BAB I TINJAUAN PUSTAKA I. Definisi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. 2 Sumber lain mendefinisikan sebagai bayi dengan berat badan lahir dibawah persentil 10 dari perkiraan berat menurut masa gestasi. 1,5 Neonatus BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Berdasarkan berat badan lahir , neonatus BBLR terbagi atas : 1. Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) dengan berat badan lahir 1500-2500 gr. 2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah ( BBLSR ) dengan berat badan lahir 1000-1500 gr. 3. Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah ( BBLASR ) dengan berat badan lahir <1000 gr. II. Epidemiologi Angka prevalensi dari BBLR adalah sekitar 10 % dari semua kehamilan. Jumlah ini bervariasi pada tiap populasi. Sejumlah 3-5 % dari kejadian BBLR terjadi pada keadaan ibu yang sehat, dan lebih dari 25 % kejadian terjadi pada keaddan ibu dengan kehamilan resiko tinggi. 4 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. 2 Sumber lain
mendefinisikan sebagai bayi dengan berat badan lahir dibawah persentil 10 dari
perkiraan berat menurut masa gestasi. 1,5
Neonatus BBLR adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Berdasarkan berat badan lahir , neonatus BBLR terbagi atas :
1. Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) dengan berat badan lahir 1500-2500 gr.
2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah ( BBLSR ) dengan berat badan lahir 1000-1500
gr.
3. Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah ( BBLASR ) dengan berat badan lahir
<1000 gr.
II. Epidemiologi
Angka prevalensi dari BBLR adalah sekitar 10 % dari semua kehamilan. Jumlah ini
bervariasi pada tiap populasi. Sejumlah 3-5 % dari kejadian BBLR terjadi pada
keadaan ibu yang sehat, dan lebih dari 25 % kejadian terjadi pada keaddan ibu dengan
kehamilan resiko tinggi.4
Belum didapatkan data akurat mengenai angka kejadian BBLR di Indonesia. Dari
sebuah laporan Departemen Kesehatan DI Yogyakarta pada tahun 2005, kejadian
BBLR berjumlah 10% dari seluruh kelahiran bayi di daerah tersebut pada tahun yang
sama.6
III. Etiologi
Etiologi BBLR ada yang berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Berikut akan
dikelompokkan etiologi BBLR berdasarkan 3 faktor di atas.1
Faktor Ibu :
Toxemia
Hipertensi dan/atau penyakit ginjal
1
Hipoksemia (misalnya: menderita penyakit jantung atau paru)
Malnutrisi (mikro dan makro)
Menderita penyakit kronis
Anemia sel sabit
Konsumsi obat-obatan,alkohol, rokok.
dsb.
Faktor Janin :
Kelainan kromosom (autosomal trisomi)
Infeksi pada janin (cytomegalic inclusion disease, rubella kongenital, sifilis)
Anomali kongenital
Radiasi
Kehamilan ganda
Hipoplasi pankreas
Defisiensi insulin
Defisiensi insulin-like growth factor type 1.
dsb.
Faktor plasenta :
Penurunan berat plasenta dan/atau selularitas plasenta
TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT TATALAKSANA19 Mei 2012 Pasien pindahan dari KB IGD dengan keterangan
BBLSRRawat dalam inkubator
(hari rawatan ke-1) Keadaan saat diterima : Dextrose 10% 70cc/kg BB/hr >>>3,5cc/jam
S/ : demam tidak ada sesak napas tidak ada Ampicillin sulbactam 2 x
60 mg kejang tidak ada Gentamicin 1x 6 mg O/ :sakit sedang HR 134 x/ menit, RR 44 x /menit, T 35,6 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat
Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik Rencana :-DK Ks/ : BBLSR -Periksa ulang GDR -Kultur darah Lab : GDR = 79 mg /dl
Hb :17,5 g/dlLeukosit : 11000 mm3Hitung jenis : 0/0/2/63/30/5
Ks/ :dalam batas normal
20 Mei 2012 S/ : anak telah dipasang umbilikal kateter demam tidak ada
Dextrose 10% 9,3/jamASI 8x1cc
(hari rawatan ke-2) sesak napas tidak ada Ampicillin 2 x 60 mg06.00 kejang tidak ada Gentamicin 1x 6 mg Ikterik (-), sianosis (-) BAK dan mekonium sudah keluar O/ :sakit sedang, kurang aktif
HR 130 x/ menit, RR 56 x /menit, T 37,2 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Ks/ : hemodinamik stabil
23 Mei 2012 S/ : tampak kuning sampai dada demam tidak ada
O2 nasal 1/2l/iIVFD D 12,5% 3,7cc/jam
(hari rawatan ke-5) sesak napas tidak ada Aminoinfant 6% 1,4cc/jam kejang tidak ada Ampicilin sulbaktam 2x60 sianosis (-) Gentamisin 1x5mg
Aminophilin 2x3 mg IVO/ :sakit sedang, kurang aktif HR 132 x/ menit, RR 58 x /menit, T 37 oC Pindah SCN I
Nafas cuping hidung (-), retraksi (-)
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baikKulit : Ikterik sampai dadaKs/ : Ikterik neonatorum grade II
24 Mei 2012 S/ : tampak kuning sampai paha demam tidak ada
O2 1l/i nasalIVFD D 12,5 %
(hari rawatan ke-6) sesak napas tidak ada Aminosteril infant 6% kejang tidak ada Ampicilin sulbaktam 2x60 sianosis (-) Gentamisin 1x5mg
Aminophilin 2x3 mg IVO/ :sakit sedang, kurang aktif ASI 4x5 cc HR 128 x/ menit, RR 46 x /menit, T 37,2 oC 4x10 cc Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baikKulit : Ikterik sampai pahaKs/ : Ikterik neonatorum grade III-IV
Hasil kultur : Steril25 Mei 2012 S/ : tampak kuning sampai dada
demam tidak adaO2 1l/i nasalIVFD D 12,5 %
(hari rawatan ke-7) sesak napas tidak ada Aminosteril infant 6% kejang tidak ada Ampicilin sulbaktam 2x60 sianosis (-) Gentamisin 1x5mg
Aminophilin 2x3 mg IV
15
O/ :sakit sedang, kurang aktif ASI 8x10 cc HR 134 x/ menit, RR 48 x /menit, T 37 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baikKulit : Ikterik sampai dadaKs/ : Ikterik neonatorum grade II
26 Mei 2012 S/ : tampak kuning sampai dada demam tidak ada
O2 1l/i nasalIVFD D 12,5 %
(hari rawatan ke-8) sesak napas tidak ada Aminosteril infant 6% kejang tidak ada Ampicilin sulbaktam 2x60 sianosis (-) Gentamisin 1x5mg
Aminophilin 2x3 mg IVO/ :sakit sedang, kurang aktif ASI 8x10 cc HR 138 x/ menit, RR 50 x /menit, T 37 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baikKulit : Ikterik di bagian wajahKs/ : Ikterik neonatorum grade I
28 Mei 2012 S/ : demam tidak adahari rawatan ke-10 sesak napas tidak ada Sikap :ASI 8x17,5 cc/OGT
kejang tidak ada Ikterik (-), sianosis (-)
O/ :sakit sedang, kurang aktif HR 128 x/ menit, RR 48 x /menit, T 36,8 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Ks/ : stabil
29 Mei 2012 S/ : demam tidak ada Sikap : ASI 8x20cc
16
hari rawatan ke-11 sesak napas tidak ada kejang tidak ada Ikterik (-), sianosis (-)
O/ :sakit sedang, kurang aktif HR 130 x/ menit, RR 48 x /menit, T 37 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Ks/ : stabil
30 Mei 2012 S/ : demam tidak ada Sikap :ASI 8x25cchari rawatan ke 12 sesak napas tidak ada
kejang tidak ada Ikterik (-), sianosis (-)
O/ :sakit sedang, kurang aktif HR 138 x/ menit, RR 48 x /menit, T 36,8 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Ks/ : stabil31 Mei 2012 S/ : demam tidak ada Sikap :ASI 8x25cchari rawatan ke 13 sesak napas tidak ada
kejang tidak ada Ikterik (-), sianosis (-)
O/ :sakit sedang, kurang aktif HR 140 x/ menit, RR 42 x /menit, T 36,8 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik
17
Ks/ : stabil1 Juni 2012 S/ : demam tidak ada Sikap :ASI 8x25cchari rawatan ke 14 sesak napas tidak ada
kejang tidak ada Ikterik (-), sianosis (-)
O/ :sakit sedang, kurang aktif HR 138 x/ menit, RR 48 x /menit, T 36,8 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Ks/ : stabil
2 Juni 2012 S/ : demam tidak ada Sikap :ASI 8x25cc/NGThari rawatan ke 15 sesak napas tidak ada Coba OD
Toleransi minum baik Reflek hisap kurang
O/ :sakit sedang, kurang aktif HR 128 x/ menit, RR 40 x /menit, T 36,7 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Ks/ : stabil
4 Juni 2012 S/ : demam tidak ada Sikap :ASI OD 8x30cchari rawatan ke 17 sesak napas tidak ada
kejang tidak ada Rencana : konsul mata Ikterik (-), sianosis (-) Untuk ROP
O/ :sakit sedang, kurang aktif HR 122 x/ menit, RR 38 x /menit, T 37 oC Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
18
tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Ks/ : stabil
5 Juni 2012 S/ : tampak kuning demam tidak ada
Sikap :ASI 8x25cc/ASI OD
hari rawatan ke 18 sesak napas tidak ada Urdafalk 2x10mg kejang tidak ada Pedimin 1x1,5cc sianosis (-) Vitamin C 1x2,5mg Tampak agak pucatO/ :sakit sedang, kurang aktif Rencana : DK HR 138 x/ menit, RR 48 x /menit, T 36,8 oC BB : 900 gram PB : 46cm Nafas cuping hidung (-), retraksi (-) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Ikterik Toraks : simetris, retraksi (-), cor ; irama teratur, bising (-), pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, tali pusat terawat Ekstemitas : akral hangat, refilling kapiler baik Kulit : ikterik (+)Ks/ : stabil Berat badan susah naik
Telah dilaporkan seorang neonatus perempuan umur 0 hari pindahan dari KB IGD
RS. DR. M. Djamil Padang tanggal 19 Mei 2012 dengan keluhan utama lahir dngan berat
badan sangat rendah. Didiagnosis dengan BBLSR. Diagnosis kerja ditegakkan
berdasarkan anamesis dan pemeriksaan fisik.
Berdasarkan anamnesis yang didapatkan dari riwayat kehamilan dan persalinan, ibu
menderita PEB+HELLP sindrom, tidak mengkonsumsi obat-obatan,alkohol,tidak
merokok, makanan kuantitas dan kualitas cukup, memeriksakan kehamilan teratur ke
bidan, kehamilan cukup bulan. Persalinan s.c dilakukan di RS. DR. M. Djamil, indikasi
PEB+HELLP sindrom. Kelahiran tunggal, kondisi saat lahir hidu dengan nilai APGAR
4/7.
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan berat badan 1200 gr, panjang 36 cm. Ini
sesuai dengan teori BBLSR yaitu bayi dengan berat badan lahir di bawah 1500 gr.
Tatalaksana awal yang dilakukan pada pasien ini adalah rawat dalam inkubator.
Pada pasien ini diberikan terapi antibiotik profilaks karena BBLSR rentan terhadap infeksi
dari luar. Antibiotik yang diberikan adalah Ampicilin 2x60 mg, dan Gentamycin 1x6mg.
Namun, setelah dilakukan kultur dan sensitivity test didapatkan kesan steril.
Rencana berikutnya yang dilakukan terhadap pasien rontgen toraks karena pasien
sesak. Pada hari kedua pasien mengalami sesak nafas.Direncanakan untuk pemberian
NCPAP . Sementara itu, terapi antibiotik tetap dilanjutkan.
Pada hari kelima sampai kedelapan pasien mengalami ikterus.Pada pasien diberikan
O2 1l/i,ampisilin,gentamisin,Aminosteril infant,IVFD D 12,5%,mulai diberikan ASI
melalui NGT dan aminophilin 2x3mg.
Pada hari rawatan ke 18 pasien tampak agak pucat dan juga kekuningan,tetapi hasil
pemeriksaan laboratorium pasien ini normal.Untuk hal ini diberikan terapi ASI 8x25cc
OD,urdafalk 2x10mg,pedimin 1x1,5cc,vitamin c 1x2,5cc.Untuk rencana akan dilakukan
20
pemeriksaan DK.Pasien belum dipulangkan karena pasien tidak dalam keadaan baik
dimana pertambahan berat pasien ini tidak sesuai harapan.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Stoll Barbara, Chapman. The High-Risk Infant, In : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, editors. Nelsons Textbook of Pediatrics. 18th Edition. Philadelphia : Saunders, 2007 ; p 701-10.
2. Dalmanik Sylvia M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. Dalam : Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI 2008 ; 11-30.
3. Sukadi A. Pedoman Terapi Penyakit Pada Bayi Baru Lahir. Bandung : FKUP 2002.
4. Dogra VS. 2006. Intrauterine Growth Retardation from www.emedicine.com
5. Vandenbosche RC, Kirchner JT. 1998. Intrauterine Growth Retardation from www.aafp.com
6. Profil Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta Tahun 2005. Dinas Kesehatan Propinsi D.I Yogyakarta. 2005. Dari www.depkes.go.id