Top Banner
Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia 1
98

BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Feb 21, 2023

Download

Documents

ajie saputra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

1

Page 2: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

2

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

Oleh: Berti Sagendra

[email protected]

Desain Cover : Berti Sagendra

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam

bentuk apapun, baik secara elektronis, maupun mekanis, termasuk memfotocopy,

merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya tanpa izin dari Penulis.

Penerbit Linggayoni Publishing

Jl. Kokosan I No. 89 Semarang Telp. (024) 6714517

Page 3: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

3

KATA PENGANTAR

Agar tugas utama guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran

dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tuntutan kurikulum, seorang

guru harus memahami dan menyelami hakikat belajar dan hakikat

mengajar, serta hakikat strategi pembelajaran. Hal ini penting, karena peran

guru sebagai ujung tombak penyelenggaraan pendidikan akan

memposisikan peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi,

keinginan, kemauan, kemampuan yang berbeda dari yang lain. Dalam

konteks pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, strategi dapat

dikatakan sebagai pola umum yang berisi rentetan kegiatan yang dapat

dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar kompetensi sebagai tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Guna memenuhi tugas guru dalam memberikan kemudahan

kepada peserta didik tersebut, maka disusunlah buku ini. Buku yang diberi

judul Belajar dan Pembelajaran Bahasa Indonesia ini berisikan sejumlah

materi meliputi: hakikat Bahasa, Ragam Bahasa, pengertian strategi

pembelajaran, pendekatan dan metodologi pembelajaran, pemilihan

strategi pembelajaran, dan model pembelajaran. Harapan Penulis buku ini

mampu memberikan pencerahan pembelajaran bagi guru dan murid dalam

proses pembelajaran. Akhirnya segala kritik dan saran sangat diharapkan

demi perbaikan penyusunan buku ini pada edisi mendatang.

Semarang, September 2014

Penulis

Page 4: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI .................................................................................................iii

BAB I Hakikat dan Fungsi Bahasa

Hakikat Bahasa ............................................................................................. 1

a. Pengertian Bahasa .......................................................................... 1

b. Sifat-sifat Bahasa ............................................................................. 3

c. Fungsi Bahasa ................................................................................. 4

BAB II Ragam Bahasa

Ragam Bahasa Indonesia ........................................................................... 12

Klasifikasi Ragam Bahasa Indonesia ........................................................ 13

a. Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku ......................................... 14

b. Ragam Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan ...................................... 22

Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar .................................................... 26

BAB III Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Model, Pendekatan, Metode, Teknik, dan Strategi ........................... 28

2. Jenis-Jenis Pendekatan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia ........... 30

a. Pendekatan Whole Language ...................................................... 30

b. Pendekatan Kontekstual .............................................................. 32

c. Pendekatan Komunikatif ............................................................. 36

d. Pendekatan Integratif ................................................................... 38

3. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia ........................ 39

a. Metode Audiolingual .................................................................... 39

b. Metode Komunikatif ................................................................... 40

c. Metode Produktif ......................................................................... 41

d. Metode Langsung ......................................................................... 41

e. Metode Partisipatori ..................................................................... 41

f. Metode Membaca ......................................................................... 42

Page 5: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

5

g. Metode Tematik ........................................................................... 43

h. Metode Kuantum ......................................................................... 43

i. Metode Diskusi ............................................................................ 44

j. Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group Work) ............... 45

4. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia .......................... 45

a. Startegi Pembelajaran Langsung .................................................. 45

b. Strategi Pembelajaran Cooperative Learning ............................... 46

c. Strategi Pembelajaran Problem Solving ....................................... 47

d. Strategi Mengulang ....................................................................... 48

e. Strategi Elaborasi .......................................................................... 49

f. Strategi Organisasi ........................................................................ 50

5. Teknik Pembelajaran Bahasa ............................................................. 50

a. Teknik Pembelajaran Menyimak ................................................ 51

b. Teknik Pembelajaran Berbicara ................................................. 56

c. Teknik Pembelajaran Membaca .................................................. 60

d. Teknik Pembelajaran Menulis ..................................................... 63

BAB IV Struktur Fonologi dan Morfologi Bahasa Indonesia

1. Struktur Fonologi Bahasa Indonesia .................................................. 67

a. Pengertian Fonologi ..................................................................... 68

b. Sistem Fonologi dan Alat Ucap ................................................... 71

2. Struktur Morfologi Bahasa Indonesia ............................................... 77

a. Morfem Bebas dan Morfem Terikat ........................................... 79

b. Proses Perulangan Bahasa Indonesia .......................................... 83

c. Macam-macam Kata Ulang .......................................................... 85

d. Makna Kata Ulang ....................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 90

Page 6: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

1

HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA

HAKIKAT BAHASA

a. Pengertian Bahasa

Dalam kehidupannya, manusia akan

memerlukan sarana, alat, atau media untuk

berinteraksi dengan orang lain yang disebut bahasa.

Terkadang kita berada di tengah-tengah suatu

lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu

bahasa yang tidak kita pahami sama sekali, serta

mendengar percakapan antar penutur-penutur bahasa

itu, maka kita mendapat kesan bahwa apa yang

merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu

arus bunyi yang di sana-sini diselingi perhentian

sebentar atau lama menurut kebutuhan dari

penuturnya. Bila percakapan itu terjadi antara dua

orang atau lebih, akan tampak pada kita bahwa

sesudah seorang menyelesaikan arus-bunyinya itu,

maka yang lain akan mengadakan reaksi. Reaksinya

dapat berupa: mengeluarkan lagi arus bunyi yang tak

dapat kita pahami itu, atau melakukan suatu tindakan

tertentu.

Dengan demikian, bentuk dasar bahasa

adalah ujaran. Santoso, dkk. (2004:1.2) mengatakan

bahwa ujaranlah yang membedakan manusia dengan

makhluk lainnya. Dengan ujaran inilah manusia

mengungkapkan hal yang nyata atau tidak, yang

berwujud maupun yang kasat mata, situasi dan

BAB I

Page 7: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

2

kondisi yang lampau, kini, maupun yang akan datang.

Terkait dengan itu, Keraf (1986) mengatakan bahwa

apa yang dalam pengertian kita sehari-hari disebut

bahasa itu meliputi dua bidang yaitu: bunyi yang

dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna

yang tersirat dalam arus bunyi tadi; bunyi itu

merupakan getaran yang bersifat fisik yang

merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna

adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang

menyebabkan adanya reaksi itu. Untuk selanjutnya

arus bunyi itu kita namakan arus-ujaran.

Namun perlu diingat bahwa tidak semua

ujaran atau bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

itu dapat dikatakan bahasa. Ujaran manusia dapat

dikatakan sebagai bahasa apabila ujaran tersebut

mengandung makna, atau apabila dua orang manusia

atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu

memiliki arti yang serupa. Oleh karena itu, menurut

Keraf (1986) bahwa apakah setiap ujaran itu

mengandung makna atau tidak, haruslah ditilik dari

konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap

kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun

besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap

struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti

tertentu pula. Konvensi-konvensi masyarakat itu

akhirnya menghasilkan bermacam-macam satuan

struktur bunyi yang berbeda antara yang satu dengan

yang lainnya. Kesatuan-kesatuan arus-ujaran tadi yang

mengandung suatu makna tertentu secara bersama-

sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu

masyarakat bahasa.

Page 8: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

3

Perbendaharaan kata-kata itu belum berfungsi

apa-apa bila belum ditempatkan dalam suatu arus

ujaran untuk mengadakan inter-relasi antar anggota-

anggota masyarakat. Jika tidak, perbendaharaan kata-

kata itu masih merupakan barang mati. Belum hidup.

Penyusunan kata itupun harus mengikuti suatu kaidah

tertentu. Bila diucapkan atau dilisankan akan diiringi

dengan gelombang ujaran yang temponya cepat atau

lambat, tekanan keras atau lembut, tinggi rendah dan

lafal yang tertentu.

b. Sifat-sifat Bahasa

Sebagai alat komunikasi, bahasa mengandung

beberapa sifat, yaitu:

(a) sistematik,

(b) mana suka,

(c) ujar,

(d) manusiawi,

(e) komunikatif.

Bahasa dikatakan bersifat sistematik karena

bahasa memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati

agar dapat dipahami oleh pemakainya. Bahasa diatur

oleh sistem. Seperti yang sudah disinggung di atas,

setiap bahasa mengandung dua sistem yaitu sistem

bunyi dan sistem makna.

Mengapa bahasa dikatakan bersifat mana

suka? Menurut Santoso, dkk. (2004), bahasa disebut

mana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara

acak tanpa dasar. Tidak ada hubungan logis antara

bunyi dan makna yang disimbolkannya. Sebagai

contoh, mengapa kursi bukan disebut meja. Mengapa

anak-anak yang Anda ajar tidak disebut murid bukan

guru. Kita tidak dapat memberi alasan pertimbangan

Page 9: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

4

apa kata itu disebut begitu, karena sudah begitu

nyatanya. Itulah yang dimaksud dengan mana suka.

Jadi pilihan suatu kata disebut kursi, meja, murid,

guru dan lain-lainnya ditentukan bukan atas dasar

kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana

suka.

c. Fungsi Bahasa

Ada yang beranggapan bahwa penguasaan

bahasa khususnya bahasa pertama tidak memerlukan

usaha sama sekali. Bahasa yang dikuasai seseorang

adalah sesuatu yang wajar, bukan prestasi yang luar

biasa. Akibat anggapan yang keliru tersebut

menyebabkan bahasa dianggap hal yang biasa

sehingga tidak perlu mendapat perhatian. Padahal,

bahasa merupakan hal yang paling penting dalam

kehidupan kita.

Manusia telah ditakdirkan satu sama lain

memerlukan pertolongan untuk memelihara,

meningkatkan, dan mempertahankan kehidupannya.

Pertolongan itu pertama-tama diperoleh dengan

bantuan bahasa. Manusia tidak pernah hidup seorang

diri, melainkan selalu hidup berkelompok karena

manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk

sosial, di dalam berinteraksi, manusia membutuhkan

bahasa.

Mengingat begitu vitalnya bahasa dalam

kehidupan, maka tidaklah mengherankan jika Samsuri

(1994) mengatakan “Dapatkah kita kira-kirakan

bagaimana kebudayaan kita dapat kita terima dari

nenek moyang kita dan kita teruskan kepada anak-

cucu tanpa memakai bahasa? Apakah ada ilmu

pengetahuan yang disampaikan dan dikembangkan

Page 10: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

5

tanpa penggunaan bahasa? Mungkinkah pendidikan

seluruhnya dilakukan tanpa memakai bahasa?”

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu Anda dapat

menjawabnya dengan mudah, bukan? Pasti Anda

akan menjawab dengan kata tidak. Dari pertanyaan-

pertanyaan itu pula, akan lebih menyadarkan kita

bahwa ternyata bahasa itu memiliki fungsi yang

sangat vital dalam kehidupan ini.

Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa

adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai

wahana komunikasi bagi manusia, baik komunikasi

lisan maupun komunikasi tulis. Fungsi ini adalah fungsi

dasar bahasa yang belum dikaitkan dengan status dan

nilai-nilai sosial. Seperti yang telah disinggung

sebelumnya, dalam kehidupan sehar-hari, bahasa

tidak dapat dilepaskan dari kegiatan hidup

masyarakat, yang di dalamnya sebenarnya terdapat

status dan nilai-nilai sosial. Bahasa selalu mengikuti

dan mewarnai kehidupan manusia sehari-hari, baik

manusia sebagai anggota suku maupun bangsa.

Terkait dengan hal itu, Santoso, dkk. (2004)

berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi

memiliki fungsi sebagai berikut:

(1) Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan

informasi timbal-balik antaranggota keluarga

ataupun anggota-anggota masyarakat.

(2) Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan

perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-

tekanan perasaan pembaca. Bahasa sebagai alat

mengekspresikan diri ini dapat menjadi media

untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) diri,

Page 11: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

6

membebaskan diri dari tekanan emosi dan untuk

menarik perhatian orang.

(3) Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk

menyesuaikan dan membaurkan diri dengan

anggota masyarakat, melalui bahasa seorang

anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar

adat istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku,

dan etika masyarakatnya. Mereka menyesuaikan

diri dengan semua ketentuan yang berlaku dalam

masyarakat melalui bahasa. Sebagaimana telah

dikemukakan bahwa manusia adalah makhluk

sosial yang perlu berintegrasi dengan manusia di

sekelilingnya. Dalam berintegrasi tersebut, manusia

memerlukan bahasa sebagai alat. Dengan bahasa,

manusia dapat bertukar pengalaman dan menjadi

bagian dari pengalaman tersebut. Mereka

memanfaatkan pengalaman itu untuk

kehidupannya. Dengan demikian mereka merasa

saling terkait dengan kelompok sosial yang

dimasukinya.

(4) Fungsi kontrol sosial. Bahasa berfungsi untuk

mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.

Bila fungsi ini berlaku dengan baik, maka semua

kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula.

Dengan bahasa seseorang dapat mengembangkan

kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat

yang lebih berkualitas.

Sejalan dengan pendapat di atas, Hallyday

(1992) mengemukakan fungsi bahasa sebagai alat

komunikasi untuk berbagai keperluan sebagai berikut.

(1) Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk

memperoleh sesuatu.

Page 12: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

7

(2) Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk

mengendalikan prilaku orang lain.

(3) Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk

berinteraksi dengan orang lain.

(4) Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan

untuk berinteraksi dengan orang lain.

(5) Fungsi heuristik, yakni bahasa dapat digunakan

untuk belajar dan menemukan sesuatu.

(6) Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan

untuk menciptakan dunia imajinasi.

(7) Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk

menyampaikan informasi.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

mempunyai fungsi khusus yang sesuai dengan

kepentingan bangsa. Fungsi itu adalah sebagai:

(1) Bahasa resmi kenegaraan. Dalam kaitannya

dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan

dalam adminstrasi kenegaraan, upacara atau

peristiwa kenegaraan, komunikasi timbal-balik

antara pemerintah dengan masyarakat.

(2) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.

Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia

dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan

baik formal atau nonformal, dari tingkat taman

kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

(3) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan nasional serta

kepentingan pemerintah. Dalam hubungannya

dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya

dipakai sebagai alat komunikasi timbalbalik antara

pemerintah dengan masyarakat luas atau antar

suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di

Page 13: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

8

dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya

dan bahasanya sama.

(4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dalam kaitan ini,

bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang

memungkinkan kita membina serta

mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian

rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri,

yang membedakannya dengan bahasa daerah.

Dalam pada itu untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam

bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau

penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia.

Telah diketahui bahwa bahasa Indonesia

selain sebagai sebagai bahasa nasional juga sebagai

bahasa negara. Dalam kedudukannya sebagai bahasa

negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut:

(1) Bahasa resmi kenegaraan. Dalam kaitannya

dengan fungsi ini bahasa Indonesia dipergunakan

dalam adminstrasi kenegaraan, upacara atau

peristiwa kenegaraan baik secara lisan maupun

dalam bentuk tulisan, komunikasi timbal-balik

antara pemerintah dengan masyarakat.

Dokumendokumen dan keputusan-keputusan serta

surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemeritah

dan badan-badan kenegaraan lain seperti DPR dan

MPR ditulis di dalam bahasa Indonesia. Pidato-

pidato, terutama pidato kenegaraan, ditulis dan

diucapkan di dalam bahasa Indonesia.

(2) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.

Sebagai bahasa pengantar, bahasa Indonesia

dipergunakan di lembaga-lembaga pendidikan

Page 14: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

9

baik formal atau nonformal, dari tingkat taman

kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

(3) Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan nasional serta

kepentingan pemerintah. Dalam hubungannya

dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya

dipakai sebagai alat komunikasi timbalbalik antara

pemerintah dengan masyarakat luas atau antar

suku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di

dalam masyarakat yang keadaan sosial budaya

dan bahasanya sama.

(4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dalam kaitan ini,

bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang

memungkinkan kita membina serta

mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian

rupa sehingga ia memiliki identitasnya sendiri,

yang membedakannya dengan bahasa daerah.

Dalam pada itu untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam

bentuk penyajian pelajaran, penulisan buku atau

penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia.

Dengan demikian masyarakat bangsa kita tidak

tergantung sepenuhnya kepada bangsa-bangsa

asing di dalam usahanya untuk mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

modern serta untuk ikut serta dalam usaha

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bahasa Indonesia mengalami perkembangan

yang sangat pesat sehingga untuk itulah bahasa

Indonesia perlu dibakukan atau distandarkan. Upaya

pembakuan bahasa Indonesia telah dilakukan yaitu

Page 15: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

10

dengan dikeluarkannya Ejaan yang Disempunakan

(EYD) pada tahun 1972. EYD ini adalah sebagai

penyempurnaan ejaan-ejaan yang dipakai sebelumnya

yaitu ejaan Van Ophuijen (tahun 1901) dan ejaan

Soewandi (tahun 1947). Selanjutnya dikeluarkan

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang

Disempurnakan dan Pedoman Istilah pada tahun

1975.

Rintisan pembakuan bahasa Indonesia

berikutnya adalah diterbitkannya kamus yang

dianggap mendekati kelengkapan yaitu Kamus Besar

Bahasa Indonesia pada tahun 1988 yang disusun oleh

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Selanjutnya, pada tahun itu pula diterbitkan Tata

Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Pembakuan-

pembakuan ini dilakukan dengan harapan agar bahasa

Indonesia semakin mantap. Dengan demikian, bahasa

Indonesia juga memiliki fungsi-fungsi yang dimiliki

oleh bahasa baku, yaitu sebagai berikut:

(1) Fungsi pemersatu.

(2) Fungsi pemberi kekhasan.

(3) Fungsi penambah kewibawaan.

(4) Fungsi sebagai kerangka acuan.

Fungsi Pemersatu, artinya bahasa Indonesia

mempersatukan suku bangsa yang berlatar budaya

dan bahasa yang berbeda-beda. Bahasa Indonesia

sebagai bahasa baku menjadi alat untuk

memperhubungkan semua penutur berbagai dialek

bahasa yang tersebar di seluruh nusantara.

Fungsi pemberi kekhasan, artinya bahasa baku

memperbedakan bahasa itu dengan bahasa yang lain.

Dengan demikian bahasa Indonesia sebagai bahasa

Page 16: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

11

baku dapat memperkuat kepribadian nasional

masyarakat Indonesia.

Fungsi penambah kewibawaan. Penggunaan

bahasa baku akan menambah kewibawaan atau

prestise. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan

sehar-hari bahwa orang yang mahir berbahasa

Indonesia “dengan baik dan benar” akan memperoleh

wibawa di mata orang lain.

Fungsi sebagai kerangka acuan. Fungsi ini

mengandung maksud bahwa bahasa baku merupakan

kerangka acuan pemakaian bahasa. Bahasa baku

merupakan norma dan kaidah yang menjadi tolok

ukur yang disepakati bersama untuk menilai ketepatan

penggunaan bahasa atau ragam bahasa.

Page 17: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

12

RAGAM BAHASA INDONESIA

1. Ragam Bahasa Indonesia

Manusia telah ditakdirkan satu sama lain

memerlukan pertolongan untuk memelihara,

meningkatkan, dan mempertahankan kehidupannya.

Pertolongan itu pertama-tama diperoleh dengan

bantuan bahasa. Andaikata manusia hidup seorang

diri, tidak berkeluarga, tidak mempunyai sahabat,

kenalan, tidak ada masyarakat, maka tidak akan ada

bahasa. Akibat sifat dari masyarakat yang kompleks

maka tidak ada satu bahasa pun di dunia yang

sifatnya seragam.

Demikian pula Indonesia, yang terdiri atas

beribu-ribu pulau, yang dihuni oleh ratusan suku

bangsa dengan pola kebudayaan sendiri-sendiri, pasti

melahirkan berbagai ragam bahasa yang bermacam-

macam. Apalagi, bahasa Indonesia adalah bahasa

yang hidup dan terbuka. Terbuka terhadap segala

masukan, baik dari unsur bahasa asing atau daerah,

baik secara kolektif atau individu. Ditambah dengan

latar daerah, sosial budaya, lingkungan serta keilmuan

yang berbeda dari penuturnya, maka produk bahasa

yang dihasilkan pun sangat bervariasi atau beragam.

Namun perlu diingat, ragam bahasa yang beraneka

macam itu masih disebut bahasa Indonesia.

BAB II

Page 18: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

13

2. Klasifikasi Ragam Bahasa Indonesia.

Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

(1988) dikemukakan beberapa penggolongan ragam

bahasa. Pertama, ragam menurut golongan penutur

bahasa dan ragam menurut jenis pemakaian bahasa.

Ragam yang ditinjau dari sudut pandangan penutur

terdiri atas:

(1) ragam daerah,

(2) ragam pendidikan, dan

(3) sikap penutur.

Ragam daerah dikenal dengan nama logat atau

dialek. Logat daerah kentara karena tata bunyinya.

Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, intonasi, panjang-

pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang

berbeda-beda.

Ragam pendidikan dapat dibagi atas ragam

bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku (ragam

bahasa baku dan ragam tidak baku akan diuraikan

secara khusus). Ragam bahasa menurut sikap penutur

mencakup sejumlah corak bahasa

Indonesia yang masing-masing pada asasnya

tersedia bagi tiap-tiap pemakai bahasa. Ragam ini

biasa disebut langgam atau gaya. Langgam atau gaya

yang dipakai oleh penutur bergantung pada sikap

penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau

terhadap pembacanya. Sikap penutur dipengaruhi

antara lain oleh umur dan kedudukan yang disapa,

pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan

tujuan penyampaian informasinya. Perbedaan

berbagai gaya itu tercermin dalam kosakata dan tata

bahasa.

Page 19: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

14

a. Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku

Ragam bahasa yang dianggap memiliki gengsi

dan wibawa yang tinggi adalah ragam bahasa orang

yang berpendidikan. Karena, ragam orang yang

berpendidikan kaidah-kaidahnya paling lengkap

diuraikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa

yang lain. Oleh karena itulah sehingga ragam tersebut

dijadikan tolok ukur bagi pemakaian bahasa yang

benar atau bahasa yang baku. Ragam bahasa baku

menggunakan kaidah bahasa yang lebih lengkap

dibandingkan dengan ragam tidak baku. Adapun ciri

ragam baku adalah sebagai berikut.

(1) Memiliki sifat kemantapan dinamis. Bahasa baku

harus memiliki kaidah dan aturan yang relatif

tetap dan luwes. Bahasa baku tidak dapat

berubah setiap saat.

(2) Kecendekiaan. Kecendekiaan berarti bahwa

bahasa baku sanggup mengungkapkan proses

pemikiran yang rumit di pelbagai ilmu dan

teknologi, dan bahasa baku dapat

mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang

teratur, logis dan masuk akal.

(3) Keseragaman kaidah. Keseragaman kaidah adalah

keseragaman aturan atau norma. Tetapi,

keseragaman bukan berarti penyamaan ragam

bahasa atau penyeragaman variasi bahasa.

Proses pembakuan bahasa terjadi karena

keperluan komunikasi. Dalam proses pembakuan atau

standardisasi itu salah satu variasi pemakaian bahasa

dibakukan untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu

yang variasi itu disebut bahasa baku atau bahasa

standar. Namun perlu diingat, dengan adanya

Page 20: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

15

pembakuan bahasa atau bahasa Indonesia yang baku,

bahasa Indonesia yang tidak baku tetap hidup dan

berkembang sesuai dengan fungsinya dalam

komunikasi. Dengan demikian, pembakuan tidak

bermaksud untuk mematikan variasi-variasi bahasa

tidak baku.

Ragam tidak baku banyak mengandung unsur-

unsur dialek dan bahasa daerah sehingga ragam

bahasa tidak baku banyak sekali variasinya. Selain

dialek, ragam bahasa tidak baku juga bervariasi dalam

hal lafal atau pengucapan, kosa kata, struktur kalimat

dan sebagainya. Untuk mengatasi keanekaragaman

pemakaian bahasa yang merupakan variasi dari

bahasa tidak baku maka diperlukan bahasa bahasa

baku atau bahasa standar. Mengapa? Karena bahasa

baku tidak hanya ditandai oleh kesergaman dan

ketunggalan ciri-cirinya tetapi juga ditandai oleh

keseragaman dan ketunggalan fungsi-fungsinya.

Pada situasi komunikasi bagaimanakah kita

harus menggunkan bahasa Indonesia baku?

Kridalaksana (1978) mengatakan bahwa bahasa

Indonesia baku adalah ragam bahasa yang

dipergunakan dalam:

(a) komunikasi resmi, yakni surat-menyurat resmi,

pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan

oleh instansi resmi, penamaan dan peristilahan

resmi, perundang-undangan, dan sebagainya

(ingat kembali fungsi bahasa Indonesia sebagai

bahasa resmi);

(b) wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan

karangan ilmiah;

Page 21: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

16

(c) pembicaraan di depan umum yakni dalam

ceramah, kuliah, khotbah; dan

(d) pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni

orang yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya

dan orang yang baru dikenal.

Ciri struktur (unsur-unsur) bahasa Indonesia

baku diuraikan satu persatu seperti berikut:

(1) Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara

eksplisit dan konsisten.

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Ahmad melempar

mangga yang ada di

depan rumahnya.

− Hama wereng

menyerang padi

petani yang sudah

mulai menguning.

− Anak itu sudah

mampu berjalan

walaupun masih

tertatih-tatih.

− Kuliah sudah berjalan

dengan lancar.

− Ahmad lempar

mangga yang ada di

depan rumahnya.

− Hama wereng serang

padi petani yang

sudah mulai

menguning.

− Anak itu sudah

mampu jalan

walaupun masih

tertatih-tatih.

− Kuliah sudah jalan

dengan lancar.

(2) Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat,

dan sebagainya secara eksplisit dan konsisten.

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

Page 22: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

17

− Direktur perusahaan

itu pergi ke luar

negeri.

− Direktur perusahaan

itu ke luar negeri.

(3) Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada)

secara eksplisit dan konsisten (pemakaian kata

penghubung secara tepat dan ajeg)

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Ia tahu bahwa

anaknya tidak lulus.

− Ia tidak percaya

kepada semua orang,

karena tidak setiap

orang jujur.

− Ia tahu anaknya tidak

lulus.

− Ia tidak percaya

kepada semua orang,

tidak setiap orang

jujur.

(4) Pemakaian pola frase verbal aspek + agen +

verba (bila ada) secara konsisten (penggunaan

urutan kata yang tepat)

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Maksud Anda sudah

saya pahami.

− Kiriman itu telah

kami terima.

− Pot bunga itu akan

kamu simpan di

mana?

− Maksud Anda saya

sudah pahami.

− Kiriman itu kami

telah terima.

− Pot bunga itu kamu

akan simpan di

mana?

Page 23: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

18

(5) Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis)

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Ia memberitahukan

bahwa besok ada

pertemuan di

sekolah.

− Istrinya sedang

mengikuti Seleksi

CPNS.

− Ia selalu membantu

siswa membersihkan

kelas sebelum

pembelajaran

dimulai.

− Menurut mereka,

pendidikan itu

penting.

− Berapa harganya?

− Ia kasi tahu bahwa

besok ada

pertemuan di

sekolah.

− Dia punya istri

sedang mengikuti

seleksi CPNS.

− Ia selalu membantu

siswa bikin bersih

kelas sebelum

pembelajaran

dimulai.

− Menurut dia orang,

pendidikan itu

penting.

− Berapa dia punya

harga?

(6) Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara

konsisten

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Bagaimanakah

memakai alat itu?

− Bagaimana cara

pakai alat itu?

Page 24: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

19

(7) Pemakaian preposisi yang tepat

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Ia mengirim surat ke

pada saya.

− Buku itu ada pada

saya.

− Anak itu pergi ke

sekolah dengan

temannya.

− Ia mengirim surat ke

saya.

− Buku itu ada di saya.

− Anak itu pergi ke

sekolah sama

temannya.

(8) Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut

fungsi dan tempatnya

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Semua siswa

diharapkan masuk

ke kelas atau Siswa-

siswa diharapkan

masuk ke kelas.

− Mereka itu.

− Mereka tendang-

menendang.

− Suatu titik

pertemuan atau

titik pertemuan.

− Semua siswa-siswa

diharap-kan masuk

ke kelas.

− Mereka-mereka itu.

− Mereka saling

tendang-

menendang.

− Suatu titik-titk

pertemuan.

Page 25: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

20

(9) Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda

dari unsur-unsur yang menandai bahasa

Indonesia baku.

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Hari ini saya tidak

dapat mengikuti

pertemuan.

− Anda dipanggil oleh

kepala sekolah.

− Dia mengatakan

bahwa hari ini libur.

− Kepala sekolah

memberi

pengarahan kepada

semua siswa.

− Ia berbuat begitu

karena sangat sayang

kepada adiknya

− Bagaimana cara

belajar yang baik?

− Ini hari saya tidak

dapat mengikuti

pertemuan.

− Situ dipanggil oleh

kepala sekolah.

− Dia bilang bahwa

hari ini libur.

− Kepala sekolah kasih

pengarahan kepada

semua siswa.

− Ia berbuat gitu

karena

− sangat sayang

kepada adiknya

− gimana cara belajar

yang baik?

(10) Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku

(EYD)

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Mesti

− mungkin

− panitia

− pihak

− musti

− mungking atau

mumkin

− panitya

Page 26: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

21

− asas

− teladan

− hewan

− dipukul

− tradisional

− universal

− fihak

− azas atau azaz

− tauladan

− khewan

− di pukul

− tradisionil

− universil

(11) Pemakaian peristilahan resmi

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Acak

− sahih

− tataran

− perangkat

− masukan

− keluaran

− cendera mata

− peringkat

− kawasan

− random

− valid

− level

− set

− input

− output

− tanda mata

− ranking

− area

(12) Pemakaian kaidah yang baku

Contoh:

Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia Tidak

Baku

− Hal itu sudah kita

pahami.

− Ibu membelikan adik

buku.

− Pengendara sepeda

diharap turun.

− Hal itu sudah

dipahami oleh kita.

− Ibu membelikan

buku adik

− Naik sepeda harap

turun.

Page 27: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

22

b. Ragam Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan

Seseorang perlu memahami dengan baik

perbedaan ragam bahasa lisan dan tulis agar

tulisannya tidak menggunakan ragam bahasa lisan

atau sebaliknya, dalam berbicara menggunakan ragam

bahasa tulis. Merupakan suatu kecelakaan bagi penulis

bila mengarang menggunakan bahasa lisan. Dalam

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan

ada dua perbedaan yang mencolok mata yang dapat

diamati antara ragam bahas tulis dengan ragam

bahasa lisan, yaitu berhubungan dengan: (1) suasana

peristiwanya, dan (2) dari segi intonasi.

(1) Dari segi suasana peristiwa

Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja

orang yang diajak berbahasa tidak ada dihadapan

kita. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan perlu

lebih jelas, karena ujaran kita tidak dapat disertai

dengan isyarat, pandangan, atau anggukan, tanda

penegasan di pihak kita atau pemahaman di pihak

pendengar kita. Itulah sebabnya kalimat dalam ragam

tulis harus lebih cermat. Fungsi gramatikal, seperti

subjek, predikat, objek, dan hubungan antara setiap

fungsi itu harus nyata dan erat. Sedangkan dalam

bahasa lisan, karena pembicara berhadapan langsung

dengan pendengar, unsur (subjek-predikat-objek)

kadangkala dapat diabaikan. Maka, jika ingin menjadi

orang yang cermat dalam berbahasa perlu menyadari

bahwa kalimat yang Anda tulis berlainan dengan

kalimat yang Anda ujarkan karena bahasa tulis dapat

dikaji dan dibaca oleh pembaca secara berulang-

ulang. Oleh sebab itu, dalam menulis, kalimat harus

Page 28: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

23

lebih lengkap, ringkas, jelas, dan elok. Jika diperlukan,

tulisan perlu disunting beberapa kali agar dapat

dihasilkan tulisan yang betul-betul komunikatif bagi

pembaca.

(2) Dari segi intonasi

Yang membedakan bahasa lisan dan tulisan

adalah berkaitan dengan intonasi (panjang-pendek

suara/tempo, tinggi-rendah suara/nada, keras-lembut

suara/tekanan) yang sulit dilambangkan dalam ejaan

dan tanda baca, serta tata tulis yang dimiliki. Jadi,

kadangkala bahasa tulisan perlu dirumuskan kembali

jika ingin menyampaikan perasaan yang sama

lengkapnya dengan ungkapan perasaan dalam bahasa

lisan. Walaupun ragam bahasa tulis lebih rumit namun

demikian ragam ini mempunyai keistimewaan yang

tidak dimiliki bahasa lisan seperti dimungkinkannya

digunakan huruf kapital, huruf miring, dan tanda

kutip, paragraf atau tanda-tanda baca lainnya.

Goeller (1980) mengemukakan bahwa ada tiga

krakteristik bahasa tulisan yaitu acuracy, brevety,

claryty (ABC).

(a) Acuracy (akurat) adalah segala informasi atau

gagasan yang dituliskan dapat memberi

keyakinan bagi pembaca bahwa hal tersebut

masuk akal atau logis. Pertanyaan yang dapat

diajukan untuk mengetahui keakuratan tulisan

adalah sebagai berikut:

- Apakah tulisan saya tidak menyampaikan

gagasan yang berlebihan?

- Apakah saya telah memikirkan secara cermat

gagasan yang ada dalam tulisan ini?

Page 29: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

24

- Apakah saya telah mencek keseluruhan tulisan

ini sehingga tidak ada yang keliru?

(b) Brevety (ringkas) yang berarti gagasan tertulis

yang disampaikan bersifat singkat karena tidak

menggunakan kata yang mubazir dan berulang,

seluruh kata yang digunakan dalam kalimat ada

fungsinya.

Contoh:

Tidak Ringkas Ringkas

Untuk memenuhi

kekurangan ikan perlu

ada peningkatan

produksi dengan jalan

meningkat-kan usaha

penangkapan ikan

agar supaya keku-

rangan tersebut dapat

dipenuhi.

Untuk memenuhi

kekurangan ikan,

perlu peningkatan

produksi melalui

penangkapan.

Pertanyaan yang dapat diajukan untuk

mengetahui keringkasan tulisan adalah sebagai

berikut:

- Apakah saya telah menggunakan cara

tersingkat dalam menyampaikan gagasan dan

pembaca dapat memahaminya dengan baik?

- Apakah ada kata-kata yang bisa dibuang tanpa

mempengaruhi keutuhan makna kalimat?

(c) Claryty (jelas) adalah tulisan itu mudah dipahami,

alur pikirannya mudah diikuti oleh pembaca.

Tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca.

Contoh:

Page 30: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

25

Tidak Ringkas Ringkas

Siapa yang mengusutkan

persoalan itu?

Persoalan itu diusut

oleh siapa?

Pertanyaan yang dapat digunakan untuk

mengetahui kejelasan tulisan adalah:

- Apakah saya sendiri mengerti dengan baik

tulisan saya?

- Apakah saya telah memilih kata dan menyusun

kalimat dengan cermat?

c. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Hampir setiap saat kita sering mendengar

anjuran “gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan

benar.” Bahkan sebagai seorang guru, sering pula

mengingatkan siswa untuk menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar. Apakah istilah bahasa

yang baik dan benar memang sudah dipahami

maksudnya? Ataukah ada bahasa yang baik dan ada

bahasa yang benar? Ataukah bahasa yang baik adalah

bahasa yang benar?

Berbahasa Indonesia yang baik adalah

berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat

tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan

siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topik

pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu

perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam

berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan

ragam yang tepat dan serasi menurut golongan

penutur dan jenis pemakaian bahasa.

Page 31: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

26

Ada pun berbahasa Indonesia yang benar

adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan

kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Dengan

kata lain, pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah

yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang

merupakan bahasa yang benar atau betul.

Jadi, terkadang kita menggunakan bahasa

bahasa yang baik, artinya tepat, tetapi tidak termasuk

bahasa yang benar. Sebaliknya, terkadang pula

mungkin kita menggunakan bahasa yang benar yang

penerapannya tidak baik karena situasi mensyaratkan

ragam bahasa yang baku. Maka anjuran agar kita

“berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat

diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan

sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah

bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang

baik dan benar”, sebaliknya, mengacu ke ragam

bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan

kebaikan dan kebenaran.

Di bawah ini disajikan sebuah kisah nyata yang

dikutip dari Syafi‟ie (1990):

Seorang nakhoda kapal suatu ketika mengetahui

bahwa di antara penumpangnya terdapat

seorang ahli bahasa-bahasa Indonesia. Ia minta

bantuan sang ahli bahasa itu untuk

mengumumkan peraturan pengambilan makanan

bagi para penumpangnya. Sang ahli bahasa yang

bernama Prof. Dr. Van Ronkel kemudia berdiri di

depan para penumpangnya: “Maka adalah

nakhoda bahtera ini memberi maklumat kepada

sekalian jemaah haji bahwasanya sekalipun tuan-

tuan haji akan diberi makanan dan minuman

Page 32: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

27

bilamana warakah dari bahtera ini

dipertunjukkan kepada tuan nakhoda.”

Mendengar itu banyak jemaah haji yang

terbengong-bengong dan tidak segera

menukarkan tiketnya untuk mendapatkan

makanan. Sang nakhoda pun bingungdan

terheranheran. Segera saja ia memerintahkan

seorang kelasi untuk mengumumkannya kembali.

Sang kelasi dengan sedikit gemas mengucapkan:

“Hee, apa kowe tidak mengerti, kalau mau

makan, kasih lihat tiket? Ayo, lekas ambila

makan!” Para jemaah haji yang semula

terbengong-bengong segera saja beranjak dari

duduknya dan turut pergi mengambil makanan.

Melihat itu sang nakhoda kapal beserta kelasinya

tak tahan menahan tawanya lagi. (G. D. Pasesa

1981: Enam Bulan Pasca Bulan Bahasa. Apa Kabar

Pemakaian Bahasa?)

Bagaimana? Ragam bahasa apakah yang

digunakan oleh ahli bahasa dalam kutipan di atas?

Apakah bahasanya komunikatif? Sebaliknya, ragam

bahasa apa yang digunakan oleh sang kelasi?

Kumunikatifkah ragam bahasanya atau tidak?

Page 33: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

28

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

1. Model, Pendekatan, Metode, Teknik, dan Strategi

Model pembelajaran adalah bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam

model pembelajaran terdapat strategi pencapaian

kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan

teknik pembelajaran.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak

atau sudut pandang kita terhadap proses

pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru

menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct

instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran

ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran

yang berpusat pada siswa menurunkan strategi

pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi

pembelajaran induktif.

Metode merupakan jabaran dari pendekatan.

Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai

metode. Metode adalah prosedur pembelajaran yang

difokuskan ke pencapaian tujuan.

Teknik dan taktik mengajar merupakan

penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah

cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

mengimplementasikan suatu metode. Misalnya, cara

BAB III

Page 34: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

29

yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode

ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien?

Dengan demikian sebelum seorang melakukan proses

ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan

situasi.

Taktik adalah gaya seseorang dalam

melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan

yang didisain untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.(J.R. David dalam Sanjaya, 2008:126).

Selanjutnya dijelaskan strategi pembelajaran adalah

suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan

guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara efektif dan efisien (Kemp dalam

Sanjaya, 2008:126). Istilah strategi sering digunakan

dalam banyak konteks dengan makna yang selalu

sama. Dalam konteks pengajaran strategi bisa

diartikan sebagai suatu pola umum tindakan

gurupeserta didik dalam manifestasi aktivitas

pengajaran (Ahmad Rohani, 2004 : 32). Sementara

itu, Joyce dan Weil lebih senang memakai istilah

model-model mengajar daripada menggunakan

strategi pengajaran (Joyce dan Weil dalam Rohani,

2004:33). Nana Sudjana menjelaskan bahwa strategi

mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang

digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar

mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi

para siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran

secara lebih efektif dan efisien (Nana Sudjana dalam

Rohani, 2004:34). Jadi menurut Nana Sudjana,

strategi mengajar/pengajaran ada pada pelaksanaan,

Page 35: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

30

sebagai tindakan nyata atau perbuatan guru itu sendiri

pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu

dalam satuan pelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwa strategi pembelajaran harus

mengandung penjelasan tentang metode/prosedur

dan teknik yang digunakan selama proses

pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, strategi

pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas

daripada metode dan teknik. Artinya,

metode/prosedur dan teknik pembelajaran

merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Dari

metode, teknik pembelajaran diturunkan secara

aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran

berlangsung.

2. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran Bahasa

Indonesia

a. Pendekatan Whole Language

Whole language adalah suatu pendekatan

pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran

bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah. (Edelsky,

1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992,

dalam Santosa, 2004).

Para ahli whole language berkeyakinan bahwa

bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak

dapat dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu,

pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen

bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan

secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau

otentik. Pengajaran tentang penggunaan tanda baca,

umpamanya, diajarkan sehubungan dengan

Page 36: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

31

pembelajaran keterampilan menulis. Demikian juga

pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan

dengan pembelajaran berbicara, pembelajaran sastra

dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran

membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu,

dalam pendekatan whole language, pembelajaran

bahasa dapat juga disajikan sekaligus dengan materi

pelajaran lain, umpamanya bahasa-matematika,

bahasa-IPS, bahasa-sains, bahasa-agama.

Ciri-ciri Whole Language

Ada tujuh ciri yang menandakan kelas whole

language :

(1) Kelas yang menerapkan whole language penuh

dengan barang cetakan, misalnya: poster hasil

kerja siswa dan karya tulis siswa menghiasi

dinding kelas.

(2) Siswa belajar melalui model atau contoh. Guru

dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan

membaca, menulis, menyimak, dan berbicara.

(3) Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

(4) Siswa berbagi tanggung jawab dalam

pembelajaran. Peran guru di kelas whole

language hanya sebagai fasilitator dan siswa

mengambil alih beberapa tanggung jawab yang

biasanya dilakukan oleh guru.

(5) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran

bermakna. Dalam hal ini interaksi guru adalah

multiarah.

Page 37: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

32

(6) Siswa berani mengambil risiko dan bebas

bereksperimen. Guru tidak mengharapkan

kesempurnaan, yang penting adalah respon atau

jawaban yang diberikan siswa dapat diterima.

(7) Siswa mendapat balikan (feed back) positif baik

dari guru maupun temannya. Konferensi antara

guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa

untuk melakukan penilaian diri dan melihat

perkembangan diri. Siswa yang

mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan

respon positif dari temannya. Hal ini dapat

membangkitkan rasa percaya diri.

Penilaian dalam Kelas Whole Language

Dalam kelas whole language guru senantiasa

memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

Guru memberikan penilaian pada siswa selama proses

pembelajaran berlangsung, guru memperhatikan siswa

menulis, mendengarkan siswa berdiskusi baik dalam

kelompok maupun diskusi kelas. Ketika siswa

bercakap-cakap dengan temannya atau dengan guru,

penilaian juga dilakukan. Bahkan, guru juga

memberikan penilaian saat siswa bermain selama

waktu istirahat. Kemudian, penilaian juga berlangsung

ketika siswa dan guru mengadakan konferensi. Selain

itu, penilaian juga dilakukan dengan menggunakan

portofolio.

b. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa

secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai

dengan situasi nyata lingkungan seseorang melalui

Page 38: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

33

pencarian hubungan masuk akal dan bermanfaat.

Melalui pemaduan materi yang dipelajari dengan

pengalaman keseharian, siswa akan menghasilkan

dasar-dasar pengetahuan yang mendalam. Siswa akan

mampu menggunakan pengetahuannya untuk

menyelesaikan masalah-masalah baru yang belum

pernah dihadapinya dengan peningkatan pengalaman

dan pengetahuannya. Siswa diharapkan dapat

membangun pengetahuannya yang akan diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari dengan memadukan

materi pelajaran yang telah diterimanya di sekolah.

Nathan Gage in Brown mendefinisikan

pengajaran sebagai berikut, “Teaching is guiding and

facilitating learning, enabling the learner to learn,

setting the conditions for learning,” (Brown, 1994:7).

Mengajar berarti memandu dan memfasilitasi belajar

memungkinkan pemelajar untuk belajar, menciptakan

kondisi belajar. Definisi di atas menunjukkan bahwa

pengajaran tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran.

Pengajaran merupakan kegiatan yang diciptakan oleh

guru untuk memfasilitasi siswa dalam proses

pembelajaran. Pengajaran merupakan kegiatan yang

sangat memerlukan keterlibatan siswa. Demikian juga

dengan pendekatan kontekstual yang berpusat pada

siswa.

Kontekstual adalah kaidah yang dibentuk

berazaskan maksud kontekstual itu sendiri.

Kontekstual seharusnya mampu membawa pelajar ke

pemelajaran isi dan konsep yang berkenaan atau

relevan bagi mereka, dan juga memberi makna dalam

kehidupan seharian mereka. Jadi, pemelajaran

kontekstual merupakan satu konsepsi pengajaran dan

Page 39: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

34

pembelajaran yang membantu guru mengaitkan

bahan subjek yang dipelajari dengan situasi dunia

sebenarnya dan memotivasikan pemelajar untuk

membuat hubungan antara pengetahuan dengan

aplikasinya dalam kehidupan harian mereka sebagai

anggota keluarga, masyarakat, dan pekerja

Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan

komponen yang harus ditempuh, yaitu:

(1) Membuat keterkaitan-keterkaitan yang

bermakna.

(2) Melakukan pekerjaan yang berarti.

(3) Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri.

(4) Bekerja sama.

(5) Berpikir kritis dan kreatif.

(6) Membantu individu untuk tumbuh dan

berkembang.

(7) Mencapai standar yang tinggi.

(8) Menggunakan penilaian autentik (Johnson,

2007:65-66).

Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan

bahwa pendekatan kontekstual adalah

mempraktikkan konsep belajar yang mengaitkan

materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata

siswa. Siswa secara bersama-sama membentuk suatu

sistem yang memungkinkan mereka melihat makna di

dalamnya.

Pendekatan kontekstual dapat diterapkan

dalam mata pelajaran apa saja. Tidak terkecuali dalam

mata pelajaran Bahasa Indonesia. Menurut konsep

CTL, “Belajar akan lebih bermakna jika anak didik

„mengalami‟ apa yang dipelajarinya, bukan sekedar

„mengetahui‟ apa yang dipelajarinya”. Pembelajaran

Page 40: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

35

yang berorientasi pada target penguasaan materi

terbukti berhasil dalam kompetisi „mengingat‟ jangka

pendek, tetapi gagal dalam membekali anak didik

memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka

panjang (Hernowo, 2005:61).

Terdapat lima karakteristik penting dalam

proses pembelajaran yang menggunakan CTL:

(1) Dalam CTL pembelajaran merupakan proses

pengaktifan pengetahuan yang sudah ada

(activing knowledge). Artinya, apa yang akan

dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang

sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan

yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan

yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama

lain.

(2) Pembelajaran yang kontekstual adalah

pembelajaran dalam rangka memperoleh dan

menambah pengetahuan baru (acquiring

knowledge). Pengetahuan baru itu dapat

diperoleh dengan cara deduktif. Artinya,

pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara

keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.

(3) Pemahaman pengetahuan (understanding

knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh

bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami

dan diyakini.

(4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman

tersebut (applying knowledge). Artinya,

pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya

harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan

nyata.

Page 41: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

36

(5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge)

terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk

proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

c. Pendekatan Komunikatif

Pendekatan komunikatif adalah suatu

pendekatan yang bertujuan untuk membuat

kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran

bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi

pembelajaran 4 keterampilan berbahasa

(mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis),

mengakui dan menghargai saling ketergantungan

bahasa.

Ciri utama pendekatan komunikatif adalah

adanya 2 kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni

adanya kegiatan-kegiatan komunikatif fungsional

(functional communication activies) dan kegiatan-

kegiatan yang sifatnya interaksi sosial (social

interaction activies). Kegiatan komunikatif fungsional

terdiri atas 4 hal, yakni: a) mengolah informasi; b)

berbagi dan mengolah informasi; c) berbagi informasi

dengan kerja sama terbatas; dan d) berbagi informasi

dengan kerja sama tak terbatas. Kegiatan interaksi

sosial terdiri atas 6 hal, yakni: a) improvisasi lakon-

lakon pendek yang lucu; b) aneka simulasi; c) dialog

dan bermain peran; d) sidang-sidang konversasi; e)

diskusi; dan f) berdebat.

Ada delapan aspek yang berkaitan erat

dengan pendekatan komunikatif (David Nunan, 1989,

dalam Solchan T.W., dkk. 2001:66), yaitu:

Page 42: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

37

(1) Teori Bahasa Pendekatan Komunikatif

berdasarkan teori bahasa menyatakan bahwa

pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem

untuk mengekspresikan makna, yang

menekankan pada dimensi semantik dan

komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa.

Oleh karena itu,yang perlu ditonjolkan adalah

interaksi dan komunikasi bahasa, bukan

pengetahuan tentang bahasa.

(2) Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini

adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara

alamiah.

(3) Tujuan mengembangkan kemampuan siswa

untuk berkomunikasi (kompetensi dan

performansi komunikatif).

(4) Silabus harus disusun searah dengan tujuan

pembelajaran dan tujuan yang dirumuskan dan

materi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan

siswa.

(5) Tipe kegiatan tukar menukar informasi, negosiasi

makna atau kegiatan lain yang bersifat riil.

(6) Peran guru fasilitator proses komunikasi,

partisipan tugas dan tes, penganalisis kebutuhan,

konselor, dan manajer proses belajar.

(7) Peran siswa pemberi dan penerima, sehingga

siswatidak hanya menguasai bentuk bahasa, tapi

juga bentuk dan maknanya.

(8) Peranan materi pendukung usaha meningkatkan

kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi

nyata.

Prosedur-prosedur pembelajaran berdasarkan

pendekatan komunikatif lebih bersifat evolusioner

Page 43: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

38

daripada revolusioner. Adapun garis kegiatan

pembelajaran yang ditawarkan mereka adalah:

penyajian dialog singkat, pelatihan lisan dialog yang

disajikan, penyajian tanya jawab, penelaah dan

pengkajian, penarikan simpulan, aktivitas interpretatif,

aktivitas produksi lisan, pemberian tugas,

pelaksanaan evaluasi.

d. Pendekatan Integratif

Pendekatan Integratif dapat dimaknakan

sebagai pendekatan yang menyatukan beberapa aspek

ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi

interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang

studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi

diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan

diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis

diintegrasikan dengan berbicara dan membaca.

Materikebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan

bahasa. Integratif antarbidang studi merupakan

pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi.

Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau

dengan bidang studi lainnya.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,

integratif interbidang studi lebih banyak digunakan.

Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung

menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali

dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya

diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai

mengintegrasikan penyampaian materi dapat

menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan

materi.

Page 44: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

39

Integratif sangat diharapkan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya

diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang

perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan.

Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu

dikemas secara menarik.

3. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Metode Audiolingual

Metode audiolingual sangat mengutamakan

drill (pengulangan). Metode itu muncul karena

terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam belajar

bahasa target. Padahal untuk kepentingan tertentu,

perlu penguasaan bahasa dengan cepat. Dalam

audiolingual yang berdasarkan pendekatan struktural

itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata,

dan pelatihan pola-pola kalimat berkali-kali secara

intensif. Guru meminta siswa untuk mengulang-ulang

sampai tidak ada kesalahan.

Langkah-langkah yang biasanya dilakukan

adalah (a) penyajian dialog atau teks pendek yang

dibacakan guru berulang-ulang dan siswa menyimak

tanpa melihat teks yang dibaca, (b) peniruan dan

penghafalan teks itu setiap kalimat secara serentak

dan siswa menghafalkannya, (c) penyajian kalimat

dilatihkan dengan pengulangan, (d) dramatisasi dialog

atau teks yang dilatihkan kemudian siswa

memperagakan di depan kelas, dan (e) pembentukan

kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.

Page 45: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

40

b. Metode Komunikatif

Desain yang bermuatan komunikatif harus

mencakup semua keterampilan berbahasa. Setiap

tujuan diorganisasikan ke dalam pembelajaran. Setiap

pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan konkret

yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini

dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat

dipahami, ditulis, diutarakan, atau disajikan ke dalam

nonlinguistis. Sepucuk surat adalah sebuah produk.

Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan, atau

peta, juga merupakan produk yang dapat dilihat dan

diamati. Dengan begitu, produk-produk tersebut

dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang berhasil.

Contohnya menyampaikan pesan kepada

orang lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Tujuan itu dapat dipecah menjadi (a) memahami

pesan, (b) mengajukan pertanyaan untuk

menghilangkan keraguan, (c) mengajukan pertanyaan

untuk memperoleh lebih banyak. informasi, (d)

membuat catatan, (e) menyusun catatan secara logis,

dan (f) menyampaikan pesan secara lisan. Dengan

begitu, untuk materi bahasan penyampaian pesan

saja, aktivitas komunikasi dapat terbangun secara

menarik, mendalam, dan membuat siswa lebih

intensif.

Page 46: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

41

c. Metode Produktif

Metode produktif diarahkan pada berbicara

dan menulis. Siswa harus banyak berbicara atau

menuangkan gagasannya. Dengan menggunakan

metode produktif diharapkan siswa dapat

menuangkan gagasan yang terdapat dalam pikirannya

ke dalam keterampilan berbicara dan menulis secara

runtun. Semua gagasan yang disampaikan dengan

menggunakan bahasa yang komunikatif. Yang

dimaksud dengan komunikatif di sini adalah adanya

respon dari lawan bicara. Bila kita berbicara lawan

bicara kita adalah pendengar, bila kita menulis lawan

bicara kita adalah pembaca.

d. Metode Langsung

Metode langsung berasumsi bahwa belajar

bahasa yangbaik adalah belajar yang langsung

menggunakan bahasa secara intensif dalam

komunikasi. Tujuan metode langsung adalah

penggunaan bahasa secara lisan agar siswa dapat

berkomunikasi secara alamiah seperti penggunaan

bahasa Indonesia di masyarakat. Siswa diberi latihan-

latihan untuk mengasosiasikan kalimat dengan artinya

melalui demonstrasi, peragaan, gerakan, serta mimik

secara langsung.

e. Metode Partisipatori

Metode pembelajaran partisipatori lebih

menekankan keterlibatan siswa secara penuh. Siswa

dianggap sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa

didudukkan sebagai subjek belajar. Dengan

Page 47: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

42

berpartisipasi aktif, siswa dapat menemukan hasil

belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau

fasilitator.

Dalam metode partisipatori siswa aktif,

dinamis, dan berlaku sebagai subjek. Namun, bukan

berarti guru harus pasif, tetapi guru juga aktif dalam

memfasilitasi belajar siswa dengan suara, gambar,

tulisan dinding, dan sebagainya. Guru berperan

sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi,

pandai berperan sebagai moderator dan kreatif.

Konteks siswa menjadi tumpuan utama.

f. Metode Membaca

Metode membaca bertujuan agar siswa

mempunyai kemampuan memahami teks bacaan yang

diperlukan dalam belajar siswa. Berikut langkah-

langkah metode membaca:

(1) pemberian kosakata dan istilah yang dianggap

sukar dari guru ke siswa. Hal ini diberikan dengan

definisi dan contoh ke dalam kalimat.

(2) Penyajian bacaan di kelas. Bacaan dibaca

dengandiam selama 10-15 menit (untuk

mempercepat waktu, bacaan dapat diberikan

sehari sebelumnya)

(3) Diskusi isi bacaan dapat melalui tanya jawab.

(4) Pembicaraan tata bahasa dilakukan dengan

singkat. Hal itu dilakukan jika dipandang perlu

oleh guru.

(5) Pembicaraan kosakata yang relevan.

(6) Pemberian tugas seperti mengarang (isinya

relevan dengan bacaan) atau membuat denah,

Page 48: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

43

skema, diagram, ikhtisar, rangkuman, dan

sebagainyayang berkaitan dengan isi bacaan.

g. Metode Tematik

Dalam metode tematik, semua komponen

materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema

yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu

dipahami adalah bahwa tema bukanlah tujuan tetapi

alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan

disajikan secara kontekstualitas, kontemporer,

konkret, dan konseptual.

Tema yang telah ditentukan haruslah diolah

dengan perkembangan lingkungan siswa yang terjadi

saat ini. Begitu pula isi tema disajikan secara

kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi

sekarang di lingkungan siswa juga harus terbahas dan

terdiskusikan di kelas. Tema tidak disajikan secara

abstrak tetapi diberikan secara konkret. Semua siswa

dapat mengikuti proses pembelajaran dengan logika

yang dipunyainya. Konsep-konsep dasar tidak

terlepas. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau

dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan

pemahaman.

h. Metode Kuantum

Quantum Learning (QL) merupakan metode

pendekatan belajar yang bertumpu dari metode Freire

dan Lozanov. QL mengutamakan kecepatan belajar

dengan cara partisipatori peserta didik dalam melihat

potensi diri dalam kondisi penguasaan diri. Gaya

Page 49: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

44

belajar mengacu pada otak kanan dan otak kiri

menjadi ciri khas QL. Menurut QL bahwa proses

belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks.

Segala sesuatu dapat berarti setiap kata, pikiran,

tindakan, dan asosiasi, serta sejauh mana guru

mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan

pengajaran maka sejauh itulah proses belajar

berlangsung. Hubungan dinamis dalam lingkungan

kelas merupakan landasan dan kerangka untuk

belajar. Dengan begitu, pembelajar dapat mememori,

membaca, menulis, dan membuat peta pikiran

dengan cepat.

i. Metode Diskusi

Diskusi adalah proses pembelajaran melalui

interaksi dalam kelompok. Setiap anggota kelompok

saling bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan

untuk memecahkan suatu masalah,menjawab suatu

pertanyaan, menambah pengetahuan atau

pemahaman, atau membuat suatu keputusan. Apabila

proses diskusi melibatkan seluruh anggota kelas,

pembelajaran dapat terjadi secara langsung dan

bersifat student centered (berpusat pada siswa).

Dikatakan pembelajaran langsung karena guru

menentukan tujuan yang harus dicapai melalui diskusi,

mengontrol aktivitas siswa serta menentukan fokus

dan keberhasilan pembelajaran. Dikatakan berpusat

kepada siswa karena sebagian besar input

pembelajaran berasal dari siswa, mereka belajar secara

aktif dan meningkatkan belajar, serta mereka dapat

menemukan hasil diskusi mereka.

Page 50: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

45

j. Metode Kerja Kelompok Kecil (Small-Group

Work)

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok

kecil merupakan metode yang banyak dianjurkan oleh

para pendidik. Metode ini dapat dilakukan untuk

mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok

kecil merupakan metode pembelajaran yang berpusat

kepada siswa. Siswa dituntut untuk memperoleh

pengetahunan sendiri melalui bekerja secara bersama-

sama. Tugas guru hanyalah memonitor apa yang

dikerjakan siswa. Yang ingin diperolah melalui kerja

kelompok adalah kemampuan interaksi sosial, atau

kemampuan akademik atau mungkin juga keduanya.

4. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Startegi Pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung adalah istilah yang

sering digunakan untuk teknik pembelajaran

ekspositoris, atau teknik penyampaian semacam

kuliah (sering juga digunakan istilah “chalck and

talk”). Strategi pembelajaran langsung merupakan

bentukdan pendekatan pembelajaran yang

berorientasi kepada guru (teacher centered approach).

Dikatakan demikian, sebab dalam staretgi ini guru

memegang peran yang sangat dominan. Melalui

strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran

secara terstruktur. Diharapkan apa yang disampaikan

itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama

strategi ini adalah kemampuan akademik (academic

achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan

Page 51: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

46

kuliah dan demonstrasi merupakan bentuk-bentuk

strategi pembelajaran langsung.

b. Strategi Pembelajaran Cooperative Learning

Cooperative Learning adalah strategi

pembelajaran yang menekankan pada proses kerja

sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri atas 3

sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi

akademik yang spesifik sampai tuntas.. Melalui

Cooperative Learning siswa didorong untuk bekerja

sama secara maksimal sesuai dengan keadaan

kelompoknya. Kerja sama di sini dimaksudkan setiap

anggota kelompok harus saling bantu. Yang cepat

harus membantu yang lambat karena penilaian akhir

ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan

individu adalah kegagalan kelompok, dan sebaliknya

keberhasilan individu adalah keberhasilan

kelompok.Oleh karena itu, setiap anggota harus

memiliki tanggung jawab penuh terhadap

kelompoknya. Beberapa penulis seperti Slavin,

Johnson, & Johnson, mengatakan ada komponen

yang sangat penting dalam strategi pembelajaran

cooperative yaitu kooperatif dalam mengerjakan

tugas-tugas dan kooperatif dalam memberikan

dorongan atau motivasi.

Slavin, Abrani, dan Chambers (1996)

berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat

dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif

sosial, perspektif perkembangan kognitif dan

perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi,

artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada

kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok

Page 52: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

47

akan saling membantu. Perspektif sosial artinya bahwa

melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu

dalam belajar karena mereka menginginkan semua

anggota kelompok memperoleh keberhasilan.

Bekerja secara tim dengan mengevaluasi

keberhasilansendiri oleh kelompok, merupakan iklim

yang bagus, karena setiap anggota kelompok

menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan.

Dengan demikian keberhasilan setiap indivindu pada

dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal

semacam ini akan mendorong setiap anggota

kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan

kelompoknya.

Perspektif perkembangan kognitif artinya

bahwa dengan adanya interaksi antara anggota

kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa

untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi

kognitif, artinya bahwa setiap siswa akanberusaha

untuk memahami dan menimba informasi untuk

menambah pengetahuan kognitifnya.

c. Strategi Pembelajaran Problem Solving

Mengajar memecahkan masalah berbeda

dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai

suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan

masalah adalah mengajar bagaimana siswa

memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan

soal-soal matematika. Sedangkan strategi

pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik

untuk membantu siswa agar memahami dan

menguasai materi pembelajaran dengan

menggunakan strategi pemecahan masalah. Dengan

Page 53: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

48

demikian perbedaan keduanya terletak pada

kedudukan pemecahan masalah itu. Mengajar

memecahkan masalah berarti pemecahan masalah itu

sebagai isi atau content dari pelajaran, sedangkan

pemecahan masalah adalah sebagai suatu strategi.

Jadi, kedudukan pemecahan masalah hanya sebagai

suatu alat saja untuk memahami materi pembelajaran.

Ada beberapa ciri strategi pembelajaran

dengan pemecahan masalah, pertama, siswa bekerja

secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil;

kedua, pembelajaran ditekankan kepada materi

pelajaran yang mendukung persoalan-persoalanuntuk

dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak

kemungkinan cara pemecahanya; ketiga, siswa

menggunakan banyak pendekatan dalam belajar;

keempat, hasil dari pemecahan masalah adalah tukar

pendapat (sharing) di antara semua siswa.

d. Strategi Mengulang

Strategi mengulang sederhana digunakan untuk

sekedar membaca ulang materi tertentu untuk

menghafal saja. Contoh lain dari strategi

sederhanaadalah menghafal nomor telepon, arah

tempat, waktu tertentu, daftar belanjaan, dan

sebagainya. Memori yang sudah ada di pikiran

dimunculkan kembali untuk kepentingan jangka

pendek, seketika, dan sederhana.

Penyerapan bahan belajar yang lebih kompleks

memerlukan strategi mengulang kompleks. Menggaris

bawahi ide-ide kunci, membuat catatan pinggir, dan

menuliskan kembali inti informasi yang telah diterima

merupakan bagian darimengulang kompleks. Strategi

Page 54: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

49

tersebut tentunya perlu diajarkan ke siswa agar

terbiasa dengan cara demikian.

e. Strategi Elaborasi

Strategi elaborasi adalah proses penambahan

rinciansehingga informasi baru akan menjadi lebih

bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean

lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan

kepastian. Strategi elaborasi membantu pemindahan

informasi baru dari memori di otak yang bersifat

jangka pendek ke jangka panjang dengan

menciptakan hubungan dan gabungan antara

informasi baru dengan yang pernah ada.

Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah

pembuatancatatan, analogi, dan PQ4R. Pembuatan

catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan

antara informasi yang dipunyai sebelumnya dengan

informasi baru yang didapat melalui proses mencatat.

Dengan mencatat, siswa dapat menuangkan ide baru

dari percampuran dua informasi itu. Analogi

merupakan cara belajar dengan pembandingan yang

dibuat untuk menunjukkan persamaan antara ciri

pokok benda atau ide, misalnya otak kiri mirip

dengan komputer yang menerima dan menyimpan

informasi. P4QR merupakan strategi yang digunakan

untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka

baca. P4QR singkatan dari Preview (membaca

selintas dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R

singkatan dari read, reflect, recite, dan review atau

membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri,

dan mengulang secara menyeluruh. Strategi PQ4R

merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti

Page 55: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

50

efektif dalam membantu siswa menghafal informasi

bacaan.

f. Strategi Organisasi

Strategi organisasi membantu pelaku belajar

meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru

dengan struktur pengorganisasian baru. Strategi

organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide

atau istilah menjadi subset yang lebih kecil. Strategi

tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian

ide-ide atau fakta kunci dari sekumpulan informasi

yang lebih besar.

Bentuk strategi organisasi adalah Outlining,

yakni membuat garis besar. Siswa belajar

menghubungkan berbagai macam topik atau ide

dengan beberapa ide utama. Mapping, yang lebih

dikenal dengan pemetaan konsep, dalam beberapa

hal lebih efektif daripada outlining. Mnemonics

membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat

diklasifikasikan sebagai satu strategi, elaborasi atau

organisasi. Mnemonics membantu dengan

membentuk asosiasi yang secara alamiah tidak ada

yang membantu mengorganisasikan informasi menjadi

memori kerja. Strategi Mnemonics terdiri atas

pemotongan, akronim, dan kata berkait.

5. Teknik Pembelajaran Bahasa

Pengertian teknik pembelajaran menekankan

pada pemberian latihan-latihan untuk memperoleh

dan meningkatkan keterampilan berbahasa yang telah

dimilik. Penerapan teknik pembelajaran ini

menekankan kegiatan dan kreativitas siswa.Teknik

Page 56: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

51

pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan

bahan ajar yang telah disusun dan bergantung pada

kemampuan guru dalam mencari siasat agar

pembelajaran berjalan lancar dan berhasil

maksimal.Dalam menentukan teknik pembelajaran ini,

guru perlu mempertimbangkan situasi kelas,

lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan

kondisi lainnya.

Berikut dijelaskan teknik-teknik pembelajaran

keterampilan berbahasa mulai dari menyimak,

berbicara, membaca dan menulis.

a. Teknik Pembelajaran Menyimak

Beberapa teknik pembelajaran menyimak yang

dapat diterapkan guru adalah:

(1) Dengar-ulang ucap

Pembelajaran menyimak dengan teknik ini

dilakukan dengan memperdengarkan model ucapan

kepada siswa dan siswamenirukan pengucapannya.

Guru perlu mempersiapkan secara cermat model

ucapan yang akan diajarkan apakah berbentuk kata,

kalimat yang sesuai dengan tingkat kemampuan

siswa. Walaupun teknik pembelajaran teknik ini

bersifat mekanis, jika diperlukan akan bermanfaat bagi

siswa. Misalnya pelafalan fonem yang benar sesuai

lafal fonem bahasa Indonesia, terutama sebagai bekal

dalam membaca teknik.

(2) Dengar-tulis

Teknik dengar-tulis juga disebut dengan dikte.

Dikte ini menurut Burhan Nurgiantoro (2010: 417)

dapat juga berperan sebagai alat penilaian menulis di

samping sebagai teknik pembelajaran menyimak.

Page 57: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

52

Dalam pembelajaran, siswa diminta untuk

mendengarkan penggunaan bahasa kemudian diminta

menuliskan apa yang telah didengarkan. Terdapat

empat tipe dikte yaitu (1) dikte penuh, (2) dikte

sebagian, (3) dikte dengan gangguan, dan (4) dikte

komposisi. Pada dikte penuhsiswa diminta untuk

menuliskan semua ujaran yang diperdengarkan

kepadanya. Pada dikte sebagian siswa diminta untuk

menuliskan katab yang dapat melengkapi kalimat

atau paragraph, atau wacana yang tidak

diperdengarkan secara penuh. Jika dalam wacana tulis

disebut dengan wacana rumpang. Pada wacana tulis

teknik ini disebut dengan colze test. Siswa diminta

mengisi kata ke-n dari sebuah wacana yang

disediakan, bias kata kelima, keenam atau yang lain.

Sedangkan dikte dengan gangguan dilakukan dengan

memperdengarkan wacana lisan diikuti dengan

gangguan seperti penyimakan sebenarnya yang sering

ada gangguan darilingkungan. Siswa diminta untuk

menuliskan semua ujaran yang diperdengarkan. Di

sisilain dikte komposisi meminta siswa untuk

mendengarkan seluruh wacana lisan yang panjang

baik berupa cerita, uraian, penjelasankemudian siswa

menuliskan kembali dengan menggunakan kalimat

sendiri.

(3) Dengar-kerjakan

Pembelajaran menyimak dengan teknik ini,

siswa diminta mendengarkan perintah berupa kalimat,

petunjuk kemudian mengerjakan sesuai perintah atau

petunjuk. Misalnya petunjuk mengerjakan soal,

petunjuk mengoperasikan tape recorder.

Page 58: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

53

(4) Dengar-terka

Pembelajaran menyimak dengan teknik ini,

siswa diminta mendengarkan pendeskripsian sesuatu

benda, objek, atau konsep kemudian siswa menerka

objek atau benda atau konsep yang dimaksud.

(5) Menemukan benda/konsep

Penggunaan teknik ini dilakukan dengan cara

guru mengumpulkan benda-benda dalam suatu

tempat tertentu. Guru mendeskripsikan benda yang

dimaksud kemudian siswa mengambil bendanya. Atau

benda dapat diganti dengan nama konsep tertentu

dalam bidang tertentu juga. Guru mendefinisikan atau

menyebut cirri-ciri suatu konsep kemudian siswa

mengambil tulisan tentang konsep dimaksud.

Misalnya guru menyebut cirri-ciri (1) kalimat yang

subjeknya melakukan pekerjaan, (2) predikatnya

diikuti objek. Siswa mengambil sebuah tulisan dari

beberapa konsep yang tersedia yaitu kalimat aktif

transitif.

(6) Siman bilang

Teknik pembelajaran ini sering disebut dengan

permainan bahasa yang bertujuan untuk melatih

kemampuan menyimak siswa. Pelaksanaan

pembelajaran dengan teknik ini mula-mula siswa

dibagi dalam dua kelompok. Masing-masing

kelompok mempersiapkan delapan perintah yang

harus diikuti oleh kelompok lawan dengan kriteria

tertentu. Misalnya perintah berupa aktivitas

menggerakkan anggota tubuh, terdiri atas 5-8 kata

dalam sebuah kalimat, perintah merupakan gerakan

yang sopan. Setelah perintah disusun permainan

dimulai dengan setiap siswa dalam satu kelompok

Page 59: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

54

menjadi yuri untuk satu siswa pada kelompok lawan.

Jika gerakan benar skornya 1 dan jika salah skornya 0.

Skor perolehan untuk satu gerakan tergantung jumlah

siswa, jika jumlah siswa dalam satu kelompok 10,

sedang yang melakukan gerakan benar untuk satu

perintah 6 maka skornya 6. Skor tersebut dijumlah

sesuai jumlah perintahnya. Kelompok pemenang

adalah kelompok yang jumlah skornya terbanyak.

(7) Bisik berantai

Teknik pembelajaran ini dilakukan dengan

kelas dibagi dalam dua kelompok. Setiap kelompok

menyiapkan kalimat-kalimat yang akan dsibisikkan

oleh setiap anggota kelompok lawan. Kalimat yang

dibuat harus memenuhi criteria tertentu misalnya

dalam sebuah kalimat terdapat diftong, suku kata

berpola kompleks, memiliki fungsi SPOK.Setelah

kalimat selesai disusun diberitahukan kepada guru

untuk dilihat sudah memenuhi criteria tersebut atau

belum. Jika sudah memenuhi, permainan dimulai

dengan setiap siswa pertama membisikkan kalimat

kepada siswa kedua, siswa kedua membisikkannya

kepada siswa ketiga dan seterusnya sampai siswa

terakhir. Semua kalimat yang dibuat dibisikkan dan

siswa kedua sampai terakhir menuliskan kalimat yang

didengarnya pada kertas. Pemberian skor dilakukan

pada setiap siswa dalam satu kelompok dengan

membandingkannya dengan kalimat yang dibisikkan

oleh siswa pertama. Jika satu kelompok 8 siswa,

kalimat yang ditulis sesuai dengan yang dibisikkan

siswa pertama 5, berarti skornya 5.

Page 60: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

55

(8) Melanjutkankan cerita

Kelas dapat dibagi dalam kelompok atau juga

tidak. Kelas membuat kesepakatan tentang cerita yang

akan disampaikan kepada teman oleh anggota kelas

secara estafet. Kesepakatan itu misalnya tentang tema.

Kemudian guru memanggil seorang siswa untuk

memulai bercerita di depan kelas dan dilanjutkan oleh

siswa kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita

berakhir.

(9) Merangkum

Teknik ini dilaksanakan dengan cara siswa

mendengarkan wacana lisan, dapat berupa ceramah,

kotbah, dialog, talk show setelah selesai membuat

rangkuman secara tertulis dari yang didengarkan.

(10) Menjawab pertanyaan

Pembelajaran menyimak dengan teknik ini

dilaksanakan dengan cara siswa diminta untuk

mendengarkan sebuah rekaman wacana, kemudian

diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang disampaikan guru. Guru menunjuk siswa yang

diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut. Perlu

diingat bahwa pertanyaan hendaknya bervariasi

tentang kata tanya yang digunakan maupun variasi

jenis pertanyaannya pada domain kognitif, afektif,

atau psikomotorik. Jawaban pertanyaan siswa dapat

tertulis dan dapat juga disampaikan secara lisan secara

bergantian.

(11) Permainan telepon/bertelepon

Dengan teknik ini, siswa dituntut untuk

mendengarkan pembicaraan dari tempat lain dengan

media telepon. Kemudian memberikan respon yang

sesuai dengan pembicaraan lewat telepon tersebut.

Page 61: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

56

Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan

menulskan/menyampaikan secara lisan tenang

pembicaraa yang telah dilakukannya.

b. Teknik Pembelajaran Berbicara

Teknik pembelajaran berbicara dari yang

bersifat mekanik sampai pada yang bersifat berbicara

sesungguhnya antara lain

(1) Ulang–ucap.

Teknik ini dilakukan dengan memberikan

model ucapan yang benar sesuai ucapan baku berupa

fonem, kata, kalimat siswa mendengarkan lalu

menirukan pengucapan tersebut. Pelafalan fonem

bahasa Indonesia sesuai dengan lafal fonem baku yang

dideskripsikan dalam PUEYD dan dalam Tata Bahasa

Baku Bahasa Indonesia. Pemahaman dan

keterampilan tentang ucapan fonem, kata baku ini

akan bermanfaat tidak saja dalam penggunaan bahasa

sehari-hari tetapi juga dalam membaca teknik,

berpidato, ceramah, kotbah.

(2) Lihat-ucap.

Teknik ini digunakan dengan cara siswa

melihat benda, gambar, atau deskripsi kemudian

menyebutnya.

(3) Permainan kartu kata

Teknik ini digunakan dengan cara sekelompok

siswa memainkan kartu.

(4) Wawancara.

Wawancara sebagai teknik pembelajaran

berbicara merupakan kelanjutan dari bercakap-cakap.

Dalam wawancara, pewawancara harus memahami

profil orang yang diwawancarai agar pelaksanaannya

Page 62: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

57

lancer. Di samping itu juga harus mempersiapkan

daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada yang

diwawancarai. Pertanyaan hendaknya bervariasi

menggunakan kata tanya 5W dan 1H.

(5) Reka cerita gambar.

Teknik ini digunakan dengan menyediakan

gambar, dapat berujud gambar lepas (1 gambar) atau

gambar seri atau poster. Siswa diminta untuk bercerita

berdasarkan gambar.

(6) Biografi

Dengan teknik ini, siswa diminta untuk

memaparkan biografi seseorang atau diri sendiri

berdasarkan data yang ada.

(7) Bermain peran

Teknik pembelajaran berbicara ini dilakukan

dengan cara siswa memainkan peran misalnya dokter

dengan pasien, guru dan siswanya, penjual Koran dan

pembeli, penumpang dan kernet. Dalam bermain

peran siswa dituntut untuk memiliki kemampuan

menggunakan ragam bahasa yang sesuai.

(8) Bertelepon

Pada masa sekarang telepon bukan lagi

merupakan barang mewah karena hampir setiap

orang memiliki HP. Dalam bertelepon seseorang

dituntut untuk berbicara dengan jelas, singkat,

danlugas.

(9) Dramatisasi

Dengan dramatisasi, pembelajaran perlu

mempersiapkan sekenario untuk dimainkan oleh

sekelompok siswa. Dengan teknik ini siswa belajar

menghayati, dan meaktualisasikan peran sesuai

dengan sekenario.

Page 63: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

58

(10) Elaborasi

Teknik ini dilakukan dengan cara membahas

informasiyang didengar untuk mendapatkan

simpulan sehingga informasi itu akan lebih bermakna.

(11) Diskusi

Teknik diskusi bermanfaat untuk meningkatkan

kemampuan berbicara. Dalam berdiskusi siswa

dituntut menyampaikan gagasan, merespon gagasan

orang lain, menyimpulkan berbagai gagasan untuk

memecahkan masalah. Banyak manfaat diskusi bagi

siswa antara lain: (1) Siswa belajar bermusyawarah,

(2) siswa dapat menguji tingkat pengetahuannya, (3)

belajar menghargai pendapat orang lain, (4)

mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.

(12) Pidato

Teknik berpidato digunakan dalam

pembelajaran dengan cara meminta siswa berpidato

di depan kelas dengan peran, topic,dan isi sesuai

dengan konteks yang dikondisikan.

(13) Melanjutkan cerita

Dengan teknik ini, salah seorang siswa memulai

cerita dengan tema atau topik yang telah disepakati.

Kemudian cerita dilanjutkan secara estafet oleh siswa

kedua, ketiga dan seterusnya.

(14) Talk show

Dengan teknik ini, siswa diminta untuk

berpartisipasi dalam talk show sesuai jadwal yang

direncanakan. Masing-masing siswa bertugas dalam

kegiatan tersebut.

(15) Debat

Pelaksanaan debat bertujuan untuk

mengkonfrontasikan pendapat yang berbeda tentang

Page 64: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

59

suatu masalah. Ada dua kelompok dalam debat yaitu

kelompok pro dan kelompok kontra. Sebelum debat

dilaksanakan masing- masing kelompok

mengumpulkan dan menyusun data, fakta, dan

argumentasi tentang tugasnya, pro atau kontra.

Setelah selesai dilakukan verifikasi tentang masalah

yang diperdebatkan.

(16) Menceritakan kembali

Dengan teknik ini, siswa diminta menceritakan

kembali buku yang telah dibaca, kegiatan yang telah

dilaksanakan, film yang telah ditonton. Dalam

menceritakan kembali perlu diperhatikan aspek-aspek

yang harus ada.

(17) Memberi petunjuk

Memberi petunjuk seperti menjelaskan arah,

letak suatu tempat, cara mengerjakan sesuatu

memerlukan kemampuan berbicara tingkat tinggi.

Petunjuk harus disampaikan dengan singkat agar

mudah dipahami, juga harus tepat agar tidak salah

paham,harus juga tegasagar tidak meragukan orang

yang mendengarkan.

(18) Laporan pandangan mata

Ada kalanya seseorang harus melaporkan suatu

kejadian dari tempat peristiwa berlangsung agar

orang lain dapat memahami peristiwa secara jelas.

Perlunya laporan tersebut karena penonton kurang

memahami konteks kejadian mungkin dalam hal

pelaku, latar belakang peristiwa, rincian kejadian

secara urut.

(19) Bertanya

Bertanya juga merupakan salah satu teknik

pembelajaran berbicara. Agar dapat bertanya dengan

Page 65: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

60

baikperlu dipahami hal-hal berkaitan dengan

bertanya.

c. Teknik Pembelajaran Membaca

Beberapa teknik belajar membaca diantaranya

meliputi:

(1) Baca-terka

Pembelajaran membaca dengan menggunakan

teknik ini dimulai dari kegiatan membaca teks yang

berisi deskripsi, ilustrasi, paparan dari sesuatu.

Kemudian siswa menerka sesuatu yang dimaksud.

(2) Mempraktikkan petunjuk

Kegiatan memraktikkan petunjuk sering kita

hadapi sehari-hari. Misalnya dalam petrunjuk minum

obat, mengoperasikanalat rumah tangga seperti mesin

cuci, blender, mixer, kipas angin dan sebagainya.

Termasuk di dalamnya juga petunjuk cara memasak

makanan, membuat kerajinan, merangkai bunga. Dari

hal ini dapat dilihast bahwa membaca petunjuk

mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-

hari.

(3) Scanning (membaca sepintas/membaca

memindai)

Membaca sepintas dilakukan untuk

menemukan suatu informasi yang sudah ditentukan

sebelumnya secara cepat. Membaca cepat walaupun

dilakukan secara cepat harus teliti dan penuh kesiapan

menangkap informasi. Pelaksanaan pembelajaran

membaca sepintasini dapat dilakukan dengan tahapan

(1) menugasi anak membaca untuk menemukan

informasi pukul berapa kereta api Prameks tiba di

stasiun Balapan pada bacaan; (2) membaca sepintas

Page 66: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

61

untuk menemukan letak informasi yang dibutuhkan

pada bacaan; (3) membaca untuk menemukan

informasi yang mungkin tidak saja harafiah tetapi

juga yang besifat tersirat.

(4) Skimming (membaca sekilas)

Membaca sekilas adalah tipe membaca

dengancara menjelajah bahan bacaan secara cepat

agar dapat memetik ide-ide utama. Seorang pembaca

sekilas yang terampil dapat memetik ide-ide pokok

dengan cepat dengan cara mengumpulkan kata-kata,

frasa-frasa, dan kalimat-kalimat inti. Sub judul-sub

judul memang sangat bergubna bagi pembaca sekilas

karena dalam subjudul telah terangkum bagian-bagian

selanjutnya sehingga kecepatan membaca kian

mewningkat untuk memeriksa isi yang telah ditandai.

Pembaca sekilas dapat melakukan hal-hal

berikut dengan alasannya: (1) menemukan sepenggal

informasi khusus dalam paragraph, kutipan, atau

acuan, (2) memetik secara cepat ide pokok dan

butirpebnting dalam bacaan, (3) memeriksa apakah

bagian tertentu diloncati atauharus dipetik karena

penting, (4) memanfaatkan waktu setepat mungkin.

Pembaca sekilas biasanya mempunyai tujuan untuk

menemukan sesuatu atau untuk memperoleh kesan

umum dalam bacaan.

(5) Melengkapi wacana/paragraf rumpang.

Melengkapi wacana rumpang merupakan salah

satu teknik dalam menguji kemampuan siswa dalam

memahami wacana tersebut. Caranya, sebuah wacana

atau paragraph dihilangkan kata ke-n untuk diisi

siswa dengan kata yang tepat. Kalimat pertama

merupakan kalimat yang utuh.

Page 67: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

62

(6) Menceritakan kembali.

Menceritakan kembali bacaan merupakan

indikator bahwa siswa mampu menguasai bacaan.

Apabila siswa mampu memahami kata kunci, kalimat

topik, struktur bacaan dan menjawab pertanyaan

siapa, apa, di mana, bilamana, mengapa, dan

bagaimana dia telah memahamibacaan tersebut.

Untuk itu, siswa diminta dapat memahami hal-hal

tersebut agar dapat menceritakan kembali isi bacaan.

(7) Memparafrasekan

Puisi merupakan salah satu tipe bacaan yang

harus dipahami dan ditafsirkan maknanya. Sebagai

indicator bahwa siswatelah memahami puisi adalah

dapat memparafrasekannya secara tepat. Dalamhal ini

guru dapat membantu memberikan penjelasan dan

informasi yang memudahkan siswa dalam

memparafrasekan puisi.

(8) SQ3R

Teknik SQ3R (survey, question, read, recite,

and review) merupakan salah satu teknik membaca

untk studi. Untuk memahami wacana dibutuhkan

langkah-langkah ini agar pemahaman siswa secara

mendalam terhadap teks bacaan terpercaya. Pada

langkah survey, siswa melakukan kegiatan membaca

secara sekilas bacaan untuk mendapatkan gambaran

umum isi bacaan. Pada langkah questionsiswa

menyusun pertanyaan yang berkaitan dengan isi

bacaan. Pada langkah read, siswa membaca secara

paragraph demi paragraf untuk mendapatkan

pemahaman terhadap isi bacaan secara mendalam.

Pada langkah recite, siswa menceritakan kembali isi

bacaan, dan pada reviewsiswa mengkaji ulang isi

Page 68: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

63

bacaan dengan mermberikan umpan balik terhadap

penceritaan kembali.

(9) Melanjutkan cerita

Siswa diminta untuk melanjutkan bacaan yang

disajikan belum selesai. Apabila siswa dapat

menyelesaikan cerita secara lengkap maka siswa telah

memahami cerita (bacaan) dengan baik

d. Teknik Pembelajaran Menulis

Beberapa teknik belajar menulis diantaranya

meliputi:

(1) Baca-tulis

Teknik baca-tulis sebagai teknik pembvelajaran

menulis dilakukan dengan cara siswa diminta untuk

membaca teks kemudian menuliskan kembali apa

yang telah dibacanya dengan kalimat-kalimat siswa.

(2) Dengar-tulis

Teknik dengar-tulis juga disebut sebagai dikte.

Pelaksanaan pembelajaran dengan teknik ini sama

dengan teknik dengar-tulis pada teknik pembelajaran

menyimak. Perbedaannya pada aspek yangdinilai

yaitu hasil tulisan siswa.

(3) Meniru model

Pembelajaran m,enulis dengan teknik ini, siswa

diminta untuk membaca model tulisan dari guru,

kemudian siswa menulis berdasar tema lain seperti

model yang dibacanya.

(4) Mengarang bersama.

Suatu karangan dapat ditulis oleh kelompok

secara bersama.Setiap anggota kelompok memberikan

kontribusinya dalam menulis. Tulisan dapat

ditentukan temanya oleh kelompok. Setelah itu

Page 69: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

64

anggota mulai menulis dan diteruskan oleh anggota

yang lain.

(5) Melanjutkan cerita

Guru memberikan sebagian awal cerita yang

sudah dikenal siswa. Cerita itu harus dilanjutkan oleh

siswa sesuai dengan pemahaman dan daya khayalnya

masing-masing.

(6) Meringkas bacaan

Siswa diminta untuk meringkas bacaan yang

telah selesai dibaca. Guru dapat menentukan buku

yang harus dibaca oleh siswa atau memberikan

rambu-rambu buku yang harus dibaca untuk dibuat

ringkasannya.

(7) Reka cerita gambar

Guru memberikan sebuah gambar seri kepada

siswa. Berdasar gambar seri itu siswa mengembangkan

cerita sesuai dengan kemampuan, pemahaman, dan

daya khayalnya. Guru dapat memberikan rambu-

rambu tentang panjang karangan, dan penerapan

ejaan.

(8) Memerikan

Pembelajaran menulis dengan teknik ini, siswa

diminta memerikan suatu benda, lingkungan, atau

objek tertentu berdasar pengamatannya. Sesuatu yang

diperikan dapat bebas dan juga bias ditentukan oleh

guru dan siswa. Dari hasil tulisan siswa dapat

diketahui kejelian pengamatannya pada suatu objek.

Hasil tulisan yang singkat menunjukkanpengamatan

siswa yang belum cermat, dan teliti. Dengan demikian

teknik ini dapat dimanfaatkan untuk melatih siswa

mengamati objek tertentu secaracermat dan teliti.

Page 70: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

65

(9) Mengembangkan topik

Pembelajaran menulis dengan teknik

mengembangkan topik dapat dimodifikasi dengan

pengembangan tema, atau judul.Sebelum memulai

menulis siswa perlu merencanakan tulisan dalam

bentuk kerangka karangan agar tulisan yang

dibuatnya sistematis, tidak tumpang tindih, dan

efektif.

(10) Menulis surat

Teknik pembelajaran menulis ini biasanya

didasarkan pada kepentingan, dan tujuan menulis

surat. Agar konteks penulisan nyata dan bermakna

penulisan surat biasanya didasarkan pada kondisi

nyata seperti membuat surat lamaran pekerjaan

berdasar lowongan pekerjaan yang terdapat dalam

media cetak, membalas surat edaran dan sebagainya

(11) Menyusun dialog

Teknik pembelajaran menulis ini membutuhkan

kemampuan penulis dalam mengatur peran-peran

dalam dialog, menjabarkan maksud percakapan lewat

peran, menjaga konsistensi topik, karakter tokoh, dan

penyelesaian masalah yang dipercakapkan.

(12) Catatan harian

Teknik ini meminta siswa menuliskan kejadian

yang dialaminya berikut refleksinya dalam kehidupan

siswa.

(13) Elaborasi

Dengan teknik elaborasi, siswa diminta untuk

mendiskusikan suatu permasalahan secara mendalam

sehingga memperoleh simpulan yang benar informasi

yang didengar. Setelah itu siswa dapat menuliskan

kembali kajiannya secara terperinci dengan

Page 71: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

66

melengkapinya dengan informasi yang sudah dimiliki

sehingga pemahaman siswa lebih bermakna.

(14) Biografi

Dengan teknik ini siswa diminta untuk

menuliskan biografi seseorang yang dikenal dan

memiliki pengaruh terhadap masyarakat. Cara yang

dapat ditempuh adalah mengumpulkan data dan

fakta berkaitan dengan seseorang yang akan ditulis

biogafinya. Pengmpulan data-data tersebut apat

dilakukan dengan wawancara, membaca dokumen,

observasi, dan membuat catatan lapangan tentang

orang yang akan ditulis biografinya.

(15) Catatan harian

Dengan teknik ini, siswa diminta untk

membuat catatan harian yang berisi tentang kejadian-

kejadian yang dialami dan dirasakan dalam

kesehariannya. Diharapkan dengan cara tersebut siswa

terlatih menulis untuk mengungkapkan pengalaman,

perasaan, dan sikapnya terhadap suatu kejadian,

seseorang, atau sesuatu yang ada.

(16) Mengisi formulir

Mengisi formulir sering dilakukan oleh

seseorang ketika akan mendaftarkan diri untuk

menjadi siswa baru, meminjam uang di bank,

mengikuti lomba dan sebagainya. Dalam mengisi

formulir perlu dipahami tujuan pengisian, respon

yang diharapkan, petunjuk pengisian, dan harapan

pengisi. Hal ini perlu ditempuh agar dalam pengisian

formulir tidak terjadi salah pemahaman.

Page 72: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

67

STRUKTUR FONOLOGI DAN

MORFOLOGI

BAHASA INDONESIA

1. Struktur Fonologi Bahasa Indonesia

Jika diperhatikan dengan baik, dalam

kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat

menggunakan bahasa Indonesia tetapi tuturan/ucapan

daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa

Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara

dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau

intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain

sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena sebagian

besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa

Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa

pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing.

Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi

tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.

Untuk mencapai suatu ukuran lafal/fonem

baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-

lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika

mungkin diusahakan dihilangkan; begitu pula

pemakaian istilah “huruf dan fonem” perlu

dibedakan, lebih-lebih bagi Anda karena akan

memberikan pengaruh kepada siswa. Ingat, Anda

adalah model dalam berbahasa bagi siswa.

BAB IV

Page 73: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

68

a. Pengertian Fonologi

Sebelum diuraikan mengenai fonologi, terlebih

dahulu apa yang dimasud dengan struktur. Yang

dimaksud dengan struktur di sini adalah penyusunan

atau penggabungan unsur-unsur bahasa menjadi suatu

bahasa yang berpola. Apakah yang dimaksud dengan

fonologi? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang

dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa

menurut fungsinya. Dengan demikian, fonologi

adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa

Indonesia atau dapat juga dikatan bahwa fonologi

adalah ilmu tentang bunyi bahasa.

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua

bagian yakni:

(a) fonetik dan

(b) fonemik.

Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas

tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur

dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap

manusia. Sedangkan menurut Samsuri (1994), fonetik

adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik

diartikan: bidang linguistik tentang pengucapan

(penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem

bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang

membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat

ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.

Selanjutnya, fonemik adalah ilmu bahasa yang

membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai

pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut,

Page 74: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

69

fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)

diartikan: (1) bidang linguistik tentang sistem fonem;

(2) sistem fonem suatu bahasa; (3) prosedur untuk

menentukan fonem suatu bahasa.

Selain pengertian fonetik dan fonemik, Anda

perlu pula memahami apa yang dikasud dengan

fonem. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kekeliruan

dalam penggunaan istilah “fonem” dan “huruf”.

Supriyadi (1992) berpendapat bahwa yang dimaksud

fonem adalah satuan kebahasaan yang terkecil.

Pendapat tersebut dibuktikan dengan dengan cara

menganalisis struktur fonologis kata dasar baca

dengan menggunakan diagram pohon seperti berikut:

buku

bu ku

k u b u

katadasa

r

suku kata

suku kata

fonem fonem fonem

Page 75: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

70

Selain pendapat di atas, Santoso (2004)

menyatakan bahwa setiap bunyi ujaran dalam satu

bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi

ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem.

Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum

mengandung arti. Tidak berbeda dengan pendapat

tadi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)

tertulis bahwa yang dimaksud fonem: satuan bunyi

terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna,

misalnya /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda

karena bara dan para beda maknanya. Terjadinya

perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem

/b/ dan /p/ pada kata tersebut. Contoh lain: mari,

lari, dari, tari, sari jika satu unsur diganti dengan unsur

lain, maka akan membawa akibat yang besar yakni

perubahan arti. Hal ini dapat pula terjadi jika

diucapkan dengan salah, maka akan mengakibatkan

perubahan arti juga.

Lalu, apa yang dimaksud dengan huruf? Dalam

bidang linguistik, huruf sering diistilahkan dengan

grafem. Untuk membantu Anda dalam memahami

struktur fonem, dan perbedaan antara fonem dan

huruf (grafem) perhatikan contoh yang tertera dalam

tabel berikut.

Susunan

fonem

Jumlah

fonem

Susunan

huruf

Jumlah

huruf

Kata yang

terbentuk

/adik/ 4 Adik 4 Adik

/iηat/ 4 Ingat 5 Ingat

/ñañi/ 4 Nyanyi 6 Nyanyi

/pantay/ 5 Pantai 6 Pantai

(Santoso, 2004)

Page 76: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

71

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa antara

fonem dan huruf (grafen) berbeda. Sudah

dikemukakan bahwa fonem adalah satuan bunyi

bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti.

Sedangkan huruf (grafem) adalah gambaran dari

bunyi (fonem), dengan kata lain, huruf adalah

lambang fonem. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1997) bahwa huruf adalah tanda aksara

dalam tata tulis yang merupakan anggota abjaad yang

melambangkan bunyi bahasa.

Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda

mengenai perbedaan fonem dengan huruf, perhatikan

kata-kata yang tercetak miring pada kalimat berikut

(Supriyadi, dkk, 1992).

(1) Andi sedang belajar menyanyi.

(2) Anak itu menganga di depan dokter gigi.

(3) Dia sangat bersyukur atas prestasi yang diraihnya.

(4) Orang itu sedang berkhotbah.

b. Sistem Fonologi dan Alat Ucap

Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32

buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6

buah, (b) fonem diftong 3 buah, dan fonem

konsonan 23 buah.

Sebagaimana yang sudah dikemukakan pada

bagian awal subunit ini bahwa bentuk-bentuk fonem

suatu bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia

dibahas dalam bidang fonetik. Terkait dengan hal itu,

Samsuri (1994) menyatakan bahwa secara fonetis

bahasa dapat dipelajari secara teoritis dengan tiga cara

atau jalan, yaitu:

Page 77: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

72

(1) bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat

ucap manusia,

(2) bagaiamana arus bunyi yang telah keluar dari

rongga mulut dan/atau rongga hidung si

pembicara merupakan gelombang-gelombang

bunyi udara,

(3) bagaimana bunyi itu diinderakan melalui alat

pendengaran dan syaraf si pendengar.

Cara pertama disebut fisiologis atau artikuler,

yang kedua disebut akustis, dan yang ketiga impresif

atau auditoris (menurut pendengaran). Dalam

bahasan struktur fonologis cara pertamalah yang

paling mudah, praktis, dapat diberikan bukti-bukti

datanya. Mengapa? Hampir semua gerakanalat-alat

ucap itu dapat kita periksa, paru-paru, sekat rongga

dada, tenggorokan, lidah, dan bibir.

Alat ucap dibagi menjadi dua macam:

(1) Artikulator; adalah alat-alat yang dapat

digerakkan/digeser ketika bunyi diucapkan.

(2) Titik Artikulasi; adalah titik atau daerah pada

bagian alat ucap yang dapat disentuh atau

didekati.

Page 78: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

73

Untuk mengetahui alat ucap yang digunakan

dalam pembentukan bahasa, perhatikan bagan

berikut.

1. paru-paru

2. batang

tenggorokan

3. pangkal tenggorok

4. pita-pita suara

5. rongga

kerongkongan

6. akar lidah

7. pangkal lidah

8. tengah lidah

9. daun lidah

10. ujung lidah

11. anak tekak

12. langit-langit lunak,

langit-langit tekak

13. langit-langit keras

14. lengkung gigi, gusi

15. gigi atas

16. gigi bawah

17. bibir atas

18. bibir bawah

19. mulut

20. rongga mulut

21. hidung

22. rongga hidung

(Verhaar, dalam

Supriyadi, dkk, 1992)

Page 79: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

74

Fonem-fonem dihasilkan karena gerakan

organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-

paru sewaktu sewaktu seseorang mengucapkannya.

Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak

mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang

dihasilkan adalah vokal. Fonem vokal yang dihasilkan

tergantung dari beberapa hal berikut.

(1) Posisi bibir (bentuk bibir ketika mengucapkan

sesuatu bunyi).

(2) Tinggi rendahnya lidah (posisi ujung dan

belakang lidah ketika mengucapkan bunyi.

(3) Maju-mundurnya lidah (jarak yang terjadi antara

lidah dan lengkung kaki gigi).

Berdasarkan gerakan lidah ke depan dan ke

belakang, vokal dibedakan atas:

(a) vokal depan: /i/ dan /e/,

(b) vokal tengah /a/ dan /ə/,

(c) vokal belakang: /o/ dan /u/.

Berdasarkan tinggi rendahnya gerakan lidah,

vokal dibedakan atas:

(a) vokal tinggi: /i/ dan /u/,

(b) vokal madya: /e/, /ə/, dan /o/;

(c) vokal rendah: /a/.

Menurut bundar tidaknya bentuk bibir, vokal

dibedakan atas:

(a) vokal bundar: /a/, /o/, dan /u/;

(b) vokal tak bundar: /e/, /ə/, dan /i/.

Page 80: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

75

Menurut renggang tidaknya ruang antara lidah

dengan langit-langit,

vokal dibedakan atas:

(a) vokal sempit: /ə/, /i/, dan /u/;

(b) vokal lapang: /a/, /e/, /o/.

Jadi /a/ misalnya, adalah vokal tengah, rendah,

bundar, dan lapang. Selanjutnya, jika bunyi ujaran

ketika udara ke luar dari paru-paru mendapat

halangan, maka terjadilah bunyi konsonan. Halangan

yang dijumpai bermacam-macam, ada halangan yang

bersifat seluruhnya, dan ada pula yang sebagian yaitu

dengan menggeser atau mengadukkan arus suara

sehingga menghasilkan konsonan bermacam-macam

pula. Karena itu, dikenal klasifikasi konsonan seperti

berikut.

(a) Konsonan bibir (bilabial): /p/, /b/, /m/.

(b) Konsonan bibir gigi (labiodental): /f/, /v/, /w/.

(c) Konsonan gigi (dental): /t/, /d/, /s/, /z/, /l/, /r/,

/n/.

(d) Konsonan langit-langit (palatal): /c/, /j/, /ŝ/, /y/,

/ň/

(e) Konsonan langit-langit lembut (velar): /g/, /k/,

/x/, /ŋ/

(f) Konsonan pangkal tenggorok (laringal): /h/.

Selain di atas, berikut ini klsifikasi lain dari

konsonan adalah:

(a) Konsonan letupan atau eksplosif, apabila aliran

udara tertutup rapat, konsonan yang dihasilkan

adalah: /p/, /t/, /c/, /k/, /b/, /d/, /j/, /g/.

(b) Konsonan geseran atau spiran, bila udara masih

bisa keluar dalam aliran yang demikian sempit,

Page 81: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

76

konsonan yang muncul adalah: /f/, /s/, /ŝ/, /z/,

/x/.

(c) Konsonan sengau atau nasal, jika udara keluar

sebagian melalui hidung: /m/, /n/, / ň /, /ŋ/

(d) Konsonan lateral, kalau udara yang keluar

melalui bagian kiri dan kanan lidah serta

mengenai alur gigi: /l/.

(e) Konsonan getar, bila terjadi letupan berturut-

turut: /r/.

Ada juga yang dinamakan konsonan bersuara

dan konsonan tak bersuara. Konsonan bersuara

terjadi karena bergetarnya selaput suara: /b/, /m/,

/w/, /d/, /n/, /z/, /j/, /ň/, /g/, /x/, /y/, /ŋ/. Sedangkan

konsonan tak bersuara adalah konsonan yang terjadi

tampa bergetarnya selaput suara: /p/, /t/, /s/, /c/, /k/,

/h/, /r/, /l/ (Samsuri, 1994, Supriyadi, dkk. 1992,

Santoso, 2004 dan Depdikbud,1988).

Berdasarkan klasifikasi di atas, /b/ misalnya,

termasuk konsonan bibir, letupan, dan bersuara. Coba

Anda sebutkan sifat konsonan lainnya berdasarkan

klsifikasi di atas. Sekarang, coba perhatikan kata-kata

berikut:

pulau pantai amboi

kicau belai sepoi

lampau cerai sekoi

Bagaimana pengucapan akhir kata-kata di atas?

Fonem tersebut ditulis dengan dua buah huruf

(grafem). Walaupun demikian, masing-masing

dinyatakan sebagai sebuah fonem. Inilah yang disebut

diftong. Diftong dalam Tata Bahasa Baku Bahasa

Indonesia (1988) dinyatakan sebagai vokal yang

berubah kualitasnya. Dalam sistem tulisan, diftong

Page 82: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

77

dilambangkan oleh dua huruf vokal. Kedua huruf

vokal itu tidak dapat dipisahkan. Bunyi /aw/ pada

kata pulau adalah diftong, sehingga <au> pada suku

kata –lau tidak dapat dipisahkan menjadi la-u seperti

pada kata mau.

2. Struktur Morfologi Bahasa Indonesia

Morfologi merupakan bagian dari tata bahasa,

yang membahas tentang bentuk-bentuk kata. Dalam

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan

bahwa dalam bahasa ada bentuk (seperti kata) yang

dapat “dipotong-potong” menjadi bagian yang lebih

kecil yang kemudian dapat diceraikan menjadi bagian

yang lebih kecil lagi sampai ke bentuk yang, jika

dipotong lagi, tidak mempunyai makna. Kata

memperhalus, misalnya, dapat dipotong sebagai

berikut.

mem-perhalus

per-halus

Jika halus diceraikan lagi, maka ha- dan –lus

secara terpisah tidak mempunyai makna. Bentuk

seperti mem-, per- dan halus disebut morfem. Selain

itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)

dinyatakan bahwa morfem adalah satuan bentuk

bahasa terkecil yang mempunyai makna, secara relatif

stabil dan tidak dibagi atas bagian bermakna lebih

kecil.

Supriyadi (1992) memaparkan untuk lebih

memudahkan memahami morfem pada kata-kata

bergaris pada kalimat di bawah ini.

(1) Bajunya putih.

Page 83: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

78

(2) Baju ini sudah memutih.

(3) Putihkan baju itu.

(4) Ia memutihkan baju itu.

Kata putih, adalah unsur gramatis (telah

mengandung makna tersendiri) yang sama yang

terdapat pada setiap kalimat di atas. Unsur itu

merupakan unsur gramatis yang terkecil. Artinya,

unsur ini tidak dapat dibagi lagi menjadi

unsurunsurnya yang bermakna. Unsur pu dan tih tidak

bermakna. Karena itu, putih merupakan unsur

gramatis yang terkecil, sedangkan pu dan tih bukan

unsur gramatis terkecil. Berdasarkan perangkat

satuannya, putih merupakan satuan morfologis,

sedangkan pu dan tih adalah satuan fonologis. Selain

terdapat pada kata-kata di atas, unsur atau satuan

putih tentu sering dijumpai pula kata-kata

lainnya, misalnya: pemutih, diputihkan,

memperputih, diperputih, keputihan, terputih,

seputih, dan sebagainya. Unsur atau satuan

morfologis seperti itu diklasifikasikan sebagai morfem.

Bagaimana dengan me- atau –kan pada kata-

kata di atas, apakah termasuk morfem juga? Satuan ini

belum mengandung makna tersendiri, karena itu,

tidak dapat langsung membentuk kalimat. Satuan

seperti ini menurut Santoso (2004) disebut satuan

non-gramatis. Untuk membentuk kalimat, maka

satuan nongramatis seperti me- dan –kan harus

digabung dengan satuan gramatis lain. Kedua macam

satuan itu yakni gramatis dan non-gramatis disebut

morfem. Mengapa yang non-gramatis termasuk juga

morfem? Karena, me- dan –kan mempunyai makna

juga yang biasa disebut dengan istilah makna

Page 84: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

79

struktural. Morfem seperti ini berfungsi sebagai

pembentuk kata dasar dan hanya akan berfungsi atau

bermakna bila dimbuhkan kepada kata dasar. Karena

itu, morfem semacam ini disebut: “tambahan”,

“imbuhan”, atau “afiks”.

Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Berdasarkan bentuknya, morfem dalam bahasa

Indonesia ada dua macam yaitu: (1) morfem bebas,

dan (2) morfem terikat.

Menurut Santoso (2004), morfem bebas

adalah morfem yang mempunyai potensi untuk

berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung

membentuk kalimat. Dengan demikian, morfem bebas

merupakan morfem yang diucapkan tersendiri;

seperti: gelas, meja, pergi dan sebagainya.

Morfem bebas sudah termasuk kata. Tetapi

ingat, konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata

juga meliputi semua bentuk gabungan antara morfem

terikat dengan morfem bebas, morfem dasar dengan

morfem dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem

bebas itu kata dasar.

Morfem terikat merupakan morfem yang

belum mengandung arti, maka morfem ini belum

mempunyai potensi sebagai kata. Untuk membentuk

kata, morfem ini harus digabung dengan morfem

bebas. Menurut Samsuri (1994), morfem terikat tidak

pernah di dalam bahasa yang wajar diucapkan

tersendiri. Morfem-morfem ini, selain contoh yang

telah diuraikan pada bagian awal, umpanya: ter-, per-

, -i, -an. Di samping itu ada juga bentuk-bentuk seperti

Page 85: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

80

-juang, -gurau, -tawa, yang tidak pernah juga

diucapkan tersendiri, melainkan selalu dengan salah

satu imbuhan atau lebih. Tetapi sebagai morfem

terikat, yang berbeda dengan imbuhan, bisa

mengadakan bentukan atau konstruksi dengan

morfem terikat yang lain.

Morfem terikat dalam bahasa Indonesia

menurut Santoso (2004) ada dua macam, yakni

morfem terikat morfologis dan morfem terikat

sintaksis. Morfem terikat morfologis yakni morfem

yang terikat pada sebuah morfem dasar, adalah

sebagai berikut:

(a) prefiks (awalan): per-, me-, ter-, di-, ber- dan

lain-lain

(b) infiks (sisipan): -el-, -em, -er-

(c) sufiks (akhiran): -an, kan, -i

(d) konfiks (imbuhan gabungan senyawa)

mempunyai fungsi macammacam sebagai berikut:

- Imbuhan yang berfungsi membentuk kata

kerja, yaitu: me-, ber-, per-, -kan, -i, dan ber-

an.

- Imbuhan yang berfungsi membentuk kata

benda, yaitu: pe-, ke-, -an, ke-an, per-an, -

man, -wan, -wati.

- Imbuhan yang berfungsi membentuk kata

sifat: ter-, -i, -wi, -iah.

- Imbuhan yang berfungsi membentuk kata

bilangan: ke-, se-.

- Imbuhan yang berfungsi membentuk kata

tugas: se-, dan se-nya.

Dari contoh di atas menunjukkan bahwa setiap

kata berimbuhan akan tergolong dalam satu jenis kata

Page 86: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

81

tertentu, tetapi hanya imbuhan yang merupakan

unsur langsung yang dapat diidentifikasi fungsinya

sebagai pembentuk jenis kata. Untuk lebih jelasnya

unsur langsung pembentuk kata dapat dilihat pada

diagram berikut.

(Santoso, 2004)

Dari diagram di atas, dapat disimpulkan bahwa

dengan imbuhan yang berbeda, morfem dasar yang

sama, akan berbeda maknanya. Tetapi bagaimana jika

imbuhannya sama, morfem dasarnya berbeda, apa

yang dapat terjadi? Contoh, akhiran –an pada

morfem dasar tepi, darat, lapang; membentuk kata

tepian, daratan, lapangan; ternyata menunjukkan

persamaan makna imbuhan, yaitu tempat. Berarti

dengan imbuhan yang sama, morfem dasarnya

berbeda, dapat menghasilkan persamaan makna

imbuhan yaitu menghasilkan jenis benda.

Page 87: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

82

Morfem terikat sintaksis adalah morfem dasar

yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kata.

Perhatikan contoh berikut.

Anak yang pintar dan sabar itu membaca buku.

Dari deretan morfem yang menjadi unsur kata

dalam kalimat di atas, jika diklasifikasikan berdasarkan

morfemnya adalah: anak, pintar, sabar, baca, buku,

adalah morfem bebas. mem- adalah morfem terikat

morfologis. Sedangkan morfem yang, dan morfem

dan dalam kalimat di atas belum dapat berdiri sendiri

sebagai kata karena tidak mengandung makna

tersendiri. Gejala inilah yang tergolong morfem

terikat sintaksis (Santoso, 2004).

Proses Perulangan Bahasa Indonesia

Proses perulangan atau reduplikasi adalah

pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun

sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun

tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang,

sedangkan bentuk yang diulang merupakan bentuk

dasar (Ramlan, 1980). Pengulangan merupakan pula

suatu proses morfologis yang banyak terdapat pada

bahasa Indonesia. Perhatikan pemakaian kata yang

tercetak miring berikut.

(1) Dia membeli rumah di Makassar.

(2) Rumah-rumah di perkampungan itu akan digusur.

(3) Anak itu membuat rumah-rumahan untuk

adiknya.

(4) Perumahan-perumahan yang dibangun oleh

pengembang banyak yang tidak layak huni

Berpatokan pada pendapat Ramlan di atas,

maka jelas bahwa kata ulang yang terdapat pada

Page 88: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

83

kalimat (2), (3), dan (4) semuanya dibentuk dari

bentuk atau unsur dasar rumah. Makna kata pada

kalimat (1) dengan kalimat berikutnya berbeda. Pada

kalimat (1) kata rumah berarti satu. Kata rumah-

rumah dan perumahan-perumahan pada kalimat (2)

dan (4) berarti banyak atau jamak. Sedangkan kata

rumah-rumahan pada kalimat (3) berarti menyerupai.

Perbedaan makna ini disebabkan oleh adanya rumah

dan perumahan sebagai morfem pertama dan rumah,

rumahan, dan perumahan pada morfem kedua.

Morfem rumah adalah morfem yang bermakna leksis,

sedangkan morfem kedua merupakan morfem yang

bermakna struktural.

Berdasarkan fungsinya, morfem rumah dan

perumahan merupakan unsur dasar atau morfem

dasar kata rumah-rumah, rumah-rumahan, dan

perumahanperumahan. Morfem kedua merupakan

unsur pembentuk kata atau morfem pembentuk

rumah-rumah, rumah-rumahan, dan perumahan-

perumahan.

Contoh yang disajikan di atas memang mudah

untuk menetukan bentuk dasarnya, tetapi perlu

diingat bahwa tidak semua kata ulang dapat dengan

mudah ditentukan bentuk dasarnya. Beberapa prinsip

yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk

dasar kata ulang sebagai berikut.

(1) Pengulangan pada umumnya tidak mengubah

jenis kata. Unsur dasar kata ulang sejenis dengan

kata ulangnya. Dengan prinsip ini, dapat

diketahui bahwa bentuk dasar kata ulang yang

termasuk jenis kata benda berupa kata benda,

bentuk dasar kata ulang yang termasuk jenis kata

Page 89: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

84

kerja berupa kata kerja, demikian pula bentuk

dasar kata ulang kata sifat juga berupa kata sifat.

Contoh:

- anak-anak (kata

benda)

- perumahan-

perumahan (kata

benda)

- melempar-lempar

(kata kerja)

- menari-nari (kata

kerja)

- cepat-cepat (kata

sifat)

- kecil-kesil (kata sifat)

- bentuk dasarnya

anak (kata benda)

- bentuk dasarnya

perumahan (kata

benda)

- bentuk dasarnya

melempar (kata

kerja)

- bentuk dasarnya

menari (kata kerja)

- bentuk dasarnya

cepat (kata sifat)

- bentuk dasarnya sifat

(kata sifat)

(2) Bentuk dasar dapat berdiri sendiri sebagai kata

yang terdapat dalam penggunaan bahasa

Indonesia yang benar.

Contoh:

- rumah-rumahan

- mengatangatakan

- berdesakdesakan

- memegangmegang

- bentuk dasarnya

rumah bukan

rumahan

- bentuk dasarnya

mengatakan atau

mengata bukan

ngatakan

- bentuk dasarnya

berdesakan bukan

berdesak

- bentuk dasarnya

memegang bukan

megang

Page 90: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

85

Macam-macam Kata Ulang

Berdasarkan macamnya, menurut Keraf (1978)

bentuk perulangan dalam bahasa Indonesia terdiri

atas empat bentuk seperti berikut.

(1) Kata ulang suku kata awal. Dalam bentuk

perulangan macam ini, vokal dari suku kata awal

mengalami pelemahan bergeser ke posisi tengah

menjadi ê (pepet).

Contoh:

tangga

tanaman

pohon

laki

luhur

tatangga

tatanaman

popohon

lalaki

luluhur

tetangga

tetanaman

pepohonan

lelaki

leluhur

(2) Kata ulang seluruh kata dasar. Bentuk kata ulang

terjadi dengan mengulang seluruh unsur dasar

secara utuh. Kata ulang seperti ini biasa disebut

kata ulang utuh.

Contoh:

buku

bangku

rumah

pedagang

rumah sakit

pasangan

buku-buku

bangku-bangku

rumah-rumah

pedagang-pedagang

rumah sakit-rumah sakit

pasangan-pasangan

Page 91: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

86

(3) Kata ulang yang terjadi atas seluruh suku kata,

tetapi pada salah satu unsur kata ulang tersebut

mengalami perubahan bunyi fonem. Kata ulang

semacam ini biasa disebut kata ulang salin suara

atau kata ulang berubah bunyi.

Contoh:

gerak

sayur

balik

porak

gerak-gerak

sayur-sayur

balik-balik

porak-porak

gerak-gerik

sayur-mayur

bolak-balik

porak-parik

(4) Kata ulang yang mendapat imbuhan atau kata

ulang berimbuhan

Contoh:

anak

main

rajin

kuda

gila

anak-anakan

main-mainan

serajin-rajinnya

kuda-kudaan

tergila-gila

Makna Kata Ulang

Sesuai dengan fungsi perulangan dalam

pembentukan jenis kata, makna struktural kata ulang

menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut.

(1) Perulangan mengandung makna banyak yang tak

tentu. Perhatikan contoh berikut:

- Kuda-kuda itu berkejaran di padang rumput.

- Buku-buku yang dibelikan kemarin telah

dibaca.

Page 92: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

87

(2) Perulangan mengandung makna bermacam-

macam.

Contoh:

- Pohon-pohonan perlu dijaga kelestariannya.

(banyak dan bermacam macam pohon)

- Daun-daunan yang ada dipekarangan

sekolah sudah menumpuk. (banyak dan

bermacam-macam daun)

- Ibu membeli sayur-sayuran di pasar. (banyak

dan bermacam-macam sayur)

- Harga buah-buahan sekarang sangat murah.

(banyak dan bermacammacam buah)

(3) Makna lain yang dapat diturunkan dari suatu

kata ulang adalah menyerupai atau tiruan dari

sesuatu.

Contoh:

- Anak itu senang bermain kuda-kudaan.

(menyerupai atau tiruan kuda)

- Mereka sedang bermain pengantin-

pengantinan di pekarangan rumah.

(menyerupai atau tiruan pengantin)

- Andi berteriak kegirangan setelah dibelikan

ayam-ayaman. (menyerupai atau tiruan

ayam)

(4) Mengandung makna agak atau melemahkan ari.

Contoh:

- Perilakunya kebarat-baratan sehingga tidak

disenangi oleh temantemanya.

Page 93: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

88

- Sifatnya masih kekanak-kanakan.

- Mukanya kemerah-merahan.

(5) Menyatakan makna intensitas. Makna intensitas

terdiri dari:

(a) intensitas kualitatif, contohnya:

- Pukullah kuat-kuat.

- Anak itu belajar sebaik-baiknya.

- Burung itu terbang setinggi-tingginya.

- Agar tidak terlambat, ia berjalan secepat-

cepatnya.

(b) intensitas kuantitatif, contohnya:

- Kuda-kuda itu berlari kencang.

- Anak-anak bermain bola di pekarangan

sekolah.

- Ayah membawa buah-buahan dari

Malang.

- Rumah-rumah di kampung itu tertata

dengan rapi.

(c) Intensitas frekuentatif. Contoh:

- Ia mengeleng-gelengkan kepalanya.

- Ia mondar-mandir saja sejak tadi.

- Anak itu menyanyi sambil memukul-

mukul meja.

(6) Perulangan pada kata kerja mengandung makna

saling atau pekerjaan yang berbalasan.

Contoh:

- Kita harus tolong-menolong.

- Tentara sedang tembak-menembak dengan

seru.

Page 94: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

89

- Mereka tendang-menendang dan tinju-

meninju saat sedang berkelahi.

- Saat pertama kali bertemu mereka bersalam-

salaman lalu berpeluk-pelukan dengan

eratnya.

(7) Perulangan pada kata bilangan mengandung

makna kolektif.

Contoh:

- Anak-anak berbaris dua-dua sebelum masuk

kelas.

Page 95: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

90

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. Dkk. (1988). Tata Bahasa Baku Bahasa

Indonesia ed ke 3. Jakarta: Balai Pustaka

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka

Depdiknas. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka

Djamara, Saiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Gafur, Abdul. 1984. Desain Instruksional. Surakarta: Tiga

Serangkai.

Goeler, Carl. 1980. Writing to Communicate. London: A

Mentor Books.

Hairudin. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia untuk

Sekolah Dasar. Jakarta: Balai Pustaka.

Halliday, M.A.K. dan Ruqaya. 1992. Bahasa, Konteks, dan

Teks. Terjemahan oleh Asraruddin B.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hartinah, Sitti. 2008. Perkembangan Peserta Didik.

Bandung: Refika Aditama.

Page 96: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

91

Hasibuan. 2008. Proses Belajar mengajar. Andung: Remaja

Rosdakarya.

Hastuti, Sri. 1985. Konsep Pengajaran Bahasa dan

SastraIndonesia. Yogyakarta: FPBS.

Iskandarwssid, dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi

Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Johnson, Elaine B. 2009. Contextual Teaching and

Learning. Bandung: MLC (terjemahan Ibnu

Setiawan).

Keraf, Gorys. 1986. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa

Indah

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual

Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika

Aditama.

Kridalaksana, Harimurti. 1978. Fungsi dan Sikap Bahasa.

Ende-Flores.

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran

Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

Samsuri. 1985. Analisis Bahasa. Jakarta: Sastra Hudaya.

Page 97: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Belajar & Pembelajaran Bahasa Indonesia

92

Santoso, Puji. 2004. Materi dan Pembelajaran Bahasa

Indonesia SD. Jakarta: Pusat Penerbitan UT.

Page 98: BELAJAR & PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA