Top Banner
1 BAHAN AJAR MATA KULIAH ELEKTRONIKA ANALOG DISUSUN OLEH : ALFITH, S.Pd, M.Pd JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI PADANG 2013
101

BAHAN AJAR

Feb 23, 2023

Download

Documents

MARETA HARLIA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAHAN AJAR

1

BAHAN AJAR

MATA KULIAH

ELEKTRONIKA ANALOG

DISUSUN OLEH :

ALFITH, S.Pd, M.Pd

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

2013

Page 2: BAHAN AJAR

2

Bab 1

Transistor Efek Medan

Konstruksi dan Karakteristik JFET

JFET adalah komponen tiga terminal dimana salah satu terminal dapat mengontrol

arus antara dua terminal lainnya. JFET terdiri atas dua jenis, yakni kanal-N dan kanal-P,

sebagaimana transistor terdapat jenis NPN dan PNP. Umumnya yang akan dibahas pada bab

ini adalah kanal-N, karena untuk kanal-P adalah kebalikannya.

Gambar 1.1 Konstruksi JFET kanal N

Konstruksi dasar komponen JFET kanal-N adalah seperti pada gambar 1.1. Terlihat

bahwa sebagian besar strukturnya terbuat dari bahan tipe-N yang membentuk kanal. Bagian

atas dari kanal dihubungkan ke terminal yang disebut Drain (D) dan bagian bawah

dihubungkan ke terminal yang disebut Source (S). Pada sisi kiri dan kanan dari kanal-N

Page 3: BAHAN AJAR

3

dimasukkan bahan tipe P yang dihubungkan bersama-sama ke terminal yang disebut dengan

Gate (G).

Pada saat semua terminal belum diberi tegangan bias dari luar, maka pada

persambungan P dan N pada kedua gate terdapat daerah pengosongan. Hal ini

terjadisebagaimana pada pembahasan dioda persambungan. Pada daerah pengosongan tidak

terdapat pembawa muatan bebas, sehingga tidak mendukung aliran arus sepanjang kanal.

Gambar 1.2 JFET kanal N dengan VGS = 0 dan VDS >0

Apabila antara terminal D dan S diberi tegangan positip (VDS = positip) dan antara

terminal G dan S diberi tegangan nol (VGS = 0), maka persambungan antara G dan D

mendapat bias negatip, sehingga daerah pengosongan semakin lebar. Sedangkan

persambungan antara G dan S daerah pengsongannya tetap seperti semula saat tidak ada bias.

Untuk membuat VGS = 0 adalah dengan cara menghubungkan terminal G dan terminal S.

Lihat gambar 1.2.

Page 4: BAHAN AJAR

4

Dengan adanya VDS bernilai positip, maka elektron dari S akan mengalir menuju D

melewati kanal N, karena kanal-N tersedia banyak pembawa muatan mayoritas berupa

elektron. Dengan kata lain arus listrik pada drain (ID) mengalir dari sumber VDS dan arus

pada source (IS) menuju sumber. Aliran elektron ini melewati celah yang disebabkan oleh

daerah pengosongan sebelah kiri dan kanan.

Gambar 1.3 Kurva hubungan ID dengan VDS

Pada kondisi seperti pada gambar 1.2, aliran elektron sepenuhnya hanya tergantung

pada resistansi kanal antara S dan D. Lihat gambar 1.3. Pada saat ini hubungan arus ID dan

VDS masih mengikuti hukum Ohm. Apabila tegangan VDS diperbesar lagi hingga beberapa

volt, maka persambungan G dan D semakin besar mendapat tegangan bias mundur, sehingga

daerah pengosongan semakin melebar.

Apabila tegangan VDS dinaikkan terus hingga daerah pengosongan sebelah kiri dan

kanan bersentuhan maka aliran elektron akan jenuh yang disebut dengan kondisi pinch-off.

Lihat gambar 1.4. Pada kondisi ini (arus mulai jenuh dan VGS = 0) tegangan VDS disebut

dengan tegangan pinch-off (Vp). Kenaikan VDS sesudah ini tidak akan menambah arus ID

lebih besar lagi atau ID akan tetap, yakni yang disebut dengan IDSS (drain-source

Page 5: BAHAN AJAR

5

saturationcurrent). IDSS adalah arus drain maksimum dengan kondisi VGS = 0 Volt dan

VDS = │Vp│.

Gambar 1.4 JFET kanal N dengan VGS = 0 dan VDS = Vp

Selanjutnya apabila VGS diberi tegangan negatip, misalnya sebesar VGS = -1 Volt,

maka bias mundur untuk persambungan G-S maupun G-D semakin besar, sehingga daerah

pengosongannya semakin lebar. Dengan demikian untuk mencapai kondisi pinch-off (kedua

sisi daerah pengosongan bersentuhan) diperlukan tegangan VDS lebih kecil. Arus ID akan

mencapai titik jenuh (maksimum) pada tegangan VDS yang lebih kecil. Namun perlu diingat

arus bahwa arus jenuh pada VGS bukan nol namanya bukanlah IDSS. Perhatikan kurva

karakteristik pada gambar 1.5.

Page 6: BAHAN AJAR

6

Gambar 1.5 Kurva karakteristik JFET

Pada kuva karakteristik JFET kanal-N secara lengkap (gambar 1.5) terlihat bahwa

apabila VGS dinaikkan terus kearah negatip, maka pada suatu tegangan VGS negatip tertentu

arus ID tetap nol meskipun tegangan VDS dinaikkan. Tegangan VGS ini disebut dengan

VGS(off) atau tegangan pinch-off (Vp). Hal ini karena daerah pengosongan pada kedua sisi

saling bersentuhan.

Pada kurva gambar 1.5 tersebut tegangan Vp = -4 Volt. Pada kurva tersebut bisa

dilihat pada tegangan VDS saat VGS = 0 dan ID = IDSS. Juga bisa dilihat pada tegangan

VGS saat ID = 0 meskipun VDS dinaikkan terus, yaitu VGS(off). Harga Vp ini adalah

negatip.Untuk JFET kanal-N dan positip untuk JFET kanal-P. Pada beberapa buku data

istilah VGS(off) maupun Vp keduanya biasa dipakai untuk menyatakan tegangan pinch-off.

Simbol JFET untuk kanal-N dan kanal-P ditunjukkan pada gambar 1.6 (a) dan

(b).Dalam simbol tersebut, arah tanda panah pada gate merupakan arah arus pada

persambungan.seandainya diberi bias maju. Tetapi perlu diingat bahwa daerah kerja JFET

adalah bilapersambungan tersebut diberi bias mundur. Oleh karena itulah, maka arus gate IG

adalah nol (sangat kecil) dan akibatnya resistansi input dari JFET adalah tinggi sekali (dalam

ordepuluhan megaohm).

Page 7: BAHAN AJAR

7

Gambar 1.6 Simbol JFET (a) kanal-N, (b) kanal-P

Krakteristik Transfer JFET

Pada transistor bipolar hubungan antara arus output IC dan arus input

yangmengendalikan IB dianggap linier, yakni: IC = IB. Namun pada JFET hubungan antara

arus output ID dengan tegangan input yang mengendalikan VGS tidaklah linier, yakni

ditentukan dengan persamaan Shockley:

Dengan persamaan Shockley tersebut dapat dibuat karakteristik transfer JFET.

Karakteristik transfer JFET merupakan hubungan antara arus drain ID dengan tegangan

gatesource.VGS setelah tercapai titik pinch-off. Meskipun dibuat dengan harga VDS konstan,

tetapi sebenarnya kurva karakteristik transfer ini tidaklah tergantung dari nilai VDS. Hal ini

karena setelah mencapai titik pinch-off, arus ID tetap konstan walaupun tegangan VDS

dinaikkan.

Page 8: BAHAN AJAR

8

Gambar 1.7 menunjukkan kurva karakteristik transfer JFET. Kurva ini diperoleh

dengan menggunakan persamaan Shockley dari kurva karakteristik output gambar 1.5.

Dengan diketahuinya nilai IDSS dan Vp dari buku data, maka dengan mudah

hubungan ID dengan VGS dapat ditentukan. Pada gambar 1.7 tersebut, misalnya apabila

harga VGS = 0 dimasukkan ke persamaan Shockley, maka diperoleh:

Apabila harga VGS = Vp dimasukkan, maka diperoleh:

Selanjutnya dengan memasukkan berbagai harga VGS kedalam persamaan Shockley akan

diperoleh kurva transfer lengkap.

Page 9: BAHAN AJAR

9

Gambar 1.7 Kurva karakteristik transfer dan output JFET

Tegangan VDS yang diperlukan untuk membuat arus ID menjadi jenuh (titik

pinchoff) tergantung dari harga VGS-nya. Bila VGS =0, maka VDS yang diperlukan adalah

sebesar Vp. Bila VGS dibuat semakin negatip, maka VDS yang diperlukan adalah semakin

kecil. Hubungan VDS(sat) ini dinyatakan dengan persamaan

VDS(sat) = VGS = Vp

Daerah operasi yang linier adalah sesudah titik pinch-off dan dibawah daerah

breakdown.Pada daerah ini arus ID jenuh dan tergantung dari harga VGS dan tidak

tergantung dari VDS, sesuai dengan persamaan Shockley. Daerah antara titik pinch-off dan

break-down ini disebut juga dengan daerah aktif atau daerah jenuh, dimana JFET banyak

dipakai sebagai penguat. Sedangkan sebelum titik pinch-off disebut dengan daerah ohmik

atau daerah yang dikendalikan tegangan (voltage-controlled region), dimana JFET berlaku

seperti resistor variabel.

Beberapa persamaan penting berkenaan dengan karakteristik JFET adalah sebagai

berikut:

Page 10: BAHAN AJAR

10

IG = 0 dan ID = IS

Persamaan tersebut perlu diingat karena banyak digunakan dalam analisa selanjutnya.

Konstruksi dan Karakteristik D-MOSFET

MOFET tipe pengosongan atau D-MOSFET (Depletion-metal-oxide

semiconductorFET) terdiri atas kanal-N dan kanal-P. Gambar 1.8 menunjukkan konstruksi D-

MOSFET kanal-N.

Gambar 1.8 Konstruksi D-MOSFET kanal-N

D-MOSFET kanal-N dibuat di atas bahan dasar silikon tipe P yang biasanya

disebutdengan substrat. Pada kebanyakan komponen diskret, substrat ini dihubungkan ke

terminal yang disebut SS (substrat) sebagai terminal keempat. Terminal drain (D)

dihubungkan ke bahan tipe N melalui kontak metal demikian juga dengan terminal source

(S). Antara bahan- N drain dan bahan-N source dihubungkan kanal yang terbuat juga dari

bahan-N. Terminal gate dihubungkan ke sisi kanal-N melalui kontak metal. Tetapi yang

paling penting disini adalah bahwa antara kontak metal gate dengan kanal-N ada lapisan

oksida silikon (SiO2) yang berfungsi sebagai isolasi (dielektrikum).

Page 11: BAHAN AJAR

11

Secara kelistrikan antara terminal gate dengan kanal-N tidak ada hubungan. Hal ini

membuat impedansi dari D-MOSFET sangat tinggi, lebih tinggi dari impedansi input

JFET.Dengan demikian dalam pembiasan dc, arus gate IG dianggap sama dengan nol (IG =

0).Istilah MOSFET (metal-oxide semiconductor FET) ini timbul karena dalam

konstruksinyaterdapat metal dan oksida silikon. Dalam literatur lama MOSFET ini disebut

dengan IGFET (insulated-gate FET) karena memang terminal gatenya terisolasi dengan

kanal-N.

Penjelasan cara kerja dan karakteristik D-MOSFET kanal-N dimulai dengan

memberikan VGS = 0 dan VDS positip seperti pada gambar 1.9. Pemberian VGS = 0

dilakukan dengan cara menghubungkan terminal G dengan S. Biasanya terminal SS

dihubungkan ke terminal S. Tegangan positip VDS akan menarik elektron bebas pada kanal-

N dari source menuju drain, sehingga mengalir arus ID. Hal ini sama seperti pada JFET.

BilaVDS diperbesar hingga mencapai Vp, maka arus ID akan jenuh (tidak naik lagi) yang

disebut dengan IDSS.

Apabila VGS dibuat negatip, maka muatan negatip pada terminal gate akan menolak

elektron bebas pada kanal-N menjauhi daerah kanal-N dan menuju daerah substrat-P. Hal ini

akan mengosongkan kanal-N dari elektron bebas, sehingga arus ID semakin kecil. Apabila

tegangan negatip VGS dinaikkan terus hingga kanal-N kosong dari semua elektron

bebas,maka arus ID sudah tidak bisa dinaikkan lagi meskipun dengan memperbesar VDS.

Page 12: BAHAN AJAR

12

Gambar 1.9 D-MOSFET kanal-N dengan VGS = 0 dan VDS positip

D-MOSFET dengan tegangan VGS nol hingga VGS negatip ini disebut dengan

modepengosongan. Hal ini karena dengan tegangan VGS ini kanal-N dikosongkan dari

elektron bebas, atau dengan kata lain pada kanal-N timbul daerah pengosongan. Seperti

halnya padaJFET, saat VGS negatip tertentu, arus ID tidak bisa mengalir lagi (mati)

meskipun VDS diperbesar. VGS yang menyebabkan ID nol ini disebut dengan VGS(off).

Selain dengan tegangan VGS negatip, D-MOSFET bisa juga bekerja dengan tegangan

VGS positip.Berbeda dengan JFET yang hanya bisa bekerja dengan VGS negatip saja. Bila

VGS pada D MOSFET dibuat positip, maka muatan positip pada terminal gate ini akan

menarik elektron bebas dari substrat ke daerah kanal-N, sehingga elektron bebasnya lebih

banyak.Dengan demikian arus ID mengalir lebih besar dibanding saat VGS = 0.

Semakin diperbesar harga VGS ke arah positip, semakin banyak jumlah pembawa

muatan elektron bebas pada kanal N, sehingga semakin besar arus ID. D-MOSFET yang

bekerja dengan VGS positip ini disebut dengan mode peningkatan, karena jumlah pembawa

muatan elektron bebas pada daerah kanal-N ditingkatkan dibanding saat VGS = 0. Pada saat

memperbesar VGS positip ini perlu diperhatikan kemampuan arus ID maksimum agar tidak

terlampaui. Besarnya arus maksimum dari setiap D-MOSFET dapat dilihat pada buku data.

Kurva karakteristik output dan kurva transfer D-MOSFET kanal-N dapat dilihat pada

gambar 1.10. Terlihat bahwa D-MOSFET ini dapat bekerja baik pada mode pengosongan

(saat VGS negatip) maupun pada mode peningkatan (VGS positip). Oleh karena itu

DMOSFET ini sering juga disebut dengan DE-MOSFET (depletion-enhancement MOSFET).

Persamaan Shockley (persamaan 1.1) juga masih berlaku pada D-MOSFET ini baik pada

mode pengosongan maupun pada mode peningkatan.

Page 13: BAHAN AJAR

13

Gambar 1.10 Kurva karakteristik transfer dan output D-MOSFET kanal-N

Konstruksi dan prinsip kerja D-MOSFET kanal-P adalah kebalikan dari D-

MOSFETkanal-N yang sudah dijelaskan di depan. Demikian juga polaritas tegangan VGS,

VDS, danarus ID juga berlawanan dengan yang ada pada D-MOSFET kanal-N.

Simbol D-MOSFET kanal-N dan kanal-P adalah seperti ditunjukkan berturut-turut

pada gambar 1.11a dan 1.11b. Bila terminal SS tidak terhubung di dalam, maka D-MOSFET

menjadi komponen empat terminal. Berbeda dengan simbol JFET yang tanda panahnya pada

gate, untuk gate D MOSFET tidak ada panahnya karena gate dengan kanal bukanlah P-N

junction.

Page 14: BAHAN AJAR

14

Gambar 1.11 Simbol D-MOSFET (a) kanal-N dan (b) kanal-P

Konstruksi dan Karakteristik E-MOSFET

MOSFET tipe peningkatan atau E-MOSFET (Enhancement-metal-

oxidesemiconductor FET) terdiri atas kanal-N dan kanal-P. Pembahasan akan dilakukan

hanyauntuk E-MOSFET kanal-N saja, karena pada dasarnya kanal-N dan kanal-P hanya

berbedapolaritas. Gambar 1.12 menunjukkan konstruksi E-MOSFET kanal-N.

Seperti halnya pada D-MOSFET, E-MOSFET ini juga dibuat di atas bahan

dasarsilikon tipe-P yang disebut dengan substrat. Pada umumnya substrat P ini dihubungkan

keterminal SS melalui kontak metal. Terminal SS pada beberapa MOSFET terhubung

langsungdi dalam komponen, sehingga yang keluar tinggal tiga terminal saja, yakni Source

(S), Drain(D) dan Gate (D).

Page 15: BAHAN AJAR

15

Gambar 1.12 Konstruksi E-MOSFET kanal-N

Source (S) dan drain (D) masing-masing dibuat dengan menumbuhkan doping bahan-

N dari substrat-P, sehingga dapat dihubungkan keluar menjadi terminal S untuk Source dan D

untuk drain melalui kontak metal. Sedangkan terminal G (gate) dibuat melalui kontak metal

yang diletakkan ditengah-tengah antara Source dan Drain. Antara gate dan substrat P terdapat

silikon dioksida (SiO2) yang berfungsi sebagai isolasi (dielektrikum). Hal demikian ini sama

seperti pada D-MOSFET. Impedansi input E-MOSFET juga sangat tinggi.

Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa pada D-MOSFET terdapat kanalyang

menghubungkan S dan D, sedangkan pada E-MOSFET tidak terdapat kanal tersebut. Dengan

demikian aliran elektron dari source yang akan menuju drain harus melalui substrat-P.

Pembahasan prinsip kerja E-MOSFET kanal-N dimulai dengan memberikan tegangan

VGS = 0 Volt dan VDS positip. Pemberian tegangan VGS = 0 adalah dengan cara

menghubung-singkatkan terminal Gate (G) dan Source (S). Perhatikan gambar 1.13.

Page 16: BAHAN AJAR

16

Gambar 1.13 E-MOSFET kanal-N dengan VGS = 0 dan VDS positip

Oleh karena antara S dan D tidak ada kanal-N (yang mempunyai banyak

elektronbebas), maka meskipun VDS diberi tegangan positip yang cukup besar, arus ID tetap

tidak mengalir atau ID = 0. Antara source dan drain adalah bahan tipe-P dimana elektron

adalah sebagai pembawa minoritas, sehingga saat VGS = 0 dan VDS positip yang mengalir

adalah arus bocor saja. Disinilah perbedaannya dengan D-MOSFET yang mengalirkan arus

ID pada saat VGS = 0 dan VDS positip.

Apabila VGS dinaikan kearah positip, maka muatan positip pada gate ini akan

menolak hole dari substrat-P menjauhi perbatasannya dengan SiO2. Dengan demikian daerah

substrat-P yang berdekatan dengan gate akan kekurangan pembawa mayoritas hole.

Sebaliknya elektron dari substrat-P akan tertarik oleh muatan positip gate dan mendekati

perbatasan substrat dengan SiO2. Perlu diingat bahwa elektron tidak bisa masuk ke gate

karena substrat dan gate ada pembatas SiO2, sehingga IG tetap sama dengan nol.

Bila tegangan VGS dinaikan terus hingga jumlah elektron yang berada di dekat

perbatasan dengan SiO2 cukup banyak untuk menghasilkan arus ID saat VDS positip, maka

VGS ini disebut dengan tegangan threshold (VT). Pada beberapa buku data VT ini disebut

Page 17: BAHAN AJAR

17

juga VGS(th). Setelah mencapai tegangan VT ini, maka dengan memperbesar harga

VGS,arus ID semakinbesar. Hal ini karena semakin besar VGS berarti jumlah elektron

yangtersedia antara source dan drain semakin banyak. Kurva tranfer dan karakteristik E-

MOSFET kanal-N dapat dilihat pada gambar 1.14.

Istilah peningkatan (enhancement) dalam E-MOSFET ini menunjuk pada fenomena

bahwa saat VGS masih nol, arus ID tidak ada karena tidak terdapat elektron antara source dan

drain. Kemudian apabila VGS dibuat positip hingga melebihi VT, maka terjadi peningkatan

jumlah elektron antara source dan drain yang berakibat meningkatnya arus ID bila tegangan

VDS positip diperbesar.

Pada saat VGS > VT, apabila VDS masih kecil arus ID naik dengan cepat, namun bila

VDS dinaikkan terus hingga mencapai VDSsat, maka arus ID akan konstan. Hal ini karena

dengan memperbesar VDS sementara VGS tetap, maka tegangan relatif antara G dan D

makin kecil sehingga mengurangi daya tarik elektron pada sisi D-G. Akibatnya arus ID akan

jenuh dan kenaikan VDS lebih jauh tidak akan memperbesar arus ID. Harga VDS ini disebut

dengan VDSsat (atau VDS saturasi).

Dengan melihat kurva karakteristik E-MOSFET ternyata terdapat hubungan antara

VDSsat dengan VGS. Hubungan tersebut adalah dengan semakin tingginya harga VGS,

VDSsat makin tinggi juga. Pada saat VGS = VT yang mana arus ID mulai mengalir dengan

cukup berarti, maka VDSsat = 0. Hal ini karena arus ID sudah mengalami kejenuhan sejak

VDS dinaikkan.

Page 18: BAHAN AJAR

18

Gambar 1.14 Kurva karakteristik transfer dan output E-MOSFET kanal-N

Hubungan antara arus ID dengan VGS tidak lagi mengikuti persamaan

Shockleysebagaimana pada JFET dan D-MOSFET, akan tetapi mengikuti persamaan 1.2.

Persamaan ini berlaku untuk VGS > VT.

dimana: k adalah tetapan (konstanta) sebagai fungsi dari konstruksi komponen. Namun

demikian dengan menurunkannya dari persamaan 1.2 tersebut bisa diperoleh harga k untuk

suatu titik dalam kurva harga ID(on) dan VGS(on) tertentu, yaitu:

` Konstruksi dan prinsip kerja E-MOSFET kanal-P adalah kebalikan dari E-MOSFET

kanal-N yang sudah dijelaskan di depan. Demikian juga polaritas tegangan VGS, VDS, dan

arus ID juga berlawanan dengan yang ada pada E-MOSFET kanal-N.

Page 19: BAHAN AJAR

19

Simbol E-MOSFET kanal-N dan kanal-P adalah seperti ditunjukkan berturut-

turutpada gambar 1.15a dan 1.15b. Bila terminal SS tidak terhubung di dalam, maka E-

MOSFET menjadi komponen empat terminal. Berbeda dengan simbol JFET yang tanda

panahnya pada gate, untuk gate E-MOSFET tidak ada panahnya karena gate dengan kanal

bukanlah P-N junction.

Gambar 1.15 Simbol D-MOSFET (a) kanal-N dan (b) kanal-P

Adanya lapisan SiO2 antara gate dan kanal dalam MOSFET menyebabkan

impendansiinput sangat tinggi. Akan tetapi karena lapisan SiO2 ini sangat tipis, maka perlu

kehati-hatian dalam menangani MOSFET ini. Muatan statis yang ada pada tangan manusia

dikawatirkan bisa menyebabkan lapisan Si02 tembus, sehingga MOSFET akan rusak. Oleh

karena itu biasanya pabrik sudah memberikan cincin penghubung singkat ujung-ujung kaki

MOSFET.Dengan demikian akan dapat menghindari terjadinya beda potensial atau muatan

yang tidak disengaja pada terminal MOSFET.

Beberapa keluarga FET yang belum dibahas pada bab ini adalah VMOS dan CMOS.

VMOS merupakan jenis MOSFET yang dirancang khusus untuk pemakaian pada daya tinggi.

Page 20: BAHAN AJAR

20

Sedangkan CMOS dibentuk dengan menghubungkan secara complementer antara EMOSFET

kanal P dan E-MOSFET kanal-N. CMOS banyak dipakai pada rangkaian terpadu untuk

digital, karena kecepatan kerja yang tinggi, daya rendah, mudah dibuat dan impedansi input

tinggi.

Latihan

1. Gambarkan struktur JFET kanal-P dan jelaskan cara kerjanya!

2. Gambarkan struktur D-MOSFET kanal-P dan jelaskan cara kerjanya!

3. Gambarkan struktur E-MOSFET kanal-P dan jelaskan cara kerjanya!

4. Apabila diketahui IDSS = 9 mA, Vp = - 3,5 Volt, dengan menggunakan

persamaanShockley, tentukan harga arus ID untuk beberapa harga VGS berikut!

a) VGS = 0 V

b) VGS = - 2 V

c) VGS = - 3,5 V

d) VGS = 5 V

5. Dengan diketahui harga IDSS = 12 mA dan Vp = - 4 Volt, gambarkan kurva

transferuntuk JFET tersebut!

6. Bila diketahui IDSS = 6 mA dan Vp = - 4,5 Volt,

a) Tentukan ID pada VGS = - 2 Volt dan – 3,6 Volt

b) Tentukan VGS pada ID = 3 mA dan 5,5 mA

7. Jelaskan beberapa perbedaan dan persamaan antara FET dengan transistor bipolar!

8. Jelaskan beberapa keuntungan dan kerugian FET dibanding dengan transistor bipolar!

9. Jelaskan arti mode pengosongan dan peningkatan dalam D-MOSFET!

10. Jelaskan perbedaan antara D-MOSFET dengan E-MOSFET!

Page 21: BAHAN AJAR

21

Bab 2

Bias Tetap

Metode pemberian tegangan bias yang paling sederhana adalah bias tetap (fixed-

bias).Gambar 2.1 menunjukkan rangkaian penguat JFET kanal-N dengan bias tetap. Untuk

JFETkanal-P, semua polaritas tegangan harus dibalik. Rangkaian bias tetap ini menggunakan

duabuah sumber daya VGG dan VDD. Tegangan VGS sepenuhnya tergantung pada

sumberVGG yang harganya tetap, sehingga tegangan VGS juga tetap. Untuk analisis dc,

kapasitorkopel C1 dan C2 dianggap terbuka.

Gambar 2.1 Rangkaian penguat FET dengan bias tetap

Sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa arus IG = 0, maka

denganhukum Ohm diperoleh:

VRG = IG.RG = (0)(RG) = 0 Volt

Terlihat bahwa turun tegangan VGG pada RG tidak ada atau nol, sehingga semua tegangan

Page 22: BAHAN AJAR

22

VGG masuk pada G-S. Secara matematis besarnya tegangan VGS dapat diturunkan:

- VGG - VGS = 0

Dengan menggunakan persamaan Shockley dapat diperoleh harga arus ID.

Oleh karena VGS tetap, maka arus ID juga tetap. Titik kerja JFET VGSQ dan IDQ padakurva

transfer dapat dilihat pada gambar 2.2.

Page 23: BAHAN AJAR

23

Gambar 2.2 Titik kerja JFET pada kurva transfer

Tegangan VDS dapat ditentukan dengan menerapkan hukum Kirchhoff pada ikaloutput,

yaitu:

Contoh 2.1

Diketahui rangkaian JFET seperti gambar 2.3 dengan data IDSS = 10 mA dan Vp = -8 Volt,

tentukan:

a) VGSQ

Page 24: BAHAN AJAR

24

b) IDQ

c) VDSQ

Gambar 2.3 Penguat FET bias tetap untuk contoh 2.1

Penyelesaian:

a) VGSQ = - VGG = -2 Volt

b) IDQ = IDSS(1 – VGS/Vp)2

IDQ = 10 mA (1 - -2V/-8V)2 = 5,625 mA

c) VDSQ = VDD – ID.RD

= 16V – (5,625mA.2kΩ)

= 4,75 volt

Titik kerja JFET tersebut adalah:

VGSQ = - 2 Volt

Page 25: BAHAN AJAR

25

IDQ = 5,625 mA

VDS = 4,75 Volt

Bias Sendiri (Self-bias)

Metode self bias atau bias sendiri mengatasi dua buah sumber daya pada bias

tetap,yakni hanya dengan menggunakan sebuah catu daya. Tegangan VGS pada bias sendiri

iniditentukan oleh besarnya RS pada kaki source. Rangkaian penguat JFET kanal-N dengan

biassendiri terlihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Rangkaian penguat FET dengan self-bias

Dalam analisis dc semua kapasitor dianggap rangkaian terbuka. Disamping itu

perluuntuk diketahui bahwa harga tegangan dengan subskrip tunggal (misalnya: VG) adalah

hargategangan pada titik subskrip tersebut terhadap ground (tanah). VG berarti tegangan

antara titikG dengan ground. Untuk harga tegangan dengan subskrip ganda (misalnya: VGS)

adalahharga tegangan antara dua titik pada subskrip tersebut. VGS berarti harga tegangan

antara titikG dan titik S.

Page 26: BAHAN AJAR

26

Beberapa asumsi yang selalu berlaku pada FET (baik JFET maupun MOSFET)

untukanalisis dc adalah bahwa IG = 0 dan ID = IS. Selanjutnya dengan menerapkan

hukumKirchhoff pada ikal input, diperoleh:

VG = VGS + VS

IG.RG = VGS + ID.RS

0 = VGS + ID.RS

- ID.RS = VGs

Dari persamaan 2.4 tersebut terlihat bahwa tegangan VGS semata-mata ditentukan

oleh arusID dan resistor RS.Akan tetapi persamaan 2.4 tersebut masih belum bisa

diselesaikan karena VGS dan IDbelum diketahui. Oleh karena itu perlu memperhatikan

persamaan lain yang mengandungVGS dan ID, yaitu persamaan Shockley

`ID = IDSS (1 –VGS/Vp)2

Dengan memasukkan harga ID dari persamaan Shockley ini kedalam persamaan 2.4,

makaharga VGS dapat dicari secara matematis, yaitu:

VGS = - ID.RS

VGS = -{IDSS (1 – VGS/Vp)2}. RS

VGS = - IDSS . RS (1 – VGS/VP)2

akhirnya diperoleh persamaan kuadrat:

Page 27: BAHAN AJAR

27

Persamaan 2.5 ini dapat diselesaikan dengan rumus ABC (istilah dalam matematis

untukmenyelesaikan persamaan kuadrat), yaitu:

Dengan menggunakan rumus ABC ini akan diperoleh dua buah harga VGS, namun

diantaradua tersebut hanya satu VGS yang memenuhi syarat.Syarat VGS adalah:

Harga VGS harus bernilai antara 0 sampai Vp.

Disamping itu harga (B2- 4AC) dalam rumus ABC tersebut harus bernilai positip.

Apabilabernilai negatip berarti tidak ada penyelesaian.

Setelah harga VGS diperoleh maka dengan menasukkan VGS ke persamaan 2.4

akandapat ditentukan nilai arus ID, yaitu:

Tegangan VDS dapat diperoleh dengan menerapkan hukum Kirchhoff pada ikaloutput, yaitu:

VDD = VDS + ID RD + ID RS

VDD = VDS + ID (RD + RS)

Dengan demikian dapat ditentukan titik kerja penguat FET, yaitu: VGSQ, IDQ, danVDSQ.

Page 28: BAHAN AJAR

28

Contoh 2.2

Suatu rangkaian penguat JFET dengan self-bias seperti pada gambar 2.5.

Diketahuidata JFET adalah sebagai berikut: IDSS = 8 mA dan Vp = - 6 Volt.

Tentukan:

a) VGSQ

b) IDQ

c) VDSQ

Gambar 2.5 Rangkaian penguat JFET untuk contoh 2.2

Penyelesaian:

(a) Menentukan VGSQ dengan persamaan 2.5.

Page 29: BAHAN AJAR

29

(0,22) VGS2 + (3,67) VGS + 16 = 0

dengan menggunakan rumus ABC dapat diperoleh

VGS1 = - 2,587 Volt

Dan

VGS2 = - 13,9 Volt

Diantara dua harga VGS tersebut yang memenuhi syarat sebagai VGSQ adalah VGS1 = -

2,587 Volt karena terletak antara nilai 0 hingga Vp = - 6 Volt.

(b) Harga VGSQ = -2,587 Volt dimasukkan ke persamaan 2.6diperoleh:

ID = -

(c) Dengan persamaan 2.7 diperoleh harga VDS, yaitu:

VDS = VDD - ID (RD + RS)

VDS = 20 - (2,587m) (3,3K + 1K) = 8,87 Volt

Bias Pembagi Tegangan

Bias pembagi tegangan seperti yang diterapkan pada transistor bipolar juga

bisaditerapkan pada FET. Penerapan rangkaian pada kedua komponen tersebut tidak berbeda,

namun analisis dc-nya berbeda sekali. Rangkaian penguat FET dengan bias pembagi

tegangan tampak pada gambar 2.6.

Page 30: BAHAN AJAR

30

Gambar 2.6 Rangkaian penguat FET dengan bias pembagi tegangan

Oleh karena IG = 0, maka rangkaian pembagi tegangan yang diwujudkan oleh R1

danR2 tidak akan terbebani oleh FET. Dengan demikian tegangan pada G (gate) adalah sama

dengan turun tegangan pada R2, yaitu:

Dengan menerapkan hukum Kirchhoff pada ikal input diperoleh:

VG = VGS + VS

VG = VGS + ID.RS

Page 31: BAHAN AJAR

31

Harga VGS disamping ditentukan oleh ID dan RS juga dipengaruhi oleh VG

yaknibesaran yang terdiri atas R1, R2, dan VDD. Pada bias tetap tegangan VGS hanya

ditentukan oleh ID dan RS.Pada persamaan 2.9 tersebut terdapat dua besaran yang belum

diketahui yaitu ID dan VGS. Oleh karena itu perlu sebuah persamaan yang juga mengandung

dua besaran yang belum diketahui tersebut, yakni persamaan Shockley:

ID = IDSS(1 -

Apabila harga ID pada persamaan Shockley ini dimasukkan ke persamaan 2.9, maka

diperoleh:

VGS = VG - ID.RS

diselesaikan dengan formula matematis:

(a – b)2 = (a

2+ b

2- 2ab)

sehingga diperoleh:

VGS = VG - IDSS RS {1 + (VGS2/Vp

2) - 2 (VGS/Vp)}

Page 32: BAHAN AJAR

32

VGS = VG - IDSS RS - IDSS RS(VGS2/Vp

2) + 2IDSS RS(VGS/Vp)

akhirnya diperoleh persamaan kuadrat:

Persamaan 2.10 ini dapat diselesaikan dengan rumus ABC (istilah dalam matematis untuk

menyelesaikan persamaan kuadrat), yaitu:

Dengan menggunakan rumus ABC ini akan diperoleh dua buah harga VGS, namun

diantara dua tersebut hanya satu VGS yang memenuhi syarat.Syarat VGS adalah:

Harga VGS harus bernilai antara 0 sampai Vp.

Disamping itu harga (B2- 4AC) dalam rumus ABC tersebut harus bernilai positip.

Apabilabernilai negatip berarti tidak ada penyelesaian. Setelah harga VGS diperoleh maka

dengan menasukkan VGS ke persamaan 2.9 akan dapat ditentukan nilai arus ID, yaitu:

Page 33: BAHAN AJAR

33

Tegangan VDS dapat diperoleh dengan menerapkan hukum Kirchhoff pada ikal output, yaitu:

VDD = VDS + ID RD + ID RS

VDD = VDS + ID (RD + RS)

Dengan demikian dapat ditentukan titik kerja penguat FET, yaitu: VGSQ, IDQ, dan VDSQ.

Contoh 2.3

Suatu rangkaian penguat JFET dengan bias pembagi tegangan ditunjukkan pada gambar

2.7. Diketahui data JFET adalah: IDSS = 8mA dan Vp = - 4 Volt. Tentukan:

(a) VGSQ

(b) IDQ

(c) VDSQ

Page 34: BAHAN AJAR

34

Gambar 2.7 Rangkaian penguat FET bias pembagi tegangan untuk contoh 2.3

Penyelesaian:

(a) Menentukan VGSQ dengan persamaan 2.10 dengan terlebih dahulu menghitung

VGdengan persamaan 2.8

Page 35: BAHAN AJAR

35

(0,75) VGS2+ (7) VGS + (10,18) = 0

dengan menggunakan rumus ABC dapat diperoleh

VGS1 = - 1,8 Volt

Dan

VGS2 = - 7,53 Volt

Diantara dua harga VGS tersebut yang memenuhi syarat sebagai VGSQ adalah VGS1 = - 1,8

Volt karena terletak antara nilai 0 hingga Vp = - 4 Volt.

(b) Harga VGSQ = - 1,8 Volt dimasukkan ke persamaan 2.11 diperoleh:

(c) Dengan persamaan 2.12 diperoleh harga VDS, yaitu:

VDS = VDD - ID (RD + RS)

VDS = 16 - (2,41m) (2,4K + 1,5K) = 6,6 Volt

Page 36: BAHAN AJAR

36

Untuk mempermudah analisis titik kerja pada rangkaian bias pembagi tegangan

inidapat juga dipakai pemrograman yang sudah dibahas pada bias sendiri.

Pemrogramantersebut dapat dipakai untuk kedua metode bias ini. Untuk bias sendiri, karena

R1 tidak ada maka harga tersebut ditulis 1E30, dan yang dimaksud R2 adalah RG.

Pemberian tegangan bias untuk D-MOSFET pada dasarnya sama seperti untuk JFET.

Demikian juga analisis titik kerjanya. Satu hal yang berbeda diantara keduanya adalah bahwa

pada D-MOSFET dimungkinkan pemberian tegangan VGS positip.

Soal Latihan

1. Diketahui rangkaian JFET seperti gambar 2.8 dengan data IDSS = 8 mA dan Vp = -

4,5Volt, tentukan:

a) VGSQ

b) IDQ

c) VDSQ

Gambar 2.8 Penguat FET bias tetap untuk soal no.1

Page 37: BAHAN AJAR

37

2. Suatu rangkaian penguat JFET dengan self-bias seperti pada gambar 2.9. Diketahui

data JFET adalah sebagai berikut: IDSS = 7 mA dan Vp = - 5,5 Volt.

Tentukan:

a) VGSQ

b) IDQ

c) VDSQ

Gambar 2.9 Rangkaian penguat JFET untuk soal no.2

3. Suatu rangkaian penguat JFET dengan bias pembagi tegangan ditunjukkan pada

gambar 2.10. Diketahui data JFET adalah: IDSS = 12 mA dan Vp = - 6 Volt.

Tentukan:(a) VGSQ, (b) IDQ dan (c) VDSQ

Page 38: BAHAN AJAR

38

Gambar 2.10 Rangkaian penguat FET bias pembagi tegangan untuk soal no. 3

4. Hitunglah harga gm untuk JFET yang mempunyai data IDSS = 10 mA dan Vp = - 6

Volt pada titik kerja VGSQ =:

a) 0.5 Volt

b) - 1.5 Volt

c) - 2.5 Volt

Page 39: BAHAN AJAR

39

Bab 3

Penguat FET

Rangkaian penguat dengan menggunakan FET, seperti juga transistor bipolar, selalu

diberikan tegangan bias agar dapat bekerja sebagai penguat. Tegangan bias untuk FET dapat

diberikan dengan berbagai cara. Diantara yang paling banyak digunakan untuk rangkaian

penguat FET adalah self-bias. Pemberian tegangan bias yang tepat akan menjamin FET dapat

bekerja pada daerah yang aktif.

Beberapa metode pemberian bias termasuk menentukan titik kerja FET akan

dibahaspada bab ini. Kemudian dilanjutkan dengan analisis rangkaian penguat FET guna

menentukan beberapa parameter penguat seperti penguatan tegangan (Av), penguatan arus

(Ai) dan sebagainya. Disamping analisis rangkaian, juga dikenalkan metode perancangan

suatu penguat dengan FET.

Model sinyal kecil FET

FET dapat digunakan sebagai penguat sinyal kecil dengan impedansi input

yangsangat tinggi. Untuk melalukan analisis ac pada rangkaian penguat FET diperlukan

rangkaian ekivalen atau modelnya. Dengan analisis ini dapat diperoleh beberapa parameter

penguatseperti: Av, Ai, Zi, dan Zo. Rangkaian ekivalen ac (model ac) suatu JFET adalah

seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Rangkaian ekivalen ac JFET

Pada rangkaian ekivalen ac JFET terlihat bahwa bagian input merupakan

rangkaianterbuka yang menunjukkan bahwa input JFET mempunyai impendasi yang sangat

tinggi. Bagian output JFET terdiri atas sumber arus yang tergantung pada nilai gm dan vgs

dan diparalel dengan rds.

Page 40: BAHAN AJAR

40

Parameter FET yang penting adalah transkonduktansi atau gm. Parameter

gmmerupakan perbandingan antara perbahan arus ID dan perubahan tegangan VGS disekitar

titik kerja dengan VDS konstan. Nilai gm dapat diperoleh dari kurva transfer, sehingga kurva

transfer ini sering juga disebut dengan kurva transkonduktansi.

Gambar 3.2 Kurva transfer untuk menentukan transkonduktansi

Harga gm tergantung dari posisi titik kerja Q, karena kurva transkonduktansi

tidaklinier. Harga gm terkecil diperoleh apabila VGS = Vp atau pada saat JFET cut-off.

Page 41: BAHAN AJAR

41

Sedangkan harga gm terbesar diperoleh saat VGS = 0, yakni pada saat arus ID sama dengan

IDSS. Harga gm pada saat VGS = 0 ini disebut dengan gm0.

Secara matematis harga gm dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan

transferatau persamaan Shockley:

sehingga didapatkan:

Atau

dimana:

Persamaan 3.1, 3.2 dan 3.3 berlaku untuk JFET dan D-MOSFET baik kanal P

maupunkanal N. Sedangkan untuk E-MOSFET karena persamaan transfernya berbeda

Page 42: BAHAN AJAR

42

dengan kedua keluarga FET tersebut, maka harga gmnya juga berbeda. Harga gm untuk E-

MOSFET diturunkan dari persamaan transfernya (persamaan 1.2):

ID = k(VGS – VT)2

sehingga didapatkan:

dimana:

Persamaan 3.4 tersebut berlaku untuk E-MOSFET baik untuk kanal N maupun kanal P.

Dari rangkaian ekivalen ac JFET gambar 3.1, selain parameter gm yang

merupakanparameter penting lainnya adalah parameter rds. Parameter rds merupakan

resistansi output FET yang nilai tipikalnya berkisar antara 40 KΩ hingga 100 KΩ, sehingga

dalam berbagai analisis praktek parameter ini sering diabaikan. Apabila parameter rds

diabaikan, maka resistor tersebut dianggap terbuka atau tak terhingga.

Page 43: BAHAN AJAR

43

Gambar 3.3 Kurva karakteristik JFET untuk menentukan parameter rds

Parameter rds dapat diperoleh dari kurva karakteristik output suatu FET. Gambar

3.3menunjukkan cara mendapatkan parameter rds dari kurva output FET.

Untuk memperoleh harga rds yang akurat secara grafis, diperlukan kurva output

JFETdengan skala yang teliti. Sulitnya mendapatkan parameter rds secara grafis karena kurva

output terlihat mendatar. Akan tetapi pada umumnya harga rds sudah diketahui dari buku data

yang dikeluarkan pabrik. Pabrik umumnya mengeluarkan spesifikasi parameter rds dalam

istilah yos. Parameter yos ini disebut dengan admitansi output yaitu kebalikan dari resistansi

output.

Page 44: BAHAN AJAR

44

dimana: rds dalam satuan Ohm (Ω)

yos dalam satuan Siemens (S)

Contoh 3.4

Hitunglah harga gm untuk JFET yang mempunyai data IDSS = 8 mA dan Vp = - 4Volt pada

titik kerja VGSQ =:

a) 0.5 Volt

b) - 1.5 Volt

c) - 2.5 Volt

Penyelesaian:

Menentukan gm pada saat VGS = 0 yaitu gm0 dengan persamaan 3.3:

(a) pada VGSQ = - 0,5 Volt:

(b) pada VGSQ = - 1,5 Volt:

Page 45: BAHAN AJAR

45

(c) pada VGSQ = - 2,5 Volt:

Harga gm terbesar diperoleh pada saat VGS = 0, kemudian apabila VGS dibuat semakin

negatip maka harga gm semakin kecil.

Analisis Penguat CS

Seperti halnya pada penguat transistor bipolar, penguat FET juga dapat

dirangkaidalam beberapa konfigurasi. Konfigurasi penguat JFET dengan source sebagai

terminalbersama disebut dengan penguat Common Source (CS). Rangkaian penguat CS dapat

dilihat pada gambar 3.4. Untuk menganalisa parameter penguat seperti Av, Zi, dan Zo,

rangkaian penguat tersebut perlu diubah menjadi rangkaian ekivalen ac. Gambar 3.4a

merupakanrangkaian ekivalen ac dari gambar 3.4.

Page 46: BAHAN AJAR

46

Gambar 3.4 Rangkaian penguat CS

Gambar 3.4a Rangkaian ekivalen ac penguat CS

Pembuatan rangkaian ekivalen ac tersebut didasarkan atas asumsi bahwa pada

kondisiac semua kapasitor termasuk kapasitor kopling (C1 dan C2) dan by-pass (CS)

dianggap hubung singkat. Dengan demikian RS seolah-olah tidak ada karena telah dihubung

singkat oleh CS. Pada rangkaian ekivalen ac terminal source langsung terhubung ke ground.

Sumbertegangan VDD juga dianggap hubung singkat ke ground.

Page 47: BAHAN AJAR

47

Analisis pertama adalah menentukan penguatan tegangan (Av). Dengan menerapkan

hukum Kirchhoff pada ikal output dapat diperoleh Av sebagai berikut:

Apabila harga rds diabaikan (atau tidak diketahui) yang disebabkan karena rds>> RD,

makapersamaan 3.6 tersebut menjadi:

Tanda negatip pada kedua persamaan tersebut menunjukkan bahwa antara sinyal output dan

input berbeda fasa 1800atau berlawanan fasa.

Impedansi input (Zi) dari rangkaian tersebut adalah:

Sebenarnya impedansi rangkaian penguat tersebut (Zi) adalah paralel antara RG dengan

impedansi input FET. Akan tetapi karena impedansi input FET sangat tinggi ( ≡109 Ω harga

tipikal untuk JFET dan 1012

hingga 1015

Ω harga tipikal untuk MOSFET), maka praktis

yangmenentukan impedansi input rangkaian adalah RG.

Page 48: BAHAN AJAR

48

Impedansi output (Zo) dari JFET adalah:

Zo(FET) = rds

Sedangkan impedansi input dari rangkaian adalah paralel antara rds dengan RD.

Apabila harga rds diabaikan atau tidak diketahui, maka besarnya Zo tersebut hanya ditentukan

oleh RD, yaitu:

Zo = RD

Contoh 3.5

Suatu rangkaian penguat CS seperti pada gambar 3.5 mempunyai data JFET sebagai

berikut: yos = 40 µS, IDSS = 8 mA, dan VGS(off) = -4 Volt.

Tentukanlah:

a) Titik kerja: VGSQ dan IDQ

b) Penguatan tegangan (Av)

c) Impedansi input (Zi)

d) Impedansi output(Zo)

Page 49: BAHAN AJAR

49

Gambar 3.5 Rangkaian penguat JFET untuk contoh 7.5

Penyelesaian:

a) Dengan menggunakan persamaan 3.5 dan 3.6 diperoleh titik kerja:

VGSQ = - 1,8 Volt

IDQ = 2,4 mA

b) Penguatan tegangan ditentukan dengan persamaan 3.6, namun perlu dicari dulu gm0,

gm, dan rds dari data JFET yang ada.

Menentukan gm0 dengan persamaan 3.3:

Menentukan gm dengan persamaan 3.1:

Page 50: BAHAN AJAR

50

Menentukan rds dengan persamaan 3.5

Menentukan Av dengan persamaan 3.6:

Av = - gm(rds || RD)

= - (2,2m)(2,2K || 25K) = - 4,45

(c) Impedansi input (Zi)

Zi = RG = 10 M Ω

(d) Impedansi output (Zo)

Zo = rds || RD = 2,2K | 25K = 2.02 K Ω

Penguat CS dengan RS

Rangkaian penguat Common-Source (CS) berarti bahwa kapasitor by-pass

yangmemparalel RS dilepas, sehingga terdapat turun tegangan ac pada resistor RS. Hal ini

akan memperkecil penguatan tegangan (Av) rangkaian penguat tersebut. Rangkaian penguat

CS dengan RS dapat dilihat pada gambar 3.6.

Pada pembahasan penguat CS dengan RS ini terdapat perbedaan analisis antara rds

diabaikan dan rds diperhitungkan. Tidak seperti pada penguat CS dengan C by-pass yang lalu

yang hanya memparalel antara rds dengan RD. Oleh karena itu pembahasan pertama akan

dilakukan dengan menganggap rds tidak ada atau rds diabaikan. Rangkaian ekivalen ac

daripenguat CS dengan RS adalah seperti pada gambar 3.7.

Page 51: BAHAN AJAR

51

Gambar 3.6 Rangkaian penguat CS dengan RS

Gambar 3.7 Rangkaian ekivalen ac penguat CS dengan RS

Pada rangkaian ekivalen ac tampak bahwa rds tidak ada, hal ini disebabkan karena

rdsdiabaikan atau dianggap terbuka. Sedangkan RS terlihat terhubung antara S dan ground,

hal ini disebabkan karena C by-pass (CS) yang memparalel RS telah dilepas.

Dengan memperhatikan rangkaian ekivalen ac tersebut, maka penguatan

tegangan(Av) dapat diperoleh sebagai berikut:

Page 52: BAHAN AJAR

52

harga vi dapat diperoleh dari rangkaian ekivalen, yaitu:

vi = vgs + vs

vi = vgs + (gm vgs )(RS)

vi = vgs (1 + gm RS)

Apabila harga vi ini dimasukkan ke persamaan Av, maka diperoleh:

dengan meniadakan harga vgs pada pembilang dan penyebut, maka akhirnya diperoleh:

Impedansi input (Zi) dan output (Zo) dari rangkaian penguat CS dengan RS ini

samaseperti persamaan 3.8, yakni untuk penguat CS dengan CS (tanpa RS).

Zi = RG

Zo = RD

Page 53: BAHAN AJAR

53

Contoh 3.6

Diketahui rangkaian penguat CS seperti pada gambar 3.8, dimana data D-

MOSFETyang digunakan adalah: IDSS = 10 mA, dan Vp = - 3.5 Volt. Tentukan penguatan

tegangan(Av) rangkaian tersebut.

Gambar 3.8 Rangkaian penguat CS dengan RS untuk contoh 3.6

Penyelesaian:

Menentukan titik kerja VGSQ dan IDQ dengan persamaan 3.5 dan 3.6, diperoleh:

VGSQ = - 1.8 Volt

IDQ = 2.3 mA

Menentukan gm0 dengan persamaan 3.3:

Page 54: BAHAN AJAR

54

Menentukan gm dengan persamaan 3.1:

Menentukan Av dengan persamaan 3.10:

Pembahasan di atas didasarkan atas anggapan bahwa rds diabaikan karena

nilainyarelatif sangat besar dibanding RD maupun RS atau karena alasan datanya tidak

diketahui. Namun untuk perhitungan yang lebih teliti, maka rds perlu dimasukkan dalam

analisis. Pembahasan berikut ini dengan anggapan bahwa rds diketahui. Gambar 3.9

merupakan rangkaian ekivalen ac penguat CS dengan RS dimana harga rds diperhitungkan.

Gambar 3.9 Rangkaian ekivalen ac penguat CS dengan RS

Dari gambar rangkaian ekivalen tersebut dapat dilihat bahwa arus yang mengalir pada rds

sesuai hukum Ohm adalah:

Page 55: BAHAN AJAR

55

Arus yang mengalir melewati RS maupun RD disebut dengan arus Io, sehingga:

Vo = - Io RD

dan

Vs = Io RS

Dengan demikian Irds dapat dinyatakan:

Arus Io sebenarnya merupakan jumlah arus dari sumber arus gm vgs dan arus dari Irds, yaitu:

Io = gm vgs + Irds

apabila harga arus Irds dimasukkan, maka diperoleh:

Dari rangkaian ekivalen diperoleh juga:

Vi = Vgs + Vs

Vi = Vgs + Io RS

Vgs = Vi - Io RS

Page 56: BAHAN AJAR

56

harga vgs ini selanjutnya dimasukkan ke persamaan Io, yaitu:

Io {1 + gm RS +(RD + RS)/rds} = gm Vi

akhirnya diperoleh:

Dengan demikian Vo adalah:

Vo = - Io RD

Oleh karena penguatan tegangan Av adalah:

Av = Vo/Vi

maka:

Page 57: BAHAN AJAR

57

Persamaan 3.11 terlihat panjang karena adanya rds dalam pembahasan.

Apabiladikembalikan ke depan yaitu bila dalam persamaan 3.11 tersebut harga rds dibuat tak

terhingga, maka persamaan 3.11 menjadi persamaan 3.10. Persamaan 3.10 adalah persamaan

Av dimana rds tidak ada. Selanjutnya apabila dalam persamaan 3.11 tersebut harga rds dibuat

tak terhingga dan RS adalah nol, maka persamaan 3.11 menjadi persamaan 3.3. Persamaan

3.7 ini adalah persamaan Av tanpa rds dan RS hubung singkat.

Impedansi input untuk rangkaian ekivalen gambar 3.9 adalah:

Zi = RG

Sedangkan impedansi output (Zo)nya adalah jumlah paralel antara rds + RS dengan RD,

yaitu:

Contoh 3.7

Perhatikan gambar 3.8 pada contoh 3.6. Diketahui yos = 25 µS sebagai data tambahanuntuk

rangkaian tersebut. Hitunglah Av sekarang.

Penyelesaian:

Menentukan rds dengan persamaan 3.5

Page 58: BAHAN AJAR

58

Dari contoh 3.6 tersebut diperoleh gm = 2,77 mS, sehingga bisa langsung dihitung Av

nyadengan persamaan 3.11.

Av = -1,3

Pada contoh 3.6 dengan mengabaikan rds diperoleh Av = - 1,35, dan pada contoh 3.7

denganmemperhitungkan rds diperoleh Av = -1,3. Secara praktis perbedaan ini cukup

kecil,sehingga pada kebanyakan perhitungan praktis rds selalu diabaikan.

Rangkaian Pengikut Source

Pada transistor bipolar terdapat konfigurasi common kolektor atau rangkaian

pengikutemitor. Sebagai padanan dalam FET terdapat rangakaian pengikut source atau

common drain.Seperti halnya pada transistor bipolar, ciri-ciri rangkaian pengikut source ini

adalahmempunyai Av kurang dari satu, Zo rendah, dan Zi sangat tinggi. Rangkaian pengikut

source dapat dilihat pada gambar 3.10. Sedangkan gambar 3.11 merupakan

rangkaianekivalen ac pengikut source.

Page 59: BAHAN AJAR

59

Gambar 3.10 Rangkaian pengikut source

Gambar 3.11 Rangkaian ekivalen ac penguatpengikut source

Dari rangkaian ekivalen ac pada gambar 3.11 dapat diturunkan formula untukpenguatan

tegangan (Av), yaitu:

Page 60: BAHAN AJAR

60

harga Vo dapat diperoleh dari rangkaian ekivalen, yaitu:

Vo = (gm vgs )(RS || rds)

Oleh karena:

Vi = vgs + Vo

Vgs = Vi - Vo

bila vgs dimasukkan ke persamaan Vo, maka:

Vo = (gm )(Vi - Vo)(RS || rds)

Vo = (gm Vi – gm Vo)(RS || rds)

Vo = gm Vi(RS || rds) – gm Vo(RS || rds)

Vo + gm Vo(RS || rds) = gm Vi(RS || rds)

Vo {1 + gm (RS || rds)} = gm Vi(RS || rds)

Akhirnya bisa diperoleh Vo/Vi atau Av, yaitu:

Apabila pembilang dan penyebut dibagi gm, maka diperoleh:

Page 61: BAHAN AJAR

61

Dari persamaan 3.13 tersebut terlihat bahwa harga Av selalu kurang dari satu. Semakin

besarharga gm, harga Av semakin mendekati satu. Harga Av adalah positip berarti sinyal

outputdan input sefasa.

Impedansi input (Zi) rangkaian pengikut source adalah:

Zi = RG

Sedangkan impedansi output (Zo) adalah:

Contoh 3.7

Perhatikan rangkaian pengikut source seperti pada gambar 3.12. Diketahui data JFETadalah:

IDSS = 16 mA, Vp = -4 Volt, dan yos = 25 µS. Tentukan Av, Zi dan Zo.

Gambar 3.12 Rangkaian pengikut source

Penyelesaian:

Menentukan titik kerja dengan persamaan 3.5, diperoleh:

Page 62: BAHAN AJAR

62

VGSQ = - 2,86 Volt

Menentukan gm0 dengan persamaan 3.3:

Menentukan gm dengan persamaan 3.1:

Menentukan rds dengan persamaan 3.5

Menentukan Av dengan persamaan 3.13:

Menentukan Zi: Zi = RG = 1 MΩ

Menentukan Zo dengan persamaan 3.14:

Zo = RS || rds || (1/gm)

Page 63: BAHAN AJAR

63

Zo = (2,2K) || (40K) || (1/2,28m) = 362 Ω

Penguat Gate Bersama (CG)

Konfigurasi terakhir yang dibahas sebagai penguat FET adalah penguat Gate

Bersama(Common Gate = CG). Sebagaimana akan terlihat pada analisis berikut irangkaian

penguatCG mempunyai impedansi input kecil, impedansi output seperti CS, dan Av seperti

CSnamun tidak membalikkan. Gambar 3.13 dan 3.14 berturut-turut adalah rangkaian

penguatCG dan rangkaian ekivalen ac nya.

Gambar 3.13 Rangkaian penguat CG

Gambar 3.14 Rangkaian ekivalen ac penguat CG

Dari gambar rangkaian ekivalen ac terlihat bahwa terminal G berada di bawah

dantidak terhubung baik dengan source maupun drain. Besarnya tegangan gate - source

adalah:Vgs = - Vi. Penguatan tegangan Av dapat diturunkan sebagai berikut:

Page 64: BAHAN AJAR

64

harga Vo dapat diperoleh dari rangkaian ekivalen, yaitu:

Vo = (- gm vgs )(RD)

Vo = (- gm )(-Vi)(RD)

Vo = (gm Vi)(RD)

Dengan demikian harga Av adalah:

Penguatan Av bertanda positip berarti sinyal input dan output sefasa. Bedanya

hargaAv ini dengan Av penguat CS adalah tanda negatipnya saja.

Apabila harga rds diketahui, maka persamaan 3.15 menjadi:

Dengan mengabaikan rds, impedansi input (Zi) rangkaian penguat CG adalah:

Impedansi output (Zo) adalah:

Page 65: BAHAN AJAR

65

Contoh 3.9

Perhatikan rangkaian penguat CG seperti pada gambar 3.15. Diketahui data

JFETadalah: IDSS = 10 mA, Vp = -4 Volt. Tentukan Av, Zi dan Zo.

Gambar 3.15 Rangkaian penguat CG

Penyelesaian:

Menentukan titik kerja dengan persamaan 3.5, diperoleh:

VGSQ = - 2,2 Volt

Menentukan gm0 dengan persamaan 3.3:

Page 66: BAHAN AJAR

66

Menentukan gm dengan persamaan 3.1:

gm = 5 mS (1 -

Menentukan Av dengan persamaan 3.15:

Av = gm RD = (2,25 m)(3,6K) = 8,1

Menentukan Zi dengan persamaan 3.17:

Zi = RD ||(1/gm) = (3,6K)||(1/2,25m) = 395 Ω

Impedansi output:

Zo ≡ RD = 3,6 KΩ

Soal Latihan

1. Suatu rangkaian penguat CS seperti pada gambar 3.16 mempunyai data JFET sebagai

berikut: yos = 50 mS, IDSS = 12 mA, dan VGS(off) = - 6,5 Volt. Tentukanlah:

a) Titik kerja: VGSQ dan IDQ

b) Penguatan tegangan (Av)

c) Impedansi input (Zi)

d) Impedansi output(Zo)

Page 67: BAHAN AJAR

67

Gambar 3.16 Rangkaian penguat JFET untuk soal no. 1

2. Diketahui rangkaian penguat CS seperti pada gambar 3.17, dimana data D-MOSFET

yang digunakan adalah: IDSS = 16 mA, dan Vp = - 6 Volt. Tentukan penguatan

tegangan (Av) rangkaian tersebut.

Page 68: BAHAN AJAR

68

Gambar 3.17 Rangkaian penguat CS dengan RS untuk soal no. 2

3. Perhatikan gambar 3.17 pada soal no.2. Diketahui yos = 25 mS sebagai data tambahan

untuk rangkaian tersebut. Hitunglah Av sekarang.

4. Perhatikan rangkaian pengikut source seperti pada gambar 3.18. Diketahui data JFET:

IDSS = 10 mA, Vp = -6 Volt, dan yos = 40 mS. Tentukan Av, Zi dan Zo.

Page 69: BAHAN AJAR

69

Gambar 3.18 Rangkaian pengikut source untuk soal 4

5. Perhatikan rangkaian penguat CG seperti pada gambar 3.19. Diketahui data JFET

adalah: IDSS = 16 mA, Vp = - 6,5 Volt. Tentukan Av, Zi dan Zo.

Page 70: BAHAN AJAR

70

Gambar 3.19 Rangkaian penguat CG untuk soal no. 5

6. Rangkaian penguat CS seperti gambar 3.30 diharapkan dapat menghasilkan Av = - 8.

Bila diketahui data JFET adalah: IDSS = 10 mA, Vp = - 4 Volt, yos = 20 mS, dan

VGSQ = 1 Volt. Tentukan nilai RS dan RD.

Gambar 3.20 Rangkaian penguat JFET untuk soal no. 6

Page 71: BAHAN AJAR

71

Bab 4

Penguat Daya

Suatu sistem penguat biasanya terdiri atas beberapa tingkat dimana penguat

dayamerupakan tingkat yang terakhir. Penguat daya dimaksudkan untuk memberikan daya

maksimum kepada beban yang mungkin berupa loudspeaker, penggerak, kumparan atau

komponen daya lainnya. Input dari sistem penguat berupa sinyal kecil yang kemudian

dikuatkan oleh beberapa penguat tegangan dan akhirnya diumpankan ke penguat daya untuk

memperoleh daya yang besar.

Fokus pembicaraan pada penguat sinyal kecil adalah linieritas penguat dan besarnya

penguatan, sedangkan pada penguat daya pembahasan akan difokuskan pada efisiensi

penguat, daya keluaran maksimum, dan penyesuai impedansi. Input penguat daya berupa

sinyal besar, sehingga kemampuan daya transistor harus cukup besar untuk dapat

memberikan daya kepada beban.

Pada bab ini akan dibahas beberapa definisi kelas penguat dan analisa penguat

dayakelas A dan B. Penguat daya dengan kopling trafo dan penguat daya komplementer juga

akan dibicarakan.

Kelas Penguat

Penguat daya dapat diklasifikasikan menurut persentase waktu arus kolektor

mengalir.Kelas-kelas penguat menunjukkan lamanya sinyal output mengalir terhadap satu

siklus operasi penuh dari sinyal input. Yang dimaksud satu siklus penuh operasi adalah

3600.Pembagian kelas penguat tersebut adalah:

Penguat Kelas A:

Penguat kelas A dapat menghasilkan sinyal output sesuai dengan sinyal input

selamasiklus penuh. Arus output (kolektor) mengalir terus menerus meskipun tidak ada sinyal

input, sehingga transistor menerima panas karena adanya ICQ. Efisiensi penguat yang

beroperasi pada kelas A sangat rendah. Gambar 4.1 menunjukkan karakteristik transistor

yang bekerja pada kelas A.

Page 72: BAHAN AJAR

72

Gambar 4.1 Karakteristik penguat kelas A

Pada kurva gambar 4.1 terlihat adanya sinyal input berbentuk sinus yang

menumpangpada IBQ dan sinyal output terlihat mengayun secara penuh (selama 3600)

disekitar ICQ. Pada umumnya titik kerja (ICQ maupun VCEQ) penguat kelas A diletakkan

ditengah-tengah garis beban ac agar diperoleh ayunan sinyal output maksimum. Dengan

demikian arus ICQ selalu mengalir baik pada saat ada sinyal input maupun pada saat tidak

ada sinyal input. Hal inilah yang menyebabkan banyak daya yang terdisipasi pada transisor

dan terbuang menjadi panas, sehingga efesiensi penguat kelas A sangat rendah.

Penguat Kelas B:

Penguat kelas B hanya dapat menguatkan setengah siklus (1800) dari sinyal input,

sehingga apabila inputnya gelombang sinus maka sinyal outputnya berupa

setengahgelombang. Titik kerjanya berada pada daerah cut-ff (mati), yakni ICQ = 0. Dengan

demikian pada saat tidak ada sinyal input arus kolektor tidak mengalir, sehingga diperoleh

efisiensi penguat yang tinggi.

Penguat kelas B selalu digunakan untuk dua buah penguat yang masing-

masingpenguat menguatkan setengah gelombang input, sehingga bisa diperoleh sinyal output

yang penuh. Rangkaian penguat ini disebut dengan penguat push-pull. Masing-masing

penguat bekerja secara bergantian sesuai dengan polaritas ayunan sinyal input.

Page 73: BAHAN AJAR

73

Penguat Kelas AB:

Penguat kelas AB beroperasi diantara penguat kelas A dan kelas AB. Transistor

diberibias disekitar daerah cut-in (mulai menghantar), sehingga diperoleh linieritas yang baik.

Sinyal output yang dihasikan penguat kelas AB adalah selama selang lebih dari 1800dari

sinyal input, namun kurang dari 3600. Efisiensi penguat kelas AB juga terletak diantara

efesiensi kelas A dan kelas B

Penguat kelas AB dipergunakan dalam penguat push-pull guna memperbaiki

linieritas. Apabila yang digunakan adalah penguat kelas B, maka pada sinyal output terdapat

cacat silang (crossover distortion) karena ketidak linieran saat pergantian kerja transistor.

Dengan menggunakan penguat kelas AB, cacat tersebut dapat diatasi.

Penguat Kelas C:

Penguat kelas C menghasilkan sinyal output kurang dari 1800 dari sinyal input. Hal ini

karena bias yang diberikan kepada transistor terletak di bawah titik cut-off (mati).

Untuktransistor NPN adalah dengan memberikan tegangan VBE negatip. Efesiensi penguat

kelas C menjadi sangat tinggi, karena hidupnya transistor hanya sebentar saja.

Penguat kelas C banyak digunakan pada penguat dengan rangkaian ternala, misalnya

pada penguat akhir pemancar. Dengan menggunakan rangkaian ternala pada bagian output

penguat kelas C dapat diperoleh sinyal output bentuk sinus.

Secara keseluruhan bentuk sinyal output yang dihasilkan penguat kelas A, B, AB, dan

C dapat dilihat pada gambar 4.2

Page 74: BAHAN AJAR

74

Gambar 4.2 Bentuk gelombang kelas A, AB, B dan C

Penguat Daya Kelas A Beban Resistor

Rangkaian penguat daya kelas A satu tingkat dengan beban resistor tampak

padagambar 4.3. Meskipun rangkaian ini telah dibahas pada analisa sinyal kecil untuk

penguat CE dalam bab 5, namun titik fokus pembahasan pada bab ini adalah tentang analisa

sinyal besar dan perhitungan daya. Adapun analisa titik kerja dan garis beban adalah sama

seperti pada bab 4, sehingga bila perlu pembahasan pada bab ini dapat merujuk ke bab

tersebut.

Page 75: BAHAN AJAR

75

Gambar 4.3 Rangkaian penguat daya kelas A beban resistor

Daya rata-rata pada beban RL (resistor pada kolektor) yang disebabkan oleh

adanyasinyal ac (bukan karena arus dc ICQ) adalah:

Apabila sinyal output yang mengalir mengalir pada RL, yaitu ic berbentuk sinus, maka

persamaan di atas menjadi:

dimana Icm adalah harga puncak atau harga maksimum dari sinyal output ic.

Penguat yang direncanakan agar dapat menghasilkan ayunan sinyal output

maksimum,maka harga ICQnya harus diletakkan ditengah-tengah garis beban (ingat

pembicaraan garis beban pada buku jilid 1). Dengan demikian harga maksimum (atau harga

puncak) dari sinyal output ic adalah sebesar ICQ, yaitu:

Icm = ICQ

Dengan memasukkan harga Icm = ICQ ini ke persamaan 4.1, maka diperoleh daya rata-rata

maksimum sebesar:

Untuk penguat dengan titik kerja ditengah-tengah garis beban, yakni agar

diperolehayunan sinyal output maksimum, maka besarnya ICQ adalah:

Page 76: BAHAN AJAR

76

Harga ICQ ini diturunkan dari persamaan 4.26 (buku julid 1), dimana Rac sama dengan Rdc

yaitu sebesar RL + RE. Dengan demikian harga Rac + Rdc adalah 2 (RL + RE). Dengan

memasukkan harga ICQ ini ke persamaan 4.2, maka diperoleh:

Dari persamaan 4.3 terlihat bahwa besarnya daya beban maksimum (saat sinyal

outputmaksimum dan ICQ ditengah garis beban) adalah ditentukan oleh harga VCC dan

resistor RL dan RE. Daya PL,mak dapat diperbesar lagi dengan jalan mengecilkan harga RE.

Apabila RE dibuat jauh lebih kecil dibanding RL, maka nilai RE tersebut bisa diabaikan.

Dengan demikian secara pendekatan daya PL,mak adalah:

Meskipun dalam persamaan 4.4 nilai RE diabaikan karena harganya jauh lebih kecil

dibanding RL, namun dalam kenyataannya resistor RE harus tetap ada agar diperoleh

stabilitas bias yang baik. Syarat agar stabilitas penguat menjadi baik adalah:

βRE ≥ 10RB

Selanjutnya adalah menentukan daya rata-rata yang diberikan oleh catu daya

VCCkepada rangkaian kolektor yaitu yang disebut dengan PCC. Dengan kata lain PCC

adalah besarnya daya rata-rata dari catu daya yang dipakai oleh rangkaian.

Page 77: BAHAN AJAR

77

Apabila sinyal output berbentuk sinus tanpa cacat (distorsi), maka PCC menjadi:

PCC = VCC ICQ

Untuk penguat dengan titik kerja ditengah-tengah garis beban, yakni agar

diperolehayunan sinyal output maksimum, maka besarnya ICQ adalah:

Apabila harga ICQ ini dimasukkan ke PCC, maka diperoleh:

Apabila RL >> RE, maka persamaan 4.5 menjadi:

Setelah diketahui harga PL dan PCC, maka dapat ditentukan efesiensi

penguat.Efesiensi penguat adalah perbandingan antara daya beban dengan daya dari catu

daya yang digunakan penguat tersebut, yaitu:

Page 78: BAHAN AJAR

78

Efesiensi penguat akan maksimum apabila sinyal output maksimum yaitu Icm= ICQ dengan

kondisi ICQ terletak ditengah-tengah garis beban. Dengan anggapan RL >> RE, maka

efesiensi maksimum penguat daya kelas A adalah:

Dapat disimpulkan bahwa efesiensi maksimum penguat daya kelas A dengan

bebanresistor adalah 0,25 atau 25 %. Efesiensi penguat ini adalah mulai dari 0% yaitu pada

saat tidak ada sinyal output sampai 25% yaitu pada saat sinyal output maksimum.

Dalam perencanaan sering dihadapkan pada masalah pemilihan daya transistor

maksimum (PC,mak) yang akan dipakai dalam rangkaian penguat agar dapat menghasilkan

daya beban maksimum (PL,mak) tertentu. Oleh karena itu perlu ditentukan perbandingan

antara daya transistor maksimum (PC,mak) dengan daya beban maksimum (PL,mak), yakni

yang sering disebut dengan figure of merit.

Daya rata-rata pada transistor (atau pada kolektor) adalah daya yang dikeluarkan catu

daya dikurangi dengan daya pada resistor RL dan RE (baik karena sinyal ac maupun ICQ).

Besarnya daya rata-rata pada transistor (kolektor) tersebut adalah:

PC = PCC - {(RL + RE) (ICQ2 + Icm2/2)}

PC = PCC - (RL + RE)(ICQ2) - (RL + RE)(Icm2/2)

Daya pada transistor (kolektor) akan maksimum apabila tidak ada sinyal output. Hal ini

disebabkan karena pada penguat kelas A daya yang dikeluarkan dari catu daya adalah

tetap(persamaan 4.5 maupun persamaan 4.6). Sedangkan apabila tidak ada sinyal output

berarti daya yang terdisipasi pada resistor RL dan RE hanyalah karena ICQ, sehingga daya

dari catu daya sisanya diterima oleh transistor, yaitu:

Page 79: BAHAN AJAR

79

PC,mak = PCC - (RL + RE)(ICQ2)

dengan memasukkan harga PCC dan ICQ yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya,

diperoleh:

Apabila RL >> RE, maka:

Dengan demikian nilai figure of merit penguat daya kelas A dengan beban resistor adalah:

Nilai figure of merit sebesar 2 ini artinya adalah apabila pada penguat daya kelas A dengan

beban resistor diinginkan daya beban maksimum sebesar 1 Watt, maka daya transistor

maksimum yang dibutuhkan adalah 2 watt. Daya transistor maksimum (PC,mak) ini sering

dicantumkan dalam buku data sebagai data yang sangat penting terutama dalam perencanaan

penguat daya.

Page 80: BAHAN AJAR

80

Contoh 4.1

Rangkaian penguat daya kelas A seperti pada gambar 4.3a diberi sinyal input

sehinggamengalir arus basis (ac) dengan harga puncak 10 mA. Tentukan efesiensi penguat

daya tersebut.

Gambar 4.3a Rangkaian penguat daya kelas A untuk contoh 4.1

Penyelesaian:

ICQ = β IBQ = (25)(19,3mA) = 0,48 A

Harga puncak arus ic (Icm) adalah:

Icm = β Ibm = (25)(10mA) = 250 mA

Daya pada beban dihitung dengan persamaan 4.1, yaitu:

Page 81: BAHAN AJAR

81

Daya dari catu daya dihitung dengan persamaan 4.4a:

PCC = ICQ VCC = (0,48)(20) = 9,6 Watt

Dengan demikian efesiensi penguat adalah:

Penguat Daya Kelas A Beban Trafo

Rangkaian penguat daya kelas A dengan menggunakan beban trafo tampak

padagambar 4.4. Beban yang sesungguhnya dari rangkaian ini adalah RL, dimana RL ini

misalnya bisa berupa loudspeaker. Akan tetapi antara penguat dengan RL ini dihubungkan

dengan transformator atau trafo.

Page 82: BAHAN AJAR

82

Gambar 4.4 Rangkaian penguat daya kelas A beban trafo

Trafo yang digunakan dalam rangkaian penguat ini adalah ideal. Dengan demikian

berlaku:

n = Np/Ns = Vp/Vs

Np/Ns = Is/Ip

sehingga diperoleh:

Page 83: BAHAN AJAR

83

Beban ac yang dirasakan oleh kolektor pada bagian primer trafo adalah

RL’.Sedangkan beban dc yang dirasakan kolektor adalah 0. Karena secara ideal Rdc dari

trafo adalah 0 W. Dengan demikian garis beban dc dan ac dari rangkaian penguat gambar 4.4

adalah seperti pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Garis beban dc dan ac dari gambar 4.4

Dari gambar 4.5 terlihat bahwa garis beban dc hampir vertikal. Hal ini

disebabkankarena garis beban dc hanya dipengaruhi oleh resistansi RE yang nilainya sangat

kecil. Dengan demikian harga VCEQ hampir sama dengan VCC.

Perhitungan daya untuk penguat daya kelas A dengan beban trafo adalah sebagai

berikut. Daya rata-rata pada beban RL (pada kumparan skunder trafo) yang disebabkan oleh

adanya sinyal ac adalah:

dimana Icm adalah harga puncak atau harga maksimum dari sinyal output ic. Daya padabeban

akan maksimum apabila Icm = ICQ, yaitu:

Page 84: BAHAN AJAR

84

Pada penguat dengan beban trafo, bila titik kerja ditengah-tengah garis beban

agardiperoleh ayunan sinyal output maksimum, maka besarnya ICQ adalah (RL’ >> RE):

Dengan memasukkan harga ICQ ini pada persamaan di atas, diperoleh:

Daya rata-rata yang diberikan catu daya kepada rangkaian kolektor PCC adalah:

PCC = VCC ICQ

Dengan memasukkan harga ICQ,

ke dalam persamaan PCC, maka diperoleh:

Page 85: BAHAN AJAR

85

Setelah diketahui harga PL dan PCC, maka dapat ditentukan efesiensi

penguat.Efesiensi penguat adalah perbandingan antara daya beban dengan daya dari catu

daya yangdigunakan penguat tersebut, yaitu:

Efesiensi penguat akan maksimum apabila sinyal output maksimum yaitu Icm = ICQ dengan

kondisi ICQ terletak ditengah-tengah garis beban. Dengan anggapan RL’ >> RE, maka

efesiensi maksimum penguat daya kelas A dengan trafo adalah:

Dapat disimpulkan bahwa efesiensi maksimum penguat daya kelas A dengan

bebantrafo adalah 0,5 atau 50 %. Efesiensi penguat ini adalah mulai dari 0% yaitu pada saat

tidak ada sinyal output sampai 50% yaitu pada saat sinyal output maksimum. Sedangkan nilai

figure of merit penguat daya kelas A dengan beban trafo adalah sama dengan beban resistor

yaitu 2.

Penguat Daya Push-Pull Kelas B

Apabila transistor dibias pada titik mati (cut-off) atau dengan kata lain tidak

diberibias, maka transistor bekerja pada kelas B. Oleh karena penguat kelas B hanya dapat

menguatkan setengah siklus sinyal input, maka agar diperoleh sinyal output secara penuh

diperlukan dua buah transistor yang bekerja pada kelas B. Rangkaian dengan menggunakan

dua buah transistor pada kelas B ini sering disebut dengan penguat push-pull. Gambar 4.6

merupakan blok dasar penguat push-pull.

Page 86: BAHAN AJAR

86

Gambar 4.6 Blok dasar penguat push-pull

Dalam praktek terdapat bermacam-macam variasi penguat push-pull, diantaranya

yangpaling banyak dikenal adalah: penguat push-pull dengan trafo input dan output, simetri

komplementer, komplementer semu, dan lain sebagainya. Gambar 4.7 adalah rangkaian

penguat push-pull kelas B dengan menggunakan trafo input dan output, sedangkan gambar

4.8 menunjukkan garis bebannya.

Gambar 4.7 Rangkaian penguat push-pull kelas B dengan trafo input dan output

Page 87: BAHAN AJAR

87

Gambar 4.8 Garis beban dc dan ac penguat kelas B

Prinsip kerja rangkaian penguat push-pull kelas B dijelaskan secara grafis

melaluibentuk gelombang beberapa besaran arus pada rangkaian. Lihat gambar 4.9.

Page 88: BAHAN AJAR

88

Page 89: BAHAN AJAR

89

Dari bentuk gelombang pada gambar 4.9 terlihat bahwa transistor T1 dan T2

bekerjasecara bergantian. Pada saat sinyal input berpolaritas positip, maka T2 menjadi hidup

karena basis-emitor T2 mendapat bias maju sedangkan T1 menjadi mati karena basis-emitor

T1mendapat tidak mendapat bias maju. Sebaliknya pada saat sinyal input berpolaritas

negatip, maka T1 menjadi hidup karena basis-emitor T1 mendapat bias maju sedangkan T2

menjadi mati karena basis-emitor T2 mendapat tidak mendapat bias maju.

Trafo input pada rangkaian tersebut berfungsi sebagai pembelah fasa. Terminal

skunder pada ujung atas (yang terhubung ke T2) selalu berlawanan fasa dengan terminal pada

ujung bawah (yang terhubung ke T1). Sedangkan fungsi utama trafo output adalah sebagai

penyesuai impedansi, dari impedansi transistor yang tinggi ke impedansi beban yang

umumnya rendah.

Perhitungan daya pada penguat push-pull kelas B adalah sebagai berikut. Daya

rataratapada beban RL yang disebabkan oleh adanya sinyal ac adalah:

dimana Icm adalah harga puncak atau harga maksimum dari sinyal output ic. Daya pada

beban akan maksimum apabila:

Dengan memasukkan harga Icm ini pada persamaan di atas, diperoleh:

Daya rata-rata yang diberikan oleh catu daya PCC adalah:

Page 90: BAHAN AJAR

90

PCC = VCC Idc

Oleh karena pada saat tidak ada sinyal output, arus dari catu daya tidak

mengalir,maka bentuk gelombang arus dari catu daya adalah sama seperti bentuk gelombang

sinyal output. Lihat gambar 4.10.

Gambar 4.10 Bentuk gelombang arus dari catu daya

Dengan demikian besarnya arus rata-rata dari catu daya adalah:

Idc = (2/л) Icm

Dengan memasukkan harga Idc ini dalam persamaan PCC, maka diperoleh:

PCC = VCC (2/л) Icm

PCC akan maksimum apabila Icm = VCC /RL’, yaitu:

PCC,mak = VCC (2/л) (VCC /RL’)

Setelah diketahui harga PL dan PCC, maka dapat ditentukan efesiensi penguat, yaitu:

Page 91: BAHAN AJAR

91

Efesiensi penguat akan maksimum apabila Icm = VCC/RL’, yaitu:

Selanjutnya menentukan daya pada transistor (kolektor) adalah:

PC(total 2 transistor) = 2PC = PCC - PL

2PC = VCC (2/л) Icm– Icm2 RL’/2

Disipasi daya pada transistor akan maksimum apabila:

Icm = (2/л)(VCC/RL’)

Dengan memasukkan harga Icm ini pada persamaan PC, maka diperoleh:

2PC,mak = VCC (2/л) (2/л)(VCC/RL’) - {(2/л)(VCC/RL’)}2 RL’/2

Page 92: BAHAN AJAR

92

Disipasi daya maksimum untuk setiap transistor adalah:

Nilai figure of merit dari penguat kelas B adalah:

Nilai figure of merit sebesar 0,2 ini berarti bahwa apabila suatu penguat kelas

Bdiinginkan daya beban maksimum 25 Watt, maka daya transistor maksimum yang

diperlukan adalah 5 Watt. Padahal dengan transistor yang sama, yakni dengan PCmak = 5

Watt, apabila dipakai untuk penguat kelas A hanya mampu menghasilkan daya beban

maksimum sebesar 2,5 watt.

Pada sinyal output yang diperoleh dari penguat daya push-pull kelas B terdapat

cacatsilang atau crossover distortion. Cacat ini terjadi karena ketidak linieran karakteristik

transistor pada awal kerjanya, yaitu antara titik mati hingga cut-in. Bentuk gelombang output

dengan cacat silang ditunjukkan pada gambar 4.11.

Page 93: BAHAN AJAR

93

Gambar 4.11 Cacat silang pada sinyal output penguat push-pull kelas B

Untuk mengatasi adanya cacat silang tersebut, penguat push-pull perlu diberi biaspada

daerah cut-in. Dengan adanya tegangan bias yang kecil ini, maka penguat beroperasi pada

kelas AB. Gambar penguat daya push-pull kelas AB terlihat pada gambar 4.12.

Gambar 4.12 Rangkaian penguat push-pull kelas AB dengan trafo input dan output

Page 94: BAHAN AJAR

94

Penguat Daya Komplementer

Penguat daya komplementer merupakan bentuk lain penguat push-pull

yangmenggunakan dua buah transistor PNP dan NPN yang saling berkomplemen.

Keuntungan penguat komplementer ini adalah tidak diperlukan adanya trafo input dan trafo

output. Rangkaian dasar penguat simetri komplementeradalah seperti pada gambar 4.13.

Gambar 4.13 Rangkaian dasar penguat simetri komplementer

Meskipun tanpa trafo untuk pembelah fasa pada input penguat komplementer,

makadengan adanya transistor T1 dan T2 yang berbeda jenisnya akan dengan sendirinya

menghantar (atau mati) secara bergantian. Pada saat siklus sinyal input positip, maka basis-

emitor T1 mendapat bias maju sehingga T1 hidup sedangkan basis-emitor T2 mendapat bias

mundur (karena PNP) sehingga T2 mati. Gambar 4.14 menunjukkan bentuk gelombang dan

arah arus pada saat siklus input positip.

Pada saat siklus sinyal input berubah menjadi negatip, maka basis-emitor T1

mendapat bias mundur sehingga T1 mati. Sedangkan basis-emitor T2 mendapat bias maju

(karena PNP) sehingga T2 menjadi hidup. Gambar 4.15 menunjukkan bentuk gelombang dan

arah arus pada saat siklus input negatip.

Page 95: BAHAN AJAR

95

Gambar 4.14 Bentuk gelombang dan arah arus saat input positip

Gambar 4.15 Bentuk gelombang dan arah arus saat input negatip

Page 96: BAHAN AJAR

96

Pada saat siklus sinyal input positip arah arus kolektor ic dari kanan ke kiri

(gambar4.14), dan saat siklus sinyal input negatip arah arus kolektor ic dari kiri ke kanan. Hal

inimenunjukkan bahwa polaritas sinyal output sesuai dengan polaritas sinyal input.

Konfigurasi dasar dari tiap penguat transistor dalam penguat simetri

komplementeradalah pengikut emitor, karena sinyal output diambil dari kaki emitor. Dengan

demikian penguatan tegangan Av dari penguat tersebut kurang lebih adalah satu, atau tidak

menguatkan. Sedangkan fasa sinyal input dan output adalah sama atau tidak berlawanan.

Contoh 4.2

Perhatikan rangkaian penguat daya simetri komplementer pada gambar 4.16.

Apabilasinyal sebesar 12 Vrms diumpankan pada input penguat, tentukan daya beban, daya

dari catu daya, efesiensi, dan daya transistor.

Gambar 4.16 Rangkaian penguat simetri komplementer untuk contoh 4.2

Penyelesaian:

Harga puncak sinyal input adalah:

Page 97: BAHAN AJAR

97

Vim = (√2)(Virms)

= (√2)(12 V) = 16,7 V

Karena konfigurasi penguat adalah pengikut emitor, maka:

Vom = Vim = 16,7 V

Daya pada beban RL adalah:

Harga puncak arus beban adalah:

Iom = Vom /RL = 16,7 / 4 = 4,2 A

Daya dari catu daya adalah:

PCC = VCC (2/л) Iom

= (25V)(2/л)(4,2A)= 67,75 Watt

Efesiensi penguat adalah:

h = PL/PCC = 36/67,75 = 53,3 %

Disipasi daya setiap transistor adalah:

PC = (PCC - PL)/2 = (67,75 W - 36 W)/2 = 15,8 Watt

Soal Latihan

1. Rangkaian penguat daya kelas A seperti pada gambar 4.17 diberi sinyal input

sehingga mengalir arus basis (ac) dengan harga puncak 15 mA. Tentukan efesiensi

penguat daya tersebut.

Page 98: BAHAN AJAR

98

Gambar 4.17 Rangkaian penguat daya kelas A untuk soal no. 1

2. Perhatikan rangkaian penguat daya pada gambar 4.17. Agar penguat tersebut dapat

menghasilkan ayunan sinyal output maksimum, maka letakkanlah titik kerjanya

ditengah garis beban, dan tentukan harga RB. Tentukan berapa sinyal input yang

dimasukkan agar diperoleh efesiensi maksimum.

Page 99: BAHAN AJAR

99

Gambar 4.18 Rangkaian penguat daya kelas A beban trafo

3. Perhatikan rangkaian penguat daya kelas A dengan beban trafo pada gambar 4.18.

Diketahui: R1 = 3,3K, R2 = 1K, RE = 100, n = 10, RL = 16, VCC = 20 Volt, b = 100.

Apabila sinyal sebesar 10 mVp-p dimasukkan ke penguat, tentukan daya pada beban,

daya pada transistor, dan efesiensi penguat.

4. Perhatikan rangkaian penguat daya simetri komplementer pada gambar 4.19. Apabila

sinyal sebesar 15 Vrms diumpankan pada input penguat, tentukan daya beban (PL),

daya dari catu daya (PCC), efesiensi (h), dan daya setiap transistor (PC).

5. Perhatikan rangkaian pada gambar 4.19. Agar penguat tersebut dapat menghasilkan

efesiensi maksimum, tentukan sinyal input yang harus dimasukkan. Hitung pula

berapa daya beban, daya catu daya, dan disipasi daya pada setiap transistor dengan

sinyal input tersebut.

Page 100: BAHAN AJAR

100

Gambar 4.19 Rangkaian penguat simetri komplementer untuk soal no 4 dan 5

6. Seperti pada soal no.5, tentukan disipasi daya maksimum pada transistor. Apabila

terjadi hal ini, tentukan sinyal input yang harus dimasukkan. Jelaskan mengapa sinyal

input ini lebih kecil dibanding dengan hasil pada soal no 5.

7. Jelaskan secara singkat prinsip operasi rangkaian penguat push-pull kelas B dengan

menggunakan trafo input dan trafo output.

8. Jelaskan secara singkat prinsip operasi rangkaian penguat simetri komplementer.

9. Jelaskan secara singkat prinsip operasi rangkain penguat daya komplementer semu.

10. Jelaskan bagaimana terjadinya cacat silang pada penguat push-pull kelas B.

Page 101: BAHAN AJAR

101

DAFTAR PUSTAKA

1. Coughlin, R. F., Driscoll, F. F.,1994, Penguat Operasional dan Rangkaian Terpadu Linier,

Erlangga, Jakarta

2. Loveday, G., Intisari Elektronika, Elex Media Komputindo, Jakarta

3. Malvino, A.P., 2003, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 dan 2, Salemba Teknika, Jakarta

4. Sutrisno, 1986, Elektronika Teori dan Penerapannya, Jilid 1 dan 2, Penerbit ITB,

Bandung

5. Veer, J.C.M., et all, 1986, Rangkaian-rangkaian Penguat Elektronik, Binacipta, Bandung

6. Wasito, 1994, Vademekum Elektronika, Gramedia, Jakarta