatan dan kriminalitas kian hari mengalami

peningkatan cukup signifikan. Peningkatan aktifitas kriminal dalam berbagai

bentuk dan modusnya merupakan problem akut yang bisa mengancam stabilitas

dan keamanan masyarakat secara keseluruhan. Perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi ternyata membawa dampak negatif yang dapat mengancam krisis

moral masyarakat yang berpotensi meningkatkan jumlah orang melawan hukum

pidana dengan berbagai modus yang berbeda-beda pula.1

Tindakan kriminalitas telah menjadi bagian dari ancaman keamanan yang

dapat mengganggu stabilitas sebuah bangsa. Ancaman kriminalitas seolah tidak

henti-hentinya terjadi dalam situasi bangsa yang hendak membangun kehidupan

damai tanpa kekerasan dan tindakan kriminal yang berujung pada jatuhnya korban

jiwa. Kejahatan yang terjadi di Indonesia, boleh dibilang cukup beragam dan

dengan motif yang berbeda pula, mulai seorang guru mencabuli anak didiknya,

seorang ayah memperkosa anak kandungnya, seorang suami membunuh isterinya,

anak membunuh ibu kandungnya, dan bentuk-bentuk kejahatan lain yang

mungkin sangat banyak jumlahnya.

Kondisi ini sangat memprihatinkan, karena banyak anak-anak yang harus

berhadapan dengan proses peradilan. Keberadaan anak-anak dalam tempat

1 Herman Mannhein, Criminal Justice and Social Recontruction, (London: Routledge dan

Kegan Paul, 1946), hlm. 5.

Page 20: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

2

penahanan dan pemenjaraan bersama orang-orang yang lebih dewasa

mengakibatkan anak-anak berada dalam situasi rawan menjadi korban berbagai

tindak kekerasan. Anak-anak dalam kondisi demikian disebut dengan anak yang

berkonflik dengan hukum (children in conflict with the law), yang disebut dengan

delinkuen.2

Masalah hukum yang menimpa anak, seharusnya menjadi perhatian para

orangtua dan lembaga sekolah yang setiap waktu mengetahui segala perilaku yang

dianggap menyimpang dan bisa menimbulkan bagi dirinya dan masyarakat secara

keseluruhan. Kurangnya perhatian, kasih sayang, bimbingan, dan pembinaan

orangtua merupakan salah satu diantara penyebab kenakalan anak dan memicu

terjadinya tindakan kehajatan atau kriminalitas yang mengharuskan seorang

berhadapan dengan tuntutan hukum. Faktor kemiskinan, pendidikan yang rendah,

kehidupan keluarga yang berantakan, maupun lingkungan pergaulan.

Kaitannya dengan anak nakal atau perilaku yang menyebabkan tindak

kejahatan, dijelaskan bahwa anak adalah bagian dari generasi muda yang

merupakan penerus perjuangan bangsa. Dalam rangka mewujudkan sumberdaya

manusia yang berkualitas dan mampu menjamin serta memelihara kesatuan dan

persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

2 Istilah delinkuen berasal dari delinquency, yang diartikan dengan kenakalan anak,

kenakalan remaja, dan kenakalan pemuda. Kata delinkuen atau delinquency memiliki akar kata yang sama dengan juvenile, karena delinquency berkaitan dengan anak, sementara kata delinquent act diartikan sebagai perbuatan yang melanggar norma dasar dari tatanan masyarakat. Perbuatan tersebut apabila dilakukan oleh kelompok anak-anak bisa disebut dengan delinquency. Lihat Richard A. Cloword and Lloyd E. Ohlin, Delinquency and Opportunity Theory of Delinquest Gangs, (New York: The Free Press, 1960), hlm. 3. Intinya, delinquency mengacu pada pelanggaran terhadap aturan atau norma yang dibuat kelompok sosial masyarakat, bukan hanya hukum negara semata. Lihat Peter C. Kratcoski and D. Kratcoski, Juvenile Delinquency, (New Jersey: Prentice Hall, 1979), hlm. 2.

Page 21: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

3

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945, maka diperlukan pembinaan

secara terus menerus demi kelangsungan hidup bagi pertumbuhan dan

perkembangan fisik, mental, dan sosial, serta perlindungan dari segala

kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa depan.3

Perilaku anak yang cenderung menyimpang dan melakukan tindakan

kejahatan seperti layaknya orang yang sudah dewasa, sudah seharusnya

mendapatkan bimbingan dan pengawasan ketat dari orangtua dan masyarakat

secara umum. Usia anak-anak sejatinya membutuhkan pengayoman dalam upaya

pemantapan landasan hukum dan memberikan perlindungan secara adil kepada

anak-anak Indonesia yang mempunyai sifat dan perilaku yang menyimpang,

karena mereka adalah tunas-tunas bangsa yang masih diharapkan berkelakuan

baik dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. Oleh

karena itu, anak harus dilindungi dan diayomi oleh orang lain dalam melindungi

dirinya sendiri, khususnya ketika anak menghadapi tuntutan hukum dan peradilan

pidana yang membelitnya.4

Dalam setiap persidangan yang melibatkan anak sebagai terdakwa,

perlakuan hukum sudah selayaknya mendapatkan perhatian serius dan menjadi

pertimbangan bagi para hakim untuk mengambil sebuah keputusan yang

mengharuskan seorang anak harus dipidana. Bagaimana pun, anak adalah tunas-

tunas bangsa yang masih punya harapan untuk bisa bertanggung jawab terhadap

dirinya sendiri dan masyarakat secara luas. Maka penting pembedaan dalam

3 Darwan Prints, Hukum Anak Indonesia, (Bandung: PT: Citra Aditya Bakti, 1997), hl;m.

161. 4 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Anak di

Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 2.

Page 22: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

4

perlakuan hukum terhadap anak yang terlibat kasus kriminalitas sebagai bentuk

restorasi keadilan bagi anak yang belum dianggap dewasa. Pembedaan perlakuan

dan ancaman yang diatur dalam Undang-Undang, dimaksudkan untuk

memberikan kesempatan kepada anak agar setelah melalui proses pembinaan bisa

menjadi pribadi atau generasi yang lebih baik, berguna bagi nusa, bangsa, dan

agama.5

Dalam rangka menghadapi dan menanggulangi perbuatan kriminalitas

yang dilakukan anak nakal, maka lahirlah Undang-Undang Republik Indonesia

No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak. Dalam Undang-Undang tersebut telah

diatur hukuman dan ancaman pidana serta tindakan yang diberlakukan khusus

bagi anak yang belum cukup dewasa dan masih membutuhkan bimbingan,

perhatian, dan kasih sayang dari orangtuanya. Misalnya, dalam Pasal 23 ayat (3)

terhadap anak nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan berupa perampasan

barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi.

Sementara penanganan kasus delikuensi anak dalam jumlahnya yang

beragam, diperlukan tindakan dari negara selaku penegak hukum. Tindakan

tersebut telah terakomodir dengan diundangkannya peraturan pemidanaan anak

dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997.6 Setelah lahirnya Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1997 terdapat perbedaan penanganan kasus kejahatan yang telah

dilakukan oleh anak yang melakukan tindak pidana (deliquen child), semisal

sidang anak dilakukan secara tertutup, penyidik yang ditugaskan adalah penyidik

5 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 29.

6 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 9.

Page 23: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

5

khusus, ditempatkan di ruang khusus, kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial harus

lebih diperhatikan.

Berlakunya UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak antara lain

telah menetapkan apa yang dimaksud anak. Undang-Undang itu berlaku lex

specialis terhadap KUHP, khususnya berkaitan dengan tindak pidana yang

dilakukan oleh anak. Menurut UU Pengadilan Anak terhadap anak nakal dapat

dijatuhkan pidana yaitu pidana pokok dan pidana tambahan atau tindakan. Dalam

Pasal 23 ayat (2) UU Pengadilan Anak beberapa pidana pokok yang dapat

dijatuhkan terhadap anak nakal, yaitu pidana penjara, pidana kurungan, pidana

denda atau pidana pengawasan.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 merupakan bentuk upaya

idealis dan dinamis ketika Undang-Undang tersebut disahkan. Undang-Undang ini

tentu saja lahir dalam upayanya menyelamatkan hak-hak anak di Indonesia. Akan

tetapi, lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan anak

ini tidak berarti telah menyelesaikan kasus anak yang berhadapan dengan hukum

secara tuntas. Misalnya, jaksa dalam menangani kasus anak masih memberikan

tuntutan pidana bukan tindakan. Akibatnya, dalam persidangan hakim khusus

yang diharapkan memberikan keadilan kepada anak tetap saja memberikan hukum

penjara, dibandingkan dengan tindakan atau mengembalikan kepada orangtua dan

melakukan pembinaan secara khusus.7 Undang-Undang ini masih terdapat banyak

kelemahan, diantaranya memberikan peran aktif dan dominan kepada hakim

dalam memutuskan kasus perkara anak, tidak memuat konsep diversi yang lebih

7 Ibid, hlm. 12.

Page 24: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

6

mengutamakan nilai kemusyawaratan untuk memfokuskan pada perbaikan

kerugian korban, pelaku, maupun anggota masyarakat.

Berkaitan dengan pemidanaan anak dalam Pasal 23 No. 23 Tahun 1997,

peneliti mencoba menafsirkan kembali tujuan diberlakukannya peradilan hukum

bagi anak yang melakukan tindakan kejahatan atau kriminalitas, yang

mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Pasal 23 No. 23 Tahun 1997 tentang

peradilan anak tidak hanya penting bila ditinjau dari hukum positif, tetapi juga

perlu dicermati dalam pespektif hukum Islam. Penerapan pasal untuk anak yang

melakukan tindak pidana memang bertujuan untuk melindungi masa depan anak

agar tetap memperoleh rasa keadilan walaupun secara sah dan meyakinkan

menimbulkan kerugian bagi orang lain.8

Salah satu hak asasi anak adalah jaminan memperoleh perlindungan

hukum yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan. Jaminan

perlindungan hak asasi tersebut sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan tujuan

negara sebagaimana diatur dalam UUD 1945. Perlindungan anak tersebut

bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan martabat dan harkat

kemanusiaan, serta demi terwujudnya anak Indonesia yang berakhlaqul karimah,

berkualitas, dan bermoral.9 Ini karena, anak sebagai generasi muda merupakan

8 Dalam masalah hukuman, hukum pidana positif menawarkan pembedaan antara tujuan

hukum pidana (strafrechtscholen) di satu sisi dengan tujuan hukuman (strafrechstheorieen) di sisi lain, hal ini dikarenakan tujuan dari susunan hukum pidana adalah merupakan tujuan ditetapkannya suatu aturan hukum yakni untuk melindungi masyarakat dari kejahatan, sedangkan tujuan hukuman adalah pembinaan dan bimbingan tentang tujuan ini masih banyak diperdebatkan dan banyak pendapat yang mendasarkan pada beberapa teori yang ada. Lihat Bambang Purnomo, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia, 1985), hlm. 31.

9 Irsan Koesparmono, Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: UPN, 2006), hlm. 2.

Page 25: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

7

potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Anak merupakan modal

pembangunan yang akan memelihara, mempertahankan, dan mengembangkan

hasil pembangunan yang ada. Oleh karena itu anak memerlukan perlindungan

dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial

secara utuh, serasi, dan seimbang.

Dalam Islam pemeliharaan anak adalah tanggung jawab bagi kedua orang

tuanya, sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut:

����� وا����رة ا��س و�ده� ��را واه��� �اا���� أ�ا ��ا���ا���� � �� ا( �)'ن % $#اد "!ظ ����

10�*ون �+ �� ��)�ن و ه ا�*

Ayat tersebut menegaskan akan fungsi dan tanggung jawab orangtua

terhadap anaknya yang pada hakikatnya ada dua macam, yaitu fungsi orangtua

sebagai pengayom dan fungsi orangtua sebagai pendidik.11 Kedudukan anak

dalam hukum adalah sebagai subyek hukum ditentukan dari bentuk dan sistem

terhadap anak sebagai kelompok masyarakat dan tergolong tidak mampu atau di

bawah umur. Menurut Undang-Undang dianggap tidak mampu karena kedudukan

akal dan pertumbuhan fisik yang mengalami pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan

hadis:

�� 0!ث �� ا�.� ر-, 1��3 234 ا�'67 و�� ��5.�3 234 ا��� ���12).9 234 ا��8ن و

Seorang anak tidak akan dikenakan hukuman had karena kejahatan yang

dilakukannya, karena tidak ada beban tanggung jawab hukum atas seorang anak

atas usia berapa pun sampai dia mencapai usia puber, qadhi hanya akan berhak

10 QS. at-Tahrim, 6: 66

11 Mustafa Kamal Pasha, Fiqh Islam, (Yogyakarta: Majlis Tarjih Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, 2000), hlm. 287.

12 Abu Daud, Sunan Abi Dawud, Jilid III (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), hlm. 289.

Page 26: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

8

untuk menegur kesalahannya atau menetapkan beberapa pembatasan baginya

yang akan membantu memperbaikinya dan menghentikannya dari membuat

kesalahan di masa yang akan datang.13

Melihat adanya kelemahan substantif dan implementasi dalam UU No 3

Tahun 1997 tentang peradilan anak dan penawaran adanya restorative justice

yang sesuai dengan syariat dan hukum Islam, maka penulis membawa

permasalahan ini untuk dikaji dalam bentuk skripsi yang nantinya akan

menuangkan sebuah alternatif yang cocok dalam sistem pemidanaan anak yang

juga sesuai dengan kajian pemidanaan Islam serta dalam upayanya untuk

mewujudkan tujuan hukum Islam yang membawa kemaslahatan bersama bagi

masa depan anak Indonesia. Dalam skripsi ini, penulis mencoba menganalisis

kandungan pasal 23 No. 3 Tahun 1997 tentang pemidanaan anak berdasarkan

tinjauan hukum Islam.

B. Rumusan Masalah

Masalah-masalah tindak pidana yang dilakukan anak di bawah umur

memerlukan perhatian secara khusus. Ini karena, banyak sekali penerapan hukum

terhadap pelaku tindak pidana, khususnya anak yang tidak sesuai dengan hukum

yang berlaku, maka penulis perlu membuat perumusan masalah yang akan

dibahas dalam skripsi ini sehingga tidak menyimpang dari judul yang telah

ditetapkan sebagai berikut:

13 Sulaiman Rasjid, Tindak Pidana dalam Syariat Islam, terj. Abdurrahman, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1992), hlm. 16.

Page 27: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

9

1. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang bentuk-bentuk pemidanaan

anak dalam Pasal 23 UU No. 3 Tahun 1997?

2. Apakah pemidanaan anak dalam UU No 3 Tahun 1997 sesuai dengan

tujuan keadilan restoratif (al-isti’adah) dalam tinjauan hukum Islam?

C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan pemidanaan anak dalam hukum Islam yang

tertuang dalam UU No. 3 Tahun 1997.

2. Untuk mengetahui apakah pemidanaan anak dalam pasal 23 UU No. 3

Tahun 1997 sudah sesuai dengan tujuan hukum Islam.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada kegunaan yang diperoleh

yaitu:

1. Informatif, yaitu sebuah upaya pemberian informasi tentang kajian hukum

yang memerlukan pembaharuan sehingga dapat memberikan motivasi

kepada para akademisi agar lebih kritis dalam mengkaji dasar

diberlakukanya suatu ketentuan hukum.

2. Ilmiah, yaitu sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan dunia

hukum di Indonesia yang berkaitan dengan pemidanaan anak delikuen

agar lebih relevan lagi sesuai dengan hak-hak yang dimiliki oleh anak

yang juga dituangkan dalam tujuan pemidanaan dalam Islam dan

memberikan tambahan kontribusi pemikiran yang positif pada khazanah

pengetahuan tentang tindak pidana anak nakal.

Page 28: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

10

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka berisi tentang penelitian-penelitian sebelumnya yang

terkait dengan penulisan skripsi ini. Dari beberapa penelusuran yang telah

dilakukan, tidak ditemukan penelitian yang secara spesifik sama dengan penelitian

ini. Namun, ditemukan beberapa penelitian yang memiliki pambahasan yang

berkaitan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang membahas tentang

pertanggungjawaban pemidanaan anak di bawah umur sesungguhnya telah banyak

dilakukan. Namun, sepengetahuan peneliti belum ada yang pernah meneliti secara

detail tentang tinjauan pemidanaan anak dalam Pasal 23 UU No. 3 Tahun 1997

berdasarkan hukum pidana Islam. Adapun diantara beberapa penelitian tersebut

dapat dikategorikan sebagai berikut:

Ada beberapa skripsi yang telah membahas tentang anak-anak dalam

lingkungan hukum, di antaranya adalah skripsi Moh. Badruzzaman yang berjudul

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemidanaan dan Pemberian Sanksi bagi Anak

Nakal dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak”.14

Skripsi ini menjelaskan tentang sistem pemidanaan dan pemberian sanksi anak

nakal dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak dalam

hukum Islam ditinjau dari pendekatan normatif. Dalam penelitian ini diuraikan

tentang perspektif hukum Islam dalam menyikapi pengadilan yang menimpa anak

Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengadilan

anak.

14

Moh. Badruzzaman, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemidanaan dan Pemberian Sanksi bagi Anak Nakal dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga (2003).

Page 29: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

11

Kemudian skripsi Laily Dyah Rejeki yang berjudul “Kenakalan Anak

dalam Kaitannya dengan Pertanggungjawaban Pidana Menurut Hukum Positif dan

Hukum Islam”.15 Dalam skripsi ini dijelaskan tentang sanksi pidana bagi anak

nakal yang ditinjau dari hukum positif dan hukum Islam sebagai sebuah

perbandingan hukum dalam memutuskan sebuah perkara terhadap anak di bawah

umur yang melakukan tindakan kriminalitas dan merugikan orang lain.

Skripsi yang mengkaji tentang kriteria pertanggungjawaban pidana anak

dalam pandangan hukum pidana Indonesia maupun hukum pidana Islam, di

antaranya skripsi yang ditulis oleh Riri Irawandi yang berjudul “Pandangan

Hukum Islam Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Anak di Bawah Umur”.16

Skripsi ini sebenarnya hampir mirip dengan skripsi di atas sebelumnya. Namun,

skripsi ini lebih menitikberatkan pada kriteria pertanggungjawaban anak dalam

UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menurut pandangan hukum

pidana Islam.

Mengenai sistem pemidanaan anak nakal terdapat dalam skripsi karya

Fauziyah dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pemidanaan

Anak Nakal di Lapas Karang Asem Bali”.17 Skripsi ini dilaksanakan dalam bentuk

observasi langsung ke tempat pemidanaan di lembaga pemasyarakatan

Karangasem Bali. Pembahasan dalam skripsi ini lebih difokuskan dalam segi

15

Laily Dyah Rejeki, “Kenakalan Anak dalam Kaitannya dengan Pertanggungjawaban Pidana Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2001).

16 Riri Irawandi, “Pandangan Hukum Islam Terhadap Pertanggungjawaban Pidana Anak di

Bawah Umur”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2009). 17

Fauziyah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pemidanaan Anak Nakal di Lapas Karang Asem Bali”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2005).

Page 30: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

12

pemberian sanksi terhadap anak delikuen dan memberikan deskripsi tentang

kondisi lembaga pemasyarakatan di Karangasem, Bali yang dirasa kurang

memadai. Skripsi ini memberikan pemahaman baru tentang sistem pemidanaan

yang dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan sehingga dapat menggugah

kesadaran para hakim dalam memutuskan perkara bagi anak nakal yang belum

cukup umur.

Ada beberapa skripsi yang lebih fokus pada proses penegakan hukum

pidana anak dalam UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dikaji

berdasarkan ketentuan hukum pidana Indonesia maupun menurut kacamata

hukum pidana Islam. Terdapat beberapa skripsi yang terkait dengan tema tersebut,

seperti skripsi yang disusun oleh Ni’matul Ma’wa dengan judul “Persidangan

Anak Menurut Perspektif Hukum Islam dan UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak”.18 Skripsi ini lebih fokus pada proses persidangan anak

menurut hukum positif dan hukum Islam sebagai sebuah analisis perbandingan

untuk mengetahui pandangan kedua hukum tersebut sehingga memberikan

pemahaman baru tentang mekanisme persidangan anak yang sesuai dengan

prinsip keadilan dan perlindungan secara hukum.

Ada juga penelitian yang ditulis oleh Ahmad Afif dengan judul

“Pertanggungjawaban Pidana Anak (Studi Perbandingan Antara UU No. 3 Tahun

1997 Tentang Pengadilan Anak Dengan Hukum Islam)”.19 Skripsi ini lebih fokus

18

Ni’matul Ma’wa, “Persidangan Anak (Menurut Perspektif Hukum Islam dan UU No 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak)”, skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2007).

19 Ahmad Afif, “Pertanggungjawaban Pidana Anak (Studi Perbandingan Antara UU No. 3

Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Dengan Hukum Islam)”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2010).

Page 31: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

13

pada mekanisme pertanggungjawaban pidana anak menurut hukum positif

Indonesia dan hukum Islam. Dari keseluruhan skripsi-skripsi di atas tidak ada

satupun skripsi yang mengkaji secara komprehensif ataupun sekadar menyajikan

sedikit ulasan tentang Pasal 23 yang berisi tentang ancaman pidana penjara,

kurungan, denda, dan pengawasan berdasarkan tinjauan hukum Islam.

Dalam “Ensiklopedi Hukum Pidana Islam”,20 terdapat suatu pembahasan

mengenai tujuan pemidanaan dalam konsep KUHP, yang secara umum sejalan

dengan tujuan pemidanaan dalam hukum pidana Islam. Dalam ensiklopedi

tersebut dijelaskan bahwa hukum pidana Islam ditetapkan untuk memperbaiki

individu, menjaga masyarakat umum, dan memelihara stabilitas. Kaidah dasar

yang menjadi asas pemidanaan dalam hukum Islam memadukan kepada dua hal

yang bertentangan, yaitu bertujuan untuk memerangi tindak pidana tanpa

memperdulikan pelaku tindak pidana dan tujuan memerhatikan pelaku tanpa

mengabaikan tujuan memerangi tindak pidana. Dalam Islam dikenal dua tindak

pidana, yaitu tindak pidana yang membawa kemaslahatan masyarakat, meliputi

“hudud” dan tindak pidana “qishas-diyat” serta tindak pidana “takzir” .

Para pakar pidana dan pemikir Islam sudah banyak yang membahas

mengenai status hukum seorang anak. Dari kalangan tokoh hukum Islam di

antaranya adalah Mahmoud al-Fadhoilat dalam risalah yang berjudul Suqutu al-

Uqubat fi al-Fiqhi al-Islamy yang menjelaskan tentang seluk beluk permasalahan

yang berkaitan dengan anak-anak yang melakukan tindak pidana,21 kemudian

20

Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2008), hlm. 20-21.

21 Mahmoud al-Fadhoilat, Suqutu al-Uqubat fi al-Fiqhi al-Islamy, (Mesir: Dar-al Umar,

1997), hlm. 23.

Page 32: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

14

seperti buku karya Abdul Qadir Audah yang berjudul “at-Tasyri’ al-Jina’I al-

Islami” , yang menjelaskan secara luas dalam masalah hukuman ini, dan masih

banyak lagi tulisan-tulisan yang membahas anak dalam kedudukan hukum

Islam.22 Kitab ini secara terinci membahas tentang mekanisme pemidanaan secara

umum berdasarkan hukum Islam, namun penetapan hukum tetap mengacu pada

pertimbangan kemaslahatan sebagai restorasi dalam menegakkan keadilan anak.

E. Kerangka Teoritik

Di dalam hukum Islam, biasanya dibedakan antara syariah dan Fiqh.

Syari’ah (al-Qur’an dan Sunnah) adalah hukum yang berlaku universal dan abadi,

tidak dapat diubah-ubah. Sementara Fiqh adalah hukum Islam praktis berdasarkan

ijtihad ulama dalam upayanya menafsirkan al-Qur’an dan Sunnah yang dikaitkan

dengan realitas yang ada dengan berbagai metode ijtihad. Artinya, Fiqh adalah

hukum yang bisa dirubah dan berlaku secara temporal.23

Islam dapat dikatakan sebagai suatu syariah, yang berarti sebuah hukum

dan perundang-undangan. Al-Qur’an dan Sunnah Rasullah adalah dua sumber

asasi dari ajaran Islam sekaligus menjadi sumber hukum dan perUndang-

Undangan Islam, yang mengatur dengan teliti tentang masalah kehidupan

manusia, baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun yang berhubungan antar

manusia atau dengan alam.

Secara umum, tujuan hukum Islam adalah untuk kebahagiaan hidup

22

Abdul Qadir Audah, “at-Tasyri’ al-Jina’I al-Islami, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1994), hlm. 609.

23 Muhammad Alim, Asas-Asas Negara Hukum Modern dalam Islam: Kajian Komprehensif Islam dan Ketatanegaraan, (Yogyakarta: LKIS, 2010), hlm. 97-99.

Page 33: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

15

manusia di dunia dan akhirat kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang

bermanfaat dan mencegah atau menolak yang mudharat, yaitu yang tidak berguna

bagi kehidupan. Tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan umat manusia, baik

rohani maupun jasmani, individu maupun sosial. Kemaslahatan tersebut tidak

hanya untuk kehidupan di dunia, tapi juga untuk kehidupan akhirat kelak. Tidak

heran bila ada rumusan lima tujuan hukum Islam, yaitu memelihara agama, jiwa,

akal, keturunan, dan harta, yang di dalam kepustakaan hukum Islam sering disebut

al-maqasid al-khamsah atau al-maqasid al-syaria’ah (tujuan-tujuan hukum

Islam).24

Hukum Islam mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari aturan yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya maupun aturan main

sesama manusia itu sendiri. Salah satu ruang lingkup itu adalah hukum pidana

Islam yang dalam tradisi Fiqh disebut dengan istilah jarimah atau jinayah, yang

secara terminologis bermakna tindak pidana atau delik yang dilarang oleh syari’at

dan diancam dengan hukuman bagi pelanggarnya.25 Salah satu prinsip dalam

syari’at Islam adalah seseorang tidak bertanggung jawab kecuali terhadap jarimah

yang telah diperbuatnya sendiri dan bagaimanapun juga tidak bertanggungjawab

atas perbuatan jarimah orang lain. Tujuan hukum ini ialah untuk memelihara

kehidupan manusia, harta benda, kehormatan, dan hak-hak mereka.

Dalam pandangan hukum Islam, suatu perbuatan dapat dikatan sebagai

jarimah apabila memenuhi unsur-unsur seperti, unsur formal (adanya ketentuan

24 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam, Suatu Pengantar Hukum dan Tata Negara Islam di

Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 54. 25 Abdul Qadir Audah, at-Tasyri’ al-Jina’I al-Islami, hlm. 66.

Page 34: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

16

dalil al-Qur’an dan Hadits), unsur materiil (suatu perbuatan melawan hukum),

unsur moral (niat pelaku untuk berbuat jarimah).26 Maka hukum pidana Islam

menetapkan suatu hukuman dengan tujuan memfungsikan hukum itu sendiri agar

dapat dilaksanakan dengan baik. Terdapat dua teori yang lazim digunakan yaitu

jawabir dan zawajir. Teori jawabir adalah pemidanaan tersebut dapat diharapkan

untuk mencegah orang lain melakukan tindakan serupa, sementara teori zawajir

adalah pemidanaan yang dibentuk agar berfungsi untuk menyadarkan pelaku

jarimah sehingga tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Sebagaimana diketahui bahwa tujuan pemidanaan dimuat dalam al-

Maqasid asy-Syari’ah yang menyebutkan tujuan pemidanaan dalam Islam adalah

untuk memelihara agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Sebagai hukum yang

diakui dalam tataran masyarakat, hukum Islam sangat menjunjung tinggi azas

keadilan. Azas keadilan meliputi dua aspek, yakni: keadilan dari aspek persamaan

perlakuan hukum, yaitu Islam menyatakan bahwa di depan hukum, semua orang

mempunya kedudukan yang sama. Keadilan dalam aspek hukuman yang setimpal

dengan tindakan pidana yang dilakukanya, akan tetapi jangan memandang

bagaimana hukuman yang dikenakan kepada pelaku, melainkan adanya dan

diutamakannya nilai keadilan dan pendidikan dalam hukuman itu sendiri.27

Bila dicermati, teori tersebut sesungguhnya sangat sesuai dengan tujuan

pemidanaan anak dalam hukum Islam yang menurut sebagian ulama mencakup

keseluruhan aspek keadilan. Berdasarkan pandangan ulama, tujuan pemidanaan

26 Ahmad Fahri Bahasin, al-Uquibah fi al-Islam, (Kairo: Maktabah Dar- al Uqubah, 1961),

hlm. 9. 27 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Garafika, 2007), hlm. 13-14.

Page 35: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

17

dalam Islam diantaranya, pemidanaan sebagai pembalasan (retribution atau al-

jaza’),28 pemidanaan sebagai pencegahan (prevention atau az-zajr), yang terbagi

ata general prevention29 dan special prevention,30 pemulihan/perbaikan (al-

islah),31 restoratif (al-isti’adah),32 yaitu sebagai metode merespons tindak pidana

dengan melibatkan pihak-pihak yang bertikai dalam rangka memperbaiki

kerusakan. Konsep ini dapat dilihat dari adanya hukum diat sebagi hukum

pengganti qisas.33 Konsep pemidanaan dalam Islam yang bersifat mendidik

seperti ini juga terkandung dalam teori uthilitarianism yang lebih menekankan

pemidanaan dalam aspek pencegahan.

F. Metode Penelitian

Setiap penulisan karya ilmiah khususnya skripsi hampir dapat dipastikan

selalu memakai metode. Hal ini terjadi karena metode merupakan suatu instrumen

yang terpenting dalam penulisan karya ilmiah khususnya skripsi ini, agar

penelitiannya terlaksana dengan terarah sehingga mencapai hasil yang

memuaskan. Dalam penyusunan skripsi ini penyusun mengunakan berbagai

metode, yaitu:

28 Al-Maidah (5): 38. 29 An-Nur (24): 22. 30 Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm.

288-290. 31 Ocktoberrinsyah, “Tujuan Pemidanaan dalam Islam,” In Right Jurnal Agama dan Hak

Azazi Manusia Jurusan Hukum Pidana dan Tata Negera Islam, Vol.1 No. 1 (November 2011), hlm. 29.

32 Al-Baqarah (2): 178.

33 Ocktoberrinsyah, “Tujuan Pemidanaan dalam Islam”, hlm. 30.

Page 36: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

18

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

adalah penelitian pustaka (library research), yaitu suatu usaha untuk

mengumpulkan sumber yang berhubungan dengan topik penelitian.

Penelitian pustaka dilakukan dengan mengkaji bahan-bahan pustaka

seperti buku, jurnal, skripsi, surat kabar dan sumber pustaka lain yang

relevan dan merujuk pada permasalahan penelitian.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah

metode deskriptif-analitik34, yaitu menafsirkan kandungan Pasal 23 UU

No 3 tahun 1997 tentang pemidanaan anak yang ternyata terdapat

beberapa kelemahan substansial serta implemental yang dapat mengancam

hak-hak anak.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penyusun menggunakan pendekatan normatif-

yuridis, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan melihat Undang-Undang

serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pokok masalah

penyusunan skripsi ini, yang berlaku di negara Indonesia serta aturan-

aturan yang terdapat dalam hukum Islam. Pendekatan ini dilakukan

dengan jalan menganalisis kandungan Pasal 23 UU No 3 tahun 1997

tentang pemidanaan anak, kemudian kelemahan-kelemahan yang ada di

dalamnya dikaji dengan asas-asas, konsep-konsep, prinsip-prinsip maupun

34 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004), hlm. 25.

Page 37: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

19

teori-teori dalam hukum Islam dan pada akhirnya akan diambil sebuah

solusi yang sesuai dengan konsep pemidanaan dalam Islam.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu cara yang sangat dibutuhkan bagi peneliti

agar penelitiannya dapat terarah secara benar dan tepat sesuai dengan

sumber data yang ada. Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun

menggunakan beberapa sumber data, baik primer maupun sekunder.

a. Sumber data primer, yaitu yang diperoleh dari sumber-sumber asli yang

memuat segala informasi atau keterangan yang berkaitan dengan

penelitian ini. Adapun data primer yang digunakan adalah berasal ayat-

ayat al-Qur’an, Hadist, buku-buku referensi yang berkaitan dengan

hukum Islam dan hukum positif, sistem pemidanaan anak dalam Pasal 23

UU No 3 tahun 1997.

b. Sumber data sekunder, yaitu yang diperoleh dengan mengumpulkan

informasi dari pihak-pihak yang berkompeten dalam pemidanaan anak

serta dengan anak-anak delikuen yang sedang menjalani proses

pemidanaan.

5. Analisis Data

Metode analisis data merupakan bagian penting dalam mengolah data

secara empirik dengan bekal teknik pengumpulan data yang telah

dicanangkan. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah

Page 38: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

20

menggunakan penelitian kualitatif, yaitu sebuah teknik analisa non-

statistik atau dengan kata lain menggunakan data non-angka.35

Dalam sebuah penelitian kualitatif ini, data yang terkumpul dianalisis

setiap waktu secara induktif selama proses penelitian berlangsung dengan cara

mengolah bahan emperik (synthesizing) sehingga dapat diinterpretasikan ke dalam

bentuk yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Pola induktif adalah suatu

proses berpikir yang diawali dari pengamatan yang khusus yang kemudian

diambil kesimpulan dari yang umum.36 Jadi, cara menyajikan data yang bersifat

kualitatif, yaitu dengan menginterpretasikan makna yang terkandung di dalamnya

dan mencari implikasi hubungan yang ada (contextual analysis,)37 yaitu dilakukan

melakukan penganalisisan kandungan pasal 23 Nomor 3 Tahun 1974 tentang

pemidanaan berdasarkan hukum Islam.

G. Sistematika Pembahasan

Susunan penulisan yang bersifat sistematis dan holistik sangat dibutuhkan

agar pembahasan penelitian ini dapat dipahami dengan baik. Oleh karenanya,

dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dan masing-masing bab

terdiri dari beberapa sub bab.

35 Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Research, (Yogyakarta: Yayasan Psikologi

Universitas Islam, 1987), hlm. 136.

36 Anton Bakker dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, cet. Ke-10, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 43,

37 Content analysis (analisa isi) adalah teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karatristik pesan dan dilakukan secara obyektif dan sistematis. Lihat Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 163.

Page 39: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

21

Bab pertama, berupa pengantar penulisan yang masih bersifat umum dan

global sebagai pengantar menuju bab selanjutnya. Bab ini terdiri atas latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah

pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, membahas tentang tinjauan Pasal 23 Undang-Undang No 3

tahun 1997 tentang peradilan anak. Dalam pembahasan ini dibagi menjadi

beberapa sub bab, terdiri atas: sejarah lahirnya UU Nomor 3 Tahun, Pengertian

Anak dalam UU Nomor 3 Tahun 1997, Tujuan Pemidanaan Anak dalam UU

Nomor 3 Tahun 1997 , Sistem Pemidanaan dalam Pasal 23 Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1997 , Jenis Pidana dan Tindakan Hukum bagi Anak Nakal, dan

Kelemahan Substantif dan Implementatif Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997.

Bab ketiga, membahas tentang pemidanaan anak dalam hukum Islam yang

dibagi dalam beberapa sub, yaitu: Konsep Anak dalam Hukum Islam, Hak Asasi

dan Perlindungan Anak dalam Hukum Islam , Konsep Pemidanaan dalam Islam,

Tujuan Pemidanaan dalam Hukum Islam, dan Bentuk Penjatuhan Sanksi Pidana

pada Anak dalam Hukum Islam.

Bab keempat, bab ini merupakan analisis dari pembahasan pada bab-bab

sebelumnya. Bab keempat memuat pandangan hukum Islam tentang pemidanaan

anak dalam pasal 23 Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997, yang terdiri dari

beberapa sub, yaitu Analisis Batas Usia Diberlakukannya Sanksi Pidana Anak

dalam Hukum Islam, Analisis Pertanggungjawaban Pidana Anak dalam Hukum

Islam, Analisis Kesesuaian Bentuk Pemidanaan Anak dalam Pasal 23 Undang-

Page 40: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

22

Undang Nomor 3 Tahun 1997 Perspektif Hukum Islam, Analisis Konsep Keadilan

Restoratif bagi Anak Nakal Perspektif Hukum Pidana Islam.

Bab kelima, bab ini memuat penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran.

Page 41: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

111

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang sudah dipaparkan secara panjang lebar dalam

skripsi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang hukuman

yang diberlakukan kepada anak nakal dibagi dalam dua bagian. Pertama,

bagi anak yang usianya 12 (dua belas) tahun ke bawah bila melakukan

suatu tindakan pidana sebagai hukumannya adalah diberlakukan sanksi

tindakan atau peringatan. Bagi anak di bawah 12 tahun, hukuman penjara

atau pidana lainnya tidak bisa diberlakukan, karena masih di bawah umur

sehingga membutuhkan bimbingan dan pengawasan dari orangtua yang

dibantu oleh petugas panti sosial. Mengenai sanksi tindakan diatur dalam

pasal 24 Nomor 3 Tahun 1997 adalah sebagai berikut: (1) mengembalikan

kepada orangtua, wali, atau orangtua asuh, menyerahkan kepada negara

untuk mendapatkan pengajaran, pendidikan, pembinaan, dan pelatihan,

dan menyerahkan kepada Depertemen Sosial atau organisasi sosial

kemasyarakatan. Kedua, anak yang usianya sudah mencapai 12 (dua belas)

tahun hingga 18 (delapan belas) tahun, bila melakukan suatu tindak

pidana, maka hukuman yang diberikan adalah setengah/separo dari

hukuman yang diberlakukan bag orang dewasa. Ada pun sanksinya diatur

dalam pasal 23, yaitu berupa pidana pokok (pidana penjara, pidana

Page 42: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

112

kurungan, pidana denda, dan pidana pengawasan) dan pidana tambahan

(perampasan barang-barang dan pembayaran ganti rugi).

Dalam hukum Islam, masa bayi dan anak-anak, semenjak lahir sampai

mencapai usia sekitar 7 (tujuh) tahun dianggap sebagai anak yang tidak

memiliki kemampuan berpikir dan tidak mampu membedakan mana yang

salah dan benar, sehingga dikatakan sebagai anak yang belum tamyiz.

Maka dalam Islam anak yang masih di bawah usia 12 (dua belas) tahun

bahkan sampai 15 (lima belas) tahun oleh jumhur ulama mereka masih

dikatagorikan mumayiz, sementara usia 16 (enam belas) hingga 18

(delapan belas) tahun oleh para fuqaha mereka dianggap balig tapi belum

dianggap dewasa dan memiliki kemampuan berpikir (rasyid). Apabila

mereka melakukan suatu tindak pidana akibat hukumannya diserahkan

kepada penguasa, yang nanti akan dikenakan hukuman takzir. Dalam

konteks Indonesia, hukuman takzir berupa tindakan akan lebih tepat

diberlakukan untuk anak-anak yang digolongkan mumayiz. Karena sebab

inilah penyusun mengemukakan pendapat bahwa perlu adanya

pembaharuan terhadap batasan usia anak dalam

mempertanggungjawabkan pidanya sehingga anak dapat digolongkan

sebagai mukalaf dan memiliki kemampuan dan kematangan dalam

berfikir. Selain itu penerapan sanksi penjara dan kurungan dirasa tidak lagi

memenuhi hak-hak anak bahkan menciderai tujuan pemidanaan edukatif

dalam Islam, tujuan utama dari penerapan sanksi berupa takzir pun tidak

tercapai. Sehingga hemat penulis berpendapat bahwa sanksi hukuman

Page 43: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

113

berupa pidana penjara dan kurungan tidak sesuai lagi dengan hukum Islam

karena cenderung memberikan citra negatif dalam diri anak, mengganggu

perkembangan psikologis dan juga dapat menyebabkan tindakan residivis

bagi anak karena anak ditempatkan bersama-sama secara kolektif dengan

narapidana lainya. Dalam landasan dasar UU 1945 juga telah diatur

adanya jaminan hak asasi anak untuk mandapatkan perlindungan,

menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan martabat dan

harkat kemanusiaan, serta demi terwujudnya anak Indonesia yang

berakhlaqul karimah, berkualitas, dan bermoral. Sehingga perlu adanya

pembaharuan system dan bentuk-bentuk hukuman bagi anak nakal.

2. Dalam pandangan Ahmad Hanafi, tujuan utama pemidanaan dalam Islam

adalah pencegahan atau prefentif (ar-radu wa jazru) dan pendidikan serta

pengajaran atau represif (al-islah wa tahdzib). Jika diperinci lebih lanjut

tujuan pemidanaan dalam Islam adalah sebagai berikut:

a. Pembalasan sebagai pembalasan atau al-jaza’ atau retribution.

Aspek ini adalah terdiri dari pemberian perlindungan kepada

masyarakat luas (social defence).

b. Pemidanaan sebagai pencegahan (prevention atau az-zajr), yang

terdiri atas general prevention dan special prevention.

c. Pemulihan/perbaikan (rehabilitation/al-islah), yaitu memulihkan

pelaku tindak pidana agar tidak mengulangi perbuatan pidana lagi.

Page 44: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

114

d. Penebusan dosa (at-takfir), ketika manusia melakukan perbuatan

dosa maka ia tidak hanya dibebankan pertanggungjawaban di dunia

saja (al-uqubat ad-dunawiyyah),tetapi juga pertanggungjawaban di

akhirat (al-uqubat ad-ukhrawiyyah).

e. Restoratif (al-isti’adah), yaitu merespon tindak pidana melibatkan

pihak-pihak yang bertikai dalam rangka memperbaiki kerusakan.

Jika dalam tujuan pemulihan (rehabilitasi/reformasi) lebih berorientasi

terhadap plaku tindak pidana (offender oriented) maka dalam keadilan restoratif

ini lebih mengutamakan kepada korban dari tindak pidana (victim oriented).

Tujuan lebih menekankan kepada pemulihan keadaan seperti semula,

merekonsilasi korban dan pelaku tindak pidana, dan mendorong pelaku untuk

memikul tanggungjawab sebagai sebuah langkah untuk memperbaiki kesalahan

yang disebabkan oleh tindakanya.

Pada prinsipnya keadilan restoratif lebih mengutamakan pemaafan korban

kepada pelaku dan juga menekankan konsep keadilan antara kedua belah pihak

yang bersengketa. Dalam Islam, perdamaian sangat dianjurkan, untuk itu keadilan

restoratif (al-isti’adah) dapat dijadikan solusi dalam pemecahan kasus anak yang

berhadapan dengan hukum.

Artinya, menurut penulis, pembaharuan sistem hukum pemidanaan bagi

anak nakal di Indonesia harus segera dilakukan. Diantaranya dengan ditegaskanya

kembali tentang batasan usia pertanggungjawaban pidana dengan memperhatikan

pada tingkat kecerdasan dan kemampuan anak dalam berfikir seperti yang

tercantum dalam the Beijing rules. Selain itu konsep keadilan restoratif

Page 45: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

115

seharusnya dimasukan dalam kandungan pasal-pasal yang mengatur tentang

konsep pemidanaan anak sehingga anak tidak perlu masuk ke mesin-mesin

peradilan yang nantinya jauh akan memberikan dampak negatif bagi tumbuh

kembang anak dan melukai hak-hak kesejahteraan yang dimiliki oleh anak,

terlebih ketika anak dijatuhi pidana penjara dan atau pidana kurungan.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah uraikan di atas, maka penulis akan

memberikan beberapa saran yang terkait dengan anak yang terlibat tindak pidana

sebagai berikut:

1. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat untuk

membesarkan dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang. Sebagai

pendidikan utama dan pertama, keluarga berperan penting dalam

membentuk karakter dan perilaku anak agar tidak terjerumus kepada

tindakan yang menyimpang dalam kehidupan sehari-hari.

2. Sekolah juga mempunyai peran yang sangat signifikan dalam mengawasi

setiap gerak-gerik anak yang mengabaikan aturan dan tata tertib dalam

berbagai aktifitas pembelajaran. Sekolah harus secara aktif memperhatikan

perilaku anak yang menunjukkan tanda-tanda kurang baik dan

memperlihatkan suatu gejala kenakalan untuk kemudian diberikan arahan

dan bimbingan agar tidak melakukan suatu perbuatan yang tidak baik,

apalagi melanggar aturan hukum.

Page 46: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

116

3. Demikian pula masyarakat yang turut serta berperan dalam mencegah

terjadinya kenakalan anak sehingga sebisa mungkin bisa menimalisir

maraknya kenakalan di kalangan remaja yang masih membutuhkan

bimbingan dari orangtua.

4. Bagi para hakim diharapkan tidak mengabaikan hak-hak dan keadilan anak

yang lebih besar dengan terlalu cepat menjatuhkan hukuman. Sebisa

mungkin para hakim mempertimbangkan asas-asas kemaslahatan yang

menjadi tujuan pemidanaan anak sebagai bentuk pencegahan dan

pengajaran, bukan pembalasan yang bisa menimbulkan tekanan psikologis

kepada anak sehingga memendam rasa kecewa dan dendam yang

mendalam.

Page 47: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

115

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an, Hadis dan Tafsir

Abu Daud, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar-al-Fikr, 1994), hlm. 289.

al-Suyuthiy, Al-Hafiz Jalaluddin, Sunan al-Nasaiy bi Syarh Jalaluddi al-Suyuthiy, Jilid 4, Juz 7 Beirut: Dâr al-Jiil, t.th.

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung, Lubuk Agung, 1989.

Hasballah, Ali, Ushul at-Tasyri’ al-Islami, Kairo: Dar al-Ma’arif,t.t.

B. Fikih/Hukum Islam

Abduerraoef, al-Qur’an dan Ilmu Hukum, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

Afif, Ahmad, “Pertanggungjawaban Pidana Anak (Studi Perbandingan Antara UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Dengan Hukum Islam)”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

al-Fadhoilat, Mahmoud, Suqutu al-Uqubat fi al-Fiqhi al-Islamy, Mesir: Dar-al

Umar, 1997. Ali, Moh. Daud, Asas-Asas Hukum Islam: Pentar Ilmu Hukum dan Tatan Hukum

Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 1991. Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam, Suatu Pengantar Hukum dan Tata Negara

Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998. Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Garafika, 2007. Alim, Muhammad, Asas-Asas Negara Hukum Modern dalam Islam: Kajian

Komprehensif Islam dan Ketatanegaraan, Yogyakarta: LKIS, 2010.

Audah, Abdul Qadir, “at-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami, Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1994.

Badruzzaman, Moh. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemidanaan dan Pemberian Sanksi bagi Anak Nakal dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, 2003.

Page 48: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

116

Bahasin, Ahmad Fahri, al-Uquibah fi al-Islam, Kairo: Maktabah Dar- al Uqubah, 1961.

Bakri, Moh. Kasim, Hukum Pidana dalam Islam, Solo: Ramadhani,1958.

Basjir, Ahmad Azhar, Asas-Asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam),

Yogyakarta: FH UII Press, 1993.

Basyir, Ahmad Azhar, Ikhtisar Fiqh Jinayat, Yogyakarta: FH UII, 1982.

Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,

2001.

Dellyana, Shanty, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Yogyakarta: Liberty, 2004.

Djazuli, H. A, Fiqh Jinayah: Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.

Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2008. Fauziyah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pemidanaan Anak Nakal di

Lapas Karang Asem Bali”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005.

Hadian, Abu, Hak-Hak Anak Dalam Syariat Islam, Yogyakarta: Al-Manar, 2003.

Hakim, Rahmat, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), Bandung: Pustaka Setia,

2000. Haliman, Tujuan Pidana Syariat Islam Menurut Ahli Sunnah, Jakarta: Bulan

Bintang, 1970. Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, cet. 2 Jakarta: Bulan Bintang,

1976. Huzaemah, Fiqih Anak, Jakarta: PT. Al- Mawardi Prima, 2004. Ichtiyanto, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1997.

Ma’wa, Ni’matul, “Persidangan Anak (Menurut Perspektif Hukum Islam dan UU

No 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak)”, skripsi, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007.

Mahfud, Muhammad, Sidik Tono, dan Dadan Muttaqin, Peradilan Agama dan

Kompilasi Hukum Islam dalam Tata Hukum Islam, Yogyakarta: UII Press, 1993.

Page 49: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

117

Marpaung, Leden, Asas, Teori, Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima Madzhab, terj. Masykur dan Afif

Muhammad, Jakarta: Lentera, 2008.

Mujieb, M. Abdul, et.al, Kamus Istilah Fiqh, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994.

Munajat, Makhrus Hukum Pidana Islam di Indonesia, Yogyakarta: Teras, 2009.

Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta; Sinar Grafika, 2005.

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,

Cet. I, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Ocktoberrinsyah, “Tujuan Pemidanaan dalam Islam,” In Right Jurnal Agama dan

Hak Azazi Manusia Jurusan Hukum Pidana dan Tata Negera Islam, Vol.1 No. 1 November, 2011.

Pasha, Mustafa Kamal, Fiqh Islam, Yogyakarta: Majlis Tarjih Pimpinan Wilayah

Muhammadiyah, 2000.

Rasjid, Sulaiman, Tindak Pidana dalam Syariat Islam, terj. Abdurrahman,

Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Rejeki, Laily Dyah, “Kenakalan Anak dalam Kaitannya dengan

Pertanggungjawaban Pidana Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001.

Rosyada, Dede, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: Lembaga Studi Islam

dan Kemasyarakatan, 1992.

Santoso, Topo, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung: Asy Syaamil, 2001.

Yafie, Ali, Menggagas Fiqih Sosial, Bandung: Mizan, 1994. Yanggo, Huzaemah Tahido, Fiqih Anak, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004.

Zainudin, Asy-syaikh, Fath al-Muin. Alih bahasa Aliy As’ad, Kudus: Menara

Kudus, 1979.

Page 50: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

118

C. Hukum

Al Hamshy, Hisyam Abdul Razaq, Kiat Mendidik Anak Masa Depan, Jakarta:

Najla Press, 2003. Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004.

Amriel, Reza Im “Agresi Pada Manusia: Aplikasi Paradigma Antecedent, Behavior, Consequence (Suatu Analisis Kualitatif-Deskriptif)”, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1997.

Ancel, Marc, Social defence. A Modern Approach to Criminal Problem, London:

Routledge & Kegan Pail, 1965. Arief, Barda Nawawi Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra

Aditya Bakti,1996. Arief, Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan dan Pengembangan Hukum

Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998. Arief, Barda Nawawi, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Proses

Peradilan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002. Asquit, Stewart, Children and Young People in Conflict with the Law, London:

Jessica Kingsley Publisher, 1996.

Atmasasmita, Romli, Problem Kenakalan Anak-anak Remaja, Bandung: Armico,

1983. Bakker, Anton dan Ahmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, cet. Ke-

10, Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Cloword, Richard A. and Lloyd E. Ohlin, Delinquency and Opportunity Theory of

Delinquest Gangs, New York: The Free Press, 1960.

Dewi, DS. dan Fatahillah A. Syukur, Mediasi Penal: Penerapan Restorative di

Pengadilan Anak, Depok: Indie Publishing, 2011. Dirjosisworo, Soedjono, Sosio Kriminologi: Amalan Ilmu-Ilmu Sosial dalam Studi

Kejahatan, Bandung: Sinar Harapan, 1984.

Djamil, M. Natsir, Anak Bukan untuk Dihukum: Cacatan Pembahasan UU Sistem

Peradilan Anak), Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Page 51: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

119

Friedrich, Carl Joachim, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: Nuansa dan Nusamedia, 2004.

Gultom, Maidin, Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan

Pidana Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2008. Gultom, Maidin, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan

Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2008.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Penelitian Research, Yogyakarta: Yayasan Psikologi

Universitas Islam, 1987. Hadisoeprapto, Hartono, Pengantar Tata Hukum Indonesia, cet III Yogyakarta:

Liberty, 1999. Ilahi, Mohammad Takdir, Quantum Parenting: The Art of The Art of Raising

Children To be Success, Yogyakarta: Kata Hati, 2013.

Irawandi, Riri, “Pandangan Hukum Islam Terhadap Pertanggungjawaban Pidana

Anak di Bawah Umur”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.

Irfan, Abu Bakar, Modul Pelatihan Agama dan Hak Asasi Manusia, Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah, 2009. Joni, Mohammad dan Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak

dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.

Kartono, Kartini, Patalogi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1998.

Koesparmono, Irsan, Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: UPN, 2006.

Kratcoski, Peter C. and D. Kratcoski, Juvenile Delinquency, New Jersey: Prentice

Hall, 1979. Lubis, Mochtar, Manusia Indonesia: Sebuah Pertangungjawaban, Jakarta: Idayu

Press,1997. Manan, Bagir, Pemikiran-Pemikiran dalam Rancangan Undang-Undang tentang

Peradilan Anak, Bandung: Mandar Maju, 1997. Mannhein, Herman, Criminal Justice and Social Recontruction, London:

Routledge dan Kegan Paul, 1946.

Page 52: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

120

Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia: Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.

Marsum, Jinayat (Hukum Pidana Islam), cet. 2 Yogyakarta: UII Press, 1988. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1993.

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni, 1984.

Naisaban, Ladislaus, Para Psikolog Terkemuka Dunia, Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2004. Platt, Anthony M, The Child Savers: The Invention of Delinquency, Chicago: The

University of Chicago of Press, 1977.

Prints, Darwan, Hukum Anak Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997.

Purnomo, Bambang, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia, 1985. Salam, Faisal, Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, Bandung: Mandar

Maju, 2005. Sambas, Nandang, Pembaharuan Sistem Peradilan Anak di Indonesia,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Setiady, Tolib, Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia, Bandung: Alfabeta,

2010. Simanjuntak, Latar Belakang Kenakalan Remaja, Bandung: Alumni, 1979.

Soetodjo, Wagiati, Hukum Pidana Anak, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006.

Wadong, Maulana Hasan, Pengantar Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak,

Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000. Wahyudi, Setya, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaharuan Sistem Peradilan

Pidana Anak di Indonesia, Yogyakarta: Genta Publishing, 2011.

Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Zulfa, Eva Achjani, Pergeseran Pradigma Pemidanaan, Bandung: Lumbuk

Agung, 2011.

Page 53: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

121

D. Peraturan/Undang-Undang/Rancangan Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

Pasal 2 butir b UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Page 54: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

Lampiran-Lampiran

Page 55: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

Lampiran 1

Terjemahan

Hal Foot Note

Terjemahan

BAB I 7 10 “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”.

7 12 “Hukuman itu tidak dapat diberlakukan bagi orang gila hingga sembuh, yaitu orang-orang yang sehat (tidak gila), orang yang bangun, dan orang orang yang baligh”.”.

BAB II 52 1 “Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur

untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya”.

BAB III 71 32 “ laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan kedua (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaaan dari allah dan allah maha perkasa lagi maha bijaksana.”

71 33 “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.”

73 38 “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih”

BAB IV

Page 56: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

86 9 “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat”.

Page 57: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

Lampiran II

BIOGRAFI TOKOH ‘Abd al-Qãdir Awdah

‘Abd al-Qãdir Awdah (1906-1954) merupakan tokoh gerakan Islam kontemporari, Dai Islam di zaman moden dan pemimpin besar Ikhwanul Muslimin. Kata-katanya didengar semua orang, mempunyai kedudukan yang tinggi pada Ikhwanul Muslimin dan rakyat Mesir secara umum. Beliau berperanan penting dan berpengaruh dalam perjalanan pelbagai peristiwa di Mesir setelah syahidnya Imam Hasan al-Banna pada 12 Februari 1949. Beliau memikul amanah besar bersama Mursyidul Am kedua, Ustaz Hasan al-Hudaibi.

‘Abd al-Qãdir Awdah adalah seorang ulama yang fakih, hakim yang berpengalaman dan seorang pakar dalam bidang perundangan. Buku beliau yang terkenal, at-Tasyri’ al-Jina’i fil Islam Muqarrinan bil Qanun al-Wadhi’ telah menjadi fenomena dan mencipta perubahan yang besar pada pemikiran kaum intelektual di Mesir kerana buku ini telah memperlihatkan keunggulan Undangundang syariat atas undang-undang konvensional. Ianya telah menjadi rujukan ulama’, ahli fikih, pengamal undang-undang dan pensyarah di berbagai universitas.

Abu Dãwud Nama lengkapnya adalah Sulaiman Ibn Al-Asy’as Ibn Ishaq Ibn Imran Azdi

Abi Daud as-Sijistani. Abi Daud adalah seorang perawi hadits, ia terkenal lewat karyanya yang berjudul Sunan Abi Daud. Kitab ini berisi himpunan hadits nabi lengkap dengan rangkaian nama rawinya. Ulama ahli hadits dari kalangan sunni sepakat bahwa karya Abi Daud tersebut termasuk al-Kutub al-Khamsah (lima kitab hadits).

Barda Nawawi Arief Lahir di Cirebon, 23 Januari 1943. Menyelesaikan Program Sarjana (S1) di

Fakultas Hukum UNDIP tahun 1968, dan Program Doktor (S3) di UNPAD pada 18 Januari 1986. Sejak lulus dari S1 sampai saat ini mengjadu pengajar tetap di Fakultas Hukum UNDIP dalam bidang hukum pidana sejak ditetapkan sebagai Guru Besar Madaya pada 1 Juli 1993.

Sejak 1992 s.d. 1998, menjadi Dekan FH UNDIP. Saat ini menjadi Ketua Program Magister (S2) Ilmu Hukum Pascasarjana UNDIP. Di samping itu, juga menjadi anggota pengurus pusat ASPEHUPIKI (Asosiasi Pengajar Hukum Pidana dan Kriminologi), anggota Tim Pengkajian/Penyusunan Konsep KUHP Baru dan Konsultan Ahli BPHN (Badan Pembinaan Hukum Nasional), dan anggota Tim Pakar Departemen Kehakiman/Departemen Hukum dan Perundang-undangan. Beberapa karya tulis Beliau di antaranya: Teori dan Kebijakan Pidana (bersama Muladi), Bunga Rampai Hukum Pidana (bersama Muladi), Perbandingan Hukum Pidana.

Page 58: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

Herbert L. Packer Herbert L. Packer adalah seorang professor hukum terkemuka di Standford

University. Dua karyanya yang terkenal adalah artikel ″ two Models of The Criminal Process″ (113 U. PA L. Rev 1, 1964) dan ″The Limits of the Criminal Santion″ (Stanford: Stanford University press,1968). Dua model dalam referensi pertama adalah ″Crime Control Model″, yang dirancang untuk melindungi hak-hak warga Negara yang taat hukum dengan menekankan kekhawatiran efisien dan penghukuman penjahat, dan ″Due Process Model″ yang dirancang untuk melindungi hak-hak terdakwa dengan menghadirkan hambatan yang tangguh untuk membawa mereka melewati setiap langkah dalam proses hukum. Sedangkan dalam bukunya The Limits of The Criminal Sanction, Herbert L. Packer mengemukakan pernyataan terkait dengan teori integrasi dan hubunganya dengan sanksi pidana.

Page 59: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

CURRICULUM VITAE

Nama : Eka Zezen Helayani

Tempat,tanggal lahir : Sleman, 09 Mei 1991

Agama : Islam

Tempat tinggal : Dusun Plupuh, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 55583.

Anak ke- : Pertama dari 3 bersaudara

No HP : 085742800848

Email : [email protected]/[email protected]

Hobbi : Nonton, wisata alam, aerobik.

Orang Tua

Nama Ayah : Amsim Rangga Permana

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Asih Sri Purwanti

Pekerjaan : Wiraswasta

Riwayat Pendidikan Formal

1. Tamatan : SD Negeri 1 Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, 2003.

Page 60: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...

2. Tamatan : SMP Negeri 1 Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, 2006.

3. Tamatan : Madrasah Aliyah Negeri Pakem, Sleman, Yogyakarta,

2009.

4. Kuliah Strata Satu (S1) Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2009

hingga sekarang.

Riwayat Pendidikan Non-Formal

1. Pelatihan English for Active Communication yang diselenggarakan

oleh Global Lingua Foreign Language Education Center Tahun 2012.

2. Pendidikan Keterampilan Informatika yang diselenggarakan oleh BCA

Informatika tahun 2005.

3. Program pelatihan keterampilan Pengolahan Hasil Pertanian yang

diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Bioteknologi Kabupaten

Sleman tahun 2009.

Page 61: BENTUK-BENTUK PEMIDANAAN ANAK DALAM UU NO. 3 TAHUN ...