Top Banner
1 BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM Makalah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam Dr. Jenuri, S.Ag, M.Pd Oleh: Qurrotul A’yun 1203250 5 IPS B PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU
113

BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Mar 31, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

1

BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Seminar Pendidikan Agama Islam

Dr. Jenuri, S.Ag, M.Pd

Oleh:

Qurrotul A’yun

1203250

5 IPS B

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS CIBIRU

Page 2: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

2

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014

Page 3: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,

sekaligus sholawat serta salam semoga senantiasa

dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada para

keluarganya, sahabatnya, serta kita sebagai umatnya

sampai akhir zaman. Alhamdulillah atas izin dan ridho-

Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”

BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM” ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas

dari mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam pada

semester lima konsentrasi IPS B.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Dra. Jenuri, S.Ag, M.Pd selaku dosen

pengampu yang telah memberikan arahan dan

bimbingannya dalam belajar dalam mata kuliah

Seminar Pendidikan Agama Islam .

2. Perpustakaan Tutorial dan sahabat-sahabat saya

yang telah memberikan ijin dalam peminjaman buku

sumber.

3. Orang tua kami yang telah memberikan motivasi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, tetapi

Page 4: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

ii

keinginan dan motivasi baik, selalu menjadi bekal bagi

kami. Kekurangan, kekhilafan adalah merupakan proses

untuk perbaikan dalam pembelajaran. Kami mengharapkan

dari semua pembaca, untuk dapat menkoreksi, mengkritisi

sebagai langkah dalam penyempurnaan makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca,

khususnya bagi penulis yang ingin menambah wawasan ilmu

pengetahuan. Serta tidak lupa kami haturkan pula

permohonan maaf bila dalam isi makalah masih banyak

kekurangan.

Bandung, Desember

2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................i

DAFTAR ISI.............................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................1

B. Rumusan Masalah...................................2

C. Tujuan Makalah....................................3

D. Sistematika Penulisan ............................3

i

Page 5: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

iii

BAB II PEMBAHASAN

A. Pernikahan Adalah Fitrah Kemanusiaan..............4

B. Tujuan Pernikahan Dalam Islam.....................8

C. Konsep Baitul Muslim..............................14

D. Urgensi Mendirikan Baitul Muslim..................15

E. Karakteristik Baitul Muslim.......................18

F. Cara Mendirikan Baitul Muslim Sesuai Ajaran

Rasulullah........................................26

G. Landasan Keluarga Islami..........................31

H. Rumah Tangga Sebagai Cermin Kepribadian Kader

Dakwah............................................49

I. Pandangan Islam Mengenai Baitul Muslim Yang

Diprogramkan......................................54

J. Pengaruh Baitul Muslim Terhadap Kepribadian Anak

Dan Kemajuan Umat.................................56

BAB III PENUTUP

A. Simpulan .........................................68

B. Saran ............................................ 68

ii

Page 6: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam perkemangan masyarakat modern, segala

aktivitas dan kebutuhan hidup telah banyak

mengalami perubahan. Segala kemajuan yang telah

ada berkat perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Budaya-budaya lokal juga sedikit banyak

mengalami perubahan dalam berbagai hal diantaranya

adat, tata krama, norma dan sebagainya. Perubahan-

perubahan ini cenderung mengarah ke budaya

westernisasi dan modernisasi. Tidak banyak adat-

adat dan norma setempat dikesampingkan guna

merealisasikan perubahan tersebut.

Pemikiran akan kemudahan segala sesuatu dan

memandang bahwa semua hal yang berkaitan dengan

norma, adat dan kaidah agama menjadi

dinomorduakan. Generasi muda yang harusnya mampu

memberikan perubahan ke arah yang baik justeru

terlena akan perkembangan peradaban barat yang

cenderung negatif. Ilmu agama mulai ditinggalkan.

Termasuk dalam hal pernikahan.

Agama islam adalah agama yang sejalan dengan

fitrah manusia. Segala sesuatu yang bersangkutan

dengan kehidupan sehari-hari telah diatur dengan

Page 7: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

2

baik dalam Al-Qur’an dan Al Hadits. Tidak akan ada

generasi penerus bangsa dan agama tanpa adanya

sebuah jalinan suci pernikahan. Pernikahan

merupakan gerbang awal menyatukan dua kehidupan

pribadi manusia yang berbeda. Selain merupakan

fitrah manusia pernikahan juga dapat memberikan

keberkahan kepada pasangan suami isteri yang

meniatkan untuk menikah untuk mengharap ridho dan

berkah Allah SWT.

Islam mengatur tentang tata cara

melangsungkan pernikahan agar dalam setiap langkah

kedua insan yang diikat oleh janji suci menjadi

keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrohmah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa syarat

dan ketentuan dalam membina keluarga islami yang

merindukan naungan Allah SWT terhadap rumah

tangganya. Maka dari itu, kami mengambil sebuah

solusi untuk membuka mata kita semua tentang

bagaimana agar rumah tangga yang akan dan telah

dibina dapat menjadi rumah tangga yang dirahmati

oleh Allah SWT yaitu dengan membina baitul muslim

atau rumah tangga islami.

Penulisan makalah ini sangat erat kaitannya

dengan bidang studi yang sedang kami tekuni.

Permasalahan-permasalahan yang kami hadapi selaku

calon guru diantaranya yaitu mengenai peserta

Page 8: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

3

didik yang memiliki kecenderungan bersikap kasar,

kurang sopan dan suka membangkang. Kami sangat

meyakini bahwa mungkin dalam pelaksanaan

pendidikan disekolah dan dirumah berkaitan erat

dengan perkembangan anak. Pola asuh orang tua

dalam menanamkan nilai-nilai dalam bermasyarakat

sangat kuat pengaruhnya terhadap psikis,

psikologis , sosial dan lingkungan anak. Jika

mengkaji dari kacamata agama islam, boleh jadi

anak tersebut kurang mendapatkan perhatian lebih

dari orang tua. Maka dari itu orang tua harus

lebih dulu mengerti tentang ajaran-ajaran islam

yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Semua

bermula dari jenjang pernikahan dan kemudian ke

arah pengasuhan anak.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis

membuat rumusan masalah yang akan dibahas dalam

makalah ini diantaranya:

1. Apakah Pernikahan Merupakan Fitrah

Kemanusiaan ?

2. Apa Tujuan Pernikahan Dalam Islam ?

3. Bagaimana Konsep Baitul Muslim ?

4. Bagaimana Urgensi Mendirikan Baitul Muslim ?

5. Apa Karakteristik Baitul Muslim ?

Page 9: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

4

6. Bagaimana Cara Mendirikan Baitul Muslim Sesuai

Ajaran Rasulullah?

7. Apa Landasan Pendirian Keluarga Islami ?

8. Apakah Rumah Tangga Dapat Menjadi Cermin

Kepribadian Kader Dakwah ?

9. Bagaimana Pandangan Islam Mengenai Baitul

Muslim Yang Diprogramkan ?

10. Bagaimana Pengaruh Baitul Muslim Terhadap

Kepribadian Anak Dan Kemajuan Umat ?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk

mengkaji dengan kaca mata islam mengenai hakikat

dari baitul muslim atau rumah tangga islami. Hasil

dari penulisan makalah ini juga bertujuan untuk

menjawab pertanyaan masyarakat mengenai baitul

muslim yang diprogramkan. Apakah sudah sesuai

dengan kaidah islam ataukah tidak sesuai.

Page 10: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERNIKAHAN ADALAH FITRAH KEMANUSIAAN

Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia

diciptakan Allah Ta'ala cocok dengan fitrah ini, karena

itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menyuruh manusia

menghadapkan diri ke agama fithrah agar tidak terjadi

penyelewengan dan penyimpangan. Sehingga manusia

berjalan di atas fithrahnya.

Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu

Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan

gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila gharizah ini

tidak dipenuhi dengan jalan yang sah yaitu pernikahan,

maka ia akan mencari jalan-jalan syetan yang banyak

menjerumuskan ke lembah hitam.

Firman Allah Ta'ala.

Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama

Page 11: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

5

yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Ar-Ruum :

30).

 

1. Islam Menganjurkan Nikah

Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang

sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai

satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri

manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk

membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam

terhadap ikatan pernikahan besar sekali, sampai-

sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan

separuh

Page 12: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

5

agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Telah

bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

"Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi

separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah

dalam memelihara yang separuhnya lagi". (Hadist Riwayat

Thabrani dan Hakim).

 

2. Islam Tidak Menyukai Membujang

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

memerintahkan untuk menikah dan melarang keras

kepada orang yang tidak mau menikah. Anas bin

Malik radliyallahu 'anhu berkata : "Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah dan

melarang kami membujang dengan larangan yang keras". Dan

beliau bersabda :

Yang artinya : “Nikahilah perempuan yang banyak anak dan

penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya

umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat". (Hadits

Riwayat Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).

Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya kepada

istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang peribadatan

beliau, kemudian setelah diterangkan, masing-masing ingin

meningkatkan peribadatan mereka. Salah seorang berkata:

Adapun saya, akan puasa sepanjang masa tanpa putus. Dan yang

lain berkata: Adapun saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan

kawin selamanya .... Ketika hal itu didengar oleh Nabi

Page 13: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

6

shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau keluar

seraya bersabda :

Yang artinya : “Benarkah kalian telah berkata begini dan

begitu, sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling

takut dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan

aku berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga

mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak menyukai

sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku". (Hadits

Riwayat Bukhari dan Muslim).

Orang yang mempunyai akal dan bashirah tidak akan

mau menjerumuskan dirinya ke jalan kesesatan

dengan hidup membujang. Kata Syaikh Hussain

Muhammad Yusuf : "Hidup membujang adalah suatu

kehidupan yang kering dan gersang, hidup yang

tidak mempunyai makna dan tujuan. Suatu kehidupan

yang hampa dari berbagai keutamaan insani yang

pada umumnya ditegakkan atas dasar egoisme dan

mementingkan diri sendiri serta ingin terlepas

dari semua tanggung jawab".

Orang yang membujang pada umumnya hanya hidup

untuk dirinya sendiri. Mereka membujang bersama

hawa nafsu yang selalu bergelora, hingga kemurnian

semangat dan rohaninya menjadi keruh. Mereka

selalu ada dalam pergolakan melawan fitrahnya,

kendatipun ketaqwaan mereka dapat diandalkan,

namun pergolakan yang terjadi secara terus menerus

Page 14: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

7

lama kelamaan akan melemahkan iman dan ketahanan

jiwa serta mengganggu kesehatan dan akan

membawanya ke lembah kenistaan.

Jadi orang yang enggan menikah baik itu laki-

laki atau perempuan, maka mereka itu sebenarnya

tergolong orang yang paling sengsara dalam hidup

ini. Mereka itu adalah orang yang paling tidak

menikmati kebahagiaan hidup, baik kesenangan

bersifat sensual maupun spiritual. Mungkin mereka

kaya, namun mereka miskin dari karunia Allah.

Islam menolak sistem ke-rahib-an karena

sistem tersebut bertentangan dengan fitrah

kemanusiaan, dan bahkan sikap itu berarti melawan

sunnah dan kodrat Allah Ta'ala yang telah

ditetapkan bagi makhluknya. Sikap enggan membina

rumah tangga karena takut miskin adalah sikap

orang jahil (bodoh), karena semua rezeki sudah

diatur oleh Allah swt sejak manusia berada di alam

rahim, dan manusia tidak bisa menteorikan rezeki

yang dikaruniakan Allah swt, misalnya ia berkata :

"Bila saya hidup sendiri gaji saya cukup, tapi

bila punya istri tidak cukup?!"

Perkataan ini adalah perkataan yang batil,

karena bertentangan dengan ayat-ayat Allah swt dan

hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa

sallam. Allah swt memerintahkan untuk kawin, dan

Page 15: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

8

seandainya mereka fakir pasti Allah swt akan

membantu dengan memberi rezeki kepadanya. Allah

swt menjanjikan suatu pertolongan kepada orang

yang nikah, dalam firman-Nya:

Artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di

antara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-

hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka

miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan

Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". (An-

Nur : 32).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

menguatkan janji Allah itu dengan sabdanya :

Artinya : “Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah

tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba

yang menebus dirinya supaya merdeka, dan seorang yang

menikah karena ingin memelihara kehormatannya". (Hadits

Riwayat Ahmad 2 : 251, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu

Majah hadits No. 2518, dan Hakim 2 : 160 dari

shahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu).

Page 16: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

9

Para Salafus-Shalih sangat menganjurkan untuk

nikah dan mereka anti membujang, serta tidak suka

berlama-lama hidup sendiri.

Ibnu Mas'ud radliyallahu 'anhu pernah berkata :

"Jika umurku tinggal sepuluh hari lagi, sungguh aku lebih suka

menikah daripada aku harus menemui Allah sebagai seorang

bujangan". (Ihya Ulumuddin dan Tuhfatul 'Arus hal.

20).

B. TUJUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Seperti yang telah disinggung diatas, bahwa

pernikahan adalah salah satu daripada ibadah kepada

Allah swt. Abdullah Gymnasttyar atau Aa Gym memberikan

beberapa ulasan mengenai tujuan pernikahan,

diantaranya:

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi

Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan

yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan

aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan

dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti

cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran,

kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan

lain sebagainya yang telah menyimpang dan

diharamkan oleh Islam.

Page 17: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

10

2. Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur

Sasaran utama dari disyari'atkannya

pernikahan dalam Islam di antaranya ialah untuk

membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor

dan keji, yang telah menurunkan dan meninabobokan

martabat manusia yang luhur. Islam memandang

pernikahan dan pembentukan keluarga sebagai sarana

efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari

kerusakan, dan melindungi masyarakat dari

kekacauan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa

sallam bersabda :

Artinya : “Wahai para pemuda! Barangsiapa diantara kalian

berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih

menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan).

Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa

(shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya".

(Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim,

Tirmidzi, Nasa'i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami

Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Islam

membenarkan adanya Thalaq (perceraian), jika suami

istri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-

batas Allah swt, sebagaimana firman Allah dalam

ayat berikut :

Page 18: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

11

Artinya : “Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu

boleh rujuk lagi dengan cara ma'ruf atau menceraikan dengan

cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari

sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau

keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum

Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang

diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum

Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang

melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang

dhalim". (Al-Baqarah : 229).

Yakni keduanya sudah tidak sanggup

melaksanakan syari'at Allah. Dan dibenarkan rujuk

(kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup

menegakkan batas-batas Allah swt. Sebagaimana yang

disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat di

atas :

Page 19: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

12

Artinya : “Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah

thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya

hingga dikawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami

yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya

(bekas suami yang pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika

keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum

Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkannya kepada kaum

yang (mau) mengetahui ". (Al-Baqarah : 230).

Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah

agar suami istri melaksanakan syari'at Islam dalam

rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga

berdasarkan syari'at Islam adalah WAJIB. Oleh

karena itu setiap muslim dan muslimah yang ingin

membina rumah tangga yang Islami, maka ajaran

Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang

calon pasangan yang ideal :

a. Harus Kafa'ah

Pengaruh materialisme telah banyak

menimpa orang tua. Tidak sedikit zaman

sekarang ini orang tua yang memiliki

pemikiran, bahwa di dalam mencari calon jodoh

putra-putrinya, selalu mempertimbangkan

keseimbangan kedudukan, status sosial dan

keturunan saja. Sementara pertimbangan agama

kurang mendapat perhatian. Masalah Kufu'

Page 20: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

13

(sederajat, sepadan) hanya diukur lewat materi

saja.

Menurut Islam, Kafa'ah atau kesamaan,

kesepadanan atau sederajat dalam pernikahan,

dipandang sangat penting karena dengan adanya

kesamaan antara kedua suami istri itu, maka

usaha untuk mendirikan dan membina rumah

tangga yang Islami inysa Allah akan terwujud.

Tetapi kafa'ah menurut Islam hanya diukur dengan

kualitas iman dan taqwa serta ahlaq seseorang, bukan

status sosial, keturunan dan lain-lainnya.

Allah swt memandang sama derajat seseorang

baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin

atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya

melainkan derajat taqwanya (Al-Hujuraat : 13).

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan

kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang-

orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya

Page 21: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

14

Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Al-

Hujuraat : 13).

Dan mereka tetap sekufu' dan tidak ada

halangan bagi mereka untuk menikah satu sama

lainnya. Wajib bagi para orang tua, pemuda

dan pemudi yang masih berfaham materialis dan

mempertahankan adat istiadat wajib mereka

meninggalkannya dan kembali kepada Al-Qur'an

dan Sunnah Nabi yang Shahih. Sabda Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam :

Artinya : “Wanita dikawini karena empat hal : Karena

hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan

karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena

agamanya (ke-Islamannya), sebab kalau tidak demikian,

niscaya kamu akan celaka". (Hadits Shahi Riwayat

Bukhari 6:123, Muslim 4:175).

b. Shalihah

Orang yang mau nikah harus memilih wanita

yang shalihah dan wanita harus memilih laki-

laki yang shalih.

Menurut Al-Qur'an wanita yang shalihah

ialah :

Page 22: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

15

Artinya : “Wanita yang shalihah ialah yang ta'at kepada

Allah lagi memelihara diri bila suami tidak ada,

sebagaimana Allah telah memelihara (mereka)". (An-

Nisaa : 34).

Menurut Al-Qur'an dan Al-Hadits yang

Shahih di antara ciri-ciri wanita yang

shalihah ialah :

Artinya: "Ta'at kepada Allah, Ta'at kepada Rasul,

Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak

untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah.”

(Q.S. Al-Ahzab : 32), Tidak berdua-duaan

dengan laki-laki yang bukan mahram, Ta'at

kepada kedua Orang Tua dalam kebaikan, Ta'at

kepada suami dan baik kepada tetangganya dan

lain sebagainya".

Bila kriteria ini dipenuhi Insya Allah

rumah tangga yang Islami akan terwujud.

Sebagai tambahan, Rasulullah shallallahu

'alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih

Page 23: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

16

wanita yang peranak dan penyayang agar dapat

melahirkan generasi penerus umat.

4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah

Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk

beribadah kepada Allah swt dan berbuat baik kepada

sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah

tangga adalah salah satu lahan subur bagi

peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan

amal-amal shalih yang lain, sampai-sampai

menggauli istri-pun termasuk ibadah (sedekah).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

bersabda :

Artinya : “Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian

termasuk sedekah !. Mendengar sabda Rasulullah para shahabat

keheranan dan bertanya : "Wahai Rasulullah, seorang suami yang

memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat

pahala ?" Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab

: "Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami)

bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa .?

Jawab para shahabat :"Ya, benar". Beliau bersabda

lagi : "Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di

tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala !". (Hadits

Shahih Riwayat Muslim 3:82, Ahmad 5:1167-168 dan

Nasa'i dengan sanad yang Shahih).

5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih

Page 24: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

17

Tujuan pernikahan di antaranya ialah untuk

melestarikan dan mengembangkan bani Adam, Allah

swt berfirman :

Artinya : “Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu

pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu

itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-

baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan

mengingkari nikmat Allah ?". (An-Nahl : 72).

Dan yang terpenting lagi dalam pernikahan

bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi

berusaha mencari dan membentuk generasi yang

berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan

bertaqwa kepada Allah swt.

Tentunya keturunan yang shalih tidak akan

diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang

benar. Kita sebutkan demikian karena banyak

"Lembaga Pendidikan Islam", tetapi isi dan caranya

tidak Islami. Sehingga banyak kita lihat anak-anak

kaum muslimin tidak memiliki ahlaq Islami,

diakibatkan karena pendidikan yang salah. Oleh

karena itu suami istri bertanggung jawab mendidik,

Page 25: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

18

mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan

yang benar.

Tentang tujuan pernikahan dalam Islam, Islam

juga memandang bahwa pembentukan keluarga itu

sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan

tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi

berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam

yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar

terhadap kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.

C. KONSEP BAITUL MUSLIM

Di dalam bahasa Arab kata “keluarga”

disebut ahl atau ahila yang berarti keluarga secara

menyeluruh termasuk kakek, nenek, paman, bibi dan

keponakan. Dalam pengertian yang lebih luas, keluarga

dalam Islam merupakan satu kesatuan unit yang besar

yang disebut ummah atau komunitas Umat Islam.Keluarga

islami bukan sekedar berdiri di atas kenyataan

kemusliman seluruh anggota keluarga. Bukan juga karena

seringnya terdengar lantunan ayat-ayat al-Qur’an dari

rumah itu, bukan pula sekedar anak-anaknya disekolahkan

ke masjid waktu sore hari.

Keluarga islami adalah rumah tangga yang di dalamnya

ditegakkan adab-adab islami, baik yang menyangkut

individu maupun keseluruhan anggota rumah tangga.

keluarga islami adalah sebuah rumah tangga yang

Page 26: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

19

didirikan di atas landasan ibadah. Mereka bertemu dan

berkumpul karena Allah swt, saling menasehati dalam

kebenaran dan kesabaran, serta saling menyuruh kepada

yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, karena

kecintaan mereka kepada Allah swt.Keluarga islami

adalah rumah tangga teladan yang menjadi panutan dan

dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena

kesejukan iman dan kekayaan ruhani. Mereka berkhidmat

kepada Allah swt dalam suka maupun duka, dalam keadaan

senggang maupun sempit.

Keluarga islami adalah rumah yang di dalamnya

terdapat sakinah, mawadah, dan rahmah (perasaan tenang,

cinta dan kasih sayang). Perasaan itu senantiasa

melingkupi suasana rumah setiap harinya. Seluruh

anggota keluarga merasakan suasana “surga” di

dalamnya. Baiti jannati(rumahku surgaku), demikian slogan

mereka sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah untuk

membentuk ummah yang kuat.

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa pernikahan

adalah suatu hal yang fitrah dalam kehidupan seorang

muslim. Tentunya hal ini telah diatur oleh Al-Qur’an

dengan sedemikian rupa. Dari ayat-ayat Al-Qur’an

tersebutlah kita dapat mengetahui betul bagaimana islam

mengatur masalah pernikahan. Agar pernikahan menjadi

ladang pahala tentunya perlu beberapa persiapan

didalamnya yaitu ilmu dan kesiapan. Niat yang lurus

Page 27: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

20

untuk menggapai ridho Allah SWT adalah kunci utama dari

pintu berkahnya rumah tangga. Insya Allah.

Rumah tangga islami adalah rumah tangga yang

didalamnya menggunakan kaidah-kaidah keislaman. Tidak

hanya dalam tata cara bergaul antara suami isri namun

juga menyangkut semua aspek rumah tangga. Penanaman

kaidah islamiah dalam rumah tangga inilah yang akan

menjadikan poin plus kepada sebuah keluarga. Mereka

tidak hanya mengejar kenikmatan duniawi namun juga

mendamba ridho dan kemuliaan ukhrowi(akhirat).

D. URGENSI MENDIRIKAN BAITUL MUSLIM

Menurut situs islam, Dakwatuna, Ada beberapa faktor

yang mendasari urgensinya pembentukan keluarga dalam

Islam sebagaimana berikut:

1. Perintah Allah swt.

Membentuk dan membangun mahligai keluarga

merupakan perintah yang telah ditetapkan oleh

Allah swt. dalam beberapa firman-Nya. Agar

teralisasi kesinambungan hidup dalam kehidupan dan

agar manusia berjalan selaras dengan fitrahnya.

Kata “keluarga” banyak kita temukan dalam Al-Quran

seperti yang terdapat dalam beberapa ayat berikut

ini;

Page 28: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

21

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,

keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu

yang terdekat.” (Asy-Syu’ara': 214)

Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan

shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak

meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu.

dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

(Thaha: 132)

2. Membangun Mas’uliah Dalam Diri Seorang Muslim.

Sebelum seorang berkeluarga, seluruh

aktivitasnya hidupnya hanya fokus kepada perbaikan

dirinya. Mas’uliah (tanggung jawab) terbesar

Page 29: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

22

terpusat pada ucapan, perbuatan, dan tindakan yang

terkait dengan dirinya sendiri. Dan setelah

membangun mahligai keluarga, ia tidak hanya

bertanggungjawab terhadap dirinya saja. Akan

tetapi ia juga harus bertanggungjawab terhadap

keluarganya. Bagaimana mendidik dan memperbaiki

istrinya agar menjadi wanita yang shalehah. Wanita

yang memahami dan melaksanakan hak serta kewajiban

rumah tangganya. Bagaimana mendidik anak-anaknya

agar menjadi generasi rabbani nan qurani. Coba

kita perhatikan beberapa hadits berikut ini:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda:

Artinya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala akan meminta

pertanggungjawaban kepada setiap pemimpin atas apa yang

dipimpinnya, apakah ia menjaga kepemimpinannya atau

melalaikannya, sehingga seorang laki-laki ditanya tentang

anggota keluarganya.” (Hadits gharib dalam Hilayatul

Auliya, 9/235, diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam

Isyratun Nisaa’, hadits no 292 dan Ibnu Hibban

dari Anas dalam Shahihul Jami’, no.1775; As-

Silsilah Ash-Shahihah no.1636).

Dari Aisyah r.a., berkata: “Nabi saw. bersabda: “Sebaik-baik kamu

adalah yang paling baik pada kelurganya dan aku paling baik bagi

keluargaku.” (Imam Al-Baihaqi)

Page 30: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

23

Dari Abu Hurairah r.a., berkata: Rasulullah saw. bersabda:

“Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling

baik akhlaknya, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang

paling baik terhadap istri-istrinya.” (Imam At-Tirmidzi, dan

ia berkata: “Hadits hasan shahih.”

3. Langkah Penting Membangun Masyarakat Muslim

Keluarga muslim merupakan bata atau institusi

terkecil dari masyarakat muslim. Seorang muslim

yang membangun dan membentuk keluarga, berarti ia

telah mengawali langkah penting untuk

berpartisipasi membangun masyarakat muslim.

Berkeluarga merupakan usaha untuk menjaga

kesinambungan kehidupan masyarakat dan sekaligus

memperbanyak anggota baru masyarakat.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,

keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

Dari Anas r.a. berkata: “Rasulullah saw. memerintahkan kami

dengan “ba-ah” (mencari persiapan nikah) dan melarang

membunjang dengan larangan yang sesungguhnya seraya

bersabda: “Nikaihi wanita yang banyak anak dan yang banyak

kasih sayang. Karena aku akan berlomba dengan jumlah kamu

terhadap para nabi pada hari kiamat.” (Imam Ahmad,

Page 31: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

24

dishahihkan Ibnu Hibban. Memiliki “syahid” pada

riwayat Abu Dawud, An-Nasaai dan Ibnu Hibban dari

hadits Ma’qil bin Yasaar)

4. Mewujudkan Keseimbangan Hidup

Orang yang membujang masih belum

menyempurnakan sisi lain keimanannya. Ia hanya

memiliki setengah keimanan. Bila ia terus

membujang, maka akan terjadi ketidakseimbangan

dalam hidupnya, kegersangan jiwa, dan keliaran

hati. Untuk menciptakan keseimbangan dalam

hidupnya, Islam memberikan terapi dengan

melaksanakan salah satu sunnah Rasul, yaitu

membangun keluarga yang sesuai dengan rambu-rambu

ilahi. Rasulullah saw. bersabda:

Artinya: Dari Anas bin Malik r.a. berkata: “Rasulullah SAW

bersabda: “Apabila seseorang menikah maka ia telah

menyempurnakan setengah agama. Hendaklah ia bertakwa

kepada Allah dalam setengahnya.” (HR. Imam Al-Baihaqi)

Menikah juga bisa menjaga keseimbangan emosi,

ketenangan pikiran, dan kenyamanan hati.

Rasulullah saw. bersabda:

Artinya: “Dari Abdullah berkata: Rasulullah saw. bersabda

kepada kami: “Wahai para pemuda, barangsiapa dari kalian yang

memiliki kemampuan, maka hendaklah ia menikah. Karena

sesungguhnya menikah itu akan menundukkan pandangan dan

memelihara farji (kemaluan). Barangsiapa yang tidak mampu,

Page 32: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

25

maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa itu merupakan

benteng baginya.” (HR. Imam Muslim)

E. KARAKTERISTIK BAITUL MUSLIM

Tim Kajian Manhaj Tarbiyah, Dakwatuna menjelaskan

bahwa Baitul muslim (Keluarga Islami) adalah komunitas

mitsaly (teladan) dari sebuah masyarakat Islami dan

daulah Islamiyah,  ia dibangun di atas asas aqidah

yang bersih (tauhid), ibadah yang shahih, akhlak yang

lurus, dan fikrah Islamiyah yang kokoh. Ia adalah

sebuah perwujudan dari makna firman Allah SWT:

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat

perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh

dan cabangnya (menjulang) ke langit,  pohon itu memberikan buahnya

pada setiap musim  dengan seizin Tuhannya. Allah membuat

perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu

ingat”. (Ibrahim: 24-25)

1. Memelihara Aspek Tauhid

Sebuah Rumah tangga berstatus Islami manakala

asas penegakannya didasari Tauhidullah, sebab

Page 33: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

26

seluruh orientasi hidup ini akan sangat ditentukan

oleh asasnya. Dari sinilah maka Rasulullah Saw

mensyariatkan penanaman Tauhid kepada umatnya

dimulai sejak usia dini yaitu ketika  manusia baru

terlahir dari rahim sang ibundanya   untuk

diadzankan.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Turmudzi dari

Abu Rofi’ berkata: “Aku melihat Rasulullah Saw

mengumandangkan adzan pada telinga Al Hasan bin Ali RA ketika

Fatimah RA melahirkannya”.

Catatan: Para ulama berbeda pendapat terkaitdengan disyariatkannya adzan dan iqamat padabayi yang baru lahir. Perbedaan tersebutmerujuk pada bagaimana menyikapi hadits atauriwayat tentangnya. Sebagian ulama, sepertiSyeikh Nasiruddin al-Albani, menyatakan bahwahadits-hadits tentang adzan dan iqamat padabayi dhaif atau lemah, bahkan ada yang sangatlemah, sehingga tidak bisa dijadikan sebagaidalil. Sementara kalangan lain, seperti IbnulQayyim al-Jauziyyah, mengakui disyariatkannyaadzan dan iqamah pada bayi di mana pendapatini juga diikuti oleh banyak ulama hinggasaat ini seperti Allamah Abdul Aziz ibnAbdullah ar-Rajihi. Adapula pendapat lainyang diutarakan oleh Syeikh Utsaymin bahwariwayat iqamat di telinga kiri bayi memanglemah, namun adzan di telinga kanan bolehdilakukan meski memang ada catatan dalamriwayatnya. (syariahonline.com)

2. Memperhatikan Ibadah dan kepatuhannya kepada Allah

Page 34: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

27

Suasana Islami yang tercermin dari keluarga

muslim adalah ketaatan dan ibadahnya kepada Allah

SWT, upaya menumbuhkan suasana tersebut adalah

dengan  pembiasaan, untuk terwujudnya  hal

tersebut maka antara sesama anggota keluarga harus

saling menopang.

Dalam upaya menumbuhkan kebiasaan gemar

beribadah pada anak-anak maka ajaklah mereka ke

masjid, bila datang Ramadhan latihlah mereka untuk

berpuasa dan seterusnya.

Sabda Rasulullah SAW:

Artinya: “ Perintahkan anak-anakmu menjalankan shalat jika

mereka sudah berusia tujuh tahun, dan jika sudah berusia sepuluh

tahun pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya dan

pisahlah tempat tidur mereka”.

3. Menyemai nilai akhlak Islami: Amanah, muraqabah

(merasa dalam pengawasan Allah), shidiq, dll.

Penyangga utama rumah tangga Islami setelah

tauhid dan ibadah adalah akhlak, ia adalah pangkal

kedamaian dan sakinah sebuah keluarga. Bila

anggota keluarga telah tertanam dalam perilakunya

sifat amanah, jujur, merasa diawasi oleh Allah SWT

dalam segala tindak tanduknya, maka kalau di dunia

ini ada surga maka itulah ia. Sabda Rasulullah

Saw:

Page 35: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

28

Artinya: “ Faktor yang paling banyak menyebabkan seorang

manusia masuk surga setelah taqwa adalah akhlak yang baik”

(HR Turmudzi).

Perhatikan dua kisah berikut ini:

Pertama: Suatu pagi buta seorang ibu penjual

susu berkata pada putrinya: nak campur saja susu

itu dengan air agar menjadi banyak, Khalifah Umar

kan tidak tahu, maka sang anak yang telah di

didiknya dengan kejujuran dan muraqabatullah

dengan santun menjawab; mohon maaf ibu, kalau

Amirul mukminin tidak tahu maka Allah SWT Maha

Mengetahui.

Kedua: Suatu siang di sebuah lembah di luar

Madinah Umar RA berjumpa dengan seorang

penggembala kambing yang sedang menggembalakan

ratusan gembalanya, lalu Umar RA bertanya: hai

Abdallah bolehkah aku beli seekor saja kambingmu?

jawab penggembala itu: tidak tuan, kambing-kambing

ini bukan milik saya. Umar RA berkata: bukankah

gembalaanmu sangat banyak? Andaikata berkurang

seekor saja maka tuanmu tidak akan mengetahuinya?

Jawab penggembala: benar tuan, pemilik kambing ini

tidak tahu, tapi di mana Allah swt?

4. Penuh perhatian

Seorang laki-laki shalih ia begitu perhatian

pada istrinya, berkata santun, memenuhi

Page 36: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

29

kebutuhannya, dan  mencintainya, selalu mengayomi

agar istri selalu dalam ketaatan kepada Allah SWT

dan Rasul SAW.  Dan seorang wanita shalihah ia

selalu menyenangkan suami, menaati perintahnya,

dan menjaga kesucian dirinya, berpesan kepada

suaminya di pagi hari, dan menanyakan keadaannya

di sore hari.

Keduanya sangat perhatian akan keselamatan

anak-anaknya, mentarbiyahnya dengan tarbiyah

Islamiyah, memberikan makan dengan rizki yang

halal.

Demikianlah Rasulullah Saw contohkan kebaikan

perhatiannya terhadap keluarga dalam segala hal,

sehingga layak Beliau Saw menyatakan:

Artinya: “ Sebaik baik kamu semua adalah orang yang paling

baik perhatiannya terhadap keluarganya, dan aku (Rasul Saw)

adalah orang yang terbaik  di antara kalian perhatianku terhadap

keluargaku”.

5. Penuh perhatian dan bersemangat dalam

berpartisipasi memenuhi kewajiban-kewajiban

dakwah, dan merasa mulia dengan dakwah

Karakter dan sifat spesifik dari keluarga

Islami adalah keterikatannya dengan dakwah, ia

adalah keluarga dakwah itu sendiri, cukup bagi

kita melihat rumah tangga Rasulullah Saw dan

Khulafaur Rasyidin RA setiap a’dha dari rumah-

Page 37: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

30

rumah pembesar Islam ini saling berkompetisi ingin

berbuat yang  terbaik untuk Islam. Dengarkan apa

yang dikatakan oleh Abu Bakar RA yang begitu

bangganya dengan dakwah Islam ini di tengah

menurunnya moralitas sahabat sepeninggal Rasul

Saw:

Artinya: “Akankah Islam menjadi lemah sedangkan saya masih

hidup?

Dan inilah Umar RA berkata:

ا ن� ل� ذ� ه أ ا أل�له ب�� ن�� ز� ع� ر م�ا أ ي� غ� ة� ب�� لب� أل�عز� ن$ ط� م�

Artinya: “Barang siapa mencari kemuliaan dengan selain apa

yang Allah telah muliakan kita, maka kita akan hina.”

Simaklah apa yang dikatakan oleh ibu Khansa RA

kala menerima berita syahidnya keempat putranya:

ة' ن( ي� أل�ج� عا ف� مي� ا ج�� معن� ج� سي أل�له أن$ ي�� لهم ع� �ن �ق ي� ب�� ن� ف�� ر Aي� ش أل�جمذ ل�له أل�ذ�

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan orang

seperti aku ini dengan syahidnya putra-putraku, semoga Allah

berkenan kumpulkan kami semua di surga.

6. Memelihara ajaran Islam dalam setiap urusan rumah

tangga (pakaian, makanan, minuman, tidur, bangun,

dzikir, dan aktivitas lainnya.

Page 38: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

31

Sungguh tak satupun urusan kehidupan manusia

ini yang tidak diatur oleh Islam, sebuah keluarga

Islami ia menjalankan perannya dalam

mengaplikasikan nilai-nilai agung, didasari sebuah

pernyataan:

ا ورس�ولا ن� Mب مجمذP ن�� ا و ب�� ن� �Sي س�لام ذ Xالا ا ون�� �Yا ل�له رن ت� ن�� ي� رض��

Artinya: “Rela Allah sebagai Rabb, menjadikan Islam sebagai

aturan hidup dan menjadikan tuntunan Rasul Saw sebagai

rujukan utamanya.”

Ia sadar bahwa keselamatan hanya dengan mengikuti

sunnah. Imam Malik rahimahullah berkata:

�زق ها ع�� ن� ف� ع� ل خ� �ن$ ي� ا وم� خ� ها ي�� ن� ن$ رك� وح, م� ن�� �ة ن� ي� ف� ل س� Aن ه� م� أل�سن�

Artinya: “Sunnah Rasul Saw itu ibarat perahu nabi Nuh As (saat

terjadi taufan), maka barang siapa naik maka selamatlah ia, dan

barang siapa tidak mau menaikinya maka tenggelamlah ia.”

7. Menjaga kebersihan dan keindahan rumah

Sungguh keindahan Islam itu sebahagiannya

diperankan oleh keluarga Islami, karena ia senang

hidup bersih, dalam perilaku, pakaian, makanan,

usaha dan sebagainya, ia sadar bersih adalah

pangkal keindahan. Demikianlah Rasul Saw nyatakan:

Page 39: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

32

ا ن� mي لا ط� Xل أ ن� �ق ت� لا ب�� ي� مال, ط� ت� أل�ج� ج ل ي�� من� ن$ أل�له ج�� Xأ

Artinya: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah menyukai

keindahan, Allah itu Maha Baik Maha Mencintai kebaikan.”

8. Membentengi rumah dari pencemaran akhlak

Di antara tantangan yang berat dihadapi

keluarga muslim saat ini adalah serangan Ghazwul

fikri, sehingga hampir setiap rumah kita tak

terhindar dari panah-panah beracun yang di

lepaskan oleh musuh-musuh Islam.

Maka sebuah kesadaran Islam (al wa’yu al Islami)

harus terus di hidupkan melalui interaksi yang

intens terhadap nilai-nilai Islam, dan dakwah 

amar ma’ruf nahi munkar agar nuansa keislaman

rumah, anak-anak, lingkungan, dan seluruh

aktivitas kita mampu terbentengi dari pencemaran

akhlak.

Sabda Rasulullah Saw:

Artinya: “Barang siapa di antara kamu melihat kemunkaran

maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, apa bila tidak

mampu maka dengan lesannya, apa bila tidak mampu maka

dengan hatinya dan yang demikian itu adalah selemah-lemah

iman.”

9. Menjaga dan memelihara status dan hak masing-

masing

Page 40: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

33

Di antara karakteristik keluarga Islami

adalah terpeliharanya status dan hak masing-masing

anggota keluarga. Ada ayah ia sebagai pemimpin dan

bertanggung jawab seisi rumah akan keselamatan

mereka, ia punya hak untuk dihormati dan ditaati

selagi perintahnya tidak bertentangan dengan

syariat Islam, Ada ibu ia mengayomi anak-anak,

menumbuhkan kesejukan dan membahagiakan dan ia

punya hak untuk dimuliakan, dan ada anak-anak

mereka butuh kedamaian, bimbingan dan perawatan,

mereka pun punya hak atas statusnya untuk

disayangi.

Di sinilah letak cerminan dari arahan Allah

SWT dalam doa yang diajarkan kepada keluarga

muslim-mukmin, Firman Allah SWT:

Artinya: “Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami,

anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami

sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi

orang-orang yang bertakwa. (Al Furqan: 74)

10. Sederhana dalam ma’isyah (tidak berlebihan)

Page 41: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

34

Al Basathah (kesederhanaan) menjadi karakter

Islam, sehingga penerjemah Islam secara aplikatif

yaitu Rasulullah Saw demikian sederhana dalam

kehidupannya. Tidak pelit dan tidak juga boros,

terbaik dalam memberi nafkah, sifat inilah yang

diturunkan oleh Al-Quran ke dalam dada setiap

mukmin.

Firman Allah SWT:

Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan

(harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan

adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang

demikian. (Al Furqan: 67)

Firman Allah SWT:

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di

setiap (memasuki) mesjid,(^) makan dan minumlah, dan janganlah

berlebih-lebihan.(^) Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang berlebih-lebihan. . (Al a’raf: 31)

(^) Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan salat atau tawaf

sekeliling Kakbah atau ibadah-ibadah yang lain (^)

Page 42: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

35

Maksudnya: jangan melampaui batas yang dibutuhkan oleh

tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang

dihalalkan.

11. Menjaga hak tetangga, dan saudara dalam

dakwah

Keindahan karakter keluarga Islami juga

tercermin dari interaksi sosial masyarakatnya.

Cukuplah Rasul Saw sebagai teladan kita untuk kita

pegangi arahannya; sabda Beliau Saw:

ارة رم ج�� ك ال�ن� ز ف�� خ�� Xوم ألا ال�له و أل�ي� ن$ ن�� م� و ن$ ك�ان$ ن�� م�

Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir

maka hendaknya ia memuliakan tetangganya”.

Tetangga kita ada di antaranya memiliki tiga

hak, ada yang dua hak dan ada yang hanya memiliki

satu hak saja. Adapun yang memiliki tiga hak

adalah dia seorang muslim, kerabat dan rumahnya

dekat dengan rumah kita. Yang memiliki dua hak

adalah ia seorang muslim dan tinggalnya dekat

dengan kita, sedang yang satu hak adalah ia

rumahnya dekat dengan rumah kita. Dan masing-

masing mereka menuntut untuk ditunaikan hak-

haknya.

Tentang hak saudara Rasul Saw. Bersabda, yang

artinya:

Page 43: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

36

“Hak sesama muslim itu enam: bila berjumpa berilah salam, bila

diundang hadirilah, bila meminta nasihat berilah nasihat, bila

bersin dan ia membaca hamdalah doakanlah, bila sakit jenguklah

dan bila meninggal dunia maka antarkan sampai ke makamnya”.

F. CARA MENDIRIKAN BAITUL MUSLIM SESUAI AJARAN

RASULULLAH

Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang

tata cara perkawinan berlandaskan Al-Qur'an dan

Sunnah yang Shahih (sesuai dengan pemahaman para

Salafus Shalih -peny), secara singkat penulis

sebutkan dan jelaskan seperlunya :

1. Khitbah (Peminangan)

Seorang muslim yang akan mengawini seorang

muslimah hendaknya ia meminang terlebih dahulu,

karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang

lain, dalam hal ini Islam melarang seorang muslim

meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang

lain (Muttafaq 'alaihi). Dalam khitbah disunnahkan

melihat wajah yang akan dipinang (Hadits Shahih

Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi No. 1093 dan

Darimi).

2. Aqad Nikah

Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban

yang harus dipenuhi:

Page 44: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

37

a. Adanya suka sama suka dari kedua calon

mempelai.

b. Adanya Ijab Qabul.

c. Adanya Mahar.

d. Adanya Wali.

e. Adanya Saksi-saksi.

Dan menurut sunnah sebelum aqad nikah diadakan

khutbah terlebih dahulu yang dinamakan Khutbatun

Nikah atau Khutbatul Hajat.

3. Walimah

Walimatul 'urusy hukumnya wajib dan

diusahakan sesederhana mungkin dan dalam walimah

hendaknya diundang orang-orang miskin. Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang

mengundang orang-orang kaya saja berarti makanan

itu sejelek-jelek makanan.

Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Artinya :” Makanan paling buruk adalah makanan dalam

walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja untuk

makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang.

Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia

durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya". (Hadits Shahih

Riwayat Muslim 4:154 dan Baihaqi 7:262 dari Abu

Hurairah).

Sebagai catatan penting hendaknya yang diundang

itu orang-orang shalih, baik kaya maupun miskin,

Page 45: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

38

karena ada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa

sallam :

Artinya : “Janganlah kamu bergaul melainkan dengan orang-

orang mukmin dan jangan makan makananmu melainkan orang-

orang yang taqwa". (Hadist Shahih Riwayat Abu Dawud,

Tirmidzi, Hakim 4:128 dan Ahmad 3:38 dari Abu

Sa'id Al-Khudri).

Aang Kunaepi (2014) menyatakan ahwa ada beberapa

hal yang patut diperhatikan dalam upaya menumbuhkan

keluarga bahagia menurut ajaran Islam ketika

menghadapi berbagai persoalan, diantaranya adalah:

1. Fikrah yang Jelas

Pemikiran islami tentang tujuan-tujuan dakwah dan

kehidupan keluarga merupakan unsur pentng dalam

perkawinan. Ini adalah syarat utama karena keluarga

islami bukanlah keluarga yang tenang tanpa gejolak.

Bukan pula keluarga yang berjalan di atas

ketidakjelasan tujuan sehingga melahirkan

kebahagiaan semu. Keluarga islami adalah keluarga

yang juga memegang peran sebagai penggerak dakwah

Islam, baik dalam diri keluarga tersebut maupun

bagi masyarakat luas.

2. Penyatuan idealism

Ketika ijab qabul diucapkan di depan wali,

sebenarnya yang bersatu bukanlah sekedar jasad dua

makhluk yang berlainan jenis. Pada detik itu

Page 46: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

39

sesungguhnya tengah terjadi pertemuan dua

pemikiran, perjumpaan dua tujuan hidup dan

perkawinan dua pribadi dengan tingkat keimanan

masing-masing. Karena itu, penyatuan pemikiran dan

idealisme akan menyempurnakan pertemuan fisik

keduanya.

3. Mengenal karakter pribadi

Kepribadian manusia ditentukan oleh berbagai

unsur lingkungan: nilai yang diyakini dan

lingkungan terdekat serta lingkungan internal

(sifat bawaan) manusia itu sendiri. Mengenal

secara jelas karakter pasangan hidup adalah bekal

utama dalam upaya penyesuaian, penyeimbangan dan

bahkan perbaikan. Satu catatan penting mengenai

hal ini adalah manusia bersabar selama proses

pengenalan itu berlangsung, sebab hal itu

membutuhkan waktu yang tidak sebentar

4. Pemeliharaan Kasih Sayang

Sikap rahmah (kasih sayang) kepada pasangan

hidup dan anak-anak merupakan faktor penting

kelangsungan keharmonisan keluarga. Rasulullah

`menyapa Aisyah dengan panggilan yang memanjakan

dan menyenangkan hati. Bahkan beliau membolehkan

seseorang ‘berbohong’ kepada pasangannya dalam

rangka membangun kasih sayang. Suami atau istri

harus mampu menampilkan sosok diri dan pribadi

Page 47: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

40

yang dapat menumbuhkan rasa tenteram, senang dan

rindu. Ingat, di atas rasa kasih sayanglah

pasangan hidup dapat membagi beban dan meredam

konflik.

5. Kontinuitas Pendidikan (Tarbiyah)

Pendidikan (tarbiyah) merupakan kebutuhan

asasi setiap manusia. Para suami yang telah aktif

dalam medan dakwah biasanya akan mudah mendapatkan

hal ini. Namun, istri juga memiliki hak yang sama.

Penyelenggaraannya merupakan tanggung jawab suami

khususnya, kaum lelaki Muslim umumnya. Itulah

sebabnya Rasulullah meluluskan

permintaan ta’lîm (pengajaran) para wanita muslimah

yang datang kepada beliau. Beliau memberikan

kesempatan khusus bagi pembinaan wanita dan kaum

ibu (ummahât).

6. Penataan Ekonomi

Turunnya surat al-Ahzâb yang berkaitan dengan

ultimatum Allah lkepada para istri Nabi ` erat

kaitannya dengan persoalan ekonomi. Islam dengan

tegas telah melimpahkan tanggung jawab nafkah

kepada suami, tanpa melarang istri membantu beban

ekonomi suami jika ada kesempatan dan peluang, dan

tentu selama masih berada dalam batas-batas

syari’ah. Ditengah tanggung jawab dakwah, suami

harus bekerja keras agar dapat memberikan

Page 48: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

41

pelayanan fisik kepada keluarga. Dalam kondisi

ini, qanaah (bersyukur atas seberapa pun hasil

yang diperoleh) adalah sikap yang harus

ditampilkan istri. Persoalan-persoalan teknis yang

menyangkut pengelolaan ekonomi keluarga dapat

dimusyawarahkan dan dibuat kesepakatan antara

suami dan istri. Kebahagiaan dan ketenangan akan

lahir jika di atas kesepakatan tersebut dibangun

sikap amanah (benar dan jujur).

7. Sikap Kekeluargaan 

Pernikahan sebenarnya diiringi dengan

pernikahan ”antara dua keluarga besar”, dari pihak

istri dan juga suami. Selayaknyalah, dalam batas-

batas yang diizinkan syari’at, sebuah pernikahan

tidak mengganggu struktur serta suasana keluarga

masing-masing. Pernikahan janganlah membuat suami

atau istri kehilangan perhatian pada keluarganya

(ayah, ibu, adik, kakak dan seterusnya).

Sebaliknya istri atau suami tidak boleh

menghabiskan perhatiannya hanya untuk keluarganya

masing-masing sehingga tanggung jawabnya sebagai

pasangan keluarga di rumahnya sendiri

terbengkalai. Menurunnya frekuensi interaksi fisik

tidak boleh berarti menurun pula perhatian dan

kasih sayang.

Page 49: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

42

8. Pembagian Beban

Meski ajaran Islam membeberkan dengan jelas

fungsi dan tugas elemen keluarga (suami, istri,

anak dan pembantu) namun dalam pelaksanaannya

tidaklah kaku. Jika Rasulullah memenyatakan bahwa

seorang istri adalah pemimpin bagi rumah dan anak-

anak, bukan berarti seorang suami tidak perlu

terlibat dalam pengurusan rumah tangga dan anak-

anak. Ajaran Islam tentang keluarga adalah sebuah

pedoman baku yang merupakan titik pangkal segala

kehidupan berkeluarga. Dalam tindakan sehari-hari,

nilai-nilai lain, misalnya

tentang itsar (memperhatikan dan mengutamakan

kepentingan orang lain), ta’âwun (tolong

menolong), rahim (kasih sayang) harus ikut

ditanamkan dan diamalkan dalam keluarga. Hal

tersebut dapat dijumpai dalam riwayat yang shahih

betapa Nabi `bercengkerama dengan anak dan cucu,

menyapu rumah, menjahit baju yang koyak dan lain-

lain.

9. Penyegaran

Manusia mempunyai hati dan otak yang

kadangkala mengalami kelelahan dan kejenuhan. Nabi

emengkritik seseorang yang menamatkan al-Qur’an

kurang dari tiga hari, yang menghabiskan waktu

Page 50: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

43

malamnya hanya dengan shalat, dan yang berpuasa

setiap hari. Dalam ta’lîm,Nabi ` juga memberikan

selang waktu (dalam beberapa riwayat per-pekan),

tidak setiap saat atau setiap hari. Variasi

aktivitas dibutuhkan manusia agar jiwanya tetap

segar. Dengan demikian, keluarga yang bahagia tdak

akan tumbuh dari aktivitas keluarga yang monoton.

Di samping tarbiyah, keluarga membutuhkan rekreasi

(perjalanan, diskusi-diskusi ringan, kemah, dll).

10. Menata diri

Allah swt lmengisyaratkan hubungan yang erat

antara ketaqwaan dan yusran (kemudahan),

dan makhrojan (jalan keluar). Faktor kefasikan

atau rendahnya iman identik dengan kesukaran,

kemelut dan jalan buntu. Patutlah pasangan muslim

senantiasa menata dirinya masing-masing agar jalan

panjang kehidupan rumah tangganya dapat diarungi

tanpa hambatan dan rintangan yang menghancurkan.

11. Mengharapkan Rahmat Allah swt

Ketenangan dan kasih sayang dalam keluarga

merupakan rahmat Allah swt yang diberikan kepada

hamba-hamba-Nya yang shalih. Rintangan-rintangan

menuju keadaan itu datang tidak saja dari faktor

internal saja, namun juga dapat muncul dari faktor

eksternal termasuk gangguan setan dan jin. Karena

itu, hubungan vertikal dengan al-Khaliq harus

Page 51: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

44

dijaga sebaik mungkin melalui ibadah dan doa. Nabi

`banyak mengajarkan doa-doa yang berkaitan dengan

masalah keluarga.

G.  LANDASAN KELUARGA ISLAMI

Dari pengertian di atas, rumah tangga islami

ternyata memiliki banyak konsekuensi. Paling tidak, ada

sepuluh konsekuensi dasar yang menjadi landasan bagi

tegaknya rumah tangga islami, yakni:

1. Didirikan di atas Landasan Ibadah

Keluarga islami harus didirikan dalam rangka

beribadah kepada Allah swt lsemata. Artinya, sejak

proses memilih jodoh, landasannya haruslah benar.

Memilih pasangan hidup haruslah karena kebaikan

agamanya, bukan sekedar karena kecantikan, harta,

maupun keturunannya.Prosesi pernikahannya pun

sejak akad nikah hingga walimah tetap dalam rangka

ibadah, dan jauh dari kemaksiatan. Sampai

akhirnya, mereka menempuh bahtera kehidupan dalam

suasana ta’âbudiyah (peribadahan) yang jauh dari

dominasi hawa nafsu. 

Artinya: ”Dan Aku tidak menciptkan jin dan manusia melainkan

supaya mereka menyembah-Ku” (QSal-Dzâriyat [51]: 56).

Ketundukan diri kepada Allah swt sejak

langkah-langkah awal mendirikan rumah tangga

Page 52: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

45

setidaknya menjadi pemacu untuk tetap tunduk dalam

langkah-langkah selanjutnya. Kelak, jika terjadi

permasalahan dalam rumah tangga, mereka akan mudah

menyelesaikan, karena semua telah tunduk kepada

peraturan Allah swt dan Rasul-Nya.

2. Internalisasi Nilai-nilai Islam Secara Kaffah

Internalisasi nilai-nilai Islam

secara kaffah (menyeluruh) harus terjadi dalam diri

setiap anggota keluarga, sehingga mereka

senantiasa komit terhadap adab-adab islami. Di

sinilah peran keluarga sebagai benteng terkuat dan

filter terbaik di era globalisasi yang mau tak mau

harus dihadapi kaum muslimin. Allah swt berfirman,

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke

dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kalian mengikuti

langkah-langkah setan. Sesungguhnya, setan itu musuh yang

nyata bagi kalian.”(QS al-Baqarah [2]: 208).

Untuk itu, rumah tangga islami dituntut untuk

menyediakan sarana-sarana tarbiyah islamiyah yang

memadai, agar proses belajar, menyerap nilai dan

ilmu, sampai akhirnya aplikasi dalam kehidupan

sehari-sehari bisa diwujudkan. Internalisasi

Page 53: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

46

nilai-nilai Islam ini harus berjalan secara terus-

menerus, bertahap dan berkesinambungan. Tanpa hal

ini, adab-adab Islam tidak akan bisa ditegakkan.

3. Qudwah yang Nyata

Diperlukan qudwah (keteladanan) yang nyata

dari sekumpulan adab Islam yang hendak diterapkan.

Orangtua memiliki posisi dan peran yang sangat

penting dalam hal ini. Sebelum memerintahkan

kebaikan atau melarang kemungkaran kepada anggota

keluarga yang lain, pertama kali orang tua harus

memberikan keteladanan. Allah swt menegaskan: 

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian

mengatakan sesuatu yang tidak kalian perbuat? Amat besar

kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang

tiada kalian kerjakan” (QS al-Shâff [61]: 3-4).

Keteladanan semacam ini amat diperlukan,

sebab proses interaksi anak-anak dengan

orangtuanya dalam keluarga amat dekat. Anak-anak

akan langsung mengetahui kondisi ideal yang

diharapkan. Di sisi lain, pada saat anak-anak

masih belum dewasa, proses penyerapan nilai lebih

Page 54: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

47

ditekankan pada apa yang mereka lihat dan dengar

dalam kehidupan sehari-hari. Tidak banyak

manfaatnya orangtua menyuruh anak-anak rajin

sholat tepat waktu, sementara orangtua sendiri

selalu asyik melihat acara televisi saat waktu

shalat.

4. Penempatan Posisi Anggota Keluarga Sesuai Syari’at

Islam telah memberikan hak dan kewajiban bagi

masing-masing anggota keluarga secara tepat dan

manusiawi. Apabila hal ini ditepati, akan

mengantarkan mereka pada kebaikan dunia dan

akhirat. Allah swt berfirman: 

Artinya: ”Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang

dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu, lebih banyak dari yang

lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang

mereka usahakan, dan bagi wanita (pun) ada bagian dari apa

yang mereka usahakan, dan mohonlah Allah sebagian dari

karunia-Nya.” (QS al-Nisâ’ [4]: 32).

Masih banyak keluarga Muslim yang belum bisa

berbuat sesuai dengan tuntutan Islam. Betapa

Page 55: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

48

sering kita dengar konflik di sebuah rumah tangga

Muslim bermula dari tidak terpenuhinya hak dan

kewajiban masing-masing. Suami hanya menuntut

haknya dari istri dan anak-anak tanpa mau memenuhi

kewajibannya. Demikian juga dengan istri. Maka

bisa diduga, yang terjadi kemudian adalah

ketidakharmonisan suasana keluarga.

Masih banyak pula kita dengar kasus

penyimpangan seksual yang dilakukan orangtua

maupun remaja. Sumber bencana itu banyak yang

berawal dari ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

Fungsi-fungsi keluarga tidak berjalan dengan

normal, karena katub-katub curahan perasaan yang

tersumbat, dan akhirnya meledak dalam bentuk

penyimpangan-penyimpangan.

5. Tolong-menolong dalam Menegakkan Adab-adab Islam

Berkhidmat dalam kebaikan tidaklah mudah, amat

banyak gangguan dan godaannya. Jika semua anggota

keluarga telah bisa menempatkan diri secara tepat,

maka ta’âwun (tolong-menolong) dalam kebaikan akan

lebih mudah dilakukan. Allah swt. berfirman: 

Page 56: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

49

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

melanggar syi'ar-syi'ar Allah[389], dan jangan melanggar

kehormatan bulan-bulan haram[390], jangan (mengganggu)

binatang-binatang had-ya[391], dan binatang-binatang qalaa-id[392],

dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi

Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari

Tuhannya[393] dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji,

Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali .kebencian(mu)

kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu

dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada

mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat

dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (QS al-Mâ’idah :

2).[389] Syi'ar Allah swt Ialah: segala amalanyang dilakukan dalam rangka ibadat hajidan tempat-tempat mengerjakannya.[390] Maksudnya antara lain Ialah: bulanHaram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah,Muharram dan Rajab), tanah Haram (Mekah)dan Ihram., Maksudnya Ialah: dilarangmelakukan peperangan di bulan-bulan itu.[391] Ialah: binatang (unta, lembu, kambing,biri-biri) yang dibawa ke ka'bah untukmendekatkan diri kepada Allah swt,disembelih ditanah Haram dan dagingnya

Page 57: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

50

dihadiahkan kepada fakir miskin dalamrangka ibadat haji.[392] Ialah: binatang had-ya yang diberikalung, supaya diketahui orang bahwabinatang itu telah diperuntukkan untukdibawa ke Ka'bah.[393] Dimaksud dengan karunia Ialah:Keuntungan yang diberikan Allah swt dalamperniagaan. keredhaan dari Allah swtIalah: pahala amalan haji.

Bisa dibayangkan, betapa sulitnya membentuk

suasana islami apabila suasana kerjasama ini tak

terwujud. Salah seorang anggota keluarga memiliki

kesenangan menonton televisi, hingga semua acara

dilihatnya. Seorang lagi hobi main musik di rumah.

Yang lain lagi lebih banyak keluyuran dan begadang

hingga larut malam. Tak ada suasana tausiyah

(saling menasehati) di antara mereka. Lalu

bagaimana mereka bisa menjadi sebuah keluarga

Muslim yang ideal?

6. Kondusif  Bagi Terlaksananya Aturan Syariat Islam

Rumah tangga islami adalah rumah yang secara

fisik kondusif bagi terlaksananya aturan syariat

Islam. Adab-adab Islam dalam kehidupan rumah

tangga akan sulit diaplikasikan jika struktur

bangunan rumah yang dimiliki tiada mendukung. Di

sisi inilah pembahasan tentang rumah tangga islami

banyak dilupakan. Dalam budaya masyarakat daerah

Page 58: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

51

tertentu lantaran permasalahan ekonomi, rumah

mereka hanyalah bangunan segi empat tanpa sekat

ruang di dalamnya. Ruang tidur tak bersekat dengan

ruang tamu, dapur, bahkan di desa-desa terpencil

dengan kandang sapi. Tempat tidur mereka hanya

berupa ranjang bambu yang panjang dan luas. Mereka

sekeluarga tidur berjajar di atasnya. Tidak ada

tempat tidur khusus bagi kedua orangtua yang

terpisah dari anak-anak dan ruang tamu. Tidak ada

ruang khusus bagi anak-anak perempuan yang

terpisah dengan anak laki-laki. Berbagai penyakit

ruhani akan mudah muncul dalam kondisi semacam

itu.

Kenyataan dalam masyarakat modern sekarang

adalah problem perumahan. Selain harga tanah yang

terus-menerus bertambah tinggi dari waktu ke

waktu, juga kemampuan ekonomi bagi kalangan

menengah ke bawah yang makin tak bisa menjangkau

harga perumahan yang bisa dianggap layak huni.

Akibatnya, berbagai kompleks perumahan sederhana,

rumah susun bahkan rumah sangat sederhana,

dibangun untuk membantu mengatasi probelm itu.

Ruang-ruang yang amat terbatas dan sempit serta

jarak antarrumah yang hanya berbatas satu tembok

merupakan pemandangan yang sudah biasa. Berbagai

Page 59: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

52

penyakit sosial merupakan ancaman serius dalam

kompleks perumahan semacam itu.

7. Manajemen Keuangan Keluarga

Manajemen keuangan keluarga islami harus

dilandasi prinsip keyakinan bahwa penentu dan

pemberi rizqi adalah Allah swt dengan usaha yang

diniati untuk memenuhi kebutuhan keluarga agar

dapat beribadah dengan khusyu’.Dengan demikian

keluarga akanmemiliki komitmen dan prioritas

penghasilan halal yang membawa berkah dan

menghindari penghasilan haram yang membawa petaka.

Rasulullah `bersabda: “Barang siapa berusaha dari yang

haram kemudian menyedekahkannya, maka ia tidak mempunyai

pahala dan dosa tetap di atasnya.”

Dalam riwayat lain disebutkan: “Demi Allah yang

jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah seorang hamba memperoleh

penghasilan dari yang haram kemudian membelanjakannya itu

akan mendapat berkah. Jika ia bersedekah, maka sedekahnya tidak

akan diterima. Tidaklah ia menyisihkan dari penghasilan

haramnya itu kecuali akan menjadi bekal baginya di neraka.

Sesungguhnya Allah tidak akan menghapus kejelekan dengan

kejelekan, tetapi menghapus kejelekan itu dengan kebaikan sebab

kejelekan tak dapat dihapus dengan kejelekan pula.” (HR.

Ahmad).

Page 60: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

53

Sabda Rasulullah: “Daging yang tumbuh dari harta

haram tidak akan bertambah kecuali neraka lebih pantas

baginya.” (HR. Tirmidzi).

Seorang wanita shalihah akan selalu memberi

saran kepada suaminya ketika hendak mencari rizqi,

dengan mengatakan “takutlah kamu dari usaha yang

haram sebab kami masih mampu bersabar di atas

kelaparan, tetapi tidak mampu bersabar di atas api

neraka.” Demikian pula sebaliknya suami akan

berwasiat kepada istrinya untuk menjaga amanah

Allah swt dalam mengurus harta yang dikaruniakan-

Nya, agar dibelanjakan secara benar tanpa boros,

kikir maupun haram.

Firman Allah swt yang memuji hamba-Nya yang

baik:

Artinya: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan

(harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan

adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang

demikian.” (QSal-Furqân [25]:67).

Dalam mencari pendapatan, Islam tidak

memperkenankan seseorang untuk ngoyo dalam

pengertian berusaha di luar kemampuannya dan

terlalu terobsesi sehingga mengorbankan atau

Page 61: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

54

menelantarkan hak-hak yang lain baik kepada Allah

swt, diri maupun keluarga seperti pendidikan dan

perhatian kepada anak dan keluarga. Rasulullah

`bersabda: “Sesungguhnya bagi dirimu, keluargamu dan

tubuhmu ada hak atasmu yang harus engkau penuhi, maka

berikanlah masing-masing pemilik hak itu haknya.” (HR. Al-

Bukhâri dan Muslim).

Allah swt swt. telah menegaskan bahwa bekerja

itu hendaknya sesuai dengan batas-batas kemampuan

manusia. (QS al-Baqarah : 286). Namun bila

kebutuhan sangat banyak atau pasak lebih besar

daripada tiang maka dibutuhkan kerjasama yang baik

dan saling membantu antara suami istri untuk

meningkatkan pendapatan keluarga dan melakukan

penghematan sehingga tiang penyangga lebih besar

dari pada pasak. Rasulullah `bersabda: “Janganlah

kamu bebani mereka dengan apa-apa yang mereka tidak sanggup

memikulnya. Dan apabila kamu harus membebani mereka di luar

kemampuan, maka bantulah mereka.” (HR Ibnu Majah)

Dalam manajemen keuangan keluarga juga tidak

dapat dilepaskan dari optimalisasi potensi

keluarga termasuk anak-anak untuk menghasilkan

rizqi Allah swt. Islam senantiasa memperhatikan

masalah pertumbuhan anak dengan anjuran agar anak-

anak dilatih mandiri dan berpenghasilan sejak usia

remaja di samping berhemat agar pertumbuhan

Page 62: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

55

ekonomi keluarga Muslim dapat berjalan lancar yang

merupakan makna realisasi keberkahan secara

kuantitas maka Islam melarang orangtua untuk

memanjakan anak-anak sehingga tumbuh menjadi

benalu, tidak mandiri dan bergantung kepada orang

lain. Firman Allah swt yang telah disebutkan

sebelumnya (QS. An-Nisâ’:6) mengisyaratkan bahwa

kita wajib mendidik dan membiasakan anak-anak

untuk cakap mengurus, mengelola dan mengembangkan

harta, sehingga mereka dapat hidup mandiri yang

nantinya akan menjadi kepala rumah tangga bagi

laki-laki dan pengurus keuangan keluarga bagi

perempuan, di samping anak terlatih untuk bekerja,

meringankan beban dan membantu orangtua.

8. Nafkah Dalam Keluarga

Secara prinsip, fitrah kewajiban memberikan

nafkah merupakan tanggung jawab suami sehingga

wajib bekerja dengan baik melalui usaha yang halal

dan wanita sebagai kaum istri bertanggung jawab

mengelola dan merawat aset keluarga. Allah swt

berfirman:

Page 63: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

56

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pengayom bagi kaum

wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka

(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka

(laki-laki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka…”

(QS. An-Nisâ : 34).

Posisi kepala rumah tangga bagi suami paralel

dengan konsekuensi memberi nafkah dan komitmen

perawatan keluarganya secara lazim. Oleh karena

itu Nabi secara proporsional telah mendudukkan

posisi masing-masing bagi suami istri dalam sabda

beliau: “Setiap kalian adalah pengayom dan setiap pengayom

akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang harus

diayominya. Suami adalah pengayom bagi keluarganya dan

bertanggung jawab atas anggota keluarga yang diayominya. Istri

adalah pengayom bagi rumah tangga rumah suaminya dan akan

dimintai pertanggungjawaban atas aset rumah tangga yang

diayominya…” (HR. Al-Bukhari)

Ketika Rasulullah menikahkan putrinya,

Fathimah dengan Ali beliau berwasiat kepada

menantunya: “Engkau berkewajiban bekerja dan berusaha

sedangkan ia berkewajiban mengurus rumah tangga.” (HR

Muttafaq ‘Alaih).

Page 64: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

57

Jadi, pembagian tugas suami-istri dalam aspek

keuangan keluarga adalah dalam bentuk tanggung

jawab suami untuk mencari nafkah halal dan

tanggung jawab istri untuk mengurus, mengelola,

merawat dan memenej keuangan rumah tangga.

Meskipun demikian, bukan berarti suami tidak boleh

memberikan bantuan dalam pengelolaan aset dan

keuangan rumah tangganya bila istri kurang mampu

atau memerlukan bantuan.

Sebaliknya tidak ada larangan syariat bagi

istri untuk membantu suami terlebih ketika kurang

mampu dalam memenuhi kebutuhan keluarga dengan

cara yang halal dan baik serta tidak membahayakan

keharmonisan dan tanggung jawab utama dalam rumah

tangga selama suami mengizinkan.Bahkan hal itu

bisa bernilai kebajikan bagi sang istri. Bukankah

Khadijah. ikut andil dalam membantu mencukupi

kebutuhan keluarga Nabi ` sebagai bentuk ukhuwah

dan tolong menolong dalam kebajikan.

Prinsip keadilan Islam menjamin hak kaum

wanita untuk mencari karunia Allah swt `(rizqi)

sesuai kodrat dan ketentuan syariat dengan niat

mencukupi diri dan keluarga untuk beribadah kepada

Allah swt `secara khusyu’. Meskipun demikian,

istri harus memiliki keyakinan bahwa tugas utama

dalam keluarganya adalah mengatur urusan rumah

Page 65: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

58

tangga dan mengelola keuangan keluarga bukan

mencari nafkah. Para ulama tafsir (mufassirîn)

menyimpulkan surat al-Nisâ’ : 32, “Bagi para lelaki ada

bahagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi para wanita

(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan…”,

prinsip dasar hak dan kebebasan wanita untuk

berusaha mencari rizqi. Sejarah Islam di masa Nabi

etelah membuktikan adanya peran sosial kaum wanita

dalam peperangan, praktek pengobatan dan

pengurusan logistik. Di samping itu mereka juga

terlibat dalam aktivitas perniagaan dan membantu

suami dalam pertanian.

Banyak orang merasa bahwa membicarakan

keuangan dalam keluarga adalah tabu. Sesungguhnya,

justru hal tersebut seharusnya dibicarakan.

Keuangan keluarga membutuhkan pola pengelolaan

dimana masing-masing individu di dalam keluarga

(suami dan istri) memiliki hak dan kewajibannya

masing-masing. Pembagian tanggung jawab dapat

meringankan persoalan yang mungkin timbul di masa

depan. 

Uang seringkali menjadi penyebab terjadinya

perceraian. Perselisihan mengenai keuangan bisa

saja terjadi disaat berkelimpahan uang maupun

disaat kekurangan uang. Masyarakat Indonesia

merasa risih bila harus membicarakan masalah

Page 66: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

59

keuangan dalam keluarga. Oleh karena itu penulis

merasa perlu untuk terus menyerukan kepada semua

kalangan masyarakat terutama pasangan suami istri

untuk belajar saling terbuka mengenai keuangannya

masing-masing. Penulis sangat percaya bahwa setiap

orang memiliki pandangan mengenai uang yang

berbeda-beda karena suami atau istri dibesarkan di

lingkungan yang berbeda. Kegagalan dalam

membicarakan soal keuangan di dalam keluarga

berpotensi menimbulkan permasalahan.Menggunakannya

terkait erat dengan adanya kemampuan (kompetensi)

dan kepantasan (integritas) dalam mengelola aset

atau dalam istilah prinsip kehati-hatian perbankan

(prudential principle).

Prinsip Islam mengajarkan bahwa “Sebaik-baik

harta yang shalih (baik) adalah dikelola oleh

orang yang berkepribadian shalih (amanah dan

profesional).” Hak bekerja dalam arti kebebasan

berusaha, berdagang, memproduksi barang maupun

jasa untuk mencari rizqi Allah swt secara halal

merupakan hak setiap manusia tanpa diskriminasi

antara laki-laki dan perempuan. Bila kita tahu

bahwa kaum wanita diberikan oleh Allah swt hak

milik dan kebebasan untuk memiliki, maka sudah

semestinya mereka juga memiliki hak untuk berusaha

dan mencari rizqi.

Page 67: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

60

Rasulullah memuji seseorang yang hidup dari

hasil usahanya sendiri dengan sabdanya: “Tidaklah

seseorang memakan makanan lebih baik dari memakan makanan

yang diperoleh dari hasil kerja sendiri, sebab nabi Allah, Daud,

memakan makanan dari hasil kerjanya.”(HR. Al-Bukhâri).

Dalam riwayat yang lain: “Semoga Allah merahmati

seseorang yang mencari penghasilan secara baik, membelanjakan

harta secara hemat dan menyisihkan tabungan sebagai

persediaan di saat kekurangan dan kebutuhannya.” (HR

Muttafaq ‘Alaih).

Hal ini menunjukkan bahwa Islam menghendaki

setiap muslim untuk dapat mengelola usaha dan

berusaha secara baik, mengelola dan mengelola

harta secara ekonomis, efisien dan proporsional

serta memiliki semangat dan kebiasaan menabung

untuk masa depan dan persediaan kebutuhan

mendatang. Prinsip ini sebenarnya menjadi dasar

ibadah kepada Allah swt agar dapat diterima

(mabrûr) karena saran, niat dan caranya baik.

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah itu baik dan

hanya menerima yang baik-baik saja.” (HR Muslim).

Kesadaran akuntabilitas (ma’ûliyah) dalam

bidang keuangan itu yang mencakup aspek manajemen

pendapatan dan pengeluaran timbul karena keyakinan

adanya kepastian audit dan pengawasan dari Allah

swt seperti sabda Nabi, “Kedua telapak kaki seorang hamba

Page 68: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

61

tidak akan beranjak dari tempat kebangkitannya di hari kiamat

sebelum ia ditanya tentang empat hal, di antaranya tentang

hartanya; dari mana dia memperoleh dan bagaimana ia

membelanjakan.” (HRal-Tirmidzi).

Berikut ini ada tiga tipe pengelolaan yang

bisa dipilih sesuai dengan kemampuan keluarga.

Tentunya masih banyak lagi pola pengelolaan yang

ada. Hal terpenting adalah saling keterbukaan

dalam menjalani kehidupan keluarga dengan tanggung

jawab bersama.

9. Uang Dikelola Bersama

Penghasilan suami istri langsung digabung

bersama. Setelah itu, gabungan kedua pendapatan

langsung dialokasikan ke pos-pos pengeluaran rutin

yang telah dihitung lebih dulu. Lazimnya, setiap

pos diwakili oleh satu amplop. Pos-pos pengeluaran

itu, pada beberapa keluarga, bukan saja kebutuhan

makan, minum, dan listrik saja, tapi juga termasuk

membayar kredit rumah, cicilan mobil, listrik,

telepon, uang sekolah anak, asuransi dan kebutuhan

mobil (bensin, servis berkala, kerusakan, dan

lain-lain). Bahkan tabungan, pengeluaran pribadi

ayah-ibu dan liburan pun jadi amplop tersendiri.

Bila ada sisa, dimasukkan ke dalam tabungan suami

atau istri, atau khusus membuka lagi account

Page 69: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

62

bersama di bank untuk ”menampung” sisa amplop

setiap bulannya.

10. Membagi Berdasar Persentase

Bentuk manajemen ini adalah membagi tanggung

jawab dalam bentuk jumlah atau persentase seluruh

kebutuhan keluarga setiap bulan dihitung termasuk

pos darurat dan pos tabungan. Masing-masing

sepakat menyumbang sebesar jumlah tertentu untuk

menutupi kebutuhan tersebut. Sisanya digunakan

sebagai tabungan pribadi untuk kebutuhan pribadi.

Misalnya, istri membeli parfum, lipstik, atau

baju. Bisa juga tanpa menghitung kebutuhan

keluarga terlebih dahulu, suami-istri memberi

kontribusi yang sama berdasarkan prosentase.

Misalnya 80:20. Artinya, masing-masing menyetor 80

persen dari gajinya. Sisa 20 persen disimpan untuk

diri sendiri. Jika bisa berhemat, dari uang

bersama yang 80 persen, bisa tersisa untuk

tabungan keluarga, di samping suami dan istri juga

masing-masing punya tabungan pribadi.

11. Membagi Tanggung Jawab

Misalnya, suami mengeluarkan biaya untuk

urusan berat, seperti membayar kredit rumah,

cicilan mobil, listrik, telepon, uang sekolah

anak, kebutuhan mobil, dan asuransi. Sementara

Page 70: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

63

bagian istri adalah belanja logistik bulanan,

pernak-pernik rumah, jajan, dan liburan akhir

pekan dan pos tabungan. Dilihat dari jumlahnya,

suami menanggung lebih banyak dana. Tapi istri

juga punya peranan dalam kontribusi dana rumah

tangga. Kalau ternyata istri yang memiliki

pendapatan lebih besar, tentunya hal ini juga bisa

dilakukan sebaliknya. Mana yang terbaik? Hal ini

sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan tentunya

kesepakatan antara suami dan istri. Diskusikan hal

ini dengan pasangan masing-masing, agar persoalan

keuangan keluarga bukan lagi menjadi masalah dalam

keluarga.

Berbicara tentang pernikahan banyak yang

menyesal. Menyesal kalau tahu begini nikmat kenapa

tidak dari dulu. Menyesal ternyata banyak

deritanya.

Menikah itu tidak mudah, yang mudah itu ijab

kabulnya. Rukun nikah yang lima harus dihapal dan

wajib lengkap kesemuanya. Begitu pula dengan

syarat wajib nikah pada pria yang harus

diperhatikan. Bagaimana jika kita belum punya

biaya? Harus diyakini bahwa tiap orang itu sudah

ada rezekinya. Menikah itu menggabungkan dua

rezeki, rezeki wanita dan laki-laki bertemu,

Page 71: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

64

masalahnya adalah apakah rezeki itu diambil dengan

cara yang barokah atau tidak.

Allah swt. tidak menciptakan manusia dengan

rasa lapar tanpa diberi makanan. Allah swt.

menghidupkan manusia untuk beribadah yang tentu

saja memerlukan tenaga, mustahil Allah swt. tidak

memberi rezeki kepada kita. Biaya pernikahan

bukanlah perkara mahal, yang penting ada. Maka

kalau sudah darurat bahkan mengutang untuk menikah

diperbolehkan daripada mendekati zina.

Kalau sudah menikah setelah ijab kabul,

jangan jadi riya dengan mengadakan resepsi yang

mewah. Hal ini tidak akan menjadi barokah.

Misalnya dalam mengundang, hanya menyertakan orang

kaya saja, orang miskin tidak diundang. Bahkan

Rasulullah melarang mengundang dengan membeda-

bedakan status. Dalam mengadakan resepsi jangan

sampai mengharapkan balasan income yang didapat.

Masalah mas kawin yang paling bagus adalah

emas dan uang mahar yang paling bagus adalah uang.

Berilah wanita sebanyak yang kita mampu, jangan

hanya berkutat dengan seperangkat alat sholat

saja. Rasulullah lebih mengutamakan emas dan uang

dan inilah hak wanita.

Page 72: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

65

Awal nikah jangan membayangkan punya rumah

yang bagus. Maka perkataan terbaik suami kepada

istrinya adalah menasehati istri agar dekat dengan

Allah swt. Jika istri dekat dengan Allah swt maka

ia akan dijamin oleh Allah swt mudah-mudahan lewat

kita.

Tiga rumus yang harus selalu diingat terdapat

dalam surah Al-Asyr. Setiap bertambah hari,

bertambah umur, kita itu merugi kecuali tiga

golongan kelompok yang beruntung. Golongan pertama

adalah orang yang selalu berpikir keras bagaimana

supaya keyakinan dia kepada Allah swt meningkat.

Sebab semua kebahagiaan dan kemuliaan itu

berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada

Allah swt. Tidak ada orang ikhlas kecuali yakin

kepada Allah swt. Tidak ada sabar kecuali kenal

kepada Allah swt. Tidak ada orang yang zuhud

kepada dunia kecuali orang yang tahu kekayaan

Allah swt. Tidak ada orang yang tawadhu kecuali

orang yang tahu kehebatan Allah swt. Makin akrab

dan kenal dengan Allah swt semua dipandang kecil.

Setiap hari dalam hidup kita seharusnya

dipikirkan bagaimana kita dekat dengan Allah swt.

Kalau Allah swt sudah mencintai mahluk segala

urusan akan beres. Salah satu bukti seperseratus

Page 73: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

66

sifat pemurah Allah swt yang disebarkan kepada

seluruh mahlukNya bisa dilihat sikap seorang ibu

yang melahirkan seorang anak. Kesakitan waktu

melahirkan, hamil sembilan bulan tanpa mengeluh

yang belum tentu anak tersebut akan membalas

budinya. Tidak tidur ketika anaknya sakit,

mengurus anak dari mulai TK sampai SMA. Memikirkan

biaya kuliah. Mulai nikah dibiayai sampai punya

anak bahkan juga diterima tinggal di rumah sang

ibu. Tetapi kerelaannya masih saja terpancar.

Itulah seperseratus sifat Allah swt.

Selalu komitmen mau kemana rumah tangga ini

akan dibawa. Mungkin sang ayah atau ibu yang

meninggal lebih dulu yang penting keluarga ini

akan kumpul di surga. Apapun yang ada dirumah

harus menjadi jalan mendekat kepada Allah swt.

Beli barang apapun harus barang yang disukai Allah

swt. Supaya rumah kita menjadi rumah yang disukai

Allah swt. Boleh punya barang yang bagus tanpa

diwarnai dengan takabur. Bukan perkara mahal atau

murah, bagus atau tidak tetapi apakah bisa

dipertanggungjawabkan disisi Allah swt atau tidak.

Bahkan dalam mendengar lagu yang disukai Allah swt

siapa tahu kita dipanggil Allah swt ketika

mendengar lagu. Rumah kita harus Allah swt.

oriented. Kaligrafi dengan tulisan Allah swt..

Page 74: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

67

Kita senang melihat rumah mewah dan islami.

Jadikan semua harta jadi dakwah mulai mobil sampai

rumah. Tiap punya uang beli buku, buat

perpustakaan di rumah untuk tamu yang berkunjung

membaca dan menambah ilmu. Jangan memberi hadiah

lebaran hanya makanan, coba memberi buku, kaset

dan bacaan lain yang berguna.

Jangan rewel memikirkan kebutuhan kita, itu

semua tidak akan kemana-mana. Allah swt. tahu

kebutuhan kita daripada kita sendiri. Allah swt.

menciptakan usus dengan disain untuk lapar tidak

mungkin tidak diberi makan. Allah swt. menyuruh

kita menutup aurat, tidak mungkin tidak diberi

pakaian. Apa yang kita pikirkan Allah swt. sudah

mengetahui apa yang kita pikirkan. Yang harus kita

pikirkan adalah bagaimana dekat dengan Allah swt.,

selanjutnya Allah swt. yang akan mengurusnya. Kita

cenderung untuk memikirkan yang tidak disuruh oleh

Allah swt. bukan yang disuruhNya.

Kalau hubungan kita dengan Allah swt. bagus

semua akan beres. Barang siapa yang terus dekat

dengan Allah swt., akan diberi jalan keluar setiap

urusannya. Dan dijamin dengan rezeki dari tempat

yang tidak diduga-duga. Dan barang siapa hatinya

yakin Allah swt. yang punya segalanya, akan

Page 75: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

68

dicukupkan segala kebutuhannya. Jadi bukan dunia

ini yang menjadi masalah tetapi hubungan kita

dengan Allah swt-lah masalahnya.

Golongan kedua adalah rumah tangga yang akan

rugi adalah rumah tangga yang kurang amal. Jangan

capai memikirkan apa yang kita inginkan, tapi

pikirkan apa yang bisa kita lakukan. Pikiran kita

harusnya hanya memikirkan dua hal yakni bagaimana

hati ini bisa bersih, tulus, dan bening sehingga

melakukan apapun ikhlas dan yang kedua teruslah

tingkatkan kekuatan untuk terus berbuat. Pikiran

itu bukan mengacu pada mencari uang tetapi

bagaimana menyedekahkan uang tersebut, menolong,

dan membahagiakan orang dengan senyum. Sehingga

dimanapun kita berada bagai pancaran matahari yang

menerangi yang gelap, menuai bibit, menyemarakkan

suasana. Sesudah itu serahkan kepada Allah swt.

Setiap kita memungut sampah demi Allah swt itu

akan dibalas oleh Allah swt.

Rekan-rekan Sekalian, Mari kita ubah

paradigmanya. Rumah tangga yang paling beruntung

adalah rumah tangga yang paling banyak

produktifitas kebaikannya. Uang yang paling

barokah adalah uang yang paling tinggi

produktifitasnya, bukan senang melihat uang kita

Page 76: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

69

tercatat di deposito atau tabungan. Uang sebaiknya

ditaruh di BMT. Yang terjadi adalah multiefek bagi

pihak lain, hal ini menjadikan uang kita barokah.

Daripada uang kita disimpan di Bank kemudian

Banknya bangkrut, disimpan di kolong kasur takut

dirampok.

Kaya boleh asal produktif. Boleh mempunyai

rumah banyak asal diniatkan agar barokah demi

Allah swt itu akan beruntung. Beli tanah seluas-

luasnya. Sebagian diwakafkan, kemudian dibangun

masjid. Pahala akan mengalir untuk kita sampai

Yaumil Hisab. Makanya terus cari uang bukan untuk

memperkaya diri tapi mendistribusikan untuk ummat.

Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita

kecuali bertambah. Jadi pikiran kita bukan akan

mendapat apa kita? tapi akan berbuat apa kita?.

Apakah hari ini saya sudah menolong orang,

sudahkah senyum, berapa orang yang saya sapa,

berapa orang yang saya bantu?

Makin banyak menuntut makin capai. Makin kuat

kita menuntut kalau Allah swt tidak mengijinkan

maka tidak akan terwujud. Kita minta dihormati,

malah Allah swt akan memperlihatkan kekurangan

kita. Kita malah akan dicaci, hasilnya sakit hati.

Orang yang beruntung, setiap waktu pikirannya

Page 77: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

70

produktif mengenai kebaikan. Selagi hidup

lakukanlah, sesudah mati kita tidak akan bisa.

Kalau sudah berbuat nanti Allah swt yang akan

memberi, itulah namanya rezeki. Orang yang

beruntung adalah orang yang paling produktif

kebaikannya.

Yang ketiga rumah tangga atau manusia yang

beruntung itu adalah pikirannya setiap hari

memikirkan bagaimana ia bisa menjadi nasihat dalam

kebenaran dan kesabaran dan ia pecinta nasihat

dalam kebenaran dan kesabaran. Setiap hari carilah

input nasihat kemana-mana. Kata-kata yang paling

bagus yang kita katakan adalah meminta saran dan

nasihat. Ayah meminta nasihat kepada anak, niscaya

tidak akan kehilangan wibawa. Begitu pula seorang

atasan di kantor.

Kita harus berusaha setiap hari mendapatkan

informasi dan koreksi dari pihak luar, kita tidak

akan bisa menjadi penasihat yang baik sebelum ia

menjadi orang yang bisa dinasihati. Tidak akan

bisa kita memberi nasihat jika kita tidak bisa

menerima nasihat. Jangan pernah membantah, makin

sibuk membela diri makin jelas kelemahan kita.

Alasan adalah kelemahan kita. Cara menjawab

kritikan adalah evaluasi dan perbaikan diri.

Page 78: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

71

Mungkin membutuhkan waktu sebulan bahkan setahun.

Nikmatilah nasihat sebagai rezeki dan bukti

kesuksesan hidup. Sayang hidup hanya sekali dan

sebentar hanya untuk menipu diri. Merasa keren di

dunia tetapi hina dihadapan Allah swt. Merasa

pinter padahal bodoh dalam andangan Allah swt.

Mudah-mudahan kita bisa menerapkan tiga hal

diatas. Setiap waktu berlalu tambahlah ilmu agar

iman meningkat, setiap waktu isi dengan menambah

amal. Alhamdulillah.

H. RUMAH TANGGA SEBAGAI CERMIN KEPRIBADIAN KADER DAKWAH

Masyarakat Islam bagaikan bangunan kokoh. Usrah

(keluarga) bukan saja sebagai sendi terpenting dalam

bangunan tersebut, tetapi juga menjadi unsur pokok

bagi eksistensi umat Islam secara keseluruhan. Oleh

sebab itu, agama Islam memberikan perhatian khusus

masalah pembentukan keluarga ini.

Perhatian istimewa terhadap pembentukan usrah

tersebut tercermin dalam beberapa hal, yaitu:

Pertama, Al-Qur’an menjabarkan cukup terinci

tentang pembentukan keluarga ini. Ayat-ayat tentang

pembinaan keluarga termasuk paling banyak jumlahnya

dibandingkan dengan ayat-ayat yang menjelaskan

masalah lain. Al-Qur’an menjelaskan tentang

Page 79: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

72

keutamaan menikah, perintah menikah, pergaulan

suami-istri , menyusui anak, dan sebagainya.

Kedua, sejak dini As-Sunah telah mengajarkan

takwinul usrah yang shalihah dengan cara memilih calon

mempelai yang shalihah. Rasulullah SAW bersabda,

“Pilihlah tempat untuk menanam benihmu karena sesungguhnya

tabiat seseorang bisa menurun ke anak”

1. Rasulullah SAW suami teladan

Rasulullah SAW sejak masa remaja sudah

terkenal sebagai orang yang bersih dan berbudi

mulia. Ketika beliau menginjak umur 25 tahun

menikahi Khadijah binti Khuwalid. Sejak saat

itulah beliau mengarungi kehidupan rumah tangga

bahagia penuh ketenteraman dan ketenangan.

Rasulullah SAW amat menghormati wanita,

lebih-lebih istrinya. Beliau bersabda, “Tidaklah

orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia dan

tidaklah yang menghinakannya kecuali orang yang hina”.

Menghormati istri adalah kewajiban suami. Al-

Qur’an berkali-kali memerintahkan agar menghormati

dan berbuat baik terhadap istri. Kita tidak

mendapatkan kata-kata dalam Al-Qur’an yang

mengharuskan untuk berbuat baik dalam mempergauli

istri, baik dalam keadaan marah atau tidak.

Kecuali, ditekankan kewajiban berbuat ma’ruf dan

Page 80: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

73

ihsan terhadap istri dan dilarang menyakiti atau

menyiksanya.

Perbuatan baik ini tidak terbatas pada

perlakuan sopan terhadap istri saja tapi mencakup

ketabahan dan kesabaran ketika menghadapi

kemarahan istri sebagian kasih sayang atas

kelemahannya. Rasulullah SAW menyatakan, “Wanita itu

diciptakan dari tulang rusuk, bila kamu luruskan (dengan keras)

maka berarti mematahkannya”. (Al-Hadits)

Rasulullah SAW amat sayang terhadap istri-

istrinya. Beliau amat marah bila mendengar seorang

wanita dipukul suaminya. Pernah datang seorang

wanita mengadu kepada Rasulullah SAW bahwa

suaminya telah memukulnya. Maka beliau berdiri

seraya menolak perlakuan tersebut dengan bersabda,

“Salah seorang dari kamu memukul istrinya seperti memukul

seorang budak, kemudian setelah itu memeluknya kembali,

apakah dia tidak merasa malu?”

Ketika Rasulullah SAW mengizinkan memukul

istri dengan pukulan yang tidak membahayakan, dan

setelah diberi nasihat dan ancaman secukupnya.

Beliau didatangi 70 wanita dan mengadu bahwa

mereka dipukuli suami. Rasulullah SAW berpidato

seraya berkata, “Demi Allah, telah banyak wanita

berdatangan kepada keluarga Muhammad untuk mengadukan

suaminya yang sering memukulnya. Demi Allah, mereka yang suka

Page 81: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

74

memukul istri tidaklah aku dapatkan sebagai orang-orang yang

terbaik di antara kamu sekalian.”

Rasulullah SAW merupakan contoh indah dalam

kehidupan rumah tangganya. Beliau sering bercanda

dan bergurau dengan istri-istrinya. Dalam satu

riwayat beliau balapan lari dengan Aisyah,

terkadang beliau dikalahkan dan pada hari lain

beliau menang. Beliau senantiasa menegaskan

pentingnya bersikap lembut dan penuh kasih sayang

kepada istrinya. Kita banyak menjumpai hadits yang

seirama dengan hadits berikut, “Orang mukmin yang

paling sempurna adalah yang paling baik akhlaqnya dan paling

lembut pada keluarganya”. Riwayat lain, “Sebaik-baik di

antara kamu adalah yang paling baik pada keluarganya dan aku

adalah yang paling baik terhadap keluargaku”.

Di antara yang menunjukkan keteladanan beliau

dalam menghormati istri adalah menampakkan sikap

lembut, penuh kasih sayang, tidak mengkritik hal-

hal yang tak berguna dikritik, memaafkan

kekeliruannya, dan memperbaiki kesalahannya dengan

lembut dan sabar Bila ada waktu senggang beliau

ikut membantu istrinya dalam mengerjakan kewajiban

rumah tangganya,

Aisyah pernah ditanya tentang apa yang pernah

dilakukan Rasulullah SAW di rumahnya. Beliau

Page 82: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

75

menjawab, “Rasulullah mengerjakan tugas-tugas rumah tangga,

dan bila datang waktu shalat dia pergi shalat.”

Rasulullah SAW memiliki kelapangan dada dan

sikap toleran terhadap istrinya. Bila istrinya

salah atau marah, beliau memahami betul jiwa

seorang wanita yang sering emosional dan berontak.

Beliau memahami betul bahwa rumah tangga adalah

tempat yang paling layak dijadikan contoh bagi

seorang dai, yaitu rumah tangga yang penuh

kecintaan dan kebahagiaan. Kehidupan rumah tangga

harus dipenuhi gelak tawa, kelapangan dada, dan

kebahagiaan agar tidak membosankan.

Bila terpaksa harus bertindak tegas, beliau

lakukan itu disertai dengan kelembutan dan

kerelaan. Sikap keras dan tegas untuk mengobati

keburukan dalam diri wanita sedangkan kelembutan

dan kasih sayang untuk mengobati kelemahan dan

kelembutan dalam dirinya.

2. Khadijah sebagai istri teladan.

Khadijah binti Khuwailid adalah seorang

wanita bangsawan Quraisy yang kaya. Dia diberi

gelar wanita suci di masa jahiliyah, juga di masa

Islam. Banyak pembesar Quraisy berupaya

meminangnya, akan tetapi beliau selalu menolak.

Beliau pedagang yang sering menyuruh orang untuk

menjualkan barang dagangannya keluar kota Mekkah.

Page 83: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

76

Ketika beliau mendengar kejujuran Muhammad

SAW, ia menyuruh pembantunya dan meminta Muhammad

menjualkan barang dagangannya ke Syam bersama

budak laki-laki bernama Maisyarah. Nabi Muhammad

menerima permohonan itu dengan mendapatkan

keuntungan besar dalam perjalanan pertama ini.

Setelah mendengar kejujuran dan kebaikan

Muhammad, Khadijah tertarik dan meminta kawannya,

Nafisah binti Maniyyah, untuk meminangkan

Muhammad. Beliau menerima pinangan itu dan

terjadilah pernikahan ketika beliau menginjak 25

tahun sedang Khadijah berumur 40 tahun.

Khadijah sebagai ummul mukminin telah

menyiapkan rumah tangga yang nyaman bagi Nabi SAW.

Sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan

membantunya ketika beliau sering berkhalwat di gua

Hira, Khadijah adalah wanita pertama yang beriman

kepadanya ketika Nabi mengajaknya masuk Islam.

Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang mendukung

Rasulullah SAW dalam melaksanakan dakwahnya baik

dengan jiwa, harta, maupun keluarganya.

Perikehidupannya harum semerbak wangi, penuh

kebajikan, dan jiwanya sarat dengan kehalusan.

Rasulullah SAW pernah menyatakan dukungan ini

dengan sabdanya, ”Khadijah beriman kepadaku ketika orang-

orang ingkar, dia membenarkanku ketika orang-orang

Page 84: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

77

mendustakanku dan dia menolongku dengan hartanya ketika

orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku

anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selainnya”.

(H.R. Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya)

Khadijah amat setia dan taat kepada suaminya,

bergaul dengannya, siap mengorbankan kesenangannya

demi kesenangan suaminya dan membesarkan hati

suaminya di kala merasa ketakutan setelah

mendapatkan tugas kenabian. Beliau gunakan jiwa

dan semua harta miliknya untuk mendukung Rasul dan

kaum Muslimin. Pantaslah kalau beliau dijadikan

sebagai istri teladan pendukung risalah dakwah

Islamiyah.

Khadijah mendampingi Nabi SAW selama

seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat

beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu sulit,

membantunya dalam menyampaikan risalah, ikut serta

merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad,

dan menolongnya dengan jiwa dan hartanya.

Rasulullah SAW senantiasa menyebut-nyebut

kebaikan Khadijah selama hidupnya sehingga ini

pernah membuat Aisyah cemburu kepada Khadijah yang

telah tiada. Dengan ketaatan dan pengorbanan yang

luar biasa ini, pantas kalau Allah SWT

menyampaikan salam lewat malaikat Jibril seperti

yang pernah diungkapkan Rasulullah SAW dalam

Page 85: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

78

sebuah hadits, “Jibril datang kepada Nabi lalu berkata, wahai

Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah

berisi kuah, makanan dan minuman, apabila datang kepadamu

sampaikan salam dari Tuhannya dan beritahukan kepadanya

tentang sebuah rumah di surga, terbuat dari mutiara yang tiada

suara gaduh di dalamnya dan tiada kepenatan.” (H.R Bukhari)

Itulah sekelumit tentang sosok Khadijah

sebagai seorang istri yang layak dijadikan teladan

bagi wanita-wanita sekarang dalam mendukung suami

melaksanakan kewajiban dakwah dan menyampaikan

risalah Islam .

3. Ciri-ciri rumah tangga kader dakwah

a. Sendi bangunan keluarga kader adalah taqwallah.

Taqwa merupakan sendi yang kuat untuk bangunan

usrah Islamiyah. Memilih istri harus sesuai dengan

taujih Rasulullah, yaitu mengutamakan sisi agama.

b. Kebahagiaan rumah tangga bukanlah berdasarkan

atas kesenangan materi saja tapi kebahagiaan

hakiki harus muncul dari dalam jiwa berupa

ketaqwaan kepada Allah SWT. Bila taqwa telah

menjadi sendi utama, maka kekurangan material

apapun akan menjadi ringan. Dengan taqwa akan

memunculkan tsiqah antara keduanya sehingga akan

melahirkan ketenteraman dan ketenangan. Dengan

ketaqwaan, hubungan antara suami dan istri serta

anak-anaknya akan menjadi indah karena semua

Page 86: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

79

akan sadar akan tanggung jawabnya dan hak-

haknya.

c. Rumah yang dibangun untuk keluarga kader

seharusnya sederhana, mengutamakan dharuriyyat

(prioritas), mengurangi hal-hal yang tersier,

dan tidak ada israf.

d. Dalam masalah pakaian dan makanan hendaknya

menjauhi israf, mewah-mewahan, tapi justru harus

menekankan masalah kesederhanaan, kebersihan,

menghindari yang haram. Rumah tangga kader lebih

mengutamakan memperbanyak sedekah untuk fakir

dan miskin. Nasihat pada setiap kader dalam hal

makanan harus selalu halal dan baik, menjauhi

yang haram dan yang syubhat

e. Sekitar anggaran rumah tangga haruslah menjadi

contoh . Dalam hal ini kita harus:

1) mencari rezki yang halal dan baik serta

menjauhi yang haram. Sebab, semua daging

yang lahir dari barang haram maka api

neraka lebih berhak untuk membakarnya.

2) Perlu ada kesepakatan antara suami dan

istri dalam menentukan anggaran belanja

rumah tangga, untuk apa saja penggunaan

anggaran tersebut. Yang jelas, pengeluaran

tidak boleh melebihi penghasilan

Page 87: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

80

3) Mencukupkan diri dengan hal-hal yang

dharuriyyat dan menjauhi hal-hal yang

sifatnya kamaliyat semampu mungkin.

4) Memperhatikan hak Allah SWT seperti

menunaikan zakat, menunaikan ibadah haji

kalau sudah mampu. Dalam rumah tangga

diutamakan bila mampu menyediakan kotak

khusus untuk sedekah.

I. PANDANGAN ISLAM MENGENAI BAITUL MUSLIM YANG

DIPROGRAMKAN

Dalam Islam, kewajiban menikahkan anak perempuan itu

menjadi tugas wali atau sang ayah. Ayah inilah yang

berusaha mencarikan laki-laki yang baik dan shalih

sebagai suami anak perempuannya. Bila karena satu dan

lain hal, wali tidak bisa melakukan kewajibannya, jadi

tugas negaralah yang menyelesaikan permasalahan ini

sesuai dengan hukum syara'.

Ayah yang baik, akan memilihkan calon suami untuk

putrinya dengan memilih laki-laki yang shalih. Abu

Nu'im mentakhrij di dalam al-Hilyah, 1/215, dari Tsabit

al-Banaty, dia berkata: "Yazid bin Mu'awiyah menyampaikan

lamaran kepada Abu Darda' untuk menikahi putrinya. Namun Abu

Darda' menolak lamarannya itu. Seseorang yang biasa bersama Yazid

berkata, 'Semoga Allah memberikan kemaslahatan kepadamu. Apakah

engkau berkenan jika aku yang menikahi putri Abu Darda'?" Yazid

menjawab, "Celaka engkau. Itu adalah sesuatu yang amat

Page 88: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

81

mengherankan." Temannya berkata, "Perkenankan aku untuk

menikahinya, semoga Allah memberikan kemaslahatan kepadamu."

Terserahlah," jawab Yazid. Ketika Abu Darda' benar-benar menikahkan

putrinya dengan temannya Yazid itu, maka tersiar komentar yang

miring, bahwa Yazid menyampaikan lamaran kepada Abu Darda', tapi

lamarannya ditolak. Tapi ketika ada orang lain dari golongan orang-

orang yang lemah, justru Abu Darda' menerima dan menikahkannya.

Lalu Abu Darda' berkata,"Aku melihat seperti apa kurasakan di dalam

hatiku.

Jika ada dua pelamar, maka aku memeriksa rumah-rumah yang

dilihatnya bisa menjadi tumpuan agamanya."

Betapa mulianya perempuan. Bahkan seorang ayah yang

memiliki anak perempuan yang dididik dengan Islam

hingga menikahkannya dengan lelaki shalih, Insya Allah

jaminannya adalah syurga. Rasulullah saw. bersabda

(yang artinya): "Barangsiapa diuji dengan anak-anak perempuan

ini, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka (anak-anak

perempuan itu) menjadi benteng untuknya dari api neraka." (HR

Bukhari, Muslim)

Karena saat ini kondisi umat Islam sedang berada di

kemundurannya, maka sang ayah tak lagi tahu

kewajibannya, apalagi negara. Dengan dikompori oleh ide

feminisme, jadilah perempuan merasa bebas lepas untuk

menentukan sikap termasuk dalam hal jodoh. Demi menarik

lawan jenis, mereka tak segan umbar aurat. Demi

Page 89: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

82

mendapatkan suami tajir mereka rela rendahin harga

dirinya agar dipilih dan bisa mengalahkan saingannya.

Biro jodoh atau sebuah upaya jasa untuk

mempertemukan dua anak manusia dengan tujuan pernikahan

itu hal yang boleh-boleh saja dalam Islam. Yang jadi

pertanyaan, sejauh mana pelaksanaan biro jodoh itu agar

sesuai dengan syariat Islam dan bukan malah jadi

mengumbar maksiat. Rasulullah saw. memberikan rambu-

rambu dalam memilih pasangan: "Wanita itu dinikahi karena

empat perkara; (1) karena hartanya, (2) karena kebaikan keturunan atau

kedudukannya, (3) karena kecantikannya, dan (4) karena agamanya.

Maka beruntunglah engkau yang memilih wanita yang beragama, karena

dengan demikian itu engkau akan berbahagia" (HR Bukhari dan

Muslim)

Berdasar rambu-rambu ini, sebuah biro jodoh yang

bertanggung jawab tidak akan mengumbar identitas fisik

para pesertanya dengan mudah. Visi dan misi menikah itu

lebih diutamakan sebagaimana saran Rasulullah saw. di

atas. Ketika lelaki memilih perempuan, faktor utamanya

taqwa. Bukan fisik, wajah, apalagi postur tubuh. Karena

sesungguhnya, anugerah fisik itu sudah dari sananya.

Manusia tak bisa memilih untuk punya hidung seindah

Katie Holmes, misalnya. Atau mata seindah Katherine

Zeta Jones. Ya sudah, apa yang ada disyukuri saja

dengan memanfaatkannya di jalan Allah swt. Bukan untuk

mengumbar maksiat. Ketika perempuan memilih lelaki pun,

Page 90: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

83

bukan faktor pekerjaan dan gaji yang utama. Tapi, lebih

kepada kualitas diri yang bakal menjadi calon qowwam

atau pemimpin rumah tangga. Percuma juga punya

penghasilan puluhan juta rupiah per bulannya tapi tak

bisa baca al-Qur'an. Punya mobil mewah mengkilap

menggiurkan, tapi ternyata jarang sholat wajib.

J. PENGARUH BAITUL MUSLIM TERHADAP KEPRIBADIAN ANAK

1. Peran Orang Tua

Sejenak mari renungkan tugas kependidikan

kita sebagai orangtua. Sudahkah pendidikan kita

untuk buah hati sesuai dengan konsep Islam atau

justru sebaliknya. Tentu memungut konsep dari luar

Islam tidak salah. Tetapi jika itu bertentangan

dengan Islam, seharusnya dengan lapang dada kita

segera mengeliminisasinya.

Sebelum popular istilah parenting dengan

berbagai metodenya, Islam sudah memberikan panduan

lengkap dan aplikatif soal pendidikan dan

pengasuhan anak. “Hai orang-orang beriman, jagalah

dirimu dan keluargamu dari neraka yang bahan

bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya

malaikat-malaikat kasar, keras, dan tidak

mendurhakai Allah swt terhadap apa yang

diperintahkan kepada mereka dan mereka selalu

Page 91: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

84

mengerjakan segala yang diperintahkan-Nya” (At-

Tahrim: 6).

Rasulullah seakan mengkonfirmasi ayat di

atas, “Barangsiapa memiliki dua anak dan diasuh

dengan baik, maka mereka akan menjadi sebab

orangtua masuk surga” (Bukhari). Dan jika jeli

membuka khazanah Islam, kita juga akan menemukan

kitab-kitab karya ulama Islam yang mengurai soal

parenting. Teori-teorinya tidak kalah canggih,

bersandar pada dalil-dalil yang accountable, dan

sudah terbukti kebenarannya.

Islam memang sangat lengkap memberikan

tuntunan pendidikan anak. Sejak memilih pasangan,

saat anak dalam kandungan, usia balita, remaja,

dan seterusnya. Tetapi konsep-konsep parenting

yang belakangan marak kerap membuat banyak

orangtua tergoda. Sepintas lalu memang tampak

indah dan mempesona. Tetapi cermatilah dengan

saksama, konsep racikan bumbu ala Barat itu

sungguh mengidap banyak masalah. Tidak heran,

canggihnya konsep pendidikan seakan berpacu dengan

kebobrokan moralitas anak bangsa hari ini.

Data berikut membuat kita tercengang. Riset

Divisi Anak dan Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati

pada Januari hingga September 2012 menyebutkan,

84% dari 1.199 murid SD pernah melihat film porno.

Page 92: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

85

Medianya adalah internet (21%), film atau VCD

(14%), komik (13%), iklan (8%), sinetron (5%), dan

sisanya dari HP. Facebook, Twitter, YouTube, dan

Google juga tidak pernah steril dari muatan

pornografi. Data Komnas Perlindungan Anak juga

menyebutkan, kasus tawuran pelajar sudah meningkat

sejak enam bulan pertama pada 2012. Bayangkan,

sejak Januari sampai Juni 2012, sudah terjadi 139

kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sementara pada

2011, ada 339 kasus tawuran. Jumlah anak perokok

di bawah 10 tahun antara 2008 hingga 2012 mencapai

239.000 orang. Sementara yang berusia 10 hingga 14

tahun, ada 1.2 juta orang (Majalah Karima,

Desember 2012).

Banyak konsep pendidikan Barat yang memang

salah kaprah. Misalnya, jargon pendidikan berbasis

HAM dan anti kekerasan. Dengan dalih HAM dan

kebebasan, mereka mengharamkan hukuman dengan

kekerasan. Hukuman fisik ke anak dalam rangka

pendidikan disamakan dengan kekerasan ke sesama

orang dewasa atau preman. Hukuman fisik berarti

KDRT, dan pelakunya harus dipidanakan. Maka kerap

kita lihat guru atau orangtua yang harus berurusan

dengan hukum dan kepolisian gara-gara menerapkan

hukuman, yang dianggap melanggar HAM dan kebebasan

anak.

Page 93: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

86

Islam tidak pernah melegalkan kekerasan.

Tetapi, pukulan tidak menyakiti yang diberikan

untuk mendidik jelas absah dilakukan. Semua

gamblang dijelaskan, seperti sebagai alternatif

terakhir hukuman, tidak mengarah ke wajah, tidak

disertai emosi dan kebencian. Simak sabda

Rasulullah, “Ajarilah anak-anakmu shalat ketika

mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka

(jika tidak mau shalat) ketika berumur sepuluh

tahun” (Abu Dawud).

Tujuh tahun adalah masa pelatihan, karena

anak umumnya belum masuk usia baligh. Ketegasan

mutlak dibutuhkan ketika anak sudah mencapai usia

baligh, rata-rata usia 10 tahun. Paksaan? Semua

ibadah mulanya memang butuh paksaan. Baru ketika

anak memiliki kesadaran matang, ibadah akan

menjadi kebutuhan, seperti makanan dan minuman.

Rasulullah sendiri biasa menggantungkan cambuk di

dinding rumah. Dalam hadits yang dihasankan oleh

Nashiruddin Al-Albani, “Gantungkanlah cambuk di

tempat yang bisa dilihat oleh anggota keluarga.

Sungguh itu akan menjadi pengajaran bagi mereka”

(Shahihul Jami).

Salah kaprah lain yaitu peniadaan perintah

dan larangan dalam pendidikan. Ini bertolak

belakang dengan konsep Islam. Luqman adalah

Page 94: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

87

pribadi sukses di bidang pendidikan. Ia dikaruniai

ilmu dan kebenaran. Tutur katanya mengandung

hikmah dan menginspirasi banyak orang, sehingga

namanya diabadikan Allah swt dalam al-Quran. “Dan

sungguh telah Kami berikan hikmah kepada Luqman”

(Luqman: 12).

Simak dawuh Luqman kepada anaknya. “Dan

ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya,

ketika ia memberi pelajaran kepadanya, Hai anakku,

janganlah kamu menyekutukan Allah swt. Sungguh

menyekutukan Allah swt itu benar-benar kezhaliman

besar” (Luqman: 13). Selanjutnya, Luqman bertutur,

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah

manusia untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah

mereka dari perbuatan mungkar, bersabarlah

terhadap apa yang menimpa kamu. Sungguh yang

demikian termasuk hal-hal yang diwajibkan. Dan

janganlah kamu palingkan mukamu dari manusia

(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di

muka bumi dengan angkuh. Sungguh Allah swt tidak

menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri” (Luqman: 17-18).

Bukankah dalam ucapan Luqman itu terdapat

perintah dan larangan? Allah swt bahkan berulang

kali memerintah dan melarang kita. Yang taat

perintah dijanjikan pahala, yang melanggar

Page 95: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

88

larangan diancam siksa. Gamblanglah perbedaan

antara konsep Barat dan Islam. Dalam istilah Hamim

Thohari, prinsip Barat cenderung “serba boleh”

sementara Islam “bebas bertanggung jawab”. Barat

mengedepankan “hak” sedangkan Islam menekankan

“kewajiban”.

Juga salah kaprah saat orangtua merasa puas

dengan hanya menitipkan anak ke sekolah. Dengan

enteng mereka bilang, “Orang rusak seperti saya

juga ingin punya anak yang baik”. Menggelikan.

Surah At-Tahrim ayat 6 di atas tegas menyatakan,

sebelum menyelamatkan anak, orangtua harus selamat

terlebih dahulu. Singkatnya, mendidik anak harus

dimulai dari mendidik diri. Kalimat bagus dari

Imam Syafi’i patut dicamkan, “Perbaikilah dirimu

sebelum memperbaiki mereka, karena mata mereka

terikat padamu. Apa yang kamu lakukan, mereka

anggap baik, apa yang kamu tinggalkan, mereka

anggap tidak baik”. Inilah tarbiyah bil hal,

pendidikan dengan teladan.

Salah kaprah yang lebih fatal adalah ketika

pola pikir anak hanya disetting bahwa belajar

semata untuk ilmu. Proses belajar tidak didasari

iman. Lihatlah bagaimana kebanyakan orangtua yang

gelisah ketika anaknya tidak bisa Matematika, IPA,

atau ilmu bahasa. Dicarilah kursus-kursus untuk

Page 96: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

89

mengatasinya. Membaca Al-Quran dan ibadah bukan

fokus perhatian utama. Yang penting, anak juara

Matematika, IPA, dan bahasa. Soal Al-Quran dan

ibadah, itu pekerjaan mereka yang sekolah jurusan

agama.

Beberapa salah kaprah ini harus segera

disadari. Bertambahnya ilmu harus otomatis

menambah iman. Kecintaan terhadap ilmu harus

melahirkan kecintaan terhadap agama. Bukan

sebaliknya, justru semakin menjauhkan manusia dari

Tuhan.

Menanggapi uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa orang tua sangat berperan peting dalam

mewariskan nilai-nilai islami pada anak. Seperti

yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Dan

Nabi-nabiallah lainnya bahkan dalam beberapa kisah

mengenaiperan orang tua tersebut mengenai bukti

dan contoh dalam memberlakukan pendidikan pada

anak.

Itu sebebnya, dalam mendidik anak terlebih

dahulu mengetahui ilmunya. Maka sudah seyogyanya

sebagai calo orang tua harus membekali diri

tentang ilmu-ilmu pernikahan dan perenting. Karena

jika kedua ilmu tersebut sudah dikuasai,

insyaAllah baitul muslim yang didambakan akan

dapat menghasilkan generasi islami atau kader-

Page 97: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

90

kader dakwah masa yang akan datang. Karena

sesungguhnya cita-cita Rasulullah adalah kita

semua dapat berislam dengan baik, jumlah umat

islam yang sangat banyak dan tentu dengan kualitas

keimanan yang mantab pula.

2. Teladan Rasulullah dalam mendidik anak

Praktik pendidikan Nabi Muhammad SAW pada anak-

anak dapat di gambarkan di bawah ini:

a. Rasulullah senang bermain-main (menghibur)

dengan anak-anak dan kadang-kadang beliau

memangku mereka. Beliau menyuruh Abdullah,

Ubaidillah, dan lain-lain dari putra-putra

pamannya Al-Abbas r.a. untuk berbaris lalu

berkata, “ Siapa yang terlebih dahulu sampai

kepadaku akan aku beri sesuatu

(hadiah).”merekapun berlomba-lomba menuju

beliau, kemudian duduk di pangkuannya lalu

Rasulullah menciumi mereka dan memeluknya.

b. Ketika ja’far bin Abu Tholib r.a, terbunuh dalam

peperangan mut’ah, Nabi Muhammad SAW, sangat

sedih. Beliau segera datang ke rumah ja’far dan

menjumpai isterinya Asma bin Umais, yang sedang

membuat roti, memandikan anak-anaknya dan

memakaikan bajunya. Beliau berkata, “Suruh

kemarilah anak-anak ja’far. Ketika mereka

datang, beliau menciuminya. Sambil meneteskan

Page 98: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

91

air mata. Asma bertanya kepada beliau karena

telah mengetahui ada musibah yang menimpanya.

c. “Wahai rasulullah, apa gerangan yang menyebabkan

anda menangis? Apakah sudah ada berita yang

sampai kepada anda mengenai suamiku Ja’far dan

kawan-kawanya?” Beliau menjawab, “Ya benar,

mereka hari di timpa musibah.” Air mata beliau

mengalir dengan deras. Asma pun menjerit

sehingga orang-orng perempuan berkumpul

mengerumuninya. Kemudian Nabi Muhammad SAW.

kembali kepada keluarganya dan beliau bersabda,

“janganlah kalian melupakan keluarga ja’far,

buatlah makanan untuk mereka, kerena

sesungguhnya mereka sedang sibuk menghadapi

musibah kematian ja’far.”

d. Ketika Rasulullah melihat anak Zaid

menghampirinya, beliau memegang kedua bahunya

kemudian menagis. Sebagian sahabat merasa heran

karena beliau menangisi orang yang mati syahid

di peperangan Mut’ah. Lalu Nabi Muhammad SAW.

pun menjelaskan kepada mereka bahwa sesungguhnya

ini adalah air mata seorang kawan yang

kehilangan kawannya.

e. Al-Aqraa bin harits melihat Nabi Muhammad SAW.

mencium Al-Hasan r.a. lalu berkata, “Wahai

Rasulullah, aku mempunyai sepuluh orang anak,

Page 99: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

92

tetapi aku belum pernah mencium mereka.”

Rasulullah bersabda, “Aku tidak akan mengangkat

engkau sebagai seorang pemimpin apabila Allah

swt telah mencabut rasa kasih sayang dari

hatimu. Barang siapa yang tidak memiliki rasa

kasih sayang, niscaya dia tidak akan di

sayangi.”

f. Seorang anak kecil dibawa kepada Nabi Muhammad

SAW. supaya di doakan dimohonkan berkah dan di

beri nama. Anak-anak tersebut di pangku oleh

beliau. Tiba-tiba anak itu kencing, lalu orang-

orang yang melihatnya berteriak. Beliau berkata,

“jangan di putuskan anak yang sedang kencing,

biarkanlah dia sampai selesai dahulu

kencingnya.”

Beliau pun berdoa dan memberi nama, kemudian

membisiki orang tuanya supaya jangan mempunyai

perasaan bahwa beliau tidak senang terkena air

kencing anaknya. Ketika mereka telah pergi,

beliau mencuci sendiri pakaian yang terkena

kencing tadi.

g. Ummu Kholid binti kho'id bin sa’ad Al-Amawiyah

berkata, “Aku beserta ayahku menghadap

Rasululloh dan aku memakai baju kurung (gamis)

berwarna kuning. Ketika aku bermain-main dengan

cincin Nabi Muhammad SAW. ayahku membentakku,

Page 100: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

93

maka beliau berkata, “Biarkanlah dia.” Kemudian

beliau pun berkata kepadaku, “bermainlah sepuas

hatimu, Nak!

h. Dari Anas, diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW.

selalu bergaul dengan kami. Beliau berkata

kepada saudara lelakiku yang kecil, “Wahai Abu

Umair, mengerjakan apa si nugair (nama burung

kecil).”

i. Nabi Muhammad SAW. melakukan shalat, sedangkan

Umamah binti zainab di letakkan di leher beliau.

Di kala beliau sujud, Umamah tersebut di

letakkanya dan bila berdiri di letakkan lagi dil

leher beliau. Umamah adalah anak kecil dari Abu

Ash bin Rabigh bin Abdusysyam .

j. Riwayat yang lebih masyhur menyebutkan,

Rasulullah pernah lama sekali sujud. dalam

shalatnya, maka salah seorang sahabat bertanya,”

Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda lama sekali

sujud, hingga kami mengira ada sesuatu kejadian

atau anda sedang menerima wahyu. Nabi Muhammad

SAW, menjawab, “Tidak ada apa-apa, tetaplah aku

di tunggangi oleh cucuku, maka aku tidak mau

tergesah-gesah sampai dia puas.” Adapun anak

yang di maksud ialah Al-Hasan atau Al-Husain

Radhiyallahu Anhuma.

Page 101: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

94

k. Ketika Nabi Muhammad SAW. melewati rumah

putrinya, yaitu sayyidah fatimah r.a., beliau

mendengar Al-Husain sedang menangis, maka beliau

berkata kepada Fatimah, “Apakah engkau belum

mengerti bahwa menangisnya anak itu

menggangguku.” Lalu beliau memangku Al-Husain di

atas lehernya dan berkata, Ya Allah,

sesungguhnya aku cinta kepadanya, maka cintailah

dia.

Ketika Rasulullah SAW. sedang berada di atas

mimbar, Al-Hasan tergelincir. Lalu beliau turun

dari mimbar dan membawa anak tersebut.

l. Nabi Muhammad SAW. sering bermain-main dngan

Zainab binti Ummu Salamah r.a. beliau

memanggilnya, “Hai Zuwainib, hai Zuwainib

berulang-rulang.”

m. Nabi Muhammad SAW. sering berkunjung ke rumah

para sahabat Anshar dan memberi salam pada anak-

anaknya serta mengusap kepala mereka.

n. Diriwayatkan, pada suatu hari raya Rasulullah

SAW. keluar rumah untuk menunaikan shalat ID. Di

tengah jalan, beliau melihat banyak anak kecil

sedang berman dengan gembira sambil tertawa-

tawa. Mereka mengenakan baju baru, sandal mereka

pun tampak mengkilap. Tiba-tiba pandangan beliau

tertuju pada salah seorang yang sedang duduk

Page 102: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

95

menyendiri dan sedang menangis tersedu-sedu.

Bajunya kompang-kamping dan kakinya tiada

bersandal. Rasulullah SAW, pun mendekatinya ,

lalu di usap-usap anak itu mendekapya ke

dadabeliau seraya bertanya, “mengapa kau

menangis, Nak .” Anak itu hanya menjawab,

“biarkanlah aku sendiri.” Anak itu belum tahu

bahwa orang yang ada di hadapannya itu adalah

Rasulullah SAW. yang terkenal sebagai pengasih.

“Ayahku mati dalam suatu pertempuran bersama

Nabi,” lanjut anak itu.

“Lalu ibuku kawin lagi. Hartaku habis di

makan suami ibuku, lalu aku di usir dari

rumahnya. Sekarang, aku tak mempunyai baju baru

dan makanan yang enak. Aku sedih meihat kawan-

kawanku bermain dengan riangnya itu.”

Baginda Rasulullah SAW. lantas membimbing

anak tersebut seraya menghiburnya, “Sukakah kamu

bila aku menjadi bapakmu, Fatimah menjadi

kakakmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali sebagai

pamanmu, Hasan dan Husain menjadi saudaramu?”

Anak itu segera tahu dengan siapa ia berbicara.

Maka langsung ia berkata, “mengapa aku tak suka,

ya Rasulullah?” kemudian, Rasulullah SAW, pun

membawa anak itu ke rumah beliau, dan di berinya

pakaian yang paling indah, memandikannya, dan

Page 103: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

96

memberinya perhiasan agar ia tampak lebih gagah,

lalu mengajak makan.

Sesudah itu, anak itu pun keluar bermain

dengan kawan-kawannya yang lain, sambil tertawa-

tawa sambil kegirangan. Melihat perubahan pada

anak itu, kawan-kawannya merasa heran lalu

bertanya, “Tadi kamu menagis, mengapa sekarang

bergembira?” jawab anak itu, tadi aku kelaparan,

sekarang sudah kenyang. Tadi aku tak mempunyai

pakaian, sekarang aku mempunyainya, tadi aku tak

punya bapak, sekarang bapakku Rasulullah dan

ibuku Aisyah.” Anak-anak lain bergumam, Wah,

andaikan bapak kita mati dalam perang.” Hari-

hari berikutnya, anak itu tetap di pelihara,

oleh Rasulullah SAW. hingga beliau wafat

3. Keluarga Islami Pencetak Kader Dakwah Bagi Umat

Qonitatillah, dalam dakwatuna menjelaskan

bahwa ada beberapa trik dan strategi untuk

mengajak anak untuk berjalan bersama di jalan

dakwah

a. Komitmen dengan pasangan

Sejak awal, kami memang meniatkan pernikahan

kami adalah sebagai penguat komitmen kami

berjuang di jalan Allah swt. Jika dulunya

ketika masih bujang sudah terbiasa berdakwah,

maka setelah menikah harus lebih produktif lagi

Page 104: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

97

berdakwah. Termasuk di dalamnya adalah

menyiapkan anak-anak sebagai generasi pengganti

kami dalam dakwah dan itu dilaksanakan sedari

kecil. Semakin awal semakin bagus. Jadi kami

saling membantu mempersiapkan segala

sesuatunya. Jika kami pergi bersama-sama, saya

mengisi taklim ibu-ibu dan suami mengisi taklim

para bapak, maka bagi tugas diawali dari rumah.

Saya menyiapkan bekal, suami menyiapkan anak-

anak atau sebaliknya. Di tempat acara, anak-

anak dibagi. Siapa ikut ayahnya dan siapa yang

ikut saya. Jika saya yang mengisi taklim, suami

akan menunggu di luar sambil menemani anak-

anak. Sebaliknya jika suami yang pergi

berdakwah, tidak jarang dia membawa beberapa

anak untuk ikut serta terutama anak lelaki.

b. Mempersiapkan bersama-sama

Selain persiapan yang bentuknya fisik:

kendaraan, bekal makan-minum, baju ganti anak-

anak, termasuk juga bantal atau guling karena

seringnya kami bepergian di malam hari, yang

tak kalah pentingnya adalah mempersiapkan

mental anak-anak. Mereka harus dipahamkan bahwa

profesi kedua orang tuanya adalah dai. Orang-

orang memanggil ayahnya dengan sebutan Ustadz

dan ibunya dengan sebutan Ummi atau Ustadzah.

Page 105: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

98

Kami tunjukkan betapa menyenangkannya menjadi

dai: banyak kawan, sering bepergian, sering

berkunjung dan dikunjungi. Kami juga menanamkan

kecintaan kepada profesi ini, bahwa sebaik-baik

manusia adalah yang paling bermanfaat bagi

manusia lainnya. Dan manfaat terbesar adalah

apabila kita menjadi perantara seseorang

mendapat hidayah Allah SWT.

c. Berdakwah = piknik

Anak-anak bagaimanapun tetaplah anak-anak.

Sesuatu akan sangat berkesan apabila dilakukan

dengan menyenangkan. Mereka sudah hafal kalau

Kamis malam Jumat, Sabtu malam dan Ahad malam

adalah masanya berjalan-jalan. Tidak jarang ada

yang mogok tidak mau ikut atau lebih suka di

rumah menonton film kartun. Maka kami

menyiasatinya dengan menjadikan tur keluar

malam hari menjadi seperti piknik keluarga. Ada

bekal makanan dan minuman yang istimewa. Mereka

pun boleh memilih pakaian sendiri yang khusus

dipakai untuk bepergian. Mereka juga boleh

menyiapkan bekal sendiri seperti buku atau alat

permainan yang disukai. Tidak jarang juga kami

singgah ke rumah makan setelah selesai mengisi

taklim, terutama di tempat yang jauh. Seteguk

Page 106: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

99

minuman dingin atau semangkuk sup panas

pengobat lelah.

d. Mendidik umat = mendidik anak

Dengan mengikutsertakan anak-anak dalam

agenda dakwah kita, secara tidak langsung kita

mendidik mereka pula. Dengan kehadiran mereka,

otomatis mereka mendengar dan menyimak materi

yang kita sampaikan. Anak-anak, terutama yang

agak besar, memperhatikan bagaimana majelis

berlangsung. Mereka mengamati prosesi majelis,

peserta dan pesan yang disampaikan. Teknik ini

sangat berkesan karena anak tidak merasa

digurui tapi diposisikan seperti Mbak-mbak atau

Mas-mas lainnya yang juga hadir dalam majelis

tersebut. Tidak jarang mereka bertingkah

sedikit dengan mengganggu adiknya atau berbuat

ulah. Tujuannya tentu untuk mencari perhatian.

Mereka juga ingin diperhatikan, tidak hanya

orang tuanya yang diperhatikan. Ini bermakna

bahwa mereka mulai mengerti bahwa menjadi dai

adalah menjadi pusat perhatian dan mereka

menginginkannya.

e. Pintar-pintar berstrategi

Menghadapi anak-anak memang harus banyak

akal. Seringkali jika kami berdakwah di hari

kerja, kendalanya adalah bagaimana dengan

Page 107: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

100

sekolah anak-anak. Taklim baru selesai tengah

malam dan kami sampai rumah di awal pagi.

Memang harus pintar-pintar berstrategi. Dalam

keadaan seperti ini, kami akan tawarkan ke

anak-anak, mau ikut kami atau dititipkan ke

rumah kawan. Alhamdulillah, kami banyak

memiliki kawan dan saudara seperjuangan yang

bersama memikul amanah dakwah. Jadi siapapun

yang bertugas untuk berdakwah, anak-anaknya

boleh dititipkan kapan saja. Kadang-kadang

momen bermain ke rumah kawan ini sangat

dirindukan anak-anak. Namun tidak semuanya mau

begitu, terutama yang masih kecil-kecil. Ada

kalanya juga mereka bersikeras ikut karena

menginginkan suasana perjalanan malam atau

berjumpa dengan Mbak dan Mas yang sudah mereka

kenal dengan akrab. Jika demikian keadaannya,

maka kami minta mereka tidur selama perjalanan

dan akan kami bangunkan jika sudah sampai.

Namun kadang efeknya masih terasa hingga ke

pagi mereka berangkat sekolah. Kami

menyemangati mereka untuk tetap pergi dan

memberi sedikit kelonggaran untuk tidur  siang

lebih lama sepulang dari sekolah.

Page 108: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Pernikahan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari

itu Islam menganjurkan untuk nikah, karena nikah

merupakan gharizah insaniyah (naluri kemanusiaan). Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan untuk

menikah dan melarang keras kepada orang yang tidak

mau menikah. Tujuan pernikahan adalah untuk memenuhi

separuh agama, naluri dan menjadi benteng bagi

manusia yang berakhlak luhur. Islam telah menetapkan

syariat tentang pernikahan secara islami dan juga

memberikan gambaran tentang rumah tangga yang

islami. Keluarga islami adalah rumah tangga yang di

dalamnya ditegakkan adab-adab islami, baik yang

menyangkut individu maupun keseluruhan anggota rumah

tangga. Keluarga islami adalah rumah yang di

dalamnya terdapat sakinah, mawadah, dan rahmah (perasaan

tenang, cinta dan kasih sayang). Sebagai figur yang

sangat tepat untuk diteladani dalam membina rumah

tangga islami adalah Rasulullah SAW dan Siti

Khadijah. Tentunya dalam membangun rumah tangga

islami harus berdasarkan atas ajaran islam

sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Diantaranya karakteristik rumah tangga islami ialah;

Page 109: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

69

memelihara aspek tauhid,memperhatikan Ibadah dan

kepatuhannya kepada Allah, menyemai nilai akhlak

Islami: Amanah, muraqabah (merasa dalam pengawasan

Allah), shidiq, Penuh perhatian dan segala urusan

rumah tangga didasarkan atas ajaran islam. Islam

memang sangat lengkap memberikan tuntunan pendidikan

anak. Sejak memilih pasangan, saat anak dalam

kandungan, usia balita, remaja, dan seterusnya.

B. Saran

Membentuk sebuah rumah tangga islami adalah impian

semua orang. Tentunya hanya mengharap keridhoan

Allah SWT semata. Maka dari itu, bagi setiap kita

yang akan menyelenggarakan kehidupan rumah tangga

marilah kita

Page 110: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

69

senantiasa melibatkan Allah SWT dalam segala aspek.

Ambil Allah SWT sebagai tempat meminta, memohon dan

berlindung dari segala macam ilusi dunia ini.

Page 111: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

70

DAFTAR PUSTAKA

Baitulmuslim. (2012). Tips Membina Keluarga Muslim.

[Online]. Tersedia:

https://baitulmuslim.com/content/tips-membina-

keluarga-muslim html (17 September 2014)

Dakwatuna, Tim. (2008). Kewajiban membentuk Rumah

Tangga Islam.

http://www.dakwatuna.com/2008/06/16/736/kewajiban-

membentuk-rumah-tangga-islam/#ixzz3DYHwbEFF (17

September 2014)

Fazreen, F. (2010). Baitul Muslim. [Online]. Tersedia:

http://www.mywedding.com/baitulmuslimfirdausfazreen/

custom4.html html (17 September 2014)

https://id-id.facebook.com/notes/insomania-mau-cepat-

cari-teman-add-pluss/14-cara-nabi-muhammad-saw-

mendidik-anak/206086786090107

Husnaini. (2013). Parenting Barat dan Parenting Islam.

[Online]. Tersedia:

http://www.dakwatuna.com/2013/02/22/28212/parenting-

barat-dan-parenting-islam/#ixzz0bLRCCGpd (27

November 2014)

Ilahi, F. (2006). Mendakwahi Anak (Dasar dan

Tahapannya). Jatinegara : Darus sunnah Pres

Page 112: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

71

Insomnia. (2012). 14 Cara Nabi Muhammad Mendidik Anak.

[Online]. Tersedia:

https://id-id.facebook.com/notes/insomania-mau-

cepat-cari-teman-add-pluss/14-cara-nabi-muhammad-

saw-mendidik-anak/206086786090107 ( 27 November

2014)

Kunaepi , A. (2014). Manajemen Keluarga Islami. [Online].

Tersedia:

http://alislamiyah.uii.ac.id/2014/06/17/manajemen-

keluarga-islami/

Manhaj. (2014). Karakteristik Baitul Muslim Keluarga Islami.

[Online]. Tersedia:

http://www.dakwatuna.com/2014/09/14/56900/karakteris

tik-baitul-muslim-keluarga-islami/#ixzz3DXzm9Khz (17

September 2014)

Pasya, H.S. (2010). Ibu, Bimbing Aku Menjadi Anak Sholeh.

Bandung: Pustaka Rahmat

Qonitatillah. (2012). Anak-anak dan Dakwah. [Online].

Tersedia:

http://www.dakwatuna.com/2012/12/07/24988/anak-anak-

dan dakwah/#ixzz0bLMNK46F (27 November 2014)

Ri’ayah Ma’nawiyah. Rumah Tangga Sebagai Cermin Kepribadian

Kader. [Online]. Tersedia: kaderisasi@pk-

sejahtera.org (25 November 2014)

Page 113: BAITUL MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

72

Suaramedia. (2011). Ajang Cari Jodoh Dalam Pandangan Islam.

[Online]. Tersedia:

http://www.suaramedia.com/kumpulan-artikel/2011/04/0

4/ajang-cari-jodoh-dalam-pandangan-islam (27

November 2014)

Takariawan, C. (2013). Di Jalan Dakwah Aku Menikah. Solo:

Intermedia