BAB II TEORI DASAR Perpindahan panas yang terjadi pada material dibagi menjadi tiga, yakni, secara radiasi, konveksi dan konduksi. Radiasi merupakan proses perpindahan panas secara langsung tanpa melalui zat perantara akibat adanya gelombang elektromagnetik. Konduksi merupakan proses perpindahan panas melalui suatu zat perantara tanpa diikuti dengan perpindahan atom- atomnya, terjadi dikarenakan adanya vibrasi antar atom- atom material yang ada. Sedangkan, yang dimaksud dengan konveksi merupakan proses perpindahan panas melalui suatu bidang perantara diikuti dengan adanya perpindahan atom-atomnya. Material refraktori merupakan material konstruksi yag mampu mempertahankan bentuk dan kekutannya pada temperatur tinggi dibawah beberapa kondisi seperti tegangan mekanik dan serangan kimia dari gas-gas panas, cairan, leburan, atau semi leburan dari gelas, logam maupun slag. Ada pun syarat yang harus dipenihi menjadi syarat material refraktori antara lain: a. Mampu bertahan pada temperatur yang tinggi, dan dapak menjebak panas didalamnya dengan baik.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TEORI DASAR
Perpindahan panas yang terjadi pada material dibagi menjadi tiga, yakni,
secara radiasi, konveksi dan konduksi. Radiasi merupakan proses perpindahan
panas secara langsung tanpa melalui zat perantara akibat adanya gelombang
elektromagnetik. Konduksi merupakan proses perpindahan panas melalui suatu
zat perantara tanpa diikuti dengan perpindahan atom-atomnya, terjadi dikarenakan
adanya vibrasi antar atom-atom material yang ada. Sedangkan, yang dimaksud
dengan konveksi merupakan proses perpindahan panas melalui suatu bidang
perantara diikuti dengan adanya perpindahan atom-atomnya.
Material refraktori merupakan material konstruksi yag mampu
mempertahankan bentuk dan kekutannya pada temperatur tinggi dibawah
beberapa kondisi seperti tegangan mekanik dan serangan kimia dari gas-gas
panas, cairan, leburan, atau semi leburan dari gelas, logam maupun slag.
Ada pun syarat yang harus dipenihi menjadi syarat material refraktori antara lain:
a. Mampu bertahan pada temperatur yang tinggi, dan dapak menjebak
panas didalamnya dengan baik.
b. Mampu menahan abrasi yang berasal dari kontak dengan logam cair,
slag, dan gas panas.
c. Mampu menahan beban dan serangan- serangan zat kimia pada
temperatur tinggi.
d. Mampu menahan kontaminasi dari material yang berinteraksi
dengannya (tidak aktif secara kimia).
e. Memiliki konduktivitas thermal yang rendah.
f. Memiliki kestabilan dimensi dan ukuran pada temperatur sangat tinggi.
(ekspansi tehrmal yang terjadi sangat kecil).
Selain itu juga perlu untuk mengetahui berbagai sifat penting yang dimiliki
refraktori, yaitu:
- Refractoriness
Refractoriness merupakan kemampuan material refraktori untuk menahan
beban yang diberikan secara terus menerus pada temperatur yang tinggi.
- Porositas
Porositas merupakan sifat dasar dari material refraktori. Material ini
memiliki porositas yang banyak. Porositas merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi konduktivitas refraktori. Semakin banyak pori maka
kemampuan penghantaran panasnya semakin buruk.
- Bulk Density
Bulk Density merupakan jumlah bahan refraktori per satuan
volum(kg/m3). Semakin tinggi bulk densitynya maka kestabilan volum
akan bertambah, kapasitas panasnya juga akan bertambah sehingga lebih
tahan terhadap timbulnya retak.
- Cold crushing strength
Cold crushing strength merupakan resistansi atau ketahanan refraktori
yang dijadikan sebagai salah satu indikator resistansi terhadap adanya
abrasi.
- Sifat material penyusun
Jika atom penyusunnya homogen maka kemampuan penghantaran
panasnya akan semakin baik.
Adapun, klasifikasi material refraktori berdasakan komposisi kimianya
dibagi menjadi:
a. Refraktori asam
Refraktori jenis ini digunakan dalam kondisi asam. Hal ini terlihat dari
slag dan atmosfernya yang bersifat asam. Refraktori ini bersifat stabil
terhadap asam tetapi mudah diserang/ terkorosi oleh alkali/ basa.
Contoh : silica, alumino silica, dan firebrick.
b. Refraktori netral,
Refraktori jenis ini bersifat netral/ stabil pada kondisi asam maupun
basa. Ketahanannya terhadap kedua senyawa tersebut hampir sama.
Difusivitas termal () 4,70170 x 10−7m2/s 7,3x10-7 m2/s
Kapasitas panas (Cp) Alumina-
Silicate
629,2821 J/K.kg 770 J/K.kg
Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan antara nilai sifat termal dari
refraktori alumina-silikat hasil percobaan dengan data dari literature. Perbedaan
ini disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya komposisi
kimia, porositas, inklusi, dan struktur kristal.
Pertama, komposisi kimia dari material tersebut. Sistem refraktori alumina-
silikat memiliki berbagai macam fasa seperti corundum, mullite, tridymite, dan
cristobalite. Fasa-fasa tersebut memiliki kadar alumina dan kadar silica yang
berbeda. Semakin kecil kadar alumina dari refraktori tersebut, semakin rendah
juga nilai konduktivitas termalnya. Refraktori yang bagus adalah yang memiliki
konduktivitas termal yang rendah. Komposisi dari suatu material refraktori sangat
mempengaruhi sifat dan performanya. Oleh karena itu, perbedaan sedikit kadar
alumina/silica dapat mempengaruhi sifat dari refraktori tersebut seperti
konduktivitas termal, difusivitas termal, dan kapasitas termalnya
Kedua, adanya porositas dari material tersebut. Adanya porsitas ini bisa
mempengaruhi sifat dari suatu material refraktori. Semakin banyak porositas yang
hadir maka semakin kecil nilai konduktivitas termal dari refraktori. Pada
percobaan ini nilai konduktivitas termal yang didapat lebih kecil dari data
literature. Hal ini kemungkinan terjadi karena sampel refraktori yag digunakan
memiliki porositas yang lebih banyak dibandingkan sampel refraktori yang
digunakan pada literatur.
Ketiga, adanya inklusi pada refraktori tersebut. Adanya unsur atau zat lain
yang tidak diharapkan pada refraktori tersebut bisa menjadi menyebabkan
perbedaan nilai sifat termal dari material refraktori yang digunakan pada
percobaan dengan data literature.
Keempat, struktur kristal dari refraktori tersebut juga akan mempengaruhi
sifat termalnya. Struktur yang amorf akan lebih sulit untuk menghantarkan panas
sedangkan stuktur yang kristalin akan semakin mudah untuk untuk
menghantarkan panas atau lebih bersifat konduktif. Pada percobaan kali ini nilai
konduktivitas yang diperoleh dari perhitungan lebih kecil dari literatur. Hal ini
kemungkinan terjadi karena struktur kristalin pada material refraktori tersebut
lebih sedikit daripada struktur amorfnya.
Selain itu pada pengolahan data digunakan regresi linear sehingga hasil
data yang diperoleh kurang akurat. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab nilai
konduktivitas yang diperoleh berbeda dengan literatur.
Rangkuman Prakitkum
Perpindahan panas pada suatu material ada tiga yakni konduksi, konveksi, radiasi. Konduksi merupakan proses perpindahan panas suatu material melalui suatu zat perantara tanpa diikuti dengan perpindahan atom-atomnya, terjadi karena atomnya bervibrasi akibat menerima panas sehingga energinya menjadi semakin tinggi dan akhirnya menumbuk atom-atom yang ada di dekatnya. Contohnya proses heat treatment pada logam. Konveksi merupakan proses perpindahan panas melalui suatu zat perantara yang diikuti dengan perpindahan atom-atomnya. Contohnya proses memasak air. Radiasi merupakan proses perpindahan panas secara langsung tanpa melalui zat perantara akibat adanya pancaran gelombang elektromagnetik. Contohnya pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi.
Material refraktori merupakan material konstruksi yag mampu
mempertahankan bentuk dan kekutannya pada temperatur tinggi dibawah
beberapa kondisi seperti tegangan mekanik dan serangan kimia dari gas-gas
panas, cairan, leburan, atau semi leburan dari gelas, logam maupun slag.
Adapun, klasifikasi material refraktori berdasakan komposisi kimianya
dibagi menjadi:
a. Refraktori asam, contohnya alumina-silikat, silika, dan firebrick.
b. Refraktori netral, yang contohnya karbon, silokon karbida, alumina,
dan chromite.
c. Refraktori basa, contohnya magnesite, forsterite magnesit-chromite,
dan dolomite.
d. Refraktori spesial, contohnya zirconia, spinel, dan boron nitride.
Sedangkan, klasifikasi material refraktori berdasarkan bentuknya yakni :
a. Bricks. Contohnya adalah alumina-silikat, fireclay, silika, dolomite,
magnesite, magnesite-chromite, dan periclase.
b. Monolith. Contohnya yakni castable refractories, plastic refractories,
ramming refractories, patching refractories, dan coating refractories.
Ada pun syarat yang harus dipenihi menjadi syarat material refraktori antara lain:
a. Mampu bertahan pada temperatur yang tinggi, dan dapak menjebak
panas didalamnya dengan baik.
b. Mampu menahan abrasi yang berasal dari kontak dengan logam cair,
slag, dan gas panas.
c. Mampu menahan beban dan serangan- serangan zat kimia pada
temperatur tinggi.
d. Mampu menahan kontaminasi dari material yang berinteraksi
dengannya (tidak aktif secara kimia).
e. Memiliki konduktivitas thermal yang rendah.
f. Memiliki kestabilan dimensi dan ukuran pada temperatur sangat tinggi.
(ekspansi tehrmal yang terjadi sangat kecil).
Material refraktori memiliki sifat sebagai berikut :
1. Sifat fisik
Sifat ini berkaitan dengan densitas dan porositas, strength, dan
ketahanan resistance.
a. Densitas dan porositas
Semakin tinggi densitas maka porositasnya semakin sedikit.
b. Strength
Cold strength : mengindikasikan saat handling dan instalasi
refraktori.
Hot strength : performa refraktori ketika digunakan pada
temperatur tinggi.
c. Abrasion Resistance
Ketahanan material refraktori ketika partikel dengan kecepatan
tinggi mengabrasi permukaan refraktori.
2. Sifat thermal
a. Konduktivitas Thermal
Konduktivitas thermal merupakan kemampuan suatu material
untuk menghantarkan panas melui kontak langsung dengan atom-
tom atau molekul-molekul penyusunnya, dari daerah dengan
tempertur tinggi ke temperatur rendah. Konduktivitas thermal yang
digunakan pada material refraktori adalah kondukivitas thermal
dengan nilai yang rendah. Hal ini dimaksudkan agar panas yang
ada tidak terekspos ke lingkungan. Jadi, material refraktori dengan
nilai konduktifitas yang semakin rendah semakin baik kerjanya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konduktivitas thermal
yang dimiliki oleh refraktori antara lain yakni dipengaruhi oleh