Page 1
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
1. PENGANTAR AST
1.1. Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik (Electric Power System) meliputi 3 komponen, yaitu :
1. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik
Pembangkitan, yaitu produksi tenaga listrik, dilakukan dalam pusat tenaga listrik
atau sentral, dengan menggunakan penggerak mula dan generator.
2. Sistem Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi, atau penyaluran adalah memindahkan tenaga listrik dari pusat tenaga
listrik dengan nilai tegangan transmisi ke Gardu Induk, yang terletak berdekatan
dengan pusat pemakaian berupa kota atau industri besar. Saluran transmisi
merupakan mata rantai penghubung antara stasiun pembangkit dan sistem
distribusi dan menghubungkan dengan sistem-sistem daya lain melalui
interkoneksi.
3. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Suatu sistem distribusi menghubungkan semua beban pada daerah tertentu kepada
saluran transmisi. Dari Gardu Induk tenaga listrik didistribusikan ke Gardu
Distribusi dan ke pemakai atau konsumen.
Gambar 1.1 dibawah ini memperlihatkan secara skematis urutan dan fungsi-fungsi
pembangkitan, transmisi dan distribusi suatu sistem penyediaan tenaga listrik.
Gambar 1.1
Skema prinsip penyediaan tenaga listrik
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 1
Arah Energi
DistribusiTransmisiPembangkit
Page 2
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
2. ANALISA ALIRAN DAYA
2.1. Manfaat Studi Aliran Daya
Dalam menentukan operasi terbaik pada sistem-sistem tenaga listrik dan dalam
merencanakan perluasan sistem-sistem tenaga listrik, analisa mengenai studi aliran
beban memegang peranan penting.
Beberapa tujuan dari studi aliran beban ini adalah :
1. Untuk mengetahui komponen jaringan sistem tenaga listrik pada umumnya.
2. Mengetahui besarnya tegangan pada setiap bus (rel) dari suatu sistem tenaga
listrik.
3. Menghitung aliran-aliran daya, baik daya nyata maupun daya reaktif yang
mengalir dalam setiap saluran, dan memeriksa apakah semua peralatan yang ada
dalam sistem cukup besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
4. Efek penataan kembali rangkaian-rangkaian dan penggabungan sirkit-sirkit baru
pada pembebanan sistem.
5. Kondisi-kondisi berjalan dan distribusi beban sistem yang optimum.
6. Kerugian-kerugian sistem yang optimum.
7. Rating tranformator dan tap range tranformator yang optimum.
8. Perbaikan dan pergantian ukuran konduktor dan tegangan sistem.
2.2. Input dan Output dari studi Aliran Daya
Data input membutuhkan perhitungan aliran daya dan data output yang diperoleh dari
perhitungan aliran daya adalah sebagai berikut :
Input
Kondisi Sistem
Tenaga
Konfigurasi sistem (data koneksi)
Nilai impedansi yang tergantung pada tipe dan panjang
saluran transmisi
Impedansi Trafo
Kondisi
Operasi
Kondisi Supply (level output generator, tegangan
terminal)
Kondisi permintaan (daya aktif dan reaktif beban)
Fasilitas daya reaktif
Nilai tap trafo
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 2
Page 3
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Output
Aliran Daya Saluran transmisi dan peralatan seri lainnya
Tegangan Sudut dan phasa tegangan tiap-tiap bus
Rugi-rugi
transmisiBagian efektif dan bagain tidak efektif
Tabel – 1.1. Analisa Data
Sebagai tambahan dari data input dan data output seperti yang disebutkan diatas ada
beberapa point lain yang harus diperhatikan dalam perhitungan aliran daya, seperti nilai
kapasitas panas dari tiap-tiap peralatan seri dan setiap saluran transmisi dan interval
fluktuasi teganagan tiap-tiap bus yang diizinkan (meskipun tidak selamanya diinput
secara langsung). Beberapa hal dapat dipelajari dari perhitungan aliran daya.
2.3. Perhitungan Aliran Daya
Studi aliran daya dalam menunjang keberhasilan operasi yang optimal amat penting,
karena disamping dapat digunakan dalam perumusan dan solusi masalah yang akan dibahas
juga bertujuan untuk menentukan besarnya arus, daya dan faktor daya serta daya reaktif di
berbagai titik pada sistem daya yang dalam keadaan berlangsung atau diharapkan untuk
operasi normal.
Oleh sebab itu studi aliran daya sangat diperlukan dalam perencanaan serta pengembangan
sistem di masa-masa yang akan datang karena operasi yang memuaskan pada sistem tenaga
adalah bergantung kepada pengenalan serta pengetahuan dari akibat adanya beban-beban,
unit-unit pembangkit serta saluran transmisi baru, sebelum semuanya dapat direalisasikan.
Untuk itu dalam menganalisa studi aliran daya fokus utama tertuju pada busnya dan bukan
pada generatornya. Dalam studi aliran daya dikenal berbagai bus antara lain :
1. Bus Referensi
Adalah bus yang mempunyai besaran V tegangan dengan harga skalarnya dan
sudut fasa tegangan (v) dengan titik nol sebagai referensinya.
2. Generator Bus (Bus Pembangkitan)
Adalah bus yang diketahui daya nyata (P) dan tegangan V pada harga skalarnya.
3. Bus Pembebanan
Adalah bus yang diketahui daya aktif beban (PL) dan daya reaktif beban (QL).
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 3
Page 4
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
2.3.1. Satuan Per Unit (p.u)
Dalam analisa sistem tenaga dikenal istilah per-unit yang meruapakan standar dalam
perhitungan yang digunakan. Satuannya dikenal dengan isitilah pu Biasanya dasar
perhitungan untuk mendapatkan satuan per unit yang ditetapkan terlebih dahulu adalah
MVA dasar dan kVdasar, dan selanjutnya dihitung impedansidasar dan arusdasar. Ketetapan dasar
ini dipergunakan sebagai penyebut dimana parameter daya, tegangan arus dan impedansi
pada sistem tenaga listrik sebagai pembilangnya untuk memperoleh satuan p.u
Dasar perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:
MVA dasar = dipilih (MVA)
KV dasar = dipilih (kV),
dari dua dasar ini dapat dibentuk dasar selanjutnya, yaitu :
Impedansi dasar = ( )kV
MVAOhmdasar
dasar
2
Impedansi perunit =
Arus dasar =
Z pu (baru) =
Contoh :
Suatu sistem tenaga listrik dipasok dari Trafo 150/20 kV di Gardu induk, dengan
kapasitas 60 MVA mempunyai jaringan 20 kV dengan impedansi 10 Ohm , akan dicari
nilai per unitnya.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 4
Zpu(awal) kVdasar
kVbarup.u
MVAbaru
MVAdasar
2
**
3 . kVdasar
MVAdasar
60 MVA
150 kV 20 kV
ZL = 10 Ohm
Tap trafo154/19 kV
Z x 1000 x MVAdasar
(kV)2
pu
Amp
Page 5
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Dipilih MVAdasar = 100 MVA
KVdasar = 150 kV di bus 150 kV, base di Bus 20 kV = 19/154 X 150 kV =
18,51 kV
I dasar = 100. 1000 /3.150 Amp = 384 Amp
Zdasar di Bus 20 kV = (18,51)2/100 = 3,4225 Ohm.
Sehingga diperoleh : ZL = 10 Ohm / 3,4225 Ohm = 2,922 pu.
2.4. Data Untuk Studi Aliran Daya
Titik tolak dalam mendapatkan data yang harus disediakan adalah diagram segaris sistem
tenaga listrik, sedangkan data-data yang diperlukan dalam analisa aliran beban ini adalah :
1. Data Saluran Transmisi
Data saluran transmisi yang dimaksud adalah besarnya harga-harga tahanan (R),
reaktansi (X) dan ½ suseptansi dari setiap cabang saluran transmisi (Y/2) dan data ini
biasanya dalam p.u.
2. Data Transformator dan Tapnya
Untuk transformator adalah reaktansi dan tap-tapnya.
3. Data Bus (Rel)
Yaitu data pembangkitan dan pembebanan. Data bus (rel) yang dimaksud adalah data
pembangkitan dan data beban dalam per MW dan MVAR, serta data tegangan bus
dalam satuan per unit.
4. Data Tambahan
Data tambahan yang dimaksud adalah penggunaan kapasitor.
2.4.1. Generator Serempak
Pada pusat-pusat pembangkit yang memanfaatkan energi thermal maupun pusat
pembangkit yang memanfaatkan energi air menggunakan mesin serempak sebagai
generator utamanya.
Generator ini dihubungkan ke transformator penaik tegangan selanjutnya dihubungkan
ke bus bar dan ini diasumsikan sebagai sumber daya dengan reaktansi serempak
tersambung seri, keluaran hasil perhitungan pada studi ini adalah besarnya tegangan pada
bus dimana generator ini terhubung, oleh karenanya bus-bus yang terhubung dengan
generator ini berupa P–V bus (bus generator) atau bus referensi (slack-bus).
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 5
Page 6
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
2.4.2. Pengubah Tap Trafo
Dalam operasi sistem tenaga listrik khususnya dalam kaitannya dengan masalah
pengaturan tegangan, seringkali diperlukan perubahan posisi tap transformator.
Transformator daya pada umumnya dilengkapi dengan tap pada lilitannya untuk
mengubah besarnya tegangan yang keluar dari transformator. Perubahan tegangan
dilakukan dengan mengubah posisi tap transformator seperti yang ditunjukan pada
gambar 2.1
Gambar 1.2
Lilitan transformator dengan pengubah kedudukan tap dalam keadaan
berbeban di lilitan tegangan tinggi
Namun tidak semua transformator dapat diubah posisinya dalam keadaan
berbeban. Transformator yang dioperasikan di GI umumnya posisi tapnya dapat dirubah
dalam keadaan berbeban, bahkan sering kali juga dilengkapi dengan pengatur tegangan
otomatis yang mengindera tegangan yang keluar dari transformator untuk selanjutnya
dipakai untuk memberi komando perubahan tap transformator dalam rangka menjaga
agar tegangan yang keluar dari transformator mempunyai nilai yang konstan.
Apabila ada dua atau lebih transformator yang beroperasi paralel dan masing-masing
dilengkapi dengan pengatur tegangan otomatis, perlu ditentukan transformator mana
yang memberi komando sedangkan yang lain menjadi pengikut (follower).
Pengaturan tegangan secara operasional sering dilakukan dengan mengatur kedudukan
tap transformator. Tap transformator yang dapat dirubah dalam keadaan berbeban (on
load tap changer) umumnya terletak di sisi tegangan tinggi.
Dalam keadaan operasi normal di GI, umumnya daya mengalir dari sisi tegangan tinggi
ke sisi tegangan yang lebih rendah. Namun dalam keadaan darurat misalnya dalam
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 6
Pengubah Tap
Page 7
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
proses mengatasi gangguan dapat terjadi situasi bahwa tegangan harus dikirim dari sisi
tegangan yang lebih rendah ke sisi tegangan yang lebih tinggi. Dalam hal proses
pengiriman tegangan yang arahnya terbalik dari biasanya, harus diperhatikan bahwa arah
pengaturan tap transformator juga terbalik. Misalnya pada gambar 1.1 apabila tegangan
datang dari sisi tegangan yang lebih tinggi ke sisi tegangan yang lebih rendah, apabila
tegangan yang diterima hendak dinaikkan, tap harus digerakkan ke bawah. Tetapi apabila
arah datangnya tegangan dibalik, yaitu dari sisi tegangan yang lebih rendah ke sisi
tegangan yang lebih tinggi maka apabila tegangan yang diterima hendak dinaikkan, tap
harus digerakkan ke atas.
Apabila pengaturan tap transformator dilakukan secara otomatis dengan
menggunakan pengatur tegangan otomatis, maka pengatur tegangan otomatis akan
bekerja atas dasar tegangan yang diinderanya. Penginderaan tegangan umumnya
dilakukan pada sisi tegangan yang lebih rendah, sehingga dalam keadaan mengatasi
gangguan seperti tersebut di atas, yaitu tegangan datang dari sisi tegangan yang lebih
rendah, apabila tegangan yang datang terlalu tinggi dan diindera oleh pengatur tegangan
otomatis, pengatur tegangan otomatis akan menggerakkan tap transformator ke atas
sehingga di sisi tegangan yang lebih tinggi tegangan akan naik, sedangkan sesungguhnya
diinginkan agar tegangan turun sehingga hal ini dapat membahayakan peralatan instalasi.
Hal ini disebabkan seperti uraian di atas, karena pengaturan tegangan otomatis dibuat
dengan pemikiran bahwa tegangan (dalam keadaan operasi normal) datang dari sisi
tegangan yang lebih tinggi ke sisi tegangan yang lebih rendah, sehingga alat pengindera
dan alat-alat kontrolnya yang memerintahkan gerakan tap akan menuruti urutan atas
dasar keadaan tersebut di atas.
Bagian ini menjelaskan metode pengukuran tegangan dari sistem tenaga. Untuk
pengukuran level tegangan sistem tenaga :
1. Metode pengukuran berdasarkan pengukuran daya reaktif yang disuply ke sistem
2. Metode pengukuran berdasarkan rasio tegangan yang digunakan.
Kedua metode dapat disimpulkan kedalam tabel dibawah ini (dalam keadaan pengukuran
terus-menerus atau tidak, interval pengukuran dan fitur pengukuran.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 7
Page 8
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Tabel 1.2. Metode Pengukuran tegangan
Metode
Pengukuran
Prosedur
pengukuran,
interval
pengukuran
Fitur pengukuran
(1)Fasilitas daya
reaktif
Kapasitor shunt Jumlah yg
diparalelkan
diukur dari
Ketika level
tegangan sistem
suply daya reaktif
turun
Reaktor shunt Ketika level
tegangan turun,
penyerapan daya
reaktif turun
(2) Peralatan daya reaktif sinkron
Generator
Pengukuran
tegangan yang
baik diperoleh
dari respon
fluktuasi
tegangan sistem
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 8
Page 9
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
(3) On-load tap trafo Nilai tap diswich Ketika tidak ada
sumber daya
disisi sekunder
hanya tegangan
sisi sekunder
yang berubah.
Ketika tidak ada
sumber daya disis
sekunder
tegangan sisi
primer, tegangan
sekunder dan
aliran daya reaktif
berubah.
2.5 Saluran Transmisi
Untuk kawat transmisi dapat digolongkan berdasarkan panjang salurannya, yaitu :
(William. D. Stevenson. 1984. hal : 100)
a. Saluran pendek (< 80 km)
b. Saluran menengah (80 - 250 km)
c. Saluran panjang (> 250 km)
2.5.1 Persamaan Jaringan
Untuk mendapatkan suatu perumusan yang melukiskan karakteristik jaringan pada
sistem tenaga listrik yang menggunakan referensi pada bus, maka dapat terlihat suatu
persamaan yang dapat diselesaikan dengan metode rangkaian tertutup atau persamaan
titik simpul.
Untuk jelasnya dapat dilihat penyelesaian di bawah ini untuk rangkaian pada gambar
1.3.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 9
Page 10
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Gambar 1.3
Jaringan sederhana tenaga listrik
Metode rangkaian tertutup
Dari gambar 1.3 didapatkan persamaan : (
......... (2.1)
Dengan mengatur suku-suku yang sama didapat :
.........(2.2)
Sehingga untuk rangkaian tertutup bentuk standarnya adalah sebagai berikut :
.........(2.3)
Metode titik simpul
Pada persamaan ini sumber tegangan diganti dengan sumber arus dan besaran
impedansi Z diubah menjadi besaran admitansi Y. Sehingga bila dari gambar 1.3
dibentuk dengan besaran admitansi didapat :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 10
+-
+-
+-
a
d
c
b
I1
e gf
I4
I2
I3
1
4
3
2
YaYe
Yc
YbYd
Yf
Yh
Yg
Page 11
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Gambar 1.4
Jaringan dengan 5 titik simpul
Selanjut pada simpul 1 didapatkan :
......... (2.4)
......... (2.5)
Pada simpul 2
......... (2.6)
......... (2.7)
Selanjutnya dapat dibuat standarnya adalah sebagai berikut :
......... (2.8)
Dari persamaan (2.3) dan (2.8) didapat perumusan dalam bentuk matrik yaitu:
- Untuk persamaan (2.3)
.........(2.9)
- Untuk persamaan (2.8)
.........(2.10)
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 11
Page 12
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Untuk memudahkan notasi pada solusi, maka dari persamaan-persamaan (2.9) dan
(2.10) matrik tersebut dapat diwakili menjadi :
.........(2.11)
2.6. Metode perhitungan
2.6.1. Persamaan Aliran Daya
Gambaran mengenai aliran daya yang terjadi dalam sistem beserta profil tegangan
sangat diperlukan untuk keperluan analisa situasi sistem. Untuk mendapatkan
gambaran mengenai aliran daya ini, diperlukan suatu perhitungan yang biasa disebut
sebagai perhitungan aliran daya. Perhitungan aliran daya ini perlu dilakukan karena
yang diketahui adalah beban daya aktif dan beban daya reaktif yang ada pada setiap
GI atau simpul dalam sistem.
......... (3.10)
......... (3.11)
dengan
Dalam membentuk perumusan ini diperlukan suatu teknik pemecahan solusi aliran
daya. Sedangkan untuk menghitung aliran daya dapat dipergunakan beberapa metode
antara lain :
1. Metode iterasi Gauss dengan menggunakan matrik admitansi bus atau
matrik impedansi bus.
2. Metode iterasi Gauss – Sheidel yang merupakan pengembangan dari
metode iterasi Gauss.
3. Metode Newton – Raphson dengan menggunakan matrik admitansi bus.
4. Metode Fast Decoupled yang merupakan penyederhanaan dari metode
Newton Raphson.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 12
Page 13
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Dalam pembahasan selanjutnya teknik penyelesaian pengaturan daya reaktif adalah
dengan menggunakan metode Newton – Raphson yang merupakan pokok dari
permasalahan dari studi ini.
2.6.2. Metode Newton - Raphson
Dasar matematis yang digunakan dalam metode Newton – Rhapson adalah dengan
menggunakan deret Taylor. Apabila ada n buah persamaan non linier dengan n
variabel seperti halnya persamaan (3.10) atau persamaan (3.11) untuk sistem dengan n
buah simpul, yang dapat ditulis sebagai :
......... (3.12)
dimana K merupakan suatu konstanta. Untuk memecahkan persamaan (3.12) dicoba
suatu nilai terlebih dahulu misalnya . Selisih antara nilai yang
sebenarnya dengan nilai yang dicoba adalah . Hubungan
matematisnya adalah sebagai berikut :
......... (3.13)
Melihat persamaan (3.12), maka didapat pula :
......... (3.14)
Persamaan (3.14) diekspansikan ke dalam teorema deret Taylor akan menjadi :
......... (3.15)
adalah turunan dari terhadap
dan diberi nilai , adalah fungsi pangkat lebih tinggi,
dan bila diabaikan , maka persamaan (3.15) dalam bentuk matrik menjadi :
......... (3.16)
atau :
......... (3.17)
dengan :
= matrik nilai fungsi
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 13
Page 14
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
= matrik Jacobian
= matrik perubahan nilai (vektor koreksi)
Dalam alogaritma perhitungan aliran daya dengan menggunakan metode Newton -
Raphson, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Menghitung nilai-nilai P dan Q yang mengalir ke dalam sistem.
b. Menghitung nilai pada setiap rel.
c. Menghitung nilai-nilai untuk Jacobian.
d. Mencari invers matrik Jacobian dan mencari nilai nilai koreksi dan .
e. Menghitung nilai-nilai baru dengan menambahkan dan dengan nilai
sebelumnya.
f. Kembali ke langkah a.
Dengan melihat persamaan (3.17) maka uraian pada butir a sampai dengan butir b
dapat dinyatakan sebagai berikut : untuk daya nyata ditulis sebagai dan untuk
daya reaktif ditulis sebagai , selanjutnya diperoleh :
......... (3.18)
......... (3.19)
disebut nilai residu.
dimana :
Pi didapat melalui persamaan (3.10)
Qi didapat melalui persamaan (3.11)
Sedangkan vektor koreksi pada persamaan (3.17) yaitu x dengan bentuk : Vi, I
Nilai residu = Matrik Jacobian nilai koreksi
......... (3.20)
Sedangkan unsur - unsur matrik Jacobian tersebut adalah didapatkan dengan membuat
turunan parsial sebagai berikut :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 14
Page 15
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Proses iterasi dilakukan dengan jalan menentukan invers dari matrik Jacobian
untuk menentukan nilai koreksi. Selanjutnya setelah nilai koreksi di dapat, maka
proses iterasi dilakukan dengan mencoba nilai baru dari V dan yang besarnya = nilai
percobaan pertama ditambah nilai koreksi yang didapat Untuk simpul referensi besar
sudut dan tegangan sudah ditentukan, nilai daya aktif dan daya reaktif dihitung setelah
semua proses untuk metode optimasi pada setiap simpul selesai.
2.7. Hasil Analisa Aliran Daya
Pada prinsipnya, studi aliran daya menghasilkan suatu kondisi sistem yang biasa
diperlukan yaitu :
1. Tingkat Pembebanan
2. Mutu tegangan
3. Rugi rugi
2.7.1. Tingkat Pembebanan
Merepresentasikan aliran daya pada seluruh cabang, beban pada seluruh busbar serta
pembangkitan pada masing masing mesin pembangkit. Dapat juga diketahui
keseluruhan daya yang dibangkitkan.
2.7.2. Tingkat Tegangan
Tegangan hasil perhitungan pada seluruh gardu induk dapat dibaca. Dengan
mengamati besarnya tegangan maka dapat diidentifikasi tegangan yang kurang atau
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 15
Page 16
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
tidak memenuhi syarat. Dalam hal seperti ini, siswa bisa memainkan perannya dengan
cara mencari alternatif dengan mengatur pembangkitan pada titik terdekat,
memasukkan kapasitor dll.
2.7.3. Rugi rugi
Seluruh rugi transmisi pada setiap cabang bisa dilihat, dan demikian pula secara total
sistem. Siswa bisa membuat percobaan dengan mengubah komposisi pembangkit atau
konfigurasi jaringan untuk menurunkan rugi rugi transmisi.
3. ANALISA HUBUNG SINGKAT
3.1. Konsep dasar perhitungan hubung singkat.
Sistem tenaga yang besar, dengan wilayah yang luas, sangat rentan dengan
kemungkinan terjadinya kerusakan peralatan akibat suatu gangguan hubung singkat, baik
yang bersifat temporer, seperti penghantar udara terkena ranting patah atau layang-layang.
Juga yang bersifat permanen seperti kawat penghantar yang putus atau juga petir dan proses
switching (manuver jaringan) yang menimbulkan tegangan berlebih yang bisa menyebabkan
terjadinya flashover pada isolator.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 16
Page 17
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Karena begitu banyaknya kemungkinan gangguan hubung singkat yang mungkin
mengakibatkan kerusakan pada peralatan, maka perlu dilakukan analisa hubung singkat untuk
menentukan kemampuan memutus (breaking capacity) dari suatu alat pengaman (CB) serta
setting rele pengaman yang harus dipasang agar peralatan pengaman tersebut bekerja secara
optimal.
Bagaimana sebenarnya proses terjadinya suatu gangguan hingga dapat menimbulkan
suatu arus hubung singkat yang besar, serta bagaimana peralatan jaringan (seperti
transformator) dapat rusak jika tidak terpasang alat pengaman atau setting pengaman yang
tidak tepat ?
Pada gambar dibawah terlihat proses terjadinya suatu gangguan. Sebutlah sebuah pohon
besar tumbang dan menimpa salah satu kawat penghantar, akhirnya kawat tersebut putus.
Pada saat kawat tersebut putus, kawat tersebut membelit kedua kawat phasa lainnya, dan
ketiganya menyentuh tanah. Sehingga pada titik gangguan terjadi tegangan 0 (Nol). Hal ini
sesuai dengan hukum Kirchoff, bahwa tegangan tanah diasumsikan nol terhadap tegangan
phasa. Pada saat tersebut, terjadi beda tegangan yang sangat besar antara titik gangguan
dengan GI/ Busbar terdekat, sehingga mengalirlah arus hubung singkat/ gangguan yang
besar, baik dari sumber pasokan (incoming), maupun dari penghantar di sekitarnya. Sebutlah
di dekat titik gangguan terdapat transformator. Karena gangguan tersebut pada transformator
mengalir arus yang sangat besar, karena seolah-olah terdapat beban yang sangat besar dekat
transformator tersebut. Dengan mengalirnya arus yang sangat besar tersebut, yang jauh
melebihi kemampuan hantar arus kumparan/ belitannya, terjadilah pemanasan berlebih pada
belitan tersebut, isolasi rusak, yang pada akhirnya dapat membuat transformator tersebut
rusak, meledak dan terbakar. Secara statistik, hal lini sudah beberapa kali terjadi pada
jaringan di PLN.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 17
B A
Page 18
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
a. sebelum terjadi gangguan (normal)
b. setelah terjadi gangguan
Dari kejadian tersebut kita dapat menganalisa bahwa kita sangat sulit mencegah
terjadinya gangguan di alam (seperti pohon tumbang), tetapi kita dapat mencegah meluasnya
gangguan tersebut atau mencegah terjadinya arus berlebih pada peralatan, dengan pemakaian
peralatan pengaman serta seting peralatan tersebut secara optimal.
3.2. Model Komponen dan kebutuhan data
Untuk melakukan analisa hubung singkat, terlebih dahulu kita melakukan simulasi
dengan aplikasi perangkat lunak. Untuk itu setiap peralatan yang berkaitan erat dengan
simulasi ini harus dimodelkan secara akurat. Peralatan-peralatan tersebut antara lain :
3.2.1. Busbar (kapasitas PMT)
Pada simulasi hubung singkat kita memerlukan data MVA hubung singkat pada setiap
busbar yang ada. Praktisnya, hal ini berkaitan ldengan kemampuan pemutusan arus
(breaking capacity) dari PMT yang terdapat pada busbar tersebut. Contoh : 40 kA
Gambar :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 18
B A
40 kA
Page 19
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
3.2.2. Pembangkit (reaktansi)
Setiap unit pembangkit dimodelkan atas sumber tegangan serta impedansi dalam unit
pembangkit tersebut
Gambar :
X”d = reaktansi subtransien
R = resistansi dalam pembangkit
3.2.3. Transmisi (impedansi)
Setiap transmisi/ penghantar dimodelkan atas impedansi penghantar tersebut sesuai
panjang hantarannya.
Gambar :
X = reaktansi ekivalen
R = resistansi ekivalen
3.2.4. Trafo (impedansi)
Setiap transformator dimodelkan atas ratio tegangan serta impedansi hubung singkat
transformator tersebut sesuai ratio tegangannya.
Gambar :
X = reaktansi hubung singkat
R = cooper losses/ rugi-rugi tembaga
V1/V2 = ratio belitan trafo
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 19
R1 X”d
R1 X
R1 X
V1/V2
Page 20
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
3.3. Teori Dasar Perhitungan Hubung Singkat
3.3.1. Komponen Urutan Simetris
Untuk melakukan analisa hubung singkat lebih jauh, alangkah baiknya bila
mengetahui terlebih dahulu mengenai teori komponen sismetris. Hal ini karena untuk
pemodelan jenis-jenis gangguan hubung singkat, akan banyak terkait dengan
komponen simetris ini.
Komponen simetris terbagi atas :
1. Komponen Urutan Positip, yang terdiri atas tiga komponen dengan besar yang
sama dan berbeda sudut phasa sebesar 120 derajat dan 240 derajat secara
berurutan. Urutan phasanya : abca..
Gambar :
2. Komponen Urutan Negatif, yang terdiri atas tiga komponen dengan besar yang
sama dan berbeda sudut phasa sebesar 240 derajat dan 120 derajat secara
berurutan. Urutan phasanya : acba..
Gambar :
3. Komponen Urutan Nol, yang terdiri atas tiga komponen dengan
besar dan besar dan sudut phasa yang sama.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 20
I a +
I b +
I c +
I a -
I b -
I c -
Page 21
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Gambar :
Ketiga komponen urutan tersebut secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut :
I a = I a+ + I a- + I a0
I b = I b+ + I b- + I b0
I c = I c+ + I c- + I c0
Selanjutnya hubungan ketiga phasa positip adalah :
I b+ = I a+ . e - j120
I c+ = I a+ . e j120
Untuk urutan negatif dan nol, berturut-turut :
I b- = I a- . e j120
I c- = I a- . e - j120
I a0 = I b0 = I c0
Gabungan ketiga rumus diatas, diperoleh :
I a = I a+ + I a- + I a0
I b = α2.I a+ + α .I a- + I a0
I c = α.I a+ + α2.I a- + I c0
dimana :
α = e j120 = cos 120 + j.sin 120
Lebih jauh :
α2 = e j240 = e - j120
α3 = 1
1 + α + α2 = 0
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 21
I a 0
I b 0
I c 0
Page 22
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
α* = α2
(α2)* = α
Selanjutnya didapat :
I a+ = 1/3.(I a + α.I b + α2.I c)
I a- = 1/3.(I a + α2.I b + α.I c )
I a0 = 1/3.(I a + I b + I c )
Hal sama berlaku juga untuk komponen tegangan, sehingga
V a = V a+ + V a- + V a0
V b = α2.V a+ + α .V a- + V a0
V c = α.V a+ + α2.V a- + V c0
Dan
V a+ = 1/3.(V a + α.V b + α2.V c)
V a- = 1/3.(V a + α2.V b + α.V c )
V a0 = 1/3.(V a + V b + V c )
3.3.2. Hubungan Belitan Transformator
Impedansi urutan positif/negatif dan urutan nol, untuk trafo dengan berbagai macam
vektor group disampaikan pada gambar dibawah ini :
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 22
SAMBUNGANNNNN
URUTAN NOL URUTAN POSITIP&NEGATIP
L H
L HL H
ZL
ZH
ZL
ZH
3ZnH
ZL
ZH
ZL
ZH
ZL
ZH
ZL
ZH
3ZnH
3ZnLZL
ZH
ZL
ZH
H
H
H
H
H
H
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
L
H
H
H
H
H
H
H
ZL
ZHL H
ZL
ZHL H
ZL
ZHL H
ZL
ZHL H
ZL
ZHL H
ZL
ZHL H
ZL
ZHL H
ZL
ZHL H
ZnL
ZnH
ZnH
Page 23
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 23
SAMBUNGAN URUTAN NOL URUTAN POSITIP/NEGATIP
M
L
H
M
L
H
H
H
H
H
L
L
L
L
M
M
M
M
ZL
ZH
3ZnH
3ZnH
ZHZ
L
ZM
ZM
L
MH
HZH
ZMZL
M
L
3ZnM
ZM H
M
L
ZL
ZH
HM
L
3ZnH
ZH
HZMZL
M
L
HZH
ZMZL
M
LHZ
H
ZMZL
M
L
HZHZ
LL
HZHZ
LL
HZHZ
LL
HZHZ
LL
HZHZ
LL
Page 24
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
3.4. Jenis-jenis gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat dapat dikelompokkan menjadi :
a) Gangguan 3 phasa
b) Gangguan 2 phasa
c) Gangguan 2 phasa ke tanah
d) Gangguan 1 phasa ke tanah
Berdasarkan teori komponen simetris, pendekatan model untuk ke-empat gangguan
diatas adalah sebagai berikut :
3.4.1. Gangguan 3 phasa
Pada titik gangguan :
Va = Vb = Vc = 0
berdasarkan teori komponen sismetris :
V a+ = 1/3.(V a + α.V b + α2.V c)
V a- = 1/3.(V a + α2.V b + α.V c )
V a0 = 1/3.(V a + V b + V c )
sehingga :
V a+ = E a+ - I a+ .Z a+ = 0
I a+ =E a+ /.Z a+
V a- = - I a- .Z a- = 0
I a- .Z a- = 0 , Z a- ≠ 0 I a- = 0
V a0 = - I a0 .Z a0 = 0
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 24
ZB
ZC
ZA
E B
E A
E C
Page 25
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
I a0 .Z a0 = 0 ; Z a0 ≠ 0 I a0 = 0
selanjutnya:
I a = E a+ /.Z a+
I b = α2.(E a+ /.Z a+)
I c = α.(E a+ /.Z a+)
3.4.2. Gangguan 2 phasa
Pada titik gangguan :
Vb = Vc ; Ib = - Ic ; Ia = 0
berdasarkan teori komponen sismetris :
V b = α2.V a+ + α .V a- + V a0
V c = α.V a+ + α2.V a- + V c0
sehingga :
(α2 - α).V a+ = (α2 - α).Z a-
Va+ = Z a-
I a0 = 1/3.(I a + I b + I c ) I a0 = 0
V a0 = - I a0 .Z a0 ; I a0 = 0 V a0 = 0
I a = I a+ + I a- + I a0 I a+ = I a-
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 25
I HS3φ = E a+ /.Z a+
ZB
ZC
ZA
E B
E A
E C
Page 26
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
selanjutnya:
I a = 0
I b = -(j. √3.E a+) / (Z a+ + Z a-)
I c = (j. √3.E a+) / (Z a+ + Z a-)
3.4.3. Gangguan 2 phasa ke tanah
Pada titik gangguan :
Ia= 0 ; Vb = Vc = 0
berdasarkan teori komponen sismetris :
I a = I a+ + I a- + I a0 ; I a = 0 I a+ = -I a- - I a0
3.V a+ = V a + α.V b + α2.V c = V a
3. V a- = V a + α2.V b + α.V c = V a
3. V a0 = V a + V b + V c = V a
sehingga :
V a+ = V a- = V a0
selanjutnya:
I a = 0
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 26
I HS2φ = (√3.E a+) / (Z a+ + Z a-)
ZB
ZC
ZA
E B
E A
E C
Page 27
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
I b = -(j. √3.E a+).(Z a0 - α.Z a-) / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)
I c = (j. √3.E a+).(Z a0 - α2.Z a-) / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)
V a = 3.E a+ Z a+.Z a0 / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)
V b = V a = 0
3.4.4. Gangguan 1 phasa ke tanah
Pada titik gangguan :
Va= 0 ; Ib = Ic = 0
berdasarkan teori komponen sismetris :
I a+ = 1/3.(I a + α.I b + α2.I c)
I a- = 1/3.(I a + α2.I b + α.I c )
I a0 = 1/3.(I a + I b + I c )
sehingga :
I a+ = I a- = I a0 = 1/3.I a
selanjutnya:
I a+ + I a- + I a0 = I a
I a = 3.I a+
V a = V a+ + V a- + V a0
V a = E a+ - I a+.Z a+ - I a-.Z a- - I a0.Z a0
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 27
ZB
ZC
ZA
E B
E A
E C
I HS2φN = √3.E a+.(Z a0 - α.Z a-) / (Z a+.Z a- + Z a+.Z a0 + Z a-.Z a0)
Page 28
PT PLN (Persero)PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Analisa Sistem Tenaga
0 = E a+ - I a+.(Z a+ + Z a- + Z a0)
I a = 3.E a+ / (Z a+ + Z a- + Z a0)
3.5. Pemahaman Hasil Perhitungan Hubung Singkat
3.5.1. Besar arus hubung singkat pada titik gangguan
Setelah melakukan simulasi hubung singkat, kita akan melihat hasil keluaran berupa
besar arus hubung singkat di titik gangguan. Hasil ini dapat merefleksikan seberapa
besar kemampuan memutus arus (breaking capacity) pada pengaman (PMT). Hasil ini
bila kita melakukan simulasi gangguan 3 phasa. Hasil lain yaitu berapa besar seting
yang harus dipasang pada rele pengaman agar peralatan tetap aman dan sistem
pengaman bekerja selektif (bekerja hanya bila terjadi gangguan). Hal ini bila kita
melakukan simulasi gangguan 1 phasa ke tanah.
3.5.2. Kontribusi arus hubung singkat sekitar lokasi gangguan
Di samping arus hubung singkat di titik gangguan, dapat diketahui juga kontribusi
dari setiap titik/ busbar/ GI di sekitar lokasi gangguan. Hal ini berguna untuk
mengatur topologi sub-sistem yang paling ideal untuk sistem yang sedang ditinjau.
Tentunya akan dipilih topologi yang paling handal, meminimkan terjadi pemadaman
bila terjadi gangguan, tetapi dengan tetap menjaga keamanan peralatan itu sendiri
(dengan mengatur topologi agar arus gangguan sekecil mungkin)
3.5.3. Jatuh Tegangan di Busbar/ GI sekitar lokasi gangguan
Dari simulasi hubung singkat dapat diperoleh juga besar tegangan di setiap titik/
busbar/ GI, terutama di sekitar lokasi gangguan. Hal ini untuk memahami seberapa
luas pengaruh gangguan yang terjadi serta menentukan topologi optimal untuk tetap
menjaga keandalan sistem.
Berbagi dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai perusahaan 28
I HS1φN = 3.E a+ / (Z a+ + Z a- + Z a0)