BAB VIII PERANCANGAN PONDASI 8.1 Perancangan Pondasi Kolom Pondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung bangunan yang terbawah dan berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke tanah. Pondasi pada gedung Direktorat Jenderal Pajak Wilayah I Jawa Timur ini direncanakan memakai pondasi tiang pancang jenis pencil pile shoe produk dari PT. WIKA Beton. 8.1.1 Perancangan Pondasi Kolom Interior Spesifikasi tiang pancang yang akan digunakan adalah sebagai berikut: Diameter : 600 mm Tebal : 100 mm Type : A3 Allowable axial : 226,69 ton Bending Momen crack : 22 ton m Bending Momen ultimate : 33 ton m Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS, diambil output reaksi perletakan yang terbesar dari kombinasi D + L + E. Hasilnya adalah sebagai berikut : P : 427,576 ton 259
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB VIII
PERANCANGAN PONDASI
8.1 Perancangan Pondasi KolomPondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen
struktur pendukung bangunan yang terbawah dan berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke tanah. Pondasi pada gedung Direktorat Jenderal Pajak Wilayah I Jawa Timur ini direncanakan memakai pondasi tiang pancang jenis pencil pile shoe produk dari PT. WIKA Beton.
8.1.1 Perancangan Pondasi Kolom InteriorSpesifikasi tiang pancang yang akan digunakan adalah
sebagai berikut: Diameter : 600 mm Tebal : 100 mm Type : A3 Allowable axial : 226,69 ton Bending Momen crack : 22 ton m Bending Momen ultimate : 33 ton m
Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS, diambil output reaksi perletakan yang terbesar dari kombinasi D + L + E. Hasilnya adalah sebagai berikut :P : 427,576 tonMx : 24,702 ton mMy : 27,482 ton mHx : 7,765 tonHy : 6,842 ton
8.1.1.1 Daya Dukung Tiang Pancang TunggalData yang diperoleh dan yang digunakan dalam
merencanakan pondasi adalah data tanah berdasarkan hasil Standard Penetration Test (SPT). Daya dukung pada pondasi tiang pancang ditentukan oleh dua hal, yaitu daya dukung perlawanan tanah dari unsur dasar tiang pondasi (Qp) dan daya dukung tanah dari unsur lekatan lateral tanah (QS).
259
Perhitungan daya dukung tanah memakai metode Luciano Decourt (1982) :QL = QP + QS
Dimana :QL = daya dukung tanah maksimum pada pondasiQP = resistance ultimate di dasar tiangQS = resistance ultimate akibat lekatan lateral
Qp = qp . Ap = (Np.K).Ap
Qs = qs.As = (Ns/3 +1).As
Dimana :Np = harga rata-rata SPT pada 4D pondasi di bawah dan di
atasnya.K = koefisien karakteristik tanahAp = luas penampang dasar tiangNs = rata-rata SPT sepanjang tiang tertanam, dengan batasan 3
N 50As = luas selimut tiang
Np = = 47,33
K = 40 t/m2 (untuk tanah dominan pasir)
Ns = = 38,8
QL = QP + QS = 535,776 + 157,586 = 693,362 ton
QU = Pijin 1 tiang =
Sehingga daya dukung = Q = 226,69 ton (menentukan)
8.1.1.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
260
261
Pondasi tiang pancang direncanakan Ø60 cm. Jarak dari as ke as antar tiang pancang direncanakan seperti pada perhitungan di bawah ini :Untuk jarak antar tiang pancang :2,5 D ≤ S ≤ 3 D dimana : S = jarak antar tiang pancang2,5 60 ≤ S ≤ 3 60 S1= jarak tiang pancang ke tepi150 ≤ S ≤ 180Untuk jarak tepi tiang pancang :1,5 D ≤ S1 ≤ 2 D1,5 60 ≤ S1 ≤ 2 6090 ≤ S1 ≤ 120Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 150 cmjarak tepi tiang pancang (S1) = 90 cm
Gambar 8.1 Konfigurasi Rencana TiangQL (group) = QL (1 tiang) n
= 1 - …………Converse Labarre
Dimana :D = diameter tiang pancangS = jarak antar tiang pancangm = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 2n = jumlah baris tiang pancang = 2Efisiensi :
Berat total = 453712 kgQL (group) = 687324,08 kg > P = 453712 kg........OK
8.1.1.3 Kontrol Beban Maksimum Tiang (Pmax)Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam
tiang kelompok dihitung berdasarkan gaya aksial dan momen yang bekerja pada tiang. Dalam hal ini nilai tersebut diperoleh dari hasil analisa struktur dengan bantuan program ETABS. Momen pada tiang dapat menyebabkan gaya tekan atau tarik pada tiang, namun yang diperhitungkan hanya gaya tekan karena gaya tarik dianggap lebih kecil dari beban gravitasi struktur, sehingga berlaku persamaan :
Pmax = ≤ Pijin 1 tiang
Dimana :Pi = Total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjauYi = ordinat terjauh terhadap titik berat kelompok tiangXi = axis terjauh terhadap titik berat kelompok tiangΣXi
2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah xΣYi
2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah yΣXi
8.1.1.4 Kontrol Kekuatan Tiang Terhadap Gaya Lateral
Gambar 8.2 Diagram Gaya Lateral Tiang PondasiPanjang jepitan kritis tanah terhadap tiang pondasi
menurut metode Philiphonat dimana kedalaman minimal tanah terhadap tiang pondasi didapat dari harga yang terbesar dari harga-harga berikut :Monolayer : 3 m atau 6 kali diameterMultilayer : 1,5 m atau 3 kali diameterPerhitungan :Tanah bersifat multilayerLe = panjang penjepitan = 3 0,6 = 1,8 m > 1,5 m dipakai Le = 1,8 mM = Le H = 1,8 7,765 = 13,977 tm
Poer dirancang untuk meneruskan gaya dari struktur atas ke pondasi tiang pancang. Oleh karena itu poer harus memiliki kekuatan yang cukup terhadap geser pons dan lentur.Data perancangan poer : Pu = 427,576 tonP max (1 tiang) = 129,158 ton
Dalam merencanakan poer harus dipenuhi persyaratan kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari geser pons yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2. Kuat geser yang disumbangkan beton dirumuskan :
tetapi tidak boleh kurang dari :Vc = ⅓ bo d
Gambar 8.3 Penampang Kritis Pada Pondasi Kolom Interior
Dimana :
264
265
βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton dari
daerah beban terpusat atau reaksi =
bo = keliling dari penampang kritis pada poerbo = 2 (bk + d) + 2(hk + d)dimana : bk = lebar penampang kolom
hk = tinggi penampang kolomd = tebal efektif poer
bo = 2 (800 + 939) + 2 (800 + 939) = 6956 mm
Batas geser pons
Vc =
= 11592589,1 N = 1159,26 tonVc = 0,6 ⅓. 6956 939
= 7728392,73 N = 772,84 tonPu = 427,576 ton < Vc = 772,84 tonJadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser ponds.8.1.1.5.2 Penulangan Poer
Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Sedangkan beban yang bekerja adalah beban terpusat di tiang kolom yang menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer. Perhitungan gaya dalam pada poer didapat dengan teori mekanika statis tertentu.
Gambar 8.4 Analisa Poer Sebagai Balok Kantilevera = jarak tiang ke tepi kolom + selimut kolom + db sengkang + 1/2 db kolom = 35 + 4 + 1,4 + ½. 2,2 = 41,5 cmb = jarak tepi tiang pancang = 90 cmPenulangan arah xPenulangan lentur :Pmax = 129,158 ton q = 3,3 2,40 1 = 7,92 ton/mMomen momen yang bekerja :M = ( 2 129,158 0,415) – (1/2 7,92 x 1,3152) = 100,353 ton m = 100,353 107 Nmm dx = 1000 – 50 – ½ 22 = 939 mmdy = 1000 – 50 – 22 – ½ 22 = 917 mm
8.1.2 Perancangan Pondasi Kolom EksteriorSpesifikasi tiang pancang yang akan digunakan adalah
sebagai berikut: Diameter : 500 mm Tebal : 90 mm Type : A2 Allowable axial : 170,63 ton Bending Momen crack : 12,5 ton m Bending Momen ultimate : 18,75 ton m
Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS, diambil output reaksi perletakan yang terbesar dari kombinasi D + L + E. Hasilnya adalah sebagai berikut :P : 319,001 ton
268
269
Mx : 17,775 ton mMy : 7,889 ton mHx : 2,182 tonHy : 3,204 ton
8.1.2.1 Daya Dukung Tiang Pancang TunggalData yang diperoleh dan yang digunakan dalam
merencanakan pondasi adalah data tanah berdasarkan hasil Standard Penetration Test (SPT). Daya dukung pada pondasi tiang pancang ditentukan oleh dua hal, yaitu daya dukung perlawanan tanah dari unsur dasar tiang pondasi (Qp) dan daya dukung tanah dari unsur lekatan lateral tanah (QS).Perhitungan daya dukung tanah memakai metode Luciano Decourt (1982) :QL = QP + QS
Dimana :QL = daya dukung tanah maksimum pada pondasiQP = resistance ultimate di dasar tiangQS = resistance ultimate akibat lekatan lateral
Qp = qp . Ap = (Np.K).Ap
Qs = qs.As = (Ns/3 +1).As
Dimana :Np = harga rata-rata SPT pada 4D pondasi di bawah dan di
atasnya.K = koefisien karakteristik tanahAp = luas penampang dasar tiangNs = rata-rata SPT sepanjang tiang tertanam, dengan batasan 3
N 50As = luas selimut tiang
Np = = 47,33
K = 40 t/m2 (untuk tanah dominan pasir)
Ns = = 38,8
QL = QP + QS = 371,067 + 109,432 = 480,499 ton
QU = Pijin 1 tiang =
Sehingga daya dukung = Q = 160,166 ton (menentukan)8.1.2.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
Pondasi tiang pancang direncanakan Ø50 cm. Jarak dari as ke as antar tiang pancang direncanakan seperti pada perhitungan di bawah ini :Untuk jarak antar tiang pancang :2,5 D ≤ S ≤ 3 D dimana : S = jarak antar tiang pancang2,5 50 ≤ S ≤ 3 50 S1= jarak tiang pancang ke tepi125 ≤ S ≤ 150Untuk jarak tepi tiang pancang :1,5 D ≤ S1 ≤ 2 D1,5 50 ≤ S1 ≤ 2 5075 ≤ S1 ≤ 100Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 150 cmjarak tepi tiang pancang (S1) = 75 cm
Gambar 8.5 Konfigurasi Rencana TiangQL (group) = QL (1 tiang) n
270
271
= 1 - …………Converse Labarre
Dimana :D = diameter tiang pancangS = jarak antar tiang pancangm = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 2n = jumlah baris tiang pancang = 2Efisiensi :
Berat total = 340601 kgQL (group) = 509327,88 kg > P = 340601 kg........OK
8.1.2.3 Kontrol Beban Maksimum Tiang (Pmax)Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam
tiang kelompok dihitung berdasarkan gaya aksial dan momen yang bekerja pada tiang. Dalam hal ini nilai tersebut diperoleh dari hasil analisa struktur dengan bantuan program ETABS. Momen pada tiang dapat menyebabkan gaya tekan atau tarik pada tiang, namun yang diperhitungkan hanya gaya tekan karena gaya tarik dianggap lebih kecil dari beban gravitasi struktur, sehingga berlaku persamaan :
Pmax = ≤ Pijin 1 tiang
Dimana :Pi = Total beban yang bekerja pada tiang yang ditinjauYi = ordinat terjauh terhadap titik berat kelompok tiangXi = axis terjauh terhadap titik berat kelompok tiang ΣXi
2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah xΣYi
2 = jumlah kuadrat jarak tiang pancang dalam arah yΣXi
= 90093,583 kgm ≤ Pijin 1 tiang = 160166 kgm.......OK8.1.2.4 Kontrol Kekuatan Tiang Terhadap Gaya Lateral
Gambar 8.6 Diagram Gaya Lateral Tiang PondasiPanjang jepitan kritis tanah terhadap tiang pondasi
menurut metode Philiphonat dimana kedalaman minimal tanah terhadap tiang pondasi didapat dari harga yang terbesar dari harga-harga berikut :Monolayer : 3 m atau 6 kali diameterMultilayer : 1,5 m atau 3 kali diameterPerhitungan :Tanah bersifat multilayerLe = panjang penjepitan = 3 0,5 = 1,5 m dipakai Le = 1,5 mM = Le H = 1,5 3,204 = 4,806 tm
8.1.2.5 Perancangan PoerPoer dirancang untuk meneruskan gaya dari struktur atas
ke pondasi tiang pancang. Oleh karena itu poer harus memiliki kekuatan yang cukup terhadap geser pons dan lentur.Data perancangan poer : Pu = 319,001 tonP max (1 tiang) = 90,094 ton ∑ tiang pancang tiap group = 4Dimensi kolom = 800 800 mm2
Dalam merencanakan poer harus dipenuhi persyaratan kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari geser pons yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2. Kuat geser yang disumbangkan beton dirumuskan :
tetapi tidak boleh kurang dari :Vc = ⅓ bo d
Gambar 8.7 Penampang Kritis Pada Pondasi Kolom EksteriorDimana :βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton dari
daerah beban terpusat atau reaksi =
bo = keliling dari penampang kritis pada poerbo = 2 (bk + d) + 2(hk + d)dimana : bk = lebar penampang kolom
hk = tinggi penampang kolomd = tebal efektif poer
bo = 2 (800 + 939) + 2 (800 + 939) = 6956 mm
Batas geser pons
Vc =
= 11592589,1 N = 1159,26 tonVc = 0,6 ⅓. 6956 939
= 7728392,73 N = 772,84 tonPu = 319,001 ton < Vc = 772,84 tonJadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser ponds.8.1.2.5.2 Penulangan Poer
Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok kantilever dengan perletakan jepit pada kolom. Sedangkan beban
274
275
yang bekerja adalah beban terpusat di tiang kolom yang menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer. Perhitungan gaya dalam pada poer didapat dengan teori mekanika statis tertentu.
Gambar 8.8 Analisa Poer Sebagai Balok Kantilevera = jarak tiang ke tepi kolom + selimut kolom + db sengkang + 1/2 db kolom = 35 + 4 + 1,4 + ½. 2,2 = 41,5 cmb = jarak tepi tiang pancang = 75 cmPenulangan arah xPenulangan lentur :Pmax = 90,094 ton q = 3 2,40 1 = 7,2 ton/mMomen momen yang bekerja :M = ( 2 90,094 0,415) – (1/2 7,2 x 1,1652) = 69,892 ton m = 69,892 107 Nmm dx = 1000 – 50 – ½ 22 = 939 mmdy = 1000 – 50 – 22 – ½ 22 = 917 mm
8.2 Perancangan Pondasi Dinding Struktur SikuPondasi pada gedung Direktorat Jenderal Pajak Wilayah I
Jawa Timur ini direncanakan memakai pondasi tiang pancang jenis pencil pile shoe produk dari PT. WIKA Beton. Spesifikasi tiang pancang yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
Diameter : 600 mm Tebal : 100 mm Type : A3 Allowable axial : 226,69 ton Bending Momen crack : 22 ton m Bending Momen ultimate : 33 ton m
278
279
Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS, diambil output reaksi perletakan yang terbesar dari kombinasi D + L + E. Hasilnya adalah sebagai berikut :P : 828,831 tonMx : 1065,722 ton mMy : 1548,876 ton mHx : 210,067 tonHy : 182,374 ton
8.2.1 Daya Dukung Tiang Pancang TunggalData yang diperoleh dan yang digunakan dalam
merencanakan pondasi adalah data tanah berdasarkan hasil Standard Penetration Test (SPT). Daya dukung pada pondasi tiang pancang ditentukan oleh dua hal, yaitu daya dukung perlawanan tanah dari unsur dasar tiang pondasi (Qp) dan daya dukung tanah dari unsur lekatan lateral tanah (QS).Perhitungan daya dukung tanah memakai metode Luciano Decourt (1982) :QL = QP + QS
Dimana :QL = daya dukung tanah maksimum pada pondasiQP = resistance ultimate di dasar tiangQS = resistance ultimate akibat lekatan lateral
Qp = qp . Ap = (Np.K).Ap
Qs = qs.As = (Ns/3 +1).As
Dimana :Np = harga rata-rata SPT pada 4D pondasi di bawah dan di
atasnya.K = koefisien karakteristik tanahAp = luas penampang dasar tiangNs = rata-rata SPT sepanjang tiang tertanam, dengan batasan 3
N 50As = luas selimut tiang
Np = = 47,33
K = 40 t/m2 (untuk tanah dominan pasir)
Ns = = 38,8
QL = QP + QS = 535,776 + 157,586 = 693,362 ton
QU = Pijin 1 tiang =
Sehingga daya dukung = Q = 226,69 ton (menentukan)8.2.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
Pondasi tiang pancang direncanakan Ø40 cm. Jarak dari as ke as antar tiang pancang direncanakan seperti pada perhitungan di bawah ini :2,5 D ≤ S ≤ 3 D dimana : S = jarak antar tiang pancang2,5 60 ≤ S ≤ 3 60 S1= jarak tiang pancang ke tepi150 ≤ S ≤ 180Untuk jarak tepi tiang pancang :1,5 D ≤ S1 ≤ 2 D1,5 60 ≤ S1 ≤ 2 6090 ≤ S1 ≤ 120Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 150 cmjarak tepi tiang pancang (S1) = 90 cm
280
281
Gambar 8.9 Konfigurasi Rencana Tiang
QL (group) = QL (1 tiang) n
= 1 - …………Converse Labarre
Dimana :D = diameter tiang pancangS = jarak antar tiang pancangm = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 5n = jumlah baris tiang pancang = 6
Efisiensi :
( ή ) = 1 - = 0,604
QL (group) = 226690 18 0,604 = 2465573,68 kgPerhitungan beban aksial maksimum pada pondasi kelompoka. Reaksi kolom = 828831 kgb. Berat Poer=((9,3 3,3)+(4,5 3,3)) 1 2400 = 109296 kg +
Berat total = 938127 kgQL (group) = 2465573,68 kg > P = 938127 kg........OK
8.2.3 Kontrol Beban Maksimum Tiang (Pmax)Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam
tiang kelompok dihitung berdasarkan gaya aksial dan momen yang bekerja pada tiang. Dalam hal ini nilai tersebut diperoleh dari hasil analisa struktur dengan bantuan program ETABS. Momen pada tiang dapat menyebabkan gaya tekan atau tarik pada tiang, namun yang diperhitungkan hanya gaya tekan karena gaya tarik dianggap lebih kecil dari beban gravitasi struktur, sehingga berlaku persamaan :
Pmax = ≤ Pijin 1 tiang
n = 18 buahgaris netral poer : x = 2,922 m dan y = 3,672 mΣ xi
= 201,987 ton ≤ Pijin 1 tiang = 226,69 ton.......OK
282
283
8.2.4 Kontrol Kekuatan Tiang Terhadap Gaya Lateral
Gambar 8.10 Diagram Gaya Lateral Tiang PondasiPanjang jepitan kritis tanah terhadap tiang pondasi
menurut metode Philiphonat dimana kedalaman minimal tanah terhadap tiang pondasi didapat dari harga yang terbesar dari harga-harga berikut :Monolayer : 3 m atau 6 kali diameterMultilayer : 1,5 m atau 3 kali diameterPerhitungan :Tanah bersifat multilayerLe = panjang penjepitan = 3 0,6 = 1,8 m > 1,5 m dipakai Le = 1,8 mM = Le H = 1,8 210,067 = 378,1206 tm
M (satu tiang pancang) = tm
M < Mcrack
21,0067 tm < 22 tm ……………OK8.2.5 Perancangan Poer
Poer dirancang untuk meneruskan gaya dari struktur atas ke pondasi tiang pancang. Oleh karena itu poer harus memiliki kekuatan yang cukup terhadap geser pons dan lentur.Data perancangan poer : Pu = 828,831 tonP max (1 tiang) = 201,987 ton
∑ tiang pancang tiap group = 18Dimensi dinding struktur :Panel 1 = 5200 400 mm2
Panel 2 = 6200 400 mm2
Tebal poer = 1,5 m Mutu beton (f’c) = 35 MPaMutu baja (fy) = 400 MPaDiameter tulangan 25 mmSelimut beton = 80 mmTinggi efektif (d) : dx = 1500 – 80 – ½ 25 = 1407,5 mmdy = 1500 – 80 – 25 – ½ 25 = 1382,5 mm 8.2.5.1 Kontrol Geser Pons Pada Poer
Dalam merencanakan poer harus dipenuhi persyaratan kekuatan gaya geser nominal beton yang harus lebih besar dari geser pons yang terjadi. Hal ini sesuai yang disyaratkan pada SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2. Kuat geser yang disumbangkan beton dirumuskan :
tetapi tidak boleh kurang dari :Vc = ⅓ bo d
284
285
Gambar 8.11 Penampang Kritis Pada Pondasi Dinding StrukturDimana :βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton dari
daerah beban terpusat atau reaksi =
bo = keliling dari penampang kritis pada poerbo =(520+140,75)+(620+140,75)+2(40+140,75)+
(520+140,75–40–140,75)+(620+140,75–40–140,75)= 2843 cm = 28430 mm
Pu = 828,831 ton < Vc = 2672,795 tonJadi ketebalan dan ukuran poer memenuhi syarat terhadap geser pons.8.2.5.2 Penulangan Poer
Untuk penulangan lentur, poer dianalisa sebagai balok dengan perletakan jepit pada dinding struktur. Sedangkan beban yang bekerja adalah beban terpusat di tiang dinding struktur yang menyebabkan reaksi pada tanah dan berat sendiri poer. Perhitungan gaya dalam pada poer didapat dengan teori mekanika statis tertentu.Penulangan arah x
Gambar 8.12 Analisa Poer Pada Arah XPenulangan lentur :Pmax = 201,987 ton q = 3,3 2,40 1,5 = 11,88 ton/mDari analisa struktur didapatkan :Mmax = 250,88 tm = 250,88 107 Nmm dx = 1500 – 80 – ½ 25 = 1407,5 mmdy = 1500 – 80 – 25 – ½ 25 = 1382,5 mm
Digunakan Tulangan Lentur D25 – 75 (As pakai = 5890,486 mm2)Penulangan arah y
Gambar 8.13 Analisa Poer Pada Arah YPenulangan lentur :Pmax = 201,987 ton q = 1,5 2,40 1,5 = 5,4 ton/mMomen momen yang bekerja :M = ( 201,987 0,55) – (1/2 5,4 x 1,452) = 105,416 ton m = 105,416 107 Nmm dx = 1500 – 80 – ½ 25 = 1407,5 mm
8.3 Perancangan Sloof (Tie Beam)Struktur sloof dalam hal ini digunakan dengan tujuan agar
terjadi penurunan secara bersamaan pada pondasi atau dalam kata lain sloof mempunyai fungsi sebagai pengaku yang menghubungkan antar pondasi yang satu dengan yang lainnya. Adapun beban –beban yang ditimpakan ke sloof meliputi : berat sendiri sloof, berat dinding pada lantai paling bawah, beban aksial tekan atau tarik yang berasal dari 10% beban aksial kolom.Data – data perancangan :Pu = 427,576 ton = 4275760 NDimensi sloof : b = 400 mm
h = 600 mm Ag = 240000 mm2
Mutu bahan : fc’ = 35 MPa fy = 400 MPaSelimut Beton = 40 mmTulangan utama D 22Tulangan sengkang = 10Tinggi efektif (d) = 600 – (40 + 10 + ½ . 22) = 539 mmTegangan ijin tarik beton :frijin = 0,70 . = 0,70 × = 4,141 Mpa (SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2.3)Pu = 10% Pu kolom = 10% × 4275760 = 427576 NTegangan tarik yang terjadi :
fr = = = 2,227 Mpa < frijin ...........
OK Penulangan Lentur
Penulangan slof didasarkan atas kondisi pembebanan dimana beban yang diterima adalah beban aksial dan lentur sehingga penulangannya diidealisasikan seperti penulangannya pada kolom.Beban-beban yang terjadi pada sloof :- Beban aksial = 10% × 427576 = 42757,6 kg- Berat sendiri sloof = 0,4 × 0,6 × 2400 = 576 kg/m
- Berat dinding = 6 m × 250 = 1500 kg/m + qu = 2076 kg/m
Panjang sloof = (panjang bentang – lebar poer)+daerah penjepitan = (6 – 3,3) + 0,4 = 3,1 m
D ( Vu ) = ½.qu.L = ½ × 2076 × 3,1
= 3217,8 kg = 32,178 kNMomen yang terjadi : Mu = 1/12 . qu. L2