BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN HASIL PENELITIAN KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA YANG DIRAWAT DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR PERIODE 1 JANUARI 2011—31 DESEMBER 2012 OLEH : Wisnu Adryanto (C 111 07 268) PEMBIMBING : Dr. dr. Sri Ramadhani, M. Kes. DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT & ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
72
Embed
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI ... (DDR), status anemia dan adanya komplikasi.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN 2013 UNIVERSITAS HASANUDDIN
HASIL PENELITIAN KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA YANG DIRAWAT DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
PERIODE 1 JANUARI 2011—31 DESEMBER 2012
OLEH :
Wisnu Adryanto (C 111 07 268)
PEMBIMBING :
Dr. dr. Sri Ramadhani, M. Kes.
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT &
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
PANITIA SIDANG UJIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Skripsi dengan judul “Karakteristik Penderita Malaria yang Dirawat
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 1 Januari 2011—31
Desember 2012” telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin pada :
Hari/Tanggal : Jumat, 22 Februari 2012
Waktu : 10.00 wita
Tempat : Ruang Seminar IKM-IKK FKUH PB.622
Ketua Tim Penguji :
(Dr. dr. Sri Ramadhani, M. Kes.)
Anggota Tim Penguji :
(Dr. dr. A. Armyn Nurdin, MSc.) (dr. Rum Rahim, M. Kes. )
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK
Skripsi dengan judul :
Karakteristik Penderita Malaria yang Dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012
PEMBIMBING
Dr. dr. Sri Ramadhani, M. Kes.
ABSTRAK
Wisnu Adryanto C111 07 268. Karakteristik Penderita Malaria yang Dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012 (dibimbing oleh Dr. dr. Sri Ramadhani, M.Kes.)
Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi ancaman penduduk di daerah tropis/sub-tropis dan negara berkembang (termasuk Indonesia) maupun negara yang sudah maju. Di Sulawesi Selatan sendiri, terjadi peningkatan penderita malaria pada tahun 2010 dengan distribusi daerah yang tersebar. Terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan penderita malaria, baik faktor internal maupun eksternal.
Tujuan penelitian untuk mengetahui distribusi dari faktor-faktor tersebut, yakni jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, riwayat ke daerah endemis malaria hasil pemeriksaan mikroskopis (DDR), status anemia dan adanya komplikasi. Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional dengan menggunakan teknik total sampling dimana jumlah sampel sebanyak 37 pasien didapatkan.
Pasien malaria yang dirawat di RSUP dr.wahidin sudirohusodo paling banyak berjenis kelamin laki-laki (62,2%), rentang usia 30—39 tahun (29,7%), dengan tingkat pendidikan SMA/MA/Sederajat (27,0%). Selanjutnya pasien yang terbanyak adalah pegawai swasta (37,8%), semuanya memiliki riwayat ke daerah endemis malaria (100%), kadar Hb < 11 mg/dL (27%), hasil pemeriksaan DDR berupa P. Falciparum (54,1%), dan komplikasi terbanyak malaria biliosa (14%).
Diharapkan adanya promosi mengenai penyakit malaria terutama pada kelompok usia 20—29 tahun dan yang ingin berkunjung ke daerah endemis malaria. Serta perlunya dilakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai faktor-faktor yang berpengaruh bagi yang positif menderita.
Kata Kunci: Karakteristik, penderita malaria, distribusi penderita malaria.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian
IKM dan IKK Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini adalah berkat bimbingan, kerja sama
serta bantuan moril dari berbagai pihak yang telah diterima penulis sehingga
segala rintangan yang dihadapi selama penelitian dan penyusunan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat :
1. Dr. dr.Sri Ramadhany,M.Kes selaku pembimbing yang dengan kesediaan,
keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal
sampai pada penulisan skripsi ini.
2. Staf pengajar Bagian IKM-IKK FK-UH yang telah memberikan bimbingan
dan arahan selama penulis mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian IKM-
IKK FK-UH.
3. Dr. Irawan Yusuf, Ph.D. selaku Ketua Bagian IKM-IKK FK-UH yang telah
memberikan banyak bimbingan dan bantuan selama penulis mengikuti
kepaniteraan klinik di Bagian IKM-IKK FK-UH.
4. Dekan Fakultas Kedokteran UH, para Pembantu Dekan, Staf Pengajar dan
Seluruh Karyawan yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada
penulis selama mengikuti kepaniteraan klnik di FK-UH.
5. Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan, beserta staf. Terima
kasih atas kelancaran yang diberikan.
6. Kepada direktur RS.DR. Wahidin Sudirohusodo, beserta staf yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama mengadakan
penelitian.
7. Kedua Orang tua, saudara dan keluarga tercinta yang selalu memberikan
dorongan dan bantuan moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah dibuat ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak
demi penyempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua
pembaca. Amin.
Makassar, Februari 2012
Penulis Wisnu Adryanto
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL.............................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii
ABSTRAK........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
DAFTAR SKEMA ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN 1-4
1.1. Latar Belakang......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 2
jenasah, selasar, taman, halaman, jalan dan tempat parker, transportasi dan
alat komunikasi (ambulance 3 buah, mobil jenasah 3 buah, mobil dinas 10
buah, motor 3 buah, telepon 25 satuan sambungan dan faximile 2 buah).
Fasilitas Tempat Tidur (TT):
Kapasitas tempat tidur 559 TT + 20 TT (bayi)
1. VIP A1, A2, A3, B1 34 TT
2. Kelas I 54 TT
3. Kelas II 176 TT + 11 TT (isolasi)
4. Kelas III 264 TT
5. Perawatan Intensif 20 TT
5.2 Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar, bertempat di bagian Rekam Medik. Pengumpulan data dimulai
pada tanggal 5 sampai 23 Februari 2012. Proses pengumpulan data
dilakukan dengan melihat data sekunder rekam medik penderita malaria
yang teregistrasi pada periode 1 Januari 2011 sampai dengan 31 desember
2012. Selama masa periode tersebut jumlah pasien penderita malaria
sebanyak 89 pasien. Dari total 89 pasien ini yang diambil sebagai sampel
penelitian sebanyak 37 pasien dengan menggunakan besar sampel dan
pemilihan sampel secara acak dengan menggunakan SPSS 17.0
Tabel 1 Distribusi Penderita Malaria Menurut Usia Di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012
N0. Umur Penderita Malaria
N %
1. < 9 1 2,7
2. 10 - 19 4 10,8
3. 20 - 29 10 27,00
4. 30 - 39 11 29,7
5. 40 - 49 7 18,9
6. 50 - 59 2 5,4
7. > 60 2 5,4
Jumlah 37 100,00
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Tabel 1 di atas menunjukkan distribusi penderita malaria menurut
usia, dimana frekuensi penderita malaria tertinggi pada kelompok usia 30-39
tahun yaitu sebanyak jumlah 11 kasus (29,7%) dan terendah pada kelompok usia
< 9 tahun dengan jumlah 4 kasus (2,7%).
Tabel 2 Distribusi Penderita Malaria Menurut Jenis Kelamin Di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012
N0. Jenis Kelamin Penderita Malaria
N %
1. Laki-Laki 23 62,2
2. Perempuan 14 37,8
Jumlah 37 100,00
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Bila ditinjau dari jenis kelamin, sesuai pada tabel 2 di atas
memperlihatkan bahwa frekuensi penderita malaria lebih banyak terjadi pada laki-
laki dengan jumlah 23 kasus (62,2%), sedangkan pada perempuan didapatkan 14
kasus (37,8%).
Tabel 3
Distribusi Penderita Malaria Menurut Tingkat Pendidikan Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012
N0. Tingkat Pendidikan Penderita Malaria
N %
1. Belum Sekolah 1 2,7
2. SD/MI/Sederajat 7 18,9
3. SMP/MTs/Sederajat 9 24,3
4. SMA/MA/Sederajat 10 27,0
5. Universitas/akademik 10 27,0
Jumlah 37 100,00
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Pada Tabel 3 di atas diperlihatkan distribusi penderita malaria
menurut tingkat pendidikan terakhir yang telah diselesaikan penderita. Frekuensi
penderita malaria terbanyak pada kelompok SMA/MA/Sederajat dan
SMP/MTs/Sederajat yaitu masing-masing sebanyak 10 kasus (27,0%) dan terkecil
pada kelompok Belum Sekolah/Tidak Tamat SD yaitu sebanyak 1 kasus (2,7%).
Tabel 4 Distribusi Penderita Malaria Yang Memiliki Pekerjaan Menurut Jenis Pekerjaannya Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari
2011 – 31Desember 2012
N0. Jenis Pekerjaan Penderita Malaria Memiliki Pekerjaan
N %
1. Tidak Bekerja 9 24,3
2. Pegawai Negeri 6 16,2
3. Pegawai Swasta 14 37,8
4. Penebang Kayu 1 2,7
5. Siswa 4 10,8
6. Mahasiswa 1 2,7
7.
8.
Petani
Pedagang
1
1
2,7
2,7
Jumlah 37 100,0
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Sedangkan distribusi jenis pekerjaan pada kelompok penderita yang
bekerja dapat dilihat pada Tabel 4 di atas. Pada tabel tersebut diperlihatkan bahwa
penderita malaria paling banyak ditemukan dengan jenis pekerjaan pegawai
swasta yaitu sebanyak 14 kasus 37,8%).
Tabel 5
Distribusi Penderita Malaria Menurut Riwayat Ke Daerah Endemis Malaria / Berasal Dari Daerah Endemis Malaria Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,
Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012
N0.
Riw. Ke Daerah Endemis
Malaria/Asal Daerah Endemis
Malaria
Penderita Malaria
N %
1. Ada 37 100,00
2. Tidak Ada 0 0,00
Jumlah 37 100,00
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Adanya riwayat ke daerah endemis malaria atau daerah tempat tinggal
endemis malaria merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
terjadinya penyakit malaria. Tabel 5 di atas memperlihatkan distribusi penderita
malaria berdasarkan faktor tersebut, dimana semua penderita yang menjadi
sampel pada penelitian ini mempunyai riwayat ke daerah endemis malaria /
berasal dari daerah endemis malaria yaitu sebanyak 37 kasus (100%).
Tabel 6
Distribusi Penderita Malaria Menurut Kadar Hemoglobin Darah Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011 – 31
Desember 2012
N0. Kadar Hemoglobin Penderita Malaria
N %
1. > 13 mg/dL 6 16,2
2. 11 - < 13 mg/dL 7 18,9
3. 9 - < 11 mg/dL 10 27,0
4. 7 - < 9 mg/dL 6 16,2
5. 5 - < 7 mg/dL 7 18,9
6. < 5 mg/dL 1 2,7
Jumlah 37 100,00
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Berdasarkan nilai atau kadar hemoglobin darah penderita malaria yang
diperlihatkan pada tabel 6 di atas didapatkan bahwa frekuensi penderita malaria
terbanyak pada kelompok kadar Hb 9 - < 11 mg/dL yaitu sebanyak 10 kasus
(27,0%) dan terendah pada kelompok Hb < 5 mg/dL.
Tabel 7 Distribusi Penderita Malaria Menurut Hasil Pemeriksaan DDR Di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012.
N0. DDR Penderita Malaria
N %
1. P. Falciparum 20 54,1
2. P. Vivax 17 45,9
3. P. Ovale 0 0,00
4. P. Malariae 0 0,00
5. Mixed Infection 0 0,00
Jumlah 37 100,00
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Tabel 7 di atas memperlihatkan distribusi penderita malaria
berdasarkan hasil pemeriksaan DDR darah penderita dimana didapatkan frekuensi
tertinggi pada kelompok dengan hasil DDR P. Falciparum yaitu sebanyak 20
kasus (54,1%) dan terendah pada kelompok dengan hasil DDR P.vivax dengan 17
kasus (45,9%). Pada penelitian ini kelompok dengan hasil DDR P. Ovale dan P.
malariae tidak didapatkan pada penelitian ini.
Tabel 8 Distribusi Penderita Malaria Dengan Komplikasi Menurut Jenis Komplikasinya Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1
Januari 2011 – 31 Desember 2012
N0. Jenis Komplikasi
Penderita Malaria Dengan
Komplikasi
N %
1. Malaria Cerebral 3 8,1
2. Malaria Biliosa 14 37,8
3. GGA 4 10,8
4. Pansitopeni 1 2,7
5.
6
Mixed
Tidak Ada Komplikasi
1
14
2,7
37,8
Jumlah 37 100,0
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Pada penelitian ini juga didapatkan distribusi penderita malaria yang
mengalami komplikasi menurut jenis komplikasi yang terjadi yang diperlihatkan
pada tabel 8 di atas. Tampak bahwa komplikasi yang paling banyak ditemukan
adalah berupa Malaria biliosa yaitu sebanyak 14 kasus (37,8%). beserta.
Tabel 9 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Usia Penderita Malaria Di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012
NO. Usia
DDR
P. F P. V MI Jumlah
N % N % N % N %
1. < 9 1 2,7 0 0 0 0 1 2,7
2. 10 - 19 4 10,9 0 0 0 0 4 10,8
3. 20 - 29 3 8,1 7 18,9 0 0 10 27,0
4. 30 - 39 5 13,5 6 16,2 0 0 11 29,7
5. 40 - 49 5 13,5 2 5,4 0 0 7 18,9
6. 50 - 59 1 2,7 1 2,7 0 0 2 5,4
7. > 60 0 0 2 5,4 0 0 2 5,4
Jumlah 19 51,4 18 48,65 0 0 37 100,00
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Ket : - P. F = Plasmodium Falciparum
- P. V = P. Vivax
- MI = Mixed Infection
Tabel 9 di atas memperlihatkan distribusi hasil pemeriksaan DDR darah
penderita menurut usia penderita malaria. Pada penderita malaria dengan hasil
DDR berupa P. Falciparum paling banyak ditemukan pada kelompok usia 30-39
tahun dan usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 5 kasus (13,5%), sedangkan pada
penderita dengan hasil DDR P. Vivax paling banyak didapatkan pada kelompok
usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 7 kasus (18,9%). Adapun hasil DDR berupa
Mixed Infection tidak diderita oleh semua kelompok umur tersebut.
Tabel 10 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Jenis Kelamin Penderita
Malaria Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012
NO. Jenis
Kelamin
DDR P. F P. V MI Jumlah
N % N % N % N %
1. Laki-laki 13 35,4 10 27,1 0 0 23 62,2
2. Perempuan 7 18,9 7 18,9 0 0 14 37,8
Jumlah 20 54,1 17 45,9 0 0 37 100,00
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Pada tabel 10 di atas diperlihatkan distribusi hasil pemeriksaan DDR
darah penderita malaria menurut jenis kelaminnya dimana semua jenis hasil
pemeriksaan DDR ditemukan lebih banyak pada laki-laki yaitu sebanyak 13 kasus
(35,4%) berupa P. Falciparum dan 10 kasus (27,2%) P. Vivax.
Tabel 11 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Komplikasi Penderita Malaria Di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31 Desember 2012
NO. Hasil DDR
Komplikasi Jumlah
Ada Tidak Ada
N % N % N %
1. P. Falciparum 14 37,8 6 16,2 20 54,1
2. P. Vivax 9 24,32 8 21,62 17 45,9
3. Mixed Infection 0 0 0 0 0 0
Jumlah 23 62,2 14 37,8 37 100
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Pada tabel 11 di atas diperlihatkan distribusi adanya komplikasi atau
tidak pada penderita malaria berdasarkan hasil pemeriksaan DDR darah penderita.
Ternyata penderita malaria yang mengalami komplikasi pada penelitian ini selain
dengan hasil DDR berupa P. Falciparum dengan frekuensi tertinggi yaitu
sebanyak 14 kasus (37,8%), juga didapatkan pada penderita dengan hasil DDR P.
Vivax yaitu sebanyak 9 kasus (24,32%).
Tabel 12 Distribusi Hasil Pemeriksaan DDR Menurut Kadar Hemoglobin Penderita Malaria Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Periode 1 Januari 2011—31
Desember 2012
No. DDR
Kadar Hemoglobin (mg/dL) Jumlah
>13 11-<13 9-<11 7-<9 5-<7 <5
N % N % N % N % N % N % N %
1. P. F 2 5,4 2 5,4 7 18,9 4 10,8 5 13,5 0 0 20 54,2
2. P. V 4 10,8 5 13,5 3 8,1 2 5,4 2 5,4 1 2,7 17 45,8
3. MI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 6 16,2 7 18,9 1
0 37,1 6 16,2 7 18,9 1 2,7 37
10
0
Sumber : data sekunder (rekam medik penderita)
Tabel 12 di atas memperlihatkan distribusi hasil pemeriksaan DDR
darah penderita menurut Kadar Hemoglobin. Pada penderita malaria dengan hasil
DDR berupa P. Falciparum paling banyak ditemukan pada kelompok usia dengan
kadar 9-<11 mg/dL dan pada penederita dngan hasil DDR berupa P.Vivax banyak
ditemukan pada kelompok dengan kadar Hemoglobin 11-<13..
BAB VI PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP dr. Wahidin
Sudirohusodo dari tanggal 5 - 23 Februari 2013 dengan tujuan untuk memperoleh
informasi tentang karakteristik penderita malaria pada pasien rawat inap maupun
rawat jalan pada periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012 di Rumah Sakit
tersebut.
Adapun karakteristik yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pekerjaan, kadar hemoglobin darah, hasil pemeriksaan DDR, riwayat
kedaerah endemis dan komplikasi yang terjadi pada penderita malaria. Pada
pengumpulan sampel didapatkan 37 sampel penelitian yang memenuhi kriteria
seleksi dari 89 penderita malaria yang tercatat pada Bagian Rekam Medik RSUP
dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2011 – 31 Desember 2012. Jumlah
sampel ini sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah total penderita malaria
yang tercatat, hal ini disebabkan karena pada penelitian ini digunakan data
sekunder (rekam medik penderita) yang sebagian besar tidak mengandung
variabel yang diteliti sehingga banyak yang tidak memenuhi kriteria seleksi.
Namun setiap subjek pada penelitian ini (penderita malaria) mempunyai peluang
yang bisa dikatakan sama untuk tidak memiliki variabel yang diteliti, dimana
kelengkapan keterangan pada rekam medik yang dijadikan variabel ditentukan
oleh petugas yang mengisi rekam medik (kepatuhan dan kedisiplinannya untuk
mengisi) dan subjek itu sendiri (kemauan untuk mengikuti prosedur yang ada)
yang tidak dipengaruhi / mempengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
karakteristik penderita malaria yang diteliti sehingga sampel yang ada pada
penelitian ini cukup representatif.
Berikut ini adalah pembahasan mengenai hasil yang diperoleh pada
penelitian ini, yaitu:
6.1. Usia
Berdasarkan distribusi penderita malaria menurut usia, dimana frekuensi
penderita malaria tertinggi pada kelompok usia 30-39 tahun (29,7%), kemudian
pada kelompok usia 20-29 tahun (27%), dan terendah pada kelompok usia < 9
tahun (2,7%). Walaupun dari beberapa beberapa kepustakaan (1,2,5) menyatakan
bahwa malaria dapat menyerang semua usia tanpa membedakan kelompok usia,
namun dari data hasil penelitian ini didapatkan bahwa malaria lebih banyak terjadi
pada kelompok usia produktif (20-29 dan 30-39) dimana kelompok ini lebih
sering berada di luar rumah dan lebih banyak melakukan aktivitas bepergian ke
daerah lain termasuk ke daerah yang termasuk endemis malaria sehingga mereka
memiliki faktor resiko yang lebih tinggi berkontak dengan vektor malaria. Hal ini
juga cukup sesuai dengan penelitian (Hadzamawaty, dkk) di Mamuju pada 2012
yang mendapatkan jumlah penderita malaria terbanyak pada usia 23-30 tahun
(29,5%). Namun hasil ini agak berbeda dengan survei Riskesdas tahun 2010
(Arsunan, dkk) dimana kecenderungan kelompok yang berisiko tinggi terkena
malaria yaitu kelompok berusia 1-4 tahun. Hasil ini mungkin saja didapatkan
karena adanya perbedaan metode yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan
subjek yang menunjukkan gejala klinis malaria (penderita malaria) yang
memeriksakan dirinya di Rumah Sakit, sedangkan pada survei malariometrik
digunakan subjek penduduk secara acak pada suatu daerah yang dicurigai
endemis malaria tanpa melihat keadaan klinisnya. Selain itu, anak-anak pada
daerah dengan tingkat penularan yang tinggi biasanya masih mempunyai imunitas
(umumnya bersifat tidak permanen) terhadap malaria yang diturunkan dari ibunya
sehingga walaupun terdapat parasit malaria di dalamnya tidak memperlihatkan
gejala klinis malaria (malaria asimptomatik). Kenudian dengan bertambahnya usia
sistem imunitasnya akan meningkat sehingga kemampuan untuk menekan dan
menghancurkan parasit malaria dalam tubuhnya. Hal ini akan menyebabkan
kurangnya parasit rate pada orang dewasa di daerah endemis.
6.2. Jenis kelamin
Bila ditinjau dari jenis kelamin penderita, didapatkan jumlah penderita
malaria lebih banyak terjadi pada laki-laki (62,2%) dibandingkan pada perempuan
(37,8%). Dari beberapa kepustakaan (1,2,5,11) yang ada tidak didapatkan
perbandingkan angka kejadian malaria berdasarkan jenis kelamin, karena secara
teoritis malaria dapat menyerang manusia tanpa membedakan jenis kelaminnya.
Namun berdasarkan Data dan Informasi Dinas Kesehatan Provinsi Sul-Sel tahun
2007 didapatkan kejadian malaria juga lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
perempuan, walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh yaitu 537 kasus pada laki-
laki (58,88%) dan 375 kasus pada perempuan (41,12%) dari 912 kasus yang
dilaporkan. Kemudian bila ditinjau hasil pemeriksaan DDR berdasarkan jenis
kelamin penderita, didapatkan bahwa distribusi semua jenis hasil DDR penderita
lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan. Hal ini sesuai dengan hasil
distibusi penderita malaria menurut jenis kelaminnya, dimana lebih banyak
ditemukan pada laki-laki. Adanya hasil yang lebih tinggi pada laki-laki mungkin
disebabkan karena laki-laki lebih banyak yang bekerja (terutama di luar rumah /
atau bepergian ke daerah endemis) daripada wanita sehingga mempunyai faktor
resiko untuk terinfeksi malaria, bukan karena jenis kelaminnya.
6.3. Tingkat pendidikan
Distribusi penderita malaria menurut tingkat pendidikan terakhir yang
telah diselesaikan penderita didapatkan frekuensi tertinggi pada kelompok tingkat
pendidikan SMA/MA/sederajat dan Universitas/sederajat (10,0%) dan terendah
pada kelompok tingkat pendidikan belum sekolah (2,7%). Di satu sisi semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kesadaran untuk
melakukan pemeriksaan dan mendapatkan pelayanan kesehatan sehingga dapat
diketahui penyakit yang dideritanya sehingga semakin tinggi pula laporan
kasusnya. Namun di sisi lain semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
semakin tinggi pula pengetahuan seseorang tentang penyakit dalam hal ini
penyakit malaria sehingga semakin tinggi pula perilaku menjaga kesehatan
terutama tindakan pencegahan agar tidak menderita penyakit. Hal ini menjadikan
surveilans penyakit malaria berdasarkan tingkat pendidikan tidak begitu
berpengaruh. Namun dari hasil penelitian ini didapatkan frekuensi lebih tinggi
pada kelompok SMA/sederajat dan kelompok Universitas/Akademik, dimana
kelompok ini mempunyai peluang lebih tinggi mendapatkan pekerjaan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja lebih banyak pada
daerah-daerah yang masih terpencil seperti Irian Jaya dimana daerah ini juga
merupakan daerah yang kebanyakan merupakan daerah endemis malaria.
6.4. Pekerjaan
Dari data distribusi penderita malaria yang digolongkan menurut
pekerjaan penderita, didapatkan jumlah kasus lebih banyak pada penderita malaria
yang memiliki pekerjaan / bekerja daripada yang tidak memiliki pekerjaan. Dari
penderita malaria yang memiliki pekerjaan, jenis pekerjaan pegawai swasta yang
mempunyai frekuensi tertinggi (37,8%). Hal ini cukup sesuai dengan asumsi yang
menyatakan bahwa orang yang mempunyai pekerjaan terutama pekerjaan di luar
ruangan / lapangan (khususnya daerah rawa-rawa atau hutan) dan sering
melakukan perjalanan ke luar kota (daerah endemis malaria) mempunyai faktor
resiko lebih tinggi untuk kontak dengan vektor malaria yang kebanyakan terdapat
pada daerah tersebut. Dalam hal ini pegawai swasta (pengusaha/pedagang)
memiliki kecenderungan untuk lebih sering berkunjung atau membuka usaha pada
daerah masih terpencil (yang sebagian besar merupakan daerah endemis malaria)
dimana kegiatan ekonomi masih kurang sehingga mempunyai banyak kesempatan
untuk berhasil dan memperoleh keuntungan yang lebih dibanding berusaha di
daerah yang sudah maju / ramai. Namun selain faktor resiko tersebut masih
banyak faktor-faktor lain seperti daerah tempat tinggal apakah merupakan daerah
endemis atau tidak, jadi walaupun tidak bekerja orang juga dapat kontak dengan
vektor malaria. Tentunya, selain itu distibusi pekerjaan penduduk pada suatu
daerah juga mempengaruhi bagaimana distribusi pekerjaan pada penderita malaria
daerah tersebut. Seperti pada penelitian (Hadzamawaty,dkk) di Mamuju tahun
2008 yang mendapatkan jenis pekerjaan pada penderita malaria adalah petani
(38,1%), dimana sebagian besar penduduk di daerah tersebut merupakan petani.
6.5.Riwayat ke daerah endemis
Berdasarkan adanya riwayat ke daerah endemis malaria atau
berasal (bertempat tinggal) dari daerah endemis malaria (selanjutnya hanya
disebut riwayat ke daerah endemis) didapatkan hasil bahwa semua sampel pada
penelitian ini mempunyai riwayat tersebut (100%). Ini sesuai dengan teori yang
disebutkan pada kepustakaan bahwa adanya riwayat ke daerah endemis
merupakan faktor yang sangat penting untuk terjadinya penyakit malaria
(terinfeksi oleh parasit malaria). Dimana pada daerah endemis malaria banyak
ditemukan parasit malaria baik pada vektor maupun host (manusia), sehingga
perpindahan parasit dari vektor ke host ataukah dari host ke vektor yang kemudian
berpindah lagi ke host membuat suatu lingkaran yang seakan berjalan terus.
Dengan kenyataan ini, menyebabkan seseorang yang berkunjung ke daerah
endemis ataukah bertempat tinggal di daerah endemis dapat terinfeksi malaria.
Pada penelitian ini tidak didapatkan penderita malaria yang tidak
mempunyai riwayat ke daerah endemis. Ini terjadi karena tidak adanya penegasan
(dalam rekam medik penderita yang tidak terdapat keterangan mengenai riwayat
ke daerah endemis) bahwa penderita tidak mempunyai riwayat ke daerah endemis
malaria dalam 12-40 hari terakhir (masa inkubasi penyakit malaria). Inilah yang
menjadi kekurangan dalam peneitian yang menggunakan data sekunder seperti
rekam medik yang sangat bergantung pada dokter yang mengisi rekam medis
tersebut. Tidak adanya riwayat ke daerah endemis malaria sebenarnya sangat
mungkin ada bila daerah tempat tinggal penderita yang sebelumnya diketahui
bukan daerah endemis malaria menjadi daerah endemis (daerah dimana vektor
dan parasit malaria ada dan dapat menular secara alamiah). Hal ini menjadi sangat
penting karena menjadi informasi perubahan status suatu daerah yang sebelumnya
bukan daerah endemis menjadi daerah endemis dan sebagai landasan dalam
melakukan studi vektor dan survei malariometrik (bila kejadian malaria menjadi
cukup tinggi pada daerah tersebut) untuk penetapan yang lebih tegas dan disertai
bukti. Selain itu dapat pula menjadi pertimbangan dalam pengambilan kebijakan
kesehatan terutama untuk mencegah dan memberantas penyakit malaria.
Sayangnya dalam penelitian ini, tidak didapatkan hasil yang demikian. Ini dapat
terjadi karena 2 hal, yaitu :
1. Memang kenyataannya bahwa semua penderita malaria pada populasi
yang diteliti mendapatkan infeksi malaria dari daerah yang telah
ditetapkan/diketahui sebagai daerah endemis malaria, atau
2. Kemungkinan ada penderita malaria yang mendapat infeksi malaria dari
daerah yang belum atau tidak ditetapkan/diketahui sebagai daerah
endemis malaria, namun hal tersebut tidak diketahui yang ditandai
dengan tidak adanya penegasan yang tercantum pada rekam medik
penderita bahwa ia tidak mempunyai riwayat ke daerah endemis dalam
12-40 hari terakhir.
Dengan adanya kenyataan tersebut sekiranya diperlukan untuk melakukan
penelitian selanjutnya, terutama mengenai riwayat ke daerah endemis malaria
dengan menggunakan data primer sehingga didapatkan hasil yang lebih valid.
6.6.Kadar Hemoglobin dan Status Anemia
Berdasarkan distribusi penderita malaria menurut kadar hemoglobin
darah penderita, didapatkan frekuensi penderita malaria tertinggi pada kelompok
dengan kadar Hb 9-<11 mg/dL yaitu sebanyak 10 kasus (27,0%), sedangkan
terendah pada kelompok dengan kadar Hb < 5 mg/dL yaitu sebanyak 1 kasus
(2,7%). Lalu didapatkan pada kelompok dengan kadar Hb 9-<11 bahwa
P.Falciparum lebih banyak ditemukan pada kelompok ini (18,9%). Hal ini
mungkin sesuai teori yang menyebutkan bahwa malaria menyebabkan kadar
hemoglobin darah menurun akibat hancurnya sel-sel darah merah yang terinfeksi
malaria sehingga pada penderita malaria cenderung untuk menurun. Namun ini
cukup sesuai dengan pengukuran kadar hemoglobin dari anak yang positif
terinfeksi parasit malaria (usia < 10 tahun) pada penelitian survei malariometrik di
kabupaten Nias / Sumatera Utara tahun 2005 (Syafruddin,dkk) dimana didapatkan
jumlah yang lebih banyak pada anak dengan kadar Hb > 10 mg/dL yaitu sebanyak
pada kelompok 28 dari 36 kasus yang ditemukan (77,78%). Adanya variasi
penderita malaria berdasarkan kadar hemoglobin disebabkan karena derajat
penghancuran eritrosit (penurunan kadar Hb) ditentukan oleh banyak faktor, yaitu
: virulensi dan jenis parasit malaria serta keadaan imunitas host (penderita).
Sesuai dengan kepustakaan (1, 3, 11) yang menyatakan bahwa parasit
malaria menyebabkan adanya penurunan jumlah eritrosit pada penderita yang
terinfeksi dan diantara jenis plasmodium yang ada, P. Falciparum yang
menyebabkan derajat penghancuran eritrosit yang paling tinggi karena menyerang
semua jenis usia eritrosit dari yang paling muda sampai yang paling tua,
kemudian fase eritrositer aseksual dari P. Falciparum lebih cepat dibandingkan
dengan jenis lain sehingga frekuensi penyerangan terhadap sel darah merah lebih
tinggi dari jenis lainnya. Selain itu pada infeksi oleh P. Falciparum juga lebih
banyak ditemukan mediator infalamasi seperti TNF α (termasuk IL-1, IL-3, IL-6,
lympotoxin, dan interferon-gamma) yang dalam konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan supresi terhadap eritropoiesis pada sumsum tulang. Pada penderita
dengan hasil DDR negatif didapatkan jumlah penderita yang tidak mengalami
anemia yang paling banyak, hal ini dapat disebabkan karena jumlah parasit
(parasitemia) yang sedikit dimana tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan
DDR sehingga penghancuran eritrosit juga sedikit ataukah penderita salah
diagnosis (menderita penyakit lain yang bukan disebabkan oleh parasit malaria).
6.7.Hasil Pemeriksaan DDR
Bila dilihat dari distribusi penderita malaria berdasarkan hasil
pemeriksaan DDR darahnya didapatkan frekuensi tertinggi pada penderita dengan
hasil DDR P. Falciparum (54,1%), yang diikuti pada penderita dengan hasil DDR
berupa P. Vivax (45,9%) pada penderita. Dengan melihat data-data di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada
wilayah yang beriklim tropis (termasuk Indonesia) paling sering ditemukan
infeksi parasit P. Falciparum sebagai penyebab malaria yang kemudian diikuti
dengan infeksi yang disebabkan oleh parasit P. Vivax. Pada tahun 1996 (harijanto)
juga menyebutkan bahwa dari 100 ribu kasus malaria didapatkan P. Falciparum
sebagai penyebab terbanyak (65,9%). Selain itu penelitian survei malaria pada
8.816 anak usia < 10 tahun di Mozambik tahun 2002 mendapatkan hasil DDR
berupa P. Falciparum yang paling banyak (52,4%).
Hal ini juga cukup sesuai dengan hasil estimasi kejadian malaria di dunia menurut
WHO, dimana didapatkan 91% dari seluruh kasus disebabkan oleh P.
Falciparum. Selain itu, dari penelitian secara survei pada anak-anak di
Mozambik, dimana didapatkan 52,4% dari 8.816 sampel yang diteliti disebabkan
oleh P. Falciparum. Sedangkan kelompok dengan hasil DDR P. Ovale dan P.
malariae tidak didapatkan pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa angka kejadian malaria yang disebabkan oleh kedua jenis ini
sangat jarang ditemukan.
Pada penelitian ini juga didapatkan hasil pemeriksaan DDR. Hal ini dapat terjadi
akibat adanya kesalahan dalam pemeriksaan mikroskopis (DDR), baik dalam
teknik pemeriksaan sampel, maupun dalam waktu pengambilan sampel. Kedua
hal tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, sehingga didapatkan hasil
negatif, padahal sebenarnya dalam darah penderita terdapat parasit malaria. Selain
itu, hasil DDR negatif mungkin dapat terjadi akibat adanya kesalahan diagnosis
pada penderita (penderita menderita penyakit lain, seperti infeksi virus pada
sistem respiratorius, influenza, demam dengue, dan infeksi bakterial lainnya
seperti pneumonia, demam tifoid, dan infeksi saluran kencing).
6.8.Komplikasi
Berdasarkan distribusi penderita malaria menurut jenis komplikasi
yang terjadi pada penderita malaria, didapatkan frekuensi penderita paling banyak
pada kelompok yang mendapatkan malaria biliosa (37,8%) dan GGA(10,8%).
Selain itu pada penelitian ini didapatkan pula komplikasi berupa malaria cerbral
(8,1%), malaria pansitopeni (2,7%) dan mixed (2,7%).
Bila ditinjau dari kejadian komplikasi berdasarkan hasil pemeriksaan
DDR sampel darah penderita malaria didapatkan bahwa dari sampel yang
menderita komplikasi didapatkan hasil DDR berupa P. Falciparum yang
terbanyak (54,1%), namun selain itu didapatkan pula pada penderita dengan hasil
DDR berupa P. vivax (45,9%). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa komplikasi yang terjadi pada penderita malaria dalam hal ini kejadian
malaria berat paling banyak atau bahkan hanya disebabkan oleh P. Falciparum.
Kemudian hasil ini juga sesuai dengan teori lain yang menyatakan bahwa malaria
yang disebabkan parasit jenis lain seperti P. vivax dapat pula menyebabkan
malaria berat bila terjadi pada pasien dengan keadaan khusus seperti anak-anak,
ibu hamil, orang tua, ataupun dengan immnodefisiensi. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian ini dimana kejadian malaria berat yang disebabkan P. vivax juga
terjadi pada anak-anak dan ibu hamil (bukan merupakan variabel yang diteliti
namun terdapat pada rekam medis penderita).
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita
malaria di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusudo periode 1 Januari 2011 - 31
Desember 2012 dengan jumlah sampel sebanyak 38 kasus, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Penderita malaria paling banyak ditemukan pada kelompok usia 30-39
tahun yaitu sebesar 29,7%. Kemudian pada kelompok usia 20-29 tahun
(27%).
2. Penderita malaria lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada
perempuan dengan persentase sebesar 62,2%.
3. Penderita malaria paling banyak ditemukan pada kelompok dengan
tingkat pendidikan SMA/MA/sederajat dan Universitas/Akademik yaitu
masing-masing sebesar 27%.
4. Penderita malaria lebih banyak ditemukan pada kelompok yang bekerja
sebagai pegawai sawasta yaitu sebesar 37,8%.
5. Semua penderita malaria mempunyai riwayat ke daerah endemis malaria
atau bertempat tinggal di daerah endemis malaria.
6. Penderita malaria paling banyak ditemukan pada kelompok dengan kadar
Hb 9-<11mg/dL yaitu sebesar 27%.
7. Penderita malaria paling banyak ditemukan pada kelompok dengan hasil
DDR berupa P. Falciparum yaitu sebesar 54,1%.
8. Penderita malaria dengan komplikasi terbanyak yaitu malaria biliosa
14%.
B.Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai karakteristik penderita
malaria di R.S.U.P. dr. Wahidin Sudirohusudo periode 1 Januari 2011 - 31
Desember 2012 maka dapat diberikan saran berupa :
1. Diharapkan adanya usaha promosi dan pencegahan di bidang kesehatan
khususnya mengenai penyakit malaria terutama pada kelompok usia 30-
29 tahun dan 20-39 tahun terutama yang ingin berkunjung ke daerah
endemis malaria untuk menekan jumlah kejadian dan penyebaran
malaria.
2. Sebaiknya pada pasien yang dicurigai menderita malaria dilakukan
pemeriksaan yang lebih teliti terutama mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh; seperti riwayat ke daerah endemis, kadar hemoglobin, dan
pemeriksaan mikroskopis darah, ataupun komplikasi yang terjadi. Hal ini
dapat membantu untuk penegakan diagnosis malaria.
3. Perlu kiranya Tenaga Kesehatan baik itu dokter, perawat, ataupun
pegawai rekam medis yang bertugas di R.S.U.P. dr. Wahidin
Sudirohusudo untuk mengisi status pasien secara lengkap terutama
identitas, anamnesis faktor-faktor resiko yang berpengaruh, pemeriksaan
fisis dan pemeriksaan penunjang, serta diagnosis pasien. Mengenai
keterangan klinis seharusnya tetap ditulis walaupun tidak ditemukan pada
pasien (dalam hal ini terutama mengenai riwayat ke daerah endemis
malaria) sehingga memberikan informasi yang lebih jelas. Selain itu
diperlukan pula adanya keseragaman dalam pengisian status pasien agar
didapatkan data yang lebih objektif.
4. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang
lebih mendalam tentang faktor resiko tindakan pencegahan, penetapan
daerah endemis tempat pasien mendapatkan infeksi malaria dengan
mengambil penelitian data primer, maupun keefektifan terapi pada
penderita malaria melalui penelitian analisis. Selain itu diharapkan pula
dilakukannya penelitian di rumah sakit lain maupun sarana kesehatan
lainnya seperti Puskesmas untuk memperoleh data yang lebih banyak
tentang distribusi penderita malaria.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harijanto PN. Malaria. In: Sudoyo AW,eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006: 1732-44.
2. Jafar N, Taslim N, Ansar. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia di Daerah Endemik Mlaria Kabupaten Mamuju. JST Kesehatan 2012; 1:18-26.
3. Agusyanti. Situasi Malaria di Sulawesi Selatan. [online] 2012 Juni 12 [cited 2013 January 23]; 1-3. Available from: URL: http://dinkes-sulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=view&id=881&Itemid=102.
4. Dinkes RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta: Dirjen P2M & PL; 2008.
5. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Tiga Persen Penduduk SulBar Penderita Malaria. [online] 2012 July 23 [cited 2013 January 23]; 1-3. Available from: URL: http://menkokesra.go.id/content/tiga-persen-penduduk-sulbar-penderita-malaria.
6. Laihad FJ, Harijanto P. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta : Penerbit Kementrian Kesehatan RI Bakti Husada : 2011.
7. WHO. Guidlines For The Treatment of Malaria 2012. Switzerland: World Health Organization: 2010.
8. Zein U. Penanganan Terkini Malaria Falciparum. Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Sumatera Utara. 2006: 1-13.
9. Sutisna P. Malaria Secara Ringkas: Dari Pengetahuan Dasar Sampai Terapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.
10. National Institute of Malria Research. Guidlines For diagnosis & Treatment of Malaria in India. India : Goverment of India ; 2009