HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan Jurusan Kebidanan Diploma IV Politeknik Kesehatan Kendari. OLEH : ELISA ERMA WATI P00312013005 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI J U R U S A N K E B I D A N A N PRODI DIV KEBIDANAN TAHUN 2017
84
Embed
HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/439/1/SKRIPSI ELISA ERMA...v ABSTRAK HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM
DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Jurusan Kebidanan Diploma IV Politeknik Kesehatan Kendari.
OLEH :
ELISA ERMA WATI P00312013005
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
J U R U S A N K E B I D A N A N PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2017
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
1. IDENTITAS
a. Nama : Elisa Erma Wati
b. Tempat/Tanggal Lahir : Tinanggea, 12 Oktober 1995
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
e. Agama : Islam
f. Alamat : Desa Puuloro, Kec. Sampara, Kab.
Konawe
2. JENJANG PENDIDIKAN
a. SD Negeri 1 Andaroa, Tamat Tahun 2007
b. SMP Negeri 1 Sampara, Tamat Tahun 2010
c. SMA Negeri 1 Sampara, Tamat Tahun 2013
d. D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari, Tahun 2013 sampai
sekarang.
v
ABSTRAK
HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM
DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
Elisa Erma Wati1, Sitti Aisa2, Nasrawati2
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan berat bayi lahir rendah (BBLR) dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian Case Control. Populasi adalah semua bayi lahir di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016 yang berjumlah 1480 kelahiran, kemudian mengumpulkan data dengan teknik purposive sampling dan teknik sistematik random sampling sehingga didapatkan jumlah sampel yang mewakili populasi. Sampel adalah bayi lahir yang mengalami asfiksia dan yang tidak mengalami asfiksia yang berjumlah 294 bayi. Perbandingan sampel kasus control 1:1 (147:147). Analisis data yang digunakan adalah univariabel dalam bentuk deskripsi dan bivariabel dengan rumus chi square (X²) dan uji odds ratio (OR).
Berdasarkan analisis data yang diperoleh hasil, yaitu Hasil uji Chi-Square, X2
Hit = 14,70 dan X2Tabel = 3,841 maka Ha diterima dan Ho ditolak
dengan taraf hubungan signifikan α = 0,05. Ada hubungan antara berat bayi lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dewi Sartika Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Saran : Karena tingginya angka kejadian asfiksia, petugas kesehatan khususnya bidan sebaiknya melakukan deteksi sedini mungkin komplikasi kehamilan dan persalinan yang merupakan faktor predisposisi asfiksia pada bayi baru lahir,dengan lebih meningkatkan skill dan kemampuan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada kliennya. Kata Kunci : Berat Bayi Lahir Rendah, Asfiksia Neonatorum ___________________________________________________________ 1. Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan. 2. Dosen Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat, taufiq dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini walaupun dalam bentuk yang sederhana, yang merupakan
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program D-IV
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari dengan judul : “Hubungan Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR) Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini
masih banyak terdapat kekeliruan, kesalahan dan kekurangan disebabkan
oleh keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan penulis. Namun
penulis tetap berusaha semaksimal mungkin dan semua berkat adanya
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terlaksana dan terselesaikan sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Olehnya itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Sitti Aisa,
Am.Keb, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Nasrawati, S.Si.T, MPH
selaku pembimbing II, atas segala bimbingan, bantuan, dan petunjuk yang
diberikan.
Dan pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
Penanganan berat bayi lahir rendah (BBLR) dengan metode
kanguru Menurut Pantiawati (2010) :
Bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gram membutuhkan
perawatan dengan peralatan yang lebih khusus, sehingga
sebaiknya segera dirujuk. Bila rujukan tidak dapat dilaksanakan
dapat dilakukan perawatan kanguru dimana ibu atau anggota
keluarga lainnya yang memakai baju khusus, meletakkan bayi
didada tanpa pakaian (skin to skin) sambil melakukan kegiatan
lain.
Metode Kanguru : prinsip dasar metode kanguru adalah
mengganti perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam
incubator. Ibu diidentikan sebagai kanguru yang dapat
memberikan suhu optimal (36,5 - 37,5ºC) dengan cara
mendekap bayinya. Suhu yang optimal ini diperoleh karena
adanya kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu. Suhu ibu
merupakan sumber panas yang efisien dan murah yang dapat
memberikan lingkungan hangat pada bayi. Kontak yang erat
dan interaksi antara ibu dan bayi akan meningkatkan
perkembangan psikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan
sensoris yang diberikan ibu pada bayinya. Bayi baru lahir yang
telah memakai popok dan tutup kepala/topi diletakkan diantara
kedua payudara ibu,ditutupi oleh baju ibu yang berfungsi
sebagai kantong kanguru. Ibu berfungsi sebagai induk bayi,
32
posisi bayi dalam kantung kanguru adalah tegak/vertical pada
siang hari ketika ibu berdiri atau duduk dan tengkurap/miring
pada malam hari ketika ibu berbaring atau tidur.
3. Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Dengan Kejadian
Asfiksia Neonatorum.
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi
baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak adapat memasukan
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari
tubuhnya (Dewi, 2011). Asfiksia neonatorum menurut IDAI (Ikatan
Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan napas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang
ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (Saputra,
2014).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan
usia gestasi (Saputra, 2014). Berdasarkan distribusi BBLR paling
banyak ibu melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram. Bayi berat lahir rendah mempunyai masalah antara lain :
pusat pengaturan pernapasan dan alat pencernaannya belum
sempurna, kemampuan metabolisme panas masih rendah
sehingga dapat berakibat terjadinya asfiksia, asidosis dan dan
mudah terjdi infeksi. Bayi yang dilahirkan BBLR umumnya kurang
33
mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga
berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya, selain itu juga
akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena
rentan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah
(katiandagho & Kusmiyati, 2015).
Berat badan lahir merupakan salah satu faktor risiko yang
menjadi penyebab utama untuk terjadinya asfiksia neonatorum. Hal
ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Desfauza dari
Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008, menyatakan bahwa
berat badan lahir merupakan salah satu faktor risiko yang
berhubungan secara signifikan dan sangat dominan pada kejadian
asfiksia neonatorum di RSU DR. Pirnga di Medan. Bayi yang lahir
dengan berat badan kurang memiliki risiko terjadi asfiksia sebesar
79,5%, sedangkan bayi dengan berat badan normal berisiko
sebesar 20,5%.
B. Landasan Teori
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana bayi
tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Hal ini disebabkan oleh karena hipoksia (kekurangan oksigen) janin
dalam kandungan yang terjadi pada saat kehamilan, persalinan atau
segera setelah bayi lahir. Hipoksia dapat menghambat adaptasi bayi
34
baru lahir terhadap kehidupan diluar rahim ibu (Maryunani & Nurhayati,
2008).
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan
dari anoksia/hipoksia janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian yaitu:
Denyut jantung janin, Mekonium pada air ketuban, Pemeriksaan PH
darah janin. Penyebab asfiksia neonatorum mempunyai dimensi
multifaktor. Ada beberapa faktor terjadinya asfiksia neonatorum salah
satunya adalah berat bayi lahir rendah (BBLR) (Rukiyah & Lia, 2013).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan
usia gestasi.
Bayi dapat digolongkan sebagai berikut :
1. BBLR prematuritas murni, yaitu BBLR yang memiliki masa gestasi
kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan (SMK).
2. BBLR dismatur, Yaitu BBLR yang lahir dengan berat badan kurang
dari seharusnya untuk masa kehamilan. BBLR dismatur dapat lahir
pada kondisi preterm (kurang bulan-kecil masa kehamilan), term
(cukup bulan-kecil masa kehamilan), dan post-term (lebih bulan-
kecil masa kehamilan) (Saputra, 2014).
35
C. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori BBLR dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
yang dimodifikasi dari Maryunani & Nurhayati, (2008),
Departemen Kesehatan RI (2008), Departemen Kesehatan RI,
(2011).
Faktor Ibu 1. Preeclampsia dan
eklampsia 2. Demam selama
persalinan 3. Infeksi berat
(malaria, sifilis, TBC, HIV)
4. Kehamilan post matur (sesudah 42 minggu kehamilan)
5. Keracunan obat-obat bius
6. Ibu mengalami Diabetes mellitus, primitua, penyakit jantung
Faktor Tali Pusat
1. Lilitan tali pusat
2. Tali pusat
pendek
3. Simpul tali
pusat
4. Prolapsus tali
pusat
Faktor Bayi
1. Bayi prematur 2. letak lintang, bayi
kembar, distosia bahu.
3. Kelainan kongenital 4. Air ketuban
bercampur mekonium (warna kehijauan)
5. Fetal distrase (gawat janin)
6. Berat Badan Lahir Rendah
Faktor persalinan
1. Partus lama/ partus macet
2. Induksi persalinan
3. Persalinan
dengan
forcep/cunam
4. Section
caesarea
Asfiksia Neonatorum
(Bayi tidak menangis, tidak
bernapas spontan atau megap-
megap)
36
D. Kerangka konsep penelitian
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat digambarkan kerangka
konsep sebagai berikut :
Gambar 2. Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel Independen : BBLR
Variabel Dependen : Asfiksia neonatorum
E. Hipotesis
Ada hubungan antara Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dengan
kejadian asfiksia neonatorum.
Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR)
Asfiksia Pada Bayi
Baru Lahir
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik observasional
dengan rancangan penelitian Case Control yang digunakan untuk
mengetahui penyebab penyakit dengan menginvestigasi hubungan
antara faktor resiko dengan kejadian penyakit (Swarjana, 2015). Pada
studi kasus control penelitian dimulai dengan mengidentifikasi pasien
dengan efek atau penyakit tertentu (yang disebut sebagai kasus) dan
kelompok tanpa efek (disebut sebagai control) kemudian secara
retrospektif diteliti faktor resiko. Maksudnya efek diidentifikasi saat ini
kemudian faktor resiko diidentifikasi pada masa lalu (retrospektif)
(Siswanto dkk, 2015).
Faktor risiko (+)
Faktor risiko (-)
Faktor risiko (+)
Faktor risiko (-)
Gambar. 3 Skema Rancangan Penelitian
Berat Bayi Lahir Rendah
Berat Bayi Lahir Normal
Berat Bayi Lahir Rendah
Berat Bayi Lahir
Normal
Asfiksia
neonatorum
Tidak
Asfiksia
neonatorum
Semua Bayi
baru lahir
Retrospektif
Retrospektif
38
B. Waktu dan lokasi penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir
di RSU Dewi Sartika pada tahun 2016 yang tercatat pada buku
register berjumlah 1480 bayi.
2. Sampel
Sampel yaitu bayi lahir yang mengalami asfiksia sebagai
kasus dan bayi lahir yang tidak mengalami asfiksia sebagai control
yang tercatat dalam buku register (medical record) di RSU Dewi
Sartika yaitu berjumlah 294 bayi. Perbandingan sampel kasus dan
control adalah 1:1 dimana:
a. Kelompok kasus
Bayi dengan asfiksia yang tercatat dalam buku registrasi
(medical record) di RSU Dewi Sartika tahun 2016 sebanyak 147
bayi, tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive
sampling. Dimana pengambilan sampel yang didasarkan atas
pertimbangan peneliti sendiri dengan seluruh bayi yang
39
mengalami asfiksia diambil sebagai kasus (Suyanto & Ummi,
2008).
b. Kelompok control
Bayi yang lahir tidak asfiksia berjumlah 147 bayi. Teknik
pengambilan sampel control dengan cara sistematik random
sampling, dimana seluruh bayi yang tidak asfiksia diurut
memakai nomor, lalu dari 1333 bayi yang tidak mengalami
asfiksia dibagi jumlah control yang diambil yaitu 1333 : 147 =
9,06, sehingga sample untuk control yang akan diambil adalah
kelipatan 9.
D. Identifikasi Variabel Penelitian.
1. Variabel terikat (dependent) yaitu kejadian asfiksia.
2. Variabel bebas (independent) yaitu berat bayi lahir rendah (BBLR).
E. Definisi Operasional
1. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang
ditandai dengan hipoksemia, hiperkardia, dan asidosis. Skala ukur
adalah nominal.
Kriteria Objektif :
a. Asfiksia : jika nilai APGAR score < 7
b. Tidak asfiksia : jika nilai APGAR score ≥ 7
40
2. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
Kriteria objektif :
a. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) : < 2500 gram.
c. Berat Bayi Lahir Normal : ≥ 2500 gram.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mendapat data yang
relevan dengan masalah yang diteliti yaitu menggunakan instrument
pengumpulan data berupa data skunder medical record RSU Dewi
Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara yang meliputi data kejadian
asfiksia dan tidak asfiksia.
41
G. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 4. Alur Penelitian
H. Pengolahan Data
Data diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator
sebelum pengelolahan data terlebih dahulu dilakukan :
1. Editing (memeriksa data)
Editing merupakan kegiatan untuk memeriksa kelengkapan data
yang telah dikumpulkan. Data yang telah terkumpul kemudian
Populasi
Bayi yang lahir di RSU Dewi Sartika Tahun 2016 sebanyak 1480 bayi
Sampel
Bayi lahir yang mengalami asfiksia sebagai kasus dan bayi lahir yang
tidak mengalami asfiksia sebagai control
Pengumpulan Data
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
42
diteliti kembali dan data disusun serta dipisahkan sesuai variabel
penelitian.
2. Coding (member kode)
Coding yaitu merupakan instrument berupa kolom-kolom untuk
merekam data secara rinci. Untuk memudahkan dalam pengolahan
data, semua variabel diberi kode terutama data klasifikasi.
3. Tabulating (menyusun data)
Tabulasi adalah membuat tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
I. Analisa Data
Setelah seluruh data yang diperoleh telah akurat maka diadakan
proses analisis dengan menggunakan 2 cara :
1. Analisis Univariabel
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan
dalam penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi
frekuensi dengan menggunakan rumus :
x 100%
Keterangan :
Pi : Persentase masing-masing kelompok
fi : Frekuensi atau jumlah pada setiap kelompok
N : Total sampel penelitian (Siswanto dkk, 2015)
43
2. Analisis Bivariabel
Menganalisis data mengenai hubungan berat bayi lahir rendah
dengan kejadia asfiksia pada bayi baru lahir, analisis yang
digunakan dengan menggunakan chi square (x2) dan uji odds ratio
(OR).
a. Rumus Uji Chi Square
Untuk mendeskripsikan hubungan antara independent variabel
dan dependent variable. Uji statistik yang digunakan adalah chi-
square. Adapun rumus chi square yang digunakan adalah :
Keterangan:
Ʃ : jumlah
x2 : statistik chi square
O : nilai frekuensi yang diobservasi
E : nilai frekuensi yang diharapkan
Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada
hubungan juka ρ value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika ρ
value > 0,05 atau x2 hitung > x2 tabel maka H0 titolak dan H1
diterima yang berarti ada hubungan dan x2 hitung < x2 tabel
maka H0 tabel diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak ada
hubungan.
44
b. Rumus Odds Ratio (OR)
Untuk mendeskripsikan risiko independent variabel pada
dependent variable, uji statistik yang digunakan adalah
perhitungan Odds Ratio (OR). Mengetahui besarnya OR dapat
diestimasi faktor risiko yang diteliti. Perhitungan OR
menggunakan tabel 2x2 sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel Kontingensi 2x2 Odds Ratio pada Penelitian
Case Control Study
Faktor Risiko Kejadian Asfiksia
Jumlah Kasus Kontrol
Positif (+) a b a+b
Negatif (-) c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
Keterangan:
a : jumlah kasus dengan risiko positif
b : jumlah kontrol dengan risiko positif
c : jumlah kasus dengan risiko negatif
d : jumlah kontrol dengan risiko negatif
Rumus Odds Ratio:
OR=
Estiminasi koefisien interval (CI) ditetapkan pada tingkat
kepercayaan 95% interpretasi :
45
Jika OR > 1 : faktor yang diteliti merupakan faktor risiko
Jika OR = 1 : faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko
(tidak ada hubungan)
Jika OR < 1 : faktor yang diteliti merupakan faktor protektif.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
RSU Dewi Sartika Kendari terletak di Jalan Kapten Piere
Tendean No.118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Ibu Kota
Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena
berada ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan
mudah dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi
jalan raya dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Perumahan penduduk
b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tendean
c. Sebelah timur : Perumahan penduduk
d. Sebelah barat : Perumahan penduduk
2. Lingkungan fisik
RSU Dewi Sartika Kendari berdiri diatas tanah seluas 1.624
m² dengan luas bangunan 957,90 m². RSU Dewi Sartika Kendari
selama kurun waktu 7 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai
dengan tahun 2016 telah melakukan pengembangan fisik
bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya
masyarakat kota kendari.
47
3. Status
RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun /didirikan
tahun 2009 dengan izin operasional sementara dari walikota
Kendari No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka
rumah sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan
dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang
sekaligus sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari
telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah
sakit type D.
4. Organisasi dan Manajemen
Pemimpin RSU Dewi Sartika Kendari disebut Direktur.
Direktur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab penuh
kepada pemilik rumah sakit dalam hal ini ketua Yayasan Widya
Ananda Nugraha dan dibantu oleh Kepala Tata Usaha dan 4
(empat) orang Kepala Bidang yakni ; Kepala Bidang Keuangan dan
Klaim, Kepala Bidang Pelayanan Medik, Kepala Bidang Penunjang
Medik, dan Kepala Bidang Perlengkapan dan sanitasi.
a. Kepala Bidang Keuangan dan Klaim
1. Kasir/Juru Bayar
2. Administrasi Klaim
b. Kepala Bidang Pelayanan Medik
1. Instalasi Gawat Darurat
48
2. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
3. Instalasi Rawat Inap (IRNA)
4. Instalasi Gizi
5. Instalasi Farmasi
6. Kamar Operasi
7. Rekam Medik
8. HCU
9. Ruang Sterilisasi
10. Ambulance, dll
c. Kepala Bidang Penunjang Medis
1) Laboratorium
2) Radiologi
d. Kepala Bidang Perlengkapan dan Sanitasi
1. Perlengkapan
2. Keamanan
3. Kebersihan
Selain pengorganisasian tersebut diatas terdapat 2 (dua) kelompok
yang sifatnya kemitraan yakni :
a. Komite Medik, dan
b. Satuan Pengawasan Intern
Dengan demikian struktur organisasi RSU Dewi Sartika Kendari
tergambar sebagai berikut (terlampir)
49
5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kendari
Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan
upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihanyang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut
diatas RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi:
a. Menyelenggarakan pelayanan medik
b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
6. Sarana dan Prasaran
Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah
sebagai berikut :
a. IGD, Poliklinik Spesialis, Ruangan perawatan Kelas I, Kelas II,
Kelas 3 dengan fasilitasnya
b. Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset
sebagai cadangan
50
c. Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur
bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.
d. Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan
fasilitas Internet (Wi Fi)
e. Alat Pemadam kebakaran
f. Pembuangan limbah
g. Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan
juga diluar ruangan, sampah akhirnya dibuang ketempat
pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh
mobil pengangkut sampah.
h. Untuk limbah cair ditiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi
dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah.
i. Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.
7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika
Kendari adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan medis
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Instalasi Rawat Jalan
(a) Poliklinik Obsgyn
(b) Poliklinik Umum
(c) Poliklinik Penyakit Dalam
(d) Poliklinik Mata
51
(e) Poliklinik Bedah
(f) Poliklinik Anak
(g) Poliklinik THT
(h) Poliklinik Radiologi
(i) Poliklinik Jantung
(j) Poliklinik Gigi Anak
3) Instalasi Rawat Inap
(a) Dewasa/Anak/Umum
(b) Persalinan
4) Kamar Operasi
(a) Operasi Obsgyn
(b) Bedah umum
5) HCU
6) Pelayanan penunjang medis
(a) Instalasi Farmasi
(b) Radiologi
(c) Laboratorium
(d) Instalasi Gizi
(e) Ambulance
7) Pelayanan Non Medis
(a) Sterilisasi
(b) Laundry
52
8. Fasilitas Tempat Tidur
Jumlah Tempat Tidur yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari
adalah sebanyak 91 buah tempat tidur yang terbagi dalam
beberapa kelas perawatan yakni sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2015.
No Jenis Ruangan Jumlah Keterangan
1. 2 3 4
1. VIP 14
2. Kelas I 10
3. Kelas II 12
4. Kelas III/Bangsal/Internal 37
5. IGD 11
6. Ruang Bersalin 7
Jumlah 91
Sumber : Data Primer
9. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia di RSU Dewi Sartika Kendari
berjumlah 160 terdiri dari ( 17 : Part Time, 143 : Full Time) dengan
spesifikasi pendidikan sebagai berikut :
53
Tabel 4. Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2014
No Jenis Tenaga
Status Ketenagaan
Jenis Kelamin
Tetap Tidak Tetap
L P
I. Tenaga Medis
1. Dokter Spesialis Obgyn 1 1 2 -
2. Dokter Spesialis bedah - 1 1 -
3.Dokter Spesialis Interna - 1 1 -
4.Dokter Spesialis Anastesi - 1 1 -
5.Dokter Spesialis PK - 1 - 1
6.Dokter Spesialis Anak - 1 - 1
7.Dokter Spesialis Radiologi - 1 1 -
8.Dokter Spesialis THT - 1 - 1
9.Dokter Spesialis Mata - 1 1 -
10.Dokter Spesialis Jantung - 1 1 -
11.Dokter Gigi Anak - 1 - 1
12.Dokter Umum - 3 3 -
II. Paramedis
1.S1 Keperawatan/Nurse 26 - 10 16
2.D-IV Kebidanan 5 2 - 7
3.D-III Bidan 43 - - 43
4.D-III Keperawatan 56 - 11 45
III. Tenaga Kesehatan Lainnya
1.Master Kesehatan 1 - - -
2. Apoteker 1 2 1 1
3. D-III Farmasi 1 2 1 1
4.S 1 Gizi 3 - - 1
5.D-III Analis Kesehatan - 1 2
IV Non Medis
1. DII/Keuangan 1 - - 1
2. Diploma Komputer 1 - - 1
3.SLTA/SMU 11 - 2 9
Jumlah 67 19 24 60
Sumber : Data Primer
54
10. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan RSU Dewi Sartika Kendari berasal dari :
a. Pengelolaan Rumah Sakit, dan
b. Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanankan di Ruang Rekam Medik RSU Dewi
Sartika, mengenai hubungan Berat Bayi Lahir Rendah dengan
Kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir di RSU Dewi Sartika Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Penelitian dilaksanakan dari tanggal
03 Mei – 16 Mei 2017, dengan menggunakan data sekunder. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir hidup di ruang
bersalin RSU Dewi Sartika yang tercatat dalam buku sensus harian
ruang bayi RSU Dewi Sartika Tahun 2016 yaitu sebanyak 1480
kelahiran, kemudian mengumpulkan data dengan teknik purposive
sampling dan teknik sistematik random sampling sehingga didapatkan
jumlah sampel yang mewakili populasi sebanyak 294 sampel yang
terdiri dari sampel kasus dan kontrol.
Berdasarkan hasil pengelolaan data yang dilakukan dan disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi persentase dan tabel analisis
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen adalah
sebagai berikut:
55
1. Analisis Univariabel
Penelitian yang telah dilaksanakan di Ruang Rekam Medik
RSU Dewi Sartika mulai tanggal 03 Mei – 16 Mei 2017 dengan
mencatat data sekunder dari rekam medik dari jumlah sampel bayi
yang mengalami asfksia 147 bayi dan jumlah bayi yang tidak
mengalami asfiksia 1333 bayi kemudian data dioleh secara
komputerisasi selanjutnya hasi pengolahan data disajikan dalam
bentuk tabel dan dinarasikan sebagai berikut:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Di RSU Dewi Sartika Provinsi Sulawasi Tenggara
Asfiksia Jumlah Respon Presentase (%)
Ya (< 7) 147 9,93 %
Tidak (≥ 7) 1333 90,06 %
Jumlah 1480 100 %
Sumber : Rekam Medik RSU Dewi Sartika Provinsi Sulawesi
Tenggara
Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukan bahwa jumlah
responden dalam penelitian ini adalah 1480 orang, dimana jumlah
bayi lahir yang mengalami asfiksia sebanyak 147 bayi (9,93%) dan
bayi yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 1333 bayi (90,06%).
56
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Berat Bayi Lahir Rendah Di RSU Dewi Sartika Provinsi Sulawasi Tenggara
Berat Bayi Lahir Jumlah responden Presentase
Berat Bayi Lahir Normal
224 76,19 %
Berat Bayi Lahir Rendah
70 23,80 %
Jumlah 294 100 %
Sumber : Rekam Medik RSU Dewi Sartika Provinsi Sulawesi
Tenggara
Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukan bahwa dari 294 Ibu
yang melahirkan diperoleh ibu yang melahirkan dengan berat bayi
lahir normal berjumlah 224 orang (76,19 %) dan bayi lahir dengan
berat bayi lahir rendah berjumlah 70 orang (23,80%).
2. Analisa Bivariabel
Analisa bivariabel dilakukan untuk melihat hubungan antara
variable independen dengan variable dependen yaitu hubungan
berat bayi lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum. Hasil
uji statistik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
57
Tabel 7. Distribusi Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum pada Bayi Baru Lahir Di RSU Dewi Sartika Provinsi Sulawasi Tenggara tahun 2016
Berat Bayi Lahir
Asfiksia Tidak Asfiksia X2Hit X2
Tabel OR
N % n %
14,70 3.841 3
Berat Bayi Lahir Rendah
49 33,33 21 14,29
Berat Bayi Lahir Normal
98 66,67 126 85,71
Jumlah 147 100 147 100
Sumber : Rekam Medik RSU Dewi Sartika Provinsi Sulawesi
Tenggara
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil uji
Chi-Square, X2Hit = 14,70 dan X2
Tabel = 3,841 maka Ha diterima dan
Ho ditolak dengan taraf hubungan signifikan α = 0,05 (nilai X2Hit >
X2Tabel) . Ini berarti ada hubungan yang signifikan antara berat bayi
lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dewi
Sartika Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Berdasarkan uji stastistik Odd Ratio (OR) didapatkan hasil
bahwa nilai OR = 3. Bahwa keseluruhan sampel bayi yang lahir
dengan berat bayi lahir rendah pada kelompok kasus sebanyak
(33,33%) sedangkan kelompok control (14,29%). Dan menemukan
bahwa ibu yang melahirkan dengan berat bayi lahir rendah memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk mengalami asfiksia neonatorum pada
bayinya dibanding dengan ibu yang melahirkan dengan berat bayi
lahir normal.
58
C. Pembahasan
Hasil menunjukan ada beberapa hal yang diperoleh mengenai
hubungan berat bayi lahir rendah dengan kejadiaan asfiksia
neonatorum akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Kejadian Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan table 5 menunjukan bahwa bayi yang mengalami
asfiksia sebanyak 147 (9,93%) bayi dan yang tidak asfiksia
sebanyak 1333 (90,06%) bayi.
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan dimana
bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena hipoksia (kekurangan
oksigen) janin dalam kandungan yang terjadi pada saat kehamilan,
persalinan atau segera setelah bayi lahir. Hipoksia dapat
menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar
rahim ibu (Maryunani & Nurhayati, 2008).
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan
kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin. Tiga hal perlu mendapat
perhatian yaitu: Denyut jantung janin, Mekonium pada air ketuban,
Pemeriksaan PH darah janin. Penyebab asfiksia neonatorum
mempunyai dimensi multifaktor. Ada beberapa faktor terjadinya
asfiksia neonatorum salah satunya adalah berat bayi lahir rendah
(BBLR) (Rukiyah & Lia, 2013).
59
2. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).
Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukan bahwa dari 294 Ibu
yang melahirkan diperoleh ibu yang melahirkan dengan berat bayi
lahir normal berjumlah 224 orang (76,19 %) dan bayi lahir dengan
berat bayi lahir rendah berjumlah 70 orang (23,81%).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan
usia gestasi (Saputra, 2014). Berdasarkan distribusi BBLR paling
banyak ibu melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram. Bayi berat lahir rendah mempunyai masalah antara lain :
pusat pengaturan pernapasan dan alat pencernaannya belum
sempurna, kemampuan metabolisme panas masih rendah
sehingga dapat berakibat terjadinya asfiksia, asidosis dan dan
mudah terjdi infeksi. Bayi yang dilahirkan BBLR umumnya kurang
mampu meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga
berakibat pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya, selain itu juga
akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena
rentan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah
(Katiandagho & Kusmiyati, 2015).
60
3. Hubungan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Dengan
Asfiksia Neonatorum
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 147 bayi dengan
asfiksia neonatorum terdapat 49 bayi (33,3%) mengalami Berat
Bayi Lahir Rendah dan 98 orang (66,6%) lahir dengan Berat Bayi
Lahir Normal, sedangkan dari 147 bayi dengan tanpa asfiksia
neonatorum terdapat 21 bayi (14,2%) bayi menderita Berat Bayi
Lahir Rendah dan 126 bayi (85,7%) Berat Bayi Lahir Normal.
Hasil uji Chi-Square, X2Hit = 14,70 dan X2
Tabel = 3,841 maka
Ha diterima dan Ho ditolak dengan taraf hubungan signifikan α =
0,05. Ini berarti ada hubungan yang signifikan antara berat bayi
lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dewi
Sartika Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Berdasarkan uji stastistik Odd Ratio (OR) didapatkan hasil
bahwa nilai OR = 3. Bahwa keseluruhan sampel bayi yang lahir
dengan berat bayi lahir rendah pada kelompok kasus sebanyak
(33,33%) sedangkan kelompok control (14,29%). Dan menemukan
bahwa ibu yang melahirkan dengan berat bayi lahir rendah memiliki
resiko 3 kali lebih besar untuk mengalami asfiksia neonatorum pada
bayinya dibanding dengan ibu yang melahirkan dengan berat bayi
lahir normal
Berat badan lahir merupakan salah satu faktor risiko yang
menjadi penyebab utama untuk terjadinya asfiksia neonatorum. Hal
61
ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Desfauza dari
Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008, menyatakan bahwa
berat badan lahir merupakan salah satu faktor risiko yang
berhubungan secara signifikan dan sangat dominan pada kejadian
asfiksia neonatorum di RSU DR. Pirnga di Medan. Bayi yang lahir
dengan berat badan kurang memiliki risiko terjadi asfiksia sebesar
79,5%, sedangkan bayi dengan berat badan normal berisiko
sebesar 20,5%.
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi
baru lahir yang mengalami gagal bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir sehingga bayi tidak adapat memasukan
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari
tubuhnya (Dewi, 2011). Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya
merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin. Tiga hal perlu
mendapat perhatian yaitu: Denyut jantung janin, Mekonium pada air
ketuban, Pemeriksaan PH darah janin. Penyebab asfiksia
neonatorum mempunyai dimensi multifaktor. Ada beberapa faktor
terjadinya asfiksia neonatorum salah satunya adalah berat bayi
lahir rendah (BBLR) (Rukiyah & Lia, 2013).
Berdasarkan distribusi BBLR paling banyak ibu melahirkan
bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir
rendah mempunyai masalah antara lain : pusat pengaturan
pernapasan dan alat pencernaannya belum sempurna,
62
kemampuan metabolisme panas masih rendah sehingga dapat
berakibat terjadinya asfiksia, asidosis dan dan mudah terjdi infeksi.
Bayi yang dilahirkan BBLR umumnya kurang mampu meredam
tekanan lingkungan yang baru, sehingga berakibat pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya, selain itu juga akan
meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena rentan
terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah (katiandagho &
Kusmiyati, 2015).
Penelitian menurut Maharyati (2013) dengan judul Hubungan
Berat Bayi Lahir Rendah Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum,
terdapat hubungan yang signifikan antara BBLR dengan kejadian
asfiksia pada bayi baru lahir dimana bayi yang dilahirkan dengan
berat bayi lahir rendah diperkirakan 19,384 kali memiliki resiko
asfiksia dari pada berat bayi lahir normal, dimana jumlah sampel
208, terdapat 104 kasus asfiksia didapatkan bayi berat lahir rendah
sebanyak 38 responden (36,5%) dan berat bayi lahir normal 66
responden (63,5%), sedangkan dari 104 kasus bayi yang tidak
asfiksia didapatkan berat bayi lahir rendah sebanyak 3 responden
(2,9%) dan berat bayi lahir normal 101 responden (97,1%).
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang penulis lakukan mengenai hubungan antara
berat bayi lahir rendah dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di
RSU Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016. Yang
dilaksanakan pada tanggal 03 Mei – 16 Mei 2017, didapat kesimpulan
bahwa
1. Jumlah ibu yang melahirkan dengan berat bayi lahir rendah (BBLR)
sebanyak 70 (23,81%) bayi dan bayi lahir dengan berat bayi lahir
normal (BBLN) sebanyak 224 (76,19%) orang.
2. Jumlah bayi yang asfiksia sebanyak 147 (50,0%) dan yang tidak
asfiksia sebanyak 147 (50,0%) orang.
3. Hasil uji Chi-Square, X2Hit = 14,70 dan X2
Tabel = 3,841 maka Ha
diterima dan Ho ditolak dengan taraf hubungan signifikan α = 0,05
(nilai X2Hit > X
2Tabel) . Ini berarti ada hubungan yang signifikan antara
berat bayi lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di
RSU Dewi Sartika Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Ibu yang
melahirkan dengan berat bayi lahir rendah memiliki resiko 3 kali
lebih besar untuk mengalami asfiksia pada bayinya dibanding
dengan ibu yang melahirkan dengan berat bayi lahir normal.
64
B. Saran
1. Sebaiknya pihak rumah sakit meningkatkan pelayanan yang lebih
bermutu baik dari sumber daya manusianya maupun dari sarana
dan prasarananya untuk menciptakan pelayanan yang bermutu
serta terjangkau khususnya pada pelayanan kehamilan dan
persalinan.
2. Karena tingginya angka kejadian asfiksia, petugas kesehatan
khususnya bidan sebaiknya melakukan deteksi sedini mungkin
komplikasi kehamilan dan persalinan yang merupakan faktor
predisposisi asfiksia pada bayi baru lahir,dengan lebih
meningkatkan skill dan kemampuan dalam memberikan pelayanan
kebidanan kepada kliennya.
3. Yang ingin melakukan penelitian serupa, disarankan untuk meneliti
lebih dalam mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan
asfiksia neonatorum.
65
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2013). Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Departeman Kesehatan RI.(2008) Pencegahan dan Penatalaksanaan
Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Departemen Kesehatan.
_________.(2011) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan.
Jakarta: Departemen Kesehatan. Desfauza E. (2008) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Asphyxia
Neonatorum pada Bayi Baru Lahir Di RSU Pirngadi Medan. Tesis.
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara Medan.
Dewi, Vivin Nanny Lia. (2011) Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. (2016) Profil Kesehatan
Selawesi Tenggara Tahun 2015. Dari http://dinkes.sultraprov.go.id/
Diakses tanggal 13 Oktober 2016.
Fajarwati, Novia. (2015) Hubungan Antara Berat Badan Lahir dan
Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Ulin Banjarmasin. Jurnal
Berkala Kedokteran; Volume 12, Nomor 1, Februari 2016: Hal. 33-
39.
Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Katiandagho, Novisye,. Dan Kusmiyati. (2015) Faktor Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Liun
kendage Tahuna. Jurnal Ilmiah Bidan; Volume 3, Nomor 2, Juli-
Desember 2015.
Maharyati, Ni komang Arya. (2013) Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah
Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di Rumah Sakit Umum
Daerah Abunawas Kota Kendari Tahun 2013. Skripsi. Poltekkes