Pengolahan dan Penanganan Limbah Laboratorium Jumat, 10 Juni 2011 Melihat belum optimalnya pelayanan kesehatan di masyarakat dan untuk menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, pendirian rumah sakit baik oleh pemerintah maupun swasta khususnya di daerah perkotaan semakin meningkat. Dampak negatif pendirian rumah sakit-rumah sakit tersebut salah satunya adalah pencemaran lingkungan akibat limbah yang tidak ditangani secara serius. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk, disentri, demam typhoid dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam. Limbah klinis lebih bersifat infeksius daripada limbah non klinis Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah dan swasta telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan terutama dilingkungan masyarakat rumah sakit. A. Limbah Limbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Pengolahan dan Penanganan Limbah LaboratoriumJumat, 10 Juni 2011
Melihat belum optimalnya pelayanan kesehatan di masyarakat dan untuk menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, pendirian rumah sakit baik oleh pemerintah maupun swasta khususnya di daerah perkotaan semakin meningkat. Dampak negatif pendirian rumah sakit-rumah sakit tersebut salah satunya adalah pencemaran lingkungan akibat limbah yang tidak ditangani secara serius. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk, disentri, demam typhoid dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam. Limbah klinis lebih bersifat infeksius daripada limbah non klinis
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.
Sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah dan swasta telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan terutama dilingkungan masyarakat rumah sakit.
A. LimbahLimbah (waste) adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak
digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sedangkan FKM-UI mendefinisikan limbah/sampah ialah benda bahan padat yang terjadi karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dengan cara saniter kecuali buangan dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 1986).
B. Limbah Rumah SakitMenurut Arifin (2008), limbah rumah sakit adalah semua sampah
dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Menurut Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, limbah rumah sakit yaitu semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun dan radoiaktivitas. Menurut Depkes RI (1997)
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis non infeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis.Yang termasuk limbah medis adalah limbah infeksius, limbah radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah laboratorium.Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman. Limbah jenis itu seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke septic tank. Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah.Kenyataannya, banyak tangki pembuangan sebagai tempat pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat. Hal itu akan menyebabkan pencemaran, khususnya pada air tanah yang banyak dipergunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit.
C. Jenis-jenis limbahJenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :
1. Limbah KlinikLimbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di unit-unit
resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan produk darah.
2. Limbah PatologiLimbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari
unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
3. Limbah Bukan KlinikLimbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak
berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan membuangnya.
4. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit, pembuangan secara aman perlu diatur dengan baik. Pemberian kode warna yang berbeda untuk masing-masing sangat membantu pengelolaan limbah tersebut.
Tempat limbah diseluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-pisahkan ditempat sumbernya.
1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik
2. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap sebagai limbah bukan klinik3. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan perlu
dinyatakan aman sebelum dibuang.
D. Pengelolaan limbahPengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang diutamakan adalah
sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment).
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :
1. Pemisahan Limbaha. Limbah harus dipisahkan dari sumbernyab. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelasc. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang menunjukkan kemana
kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.
2. Penyimpanan LimbahDibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat
digunkanan kantung kertas yang tahan bocor(dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.
3. Penanganan Limbaha. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian diikiat
bagian atasnya dan diberik label yang jelas.b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga jika dibawa mengayun menjauhi
badan limbah tidak tercecer keluar dan diletakkan ditempat tertentu untuk dikumpulkan.c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang sama telah
dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai.d. Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak
sebelum diangkut ketempat pembuangan.
4. Pengangkutan LimbahKantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah
bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama dengan dinas pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika perlu(misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan LimbahSetelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat
penimbunan sampah (Land-fill site), semua limbah infeksi harus diolah dengan cara desinfeksi, dekontaminasi, sterilisasi, dan insinerasi. Jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam
teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga
sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari
sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari
bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata.
Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi
memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat
dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan
yang relatif kecil.
Metode insinerasi digunakan untuk membuang limbah laboratorium ( cair atau
padat ), sebelum atau sesudah di autoklav dengan membakar limbah tersebut dalam alat
insenerasi (insenerator). insenerasi bahan infeksi dapat digunakan sebagai pengganti
autoklav hanya jika alat insenerasi berada dibawah pengawasan laboratorium dan
dilengkapi dengan alat pengontrol suhu dan ruangan bakar sekunder. alat insenerasi
dengan ruang bakar tunggal tidak memuaskan untuk menangani bahan infeksi, mayat
hewan percobaan, dan plastic. Bahan tersebut tidak dirusak dengan sempurna, sehingga
asap yang keluar dari cerobongnya mencemari atmosfer dengan mikroorganisme dan zat
kimia toksik. ada beberapa model ruang bakar yang baik tetapi yang ideal adalah yang
memungkinkan suhu pada ruang bakar yang pertama paling sedikit 800° C dan pada ruang
bakar kedua 1000°C. waktu retensi gas pada ruang bakar kedua sebaiknya paling edikit
0,5 detik. bahan untuk insenerasi, bahkan bila harus diautoklav dulu, harus dikemas dalam
kantong plastic. petugas pelaksana insenerasi harus menerima instruksi yang benar
tentang jenis bahan dan pengendalian suhu.
Rumah sakit yang besar mungkin mampu memberli inserator sendiri, insinerator
berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 ºC. Suatu rumah
sakit dapat pula mempertoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah
rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain. Insinerator modern yang baik tentu
saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik
maupun limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak
terpakai lagi.
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :
a. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meterb. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi 75 cmc. Tambahkan lapisan kapurd. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5
meter dibawah permukaan tanahe. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah
(Setyo Sarwanto, 2003).
Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi (nonbiodegradable), misalnya kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun dengan kapur ini dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam.
Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara memadai dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami inokulasi atau kontaminasi badan. Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung yang memadai, imunisasi terhadap hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan dibagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995).
E. Pengaruh Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk mendapat gangguan karena buangan rumah sakit:
1. Pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan.
2. Karyawan rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit,
3. pengunjung/pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar
4. Masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Dampak buangan air limbah rumah sakit yang tidak memenuhi aturan mengakibatkan mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut
F. Dampak Positif Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Pengaruh baik dari pengelolaan limbah rumah sakit akan memberikan dampak postif terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan dan rumah sakit itu sendiri, seperti:
1. Meningkatkan pemeliharaan kondisi yang bersih dan rapi, juga meningkatkan pengawasan pemantauan dan peningkatan mutu rumah sakit sekaligus akan dapat mencegah penyebaran penyakit (infeksi nosokomial).
2. Keadaan lingkungan yang saniter serta esetetika yang baik akan menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, petugas dan pengunjung rumah sakit tersebut
3. Keadaan lingkungan yang bersih juga mencerminkan keberadaan sosial budaya masyarakat disekitar rumah sakit
4. Dengan adanya pengelolaan limbah yang baik maka akan berkurang juga tempat berkembang biaknya serangga dan tikus sehingga populasi kepadatan vektor sebagai mata rantai penularan penyakit dapat dikurangi.
G. Dampak Negatif Pengelolaan Limbah Rumah SakitDampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya
yang tidak baik atau tidak saniter dapat berupa :
1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal dilingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.
2. Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja
3. Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan mengkontaminasi peralatan medis ataupun peralatan yang ada.
4. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar.
5. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi transmisi pernyakit terutama kholera, disentri, thypus abdominalis (Kusnoputranto, 1986).
Air limbah yang mempunyai sifat fisik, kimiawi, dan bakteriologi yang dapat menjadi sumber pengotoran dan menimbulkan bau yang tidak enak
serta pemandangan yang tidak menyenangkan, bila tidak dikelola dengan baik.
Sebelum terinci lebih jauh mengenai bagaimana cara menangani limbah laboratorium, ada baiknya mengingat kembali apakah definisi limbah. Definisi limbah adalah produk buangan yang telah dipakai. Sedang produk limbah laboratorium secara umum adalah limbah bahan kimia. Definisi limbah bahan kimia sendiri adalah buangan bahan kimia yang telah dipakai, campuran bahan kimia atau bahan kimia yang belum dipakai namun sudah rusak.
Sedang teori hukum alam yaitu suatu zat tidak ada yang lenyap (nothing vanishes) artinya bahan kimia apapun apabila dibuang tidak akan lenyap dari lingkungan kita. Ada kemungkinan mengubah material dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Akan tetapi material asli dan material yang telah diubah tetap berada di lingkungan kita. Itulah problematika besar bagi kita. Dengan demikian apabila kita menerapkan
manajemen limbah yang baik akan mengurangi efek buruk dari material terhadap lingkungan di masa mendatang.
Laboratorium merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar.Sumber limbah tersebut antara lain dari :� Bahan baku kadaluarsa� Bahan habis pakai (misal eluan dan medium biakan yang tidak terpakai)� Produk proses di laboratorium (misal sisa spesimen)Berkaitan dengan pembuangan limbah ini, bukan hanya ketentuan hukum saja yang mengatur dan menjerat, akan tetapi termasuk juga pengertian tanggung jawab pribadi terhadap lingkungan. Sehingga sudah semestinyalah harus ditekankan untuk mengumpulkan dan secara profesional membuang residu bahan kimia.
Potensi Polutan Air (WGK)Perusahaan besar seperti Merck mencantumkan potensi polutan air terhadap berbagai kelas dengan Wassergefaehrdungsklassen (WGK) berdasarkan bahaya polusi yang ditimbulkan.Kriteria penilaiannya berdasarkan NWG (nicht wassergefaehrdend) yaitu :0 = tidak berbahaya untuk air1 = senyawa penyebab polusi ringan2 = senyawa penyebab polusi3 = senyawa penyebab polusi berat
Definisi Limbah Bahan Kimia Berbahaya adalah Limbah yang mempunyai efek toksik dan berbahaya terhadap manusia.Adapun klasifikasi pengumpulan limbah labotorium antara lain :
Kelas JenisA Pelarut organik bebas halogen dan senyawa
organik dalamlarutan
B Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organikdalam larutan
C Residu padatan bahan kimia laboratorium organikD Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian
kandungankemasan pada pH 6 -8
E Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan larutannya
F Senyawa beracun mudah terbakarG Residu air raksa dan garam anorganik raksa
H Residu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah
I Padatan anorganikJ Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik
Untuk pelarut organik bebas halogen - kelas A antara lain :
Pelarut Organik mengandung Halogen – Kelas B :• CFC (chlorinated fluorinated hydrocarbons)• CHC (chlorinated hydrocarbons)• HHC (halogenated hydrocarbons)
Cara Pengumpulan Limbah LaboratoriumPembuangan Limbah
Limbah laboratorium dikumpulkan dan dibuang dalam wadah terpisah menurut tipe bahan kimia yang berkaitan
Wadah diberi label (A-J) Dengan label A-J dipastikan bahan kimia yang terkumpul dalam satu kategori tidak
bereaksi satu sama lain Pengecekan untuk kandungan asam dan basa Sebelum dikumpulkan, lakukan penetralan. Sediakan larutan penetral.
Wadah Cairan Pelarut Organik� Dapat tahan terhadap bahan kimia yang disimpan� Tidak mudah pecah/rusak� Anti-bocor dan rapat gas� Memiliki sertifikat UN untuk pengangkutan limbah internasional� Wadah harus ditempatkan di ruang berventilasi baik� Wadah harus disimpan tertutup rapat untuk mencegah penguapan uap berbahaya� Pilih wadah yang tepat (mengeliminir kebocoran)
Kemasan untuk limbah asam dan basa:Kemasan kombinasi, 10 l dengan inliner
1. Corong untuk kemasan baja nirkarat2. Corong untuk kemasan Kombinasi3. Corong untuk kemasan PE
1 2 3
Sedang untuk pelarut organik yang secara umum bersifat mudah terbakar, perlakuan wadah/penampungnya :• Hindari sumber nyala (api terbuka, loncatan listrik, elektris statis, permukaan panas)• Grounding (“Bumikan”) wadah penampungan
Persyaratan Wadah
Harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas dari korosi dan kebocoran.
Bentuk, ukuran dan bahan wadah harus sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang
hendak dikemas.
Terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC), atau bahan logam (teflon, baja,
karbon, SS304, SS316 atau SS440) dan tidak bereaksi bereaksi denganlimbah B3
yang disimpannya.
Prinsip Pengemasan Limbah B3 :
1. Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda.
2. Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan terjadinya
pengembangan volume, pembentukan gas atau kenaikan tekanan selama
penyimpanan.
3. Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau bocor) dengan
kemasan lain.
4. Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai
bagian pengelolaan limbah.
Senyawa Inkompatibel (tidak boleh dicampur)
Senyawa Tidak boleh dicampur dengan
Eksplosif ataumenghasilkan
panas, gas atau
substansi yang
mudah menyala
Menghasilkan gas toksik, atau tidak stabil atau substansi berbahaya
Asam asetat Alkohol, asam kromat, etilen glikol,asam nitrat,asam perklorat, peroksida, permanganat
x
Asetat anhidrat Asam kromat, etilen glikol, asam nitrat, asam perklorat, peroksida, permanganat.alkohol, air : senyawa yang mengandung hidroksil
x
Aseton Campuran asam nitrat / asam sulfat pekat
x
Asetilen halogen, tembaga dan alloy nya, silver dan mercury, garam logam berat
x
Logam alkali Air, asam, alkohol, halogen, asam halida,oksigen udara,garam, hidrokarbon terhalogenasi, seluruh oksidator, karbondioksida
x
Alkil aluminium Air, udara,alkohol x
Aluminium klorida
Air, alkohol, hidrida x
BubukAluminium
Semua agen oksidator, asam, alkali,hidrokarbon halogenasi, peroksida
x
Amoniak danalkil amina yanglebih rendah
halogen, bubuk logam, asam,merkuri (dari termometer), kalsiumhipoklorit, asam fluorida
x
Ammonium nitrat
Asam, bubuk logam, cairan mudahmenyala, klorat, nitrat, sulfur,senyawa organik bercabang ataumaterial mudah menyala
x
Senyawa arsenik
Senyawa pereduksi x
Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari materi diatas seperti :• Manajemen limbah yang baik mengurangi efek buruk dari material terhadap lingkungan• Jangan buang limbah langsung ke lingkungan atau ke saluran air (meledak!)• Limbah juga memberikan potensi polusi terhadap air
• Kelompokan limbah laboratorium berdasarkan klasifikasinya• Wadah juga harus dipilih yang sesuai dengan limbah yang ditampung• Perhatikan sifat inkompetibelitas tiap zat kimia yang dibuang yang bisa memunculkan reaksi eksotermis hingga ledakan.
Pengumpulan Limbah LaboratoriumLimbah laboratorium harus dikumpulkan dalam wadah yang terpisah sesuai dengan jenis bahan kimianya
untuk dibuang. Kaleng wadah sebagai contoh, diberi label sesuai dengan daftar yang dijelaskan dibawah
ini dan diberi label dengan huruf A-K. Dalam menjalankannya, harus dipastikan bahwa bahan kimia yang
dikumpulkan dalam satu kategori tidak bereaksi satu sama lain. Minimal periksa kandungan asam dan
basanya. Banyak pembuangan dari suatu perusahaan yang mensyaratkan larutan dalam keadaan netral.
A Pelarut organik bebas halogen dan bahan organik dalam larutan.
B Pelarut organik yang mengandung halogen dan bahan organik dalam larutan. Peringatan: Jangan gunakan wadah aluminium!
C Residu padat bahan kimia organik laboratorium.
D Garam dalam larutan; isi dalam wadah harus diatur pada pH 6-8.
E Residu bahan anorganik yang beracun dan garam-garam logam berat serta larutannya.
F Senyawa beracun yang mudah terbakar.
G Residu merkuri dan garam merkuri anorganik.
H Residu garam logam, masing-masing logam harus dikumpulkan secara terpisah.
I Padatan anorganik.
K Pisahkan kumpulan kaca, logam, dan limbah plastik.
Kumpulan wadah harus diberi label dan simbol bahaya dan frase keselamatan dengan jelas. Mohon catat
bahwa double labelling mungkin diperlukan, misalnya jika cairan mudah terbakar dalam bentuk larutan
aqueous dikumpulkan dalam kategori D, jika larutan organik yang bereaksi secara kaustik, mengandung
basa dan asam atau beracun dikumpulkan dalam kategori selain dari E dan F.
Label khusus dan simbol status bahaya terdapat di dalam nomor katalog "Peralatan laboratorium,
penguatan kapasitas kelembagaan daerah dalam pengelolaan B3
dan limbah B3; aliansi strategi dengan stakeholders tingkat lokal,
nasional, regional, maupun internasional.
Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah
dengan teknologi yang tersedia harus berakhir pada pembuangan
(disposal). Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan
untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug) dan disposal well (sumur
pembuangan). Di Indonesia, peraturan secara rinci mengenai
pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan (BAPEDAL) melalui
Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga
jenis yaitu: (1) secured landfill double liner, (2) secured landfill
single liner, dan (3) landfill clay liner dan masing-masing memiliki
ketentuan khusus sesuai dengan limbah B3 yang ditimbun.
Dimulai dari bawah, bagian dasar secured landfill terdiri atas tanah
setempat, lapisan dasar, sistem deteksi kebocoran, lapisan tanah
penghalang, sistem pengumpulan dan pemindahan lindi (leachate),
dan lapisan pelindung. Untuk kasus tertentu, di atas dan/atau di
bawah sistem pengumpulan dan pemindahan lindi harus dilapisi
geomembran. Sedangkan bagian penutup terdiri dari tanah
penutup, tanah tudung penghalang, tudung geomembran, pelapis
tudung drainase, dan pelapis tanah untuk tumbuhan dan vegetasi
penutup. Secured landfill harus dilapisi sistem pemantauan kualitas
air tanah dan air pemukiman di sekitar lokasi agar mengetahui
apakah secured landfill bocor atau tidak. Selain itu, lokasi secured
landfill tidak boleh dimanfaatkan agar tidak beresiko bagi manusia
dan habitat di sekitarnya.
Deep Injection Well. Pembuangan limbah B3 melalui metode ini
masih mejadi kontroversi dan masih diperlukan pengkajian yang
komprehensif terhadap efek yang mungkin ditimbulkan. Data
menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat
paling banyak dilakukan pada tahun 1965-1974 dan hampir tidak
ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980.
Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di
Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3
cair (liquid hazardous wastes). Pembuangan limbah ke sumur
dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam
formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang
memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi
tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan
gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan
tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi
wilayah setempat.
Limbah B3 diinjeksikan sedalam suatu formasi berpori yang berada
jauh di bawah lapisan yang mengandung air tanah. Di antara
lapisan tersebut harus terdapat
lapisanimpermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal
sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur
ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah.
Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi
karena beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan
kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah. Hal tersebut
dapat dihindari dengan tidak memasukkan limbah yang dapat
mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat
membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat
aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih
rendah daripada cairan alami dalam formasi geologi.
Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai
pembuangan limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well).
Ketentuan yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika
Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:
1. Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh
bermigrasi secara vertikal keluar dari zona injeksi atau secara
lateral ke titik temu dengan sumber air tanah.
2. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti
disebutkan di atas, limbah telah mengalami perubahan higga
tidak lagi bersifat berbahaya dan beracun.
3. Pengolahan Awal (Pretreatment); Tahap pengolahan ini
melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini
ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil
separation.Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah tersebut dapat dibagi menjadi 5 (lima) tahap:
1. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment); Pada dasarnya,
pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama
dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses
yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap
pertama ialah neutralization, chemical addition and
coagulation,flotation, sedimentation, dan filtration.
1. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment); Pengolahan
tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut
dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik
biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada
pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic
masyarakat merupakan upaya ideal dlam mewujudkan kesadaran
masyarakat untuk berperilaku sehat. Kepercayaan masyarakat
terhadap petugas–pertugas kesehatan dilingkungan adalah
merupakan nilai tambah tersendiri. Masyarakat akan lebih mudah
menerima masukan–masukan yag diberikan.
Gambaran umum menunjukan bahwa lingkungan yang bermasalah
bagi kesehatan didominasi oleh penduduk berpenghasilan rendah
dengan tingkat pengetahuan yang rendah. Adanya asumsi bahwa
timbulnya penyakit karena kutukan adalah tidak relevan sama
sekali. Masyarakat harus diberitahu bahwa terjadinya penyakit
adalah karena adanya interaksi antara 3 faktor, yaitu enviroment,
host dan agent. Penyuluhan–peyuluhan dapat diberikan pada saat
kegiatan–kegiatan masyarakat berlangsung.
Penyuluhan yang cukup efektif dapat dilakukan terhadap ibu rumah
tangga, karena kondisi kesehatan keluarga erat hubungannya
dengan tingkat pengetahuan ibu. Pembinaan terhadap ibu–ibu
dapat dilakukan posyandu. Ibu rumah tangga dapat dianjurkan
untuk memulai perilaku sehat secara secara dini terhadap
balitanya.
Kepada masayrakat yang tinggal di Daerah Aliran Sungai, perlu
dilakukan penyuluhan tentang penyehatan air agar layak konsumsi,
dan diajak untuk mengenal perubahan–perubahan yang terjadi
disungai, seperti perubahan warna air, banyaknya ikan yang mati
atau gangguan lain, dimana berarti sumber air yang mereka pakai
telah kemasukan benda asing yang berbahaya bagi kehidupan
mereka.
1. 2. Memberi Contoh Lingkungan Sehat bagi masyarakat
Kebanyakan masyarakat tidak akan menerima langsung isi
penyuluhan–penyuluhan tentang kesehatan. Masyarakat lebih
tertarik dengan hal–hal yang peraktis dan kurang sukar
memikirkan secara mendalam apa yang harus dilakukan terhadap
lingkungannya agar mereka terhindar dari penyakit. Sebaiknya
masyarakat langsung ditunjukan contoh–contoh lingkungan sehat
yang akan dijadikan panutan agar lebih efektif dan membantu.
Contoh lingkungan sehat bagi masyarakat yang cocok adalah suatu
rumah sederhana dengan perkarangan yang bersih, mempunyai
jamban yang cukup syarat kesehatan, air yang cuup tersedia, dan
tempat pembuangan air limbah serta sampah tersedia baik. Dari
adanya contoh–contoh seperti ini, masyarakat akan mengerti
bahwa dengan kesederhanaan yang mereka miliki, mereka dapat
juga menikmati lingkungan yang sehat dan terhindar dari penyakit–
penyakit yang timbul karena keadaan lingkungan sekitar mereka.
Poster–poster sederhana juga dapat membantu masyarakat
mengenal dan menerapkan sanitasi lingkungan. Sarana–sarana
desa seperti balai desa dan pusat pelayanan kesehtan tersebut
sering dikunjungi masyarakat.
3. Menunjang Kesehatan Mayarakat Dalam Bidang Sanitasi
Lingkungan
Konsep dan teknis sanitasi yang cocok bagi suatu wilayah,
kadangkala dapat timbul dari masyarakat sendiri. Hal ini
merupakan sumbangan besar bagi terlaksananya usaha sanitasi
lingkungan. Sanitasi lingkungan yang dilakukan masyarakat
kadang-kadang hanya tidak sengaja. Segai contoh, pemanfaatan
sampah rumahtangga oleh masyarakat tani untuk dijadikan
kompos. Tujuan utama mereka adalah untuk menambah bahan
organik pada tanaman yang diusahakan. Secara tidak sadar
sebenarnya mereka telah ikut meniadakan vektor–vektor penyakit
yang hidup di sampah–sampah.
Kegiatan–kegiatan sanitasi seperti ini merupakan suatu potensi.
Adanya dukungan dari pihak–pihak yang berkompeten akan
menumbuhkan peran serta masyarakat. Masyarakat diberitahu
bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah satu cara
melepaskan mereka dari gangguan vektor penyakit.
1. 4. Pemberian Pengahargaan Bagi Lingkungan Sehat
Keinginan untuk dihargai adalah mutlak dalam diri manusia.
Penghargaan dapat dinyatakan melalui dukungan terhadap apa
yang telah dilakukan, pemberian tambahan sarana–sarana dan
hadiah jika memungkinkan. Adanya penghargaan akan lebih
memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap
keadaan lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.
1. H. Tujuan yang akan Dicapai
2. Terbentuknya Budaya Hidup Bersih bagi masyarakat yang ada di
lingkungan sekitar;
3. Terciptanya pola hidup bersih secara individu dengan kehidupan
nyata di masing–masing rumah tangga;
4. Terciptanya kepedulian sosial terhadap lingkungan masyarakat
sekitarnya;
5. Terciptanya kesadaran masyarakat akan bahaya yang akan
ditimbulkan dari pembuangan limbah atau sampah secara
sembarangan;
Memupuk kebiasaan masyarakat agar tidak membuang sampah
sembarangan
ORGANISASI LABORATORIUM
1. Pengelolaan LaboratoriumLaboratorium sering diartikan sebagai suatu ruangan atau tempat untuk melakukan percobaan atau penelitian. Ruang dimaksud dapat berupa gedung yang dibatasi oleh dinding atau alam terbuka misalnya kebun botani.
A. Desain LaboratoriumPada umumnya bentuk, ukuran, tata ruang suatu laboratorium didesain sedemikian rupa sehingga pemakai laboratorium mudah melakukan aktifitasnya.Disamping bentuknya, ukuran laboratorium perlu mendapat perhatian karena fungsi laboratorium di sekolah-sekolah tidak hanya digunakan untuk percobaan yang bersifat individual. Jumlah siswa yang melebihi kapasitas ruangan laboratorium dalam satu kali percobaan akan mengganggu kenyamanan dan jalannya percobaan atau aktifitas lainnya. Sebuah laboratorium yang ukuran lantai seluas 100 m² dapat digunakan oleh sekitar 40 orang siswa, dengan rasio setiap siswa menggunakan tempat seluas 2,5 m² dari keseluruhan luas laboratorium. Laboratorium untuk keperluan pratikum mahasiswa membutuhkan ukuran lebih luas lagi, misalnya 3 – 4 m² untuk setiap mahasiswa.
Jenis LaboratoriumJenis laboratorium biasanya disesuaikan dengan mata pelajaran yang membutuhkan laboratorium tersebut. Kadang- kadang atas dasar efisiensi, suatu ruangan laboratorium difungsikan sekaligus sebagai ruangan kelas untuk proses belajar IPA. Laboratorium jenis ini dikenal sebagai Sciense classroom-laboratory. Kelebihan jenis laboratorium ini bersifat multi guna.
Tata Letak LaboratoriumPemakai laboratorium hendaknya memahami tata letak atau layout bangunan laboratorium. Bangunan laboratorium tidak sama dengan bangunan kelas. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membangun laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain lokasi bangunan laboratorium dan ukuran-ukuran ruang.
Persyaratan lokasi pembangunan laboratorium antara lain:1. Tidak terletak pada arah mata angin yang menuju bangunan lain atau pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penyebaran gas-gas berbahaya.2. Bangunan laboratorium jangan terlalu dekat dengan banguna lainnya.3. Lokasi laboratorium harus mudah dijangkau untuk pengontrol dan memudahkan tindakan lainnya misalnya apabila terjadi kebakaran, mobil kebakaran harus dapat menjangkau bangunan laboratorium.
Selain persyaratan lokasi, perlu diperhatikan pula tata letak ruangan. Ruangan laboratorium untuk pembelajaran sain umumnya terdiri atas ruang utama dan ruang-ruang pelengkap. Ruang utama adalah ruangan tempat para siswa atau mahasiswa melakukan pratikum. Ruang pelengkap umumnya terdiri atas ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipakai pratikum atau percobaan baik untuk siswa maupun untuk guru. Ruang penyimpanan atau gudang terutama digunakan untuk menyimpan bahan-bahan persediaan (termasuk bahan kimia) dan alat-alat yang penggunaannya jarang. Selain ruang-ruangan tersebut, mungkin juga sebual laboratorium memiliki ruang gelap (dark room), ruangan specimen, ruangan khusus untk penyimpana bahan-bahan kimia dan ruang adminitrasi/staf.Ukuran ruang utama lebih besar dari pada ukuran ruang persiapan dan ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan harus dapat ditempati lemari yang akan digunakan untuk penyimpanan alat-alat atau bahan. Demikian juga ruang persiapan, harus dapat ditempati meja dan alat-alat untuk keperluan penyiapan bahan-bahan atau alat-alat.
B. Peranan Laboratorium dalam Pembelajaran
Laboratorium memiliki peranan sebagai tempat dilakukannya percobaan atau penelitian. Di dalam
pembelajaran sains, laboratorium berperan sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan kelas.
Fungsi lain dari laboratoium adalah sebagai tempat display atau pameran.
C. Fasilitas Laboratorium
Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakai
laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan
oleh semua pemakai laboratorium, contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sink), aliran listik, gas.
Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen,
kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan, dan ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K,
pemadam kebakaran, dll.
D. Personal
Agar kesinambungan daya guna laboratorium dapat dipertahankan, laboratorium dapat di kelola secara
baik. Salah satu bagian dari pengelola laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium. Staf atau
personal laboratorium mempunyai tanggung jawab terhadap efektifas dan efisiensi laboratorium termasuk
fasilitas, alat-alat dan bahan-bahan pratikum.
Selain pengelola laboratorium biasanya terdapat pula seorang teknisi laboratorium. Tugas teknisi
laboratorium membantu penyiapan alat-alat/bahan-bahan pratikum, pengecekan secara periodik,
pemeliharaan dan penyimpanan alat dan bahan. Agar kinerja pengelola laboratorium berjalan baik, perlu
disusun struktur organisasi laboratorium.
Tugas penanggung jawab laboratorium selain mengkoordinir berbagai aspek laboratorium, juga mengatur
penjadualan penggunaan laboratorium. Penjadualan ini dikoordinasikan dengan bagian kurikulum dan
mempertimbangkan usulan-usulan guru.
Pada laboratorium dengan peralatan laboratorium yang rumit atau kompleks, biasanya perlu diangkat
seorang operator alat. Operator alat bertanggung jawab terhadap alat yang dioperasikannya, oleh kerena
itu operasi harus selalu siap jika sewaktu-waktu alat tersebut digunakan.
E. Anggaran
Kelancaran kegiatan laboratorium dan kesinambungan fungsionalisasi laboratorium sangat tergantung
kepada anggaran yang memadai. Pengertian anggaran disini adalah suatu proses yang meliputi
perencanaan sistematik untuk suatu kegiatan yang menghemat uang.