This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
pengujian bakteri koliform secara lengkap dan untuk
menentukan ada atau tidaknya bakteri koliform dalam
contoh air.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil
2.1.1 Uji Penduga Koliform
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Penduga (MPN)
JenisMediaAir
Tingkat Pengenceran Kombinasi FP MPN/mLDouble Strength Single Strength
101 100 10-1 10-2
Air A +++ -++ +-- 321 101 1,5 x 101
Air B +-- -++ --+ 121 101 1,5 x 100
Air C +++ +-- +++ -+- 313 101 1,6 x 100
Air D +++ +++ +++ 333 101 > 2,4 x
102
Air E +++ +++ +++ ++- 332 101 1,1 x 102
Air F +++ +++ +++ 333 101 > 2,4 x
102
Air G +++ +++ +++ 333 101 > 2,4 x
102
Keterangan:
(-) : Tidak terbentuk gas CO2
(+) : Terbentuk gas CO2
( ) : Tidak dilakukan
2.1.2 Uji Penduga Koliform
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Penguat
Media EMBAFekal Non Fekal
Air A Air B Air C
Air D Air E Air F Air G
Keterangan:
(Non Fekal) : Koloni berwarna merah muda bintik
hitam
(Fekal ) : Koloni berwarna hijau metalik
2.1.3 Uji Pelengkap KoliformTabel 3. Hasil Pengamatan Uji Pelengkap Koliform Pada Media
LB dan NA
Media LB (+) atau (-)
Pewarnaan Gram ( Media
NA)Fekal Non Fekal Fekal Non Fekal
Air A +Gram
negatif
Gram
negatif
Air B +Gram
negatif
Air C + +Gram
negatif
Air D +Gram
negatif
Gram
negatif
Air E +Gram
negatifAir F + + Gram
negatif
Air G +Gram
negatifKeterangan:
(-) : Tidak terbentuk gas CO2
(+) : Terbentuk gas CO2
2.1.4 Uji IMViC
Tabel 4. Hasil Uji IMVic Fekal
Media
IMViC Fekal
Uji IndolUji
MethylRed
VogesProskauer
KosserCitrate
Air C + + - -Air F + + - -
Tabel 5. Hasil Pengamatan Uji IMVic Non Fekal
Media
IMViC Non Fekal
Uji IndolUji
MethylRed
VogesProskauer
KosserCitrate
Air A + + - -Air B + + - -Air C + + - -
Air D + + - +Air E + + - -Air F + + - -Air G + + - -
Keterangan:
Sampel A : Kelompok 1 Sampel E :
Kelompok 5
Sampel B : Kelompok 2 Sampel F :
Kelompok 6
Sampel C : Kelompok 3 Sampel G :
Kelompok 7
Sampel D : Kelompok 4
2.2 Pembahasan
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan.
Tidak satu pun mahluk hidup di dunia ini yang tidak
memerlukan dan tidak mengandung air. Hal ini disebabkan
oleh semua reaksi biologis yang berlangsung di dalam
tubuh makhluk hidup berlangsung dalam medium air.
Masalah pelik yang harus dihadapi dalam kualitas air
adalah semakin tingginya tingkat pencemaran air
sehingga air dapat menjadi sumber atau perantara
berbagai penyakit. Agar air tersebut tidak menimbulkan
penyakit bagi manusia, maka air harus mempunyai
persyaratan khusus.
Air mungkin saja terlihat jernih, tak berbau, dan
tak berasa, tetapi tidak aman untuk diminum. Air baik
dan aman untuk diminum ialah air yang bebas dari
mikroorganisme penyebab penyakit dan zat kimia yang
merusak kesehatan. Pencemaran air oleh mikroorganisme
atau zat-zat kimia berarti air tersebut mengalami
polusi dan tidak boleh diminum. Sumber-sumber dalam
tanah, yaitu sumur dan mata air, menyediakan sebagian
besar air untuk rumah-rumah perorangan di daerah
pedesaan.
Perairan alami memang merupakan habitat atau
tempat yang sangat parah terkena pencemaran. Faktor-
faktor biotik yang terdapat dalam air terdiri dari
bakteria, fungi, mikroalgae, protozoa, virus serta
sekumpulan hewan ataupun tumbuhan air lainnya yang
tidak termasuk kelompok mikroba (Suriawiria, 1995).
Kontaminan yang mencemari air digolongkan ke dalam
tiga kategori yaitu kimiawi, fisik dan hayati.
Kontaminan-kontaminan tertentu dalam setiap kategori
dapat mempunyai pengaruh nyata terhadap kualitas air.
Sejumlah bakteri dianggap sebagai bakteri pengganggu
dalam air karena menimbulkan masalah bau, warna, dan
rasa, disamping juga membentuk endapan persenyawaan tak
dapat larut di dalam pipa-pipa sehingga mengurangi atau
menyumbat aliran air.
Kualitas air dapat ditentukan oleh kehadiran dan
jumlah E. Coli didalamnya, yaitu untuk air minum dan air
lainnya. Jika di dalam air tanah tersebut terdapat
bakteri E.coli maka virus, bakteri, parasit dan amoeba
lainnya bisa saja ada di dalam air tersebut. Jika tidak
ada bakteri E.coli kemungkinan virus, bakteri atau
parasit yang ada di sana merupakan kuman yang non-
patogen atau tidak berbahaya. Hal inilah yang
menyebabkan E.coli dapat digunakan sebagai parameter
biologis pada uji kualitas air.
Pada praktikum tanggal 8 November 2012, mahasiswa
diminta untuk melakukan analisis atau pengujian bakteri
indikator sanitasi. Media yang digunakan adalah
beberapa sampel air. Proses pengujian sanitasi atau
kualitas air dilakukan melalui tiga tahap,yaitu: uji
penduga (presumptive test), uji penguat (confirmed test), dan
uji pelengkap (completed test).
2.2.1 Uji Penduga Koliform
Uji penduga (presumptive test) merupakan tes
pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri
coliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang
disebabkan oleh fermentasi laktosa oleh bakteri
golongan Enterobacteriaceae. Terbentuknya asam dilihat
dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang
dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham
berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif
jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari
volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan
bakteri koliform dapat dilihat dengan menghitung
tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk
asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN.
Pada uji pendugaan ini, dilakukan dengan cara
metode MPN (Most Probable Number). Metode MPN adalah
suatu metode enumerasi mikroorganisme yang
menggunakan data dari hasil pertumbuhan
mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam
seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau
cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau
diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga
dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang
diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa
sampel.
Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan
sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan
konsentrasi mikroorganisme yang sesuai dan jika
ditanam dalam tabung menghasilkaan frekuensi
pertumbuhan tabung positif “kadang-kadang tetapi
tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang
dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang
dilakukan) maka semakin “sering” tabung positif
yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang
dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang
dilakukan) maka semakin “jarang” tabung positif
yang muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik
adalah yang menghasilkan tabung positif “kadang-
kadang tetapi tidak selalu”. Semua tabung positif
yang dihasilkan sangat tergantung dengan
probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat
memasukkannya ke dalam media. Oleh karena itu
homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini.
Frekuensi positif (ya) atau negatif (tidak) ini
menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada
sampel sebelum diencerkan (Fardiaz, 1989).
Prosedur uji penduga dengan metode MPN
dilakukan dengan cara memipet sampel air sebanyak
10 ml dimasukkan ke dalam larfis 90 ml (100).
Kemudian, dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke
dalam larfis 9 ml (10-1). Setelah itu, masing-
masing tingkat pengenceran dipipet sebanyak 1 ml
lalu dipindahkan ke dalam tabung durham yang
berisi media LB single strength dan double
strength ( pada pengenceran 101). Diinkubasi
selama 2 hari pada suhu 370C lalu diamati
pembentukan gas dan kekeruhan pada tabung durham.
Hasil analisa metode MPN didapatkan dari
mencocokkan dengan tabel MPN, yaitu tabel yang
memberikan The Most Probable Number atau Jumlah
Perkiraan Terdekat, yang tergantung dari kombinasi
tabung positif (yang mengandung bakteri Coli) dan
negatif (yang tidak mengandung bakteri Coli) dari
kedua tahap tes. Angka MPN tersebut mempunyai arti
statistik dengan derajat kepercayaan (level of
significancy) 95 % (Nugrahaeni, 2010).
Hasil pengamatan pada uji penduga koliform,
sampel Air A memiliki jumlah angka paling mungkin
(APM) bakteri koliform sebesar 1,5 x 101 MPN/ml,
sampel Air B memiliki jumlah angka paling mungkin
(APM) bakteri koliform sebesar 1,5 x 100 MPN/ml,
sampel Air C memiliki jumlah angka paling mungkin
(APM) bakteri koliform sebesar 1,6 x 100 MPN/ml,
sampel Air D memiliki jumlah angka paling mungkin
(APM) bakteri koliform sebesar > 2,4 x 102 MPN/ml,
sampel Air E memiliki jumlah angka paling mungkin
(APM) bakteri koliform sebesar 1,1 x 102 MPN/ml,
sampel Air F memiliki jumlah angka paling mungkin
(APM) bakteri koliform sebesar > 2,4 x 102 MPN/ml,
dan sampel Air G memiliki jumlah angka paling
mungkin (APM) bakteri koliform sebesar > 2,4 x 102
MPN/ml. Jumlah angka paling mungkin (APM) terbesar
terdapat pada sampel air D, F, dan G yaitu > 2,4 x
102 MPN/ml.
Pada pengujian pendugaan, media yang
digunakan adalah LB (Lactose Broth). Lactose broth
digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran
koliform dalam air, makanan, dan produk susu,
sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) dan
dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri
pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef menyediakan
nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri.
Laktosa yang terkandung pada LB menyediakan sumber
karbohidrat yang dapat difermentasi untuk
organisme bakteri E.coli. Fermentasi laktosa oleh
golongan Enterobacteriaceae dibuktikan dengan timbulnya
gas. Pertumbuhan dengan pembentukan gas adalah
presumptive test untuk koliform (Aryaningsih, 2012).
Menurut Lukman dan Purnawarman (2008),
koliform adalah bakteri berbentuk batang, tidak
berspora, bersifat aerob dan anaerob fakultatif,
Gram negatif, memfermentasi laktosa dengan
membentuk asam dan gas pada suhu 35 oC dalam 48
jam.
Terbentuknya gas dan kekeruhan pada tabung
durham dikarenakan fermentasi laktosa oleh bakteri
golongan koliform dan asam yang dilihat dari
kekeruhan pada media laktosa. Adapun reaksi
fermentasi laktosa oleh mikroorganisme yaitu :
C12H22O11 4CH2CHOHCOOH +
H2O
Laktosa enzim asam laktat
air
Sampel air yang digunakan tidak diketahui
sumber asal pengambilannya, maka tidak dapat
dibandingkan dengan satu syarat jenis air saja.
Berdasarkan Permenkes No 416/Menkes/Per/IX/1990
tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
menyebutkan bahwa syarat-syarat mikrobiologis untuk
air minum adalah MPN Koliform/100 cc. Sampel = 0,
sedangkan untuk air bersih 10 koliform/100 ml
(untuk air perpipaan) dan 50 koliform/100 ml (untuk
air bukan perpipaan) (Dirjen POM, 1994 dalam
Widiyanti, 2004). MPN dari seluruh sampel air jika
dinyatakan per 100 ml tidak ada yang memenuhi
syarat maksimal koliform pada air, baik untuk air
minum, air perpipaan maupun air bukan perpipaan.
Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen
saluran cerna sangat berbahaya untuk diminum.
Bakteri indikator air terkontaminasi di Indonesia
adalah E. coli. Semakin tinggi tingkat kontaminasi
bakteri koliform, semakin tinggi pula risiko
kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa
hidup dalam kotoran manusia dan hewan (Firlieyanti,
2006). Hasil dari uji penduga ini belum dapat
mengetahui koliform tersebut E. coli atau bukan, maka
dilakukan uji lanjutan yaitu uji penguat untuk
mengetahui koliform tersebut fekal atau non fekal.
2.2.2 Uji Penguat Koliform Setelah uji penduga, dilanjutkan dengan uji
penguat. Uji penguat dilakukan untuk menguatkan
kehadiran koliform dalam contoh sampel air. Dalam
uji ini digunakan media EMBA. Pada media EMBA dapat
dibedakan antara koliform fekal dan non fekal. Pada
koliform fekal ditandai dengan adanya koloni
berwarna gelap dengan sinar hijau metalik. Sedangkan
pada koliform non fekal ditandai dengan adanya
koloni yang berwarna merah dengan bintik hitam di
tengah.
Hasil pengamatan pada uji penguat koliform
dengan media EMBA, Sampel air C dan F merupakan
bakteri koliform jenis Fekal yang ditandai dengan
koloni yang berwarna hijau metalik pada media
EMBA. Sampel Air A, B, D, E, dan G ,erupakan
bakteri koliform jenis non fekal yang ditandai
dengan koloni berwarna merah muda dengan bintik
hitam ditengah. Pada praktikum ini untuk uji
penguat menggunakan media EMBA. Media EMBA (Eosin
Methylene Blue Agar) mempunyai keistimewaan
mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah
mikroba yang memfermentasikan laktosa.
Selektivitas media endo agar tersusun atas sodium
sulfate atau kombinasi basic fuchsin, yang
menghasilkan suspensi mikroorganisme gram positif.
Selektivitas media endo agar tersusun atas sodium
sulfate atau kombinasi basic fuchsin, yang
menghasilkan suspensi mikroorganisme gram positif.
Bakteri koliform memfermentasi laktosa,
menghasilkan koloni berwarna merah muda hingga
warna merah. Koloni organisme yang tidak
memfermentasi laktosa tidak berwarna sehingga
tampak kontras dengan latar media yang berwarna
merah muda. Adanya eosin dan methylene blue membantu
mempertajam perbedaan tersebut. Mikroba yang
memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan
inti berwarna gelap dengan kilap logam. Sedangkan
mikroba lain yang dapat tumbuh koloninya tidak
berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu
mempertajam perbedaan tersebut. Media ini sangat
baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan
tersebut adalah E.coli.
Agar EMB (levine) merupakan media padat yang
dapat digunakan untuk menentukan jenis
bakteri E.coli dengan memberikan hasil positif dalam
cawan. EMB yang menggunakan eosin dan methylene blue
sebagai indikator memberikan perbedaan yang nyata
antara koloni yang meragukan laktosa dan yang
tidak meragukan laktose. Medium tersebut
mengandung sukrosa karena kemempuan
bakteri E.coli yang lebih cepat meragukan sukrosa
daripada laktosa. Koloni bakteri Escherichia coli
tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilat
metalik atau koloni berwarna merah muda dengan
lendir untuk kelompok koliform lainnya.
Media Endo Agar adalah media kultur selektif
dan diferensial untuk mendeteksi keberadaan
bakteri koliform fekal dan mikroorganisme lainnya.
Selektivitas media endo agar tersusun atas sodium
sulfate atau kombinasi basic fuchsin, yang
menghasilkan suspensi mikroorganisme gram positif.
Bakteri koliform memfermentasi laktosa,
menghasilkan koloni berwarna merah muda hingga
warna merah seperti bunga mawar serta berbagai
pewarnaan yang mirip. Koloni organisme yang tidak
memfremnetasi laktosa tidak berwarna sehingga
tampak kontras dengan latar media yang berwarna
merah muda. Selanjutnya, bakteri fekal dan non
fekal dibiakan di dalam media LB dan digores pada
agar miring NA.
2.2.3 Uji Pelengkap KoliformUji pelengkap dilakukan untuk menegaskan
kehadiran bakteri koliform dalam contoh. Koloni
koliform yang terpisah dari cawan EMBA atau Endo
diinokulasikan ke dalam LB dan digores pada NA
miring untuk kemudian dilakukan pewarnaan gram.
Dalam pengujian ini, koloni yang tumbuh dinyatakan
dengan data kualitatif, yaitu ada atau tidaknya
koloni yang tumbuh pada media. Setelah itu
diinkubasi pada suhu 370C selama 2 hari, lalu
diamati adanya pembentukan gas pada tabung durham
minimal terdapat gas ± 10% dari volume tabung.
Fungsi dari tabung durham sendiri sebagai media
untuk menampung gas akibat metabolisme bakteri.
Dan penyebab lain dari terbentuknya gas dalam
tabung, diakibatkan karena kontaminasi dari udara
ketika proses isolasi dalam inkubator.
Hasil pengamatan pada uji pelengkap koliform
dengan media LB, semua sampel air yang mengandung
bakteri koliform fekal dan non fekal memiliki
hasil positif yang ditandai terbentuknya gas CO2
dalam tabung durham. Pada uji pelengkap koliform
dengan pewarnaan gram, semua sampel air yang
mengandung bakteri koliform fekal dan non fekal
merupakan bakteri gram negatif yang ditandai
dengan sel yang berwarna merah.
Medium LB digunakan karena medium ini
berfungsi sebagai media untuk mendeteksi kehadiran
Coliform dalam air dan dalam mempelajari fermentasi
laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan
ekstrak beef menyediakan nutrien esensial untuk
memetabolisme bakteri. Laktosa menyediakan sumber
karbohidrat yang dapat difermentasi
untuk organisme Coliform. Pertumbuhan dengan
pembentukan gas adalah presumptive test untuk
Coliform. Lactose broth dibuat dengan komposisi 0,3%
ekstrak beef; 0,5% pepton; dan 0,5% laktosa. Dari
hasil data pengamatan ke tujuh jenis sampel air
terdapat gas pada tabung LB bakteri fekal dan non
fekal. Hal ini berarti masing-masing sampel air
tersebut positif mengandung bakteri koliform jenis
fekal dan non fekal.
Selanjutnya dilakukan pewarnaan gram pada
media NA miring. Pewarnaan gram dilakukan untuk
mengetahui bentuk dari bakteri yang terdapat pada
sampel air. Pewarnaan Gram atau metode Gram
adalah suatu metode empiris untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni
gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan sifat
kimia dan fisik dinding sel mereka. Bakteri Gram-
negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan
zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram.
Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna
metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji
pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal
(counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang
membuat semua bakteri gram-negatif menjadi
berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini
berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe
bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding
sel mereka.
Zat warna yang digunakan pada pewarnaan gram
meliputi kristal violet, yodium, alkohol, dan
safranin. Fungsi dari masing-masing zat warna
tersebut adalah sebagai berikut. Kristal violet
merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi
warna mikroorganisme target. Kristal Violet
bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel
mikroorganisme yang bersifat asam , dengan begitu
sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat
berwarna (ungu). Yodium merupakan pewarna Mordan ,
yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna
primer yang diserap mikroorganisme target.
Pemberian yodium pada pengecatan gram dimaksudkan
untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri.
Alkohol merupakan solven organik yang berfungsi
untuk membilas atau melunturkan kelebihan zat
warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Pemberian
alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan
terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme
(bakteri) akan tetap berwarna ungu dan bakteri
menjadi tidak berwarna. Safranin merupakan pewarna
tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi
untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah
kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan
alkohol.
Pewarnaan gram dilakukan dan diamati pada
mikroskop perbesaran 1000 x dengan ditambahkan
minyak emersi, bakteri yang teramati pada masing-
masing sampel air yaitu pada bakteri berbentuk
basil dan berwarna merah muda. Karena bakteri
koliform baik fekal yang menunjukkan bakteri E. coli
maupun non fekal yang menunjukkan bakteri E.
Aerogenes memiliki bentuk dan sifat yang sama yaitu
bakteri gram negatif, berbentuk batang, tidak
membentuk spora maupun kapsula dan berwarna merah
saat dilakukan pewarnaan gram, sehingga dari uji
pewarnaan gram ini belum dapat diidentikasikan
jenis bakteri secara spesifik. Oleh karena itu,
diperlukan analisis lebih lanjut yaitu uji IMViC
yang digunakan untuk mengetahui jenis koliform di
dalam sampel.
2.2.4 Uji IMViC KoliformUntuk mengetahui jenis koliform di dalam sampel
dilanjutkan dengan identifikasi koliform dengan
menggunakan uji IMViC. Uji IMViC terdiri dari uji
indol, uji merah metil, uji Voges-Proskaueur dan uji
sitrat. Uji IMViC digunakan untuk membedakan
beberapa bakteri golongan Enterobacteriaceae yang
terdapat dalam contoh yang diambil dari suspensi
agar miring dan masing – masing diinokulasikan
menggunakan jarum ose berdasarkan kemampuannya dalam
mefermentasi glukosa dan laktosa, penguraian
trptosan yang menghasilkan indol serta adanya enzim
sitrat permease yang mampu menguraikan natrium
sitrat dari medium khusus yang digunakan
2.2.4.1 Uji IndolUji Indol dilakukan dengan menginokulasikan 1
ose dari biakan murni nutrient agar miring ke dalam
tryptone broth, dan diinkubasikan pada suhu 35 oC
selama 18-24 jam. Ke dalam tabung ditambahkan 0,2–
0,3 ml pereaksi indol (reagen Kovac). Warna merah
tua pada permukaan menunjukkan reaksi indol positif,
warna jingga menunjukkan reaksi indol negatif.
Hasil pengamatan pada uji Indol, bakteri
koliform fekal pada sampel air C dan F menunjukkan
hasil positif dan pada bakteri koliform non fekal
pada sampel air A, B, C, D, E, F, dan H
menunjukkan hasil positif. Hasil positif pada uji
indol ditandai dengan terbentuknya cincin merah
pada bagian atasa media. Adapaun mekanisme
terjadinya reaksi positif adalah sebagai berikut :
Asam amino triptofan merupakan kompunen asam
amino yang lazim terdapat pada protein, sehingga
asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh
mikroorganisme akibat penguraian protein. Untuk
melihat adanya indol dapat digunakan reagens,
yaitu Kovacs. Reagens tersebut mengandung para-
dimetil-aminobenzaldehida. Reagens bereaksi dengan
indol dan menghasilkan senyawa yang tidak larut
dalam air dan berwarna merah pada permukaan
medium.
Bakteri yang tergolong dalam grup fekal dapat
memecah asam amino triptofan dan menghasilkan
suatu senyawa berbau busuk yang disebut indol.
Adanya indol akan menyebabkan amil alkohol berubah
warnanya menjadi merah tua, atau warna kristal
asam oksalat menjadi merah muda. Menurut Fardiaz
(1993), uji indol menunjukkan bahwa bakteri yang
tergolong dalam grup fekal yaitu E. coli dapat
memecah asam amino triptofan. Adanya enzim
triptopanase pada bakteri ini akan memecahkan asam
amino triptopan dan amoniak. Dalam metabolismenya
bakteri ini menggunakan tryptophan sebagai sumber
energi. Indol adalah produk sisa dengan bau fekal.
2.2.4.2 Uji Merah Metil (Methyl Red)
Uji methyl red digunakan untuk menentukan
adanya fermentasi asam campuran. Beberapa bakteri
memfermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai
produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan
pH media pertumbuhannya menjadi 5.0 atau lebih
rendah. Penambahan indikator pH ”methyl red” dapat
menunjukkan adanya perubahan pH menjadi asam.
Methyl Red berwarna merah pada lingkungan dengan
pH 4.4 dan berwarna kuning dalam lingkungan dengan
pH 6.2.Uji Methyl Red dilakukan dengan menginokulasikan
1 ose dari biakan nutrient agar ke dalam MR-VP dan
diinkubasikan pada suhu 35 oC selama 18–24 jam.
Pipet 5 ml dari larutan ini kemudian dipindahkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 tetes merah
metil dan dikocok. Warna kuning menunjukkan reaksi
negatif dan warna merah menunjukkan reaksi positif.
Hasil pengamatan pada uji Merah Metil (Methyl
Red), bakteri koliform fekal pada sampel air C dan
F menunjukkan hasil positif dan pada bakteri
koliform non fekal pada sampel air A, B, C, D, E,
F, dan H menunjukkan hasil positif. Hasil positif
ditandai dengan warna merah yang terbentuk.
Mekanisme terjadinya reaksi positif dari uji metil
merah yaitu :
Selama fermentasi E. coli (fekal) akan
menghasilkan asam lebih banyak dari pada E.
aerogenes (non fekal). Asam yang dihasilkan E. coli
dapat menurunkan pH medium yang mengandung 0,5 %
glukosa sehingga mencapai pH 5, yang menyebabkan
indikator merah metil yang diteteskan ke dalam
medium tersebut menjadi berwarna merah. Asam yang
dihasilkan oleh E. aerogenes hanya dapat menurunkan
pH sampai sekitar pH 6 atau lebih, sehingga merah
metil akan berwarna kuning.
2.2.4.3 Uji Voges-Proskauer
Uji Voges Proskauer (Uji VP) dilakukan dengan
menginokulasikan 1 ose dari biakan nutrient agar ke
dalam MR-VP dan diinkubasikan pada suhu 35 oC selama
48 jam. Dengan menggunakan pipet, 1 ml dari larutan
ini dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 0.6 ml larutan alfa naftol dan 0.2 ml
larutan kalium hidroksida dan dikocok. Didiamkan
selama 2–4 jam. Warna merah muda hingga merah tua
menunjukkan reaksi positif, warna tidak berubah
menunjukkan reaksi negatif.
Hasil pengamatan pada uji Voges-Proskauer,
bakteri koliform fekal pada sampel air C dan F
menunjukkan hasil negatif dan pada bakteri
koliform non fekal pada sampel air A, B, C, D, E,
F, dan H menunjukkan hasil negatif. Hsil positif
ditandai dengan warna merah muda hingga merah tua
sedangkan hasil negatif ditandai dengan warna yang
tidak berubah. Mekanisme terjadinya reaksi pada
uji Voges Proskauer adalah sebagai berikut :
Uji Voges-Proskauer didasarkan atas
pembentukkan asetil metil karbinol (asetoin) oleh
E. aerogenes, yaitu suatu hasil samping dari
metabolisme karbohidrat. E. coli tidak membentuk
asetil metil karbinol. Asetil metil karbinol
dengan adanya KOH dan udara akan teroksidasi
menjadi diasetil kemudian diasetil dengan adanya
Citratase
Citratase permease
alfa-naftol dan asam amino yang terdapat di dalam
medium akan membentuk warna merah. Menurut Fardiaz
(1993), Escherichia coli tidak membentuk asetil metil
karbinol sehingga pada uji Voges Proskauer sebagai
identifikasi adanya E. coli tidak terjadi berubahan
warna atau hasil uji negatif.
2.2.4.4 Uji Sitrat Uji Sitrat dilakukan dengan menginokulasikan 1
ose biakan ke dalam perbenihan Simmons citrate dan
diinkubasikan pada suhu 35 oC selama 48–96 jam.
Warna biru menunjukkan reaksi positif, warna hijau
menunjukkan reaksi negatif
Hasil pengamatan pada uji sitrat, bakteri
koliform fekal pada sampel air C dan F menunjukkan
hasil negatif dan pada bakteri koliform non fekal
pada sampel air A, B, C, E, F, dan H menunjukkan
hasil negatif, serta pada sampel air D menunjukkan
hasil positif. Hasil positif ditandai denganwarna biru sedangkan warna hijau menunjukkan reaksi
negatif. Berubahnya warna pada medium Kosser Sitrat
(SCA) terjadi karena adanya peningkatan pH yang
menyebabkan berubahnya warna pada agar. Reaksi
yang menyebabkan adanya perubahan warna pada agar
adalah sebagai berikut :
Natrium sitrat Asam piruvat +
Asam oksaloasetat + CO2
Kelebihan natrium dari Na sitrat + CO2 + H2O
Na2CO3 (alkali), pH meningkat (indicator BTB
menunjukkan warna biru). Sitrat permease berperan
dalam membawa sitrat dari luar sel akan masuk ke
dalam siklus Krebs. Uji ini didasarkan atas
penggunaan sitrat di dalam medium oleh E. aerogenes,
dimana sitrat merupakan satu-satunya sumber karbon
di dalam médium tersebut. E.coli tidak dapat
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Menurut
Supardi dan Sukamto (1999), bakteri Escherichia coli
dapat menggunakan asetat sebagai sumber karbon,
tetapi tidak dapat menggunakan sitrat.
Pada sampel air C dan F fekal hasil akhir
dari uji IMViC adalah uji Indol (+), uji Metil
Merah (+), uji Voges Proskauer (-), dan uji Sitrat
(-). Berdasarkan data tersebut dapat
diidentifikasi jenis bakteri pada sampel D fekal
yaitu jenis Escherichia coli tipe I. Escherichia coli
merupakan bakteri Gram negatif, anaerobik
fakultatif, dan tidak berspora. Bakteri ini dapat
hidup pada berbagai macam substrat. Escherichia coli
menggunakan campuran fermentasi asam di dalam
kondisi anaerobik, menghasilkan laktat, succinate,
etanol, asetat, dan karbondioksida.
Sedangkan untuk sampel A, B, C, E, F, dan G
yang diduga mengandung bakteri koliform non fekal
hasil akhir dari uji IMViC yaitu untuk uji Indol
(+), uji Metil Merah (+), uji Voges Proskauer (-),
dan uji Sitrat (-) sehingga dapat diidentifikasi
sebagai Typical Escherichia coli atau Escherichia coli tipe I.
Pada sampel D untuk koloni non fekal hasil akhir
uji IMViC yaitu uji indol (+), uji metil merah
(+), uji voges Proskauer (-), dan uji sitrat (-)
sehingga dapat diidentifikasi sebagai Typical
Intermediate atau Escherichia coli freundii tipe II.
Penentuan jenis bakteri koliform mengacu pada
sumber metode pengujian E. coli (SNI 19-2897-1992)
tentang cara uji cemaran mikroba yang terlampir
pada Lampiran 6.
.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan
bahwa pengujian bakteri indikator sanitasi dilakukan
dengan tiga tahap, yaitu uji penduga, uji penguat, dan
uji pelengkap. Pada uji penduga, sampel air D, F, dan G
memiliki jumlah angka paling mungkin (APM) bakteri
koliform tertinggi, yaitu >2,4x102 MPN/ml. Pada uji
penguat, diperoleh jenis bakteri koliform fekal
terdapat dalam sampel air A dan D sedangkan jenis
bakteri koliform non fekal terdapat dalam semua sampel
air.
Pada uji pelengkap media LB, bakteri kolifrom non
fekal memiliki hasil positif pada semua sampel air dan
bakteri koliform fekal memiliki hasil yang positif pada
sampel air C dan F. Pada uji pelengkap dengan pewarnaan
gram, bakteri koliform fekal dan non fekal pada semua
sampel air merupakan bakteri gram negatif dengan
ditandai pewarnaan bakteri yang berbentuk batang dan
berwarna merah. Pada uji pelengkap IMViC, bakteri
koliforrm fekal ditandai dengan hasil positif pada uji
Indol dan Methyl Red pada sampel air C dan F sedangkan
bakteri koliform non fekal ditandai dengan hasil
positif pada uji Indol, Methyl Red, dan Citrate pada sampel
air D. Berdasarkan hasil pengujian, diketahui jenis
bakteri koliform fekal pada sampel C dan F adalah
Escherichia coli dan bakteri koliform non fekal pada sampel
air D adalah Typical Intermediate atau menurut sumber lain
dikenal dengan Escherichia freundii tipe II.
3.2 Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan dengan teliti dan
sesuai prosedur karena akan mempengaruhi hasil akhir
dari pengamatan. Praktikan seharusnya dituntut untuk
bekerja secara aseptis sesuai dengan SOP dan tata
tertib yang berlaku untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan untuk menghindari terjadinya penyimpangan.
DAFTAR PUSTAKA
Aryaningsih, dkk. 2012. Analisis kualitas air.Singaraja: Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha
Fardiaz, S. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, IPB.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Firlieyanti, Antung Sima. 2006. Evaluasi BakteriIndikator Sanitasi di Sepanjang Rantai DistribusiEs Batu di Bogor. [Jurnal]. Bogor: IPB.
Lukman DW, Purnawarman T, editor. 2008. Penuntun PraktikumHigiene Pangan. Bogor: Departemen Ilmu Penyakit Hewandan Kesehatan Masyarakat Veteriner, FakultasKedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Nugrahaeni, R. 2010. Analisis mikrobiologis abon ikantuna dan kecap. Surakarta: Fakultas Pertanian,Universitas Sebelas Maret
Supardi, Imam dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi DalamPengolahan dan Keamanan Pangan. Penerbit Alumni.Bandung.
Suriawiria, U. 1995. Pengantar Mikrobilogi Umum. Bandung:Angkasa.
Widiyanti, Ni Luh Manik. 2004. Analisis kualitatifbakteri koliform pada depo air minum isi ulangdi kota singraja bali. [Jurnal] Bali: EkologiManusia.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengamatan MPN Hari ke-0 Kelompok 5
Gambar 1. LB Double Strength 101 Gambar 2. LB Single
Strength 100
Gambar 3. LB Single Strength 10-1 Gambar 4. LB Single
Strength 10-2
Lampiran 2. Hasil Pengamatan Uji Penduga (MPN) Kelompok
5
Gambar 5. LB Double Strength 101 Gambar 6. LB Single
Strength 100
Gambar 7. LB Single Strength 10-1 Gambar 8. LB Single
Strength 10-2
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Uji Penguat (EMBA)
Kelompok 5
Gambar 9. Gores EMBA 1 Gambar 10. GoresEMBA 2
Lampiran 4. Hasil Pengamatan Uji IMViC Kelompok 5
Gambar 11. Uji Sitrat Gambar 12.Uji Indol
Gambar 13. Uji Voger Prokauer Gambar 14. UjiMethyl Red
Lampiran 5. Hasil Pengamatan Uji Pelengkap Kelompok 5
Gambar 15. Pewarnaan Gram
Lampiran 6. Sifat-sifat bakteri koliform dengan uji
IMViC
Tabel 1. Jenis koliform berdasarkan hasil positif uji IMViCmenurut SNI